• Tidak ada hasil yang ditemukan

POHON SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POHON SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

POHON

SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN

TUGAS AKHIR KARYA SENI (TAKS)

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh

Asyf Khilal Hakim 10206244012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Jangan mengambil sesuatu kecuali GAMBAR, jangan meninggalkan

sesuatu kecuali JEJAK, jangan membunuh sesuatu kecuali WAKTU

(Mapala Indonesia)

Jika ALAM dibunuh, maka ALAM akan membunuhmu pula

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) yang saya kerjakan dengan sungguh-sungguh akhirnya telah terselesaikan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Penulisan makalah Tugas Akhir Karya Seni ini dapat selesai atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya sertakan ucapan terimakasih saya kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. DR. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Dr. Widyastuti Purbani, M.A., dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Dr. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn., yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi saya.

Dengan penuh rasa hormat, saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing saya, yaitu Drs. Djoko Maruto, M.Sn., yang dengan penuh rasa sabar dan kebijaksanaan telah membimbing, memberi motivasi, dan mendukung saya di tengah kesibukannya.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada kedua orang tua saya dan rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberi semangat, berbagi pengetahuan dan pengalaman baik dalam bidang seni lukis maupun akademik yang tentunya berkontribusi penting atas terselesaikannya Tugas Akhir Karya Seni ini.

(8)
(9)

ix

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah...

BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN... A. Kajian Sumber………... 8 8 1. Definisi Seni Lukis……... 8

2. Pengertian Seni Lukis Pemandangan……... 9 3. Pengertian Pohon...

4. Kajian Tentang Objek Lukisan...

(10)

x b. Prinsip-Prinsip Penyusunan Elemen Seni Rupa...

1) Harmoni... 3. Metode Penciptaan dan Pendekatan………...

(11)

xi BAB III HASIL PENCIPTAAN DAN PEMBAHASAN... 37

(12)
(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

10206244012

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskrepsikan konsep penciptaan ; proses visualisasi, tema, teknik dan bentuk lukisan dengan judul Pohon Sebagai Objek Penciptaan Lukisan.

Metode yang digunakan adalah metode observasi,eksperimentasi, dan visualisasi.Observasi yaitu pengamatan secara langsung kawasan hutan. Selanjutnya eksperimen dilakukan untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan teknis teknis visual yang optimal menggunakan cat minyak menggunakan teknik campuran yaitu menggambungkan tekhnik basah dan impasto . Selain untuk mencapai hasil visual yang baik, eksperimentasi dilakukan untuk menyesuaikan objek dengan gaya naturalistik. Setelah pembahasan dan proses kreatif maka dapat disimpulkan bahwa 1) konsep penciptaan lukisan adalah penggambaran pohon dan peristiwa yang menimpa pohon, dengan menjelajahi kawasan hutan yang dekat lingkungan juga kekaguman, keprihatinan kompleksitas permasalahan dan keunikan pohon yang diekspresikan secara naturalistik dengan objek pohon sebagai objek utama sedangkan untuk menunjukkan permasalahan tentang keunikannya didukung oleh objek-objek lainya, dari keseluruhan lukisan di dominasi warna yang menunjukkan cahaya gelap kecoklatan namun, pada kondisi tertentu ada beberapa lukisan yang cenderung lebih terang dengan menyesuaikan warna asli pada objek tersebut

2) Tema penciptaan lukisan adalah gambaran tentang kehidupan pepohonan yang terutama permasalahan, keunikan, keindahan artistik pada pepohonan.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penciptaan

(16)

Pohon bisa menceritakan kondisi lingkungan dimana tempat kita berada, yang melalui tajuk-tajuknya, bentuk fisik ranting yang meliuk, pohon yang besar batangnya bahkan bisa sampai bermeter-meter persegi, geometrik, bentuk pohon yang bulat melingkar silendris, pohon yang terbaris rapi ditepian jalan membentuk suatu irama dalam lukisan, serta daun yang lonjong menggerombol membentuk satu kesatuan kemudian juga daun yang tunggal membundar dengan ujungnya yang lancip tersusun bertumpukkan dengan variasi warna daun yang bermacam-macam. Ranting yang bercabang tiga sampai lima cabang membentuk suatu garis tegas, ranting lurus menjulang ke atas. Hingga kulit yang sudah menua terlihat tekstur yang bervariasi bentuknya, permukaan yang kasar pecah-pecah membentuk potongan-potongan yang tidak beraturan dan kadang membentuk saluran, demikian halnya dengan warna yang beranekaragam jenisnya memberikan keindahan tersendiri bagi penikmatnya, warna kemerahan, keungaan, kecoklatan, putih, kuning, bahkan hitam.

(17)

proporsional serta kokoh akan mampu bertahan terhadap penyakit, terpaan angin, hujan, atau hal lain yang berupa ancaman yang datang dari luar. Begitu rindangnya pohon itu, maka akan banyak makhluk lain yang tinggal di sekeliling pohon tersebut, udara pun menjadi sejuk dan nyaman untuk dihirup. Namun jika pohon tersebut rusak, ataupun terkena penyakit, baik sengaja diracuni, dipaku, dipotong bahkan ditebang maka tidak akan bisa maksimal untuk tumbuh.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pohon, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pohon sebagai Objek dalam Penciptaan Lukisan”, dengan

konsep penciptaan lukisan yang menggambarkan kekaguman, keprihatinan, kompleksitas permasalahan dan keunikan pohon yang diekspresikan secara naturalistik dengan objek pohon sebagai objek utama, sedangkan untuk menunjukkan permasalahan tentang keunikannya didukung oleh objek-objek lainya yang kemudian tertarik untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan yang akan divisualisasikan ke dalam lukisan dengan menggambarkan berbagai peristiwa yang dialami pohon.

Penulis mengamati peristiwa yang menimpa pohon, baik pohon yang subur gagah dengan batangnya yang tinggi, pohon yang sengaja ditebang ataupun pohon yang sudah mati namun tumbuh kembali dengan tunas tunas mudanya, pohon yang sudah terbakar akibat penebangan liar dan perusakan, dengan menjelajahi kawasan hutan yang dekat lingkungan penulis.

(18)

terpisah dari pensilnya. Menggambar adalah salah satu cara untuk mempelajari alam. Shiskin melukis dengan teknik basah, dengan banyak menonjolkan warna-warna dingin pada lukisannya. Warna yang banyak ia gunakan adalah warna-warna kehijauan, serta menonjolkan kesan-kesan cahaya pada lukisannya dan kedetailan pada objek-objek tertentu. Pohon dan pemandangan alam serta masyarakat yang ada di lingkungan hutan menjadi objek utama dalam lukisannya, sepanjang hidupnya ia terus mempelajari tentang Rusia, terutama Hutan Utara, pepohonan dan semak-semak Rusia. Sedangkan pelukis Indonesia yang menginspirasi adalah Dullah yang dikenal sebagai pelukis realis dengan corak lukisannya realistik, yang menginspirasi dari setiap lukisanya adalah pemilihan warna pada lukisannya, tentunya pada lukisan yang berobjekkan pohon atau pemandangan lainnya dengan pilihan warna-warna yang kehijauan kemudian terhadap permainan cahaya pada elemen-elemen lukisannya.

(19)

Lukisan naturalistik diciptakan untuk mengekspresikan gagasan sesuai dengan ekspresi pribadi, dan lebih tepatnya penggambaran tentang keadaan-keadaan pohon, corak pohon, bentuk pohon, warna, serta tekstur sehingga menimbulkan efek artistik dan makna tertentu. Teknik pewarnaan menggunakan teknik campuran yaitu menggabungkan teknik basah dan teknik kering, dengan media cat minyak di atas kanvas secara opaque atau plakat, dan kombinasi teknik penggunaan kuas secara impasto, dengan membuat sketsa terutama pada lukisan, lalu mewarnai dengan warna-warna dasar kemudian menggoreskan kuas secara terus menerus hingga membentuk suatu objek, dan tidak lupa dengan finishing

yaitu proses terakhir untuk pendetailan terhadap objek lukisan, untuk penciptaan lukisan ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi terhadap kekayaan seni rupa pada umumnya dan sebagai proses berkesenian pribadi pada khususnya.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai identifikasi masalah, diantaranya :

1. Bermacam-macam peristiwa yang terjadi pada pohon akan diungkapkan sebagai tema lukisan.

2. Keadaan pohon akan diungkapkan bersama permasalahan di dalam kehidupan alam .

3. Peristiwa mengenai pohon sebagai sumber penciptaan lukisan naturalistik. 4. Teknik naturalis akan digunakan sebagai ungkapan dalam ekspresi seni lukis. 5. Bentuk lukisan naturalistik menggambarkan permasalahan yang terjadi pada

(20)

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka masalah yang dibatasi pada peristiwa-peristiwa atau objek yang terjadi pada pohon sebagai konsep dan tema penciptakan lukisan naturalistik.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan objek peristiwa pada pohon antara lain:

1. Bagaimanakah konsep dan tema penciptaan objek pohon secara naturalistik? 2. Bagaimanakah bahan, alat dan teknik serta bentuk lukisan yang diciptakan

secara naturalistik?

