• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Pengertian Disiplin Penerapan K3 - HUBUNGAN ANTARA SEMANGAT KERJA DENGAN DISIPLIN PENENRAPAN K3 PADA KARYAWAN PLN RAYON MAGELANG - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Pengertian Disiplin Penerapan K3 - HUBUNGAN ANTARA SEMANGAT KERJA DENGAN DISIPLIN PENENRAPAN K3 PADA KARYAWAN PLN RAYON MAGELANG - UMBY repository"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Disiplin Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Pengertian Disiplin Penerapan K3

Disiplin sangat diperlukan dalam dunia kerja karena dipandang sebagai

faktor pengikat dan integrasi serta merupakan kekuatan yang dapat memaksa

individu untuk mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang telah ditentukan.

Kedisiplinan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja agar

karyawan dapat menjalankan pekerjaan secara aman dan sehat. Untuk itu

pengetahuan dan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

harus diterapkan dan diberikan kepada setiap karyawan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia disiplin merupakan latihan batin dan watak dengan maksud

supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.

Menurut Hasibuan (2006) kedisiplinan merupakan bentuk kesadaran dan

kesediaan seseorang dalam menaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku. Berkaitan dengan manajemen organisasi Siagian

(dalam Bayu, 2006) menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen

(2)

Sementara menurut Rivai (2004) disiplin kerja adalah suatu alat yang

digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia

untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku. Ditambahkan oleh Widodo (1989) disiplin dapat terjadi

ketika anggota dengan senang hati melaksanakan aturan-aturan, norma-norma,

instruksi-instruksi atasannya dan mentaati aturan yang dinyatakan berlaku kepadanya.

Sedangkan Standar Operasional Prosedur dari PLN adalah segala upaya atau

langkah-langkah pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga

listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya

bagi manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan) dalam arti tidak

merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik (Keselamatan

Ketenagalistrikan, 2017).

Kedisiplinan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan dalam setiap tugasnya dalam bekerja. Menurut Mangkunegara (2005),

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu suatu pemikiran serta usaha untuk

menanggung keutuhan serta kesempurnaan jasmani ataupun rohani tenaga kerja

khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju

masyarakat yang adil serta makmur. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

menurut Mondy dan Noe (dalam munir, 2014) adalah perlindungan karyawan dari

(3)

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya yang dilakukan karyawan untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman bagi karyawan, sehingga karyawan

dapat mematuhi SOP yang berlaku, menjaga jarak aman ketika bekerja serta mampu

bekerja sama dengan rekan kerja.

2. Aspek-aspek Disiplin Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Gibson (2007) mengungkapkan bahwa disiplin yang merupakan sikap

mental sebenarnya mengandung keterkaitan dengan aspek-aspek antara lain :

a. Aspek afeksi

Aspek afeksi berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan pegawai di

dalam suatu organisasi. Pegawai dengan afektif tinggi masih bergabung dengan

organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Ditambahkan

oleh Azwar (2016) afeksi menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan

yang dimiliki terhadap sesuatu. Kaitan aspek afeksi dengan SOP yang terdapat di

PLN adalah ketika subjek merasa nyaman dalam menggunakan alat pelindung diri

yang telah disediakan, subjek merasa tenang ketika diberikan instruksi terlebih

dahulu sebelum mulai bekerja.

b. Aspek kognitif

Aspek kognitif yaitu berhubungan dengan proses berfikir dengan tekanan khusus

(4)

keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek tertentu, bentuk kesadaran

karyawan dalam mengetahui dan memahami kebijakan perusahaan atau lembaga

yang berlaku. Azwar (2016) kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek. Kaitannya aspek kognitif dengan

SOP yang terdapat di PLN adalah ketika subjek mematuhi peraturan tentang K3

yang ada di perusahaan yang membuat bekerja menjadi aman.

c. Aspek Perilaku

Merupakan aspek yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk

bertindak menghadapi sesuatu dengan cara tertentu, perilaku yang secara wajar

menunjukan kesanggupan untuk mentaati segala apa yang diketahui secara cermat

mengenai metode kerja dan sikap melaksanakan petunjuk penggunaan mesin dan

kelengkapan alat kerja. Perilaku menunjukan kecenderungan berperilaku yang ada

dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya (Azwar, 2016).

