commit to user
TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM KEJAKSAAN
NEGERI SEMARANG ATAS DASAR JUDEX FACTIE KURANG CUKUP MEMPERTIMBANGKAN HAL–HAL YANG MEMBERATKAN
DARI TERDAKWA DALAM PERKARA PEMALSUAN SURAT DEPOSITO
(Studi Kasus Dalam Putusan MA No. 112PK/Pid.Sus/2010,Tanggal 11 Maret 2010)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ENDAH SURYANDARINI PUTERI NIM : E1107146
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 – 2011
commit to user
Penulisan Hukum ( Skripsi )
TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG ATAS DASAR JUDEX FACTIE KURANG CUKUP
MEMPERTIMBANGKAN HAL–HAL YANG MEMBERATKAN DARI TERDAKWA DALAM PERKARA
PEMALSUAN SURAT DEPOSITO
(Studi Kasus Dalam Putusan MA No. 112PK/Pid.Sus/2010,Tanggal 11 Maret 2010)
Disusun oleh :
ENDAH SURYANDARINI PUTERI NIM : E1107146
Disetujui untuk Dipertahankan
Dosen Pembimbing
commit to user PERNYATAAN
Nama : ENDAH SURYANDARINI PUTERI
NIM : E1107146
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG ATAS DASAR JUDEX FACTIE
KURANG CUKUP MEMPERTIMBANGKAN HAL– HAL YANG
MEMBERATKAN DARI TERDAKWA DALAM PERKARA PEMALSUAN
SURAT DEPOSITO(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MA No.
112PK/Pid.Sus/2010,Tanggal 11 maret 2010) adalah betul-betul karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi)
ini.
Surakarta, Maret 2011
Yang membuat pernyataan
ENDAH SURYANDARINI PUTERI
commit to user ABSTRAK
Endah Suryandarini Puteri, E1107146.2011. TINJAUAN YURIDIS
PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM ATAS DASAR JUDEX FACTIE KURANG CUKUP MEMPERTIMBANGKAN HAL – HAL YANG MEMBERATKAN DARI TERDAKWA DALAM PERKARA PEMALSUAN
DEPOSITO (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MA NO.112
PK/PID.SUS./2010, TANGGAL 11 MARET 2010), Penulisan Hukum (SKRIPSI), FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Judex Factie yang kurang cukup mempertimbangkan hal-hal yang membertkan dari terdakwa dapat dijadikan dasar bagi Penuntut Umum untuk mengajukan kasasi dalam perkara pemalsuan surat deposito. Serta untuk mengetahui argumentasi
hukum Judex Juris dalam menilai alasan kasasi Penuntut Umum Kejaksaan
Negeri Semarang dalam perkara pemalsuan surat deposito.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif atau doktrinal, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Sifat penelitian ini adalah preskriptif. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus yaitu berusaha memahami ratio decidendi atau reasoning, yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai pada putusan.
Hasil dari penelitian ini bahwa pertimbangan Judex factie kurang
cukup mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dari terdakwa, dalam memberikan penilaian terhadap alasan-alasan kasasi Penuntut Umum dalam perkara pemalsuan surat deposito bahwa Hakim Mahkamah Agung sudah cukup mempertimbangkan segi kepastian hukum, keadilan dan kemanfatannya. Pertimbangan sudah bersifat argumentatif artinya didasari nalar yuridis yang memadai dapat dijadikan dasar bagi Penuntut Umum untuk mengajukan kasasi dalam perkara pemalsuan surat deposito, dan argumentasi hukum
Judex Juris dalam menilai alasan kasasi Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Semarang sangat tepat dan berdasarakan kepada peraturan perundangan yang berlaku, serta masih dalam ketentuan yang diatur untuk mengajukan suatu kasasi.
commit to user ABSTRACT
Endah Suryandarini Puteri, E1107146. 2011. A JURIDICAL REVIEW ON THE APPEAL TO SUPREME COURT BY SEMARANG DISTRICT ATTORNEY OFFICE’S PUBLIC PROSECUTOR BASED ON JUDEX
FACTIE INADEQUATELY CONSIDERS THE INCRIMINATING
FACTORS FROM THE DEFENDANT IN THE DEPOSIT DOCUMENT FALSIFICATION (A CASE STUDY IN SUPREME COURT’S DECISION NO.112PK/PID.SUS/2010, ON MARCH 11, 2010). Law Writing (Thesis), Law Faculty of Surakarta Sebelas Maret University,
This research aims to find out whether or not the Judex factie inadequately considering the incriminating factors from the defendant can be used as the rationale for the Public Prosecutor to appeal to Supreme Court in deposit document falsification case. It also aims to find out the legal argumentation of Judex Juris in assessing the rationale of appeal to Supreme Court of Semarang District Attorney Office’s Public Prosecutor in deposit document falsification case.
This study belongs to a normative or doctrinal law research, that is, law research conducted by studying the literature or secondary data consisting of primary, secondary and tertiary law materials. This research is prescriptive in nature. As a prescriptive discipline, law studies the objective of law, justice value, law rule validity, law concept, and law norm. This research employed case approach, that is, to understand the ratio decidendi or reasoning, namely the legal reasoning the judge uses to achieve a verdict.
The result of research shows that the Judex factie inadequately considering the incriminating factors from the defendant in giving assessment to the Public Prosecutor’s reasoning in appealing to Supreme Court in deposit document falsification case that the Judge of Supreme Court has adequately taken into account the law certainty, justice and usefulness aspects. The consideration has been argumentative in nature meaning that its based on the adequate juridical reasoning that can be foundation for the Public Prosecutor to appeal to Supreme Court in deposit document falsification case, and Judex Juris law argumentation in assessing the reason of Semarang District Attorney Office’s Public Prosecutor is very appropriate and based on the enacted legislation, as well as still in the provision governed in appealing to Supreme Court.
commit to user MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)
”Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi,namun
mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidakmenyia-nyiakan
waktu untuk menunggu inspirasi.”
(Ernest Newman)
“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih
terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”
(Mario Teguh)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
commit to user PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan nikmat yang
telah diberikan-Nya
2. Untuk Kedua orang tuaku tercinta Bapak Suradji Suryo Putranto , S.H , M.M dan Ibu
Endang Mangularsih M.pd , M.M atas segala doa, bimbingan, nasehat dan semangat nya
untukku
3. Untuk bapak Bambang Santoso SH,M.hum.atas bimbingan , motivasi dan semangatnya
terima kasih sebanyak – banyaknya.S
4. Untuk calon suamiku letda ctp.Saputro Kurniawan atas semangat , kasih sayang ,nasehat
semuanya yang selalu membuat aku tersenyum.
5. Kakak tersayang mba Enderi dan mas Endro atas kenakalanya , semangat , motivasi serta
kakak iparku mba P eggy dan mas Farid terimakasih doanya.
6. Seluruh keluarga besarku Alm.eyang Samtodiharjo, eyang Bujoyuwono atas doa ,dukungan
dan kasih sayang
7. Teman- temanku sahabatku BDS (berlian , tika ,riana, nova ,ayu , henggar, sinta , ayu
smada) ,TIRINDA ,temen kostku ( sayik , intan , tince) semuanya terimakasih menjadi
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, berkah,
serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis
mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul “ TINJAUAN
YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT UMUM
KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG ATAS DASAR JUDEX FACTIE KURANG CUKUP MEMPERTIMBANGKAN HAL – HAL YANG
MEMBERATKAN DARI TERDAKWA DALAM PERKARA
PEMALSUAN SURAT DEPOSITO(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MA No.112PK /Pid.Sus/ 2010 , Tanggal 11 maret 2010)”.
Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi
syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta..
Atas berbagai bantuan yang telah banyak membantu Penulis selama
melaksanakan studi sampai terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini,
maka pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
kepada :
1. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H, M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.
3. Bapak Alm.Gusdan Hanung S.H, S.E , M.hum. selaku Pembimbing
Akademik Penulis.
4. Bapak Bambang Santoso, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
5. Bapak Harjono S.H , M.H selaku Ketua Program Nonreguler.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas
commit to user
Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
7. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah
banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis menempuh
studi di Fakultas Hukum UNS Surakarta.
8. Kedua orang tuaku ,calon suamiku , kakakku dan kakak iparku yang telah
memberikanku doa, cinta, kasih sayang dan ridho yang menjadi kekuatan dan
bekal dalam menjalankan kehidupan ini.
9. Keluarga Besar penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik
moril maupun materiil kepada penulis.
10. Teman-teman kuliah Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Angkatan
2007 , dan semua pihak yang membantu dalam penulisan hukum ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis
terima dengan senang hati
Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi sumbangan Pengetahuan
dan Pengembangan Hukum pada khususnya dan Ilmu Pengetahuan pada
umumnya. Dan semoga pihak-pihak yang telah membantu Penulisan Hukum
ini, atas amal baik mereka semoga mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.
Surakarta, Maret 2011
ENDAH SURYANDARINI PUTERI
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 11
1. Tinjuan Umum Tentang Kasasi ... 11
2. Tinjauan Umum Tentang Pertimbangan Hakim ... 14
3. Tinjauan Umum Tentang Putusan ... 15
4. Tinajuan Umum Tentang Pemalsuan Surat ... 21
B. Kerangka Pemikiran ... 24
commit to user
A. Pengajuan Kasasi oleh Penuntut Umum dengan Alasan Judex
Factie Kurang Cukup Mempertimbangkan Hal-Hal yang
Memberatkan Dari Terdakwa dalam Perkara Pemalsuan Surat
Deposito menurut KUHA ... 26
1. Uraian Kasus Posisi ... 26
2. Identitas Terdakwa ... 27
3. Dakwaan Penuntut Umum ... 27
4. Tuntutan Pidana Kejaksaan Negeri Semarang ... 41
5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 463/Pid. B 2009/PN. Smg, tanggal 30 Juli 2009 ... 47
6. Amar Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 469/Pid/ 2009/PN. Smg, tanggal 19 Oktober 2009 ... 52
7. Alasan Pengajuan Kasasi Penuntut Umum ... 53
8. Pembahasan ... 55
B. Argumentasi Hukum Judex Juris Dalam Menilai Alasan Kasasi Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Semarang Dalam Perkara Pemalsuan Surat Deposito ... 59
1. Pertimbangan Hakim Kasasi ... 59
2. Amar Putusan Mahkamah Agung ... 59
3. Pembahasan ... 65
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 67
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ...
commit to user DAFTAR GAMBAR
commit to user 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum bukan
berdasarkan atas kekuasaan, demikianlah penegasan di dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Sebagai negara hukum bertujuan menciptakan adanya keamanan
dan ketertiban, keadilan dan kesejahteraan, dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara, serta menghendaki agar hukum ditegakkan, artinya hukum
harus dihormati dan ditaati oleh siapapun tanpa kecuali baik oleh seluruh
warga masyarakat, penegak hukum, maupun oleh penguasa negara, sehingga
segala tindakannya harus dilandasi oleh hukum. Adanya keseimbangan yang
terjadi di dalam negara, diharapkan dapat mendorong kreatifitas serta peran
aktif masyarakat dalam membangun suatu negara, khususnya dalam menjamin
kemerdekaan hak asasi manusia karena merupakan hak dasar yang secara
kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal, oleh karena itu harus
dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun.
Penegakan hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Hukum tersebut harus ditegakkan demi terciptanya tujuan dan
cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia
ke-empat yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
commit to user
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Agar tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia tersebut dapat tercapai,
maka negara melaksanakan pembangunan dalam segala bidang demi
kesejahteraan rakyat. Rasa aman yang diberikan oleh pemerintah tidak hanya
ditujukan bagi rakyat yang benar saja, akan tetapi bagi mereka yang
melakukan kesalahan ataupun bagi mereka yang diduga melakukan kesalahan
juga berhak memperoleh jaminan rasa aman terhadap diri mereka. Seseorang
yang melakukan kesalahan, dalam hal ini melakukan tindak pidana di dalam
Negara Indonesia yang berlandaskan hukum, maka sudah sepantasnya untuk
diproses secara hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Proses yang berlaku
untuk menahan seorang tersangka ataupun terdakwa harus sesuai prosedur
yang berlaku.
Perlindungan hukum bagi masyarakat Indonesia merupakan kewajiban
mutlak dari Bangsa Indonesia. Penyelenggaraan kekuasaan haruslah bertumpu
atas sendi-sendi negara hukum dan demokrasi. Dengan landasan negara
hukum, penyelenggaraan kekuasaan hendaknya memberikan jaminan
perlindungan hukum bagi masyarakat sebagai yang diperintah. Masyarakat
pun diharapkan berperan serta secara aktif dalam proses penyelenggaraan
hukum dan penegakkan hukum yang sah.
Dalam suatu negara hukum seperti di Indonesia, Pengadilan adalah suatu
badan atau lembaga peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk
memperoleh keadilan. Oleh karena itu jalan yang terbaik untuk mendapatkan
penyelesaian suatu perkara dalam negara hukum adalah melalui lembaga
peradilan tersebut. Dalam suatu lembaga peradilan, hakim memegang peranan
penting karena hakim dalam hal ini bertindak sebagai penentu untuk memutuskan
suatu perkara yang diajukan ke pengadilan.
Hakim dalam memutus suatu perkara memiliki kebebasan menurut Pasal
commit to user
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh dan campur tangan kekuasaan
pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam
Undang-Undang tentang kedudukan para hakim. Hal ini sesuai dengan ciri dari Negara
hukum itu sendiri yaitu terdapat suatu kemerdekaan hakim yang bebas, tidak
memihak dan tidak dipengaruhi oleh Kekuasaan Legislatif dan Eksekutif.
Kebebasan hakim tersebut tidak dapat diartikan bahwa hakim dapat melakukan
tindakan sewenang-wenang terhadap suatu perkara yang sedang ditanganinya,
akan tetapi hakim tetap terikat pada peraturan hukum yang berlaku.
Dalam hal kebebasan hakim juga berarti bahwa hakim harus dapat
memberi penjelasan dalam menerapkan Undang-Undang terhadap suatu perkara
yang ditanganinya. Penjelasan tersebut diberikan berdasarkan penafsiran dari
hakim itu sendiri. Penafsiran disini bukan semata-mata berdasaran akal, ataupun
sebuah uraian secara logis, namun hakim dalam hal ini harus bisa memilih
berbagai kemungkinan berdasarkan keyakinannya.