E.Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan karya akhir ini antara lain:

1. Mendeskripsikan konsep dan tema penciptaan lukisan naturalis secara naturalistik.

2. Mendeskripsikan teknik dan bentuk lukisan naturalis secara naturalistik.

F. MANFAAT

Berdasarkan dari penulisan ini manfaat yang bisa diperoleh antara lain: 1. Manfaat Teoretis

(21)

b. Bagi penulis bermanfaat sebagai sarana komunikasi ide-ide berkaitan dengan proses berkesenian dan pengalaman estetik penulis, juga sebagai sarana pembelajaran dalam proses berkarya seni.

c. Bagi penulis dapat memberikan sumbangan teoritis bagi penciptaan seni lukis mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta khususnya dan masyarakat umumnya.

2. Manfaat Praktis

(22)

BAB II

KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN A.Tinjauan Seni Lukis

1. Definisi Seni Lukis

Seni lukis merupakan salah satu cabang seni rupa dua dimensi yang mempunyai berbagai macam gaya, aliran dan teknik pembuatan maupun bahan serta alat yang digunakan. Ada berbagai macam pengertian tentang seni lukis. Setiap orang memiliki pendapat masing-masing untuk mengartikannya. Namun pada dasarnya dari semua pengertian itu memiliki inti yang sama yaitu ungkapan perasaan yang diekspresikan melalui bidang dua dimensi, berikut definisi seni lukis menurut beberapa ahli.

Menurut Dharsono (2004:36), seni lukis dapat dikatakan sebagai “suatu

ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dwi matra), dengan menggunakan medium rupa, garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya” sedangkan Gie (2004: 97) mendefinisikan “seni lukis

sebagai hasil karya dua dimensional yang memiliki unsur warna, garis, ruang, cahaya, bayangan, tekstur, makna, tema, dan lambang”.

Kemudian menurut Margono (2010:132), seni lukis merupakan “karya seni

rupa berwujud dua dimensi yang dalam penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang, dan lain-lain melalui pertimbangan estetik”.

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011: 241), seni lukis merupakan“bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang

(23)

emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang”. Kemudian, menurut buku “Diksi Rupa” (Mikke Susanto, 2011:241)

Secara teknik seni lukis merupakan tebaran pigmen atau warna pada permukaan bidang datar (kanvas, panel, dinding, kertas) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan yang dihasilkan kombinasi-kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat dimengerti, bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi, symbol, keberagaman dan nilai-nilai yang bersifat subjektif”

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis adalah hasil karya dua dimensional yang di dalamnya terkandung pengalaman estetik guna mengekspresikan emosi, gerak dan nilai-nilai yang bersifat subjektif dengan menggunakan alat, bahan disertai teknik dan dikombinasikan dengan unsur-unsur visual berupa garis, warna, bentuk, tekstur, dan nilai-nilai lain sebagai pertimbangan estetik.

2. Pengertian Seni Lukis Pemandangan (Landscape Art)

Landscape secara umum memiliki makna yang hampir sama dengan istilah “bentang lahan” atau “fisiografis” dan “lingkungan”. Perbedaan diantara

(24)

fisiografi dikenal sebagai suatu lansekap. Landscape terdiri dari berbagai macam jenis, salah satunya natural landscape yang diartikan sebagai bentang lahan alami sebagai fenomena atau perwujudan dimuka bumi, misalnya gunung dan laut (Bintaro, 1991: 6).

Landscape secara khusus terdapat pada salah satu tipe lukisan.Salah satunya adalah seni pemandangan atau landscape art.Menurut Mikke Susanto (2011: 236), menyatakan bahwa:

Landscape art atau seni pemandangan berasal dari (Bld,). Landscape adalah sebuah tipe lukisan yang berisi gambaran gunung, pohon, sungai, jurang dan hutan. Langit dan iklim merupakan elemen yang juga membentuk komposisi. Sejak abad ke-1 SM, fresko Romawi telah menggambarkan seni pemandangan yang diletakkan dalam gedung Pompeii dan Herculaneum. Secara tradisional, istilah ini berarti menggambarkan permukaan bumi, namun juga ada seni pemandangan yang lain seperti, moonscape (pemandangan bulan). Di awal abad ke 15 istilah ini telah menjadi genre lukisan yang mapan di Eropa. Istilah ini kemudian masuk dalam kamus Bahasa Inggris pada abad ke-17.

Pendapat lain dikemukakan Yuyung Abdi (2012: 19) yang menyatakan bahwa “landscape merupakan bagian dari pemandangan yang dilihat dari satu titik penglihatan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa landscape

(25)

3. Pengertian pohon

Pohon disebut juga “pokok” atau “tree” dalam bahasa inggris. Merupakan tumbuhan berkayu, pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Untuk membedakan pohon dari semak dapat dilihat dari bentuk dan penampilan fisik. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak seperti pohon.

Dengan definisi seperti di atas berarti “pisang” bukanlah merupakan pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu, jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari pada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah. Batang merupakan bagian utama pohon menjadi penhubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon canopy,

sebagai pusat pengolahan masukan energy (produksi gula dan bereproduksi). Cabang juga merupakan batang, tetapi berukuran lebih kecil dan berfungsi memperluas bagian ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan menekan tumbuhan pesaing disekitarnya, batang diliputi dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan. Pohon mempunyai daun yang berwarna hijau berfungsi sebagai tempat untuk memasak makananya sendiri, tumbuhan yang mempunyai daun berwarna hijau disebut sering disebut dengan “autrotof” atau menyediakan makananya sendiri

(26)

Secara umum, yang dimaksud dengan pohon adalah bentuk pertumbuhan

(growth form) atau perawakan (habitus) suatu kelompok tumbuhan yang memiliki satu batang mengayu dengan tinggi total sedikitnya 6 m (Chin,2003). Dalam kamus biologi (Holmes,1979), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pohon adalah segala tumbuhan mengayu yang memiliki sebuah batang utama serta cabang-cabang lateral jauh dari permukaan tanah. Dalam bidang kehutanan, yang dimaksud pohon adalah tumbuhan berkayu dengan batang utama berdiameter kurang lebih 20 cm dengan tinggi tidak kurang dari 10 m (SK Dirjen PH No. 24/Kpts-Set/1996). Pohon memiliki ukuran yang sangat bervariasi bergantung pada jenis, habitat, atau tempat mereka tumbuh. Pada lahan pamah pohon umumnya tumbuh besar dan tinggi, sedangkan di daerah pegunungan dari jenis yang sama cenderung kerdil, dalam lingkungan kurang menguntungkan, pohon juga kadang-kadang tumbuh kerdil dan bertunas banyak pada bagian pangkal batangnya dan tumbuh besar seolah memilik banyak batang. Pengertian pohon dalam tulisan ini meliputi semua jenis tumbuhan yang memiliki satu batang utama mengayu (keras) dengan diameter 10 cm.

4. Kajian Tentang Objek Lukisan

(27)

Menurut Mikke Susanto (2011: 280), objek merupakan material yang dipakai untuk mengekspresikan gagasan. Sesuatu yang ingin menjadi perhatian, perasaan, pikiran, atau tindakan, karena itu biasanya dipahami sebagai kebendaan, sub-human dan pasif, berbeda dengan subjek yang biasanya aktif. Objek lukisan dipahami sebagai yang diambil berupa sesuatu yang bendawi, sedangkan manusia sering disebut subjek lukisan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa objek lukisan merupakan material, hal, atau benda yang diteliti dan menjadi perhatian, kebenaran yang bersifat pasif yang diambil atau dipakai dalam penerapan pigmen di atas permukaan bidang datar dengan menggunakan alat dan bahan serta teknik dalam melukis.