Kaitannya dengan aspek perilaku dari SOP yang terdapat di PLN adalah subjek

menegur rekan kerja yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur, subjek

melaksanakan pekerjaan ketika diawasi oleh pengawas manuver.

Aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja menurut Darmawang

(Oktorita, 2000) ialah:

a. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku karyawan dalam menjalankan

(5)

b. Mesin dan peralatan

Kondisi mesin dan peralatan kerja dapat berpengaruh, baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap kemungkinan timbulnya kasus kecelakaan kerja.

Peralatan dan mesin kerja yang tidak ergonomis dapat cepat menimbulkan

kelelahan bagi karyawan.

c. Kondisi fisik

Karyawan dengan kondisi fisik yang kurang sehat cenderung mengakitbatkan

menurunnya produktivitas kerja dan cepat mengalami kelelahan.

d. Kondisi psikis

Karyawan yang mempunyai kondisi psikis yang kurang sehat akan menyebabkan

menurunnya semangat kerja dan kurang konsentrasi dalam bekerja.

e. Cara kerja

Keberhasilan kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya sangat

ditentukan oleh kebiasaan kerja yang benar.

Moenir (1987) mengemukakan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja

yaitu:

a. Lingkungan kerja

Meliputi penerangan, kebersihan, pengaturan tata ruang, dan penempatan

benda-benda, bahan dan peralatan kerja suhu dan kebisingan, serta landasan tempat kerja

(6)

b. Alat pelindung diri

Meliputi pakaian dan alat pelindung mata, telinga, tangan, kepala dan dada.

c. Metode kerja

Meliputi cara kerja yang ear dan tepat sesuai prosedur dan sikap kerja yang baik

dan benar.

d. Petunjuk pemakaian alat kerja

Meliputi mematuhi penggunaan mesin-mesin yang sesuai dengan prosedur metode

kerja, memperhatikan kelengkapan peralatan kerja yang digunakan serta

pemelihaannya.

Standar Operasional Prosedur dari PLN adalah segala upaya atau

langkah-langkah pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga

listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya

bagi manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan) dalam arti tidak

merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik (Keselamatan

Ketenagalistrikan, 2017). SOP yang berlaku dalam PLN dibagi dalam beberapa

bagian, yaitu SOP pelaksanaan deteksi gangguan, SOP penggantian PHB-TR dan

SOP penggantian trafo gardu yang semuanya harus dikerjakan dengan

memperhatikan alat kerja, perlengkapan K3, langkah kerja, dan material-material

yang dibutuhkan dalam pengerjaan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

kedisiplinan penerapan K3 adalah suatu kondisi yang tercipta melalui serangkainan

(7)

Serta sub-sub nilai berdasarkan Standard Operational Prosedure (SOP) yang berlaku

pada PLN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek-aspek tersebut karena

aspek tersebut sesuai dengan karakteristik subjek yang akan diukur.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Atmosudirdjo (2000) mengukapkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

a. Faktor dari dalam individu, yang meliputi:

(1) Semangat kerja

Semangat kerja berkaitan dengan bagaimana persepsi individu terhadap kondisi

kerjanya, yang menyangkut kesejahteraan individu.

(2) Kesadaran

Karyawan yang mempunyai kesadaran diri dalam berperilku dikatakan karyawan

terseut mempunyai moral, karyawn kan merasa malu apabila melanggar peraturan

K3 maupun prosedur-prosedur K3 yang telah disepakati sebelumnya.

(3) Lingkungan

Faktor lingkungan berpengaruh terhadap kedisiplinan pelaksanaan K3 yang

mendukung keselamatan dan kesehatan pada karyawan. Lingkungan kerja di

perusahaan merupakan tempat belajar bersosialisasi bagi semua karyawan dalam

(8)

(4) Suasana Kerja

Suasana kerja juga berpengaruh besar dalam membentuk perilaku disiplin karena

suasana kerja merupakan aspek emosi yang melatar belakngi perilku karyawan.

