• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK ETIL ASETAT BAWANG MERAH (Alium Pengaruh Ekstrak Etil Asetat Bawang Merah (Alium Ascalonicum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK ETIL ASETAT BAWANG MERAH (Alium Pengaruh Ekstrak Etil Asetat Bawang Merah (Alium Ascalonicum) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Wistar Yang Diinduksi Aloksan."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGARUH EKSTRAK ETIL ASETAT BAWANG MERAH (

Alium

ascalonicum

) TERHADAP KADAR GLUKOSA

DARAH TIKUS PUTIH JANTAN WISTAR

YANG DIINDUKSI ALOKSAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

MR. SOLAH CHE-MA

K 100 090 185

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

 

PENGARUH EKSTRAK ETIL ASETAT BAWANG MERAH

(

Allium

ascalonicum.

)

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN

THE EFFECT OF ETIL ASETAT EXTRACT OF ANION (

Allium ascalonicum

.) IN BLOOD GLUCOSE LEVEL ON RATS WISTAR STRAIN INDUCED BY ALLOXAN

Mr.Solah Che-ma, EM Sutrisna, Tanti Azizah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102

*Email: solah.chema@gmail.com

ABSTRAK

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak setelah cabe. bawang bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan darah, menurunkan tekanan darah serta memperlancar aliran darah Metode penelitian ini adalah pre and post control group design. Dua puluh lima ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok perlakuan Penelitian kadar gula glukosa dalam ekstrak etil asetat bawang meah (Allium ascalonicum) terhadap tikus wistar jantan yang terjadi diabetes mellitus yang berumur 2 bulan yang diinduksi aloksan monohidrat dengan dosis 150 mg/kg BB secara IP(intra peritoneal. Apabila terjadi kenaikan kadar glukosa darah tikus yaitu ±200 mg/dL,maka tikus dianggap sudah diabetes.pada Kelompok I (kontrol negatif) diberi aquadest, kelompok II (kontrol positif) diberi Glibenklamid 0,45 mg/kg BB, kelompok III dan IV diberi etil asetat bawang merah, dengan dosis 125 dan 250 mg/kg BB. Ekstrak etil asetat bawang merah (Allium ascalonicum) dosis 125 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB mempunyai aktivitas antidiabetes terhadap tikus galur wistar yang diinduksi aloksan dengan dosis 250 mg/kg BB yaitu menurunkan sampai kadar rata-rata 82±11,72 mg/dL.

Kata Kunci: Allium ascalonicum, Antidiabetes, Aloksan, Glukosa Darah

ABSTRACT

Onion (Allium ascalonicum L) is one of many horticultural crops consumed by humans as a mixture of spices after chillies. onions even as medicine for lowering cholesterol, blood sugar, prevent blood clotting, reduce blood pressure and improving blood flow. The research method is the pre and post control group design. Twenty rats were divided into 4 treatment groups. Research sugar levels of glucose in the ethyl acetate extract of onion (Allium ascalonicum) on male Wistar rats that occur with diabetes mellitus 2 months old monohydrate alloxan induced by a dose of 150 mg / kg in the IP (intra peritoneal. If there is an increase in blood glucose levels of mice ie ± 200 mg / dL, then the rat is considered to have diabetes in group I (negative control) were given distilled water, group II (positive control) was given glibenclamide 0.45 mg / kg, group III and IV were given ethyl acetate onion, with doses of 125 and 250 mg / kg. of ethyl acetate extract of onion (Allium ascalonicum) a dose of 125 mg / kg and 250 mg / kg have antidiabetic activity against strains of wistar rats induced by alloxan with the optimal dose of 250 mg / kg body weight is lowered to the average level of 82 ± 11.72 mg / dL.

(4)

  PENDAHULUAN

Diabetes (diabetes mellitus, DM) penyakit adalah gangguan metabolisme

(gangguan metabolisme) dalam tubuh yang menyebabkan gula darah tinggi

(Hiperglikemia) (Schnell dan Standl, 2006). Diabetes tipe 1 atau insulin dependent

diabetes mellitus (IDDM) disebabkan oleh pankreas tidak dapat memproduksi insulin.