B.Struktur Seni Lukis

Seni lukis merupakan perpaduan antara ide, konsep dan tema yang bersifat rohani atau yang disebut ideoplastis dengan fisikoplastis berupa elemen atau unsur visual seperti garis, bidang, warna, ruang, tesktur serta penyusunan elemen atau unsur visual seperti kesatuan, keseimbangan, proporsi, dan kontras. Semua itu melebur membentuk satu kesatuan membentuk satu kesatuan menjadi lukisan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini ditampilkan table tentang struktur seni lukis.

Tabel 1 Struktur Seni Lukis

Ideoplastis Fisikoplastis

Konsep, tema, ide, imajinasi, pengalaman,

 Unsur-unsur visual seperti: garis, titik,

(28)

ilusi.  Prinsip-prinsip

penyusunan seperti: irama, kesatuan,

keseimbangan,harmoni, repetisi danproporsi.

 Bentuk

1. Representasional. 2. Non Representasional

/Abstrak

3. Teknik Seni Lukis. 4. Alat dan Bahan

 Teknik Basah

 Teknik Kering

1. Ideoplastis

Selanjutnya untuk menjelaskan struktur seni lukis secara rinci mengenai faktor Ideoplastis yang berupa: konsep, tema, ide, pengalaman dan sebagainya, yang seluruhnya bersifat rohani tidak tampak mata, namun setelah kolaborasikan dengan yang bersifat fisik seperti unsur-unsur visual dan prinsip seni akan dapat dirasakan kehadirannya pada lukisan.

a. Konsep Penciptaan

(29)

Bahasa Indonesia (2008:748), konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan secara konkret.

Mikke Susanto (2011:227), mengatakan bahwa konsep merupakan pokok pertama / utama yang mendasari keseluruhan pemikiran. Konsep biasanya hanya ada dalam pikiran atau kadang-kadang tertulis dengan singkat. Dalam penyusunan Ilmu Pengetahuan diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus. Pembentukan konsep merupakan konkretisasi indera, yaitu suatu proses pelik yang mencakup penerapan metode.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dalam seni lukis adalah pokok pikiran utama yang mendasari pemikiran secara keseluruhan. Konsep sangat penting dalam berkarya seni karena jika sebuah konsep berhasil, maka akan terjadi persepsi dan kerangka berpikir yang sejajar antara kreator dan penikmat.

b. Tema (Subject Matter)

Tema adalah unsur yang sangat penting yang juga menjadi dasar dari setiap penciptaan lukisan. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya tema, yaitu inti persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya persoalan objek. Menurut Dharsono (2007:31), subject matter atau tema pokok ialah “rangsang

cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan”. Bentuk Menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan

(30)

Kemudian, menurut Mikke Susanto (2011:385), subject matter atau tema pokok adalah “objek-objek atau ide-ide yang dipakai dalam berkarya atau ada dalam sebuah karya seni”.

Jadi, dalam penciptaan lukisan ini tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau dasar gagasan yang dimiliki seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyanangkan melalui karya lukis.

c. Bentuk

Form atau bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono, 2007:37). Di dalam karya seni, form digunakan sebagai simbol perasaan seniman didalam menggambarkan objek hasil subject matter, maka tidaklah mengherankan apabila seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang objek hasil pengolahanya. Karena kadang-kadang form (bentuk) tersebut mengalami beberapa perubahan di dalam penampilanya (transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seorang seniman.

Bentuk juga seringkali didefinisikan dengan arti yang sederhana.Dalam hal ini Mike Susanto (2011:54), mendefinisikan “bentuk sebagai rupa atau wujud yang berkaitan dengan matra yang ada”. Dalam hal ini bentuk menurut Mikke

(31)

2. Fisikoplastis

Selanjutnya untuk menjelaskan struktur seni lukis secara rinci faktor fisikoplastis, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Elemen-elemen Seni 1) Garis

Garis merupakan unsur rupa yang paling elementer di bidang seni rupa dan sangat penting dalam tersusunnya sebuah bentuk lukisan.Garis dapat berupa goresan yang memiliki arah serta mewakili emosi tertentu.Menurut Mikke Susanto (2002:45) “garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa

pendek; panjang; halus; tebal; berombak; melengkung; lurus dan lain-lain”.

Menurut Dharsono (2004:40), pada dunia seni rupa sering kali kehadiran “garis” bukan hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang

diungkapakan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan.Menurut Sidik, F & Aming, P (1979:3), Garis adalah “goresan, coretan, guratan yang menghasilkan

bekas”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan garis adalah goresan, guratan atau coretan yang mengandung simbol emosi atau arti untuk membentuk objek.

(32)

2) Titik

Unsur titik terkadang sulit untuk dinyatakan atau dilihat dalam sebuah lukisan.Namun, pada dasarnya titik hampir selalu ada dalam setiap lukisan. Titik atau point, merupakan unsur rupa terkecil yang terlihat oleh mata. Titik diyakini pula sebagai unsur yang menggabungkan elemen-elemen rupa menjadi garis atau bentuk. (Mikke Susanto, 2011: 402).

Pada karya penulis titik yang tampak juga berupa titik yang dihasilkan oleh cat sebagai upaya untuk mencapai detail dari karakter objek-objek tertentu yang digambarkan agar kesan cahaya lebih terlihat atau tampak.

3) Bidang

Adanya bidang bisa dipastikan tidak akan terlepas dari setiap unsur yang terdapat dalam lukisan. Dalam arti lain, shape atau bidang adalah area. Bidang terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif dan sugestif” (Mikke Susanto,

2011: 55).

Sedangkan menurut Margono (2010:142), bidang merupakan “permukaan yang datar. Suatu garis yang dipertemukan ujung pangkalnya akan membentuk bidang, baik bidang geometrik (segitiga, persegi, dan persegi panjang) maupun bidang organik (lengkung bebas)”.

(33)

organik seperti pada objek-objek alam misalnya daun, pohon batu dan lain sebagainya.

4) Warna

Warna merupakan salah satu unsur penting dalam proses penciptaan lukisan. Hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension) deskripsi alam, ruangan, bentuk dan masih banyak lagi. Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan bahkan lebih jauh dari itu warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia” (Dharsono, 2007:76).

Menurut Mikke Susanto (2011:433), warna subtraktif adalah “warna yang

berasal dari pigmen”. Pendapat lain dikemukakan Sidik F & Aming P (1979:7) warna adalah “kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata”. Warna juga dapat

digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahanya serta digunakan untuk berbagai pengekspresian rasa secara psikologis.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, warna merupakan pigmen yang dipantulkan cahaya dari suatu benda yang diterima indera penglihatan manusia. 5) Tekstur

Sifat permukaan suatu benda mampu menonjolkan karakter dari benda tersebut.Misalnya, karakter kasar, halus, licin, atau bergelombang. Hal ini dapat dirasakan melalui indra peraba, yakni tangan manusia. Menurut Margono (2010:142), “tekstur adalah permukaan suatu benda, ada yang halus ada yang

(34)

Dalam penciptaan lukisan ini, tekstur pada pada lukisan adalah tekstur nyata atau tekstur yang memiliki nilai raba secara nyata (dapat dirasakan dengan indera peraba). Yang dihasilkan melalui teknik melukis yang menggunakan cat dengan tebal.

Lukisan pemandangan alam karya Dullah teksturnya tidak begitu terlihat.Karena sulitnya mendapat bahan-bahan cat minyak di Yogyakarta pada jaman Revolusi sekitar tahun 1947 itu Dullah lalu banyak melukis menggunakan cat air. Mungkin karena kebiasaan ini lalu menjadi berpengaruh atas sapuan dalam lukisan cat minyaknya yang berupa lelehan-lelehan dan sapuan-sapuan tipis transparan (Sudarmaji, 1988: 58).

Jadi yang dimaksud dengan tekstur dalam lukisan penulis adalah tekstur nyata atau yang memiliki nilai raba yang dibentuk melalui ketebalan cat yang digoreskan dengan menggunakan pisau palet maupun kuas pada permukaan kanvas.

6) Ruang

(35)

menciptakan ilusi sinar atau bayangan yang meliputi perspektif dan kontras antara terang dan gelap”. Sedangkan Menurut Mikke Susanto (2011: 338), ruang

merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang juga dapat diartikan secara fisik, yaitu rongga yang berbatas maupun yang tidak berbatas. Pada suatu waktu, dalam hal berkarya seni, ruang tidak lagi dianggap memiliki batas secara fisik.