Menurut Swasto (2011) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

a. Kondisi lingkungan tempat kerja kondisi ini meliputi:

(1) Kondisi fisik

Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat

kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara.

(2) Kondisi Fisiologis

Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara

kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan fisik

dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan.

(3) Kondisi Khemis

Kondisi yang dapat dilihat dari uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda

padat.

b. Mental Psikologis

Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan

kerja antara bawahan dan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan terdapat faktor-faktor yang

(9)

kerja, kesadaran, lingkungan, suasana kerja dan kondisi tempat kerja serta mental

psikologis. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi faktor yang sangat berpengaruh

pada disiplin penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu semangat kerja.

Menurut Abidin, dkk (2008) semangat kerja yang optimal yang ditunjukkan oleh

pekerja dalam upaya untuk mencapai produktivitasnya merupakan salah satu hal yang

dapat menciptakan timbulnya kedisiplinan pekerja dalam menerapkan K3.

B.Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja

Hasibuan (2008) mengemukakan bahwa semangat kerja adalah keinginan

dan kesungguhan seseorang mengerjakan dengan baik serta berdisiplin untuk

mencapai prestasi kerja yang maksimal. Menurut Muchinsky (2002) mengatakan

bahwa semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya melakukan

pekerjaan lebih cepat dan lebih baik.

Sutanto & Stiawan (2000) mengemukakan bahwa semangat kerja adalah

dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan

demikian pekerjaan akan diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Nitisemito (1992)

mendefinisikan bahwa semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang

dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah

perusahaan. Semangat kerja merupakan keadaan psikologis seseorang. Semangat

(10)

kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan konsekuen

(Siswanto, 2000).

Dari beberapa pendapat ahli di atas disimpulkan bahwa semangat kerja

adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan dengan baik serta

berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.

2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Nitisemito (1992) mengungkapkan tiga aspek semangat kerja yaitu:

a. Absensi

Absensi menunjukkan ketidakhadiran karyawan dalam tugasnya. Tingkat absensi

karyawan dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui semangat kerja

karyawan

b. Kerjasama

Kerjasama adalah bentuk tindakan seseorang terhadap orang lain. Kerjasama dapat

dilihat dari kesediaan karyawan untuk bekerja sama dengan rekan kerja atau

dengan atasan mereka berdasarkan untuk mencapai tujuan bersama.

c. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan melalui cara pandang karyawan terhadap pekerjaan mereka.

(11)

Menurut Gulon (Febriani & Nurtjahjanti, 2006) mengemukakan bahwa

aspek-aspek semangat kerja adalah:

a. Perasaan senang atau bahagia

Berkaitan dengan perasaan senang atau bahagia yang dialami karyawan ketika

bekerja sehingga pekerjaan tidak membosankan, pekerjaan dengan cepat berlalu

dan karyawan betah bekerja.

b. Konflik dalam bekerja

hal ini lebih ditujukan pada tidak adanya konflik dalam diri sendiri terutama antara

perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan, sesama karyawan, atasan

maupun terhadap sistem.

c. Penyesuaian perseorangan yang baik

kemampuan karyawan dalam mengerti, memahami, dan menyesuaikan diri baik

dengan keadaan, pekerjaan maupun hubungan.

d. Kepaduan kelompok

kemampuan antar anggota kelompok untuk bekerja sama termasuk di dalamnya

mampu bekerja sama antara atasan dengan bawahan maupun antar sesama

karyawan.

e. Keterlibatan ego individu terhadap pekerjaannya

individu menganggap pekerjaannya sebagai bagian dari dirinya, penyalur motivasi

dan bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan melainkan sudah menjadi

kebutuhan itu sendiri. Cara individu melibatkan diri dan perasaannya dalam

(12)

f. Sekumpulan sikap karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya berkaitan

dengan penerimaan individu terhadap keseluruhan hasil pekerjaannya yaitu cara

individu bersikap terhadap semua aspek yang ada dalam kerja baik mengenai

pekerjaan itu sendiri maupun aspek-aspek lain dalam bekerja

g. Adanya penerimaan individu terhadap tujuan kelompok

berkaitan dengan kesesuaian antara tujuan perusahaan dengan tujuan individu.

