• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH FAKTOR FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

TUGAS AKHIR

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN

PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA

TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh:

KURNIASARI

I 0607050

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA

TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI

KURNIASARI I0607050

Menyetujui,

Surakarta, Agustus 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Ana Hardiana, MT Ir. Widi Suroto, MT

NIP. 19690919 199412 2 001 NIP . 19560905 198601 1 001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620610 199103 1 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Kusno Adi Sambowo, ST, MT, Ph.D NIP. 19691026 199503 1 002

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(3)

commit to user

iii

ABSTRAK

Industri kecil rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dengan kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah pemberdayaan. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Di Kota Kediri terdapat industri rumah tangga makanan olahan yang mampu menjadikan Kediri dikenal sebagai Kota Tahu. Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya, dengan sasaran utama menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhinya. Kemudian dilihat pengaruhnya antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya. Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan mengkorelasikan antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu, yang meliputi: faktor-faktor bantuan modal, faktor pemasaran, faktor teknologi dan faktor tantangan terhadap faktor keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi. setelah mengetahui pengaruhnya dilakukan uji keeratan hubungan antara masing-masing faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha.

Dari analisis korelasi dan keeratan hubungan, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang cukup kuat mempengaruhi kontinuitas produksi adalah faktor bantuan modal, faktor pemasaran dan faktor tantangan. Faktor teknologi tidak begitu kuat mempengaruhi karena ketersediaan tenaga kerja masih dibutuhkan di industri tersebut. Direkomendasikan perlu adanya kerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan sektor ini baik dalam bidang permodalan, pemasaran, peralatan bahkan dalam menghadapi tantangan yang sering menerpa sektor ini agar produsen tahu lebih berdayaguna dan dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

(4)

commit to user

iv ABSTRACT

Household industries (IKRT) has greatly contributed in the construction workforce as it absorbs large quantities, a contributor to revenue is significant, for exports prospective, and can survive in conditions of crisis. IKRT obvious need of attention because it not only provides income for most of the Indonesian workforce, but also is spearheading efforts to alleviate poverty. In rural areas, an important role IKRT provide additional income, is a seedbed for the development of industrial and agricultural production as a complement to the poor. In other words, IKRT also serves as a strategy of survival (survival strategy) in the middle of the monetary crisis. One aspect that can lift people's economy is empowerment. In the context of community empowerment is the ability of individuals bersenyawa in society and build community empowerment is concerned. In Kediri households are food processing industry capable of making known Kediri as the city of ‘tahu’. One area that most residents work in the household industrial sector of ‘tahu’ is Tinalan Village.

This study aimed to determine the influence of factors of empowerment of the producers out of business sustainability, with the main objective to analyze the variables that affect or variables that influence. Then seen the effect of these factors on the empowerment of the ‘tahu’ producer its business sustainability. Quantitative descriptive analysis carried out by correlating between the factors of empowerment of the ‘tahu’ producers, including: factors of capital assistance, marketing factors, technological factors and factors of business challenges to the sustainability factor is continuity of production. after knowing the impact test conducted between the closeness of the relationship of each factor of empowerment of the producers about their sustainability efforts.

From the correlation analysis and the closeness of the relationship, it is known that factors affecting the continuity that is strong enough capital is a factor of production, marketing factors and the challenge factor. Factors affecting technology is not so strong because of the availability of manpower is still needed in the industry. Recommended the need for cooperation with the government to boost this sector both in the field of capital, marketing, equipment and even in the face of challenges that frequently hit this sector so that ‘tahu’ manufacturers more efficient and can compete in the broader market.

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala

serta rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan

dan perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Sebelas Maret Surakarta, sampai dengan penyusunan Tugas Akhir ini dengan

judul : “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasidi Kota Kediri”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada :

1. Allah swt. yang telah memberikan kesempatan hidup serta rahmat dan

hidayahNya hingga penulis mendapat kesempatan belajar di PWK UNS.

2. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret.

4. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT yang telah memberikan tuntunan dan pengarahan

dengan sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

5. Bapak Ir. Widi Suroto, MT yang juga telah memberikan tuntunan dan

pengarahan dengan sangat sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Segenap instansi pemerintahan Kota Kediri yang telah mempermudah

pencarian data untuk Tugas Akhir ini.

7. Produsen Tahu Kelurahan Tinalan Kota Kediri yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk penulis.

8. Ninik Hani’ah dan Muhammad Hanik yang telah memberikan segenap kasih sayang, dukungan, do’a dan mengajarkan banyak hal dalam hidup.

9. Andira Fajryah dan Muhammad Ardian yang telah memberikan segala

(6)

commit to user

vi 10.Keluarga Besar PWK UNS 2007 yang telah banyak berbagi canda tawa,

keluh kesah, pelajaran hidup dan arti kebersamaan selama 4 tahun

kebelakang.

11.Penghuni Kost Aura yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka.

12.Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung

dalam penyelesaian pembuatan laporan ini.

Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, keterbatasan dan

kekhilafan penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan

Tugas Akhir ini penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya

membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Akhirnya

penulis berharap kiranya Allah Subhanahuwata’ala selalu memberikan

anugerahNya kepada penulis, semua pihak dan selalu dalam lindunganNya. Amin.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

(7)

commit to user

vii

MOTTO :

There are many people who have big plans but their big plans never come true. The reason is, too many people have big plans but fail to keep their small agreements.

[Robert Kiyosaki]

Disaat semuanya tidak memperdulikan kesedihanmu, cintanya Ibu paling setia menuntaskan kegelisahan dan kegundahan.

[@TerimaKasihIBU]

Jangan berkata menyerah jika kamu masih bisa mencoba, karena sahabat baikmu tidak akan membiarkanmu sendiri dalam kesulitan.

[@pepatah]

Rencana yang paling luar biasapun akan sia-sia, jika hanya terhenti pada wacana. Berani bergerak! Sukses pasti akan tercapai.

[Andri Wongso]

Karya ini dipersembahkan untuk:

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR PETA ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Sasaran ... 3

1 Tujuan Penelitian ... 3

2 Sasaran Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Penelitian ... 4

1. Ruang Lingkup Spasial ... 4

2. Ruang Lingkup Substansial ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tentang Industri ... 9

1. Pengertian Industri Kecil ... 9

2. Klasifikasi Skala Industri ... 11

3. Teori Lokasi ... 11

4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah ... 14

5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia ... 14

6. Industri Kecil Rumah Tangga Berkelanjutan ... 15

7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil ... 16

8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga ... 19

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional ... 21

B. Tentang Pemberdayaan ... 23

1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan ... 23

2. Keberdayaan Masyarakat ... 24

C. Indikator yang Digunakan ... 25

1. Indikator Faktor Bantuan Modal ... 25

2. Indikator Faktor Pemasaran ... 25

3. Indikator Faktor Teknologi ... 26

4. Indikator faktor Tantangan ... 27

(9)

commit to user

ix

D. Metode Analisa ... 28

1. Uji Validitas dan Realibitas ... 28

2. Analisa Chi Kuadrat ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 31

1. Jenis Data ... 31

2. Metode Pengumpulan Data ... 31

C. Definisi Operasional Variabel... 33

1. Keberdayaan produsen tahu ... 33

2. Keberlanjutan Usaha ... 34

D. Validitas Data ... 35

1. Trianggulasi ... 35

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU KELURAHAN TINALAN A. Kondisi Wilayah Penelitian ... 40