Jadi, ruang dalam lukisan penulis adalah ilusi optis atau ruang semu yang tampak pada kanvas.Ruang semu tersebut tampak melalui kesan yang ditimbulkan dari penggambaran objek-objek realistik yang terdapat dalam lukisan.Semua objek yang ada dalam lukisan penulis mengesankan ruang yang timbul karena kombinasi dari bentuk-bentuk visual yang terletak berdasarkan sudut pandang tertentu.

b)Prinsip-prinsip Penyusunan Elemen Rupa

Dalam menciptakan lukisan seniman akan berusaha sebaik mungkin dalam mengolah karyanya. Untuk mencapai itu, diperlukan pengetahuan dan penguasaan mengolah prinsip-prinsip dalam seni lukis. Prinsip-prinsip seni lukis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Harmoni (keselarasan)

(36)

Dharsono (2007:43), “harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat”. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan

timbul kombinasi tertentu dan timbul keselarasan (harmony).

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011:175), “harmoni adalah tatanan

atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keselarasan. Juga merujuk pada pembedanya gunaide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, harmoni adalah kesesuaian antara unsur-unsur dalam satu komposisi. Kesesuaian atau keselarasan itu didapat oleh perbedaan yang dekat oleh setiap unsur yang terpadu secara berdampingan dalam kombinasi tertentu.

2) Kesatuan (Unity)

Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting.Jika salah satu atau unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai. Menurut Dharsono (2007:83), “Kesatuan

adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi”.

Mikke Susanto (2011: 416) menyatakan bahwa: Kesatuan merupakan salah satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni (azas-azas desain).Unity merupakan

kesatuan yang diciptakan lewat sub-azaz dominasi dan subdominasi (yang utama dan kurang utama) dan komponen dalam suatu komposisi karya seni.

(37)

sesuatu yang satu padu. Dengan kata lain karya yang memiliki kesatuan yang baik setiap unsur akan mewakili sifat unsur secara keseluruhan. Kemudian kesatuan merupakan salah satu pedoman pokok dalam berkarya seni.

3) Keseimbangan (Balance)

Menurut Mikke Susanto (2011:46) “keseimbangan, persesuaian materi

-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni”.

Keseimbangan adalah kesan yang dapat memberikan rasa mapan (tidak berat di salah satu sisi) sehingga tidak ada ketimpangan dalam penempatan unsur-unsur rupa (garis, bentuk, warna, dan lain- lain). (Margono& Abdul Aziz, 2010:143)

4) Point of Interest

Menurut Mikke Susanto (2011:312), Point of Interest atau Point of View

adalah “titik perhatian atua titik di mana penonton mengutamakan perhatiannya

pada suatu karya seni”. Dalam hal ini seniman dapat memanfaatkan warna,

bentuk, objek atau gelap terang maupun ide cerita / tema sebagi pusat perhatian. 5) Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan antara bagian-bagian dalam satu bentuk yang serasi.Proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan, ritme, dan kesatuan. Keragaman proporsi pada sebuah karya maka akan terlihat lebih dinamis, kreatif dan juga alternatif. Menurut Mikke Susanto (2011:320), “proporsi merupakan

(38)

kesatuan/keseluruhannya. Selain itu proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan (balance), irama (repetisi), harmoni, dan kesatuan (unity)”.

Sedangkan Dharsono (2007:87), menjelaskan bahwa “proporsi dan skala

mengacu kapada hubungan antara bagian dari suatu desain dan bagian antara bagian dengan keseluruhan”.

6) Kontras

Dalam lukisan, keberadaan prinsip kontras sangatlah menunjang komposisi secara keseluruhan. Menurut Mikke Susanto (2007:227), “kontras adalah perbedaan mencolok dan tegas antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada pada sebuah komposisi atau desain”.

Jadi, kontras yang digunakan dalam lukisan penulis menggunakan warna dan bentuk yang berbeda mencolok misalnya, penggunaan warna gelap yang berdampingan secara langsung dengan warna yang sangat terang atau perbedaan ukuran bentuk-bentuk dalam lukisan.

c) Naturalisme

Naturalisme dalam seni lukis adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan setting alam. Hal ini merupakan pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi atas kemapaman romantisme.

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2001:271) naturalisme gaya seni yang merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi objek sebagai keyakinan atas alam.

(39)

perkembangan naturalisme mencapai puncaknya pada lukisan-lukisan mooi indie

(Indonesia Molek) yang turistik pada zaman Belanda. Tokohnya seperti Abdullah Suryosoebroto, Ernst Dezentje, Basuki Abdullah, dan lain-lain.

Dari penjelasan dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa naturalisme adalah gaya melukis menampilkan objek realistis dengan penekanan setting alam merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi objek sebagai keyakinan atas alam.

b. Media dan Teknik Dalam Lukisan 1) Media

Sebagai seorang seniman, harus mampu memahami dan mengenal penggunaan media yang digunakan dalam proses kerja kreatif. Menurut Mikke Susanto (2011:25), Menjelaskan bahwa “medium” merupakan bentuk tunggal dari

kata “media” yang berarti perantara atau penengah. Biasa dipakai untuk menyebut

berbagai hal yang berhubungan dengan bahan (termasuk alaat dan teknik) yang dipakai dalam karya seni.

2) Teknik

(40)

a) Teknik Basah

Setiap perupa mempunyai teknik yang berbeda-beda dalam melukis, terdapat dua teknik pokok yang sangat mendasar yang erat hubungannya dengan medium yang digunakan. Kedua teknik tersebut adalah teknik kering dan basah. Menurut Mikke Susanto (2011:395), teknik basah adalah “sebuah teknik dalam

menggambar atau melukis yang menggunakan medium yang bersifat basah atau memakai medium dan minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, dan tinta”. b)Schildreren met olievert

Menurut Human Sahman (1993:72) Schildreren met olievert adalah “melukis menggunakan cat minyak yang pigmen-nya dicampur dengan linseed oil

/ minyak yang dibuat dengan biji tumbuhan sejenis rami”. Cat minyak diencerkan dengan minyak pengencer (painting medium ; yang diramu dari linseed oil,

terpentin, dan resin/dammar). Cat minyak pada dasarnya bisa digunakan dengan dua cara, tebal-tebal atau tipis-tipis, sehingga menjadi transparan.

c) Impasto

Dalam proses visualisasi lukisan, teknik yang digunakan adalah menggoreskan cat minyak dengan tebal di atas kanvas. Menurut Mikke Susanto (2011:191), mengatakan bahwa “impasto merupakan teknik melukis dengan

menggunakan cat yang tebal, berlapis-lapis, dan tidak rata untuk menonjolkan kesan goresan atau bekas-bekas goresan, sehingga menghasilkan tekstur kasar atau nyata”.

(41)

palet dan kuas. Dengan didasari cat menggunakan pisau palet secara global, dan di finishing menggunakan kuas, Teknik ini memunculkan goresan yang bertumpuk hingga tebal pada permukaan kanvas. Goresan yang bertumpuk pada kanvas tersebut menjadi sebuah tekstur nyata yang memiliki nilai raba.

B.Metode Penciptaan dan Pendekatan 1. Metode Penciptaan

a) Observasi

Observasi lapangan merupakan langkah awal sebelum memulai menciptakan lukisan. Observasi dilakukan untuk mengamati, mencari, dan mengetahui bagaimana kondisi pemandangan alam pepohonan yang ada disekitar penulis yang diangkat sebagai objek lukisan. Ketika melakukan observasi, penulis menggunakan kamera untuk mengabadikan setiap objek-objek yang menarik dalam pemandangan alam alam pepohonan yang ada disekitar penulis.

b)Eksperimentasi

Eksperimentasi atau percobaan merupakan suatu proses yang memberikan pertimbangan-pertimbangan awal dari persiapan melukis. Eksperimentasi bertujuan untuk mencapai hasil visual yang optimal melalui teknik-teknik cat minyak sehingga dapat mencapai visual yang terlihat hidup dan menyerupai kondisi objek pada alam sebagaimana mestinya.

c) Visualisasi (Eksekusi)

(42)

impasto yang didasari cat menggunakan pisau palet secara menyeluruh, kemudian di-finishing menggunakan kuas.

2. Pendekatan Naturalisme

Dunia seni lukis terdapat berbagai macam gaya atau aliran yang menjadi ciri khas dari seorang pelukis itu sendiri. Naturalisme adalah usaha menampilkan objek realis dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi kemapanan romantisme. Menurut Mikke Susanto (2011:271), naturalisme gaya seni yang merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi objek sebagai keyakinan atas alam. Naturalisme merupakan anak kandung realisme. Seniman pelopor-pelopor pelukis naturalisme dari dalam dan luar negeri seperti William Bliss Baker, Ivan Shishkin, Dullah, Basuki Abdullah dan sebagainya.