Sejauh mana individu memahami, mengerti, menerima tujuan perusahaan serta

adanya keinginan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan aspek yang diungkapkan oleh ahli diatas menunjukan bahwa

banyak aspek semangat kerja. Peneliti menyimpulkan bahwa pendapat dari

Nitisemito (1992) tentang aspek semangat kerja adalah yang paling tepat, yaitu

absensi, kerja sama, kepuasan kerja.

C.Hubungan antara Semangat Kerja dengan Disiplin Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tinggi rendahnya keselamtan kerja karyawan dalam menyelesaikan tugas

pekerjaannya ditentukan oleh banyak faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi

keselamatan kerja karyawan adalah semangat kerja. Menurut Abidin, dkk (2008)

iklim semangat kerja yang optimal merupakan suatu upaya untuk menciptakan

suasana bekerja yang aman, sehingga dapat memberikan keselamatan dan kesehatan

kerja karyawan (K3) untuk mencapai produktivitas setinggi-tingginya, oleh karena itu

(13)

Menurut Moekijat (Adyani, 2008) semangat kerja menggambarkan perasaan

yang berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok, kegembiraan dan kegiatan.

Karyawan dapat dikatakan memiliki semangat kerja yang tinggi apabila tampak

merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas. Semangat kerja juga diartikan

sebagai suatu kondisi rohaniah atau sikap individu tenaga kerja dan

kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja

untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan

perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2003).

Hasibuan (2008) mengemukakan bahwa semangat kerja adalah keinginan

dan kesungguhan seseorang mengerjakan dengan baik serta berdisiplin untuk

mencapai prestasi kerja yang maksimal. Aspek-aspek semangat kerja karyawan

menurut Nitisemito (1992) dapat dilihat dari tiga segi. Ketiga segi tersebut adalah,

absensi, kerja sama, kepuasan kerja. Aspek pertama dari semangat kerja menurut

Nitisemito (1992) adalah kepuasan kerja, (Moorse dalam Panggabean 2002)

menyatakan pada dasarnya kepuasan kerja adalah apa yang diinginkan oleh seorang

karyawan dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh. Karyawan yang paling

merasa tidak puas adalah mereka yang mempunyai keinginan paling banyak dan

mendapat paling sedikit,sedangkan yang merasa paling puas adalah mereka yang

menginginkan banyak dan mendapatkannya. Sopiah (2008) menyatakan kepuasan

kerja berpengaruh terhadap kondisi dan keamanan kerja (K3), Pendapat tersebut

diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shahnaz et.al (2011) yang

(14)

dan kesehatan kerja adalah tinggi, seperti kemudahan dalam pemberian peringatan

pada peralatan kerja, ketersediaan alat perlindungan kerja yang memadai dari

perusahaan, serta pemberian asuransi kerja pada karyawan.

Menurut Gulon (Febriani & Nurtjahjanti, 2006) kemampuan antar anggota

kelompok untuk bekerja sama termasuk di dalamnya mampu bekerja sama antara

atasan dengan bawahan maupun antar sesama karyawan. Adanya penerimaan

individu terhadap tujuan kelompok, berkaitan dengan kesesuaian antara tujuan

perusahaan dengan tujuan individu. Sejauh mana individu memahami, mengerti,

menerima tujuan perusahaan serta adanya keinginan untuk mencapai tujuan untuk

menciptakan perlindungan suasana dan lingkungan kerja yang aman untuk menjamin

kesejahteraan jasmani dan rohani tenaga kerja (K3). Sedangkan karyawan yang tidak

mampu bekerja sama dengan rekan kerja, tidak mampu mengatasi tekanan pekerjaan

dari atasan, serta kurangnya komunikasi di dalam kelompok kerja dapat

menimbulkan kondisi atau situasi kerja yang tidak stabil dan berdampak pada

kesehatan dan keselamatan kerja karyawan (Putra, 2014).