Hakim sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara yang diajukan
ke pengadilan, dalam menjatuhkan putusan harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Kewenangan yang diberikan kepada Hakim untuk mengambil
suatu kebijaksanaan dalam memutus perkara, diatur dalam Pasal 5 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
menentukan Hakim dan Hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Adapun pertimbangan-pertimbangan hakim tersebut, di samping
berdasarkan Pasal-Pasal yang diterapkan terhadap terdakwa sesungguhnya juga
didasarkan atas keyakinan dan kebijaksanaan hakim itu sendiri. Hakim dalam
mengadili suatu perkara berdasarkan hati nuraninya. Putusan oleh Hakim
pengadilan tingkat pertama, maka baik terdakwa atau penuntut umum diberikan
hak untuk mengajukan keberatan atau menolak putusan atau dalam KUHAP
dikenal dengan istilah upaya hukum. Lembaga upaya hukum ini di dalam
commit to user
hukum merupakan hak baik bagi terdakwa maupun penuntut umum. Upaya
hukum ini menurut KUHAP ada dua macam, yaitu upaya hukum biasa dan luar
biasa. Salah satu jenis upaya hukum biasa ini disebut dengan kasasi.
Upaya kasasi adalah hak yang diberikan hukum kepada terdakwa maupun
kepada penuntut umum. Penggunaan hak tersebut tergantung sepenuhnya kepada
terdakwa dan penuntut umum. Apabila mereka bisa menerima putusan yang
dijatuhkan oleh hakim, mereka dapat tidak mempergunakan hak tersebut.
Sebaliknya jika mereka tidak bisa menerima putusan tersebut, maka dapat
mempergunakan hak untuk mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada
Mahkamah Agung.
Dalam mengadili dan memutuskan suatu perkara, hakim memiliki
berbagai pertimbangan, baik pertimbangan beradasarkan ketentuan dan
perudangan yang berlaku atau pertimbangan kemanusia. Berbagai
pertimbangan yang dilakukan oleh hakim tersebut tidak jarang menimbulkan
rasa tidak puas bagi pihak-pihak yang sedang berperkara.
Penulis tertarik untuk melakukan telaah yurudis mengenai pengajuan
kasasi hal-hal yang memberatkan terdakwa dalam tindak pidana pemalsuan
surat. Untuk itu penulis terdorong untuk menulis Penulisan Hukum dengan
judul “TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH PENUNTUT
UMUM KEJAKSAAN NEGERI SEMARANG ATAS DASAR JUDEX FACTIE KURANG CUKUP MEMPERTIMBANGKAN HAL-HAL
YANG MEMBERATKAN DARI TERDAKWA DALAM PERKARA PEMALSUAN SURAT DEPOSITO (STUDI KASUS PUTUSAN MA No.
commit to user B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam setiap
penelitian karena dibuat untuk memecahkan masalah pokok yang timbul
secara jelas dan sistematis sehingga penelitian akan lebih terarah pada sasaran
yang akan dicapai. Perumusan masalah dibuat untuk lebih menegaskan
masalah yang akan diteliti, sehingga dapat ditemukan satu pemecahan masalah
yang tepat dan mencapai tujuan.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini meliputi :
a. Apakah bila Judex factie kurang cukup mempertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dari terdakwa dapat dijadikan dasar bagi Penuntut
Umum untuk mengajukan kasasi dalam perkara pemalsuan surat
deposito?
b. Bagaimanakah argumentasi hukum Judex Juris dalam menilai alasan
kasasi Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Semarang dalam perkara
pemalsuan surat deposito?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah sesuai
dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Penulis
dalam penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui apakah Judex Factie yang kurang cukup
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dari terdakwa dapat
dijadikan dasar bagi Penuntut Umum untuk mengajukan kasasi dalam
commit to user
b. Untuk mengetahui argumentasi hukum Judex Juris dalam menilai
alasan kasasi Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Semarang dalam
perkara pemalsuan surat deposito.
2. Tujuan Subjektif
a. Memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun
penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam
meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman Penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan
praktek lapangan hukum, khususnya dalam bidang hukum acara pidana
yang sangat berarti bagi penulis.
c. Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Merupakan salah satu sarana bagi Penulis untuk mengumpulkan data
sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk
mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk sedikit memberi sumbangan pengetahuan dan pikiran dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum
pada khususnya.
c. Untuk mendalami teori–teori yang telah Penulis peroleh selama
commit to user
Maret Surakarta serta memberikan landasan untuk penelitian lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan Penulis dalam bidang hukum sebagai
bekal untuk masuk ke dalam instansi atau instansi penegak hukum
maupun untuk praktisi hukum yang senantiasa memperjuangkan
hukum di negeri ini agar dapat ditegakkan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan
serta tambahan pengetahuan bagi pihak–pihak yang terkait dengan
masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan
memahami lingkungan–lingkungan yang dihadapi (Soerjono Soekanto,
1986: 6). Maka dalam penulisan skripsi ini bisa disebut sebagai suatu
penelitian ilmiah dan dapat dipercaya kebenarannya dengan menggunakan
metode yang tepat. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Sebagai penelitian hukum, maka penelitian ini termasuk penelitian
hukum normatif atau doktrinal, yaitu penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik
suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti
commit to user 2. Sifat Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki, bahwa ilmu hukum mempunyai
karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, oleh karena itu
penelitian ini juga bersifat preskriptif. Sebagai ilmu yang bersifat
preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan,
validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.
(Peter Mahmud Marzuki, 2006: 41). Dalam penelitian ini Penulis,
mengkaji ratio decidendi tentang putusan kasasi perkara pemalsuan surat.
3. Pendekatan Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan-pendekatan yang
digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang
(statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis
(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),
pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006:
93).
Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan pendekatan kasus yaitu
berusaha memahami ratio decidendi atau reasoning, yaitu alasan-alasan
hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai pada putusan. .
4. Sumber-Sumber Penelitian Hukum
Sumber penelitian yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah
sumber penelitian sekunder, yang terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa :
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
2) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
3) Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan RI
4) Putusan Mahkamah Agung No. 112 K/ Pid. Sus/ tanggal 11 Maret
2010
commit to user
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang berisi penjelasan mengenai
bahan hukum primer yang terdiri dari buku dan jurnal khususnya yang
berkaitan dengan penelitian hukum ini.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap bahan hukum sekunder terdiri dari bahan - bahan
dari internet.
5. Teknik Pengumpulan Sumber Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka dan
rujukan internet untuk mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan.
Teknik pengumpulan sumber penelitian berisi uraian logis prosedur
pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum
tersier, serta bagaimana bahan hukum tersebut diinventarisasi dan diklasifikasi
dengan menyesuaikan dengan masalah yang dibahas. Untuk tujuan ini, sering
digunakan sistem kartu. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas dipaparkan, disistematisasi, kemudian dianalisis untuk
menginterpretasikan hukum yang berlaku ( Jhonny Ibrahim, 2008:296).