(43)

C.Karya inspirasi 1. Dullah

Gambar 1 : Dullah, “Hutan Di Gunung Merapi” 221 cm X 122 cm Cat Minyak di atas kanvas, 1957

(Sumber, http://archive.ivaa-online.org)

(44)

perbedaan mendasar dengan dua orang gurunya tersebut. Baginya melukis adalah media untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Dullah termasuk pendiri Himpunan Budaya Surakarta (HBS), kemudian didirikannya sebuah sanggar di Pejeng, Bali. Pada setiap pameran baik di dalam atau di luar negeri, karya murid-muridnya ikut disertakan.

Dullah merupakan salah seorang pelukis naturalis, lukisan-lukisan pemandangan alam karya Dullah memiliki warna yang khas serta berpadu dengan komposisi yang indah telah memberi inspirasi penulis dalam melukis. Penguasaanya dalam menentukan dan mengkombinasikan objek dari alam sangat baik. Penulis menganalisa dan mempelajari kelebihan-kelebihan karya Dullah secara teknis seperti; pencahayaan, komposisi dan proporsi. Karya-karya Dullah memiliki tone yang kompleks dimana perpindahan dari warna gelap ke terang dibuat dengan begitu kaya warna, sehingga kontrasnya tidak terlihat seketika dari warna gelap ke terang atau bukan hanya sekedar menggelapkan dengan warna hitam dan menerangkannya dengan warna putih saja. Tone yang rumit dan kaya warna ini menghasilkan efek pencahayaan yang realistik.Selain itu, pencahayaan yang ada pada karya Dullah memiliki kekontrasan warna yang kuat. Dalam pemilihan objek pada lukisan pemandangan alam, Dullah lebih cenderung apa adanya.

Pada permulaan jaman jepang, waktu Dullah masih tinggal di Solo, ia melihat sekelompok pemuda melukis langsung dari alam, menggambar sungai, dengan pohon besar. Semua langsung dihadapi di muka mereka melukis. “Kalau

(45)

sendiri menggunakan “cara baru”, dengan model atau langsung dari alam

(Sudarmaji,1988: 9).

Pada gambar salah satu lukisan pemandangan alam Dullah di atas terlihat komposisi yang tenang dan seimbang. Danau yang menjadi objek utama dan ditambah penempatan objek gunung serta perbukitan yang berada sebelah kanan dengan diimbangi objek berupa dua pohon disebelah kiri sehingga memberi kesan bahwa objek keseluruhan tersebut terlihat balance yaitu tidak terlihat berat ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah. Keseluruhan objek lukisan ini terlihat berada di bawah cakrawala yang membuatnya terlihat sepertilebih rendah dari mata yang melihat lukisan tersebut.

Proporsi keseluruhan objek terlihat nyata karena memperhitungkan jarak pandang dari beberapa objek.Hal itu dapat dilihat dari proporsi gunung yang dibuat lebih kecil karena untuk menunjukkan kesan lebih jauh dibandingkan objek pohon, danau dan perbukitan. Penggambaran beberapa objek dari lukisan pemandangan alam karya Dullah di atas merupakan proporsi yang tepat untuk sebuah lukisan dengna gaya realisme karena objek yang berupa danau, gunung, pohon dan perbukitan digambarkan dengan semirip mungkin dengan pemandangan alam yang sesungguhnya. Sependapat dengan pendapat Dharsono (2007:48) menyatakan bahwa “proporsi dan skala mengacu kepada hubungan

antara bagian dari suatu disain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan”.

(46)

sesak memenuhi bidang lukisan karena proporsi antara objek diperhitungkan dengan baik.

Tema pemandangan alam pada lukisan penulis juga menunjukkan komposisi yang serupa dengan karya Dullah di atas, ditambah dengan sudut perspektif yang juga menempatkan objek lebih rendah dari mata. Pemilihan objek dari jarak dekat yang terdapat pada beberapa lukisan penulis, menjadikanya agak sedikit berbeda dengan kebanyakan lukisan pemandangan alam Dullah yang sebagian besar diambil dari jarak jauh (Sumber, http://archive.ivaa-online.org) 2. Ivan Shishkin

Gambar 2: Ivan Shishkin, Twilight

Cat Minyak di Atas Kanvas, 1883 (Sumber, www ivan shishkin_rusia/Ivan

Shishkin - Olga's Gallery_files/a.htm.)

(47)

Menggambar adalah salah satu cara untuk mempelajari alam. Pada zamannya, Shishkin mendapat julukan sebagai “Titan of the Russian Forest,” “Forest Tsar,”

“Old Pine Tree” dan “Lonely Oak,” karena tidak ada satu orang pun pada masa itu

yang mampu menggambar pohon dengan sangat realistic, jujur dan tentu saja dengan perasaan yang sangat mendalam sepertinya.

“Shiskin – seniman nasional, sepanjang hidupnya ia terus mempelajari

tentang Russia, terutama Hutan Utara (The Northern Woods), pepohonan dan semak-semak Russia. Ini adalah kerajaannya, dan disini dia tidak memiliki pesaing, dia seseorang yang unik,” Stasov. Russia, dan terutama hutan liarnya menjadi focus abadi dari karirnya yang panjang, sukses dan luar biasa. Karya Shishkin itu dianggap sebagai gambar yang mendefinisikan Russia, yang mempromosikan kegagahan Russia dalam landscape naturalnya. Sebelum Shishkin tidak ada yang menceritakan kecintaannya pada kota asalnya dan keindahan serta kelembutan alam utara.

Popularitas karya-karya Shishkin yang luar biasa ini menyebar di seluruh Russia bahkan ke seluruh penjuru dunia. Karyanya menjadi karya klasik lukisan pemandangan Russia. Selama 40 tahun menggeluti dunia seni, Ivan Shishkin telah menghasilkan ratusan lukisan, ribuan studi dan gambar, serta banyak ukiran. Ini adalah contoh utama dari bakat luar biasa yang dimiliki Shishkin, dimana seniman Ivan Karmskoy, mentor ideologis The Itinerants, mengatakan betapa besarnya popularitas karya Shishkin sehingga menjadikannya fenomena sejarah seni rupa. “Dia adalah sekolah bagi dirinya sendiri, sebuah tonggak dalam evolusi landscape

(48)

Ivan Shishkin lahir di sebuah kota kecil di provinsi Yelabuga (saat ini Yelabuga telah menjadi Republik Tatarstan). Ayahnya hanyalah seorang pedagang, namun memiliki wawasan yang sangat luas dan mencintai banyak benda-benda antic dan kuno, juga seorang arkeolog amatir dan penyuka cerita rakyat. dalam upaya untuk menumbuhkan minat anaknya mengenai sejarah, ayahnya mengajak Shishkin yang ketika itu masih berusia anak-anak ke penggalian arkeologi dari sebuah kerajaan kuno di Bulgaria Voga, dimana ia membantu Professor Nevostruyev dari Moskow.

Pada tahun 1844, Shishkin dikirim ke sekolah Kazan. Disana ia bertemu dengan teman-teman baru yang juga menyukai seni dan gambar. Shishkin mempelajari ilmu-ilmu alam dengan sangat serius namun peraturan sekolah menghambat minat menggambar Shishkin. Hal ini menyebabkan Shishkin tidak lagi bersekolah disana semenjak liburan musim panas pada tahun 1848. Riwayat pendidikan Shishkin memberikan beberapa gambaran mengenai aktivitasnya sebagai seorang pemuda, dimana ia membebaskan diri dari sekolah yang dianggapnya hanya akan menyempitkan pemikirannya, seperti yang ia katakan bahwa ia tidak ingin menjadi pegawai.

Shishkin mendapatkan pondasi dasar melukis dan patung yang baik di bawah bimbingan Mokritsky di sekolah lukis dan patung di Moskow. Shishkin selalu tertarik dengan hutan yang berada di dekat Moskow (di Sokolniki). “Seorang pelukis alam adalah seorang seniman yang sempurna. Dia merasa lebih

(49)

Dari tahun 1856 hingga 1860, Shishkin belajar di St Petersburg Academy of Arts di bawah naungan Vorobiov. Keberhasilan seniman muda ini, dimana dia mendapatkan banyak medali emas dan perak, menguatkan harapan yang diungkapkan oleh mantan mentornya, Mokritsky, ketika ia masuk akademi “Kami telah kehilangan seorang murid yang sangat baik, pintar, dan berbakat. Namun kita tetap bisa berharap seiring berjalannya waktu, untuk melihat dia berkembang menjadi seorang seniman hebat jika ia terus belajar dengan penuh kecintaan yang sama dengan kecintaan yang ia rasakan dulu saat di Akademi.”