Absensi yang rendah merupakan kehadiran pegawai yang berhubungan

dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya instasi atau lembaga selalu

memperhatikan pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, kehadiran di

tempat kerja, dan kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti

kegiatan atau acara dalam instansi. Ketidakhadiran seorang pegawai akan

(15)

bisa mencapai tujuan secara optimal (Nitisemito, 2004).Tingkat absensi yang tinggi

karyawan ditunjukan dengan minimnya kehadiran karyawan dalam bekerja sehingga

dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Maka perlunya adanya implementasi

program disiplin keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan mampu

meminimalisir resiko tingkat absensi yang tinggi dan kurangnya disiplin dalam

bekerja (Sompie B.F dkk, 2013).

Tinggi rendahnya semangat kerja karyawan dalam menyelesaikan tugas

pekerjaannya menetukan keselamatan kerja karyawan. Menurut Abidin, dkk (2008)

iklim semangat kerja yang optimal merupakan suatu upaya untuk menciptakan

suasana bekerja yang aman, dapat memberikan keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan (K3) untuk mencapai produktivitas setinggi-tingginya, oleh karena itu K3

mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa terkecuali.

Dalam masalah ini peranan disiplin penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) sangat dibutuhkan karena dengan melihat kejadian-kejadian yang telah

terjadi diperusahaan besar banyak sekali kejadian ataupun peristiwa dimana

melibatkan langsung dengan keselamatan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dalam perusahaan merupakan salah satu masalah yang penting dalam

perusahaan terutama dalam proses operasionalnya. Penerapan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dalam lingkungan kerja mempunyai maksud memelihara

tenaga kerja dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit kerja termasuk angka

(16)

Bachroni (1999) mengemukakan bahwa semangat kerja yang diterapkan

oleh karyawan dalam bekerja inilah yang akan memicu tingginya rasa aman

karyawan dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya, sehingga menimbulkan

kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.Kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua

kegiatan. Pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga

kerja yang sedang bekerja. Kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat

adanya penyakit dalam bekerja. Oleh karena itu hal yang paling hakiki dari disiplin

penerapan K3 ini adalah cara agar tenaga kerja dapat melaksanakan tugas

pekerjaannya dengan tanpa mengalami kecelakaan atau menderita sakit yang

dimungkinkan sebagai akibat dari pelaksanaan tugas atau keterlibatannya dalam

pekerjaannya itu. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Setiawan (2000) yang

mengemukakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

memelihara semangat dan kegairahan kerja karyawan adalah dengan memperhatikan

rasa aman menghadapi masa depan lewat upaya menerapkan disiplin K3 yang dapat

berpengaruh dalam menjamin keselamatan kerja pegawai.

D.Hipotesis

Adapun hipotesis penelitin ini adalah ada hubungan positif antara semangat

kerja dan disiplin penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan.

Semakin tinggi semangat kerja maka akan semakin tinggi pula disiplin penerapan

(17)

karyawan maka disiplin penerapan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau

Nah,dari situ penilaian juga diambil bagaimana cara mereka mempresentasikan menggunakan Bahasa Inggris meskipun belum seratus persen menggunakannya tapi peserta

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi berkat do’a dan dorongan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan

Setiap bab tersebut terdiri atas subbab-subbab, yaitu (1) bab I akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelit ian, manfaat

(2) Dalam rangka melaksanakan fungsi verifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 35, Komda Masyarakat Adat berwenang menerima pendaftaran, melakukan verifikasi

SUB DINAS PENYULUHAN SUB DINAS KONSERVASI TANAH DAN USAHA KEHUTANAN SUB DINAS PRODUKSI DAN USAHA PERKEBUNAN SEKSI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT SEKSI PERLINDUNGAN

Jika, primary key tidak berada pada pengetikan awal di field pertama, kita masih bisa menentukan primary key yang lainnya, dengan cara simpan terlebih dahulu

Personal hygiene menjadi unsur yang sangat penting untuk diperhatikan, hal ini dikarenakan jika personal higiene dari masyarakat buruk maka akan berdampak