6. Teknik Analisis Penelitian
Dalam penelitian ini, isue hukum dianalisis dengan dengan logika
deduktif. Pengunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis
mayor (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat
khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau
conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2006:47). Di dalam logika silogistik
untuk penalaran hukum yang bersifat premis mayor adalah aturan hukum
sedangkan premis minornya adalah fakta hukum. Logika deduktif merupakan
suatu teknik untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
commit to user
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai keseluruhan dari isi
penulisan hukum, maka penulis membagi penulisan hukum ini menjadi
empat bab. Adapun sistematika dari penulisan hukum ini sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, jadwal
penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang melandasi
penelitian hukum. Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan umum tentang
kasasi, pertimbangan hakim, putusan dan tindak pindana pemalsuan surat.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini akan berisi mengenai simpulan dan saran terkait dengan pembahasan
permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user 11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Kasasi
a. Pengertian Kasasi
Lembaga kasasi sebenarnya berasal dari Perancis. Yang
barasal dari kata casser yang artinya memecah. Pada asasnya
kasasi didasarakan pada pertimbangan bahwa terjadi kesalahan
penerapan hukum atau hakim telah melampaui kekuasaan
kehakiman (Andi Hamzah, 2002: 292).
Pada tanggal 21 Agustus 1790 dibentuklah le tribunal de
cassation dan pada tahun 1810 de Cour de cassation telah
terorganisasi dengan baik. Kemudian adanya lembaga kasasi
tersebut di tiru di negeri Belanda yang akhir juga dibawa ke
Indonesia pada masa penjajahan Belanda (Andi Hamzah, 2002:
292).
Kasasi adalah pembatalan atas keputusan
Pengadilan-pengadilan yang lain yang dilakukan pada tingkat peradilan
terakhir dan dimana menetapkan perbuatan
Pengadilan-pengadilan lain dan para hakim yang bertentangan dengan
hukum, kecuali keputusan Pengadilan dalam perkara pidana yang
mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuduhan, hal ini
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 UU No. 1 Tahun 1950
jo. Pasal 244 UU No. 8 Tahun 1981 dan UU No. 14 Tahun 1985
jo. UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
commit to user
b. Alasan Kasasi
Kasasi dilakukan jika terdapat ketidakpuasan antara
masing-masing pihak yang sedang berpekara. Sebelum
melakukan kasasi, masing-masing pihak harus terlebih dahulu
melakukan proses hukum pada tingkat pengadilan yang lebih
tinggi hingga pada akhirnya sampai ke Mahkamah Agung.
Ketidak puasan tersebut dapat terjadi karena rasa keadilan
yang diinginkan oleh kedua belah pihak belum terpenuhi secara
utuh sebagaimana yang mereka kehendaki.
Alasan pengajuan kasasi berdasarkan ketentuan pasal 253
ayat (!) Undang- Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP,
yaitu apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagaimana mestinya; apakah benar cara
mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang;
atau apakah benar pengadilan telah melampaui batas
wewenangnya
c. Tujuan Kasasi
Adanya kasasi tersebut bertujuan untuk menciptakan kesatuan
penerapan hukum dengan jalan membatalkan putusan yang
bertentangan dengan undang-undang atau keliru dalam
menerapkan hukum (Andi Hamzah, 2002: 292)
d. Tata Cara Kasasi
Pengajuan kasasi dalam perkara pidana menurut Pasal 54
Undang-UndangNo.14 Tahun 1985 yang menegaskan, dalam
pemeriksaan kasasi untuk perkara pidana digunakan hukum acara
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.
Adapun prosedur pengajuan kasasi dalam perkara pidana
commit to user
disampaikan oleh pemohon kepada panitera pengadilan yang
telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama, dalam waktu
14 (empat belas) hari sesudah putusan pengadilan yang
dimintakan kasasi itu.diberitahukan kepada terdakwa. Permintaan
tersebut oleh panitera ditulis dalam sebuah surat keterangan yang
ditandatangani oleh panitera serta pemohon, dan dicatat dalam
daftar yang dilampirkan pada berkas perkara. Dalam hal
Pengadilan Negeri menerima permohonan kasasi, baik yang
diajukan oleh penuntut umun, atau terdakwa maupun yang
diajukan oleh penuntut umum dan terdakwa sekaligus, maka
panitera wajib memberitahukan permintaan dari pihak yang satu
kepada pihak yang lain.
Dalam pasal 246 KUHAP menegaskan bahwa Apabila
tenggang waktu 14 hari telah lewat tanpa diajukan permohonan
kasasi oleh yang bersangkutan, maka yang bersangkutan
dianggap menerima putusan. Apabila dalam tenggang waktu 14
hari, pemohon terlambat mengajukan permohonan kasasi maka
hak untuk itu gugur. Atas anggapan menerima putusan atau
terlambat mengajukan permohonan kasasi, maka panitera
mencatat dan membuat akta.mengenai hal itu serta melekatkan
akta tersebut pada berkas perkara.
Selama perkara permohonan kasasi belum diputus oleh
Mahkamah Agung, permohonan kasasi dapat dicabut
sewaktu-waktu dan dalam hal sudah dicabut, permohonan kasasi dalam
perkara itu tidak dapat diajukan lagi. Jika pencabutan dilakukan
sebelum berkas perkara dikirim ke Mahkamah Agung, berkas
tersebut tidak jadi dikirimkan. Apabila perkara telah mulai
diperiksa akan tetapi belum diputus, sedangkan sementara itu
commit to user
dibebani membayar biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh
Mahkamah Agung hingga saat pencabutannya. Perlu diingat,
berdasarkan Pasal 247 ayat (4) UU No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang Hukum Acara Pidana, Permohonan kasasi hanya
dapat dilakukan satu kali.
Pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan seperti halnya
dalam tingkat banding, atas dasar surat-surat, yaitu terutama
putusan, berkas perkara dan risalah-risalah kasasi.
Permusyawaratan hakim untuk menentukan putusan dilakukan
dalam rapat tertutup, tetapi putusan diucapkan dalam sidang yang
terbuka untuk umum.
Mengenai keputusan kasasi yang oleh Mahkamah Agung,
pemohon kasasi akan diberitahu tentang hal tersebut melalui
Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tingkat Pertama, dalam hal
ini Jurusita pada Pengadilan Tingkat Pertama tersebut akan
memberitahukan putusan kasasi itu kepada kedua belah pihak
yang berperkara.
2. Tinjauan Umum Tentang Pertimbangan Hakim
Setelah hakim mengetahui duduknya perkara yang sebenarnya,
maka pemeriksaan terhadap perkara dinyatakan selesai. Kemudian
dijatuhkan putusan. Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh
hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Bukan
hanya diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyataan
yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh
hakim di persidangan. Putusan yang diucapkan di persidangan
commit to user
Mahkamah Agung dengan surat edarannya no.5/1959 tanggal 20 April
1959 dan no.1/1962 tanggal 7 Maret 1962 menginstruksikan antara
lain agar pada waktu putusan diucapkan konsep putusan harus sudah
selesai. Maksud tujuan surat edaran ini ialah untuk mencegah
hambatan dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula
adanya perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang ditulis.
Jikalau ternyata ada perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan
yang ditulis, maka yang sah adalah yang diucapkan yaitu lahirnya
putusan itu sejak diucapkan.
Akan tetapi, putusan hakim bukanlah satu-satunya bentuk untuk
menyelesaikan perkara. Disamping putusan hakim masih ada penetapan
hakim. Penyelesain perkara dalam peradilan contentieus disebut
putusan sedangkan penyelesaian perkara dalam peradilan voluntair
disebut penetapan. Tugas pokok hakim memeriksa dan mengadili.
Memeriksa berarti meneliti fakta yang terjadi sepanjang yang
dituduhkan terhadap tertuduh, para saksi dan barang bukti. Mengadili
setelah ditemukan faktanya lalu dipertimbangkan dari segi hukumnya.