Sumbangsih Shishkin untuk kualitas lukisan yang menyerupai potret dalam merepresentasikan alam sudah dibuktikan dalam lukisannya yang berjudul “View

of The Environs of St. Petersburg” pada tahun 1856. Pada tahun 1858-1859

Shishkin sering pergi ke pulau Valaam, dimana ia mengambil kursus musim panas. Pemandangan megah pulau Valaam mengingatkan seniman muda ini pada keindahan alam daerah Ural, tempat dimana ia menghabiskan masa kecilnya. Pada tahun 1860, dua lukisan pemandangan pulau Valaam-nya mendapatkan medali emas kelas pertama dan Shishkin juga mendapatkan hak untuk bepergian ke luar negeri. Namun Shishkin tidak terburu-buru untuk pergi ke luar negeri. Di tahun 1861 ia pergi ke Yelabuga, dimana ia melukis banyak lukisan di daerah pedesaan.

(50)

terkenal di kota Zurich, Robert Collier. Disana ia belajar tentang teknik etsa, yang di kemudian hari ia menjelma menjadi master litografi dan etsa berkat hal itu. Pemandangan gunung di Swiss adalah ladang ide baru untuk Shishkin, dimana kemudian ia menghasilkan puluhan sketsa.

Pada tahun 1865 Shishkin kembali ke Russia dan menerima gelar akademisi untuk lukisannya yang berjudul “View in the Environs of Düsseldorf.” Shishkin

dengan cepat masuk ke dalam lingkaran para seniman ibukota dan menghadiri „the Thursday meetings of the Artists‟ Artel‟. “Shishkin adalah yang terhebat,”

kenang Rapin. Lukisan Shishkin “Tree-Felling” (1867), “At Sunset” (1869) and “Midday in the Outskirts of Moscow” (1869), yang ketiganya mengungkapkan

tentang keindahan landscape khas Russia, memberi pertanda tentang perkembangan seni lukis di kemudian hari yang dikembangkan oleh the Society of Itinerants.

Pada tahun 1870 Shishkin menjadi salah satu anggota pendiri The Society bersama dengan Karmskoy, Perov, Savrasov, Ghe dan yang lain. Ivan Karmskoy, yang menilai karya Shishkin dengan sangat tinggi dan membantunya, menulis tentang baik buruknya karya Shishkin, “Shiskin membuat kita takjub dengan pengetahuannya, dan ketika dia menyelesaikan „landscape‟nya, seolah-olah ia

berada di dalamnya, dan merupakan sebuah elemen disitu. Dengan berani dan cekatan ia melukis tanpa memikirkan bagaimana, apa dan mengapa. Saya pikir dia adalah satu-satunya diantara kita yang mengetahui alam sevara ilmiah. Shiskin adalah pondasi dalam pengembangan lukisan „landscape‟ Russia, dia layaknya

(51)

BAB III

PEMBAHASAN DAN PENCIPTAAN KARYA A.Konsep dan Tema Penciptaan Lukisan

1. Konsep Penciptaan Lukisan

Konsep penciptaan lukisan adalah kekaguman, kegelisahan, kemarahan,dan kesedihan terhadap hutan yang pohon menjadi elemen penting dari sebuah hutan yang diekspresikan kedalam lukisan naturalistik menggunakan media cat minyak.

Pada proses visualisasi, penulis melukis secara naturalistik, sehingga menjadikan objek pada lukisan terlihat lebih nyata. Untuk mendapatkan bentuk bentuk pohon yang berbagai macam keadaannya, banyak lukisan yang menunjukkan pohon dengan berbagai keadaan, baik itu pohon yang subur, yang sudah terbakar, sudah ditebang bahkan sudah ada yang mati namun masih kembali dengan tunas mudanya, itu semua terlihat pada lukisan guna tercapainya pesan dari penulis kepada masyarakat akan pentingnya sebuah pohon yang merupakan elemen penting dari sebuah hutan. Dari keseluruhan lukisan di dominasi warna yang menunjukkan cahaya gelap kecoklatan namun, pada kondisi tertentu ada beberapa lukisan yang cenderung lebih terang dengan menyesuaikan warna asli pada objek tersebut.

(52)

2. Tema Penciptaan Lukisan

Tema penciptaan lukisan adalah gambaran tentang keadaan-keadaan jenis pohon seperti kesuburan pohon yaitu pohon yang benar-benar subur pohon yang sudah umurnya tua bahkan lumutpun bisa hidup di permukaan pohon tersebut dengan dedaunan yang kehijau-hijauan juga ranting-ranting pohon yang menjulang kemana-mana. Hal itu mengisyaratkan bahwa pentingnya pohon untuk kelangsungan ekosistem di dalam hutan tersebut, bahkan penulis menuliskan kata-kata untuk menyampaikan pesan terhadap perlakuan kita kepada alam. Jika manusia sudah berbuat jahat kepada alam maka alam akan lebih bisa berbuat jahat kepada manusia. Begitu juga pada lukisan-lukisan selanjutnya penulis lebih menekankan kepada keadaan pohon yang yang sudah ditebang bahkan sebagian dibakar baik sengaja maupun tidak sengaja yang bisa menimbulkan kerusakan hutan pada umumnya terutama pohon sebagai elemen penting dari sebuah hutan. Ini adalah bentuk keprihatinan penulis terhadap pohon yang banyak ditebangi dibakar di rusak baik sengaja maupun tidak sengaja dengan mereka yang tidak peduli akan kelangsungan hidup manusia dan alam.

(53)

3. Penyusunan Objek

Dalam penyusunan objek, penulis menggunakan metode observasi langsung menganalisis objek, memotret objek dengan bantuan kamera, kemudian menyeleksi gambar-gambar tersebut lalu mencocokkan dengan konsep dan tema dengan menambahkan, mengurangi, dan menghilangkan bagian-bagian objek yang tidak perlu.

B.Proses Visualisasi 1. Alat, Bahan dan Teknik

Alat, bahan serta teknik atau cara-cara pengerjaan dalam rangka menuangkan ide dan gagasan perupa kedalam sebuah lukisan merupakan hal yang penting demi menunjang proses berkarya. Setiap perupa tentu mempunyai pilihannya sendiri terhadap bahan, alat, serta teknik yang digunakannya, sebab pemilihan tersebut akan menjadi penunjang utama yang menentukan hasil pada karya lukisannya.

(54)

a. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam proses penciptaan karya antara lain: 1) Pensil

Penggunaan pensil disini yaitu, untuk membuat sketsa pada kertas sebagai acuan dalam mengerjakan lukisan. Pensil yang digunakan berwarna hitam ukuran 2B mempunyai sifat lunak dan tidak terlalu tebal sehingga apabila terjadi kesalahan dalam menyeket, maka akan lebih mudah dalam menghapusnya.

2) Kuas

Kuas yang digunakan adalah kuas cat minyak yang memiliki berbagai ukuran, mulai dari ukuran terkecil sampai kuas ukuran besar yang terdiri dari kuas cat tembok. Kuas besar digunakan untuk mengecat dasar kanvas, serta untuk menerapkan blok-blok warna ukuran besar. Kuas ukuran sedang untuk membuat warna yang di blok sedang, dan kecil untuk membuat detail objek atau garis-garis kecil.

(55)

(Dokumentasi pribadi)

3) Palet

Penggunaan palet dalam proses melukis yaitu, sebagai tempat untuk menampung cat yang telah dituangkan dan juga berfungsi untuk mencampur warna-warna cat yang diinginkan perupa.

Gambar 5: Palet (Dokumentasi pribadi) 4) Wadah berisi Bensin

Penggunaan wadah yang berisi bensin yaitu, untuk membersihkan kuas pada saat melukis atau setelah selesai melukis, supaya kuas tidak kaku dan tetap bersih sehingga bisa digunakan kembali untuk melukis.

5) Kain Lap

(56)

Gambar 6: Kain Lap (Dokumentasi pribadi)

b. Bahan

Di dalam proses penciptaan lukisan, pemilihan alat dan bahan serta teknik yang baik adalah kunci bagi banyak pelukis untuk mencapai hasil yang memuaskan secara teknis. Setiap bahan mempunyai karakteristik masing-masing antara kelebihan dan kekurangannya. Berikut bahan dan alat serta teknik yang penulis gunakan dalam penciptaan lukisan

1) Cat Minyak

Jenis cat minyak yang digunakan dalam melukis yaitu, cat produk dari

Marrie’s dan Tallent. Cat produk ini mempunyai kualitas warna dan ketahanan

yang cukup baik dan harganya yang terjangkau.