Diabetes tipe 2 atau non insulin dependent dibetes mellitus (NIDDM) disebabkan oleh

sel-sel target hormon insulin tidak merespon insulin yang terlepas dari pankreas terus-menerus

yang bisa memproduksi hormon 90% dari penderita diabetes tipe 2 sel-sel tidak bisa

memproduksi glukosa untuk digunakan menghasilkan energi. Sehingga menghindari

penggunaan energi dari lemak dan protein. Akibatnya membuat radikal bebas terjadi

berlebih sehingga menyingkirkan radikal bebas (kapasitas antioksidan) dari tubuh yang

menekankan terjadinya penyebab komplikasi penyakit seperti penyakit kardiovaskular

penyakit degenerasi saraf, penyakit ginjal degeneratif retina (Boyess dan Thorpe, 1999)

dan menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun (Bener et al., 2009) dengan

mempengaruhi fungsi sistem reproduksi berbagai tingkat karena ada pengaruh dari sistem

hormon yang mengatur spermatogenesis (Baccetti et al, 2002;Ballester et al, 2004)

merusak DNA yang berada dinukleus (nDNA) dan DNA yang berada dimitokondria

(mtDNA) di sperma kerusakkan DNA didalam mitokondria (mtDNA) akan mengakibatkan

jumlah sperma berkurang (Spiropoulos et al., 2002) dari penelitian pada hewan

menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap penurunan kualitas air mani. Pada tikus

diabetes, konsentrasi sperma dan pergerakan sperma menurun. Karena perubahan dalam

memproduksi energi dan radikal bebas meningkat. Pada penderita diabetes, dan hewan uji

telah uji coba tentang air mani dari pria penderita diabetes dianalisa semen volume,

motilitas sperma dan bentuk sperma. Dibandingkan laki-laki normal ditemukan pada pria

penderita diabetes kualitas semen pada penderita diabetes kurang dari normal dan kualitas

juga berkurang (Agbaje et al., 2007). Penyakit diabetes tidak bisa di sembuhkan hanya

untuk mengambil obat untuk mengontrol kadar gula darah. Pada saat ini, ada beberapa

tanaman obat yang menurunkan gula darah, seperti ekstrak dari daun Cassia (Cassia

seamea) ekstrak pare (Momosdica charamtia) dan ekstrak bawang (Allium ascalonicum)

dan bawang putih (Allium sativum) (Jajal et al., 2007) dsb. Khaki et al (2009) melaporkan

bahwa tikus dengan diabetes Paparan Kerr lesitin. Dapat mengurangi radikal bebas dan

meningkatkan kualitas air terpengaruh. Aviva K. Martin adalah zat Lavonia Patapsco.

Memiliki tinggi bawang aktivitas antioksidan (Allium ascalonicum) merupakan tanaman

(5)

 

bawang merah didugakan untuk mengurangi gula darah. Oleh karena itu, penelitian ini

adalah untuk mengekstraksi bawang merah (Allium ascalonicum) efek menurunkan gula

darah. Tikus-tikus yang diinduksi diabetes dengan aloksan monohidrat.

Beberapa tahun terakhir, metabolit sekunder tanaman telah banyak diteliti sebagai

sumber agen obat (Khrisnaraju dan Sundraju, 2005). Pengobatan diabetes melitus dapat

dilakukan secara medis dengan obat-obatan modern dan suntikan tetapi karena tingginya

biaya pengobatancara medis ini terkadang sulit dilakukan. Diabetes melitus juga dapat

diatasi dengan pengobatan alami dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat. Tanaman

berkhasiat obat dapat diperoleh dengan mudah, dapat dipetik langsung untuk pemakaian

segar atau dapat dikeringkan. Oleh karena itu, pengobatan tradisional dengan tanaman obat

menjadi langkah alternatif untuk mengatasinya (Wijayakusuma, 2004). Bawang merah

merupakan tanaman jenis umbi lapis yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

rempah-rempah dan penyedap makanan. Bawang merah mengandung senyawa-senyawa

yang dipercaya berkhasiat seperti minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin,

flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin, dan zat pati (Anonim,

2010). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan Bawang Merah (Allium

ascalonicum) memiliki kandungan quercetin dalam kadar yang cukup tinggi (Shallot,