Perbuatan mengadili haruslah berdasarkan fakta yang terungkap di
persidangan kemudian dipertimbangkan dari segala segi hukumnya.
Inilah tugas pokok hakim, memeriksa, mempertimbangkan kemudian
menyimpul kan serta menetapkan
3. Tinjauan Umum Tentang Putusan
a. Pengertian Putusan
Putusan adalah hasil atau kesimpulan dari sesuatu yang
telah dipertimbangkan dan dinilai dengan semasak-masaknya
yang dapat berbentuk tertulis ataupun lisan. KUHAP sendiri
memberikan pengertian tentang putusan (vonnis), yaitu dalam
commit to user
hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan yang terbuka,
yang dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari segala
tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalarn
undang-undang ini" Sedangkan formalitas putusan diatur dalam
Pasal 197 KUHAP Ayat (1) dan apabila tidak dipenuhi akan
mengakibatkan putusan tersebut batal demi hukum.
Andi Hamzah (2002: 277) mengemukakan bahwa
pengambilan keputusan dilakukan setelah hakim memandang
pemeriksaan sudah maka mempersilahkan penuntut umum
membacakan tuntutannya dan selanjutnya pembela memberikan
jawaban. Setelah mempertimbangkan hal-hal tuntutan dan
jawaban pembela maka hakim mengambil kesimpulan dan
menjatuhkan keputusan.
b. Macam-macam Putusan
Setalah mendengar pernyataan kedua belah pihak,
mendengarkan kesaksian para saksi dan adanya barang bukti,
maka selanjutnya hakim akan melakukan pengambilan
keputusan. Adapun macam-macam putusan adalah sebagai
berikut :
1) Macam- macam putusan hakim
a) Putusan yang menyatakan tidak berwenang
mengadili.
b) Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan batal demi
Hukum.
c) Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak dapat
diterima.
d) Putusan yang menyatakan terdakwa dilepas dari
commit to user
e) Putusan Bebas.
f) Putusan yang menghukum terdakwa.
Harus pula diperhatikan tingkat-tingkat dakwaan kumulatif
atau altematif (dakwaan primer atau subsider)
Dalam Pasal 182 Ayat (5) KUHAP bahwa dalam
musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan
pertanyaan dimulai dari hakim termuda sampai hakim yang
tertua, sedangkan yang terakhir, mengemukakan pendapatnya
adalah hakim ketua majelis, dan semua pendapat harus disertai
pertimbangan beserta alasannya. Dalam ayat berikutnya yaitu
Ayat (6) Pasal 182 KUHAP itu diatur sedapat mungkin
musyawarah majelis mempakan hasil permufakatan bulat, kecuali
jika hal itu diusahakan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai,
maka ditempuh dua cara yaitu :
a) Putusan itu diambil dengan suara terbanyak
b) Jika dengan suara terbanyak tidak dapat diperoleh putusan
maka yang dipilih ialah pendapat hakim yang paling
menguntungkan bagi terdakwa, Selanjutnya pelaksanaan
pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud dimuka,
dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan
khusus untuk keperluan itu dan isi buku tersebut sifatnya
rahasia ( Pasal 182 Ayat (7) KUHAP ).
2) Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan.
Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang No. 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa :
Tidak ada seorangpun dapat dijatuhi pidana kecuali
apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah
commit to user
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab telah
bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya
Dari ketentuan diatas tampak bahwa dalam
menjatuhkan putusan, hakim harus berpegang pada alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang. Alat bukti
yang sah menurut Pasal 184 KUHAP adalah:
a) Keterangan Saksi
Menurut pasal 185 ayat (!) Keteranagn saksi sebagai
alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan disidang
pengadilan .
b) Keterangan Ahli.
Pembuktian keterangan ahli menurut Yahya Harahap
(2002; 175) adalah :
(1) Mempunyai nilai kekuatan bebas atau "vrij
bewijskracht"
Nilai kekuatan bebas adalah didalamnya tidak
ada melekat nilai kekuatan yang sempuma dan
menentukan. Hakim bebas menilai dan tidak
wajib untuk mengikutinya.
(2) Sesuai dengan asas minimum pembuktian
Keterangan ahli untuk dapat dipakai sebagai alat
bukti harus memenuhi asas minimum
pembuktian seperti telah diatur dalam Pasal 183
KUHAP. Untuk dapat dipakai sebagai alat bukti
harus didukung oleh alat bukti yang lain.
c) Surat
Definisi surat ialah segala sesuatu yang
mengandung tanda-tanda baca yang dapat dimengerti,
commit to user
Alat bukti surat diatur dalam Pasal 187 yang
terdiri dari empat yaitu:
(1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi
yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang
atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat, atau yang dialaminya sendiri
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas
tentang keterangan itu.
(2) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan atau surat yang dibuat
oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam
tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya.
(3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahlianya mengenai
sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya.
(4) Surat lain yang hanya berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
yang lain.
Ditinjau dari teori dan dihubungkan dengan
prinsip pembuktian, alat bukti surat mempunyai
kekuatan pembuktian yaitu :
i. Ditinjau dari segi formal.
commit to user
d) Petunjuk
Definisi petunjuk adalah perbuatan, kejadian,
atau keadaan yang karena persesuaiannya baik antara
yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak
pidananya itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Alat
bukti petunjuk kemudian lebih mengarah pada
pengamatan hakim.
Hal ini dikuatkan dengan Pasal 188 Ayat (3)
KUHAP yang mengatakan bahwa penilaian atas
kekuatan pembuktian dan suatu petunjuk dalam setiap
keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif
lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan
dengan penuh kecermatan dan keseksamaan
berdasarkan hati nuraninya.
Dalam menarik alat bukti petunjuk, maka hakim
harus mempergunakan alat-alat bukti yang secara
limitatif telah disebutkan dalam Pasal 188 Ayat 2
yaitu :
(1) Keterangan saksi;
(2) Surat;
(3) Keterangan terdakwa.
e) Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa menurut pasal 189
KUHAP adalah apa yang terdakwa nyatakan di
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang
commit to user
4. Tinjuan Umum Tentang Tindak Pidana Pemalsuan Surat
Jika kita lihat dalam peraturan perundang-undangan yang
konvensional, maka perbuatan pidana yang dapat digunakan dibidang
teknologi informasi adalah; penipuan, kecurangan, pencurian dan
pemalsuan data yang dilakukan oleh si pelaku. Sementara itu jika hal
tersebut dilakukan dengan memanfaatkan sarana komputer, maka
kejahatan tindak pidana pemalsuan data dapat berbentuk sebagai
berikut:
a. Sumpah Palsu atau Keterangan Palsu.
Suatu keterangan atas sumpah adalah suatu keterangan yang
diberikan sehubungan dengan sumpah. Keterangan itu terdiri tidak
hanya atas keterangan-keterangan kesaksian dalam perkara maupun
dalam perkara pidana, tetapi semua pemberitahuan-pemberitahuan
dalam kata-kata tentang perbuatan-perbuatan dan
peristiwa-peristiwa. Keterangan itu harus diberikan diatas sumpah,
pengambilan sumpah mana dilakukan sebelum keterangan itu
diberikan untuk menegaskannya. Antara sumpah janji dan
pelanggarannya terdapat jangka waktu; pelanggaran terjadi setelah
pemberian keterangan palsu.