(57)

Cat minyak mempunyai sifat yang tidak cepat kering, sehingga memudahkan perupa dalam mendetail karya dan membuat gradasi pada karya lukis.

2) Pelarut (minyak)

Oil painting digunakan sebagai pelarut atau pencampur warna cat minyak. Pelarut cat yang digunakan yaitu menggunakan minyak cat (linseed oil) Astro

Gambar 8: Pelarut (minyak) (Dokumentasi pribadi) 3) Kanvas

Kanvas yang digunakan merupakan kanvas mentah yang diolah sendiri.Pengolahan sendiri memungkinkan untuk memberikan hasil yang diinginkan. Kanvas yang digunakan adalah kanvas yang berserat halus, sehingga proses pembentukan objek pada lukisan akan lebih mudah

(58)

c. Teknik

Teknik juga mempunyai peranan penting dalam penciptaan lukisan dari awal sampai menjadi lukisan yang seutuhnya, dalam penciptaan lukisan ini menggunakan teknik basah, teknik basah dipilih cat minyak, karena warna yang dihasilkan akan lebih pekat, dan lebih mudah dalam proses pewarnaannya karena cat minyak tidak cepat kering dan dapat ditemukan di pasaran. Dengan penggunaan warna secara opaque agar warna lebih tegas dan lebih pekat dan mudah untuk ditutup, dan ada juga penggunaan kuas secara impasto.

a. Tahap Visualisasi 1. Sketsa

Gambar 10:Proses Pembuatan (Dokumentasi pribadi)

(59)

2. Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan dasar merupakan proses yang penting karena pemilihan warna yang tepat dari awal akan menentukan pencapaian warna pada tahap akhir. Pewarnaan dasar berorientasi pada gelap terang atau tingkatan value.

Gambar 11: Proses Pewarnaan (Dokumentasi Pribadi)

(60)

sienna, sap green, Yellow ocher dan white titanium pada daunya pelukis menggunakan warna sapp green, Brunt Sienna, dengan sedikit Yellow Ocher dan

White Titanium untuk bagian daun yang muda. Kemudian pada objek utama yaitu

barisan pohon yang tertebang pelukis banyak menggunakan warna Brunt Sienna,

Brown Umber dan warna Yellow Ocher, White Titanium untuk menimbukan efek

tekstur pada bagian pohon, begitu juga dengan tanah prosesnya hampir sama hanya dibuat sedikit halus. Penulis menggunakan tekhnik campuran yaitu teknik yang menggambungkan teknik basah dan kering dengan Linseed Oil dengan cara menggoreskan kuas secara terus menerus agar mendapatkan kehalusan pada lukisan.

3. Finishing (Penyelesaian)

Finishing atau penyelesaian yaitu tahap pengerjaan secara mendetail pada obyek dengan menambahkan atau menumpukkan warna-warna dengan lebih kompleks dan jeli berdasarkan sifat benda, gelap terang serta pencahayaan beserta bayangan yang ada pada objek sehingga setiap objek mempunyai kekayaan warna yang berbeda-beda tetap memperhitungkan keharmonisan keseluruhan warna pada objek.

(61)

dengan seksama seperti memperhatikan warna secara tepat berdasarkan jernih atau suramnya warna (intensity).

(62)

b. Deskripsi Karya 1. Kesuburan Pohon

Gambar 13: Kesuburan Pohon

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 140x120 cm

(63)

Analisis bentuk dalam pengelolaan prinsip penyusunan elemen rupa, pohon yang besar posisi dibagian agak kiri dengan diimbangi daun-daun yang berwarna hijau muda dan tua di kanan dan kiri untuk menciptakan keseimbangan yang dinamis, pohon besar tersebut merupakan “Point of Interest” didukung oleh

dedaunan dan langit,selain untuk memperjelass objek, pohon besar juga menciptakan kesatuan (unity) secara keseluruhan, proposi pohon besar juga menciptakan pusat perhatian, juga pada sisi kanan lukisan untuk menciptakan ruang,dalam lukisan ini menggunakan harmoni yang setiap objek dalam lukisan ini memiliki kedekatan dalam perwarnaan agar tidak terlalu kontras objek satu dengan lainya seperti pada objek dedaunan,ranting serta pohon memiliki kedekatan dalam pewarnaan,warna dan goresan pada setiap objek memiliki kekuatan yang sama kemudian prinsip balance asimetris yaitu memusatkan objek pohon disebelah kanan dan bagian kiri dengan ranting-ranting dan dedaunan.

Pada lukisan ini pelukis menggunakan warna Red,Green,Ultramarine Blue,dan White thitanium untuk objek tulisan yang menempel dipohon, sedangkan objek pohon dan ranting pelukis menggunakan warna Brown Umber, Brunt sienna, yellow ocher,dan White thitanium dengan sedikit campuran warna Sapp Green, Begitu juga pada ranting pohon sama dengan warna pohon, untuk daun menggunakan warna Brown Umber,brunt sienna,Green,sapp Green, dan Yellow Ocher.

(64)

mencampur warna cat terlebih dahulu dicampur pada palet,namun juga kadang dicampur diatas kanvas dan menggunakan Linseed Oi.Dengan teknik ini diharapkan menemukan kehalusan bentuk dari goresan kuas, kuas yang digunakan adalah kuas no 01 sampai dengan kuas no 13.

(65)

2. Terbakar Sudah

Gambar 14: Terbakar Sudah

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 160x110 cm

Objek utama pada lukisan ini adalah pepohon yang sudah hangus akibat terbakar, sebagian lagi api masih berkorbar dengan sedikit asap yang masih menjulang keatas,dengan latar belakang awan biru, pohon dengan komposisi yang tidak beraturan sedangkan sebagian pohon sudah hangus terbakar yang tersisa hanyalah akar akar dan ranting yang berserakan

(66)

biru didalam lukisan pohon-pohon yang besar yang ada ditengah lukisan dengan kanan kiri sebagian kecil agar terwujudnya kesatuan, asap yang menjulang keatas memeberi kesan ruang antara objek pohon asap dan api. Warna api pada lukisan sangat kontras dengan warna langit yang biru, untuk menggambungkan dan terciptanya harmoni pada objek tersebut penulis menggunakan warna coklat tua agar bisa menyatu, didalam lukisan, garis-garis lengkung sangat mendominasi pada ranting-ranting pohon yang terbakar menjadikanya kesatuan yang terlihat utuh, peran pohon besar yang ada dikiri lukisan sangat penting yaitu menggambungkan objek api dengan langit agar terciptanya keseimbangan

Warna yang digunakan pada lukisan ini adalah didmoniasi warna warna panas seperti Yellow Ocher, Yellow Hue,White titanium. Pada bagian pohon warna yang digunakan adalah Brown umber dengan sedikit Brown Sienna, warna tersebut dikombinasikan sesuai kebutuhan untuk menciptakan warna gelap yang beragam pada objek pohon yang terbakar, pada bagian tanah warna yang digunakan Brunt Sienna, Brown Umber dan Yellow Oche nya guna mendapatkan sedikit cahaya api yang memantul dari sinar api ke tanah, pada bagian langit menggunakan warna Prussian Blue,White Titanium dan sedikit yellow ocher,

sedikit kontras dengan warna objek agar terlihat jauh.

(67)
(68)

3. Tak Pernah Mati

Gambar 15: Tak Pernah Mati

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 160x110cm

(69)

Dalam lukisan ini Point Of Interest (titik pusat) perhatian pada objek lukisan terlihat pada dua objek pohon yang paling besar berada disisi kanan dan kiri lukisan dengan banyak tunas tunas muda yang sudah mulai tumbuh kembali, harmoni atau keselarasan pada lukisan ini terlihat pada warna tanah dan objek pohon yang sudah mati tersebut yaitu dengan warna yang kecoklatan menyesuaikan warna asli pada objek sesungguhnya,kemudian keseimbangan pada objek satu dengan yang lain agar tidak ada ketimpangan dalam penempatan unsur elemen elemen rupa, pohon disisi kanan kiri lukisan juga untuk mewujudkan keseimbangan, tekstur semu nampak pada objek tanah yang tidak rata karena sudah bercampurnya tanah dengan sebagian ranting-ranting yang sudah lama. Pada objek lukisan pohon satu dengan lainya saling berdekatan secara warna dan bentuk serta baground lukisanagar terciptanya proporsi yang dinamis.