1. Kondisi Geografis Kota Kediri ... 40

2. Kondisi Geografis Kelurahan Tinalan ... 45

3. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ... 48

4. Penduduk Dan Ketenagakerjaan ... 53

5. Prasarana Wilayah Penelitian ... 54

6. Kondisi Perekonomian Kota Kediri ... 60

B. Proses pembuatan makanan olahan tahu ... 60

1. Perendaman dan pencucian ... 60

2. Penggilingan ... 61

3. Perebusan ... 61

4. Penyaringan dan penggumpalan ... 61

5. Pencetakan dan Pemotongan... 62

C. Perkembangan Industri Kecil Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 65

1. Sejarah ... 66

2. Bahan Baku ... 66

3. Teknologi ... 69

4. Perkembangan Produksi Tahu ... 70

5. Pesaing ... 71

6. Kelembagaan ... 71

7. Tenaga Kerja ... 72

D. Karakteristik Sosial Ekonomi Produsen Tahu ... 73

1. Pendapatan ... 73

2. Tingkat Pendidikan ... 74

(10)

commit to user

x

E. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Tahu Di Kota Kediri ... 75

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan... 75

2. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah... 75

BAB V ANALISIS A. Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 78

1. Uji Validitas ... 78

2. Uji Reabilitas ... 78

B. Keberdayaan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan ... 79

1. Bantuan Modal ... 79

2. Pemasaran ... 82

3. Teknologi ... 87

4. Tantangan ... 89

C. Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ... 91

1. Kontinuitas Produksi ... 91

D. Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu terhadap Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ... 93

1. Pengaruh Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi ... 93

2. Pengaruh Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi... 98

3. Pengaruh Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi ... 102

4. Pengaruh Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi ... 105

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 110

B. Rekomendasi ... 112

DAFTAR PUSTAKA ...

Lampiran 1 Kuesioner ... Lampiran 2 Hasil Kuesioner ... Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara ... Lampiran 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner

menggunakan SPSS ... Lampiran 5Hasil Perhitungan Uji Chi Kuadrat dan Uji Keeratan Hubungan

menggunakan SPSS ...

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil ... 18

Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional... 34

Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan ... 36

Tabel 3.3 Metodologi Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri ... 43

Tabel 4.2 Tata Guna Lahan Kota Kediri ... 48

Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan ... 52

Tabel 4.4 Pembuangan Air Limbah Industri Tahu Kelurahan Tinalan... 56

Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 67

Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 68

Tabel 4.7 Perbedaan Peralatan Konvensional dan Modern dalam Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 69

Tabel 4.8 Pendapatan Bersih Per Hari Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ... 73

Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ... 74

Tabel 4.10 Lama Berusaha Produsen Tahu Kelurahan Tinalan... 75

Tabel 4.11 Syarat-syarat Pengajuan Modal Bergulir Dinas Koperasi dan UMKM ... 76

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 78

Tabel 5.2 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner ... 79

Tabel 5.3 Jaringan Pemasaran Tahu Luar Kota ... 81

Tabel 5.4 Perkembangan Ragam Produk Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ... 81

Tabel 5.5 Pendapatan Bersih Per Bulan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ... 87

Tabel 5.6 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi ... 94

Tabel 5.7 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 96

Tabel 5.8 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi ... 98

Tabel 5.9 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi ... 102

(12)

commit to user

xii

DAFTAR PETA

Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan ... 5

Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian ... 30

Peta 4.1 Peta Batas Administrasi Kota Kediri ... 41

Peta 4.2 Peta Persebaran Industri Tahu di Kota Kediri... 44

Peta 4.3 Peta Batas Administrasi Kelurahan Tinalan ... 46

Peta 4.4 Peta Sebaran Industri Tahu di Kelurahan Tinalan ... 47

Peta 4.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Kediri ... 49

Peta 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Kediri ... 51

Peta 4.7 Peta Jaringan Jalan Kelurahan Tinalan ... 57

Peta 5.1 Peta Jaringan Pemasaran Dalam Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 84

Peta 5.2 Peta Jaringan Pemasaran Luar Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 86

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang ... 8

Gambar 2.1 Hipotesis Christaller ... 13

Gambar 3.1 Bagan Proses Pengambilan Sampel ... 29

Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 39

Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan ... 52

Gambar 4.2 Citra Satelit Kelurahan Tinalan ... 53

Gambar 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Tinalan Tahun 2010 ... 54