Selanjutnya keterangan itu harus palsu, tidak benar atau
bertentangan dengan kebenaran. Keterangan itu sudah bersifat
palsu, apabila keterangan itu memuat kekurangan dalam kebenaran.
Kekurangan dalam kebenaran dapat bersifat positif atau
negatif. Bersifat positif, apabila keterangan yang diberikan itu
bertentangan dengan kebenaran atau tidak benar, sedangkan
commit to user
b. Pemalsuan uang logam dan uang kertas Negara serta uang kertas
Bank.
Perbuatan memalsukan uang terdiri atas penggantian
bahan-bahan baku untuk membuat uang asli dengan bahan-bahan-bahan-bahan yang
lebih rendah nilainya. Perbuatan memalsu dapat juga merupakan
perbuatan mengubah tanda stempel yang mengakibatkan tulisan
dalam uang itu menunjukkan nilai lain daripada yang sebenarnya,
perubahan dimana disertai dengan memberikan warna, menyempu
mata uang perak, menunai mata uang suasa.
Pemalsuan uang kertas atau uang uang kertas bank dapat juga
terdiri atas perubahan mengubah nilai yang dicetak dalam uang
kertas itu. Perbuatan pemalsuan uang itu adalah perbuatan
mengubah sifat uang sedemikian rupa, sehingga uang yang asli
menjadi palsu.
c. Pemalsuan Materai dan Merek ( Cap ).
Perbuatan memalsukan berati memberikan tampang yang lain
daripada yang sebenarnya atau yang diterima dari pemerintah :
1) mengubah nilai yang terletak pada materainya;
2) memberi warna yang mangakibatkan materai itu terlihat
sebagai materai yang lebih tinggi nilainya.
d. Pemalsuan Surat.
Pemalsuan surat adalah salah bentuk dari tindak pindana yang
dapat digolongkan dalam pemalsuan data (Supraptomo, 2000; 15).
Sebagaian besar tindakan yang dilakukan adalah dengan meniru
kop surat atau stempel yang terdapat pada surat resmi. Beberapa
commit to user
karena birokrasi yang susah dan berbelit namun lebih banyak
dilakukan dengan alasan untuk kepentingan diri sendiri atau
golongan (Philmore A, 2005 : 290).
Membuat surat palsu adalah menyusun surat atau tulisan pada
keseluruhannya. Adanya surat ini karena dibuat secara palsu. Surat
ini mempunyai tujuan untuk menunjukkan bahwa surat seakan-akan
berasal dari orang lain daripada penulisnya (pelaku). Ini disebut
pemalsuan meteriil (materiele valsheid). Asal surat itu adalah
palsu.
Perbuatan memalsukan surat dilakukan dengan cara melakukan
perubahan-perubahan tanpa hak (tanpa izin yang berhak) dalam
suatu surat atau tulisan, perubahan mana dapat mengenai tanda
tangannya maupun mengenai isinya. Tidak perduli, bahwa ini
sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak benar atau sesuatu yang
benar; perubahan isi yang tidak benar menjadi benar merupakan
commit to user B. Kerangka Pemikiran
Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini
[image:37.595.164.434.221.578.2]dapat digambarkan dalam skema berikut ini
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Hukum acara pidana ruang lingkupnya lebih sempit, yaitu hanya mulai
pada mencari kebenaran, penyelidikan, penyidikan, dan berakhir pada
pelaksanaan pidana (eksekusi) oleh jaksa. Tindak pidana pemalsuan surat
adalah tindak pidana khusus yang pengadilan juga dilakukan oleh
commit to user
peradilan tetap dapat dilakukan. Pada saat perkara pemalsuan surat berharga
terjadi dan pemeriksanaan serta penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian
sudah selesai maka akan dilanjutkan pemeriksaan dalam pengadilan.
Selanjutnya hakim mengambil keputusan. Dalam beberapa kasus tindak
pidana pemalsuan surat keputusan pengadilan tingkat rendah tidak dapat
memuaskan rasa keadilan bagi para pihak yang bersengketa, jika hal tersebut
terjadi maka kasus akan dibawa hingga jenjang Mahkamah Agung. Pada
jenjang ini keputusan yang dihasilkan oleh Mahkamah Agung hanya
memiliki dua opsi yaitu diterima atau langkah terakhir melakukan
peninjauan kembali. Proses pencarian keadilan dari pengadilan yang berada
setingkat dibawah Mahkamah Agung menuju mahkamah disebut sebagai
Kasasi.
Perkara yang sampai ke Mahkamah Agung akan diteliti apakah
pengajuan kasasi ini telah sesuai dengan alasan-alasan yang mendasari
terjadinya kasasi, jika hal ini terpenuhi maka permohonan kasasi ini akan
dilakukan. Setelah semua keterangan dan pembuktian dianggap cukup maka
Mahkamah Agung akan mengeluarkan keputusan atau pengeluaran
commit to user 26 BAB III
HASIL PENELITiAN DAN PEMBAHASAN
c. Pengajuan Kasasi oleh Penuntut Umum dengan Alasan Judex factie Kurang Cukup Mempertimbangkan Hal-Hal yang Memberatkan Dari Terdakwa dalam Perkara Pemalsuan Surat Deposito menurut
KUHAP
1. Uraian Kasus Posisi
Bahwa terdakwa SRI RAHAYU , SE seorang pegawai bank dengan
jabatan terakhir sesuai dengan surat keputusan nokep : 09/KC
VIII/BUN/01/2008 sebagai kepala kantor BRI unit Tlogosari Semarang ,
bahwa terdakwa dengan sengaja menghilangkan atau tidak memasukkan
atau menyebabkan tidak dilakukanya pencatatan dalam pembukuan atau
dalam laporan maupun dalam dokumen atau rekening suatu bank dari saksi
Drs.HZ.ZAIN SUDIGNO Ketua yayasan Dana Setyakawan PGRI Sejawa
Tengah yang berjumlah Rp. 7.250.000.000,- (tujuh miliar dua ratus lima
puluh juta rupiah} yang uang tersebut oleh saksi diserahkan kepada
terdakwa untuk ditabung atau disimpan. Tetapi oleh terdakwa uang
tersebut digunakan untuk membayar hutang atau bunga kepada orang lain
tanpa seizin dan sepengetahuan BRI ataupun pihak Yadaspen PGRI hal
ini dilakukan dengan cara terdakwa menyerahkan tanda bukti cek yang
ditanda tangani dan dibubuhi stempel BRI dan besarnya bunga 13%
pertahun.
commit to user
2. Identitas Terdakwa
Nama : SRI RAHAYU, SE binti MARTO HUSODO
Tempat Lahir : Semarang ;
Umur/tanggal lahir : 49 tahun/28 Agustus 1960 ;
Jenis kelamin : Perempuan ;
Kebangsaan : Indonesia ;
Tempat tinggal : Perum Mutiara Sewakul E.8 Ungaran dan Jalan
Merbau Raya No.162 Semarang ;
Agama : Kristen ;
Pekerjaan : Pegawai BRI ;
3. Dakwaan Penuntut Umum
Dalam perkara ini terdakwa oleh Penuntut Umum Kejaksaan
Negeri Semarang, didakwa melakukan tindak pidana sebagai berikut :
KESATU :
Bahwa ia Terdakwa SRI RAHAYU BINTI MARTO HUSODO sejak
tanggal 27 Oktober 2005 sampai dengan tanggal 29 Mei 2008 atau
setidak-tidaknya antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di BRI
Unit Kartini Semarang dan BRI Unit Tlogosari Semarang atau
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk daerah hukum
Pengadilan Negeri Semarang, seorang pegawai bank yang dengan sengaja
menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening suatu bank.