2009). Quercetin adalah salah satu senyawa jenis flavonoid, bagian dari kelompok

polifenol yang kandungannya terdapat pada berbagai tumbuhan dan diketahui memiliki

berbagai potensi yang berguna bagi kesehatan. Penelitian yang telah ada menunjukkan

potensi quercetin sebagai agen hipoglikemik (Gastelu, 2004). Quercetin merupakan

inhibitor enzim α-amilase yang berfungsi dalam pemecahan karbohidrat. Diantara jenis

flavonol, subkelas dari flavonoid, quercetin memiliki potensi inhibisi enzim paling kuat

(Piparo et al., 2008). Dengan adanya inhibisi pada enzim ini, proses pemecahan dan

absorbsi karbohidrat akan terganggu, sehingga kadar glukosa darah pada hiperglikemia

dapat diturunkan (Aan, 2008).

METODE PENELITIAN

Alat

Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis (Stardust/vitalab),

kuvet, timbangan hewan, neraca analitik (precisa), minispin ependorf (hamburg), rotary

evaporator (stuart), corong Buchner, waterbath (memmert), mikropipet (socorex), tabung

(6)

  Bahan

Bahan- bahan yang digunakan aloksan monohidrat dosis 150 mg/kg BB,

aquabidest steril for injecion, CMC-Na, ekstrak etil asetat bawang merah, tikus putih

jantan galur wistar sehat, umur 2-3 bulan, berat 150-300 gram, reagen kit GOD-PAP

(Glucose Oksidase Phenol 4-Aminoantipirin) dari Diagnostic Systems Internasional

(Diasys), etil asetat

Identifikasi Bawang Merah

Identifikasi tanaman bawang merah dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, yaitu dengan mencocokkan

ciri-ciri morfologinya dengan pustaka.

Penyiapan Bahan

Bawang merah diperoleh dari kebun tawangmangu, karang anyar, Jawa Tengah saat

musim panen. Bawang merah dicuci dengan etil asetat sampai bersih, dirajang kecil-kecil,

dikeringkan, kemudian di serbuk dengan blender. Serbuk yang sudah jadi digunakan untuk

ekstraksi

Ekstraksi Bawang merah

Ekstrak etil asetat bawang merah dibuat dengan metode maserasi. Seribu (1000)

gram serbuk biji alpukat direndam dengan 10 L etil asetat dalam bejana maserasi.

Simplisia dimaserasi selama 3 hari dan terlindung dari cahaya matahari. Kemudian maserat

yang telah jadi disaring menggunakan corong Buchner kemudian dievaporasi dan

selanjutnya diuapkan diatas waterbath. Ampas dari maserasi pertama, kemudian

diremaserasi kembali sebanyak dua kali.

Pembuatan Diabetes pada tikus

Pembuatan diabetes pada tikus dilakukan dengan menginjeksikan aloksan

monohidrat 150 mg/kg BB secara intraperitoneal pada tikus (Sujono dan Munawaroh,

2009). Larutan aloksan dibuat dengan cara melarutkan aloksan monohidrat dengan

aquabidest steril for injection.

Hari pertama kadar glukosa darah tikus diukur sebagai kadar glukosa awal,

kemudian tikus diinjeksi aloksan secara intraperitoneal, lalu tiga hari setelah diinjeksi

(7)

 

darah pada hari pertama, yaitu sebelum diinjeksi aloksan. Apabila terjadi kenaikan kadar

glukosa darah tikus yaitu menjadi ±200 mg/dL, maka tikus dianggap sudah diabetes.