Lukisan ini mengutamakan kesan cahaya yang nampak dihasilkan oleh matahari dengan sebagian gelap dan sebagian lagi terang, lukisan ini dikombinasikan dengan warna warna gelap, dianataranya Brown Umber,Brunt Sienna,dengan yellow ocher dan white titanium untuk menimbulkan sedikit tekstur tanah yang berserakan karna tertutupi oleh sebagian ranting yang sudah lama terpendam dan menyatu pada tanah. Pada objek ranting pohon pelukis menggunakan warna Green, Sapp Green,Yellow Ocher dengan sedikit campuran

White Thitanium agar terlihat ranting tersebut masih muda dan tampak segar. Teknik yang digunakan sama dengan lukisan sebelumnya yaitu teknik campur yaitu mengkombinasikan teknik basah dan kering, dengan menggunakan

(70)

Lukisan ini menceritakan tentang pohon yang sudah tampak lama mati, mungkin itu akibat ditebang , karena nampak jelas bekas potongan pada salah satu objek pohon, tanah yang tidak rata bercampur dengan bekas-bekas ranting yang sudah menyatu dengan tanah menandakan bahwa pohon tersebut pernah subur dimasanya, namun pohon tersebut kembali tumbuh dengan kuasa Nya, berusaha kembali bangkit dari kepunahan, dengan tampaknya tunas-tunas muda yang masih kecil diantara sela-sela lekukan pohon tersebut. Seolah tak mau kalah menyerah pada kondisi, setetes air cukuplah membasahkan tanah membuat batang batang ini tak pernah mati. Mungkin hanya dua batang, atau tiga, atau lima, entah. Tapi kita yakin ada banyak korban serupa, di tanah subur kita, lumbung oksigen sengaja dibabat oleh keserakahan anak adam. Memang sakit merasakan tipisnya udara bersih. Namun itulah yang terjadi jika penebangan diteruskan.

(71)

4. Tepian Hutan

Gambar 16: Tepian Hutan

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 160x110 cm

(72)

Pengelolaan prinsip penyusunan elemen rupa,dalam lukisan ini penulis menggunakan garis sejajar vertikal pada objek lukisan yaitu barisan pepohonan yang lurus, objek pepohonan yang berbaris ditepian jalan tersebut ada yang besar juga ada yang kecil guna mewujudkan kesatuan (unity), kemudian antara pohon satu dengan lainya yatu pada objek pohon yang besar mendominasi disisi kanan dan kiri lukisan agar terwujudnya ruang pada lukisan tersebut, yaitu antara pohon yang terlihat jauh dan dekat, perbedaan sedikit mencolok (kontras) terlihat pada warna objek jalan dengan pepohonan agar bisa membedakan warna tanahpada jalan tersebut dengan objek lainya. Warna daun pepohonan satu dengan lainya juga rerumputan saling berdekatan itu dibuat agar terciptanya keseimbangan (balance) pada setiap unsur elemen rupa pada lukisan ini.

Untuk pewarnaan pada langit pelukis menggunakan Prussian Blue,White Titanium dan dicampur dengan yellow ocher agar menghasilkan keharmonisan warna, pada objek pohon menggunakan warna Brunt Sienna,Brown Umber dengan sedikit Yellow Ocher dan White Titanium sedangkan pada daun pelukis menggunakan warna Green,Sapp Green, Brunt Sienaa, Yellow Ocher dengan sedikit warna Brown Umber untuk bagian daun yang gelap,begitu juga pada bagian rumput.

(73)
(74)

5. Tertebang I

Gambar 17: Tertebang I

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 140x120 cm

(75)

Prinsip elemen rupa pada lukisan ini terlihat pada garis yang sejajar dan lengkung mendominasi pada objek pohon yang tertumpuk dengan menonjolkan tekstur semu pada objek pohon, tumpukan pepohonan yang tertebang tersebut secara keseluruhan menciptakan kesatuan (unity), irama dalam bentuk objek pepohonan diwujudkan dengan adanya keseimbangan bentuk pada pohon tersebut yaitu terlihat pada tumpukan pohon satu dengan lainya dengan berbaris sejajar lurus agar terwujudnya ruang. Warna yang berdekatan pada objek pohon dan tanah tersebut diciptakan agar terwujudnya harmoni atau keselarasan, kemudian pada objek pepohonan yang hijau warna sedikit kontras dengan pepohonan yang tertumpuk, agar terlihat objek utamanya yaitu pepohonan yang sudah ditebang, pepohonan yang tertumpuk tersebut dibuat seperti warna aslinya tekstur semu terlihat jelas pada kulit-kulit bagian pepohonan yang terkena cahaya

Penulis menggunakan warna Brown Umber, Brunt Sienna,Sap Green,

Yellow Ocher dan White Titanium pada daunya pelukis menggunakan warna Sapp

Green, Brunt Sienna, dengan sedikit Yellow Ocher dan White Titanium untuk bagian daun yang muda. Kemudian pada objek utama yaitu barisan pohon yang tertebang pelukis banyak menggunakan warna Brunt Sienna, Brown Umber, dan warna Yellow ocher, White Titanium untuk menimbukan efek tekstur pada bagian pohon, begitu juga dengan tanah prosesnya hampir sama hanya dibuat sedikit halus.

(76)

menggoreskan kuas secara terus menerus agar mendapatkan kehalusan pada lukisan.

(77)

6. Tertebang II

Gambar 18: Tertebang II

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 130x110 cm

(78)

aspal yang sedikit berlubang dengan warna putih ke abu-abuan dan sedikit tampak langit yang biru pada lukisan

Pada prinsip penyusunan elemen-elemen rupa pada lukisan ini adalah (Point Of Interest) yaitu titik pusat pada objek truck yang membawa glondongan kayu, dengan latar belakang objek utama adalah barisan pepohonan berbaris lurus vertikal agar terwujudnya kesatuan (unity) dengan warna lebih banyak menggunakan warna sapgreen agar terlihat harmoni pada tiap objek objek lukisan terutama pada daun-daun pepohonan yang kehijauan dengan rumput-rumput yang lebat disisi kanan kiri lukisan, warna-warna gelap yang terdapat pada objek pepohonan sebagai latar belakang diciptakan agar terwujudnya ruang sebagai objek yang tidak tersinari cahaya, keseimbangan dinamis terdapat pada warna obek langit yang saling berdekatan dengan warna aspal dengan warna putih kebiru-biruan agar tidak tampak terlalu kontras,

Warna yang digunakan pada objek langit yaitu Ultramarine Blue, White Titanium agar tidak terlalu kontras langit dengan objek lainya pelukis menggunakan Yellow Ocher. Untuk bagian pohon pelukis menggunakan warna

Gambar

Tabel 1 Struktur Seni Lukis
Gambar 1 : 221 cm X 122 cm Cat Minyak di atas kanvas, 1957 Dullah, “Hutan Di Gunung Merapi” (Sumber, http://archive.ivaa-online.org)
Gambar 2: Ivan Shishkin, (Sumber, www ivan shishkin_rusia/Ivan  Twilight Cat Minyak di Atas Kanvas, 1883 Shishkin - Olga's Gallery_files/a.htm.)
Gambar 3: Alat dan Bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam lukisan akan ditampilkan representasi dari permainan tradisional tersebut, visualisasi figur anak-anak beserta permainan tradisional yang sedang dimainkan dalam bentuk

Untuk itu, saya sertakan ucapan terimakasih saya kepada rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa yang

Setelah dilakukan pembahasan dan penciptaan maka dapat disimpulkan bahwa1) konsep penciptaan lukisan adalah kekaguman serta keprihatinan terhadap bangunan Indis

Lukisan menggunakan penggubahan objek (deformasi), penggayaan dari unsur alam (stilasi), penambahan ornamen geometris dan non geometris pada lukisan, penggunaan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskrepsikan konsep dan tema penciptaan, serta proses visualisasi bentuk dan teknik lukisan dengan judul Momen Anak

visualisasi RAM pada lukisan, akan dijadikan simbol yang membentuk garis sebagai penggambaran bagaimana hubungan yang saling terkait antara pengguna media sosial yang

Menggunakan warna komplementer yang diberi pattern, kontur, dan outline pada objek dengan background yang berwarna polos, (2) tema lukisan merupakan penggambaran

Konsep penciptaan lukisan adalah ketertarikan pada pemandangan alam pedesaan di Bantul, dengan mengamati objek dan bantuan fotografi, digambarkan dengan goresan yang