Perbuatan mana dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahwa Terdakwa adalah pegawai Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
commit to user
Nokep: 09/KCVIII/BUN/01/2008 tanggal 31 Januari 2008 sebagai kepala
Kantor BRI Unit Tlogosari Semarang ;
Bahwa tugas dan tanggungjawab Terdakwa sebagai Kepala BRI Unit
Tlogosari adalah mengembangkan dan memajukan kinerja BRI Unit
Tlogosari;
Bahwa karyawan bank setiap menerima uang dari pihak nasabah
penyimpan dilakukan pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen, atau laporan kegiatan usaha, atau laporan
transaksi atau rekening suatu bank, dan setiap karyawan yang diberi
kewenangan menerima setoran wajlb menyerahkan uangnya kepada
Teller dan saat itu juga wajib dicatat dalam transaksi pembukuan Bank ;
Bahwa Pembukuan dan laporan dalam bentuk neraca dari BRI Unit
dilaporkan ke kantor Cabang/setingkat lebih atas dan pihak Bank Rakyat
Indonesia untuk mencari nasabah;
Bahwa setiap karyawan BRI diberi kewenangan untuk mencari nasabah
dengan cara mendatangi kantor-kantor, sekolah-sekolah dan perorangan
menjemput bola). Karyawan BRI tersebut menerima uang tabungan dari
nasabah diberi tanda terima sementara dari BRI, kemudian uang tersebut
diserahkan/disetorkan kepada Teller untuk dibukukan, kemudian
mendapatkan bukti setoran, selanjutnya bukti setoran yang asli tersebut
diserahkan kepada nasabah yang bersangkutan ;
Bahwa yang dimaksud dengan tanda terima sementara, dari BRI tersebut
bukan berupa, kuitansi yang ditanda tangani oleh yang menerima dan
dicap BRI ;
Bahwa Terdakwa kenal saksi Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO selaku Ketua
Yayasan Dana Setyakawan PGRI Sejawa tengah, yang bertempat di JL.
Lontar I (Sidodadi) Semarang sejak tahun 2004 dalam hubungan yang
bersangkutan sebagai nasabah penyimpan PT Bank Rakyat Indonesia
commit to user
Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO di BRI melalui Terdakwa karena Terdakwa
mendatangi kantornya sehingga, apabila pihak Yadaspen akan menabung/
menyimpan uang Terdakwa mengambil di kantor dan apabila akan
mencairkan bunganya Terdakwa mengantar ke kantornya (sehingga
segala sesuatunya selalu melalui Terdakwa) ;
Bahwa uang milik Yadaspen PGRI yang disetorkan/diserahkan oleh Drs.
HZ. ZAIN SUDIGNO kepada Terdakwa untuk disimpan/ditabung di BRI
seluruhnya sebanyak Rp.7.250.000.000,- (tujuh miliar dua ratus lima
puluh juta rupiah) dan jumlah tersebut diserahkan secara bertahap ;
Bahwa ZAIN SUDIGNO menyerahkan/menyetorkan uang milik
Yadaspen PGRI kepada Terdakwa untuk disimpan/ditabung di BRI sejak
tanggal 27 Oktober 2005 sampai dengan 29 Mei 2008 dengan bukti 19
(sembilan) belas bonggol cek ;
- Cek tanggal 27 Oktober 2005 No.CED 009343 senilai
Rp.400.000.000,-(empat ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 22 Desember 2005 No. CED 009350
senilaiRp.500.000.000,- (lima ratus juta, rupiah) ;
- Cek Tanggal 24 Pebruari 2006 No. CEE 328031 senilai
Rp.300.000,000,- (tiga ratus juta rupiah)
- Cek tanggal 24 April 2006 No. CEE 328038 senilai
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 16 Mei 2006 No. CEE 328039 senilai
Rp.150.000.000,-(seratus lima puluh juta rupiah) ;
- Cek tanggal 31 Mei 2006 No. CEE 328041 senilai Rp.200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah)
- Cek tanggal 28 Agustus 2006 No. CEE 328047 senilai
commit to user
- Cek tanggal 28 Agustus 2006 No. CEE 328049 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 23 Nopember 2006 No. CEF 746152 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 23 Nopember 2006 No. BG/GEF 685564 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 27 Desember 2006 No. CEF 746154 senilai
Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) ;
- Cek tanggal 19 Pebruari 2007 No.CEF 746158 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 2 Agustus 2008 No. CEF 746173 senilai
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 29 Agustus 2007 No. CEF 746175 senilai
Rp.100.000.000, - (seratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 19 September 2007 No. BG/GEJ 546133 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 28 Desember 2007 No.CEH 194013 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 14 Januari 2008 No. CEH 194014 senilai
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 27 Pebruari 2008 No. CEH 194021 senilai
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) ;
- Cek tanggal 29 Mei 2008 No. CEl 829907 senilai Rp.200.000.000,-
(dua ratus rupiah) ;
Sehingga total semua berjumlah Rp 7.250.000.000,- (tujuh miliar dua
ratus lima puluh juta rupiah )
Bahwa pada saat Terdakwa menerima uang sebanyak Rp.7.250.000.000,-
commit to user
SUDIGNO untuk disimpan/ditabung di BRI tersebut tidak disetorkan ke
teller melainkan uang tersebut digunakan untuk membayar hutang/bunga
kepada orang lain (tanpa seizin/ sepengetahuan BRI ataupun pihak
Yadaspen PGRI ;
Bahwa ketika Sdr. HZ. ZAIN SUDIGNO menyerahkan uang kepada
Terdakwa berupa cek, dengan cara datang di kantornya, dan setelah cek
diterima yang bersangkutan Terdakwa beri tanda terima berupa kuitansi
yang Terdakwa tanda tangani dan biar percaya kuitansi itu oleh Terdakwa
bubuhi stempel BRI dan besarnya bunga 13% pertahun ;
Bahwa yang mencairkan ke 19 (sembilan belas) lembar cek tersebut
adalah Terdakwa sendiri dan tidak ada orang lain yang mengetahuinya.