Dosis Ekstrak Etil asetat Bawang merah

Dosis ekstrak etil asetat bawang merah berturut-turut adalah 125 mg/kg BB tikus

dan 250 mg/kg BB tikus yang diberikan satu kali sehari secara peroral.

Uji aktivitas antidiabetes

Hewan uji yang digunakan adalah sebanyak 20 ekor tikus. Cara pengambilan

sampel didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyadin (2012). Langkah

pertama yang dilakukan adalah mengukur kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0

(glukosa darah pre aloksan) yang sebelumnya tikus dipuasakan dulu selama 16 jam.

Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis yang terdapat di ekor tikus dan

kemudian di sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 12.000 rpm untuk mendapatkan

serumnya. Supernatannya diambil, dimasukkan ke dalam kuvet lalu ditambah 1000,0 µl

campuran pereaksi DiaSys dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. Kemudian

blanko, standar dan sampel dibaca serapannya menggunakan stardust.

Selanjutnya 20 ekor tikus ini diberi perlakuan aloksan monohidrat dengan dosis

150 mg/kg BB secara intraperitoneal. Setelah 3 hari, diukur lagi kadar glukosa darahnya

(glukosa darah post aloksan), lalu dibandingkan dengan kadar glukosa darah pada hari

pertama sebelum diberi aloksan. Apabila terjadi kenaikan kadar glukosa darah tikus yaitu

menjadi ±200 mg/dL maka tikus dianggap sudah diabetes. Selanjutnya 20 ekor tikus ini

dibagi dalam 4 kelompok perlakuan sebagai berikut:

a. Kelompok I : sebagai kontrol negatif, hanya diberi aquadest selama 7 hari.

b. Kelompok II : sebagai kontrol positif, diberi Glibenklamid dosis 0,45 mg/kg BB

selama 7 hari.

c. Kelompok III : diberi ekstrak etil asetat bawang merah dosis 125 mg/kg BB selama 7

hari.

d. Kelompok IV : diberi ekstrak etil asetat bawang merah dosis 250 mg/kg BB selama 7

hari.

Selanjutnya setelah tujuh hari diberi perlakuan, kadar glukosa darah tikus diukur

kembali untuk dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diberi aloksan pada hari

(8)

  HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang diteliti

sesuai dengan pustaka tanaman bawang merah dilihat dari morfologinya yaitu merupakan

bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada

ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung (Rukmana,

1994). Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi yang telah dilakukan yang menunjukkan

bahwa tanaman yang diteliti benar-benar tanaman bawang merah.

Ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan menggunakan pelarut etil asetat,

karena flavonoid yang terkandung dalam bawang merah bersifat polar, sehingga

diperlukan pelarut yang bersifat polar juga. Hal ini sesuai dengan hukum like disolve like

(Markham, 1988). Hasil rendemen dari bawang merah adalah 0.011% yaitu berat simplisia

kering 1000 gram dan berat ekstrak kental adalah 11.1030 ini artinya 1 gram simplisia

kering setara dengan 0,011 gram ekstrak kental bawang merah.

Penelitian ini dilakukan pada 20 ekor tikus putih galur wistar yang dibagi dalam 4

kelompok perlakuan. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif di mana

tikus diinduksi aloksan dan kemudian hanya diberi aquadest. Kelompok kedua merupakan

kontrol positif yaitu tikus diberi obat antidiabetes golongan sulfonilurea yaitu

glibenklamid. Kelompok ketiga, keempat dan kelima merupakan kelompok perlakuan

dosis, yaitu berturut turut 125 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa

darah awal tikus dilakukan pada hari ke nol (GD1).

Pengujian antidiabetes ekstrak etil asetat bawang merah ini menggunakan induksi

aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB. Menurut Szkudelski (2001), aloksan dan

streptozotocin merupakan agen diabetogenik yang cukup memadai untuk digunakan

sebagai penginduksi diabetes pada hewan percobaan. Aloksan mempunyai kemampuan

merusak sel beta pankreas (Yuriska, 2009). Aloksan diinjeksikan secara intra peritoneal

pada tikus yang kemudian di cek peningkatan glukosa darahnya tiga hari kemudian (GD2).

Pengukuran kadar glukosa darah setelah 3 hari diinduksi aloksan dilakukan untuk melihat

kadar glukosa darah tikus yang sudah hiperglikemik karena secara teori, aloksan mampu

meningkatkan kadar glukosa darah tikus secara signifikan.

Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran kadar glukosa darah pada 4 kelompok

perlakuan. Terlihat variasi kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-0,

(9)

 

masing-masing individu hewan percobaan terhadap kerusakan sel beta pankreas yang

disebabkan oleh zat penginduksi diabetes, yang pada penelitian ini menggunakan zat

diabetogenik aloksan monohidrat. Pada kelompok kontrol negatif, tidak terjadi penurunan

kadar glukosa darah karena aquadest bersifat netral, tidak mengandung zat apapun

sehingga tidak memiki efek menurunkan kadar glukosa darah. Sebaliknya pada kelompok

kontrol positif yang diberi glibenklamid, terjadi penurunan kadar glukosa darah yang

sangat signifikan karena efek glibenklamid sebagai salah satu obat golongan sulfonilurea

adalah meningkatkan sensitifitas insulin dan meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas.

Tabel 1. Kadar glukosa darah tikus pada berbagai kelompok perlakuan

Kelompok

X±SD 97,4±15,27 209,4±18,54 237,6±14,63 Kelompok Kontrol Positif

X±SD 91,4±31,05 233,4±39,61 128,6±46,37 Kelompok ekstrak etil

X±SD 101±22,01 220,4±13,72 139,6±13,22 Kelompok ekstrak etil

X±SD 99,8±26,48 209,2±17,96 82±11,72

Analisis statistik yang pertama yang dilakukan adalah Shapiro- Wilk. Alasan

menggunakan uji distribusi Shapiro-Wilk adalah karena data yang dianalisis hanya 20 data.

Uji distribusi Shapiro-Wilk digunakan pada data kelompok populasi kecil yaitu kurang dari

50 sampel data. Hasil uji Shapiro- Wilk pada kadar glukosa darah awal adalah p =

0,870, pada kadar glukosa post aloksan (hari ke-3) adalah p = 0,001 dan pada kadar

(10)

 

normal,namun pada kadar glukosa post aloksan dan akhir datanya terdistribusi tidak

normal. Hasil uji statistik secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.

Uji statistik data yang kedua adalah Test of Homogeneity of Variances. Uji ini

menggunakan Levene test pada keempat kelompok perlakuan, hasilnya pada pengukuran

kadar glukosa darah hari ke-0 yaitu glukosa awal adalah 0,483, pada pengukuran kadar

glukosa hari ke-3 yaitu post aloksan adalah 0,268 dan pada hari ke-10 atau glukosa akhir

adalah 0,085. Pada analisis menggunakan Levene test ini, data dikatakan homogen karena

menunjukkan nilai p > 0,05.

Uji statistik selanjutnya adalah Kruskal- Wallis. Kadar glukosa darah yang dihitung

adalah kadar glukosa darah pada hari ke 3 dan hari ke 10. Kadar glukosa darah hari ke - 3

(post aloksan) dengan nilai p = 0,512 sedangkan untuk kadar glukosa pada hari ke 10

adalah p= 0,001. Artinya terdapat perbedaan kadar glukosa darah pada hari ke- 10 dari

empat kelompok perlakuan (p < 0,05)

Uji yang terakhir adalah uji Mann- Whitney antar kelompok perlakuan kontrol

negatif, kontrol positif, dosis I dan dosis II. Uji Mann- Whitney yang dilakukan pada tiap

dua kelompok perlakuan untuk membandingkan perbedaan rata-rata antar kelompok

perlakuan. Pada uji Mann- Whitney, apabila nilai p> 0,05 maka tidak terdapat perbedaan

efek penurunan kadar glukosa darah tikus atau efeknya setara. Pada uji statistik Mann-