Bahwa cara Terdakwa mencairkan ke 19 (sembilan belas) cek tersebut
adalah dengan cara Terdakwa mengambil tunai dan ada yang Terdakwa
masukan ke dalam rekening Terdakwa di BRI dengan No.Rekening :
0900-01-000179. 50-6 ;
Bahwa sebenarnya tidak diperbolehkan dalam tanda terima yang
Terdakwa serahkan kepada Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO dibubuhi stempel
BRI dan ditulis besarnya bunga 13% pertahun, dan hal tersebut Terdakwa
lakukan agar yang bersangkutan lebih percaya kepada Terdakwa karena
yang sebenarnya bunga bank hanya 11% pertahun, dan kuitansi tersebut
Terdakwa tulis 13% pertahun ;
Bahwa sekitar bulan Mei 2008, pihak Yadaspen PGRI akan ada
pemeriksaan sehingga Drs. HZ. Zain Sudigno minta agar tabungan
sejumlah Rp.7.250.000.000,- tersebut dimasukkan deposito, sehingga
untuk mengelabuinya Terdakwa berusaha mendapatkan bilyet giro palsu
dengan cara Terdakwa menyimpan/menempatkan dana deposito di BRI
Unit Tlogosari dengan menggunakan nama Terdakwa dan nama suaminya
commit to user
a. Pada tanggal 19 Juni 2008 Terdakwa menempatkan dana dengan
cara deposito di BRI Unit Tlogosari sebanyak Rp.5.000.000,- (lima
juta rupiah) An. BAMBANG TEGUH sehingga mendapatkan
DEPOBRI (deposito berjangka BRI) No. DB 7144759 tanggal 19
Juni 2008 senilai Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) An. BAMBANG
TEGUH,alamat JL Merbau Raya No.162 Perumahan
Banyumanik.Selanjutnya bilyet deposito BRI ini Terdakwa ganti
menjadi No. DB 7144759 tanggal 19 Juni 2008 senilai
Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah), An. YADASPEN CQ Drs.
HZ. ZAIN SUDIGNO Alamat JL.Lontar No.I Semarang dan tanda
tangan USMAN SUTRISNOTerdakwa palsu/ Terdakwa tanda
tangani sendiri ;
b. Pada tanggal 27 Juni 2008 Terdakwa menempatkan dana dengan
cara deposito di BRI Unit Tlogosari sebanyak Rp.4.000.000,- (empat
juta rupiah) An. SRI RAHAYU sehingga mendapatkan DEPOBRI
(deposito berjangka BRI) No. DB 7144760 Tanggal 27 Juni 2008
senilai Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah) An. SRI RAHAYU,
alamat JL. Merbau Raya No.162 Perumahan Banyumanik.
Selanjutnya bilyet deposito BRI ini Terdakwa ganti menjadi No. DB
7144760 tanggal 27 Juni 2008 senilai Rp.1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah), An. YADASPEN CQ Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO
Alamat Jln. Lontar No.1 Semarang tanda tangan USMAN
SUTRISNO Terdakwa palsu/ Terdakwa tanda tangani sendiri ;
c. Pada tanggal 26 Juni 2008 Terdakwa menempatkan dana dengan
cara deposito di BRI Unit Tlogosari sebanyak Rp.5.000.000,- (lima
juta rupiah) An. BAMBANG TEGUH sehingga mendapatkan
DEPOBRI (deposito berjangka BRI) No. DB 7144761 tanggal 26
Juni 2008 senilai Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) An. BAMBANG
commit to user
Selanjutnya bilyat deposito BRI ini Terdakwa ganti menjadi No. DB
7144761 tanggal 26 Juni 2008 senilai Rp.1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah), An. YADASPEN CQ Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO
Alamat JL. Lontar No.I Semarang, tanda tangan USMAN
SUTRISNO Terdakwa palsu dan Terdakwa tanda tangani sendiri ;
d. Pada tanggal 26 Juni 2008 Terdakwa menempatkan dana dengan
cara deposito di BRI Unit Tlogosari sebanyak Rp.5.000.000,- (lima
juta rupiah) An. SRI RAHAYU sehingga mendapatkan DEPOBRI
(deposito berjangka BRI) No. DB 7144762 tanggal 26 Juni 2008
senilai Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) An. SRI RAHAYU, alamat
JL. Merbau Raya No.162 Perumahan Banyumanik. Selanjutnya
bilyet deposito BRI ini Terdakwa ganti menjadiNo. DB 7144762,
tanggal 26 Juni 2008 senilai Rp.800.000.000,- (delapan ratus juta
rupiah),An.YADASPEN CQ Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO, Alamat
JL.Lontar No.1 Semarang dan tanda tangan USMAN SUTRISNO
Terdakwa palsu/Terdakwa tanda tangani sendiri ;
e. Pada tanggal 30 Juni 2008 Terdakwa menempatkan dana dengan
cara deposito di BRI Unit Tlogosari sebanyak Rp.5.000.000,- (lima
juta rupiah) An. SRI RAHAYU sehingga mendapatkan DEPOBRI
(deposito berjangka BRI) No. DB 7144764 tanggal 30 Juni 2008
senilai Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) An. SRI RAHAYU, alamat
JL. Merbau Raya No.162 Perumahan Banyumanik. Selanjutnya
bilyet deposito BRI ini Terdakwa ganti menjadi No. DB 7144764
tanggal 30 Juni 2008 senilai Rp.950.000.000,- (sembilan ratus lima
puluh juta rupiah), An. YADASPEN CQ Drs. HZ. ZAIN
SUDIGNO, Alamat JL. Lontar No.1 Semarang dan tanda tangan
USMAN SUTRISNO Terdakwa palsu/Terdakwa tanda tangani
commit to user
f. Pada tanggal 30 Juni 2008 Terdakwa menempatkan dana dengan
cara deposito di BRI Unit Tlogosari sebanyak Rp.5.000.000,- (lima
juta rupiah) An. Suami tsk (BAMBANG TEGUH) sehingga
mendapatkan DEPOBRI (deposito berjangka BRI) No. DB 7144765
tanggal 30 Juni 2008 senilai Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) An.
BAMBANG TEGUH, alamat JL. Merbau Raya No.162 Perumahan
Banyumanik. Selanjutnya bilyet deposito BRI ini Terdakwa ganti
menjadi No. DB 7144765 tanggal 30 Juni 2008 senilai
Rp.2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah), An.
YADASPEN CQ Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO, Alamat JL. Lontar
No.1 (Sidodadi Timur) Semarang dan tanda tangan AY.
SOEPADMO Terdakwa palsu/Terdakwa tanda tangani sendiri ;
Bahwa Yadaspen PGRI/Drs. HZ. ZAIN SUDIGNO sudah mendapatkan
keuntungan/bunga sehubungan dengan uang yang diserahkan kepada
Terdakwa terhitung sejak bulan Nopember 2005 sampai dengan bulan
September 2008, yang besar/kecilnya sesuai dengan uang yang sudah
disetorkan kepada Terdakwa (setiap bulan tidak sama tergantung besar
kecilnya uang yang sudah Terdakwa terima) ;
Bahwa uang yang diserahkan kepada Yadaspen PGRI/Drs. HZ. ZAIN
SUDIGNO sebagai bunga/keuntungan tersebut adalah uang dari
Terdakwa sendiri, karena uang yang Terdakwa terima dari Yadaspen/Drs.
HZ ZAIN SUDIGNO sebanyak Rp.7.250.000.000,- (tujuh miliar dua
ratus lima puluh juta rupiah) tersebut tidak Terdakwa serahkan kepada
pihak BRI, maka pembayaran bunganya menjadi tanggung jawab
Terdakwa sendiri ;
Bahwa ketika Terdakwa menyerahkan uang sebagai bunga sejak bulan
Oktober 2005 sampai dengan bulan Mei 2008 diterima langsung oleh Drs.
commit to user
percaya, sedangkan untuk bulan Juni sampai dengan bulan September
2008 Terdakwa transfer ;
Bahwa uang milik Yadaspen PGRI sebanyak Rp.7.250.000.000,- (tujuh
miliar dua ratus lima puluh juta rupiah) tersebut sampai sekarang belum
diambil, dan alasan Terdakwa dalam membayar bunga hanya sa