Whitney didapat dua macam pengertian yaitu berbeda signifikan dan berbeda tidak

signifikan. Berbeda signifikan artinya terdapat perbedaan efek antara dua kelompok

perlakuan sedangkan berbeda tidak signifikan artinya tidak terdapat perbedaan efek antara

dua kelompok perlakuan maka dapat dikatakan bahwa efek antar perlakuan tersebut setara.

Hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Hasil uji statistik Mann-Whitney pada pengukuran kadar glukosa darah akhir semua kelompok perlakuan

No. Perlakuan Nilai p Arti

1 Aquadest vs Glibenklamid 0,009 Berbeda signifikan 2 Aquadest vs Dosis I 0,009 Berbeda signifikan 3 Aquadest vs Dosis II 0,009 Berbeda signifikan 4 Glibenklamid vs Dosis I 0,175 Berbeda tidak signifikan 5 Glibenklamid vs Dosis II 0,009 Berbeda signifikan 6 Dosis I vs Dosis II 0,009 Berbeda signifikan

Dilihat dari tabel 2, hasil uji statistik Mann-Whitney pada hari ke-10, kontrol

positif, Dosis I dan II hasilnya adalah berbeda signifikan (p<0,05) dengan kontrol negatif

artinya bahwa kontrol positif, dosis I dan II mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus.

(11)

 

sedangkan dosis II hasilnya berbeda signifikan (p<0,05). Jika hanya melihat dari hasil dari

uji statistik, maka dapat dihasilkan pengertian bahwa dosis I mempunyai efek penurunan

glukosa setara dibanding dengan glibenklamid, sedangkan dosis II mempunyai efek yang

lebih besar di banding glibenklamid. sehingga didapatkan suatu kesimpulan yaitu,

berdasarkan uji statistik, kedua seri dosis ini tidak memiliki efek yang sama dosis nya

berbeda sehingga lebih baik menggunakan dosis II karena dengan dosis yang tinggi,

mampu memberikan efek.

Menurut penelitian yang telah di lakukan oleh Nagwa M. Ammar dan Sahar Y.

AI-Okbi tentang efek flavomoid terhadap kadar glukosa darah tikus wistar yang diinduksi

aloksan menunjukkan hasil bahwa kuersetin memberi efek hipoglikemik.

KESIMPULAN

Ekstrak etil asetat bawang merah (Allium ascalonicum.) dosis 125 mg/kg BB dan

250 mg/kg BB, mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus galur wistar yang diinduksi

aloksan

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai terhadap senyawa yang

terkandung dalam ekstrak etil asetat bawang merah (Allium ascalonicum.) yang memiliki

kemampuan sebagai agen anti diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

Agbaje, IM., Rogers, DA., McClure, N., Atkinson, AB., Mallidis, C. and Lewis, SEM., 2007. Insulin dependent diabetes mellitus: implications for male reproductive function. Human Reproduction. 22(7) :1871-1877.

Ann J. 2008 Grape skin compound fights the complications of diabetes http://www.medicineworld.org

(Diaksestanggal 25 April 2013)

Baccetti, B., La Marca, A. and Piomboni, P.2002. Insulin-dependent diabetes in men is associated with hypothalamo-pituitary arangement and with impairment in semen quality. Human Reproduction. 17: 2673-2677.

(12)

 

Boyess, JW.and Thorpe, RS. 1999. Role of oxidative stress in diabeticomplication:a new prospective on an old paradigm. Journal of Diabetes.48:1- 9.

Bener, A., Al-Ansari, AA.,Zirre, M. and Al-Hamag, AOA. 2009. Is male fertility associated with type 2 diabetes mellitus.International Urology and Nephology. 41: 777-784.

Departemen Kesehatan Indonesia. 2009 Diabetes Melitus Masalah Kesehatan Masyarakat yang Serius

http://www.depkes.go.id/index.php (diaksestanggal 25 April 2013)

Jajal, R., Bagheri, SM., Moghimi, A. and Rasuli, MB. 2007.Hypoglycemic effect of aqueous shallot and garlic extract in rats with fructose-induced insulin resistance. Journal of Clinical Biochemistry Nutrition 41(3):218-223.

Gastelu, D. 200 All About Bioflavonoids. http://www.supplementfacts.cm (diaksestanggal 25 April 2013).

Khaki, A., Nouri, M., Fathiazad, F., AhmadiAshtiani, HR., Rastgar. H. and Rezazadeh, Sh.2009. Protective effects of quercetin on spermatogenesis in streptozotozin induced diabetic rat. Journal of Medicinal Plants 5(8): 57-64.

International Diabetes Federation. 2007 Panduan Untuk Manajemen Glukosa Pasca Makan http://www.idf.org

(diaksestanggal 25 April 2013).

Krishnaraju, A.V., Rao ., &Sundraraju, A., 2005, Assesment of Bioactivity of Indian Medicinal Plants Using Brine Shrimp (Altenariasalania) Lethality Assay, International Journal Applied Science and Engineering,2, 125-134

Piparo E, Scheib H, Frei N, Williamson G, Grigorov M, Nestle C. 2008 Flavonoids for Controlling Starch Digestion: Structural Requirements for Inhibiting Human α-Amylase. J Med Chem., Vol. 51, No. 12.

Schnell, O. and Standl, E. 2006.Impaired glucose tolerance, diabetic and cardiovascular diseases. Endocrinology Practice 12:16-19.

Sujono T. A. &Munawaroh, R., 2009,Interaksi Quercetin Dengan Tolbutamid: Kajian Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Jantan Yang Dinduksi Aloksan, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol 10:2, 121-129

(13)

 

Smith, C., Lombard, KA.,Peffley, EB. and Liu, W. 2003. Genetic Analysis of Quercetin in onion (Allium cepaL.). The Texus Journal of Agriculture and Natural Resource. 16: 24-28

Spiropoulos, J., Turnbull, DM. and Chinnery, PF. 2002. Can mitochondrial DNA mutations cause sperm dysfunction. Molecular Human Reproduction 8: 719-721.

WHO, 2003, Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Diseases, Geneva, World Health Organization

Gambar

Tabel 1. Kadar glukosa darah tikus pada berbagai kelompok perlakuan
Tabel 2. Hasil uji statistik Mann-Whitney pada pengukuran kadar glukosa darah akhir semua kelompok perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Diantara bahan-bahan berminyak atau berlemak lainnya yang biasa digunakan sebagai basis suppositoria: macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti

1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya, siswa lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika

Analisis Penerimaan Aplikasi Sistem Informasi dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (Studi Kasus pada Sistem.. Informasi Terpadu KRS Online Universitas

Malali, terdapat hanya segelintir firma perakaunan yang mengambil lepasan siswazah perakaunan sebagai pekerja kerana terdapat majikan yang tidak beqjuas hati dengan kualiti

Upaya membiasakan peserta didik dalam melakukan kegiatan keagamaan berupa kegiatan pembiasaan akhlak terpuji di sekolah merupakan dari tugas dan tanggung jawab guru mata

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Potensi Ekstrak Batang Sipatah-patah ( Cissus quadrangula Salisb.) dalam Proliferasi dan Diferensiasi Sel Punca Mesenkimal

Pada lahan optimal dengan pemupukan nitrogen dosis tinggi yang semakin meluas dan intensif, penggunaan arang sekam padi sebagai sumber silikat hampir dapat dipastikan

Hasil uji ini menunjukkan baik karena apabila pembiayaan mudharabah meningkat maka akan meningkatkan juga NPM jadi laba bersih yang diterima oleh bank syariah akan meningkat juga,