Gambar 4.4 Jalan Kota dan Jalan Nasional di Sekitar Kelurahan Tinalan ... 55

Gambar 4.5 Gambaran Lokasi Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 59

Gambar 4.6 Bagan Proses Pembuatan Tahu ... 62

Gambar 4.7 Proses Pembuatan Tahu Kelurahan Tinalan ... 63

Gambar 4.8 Proses Pembuatan Tahu Takwa Kelurahan Tinalan... 64

Gambar 4.9 Proses Pembuatan Stik Tahu Kelurahan Tinalan ... 65

Gambar 4.10 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 67

Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 70

Gambar 5.1 Diagram Bantuan Modal Industri Rumah Tangga Tahu dalam kurun waktu 5 tahun ... 79

Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jenis Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ... 82

Gambar 5.3 Diagram Jaringan Pemasaran Industri Rumah Tangga Tahu Tahun 2006 – 2010 ... 82

(13)

commit to user

xiii

Gambar 5.5 Diagram Peralatan Produksi Industri Kecil Rumah Tangga

Tahu di Kelurahan Tinalan ... 88 Gambar 5.6 Diagram Tingkat Pendidikan Produsen Tahu

di Kelurahan Tinalan ... 89 Gambar 5.7 Diagram Tantangan yang Dihadapi oleh Industri

Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 90 Gambar 5.8 Diagram Lama Berusaha Industri Rumah Tangga Tahu

Kelurahan Tinalan ... 91 Gambar 5.9 Diagram Kontinuitas Produksi Tahu

di Kelurahan Tinalan ... 92 Gambar 5.10 Grafik Perkembangan Penggunaan Kedelai

Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 93 Gambar 5.11 Diagram Pengaruh Bantuan Modal Terhadap

Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 94 Gambar 5.12 Sumber Bantuan Modal yang Diperoleh Produsen

Tahu Kelurahan Tinalan... 95 Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai

Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 96 Gambar 5.14 Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur ... 97 Gambar 5.15 Diagram Pengaruh Pemasaran Terhadap

Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 99 Gambar 5.16 Jaringan Pemasaran Produk Tahu Kelurahan Tinalan ... 100 Gambar 5.17 Diagram Pengaruh Teknologi Terhadap

Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 102 Gambar 5.18 Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan

Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 104 Gambar 5.19 Diagram Pengaruh Tantangan Terhadap

Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 106 Gambar 5.20 Diagram Tantangan yang Dihadapi dalam Industri

(14)
(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar

dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar,

menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk

ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. Perhatian untuk

menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya

dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja.

Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak

IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi

karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan

dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah

kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan

ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi

kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya

memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun

juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di

perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et

al., 1994), merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai

pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Dengan

kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup

(survival strategy) di tengah krisis moneter.

Di Kota Kediri juga terdapat industri rumah tangga seperti yang disebut

diatas, yaitu industri rumah tangga tahu. Industri rumah tangga tahu adalah

suatu industri yang melakukan usaha pembuatan tahu melalui proses produksi

dengan bahan baku kedelai, serta menggunakan modal, peralatan, keterampilan

dan tenaga kerja sebagai faktor-faktor produksi (Sutomo 2001:21).

Kota Kediri sangat terkenal dengan makanan khasnya yang berupa tahu,

(16)

commit to user

2

produk-produk tahu terkenal lainnya. Berbagai macam produk olahan tahu

digunakan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung maupun

wisatawan yang hanya melewati Kota Kediri. Sebagian besar industri makanan

tahu di Kota Kediri merupakan industri kecil dan rumah tangga (home based

enterprises).

Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor

industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan. Karakteristik atau

ciri-ciri usaha tersebut adalah masih menggunakan teknologi tradisional, sangat

sederhana, dan banyak menggunakan keahlian tangan. Untuk memperoleh

bahan dasar umumnya diperoleh dengan cara mudah, yaitu didapat dari daerah

pedesaan atau daerah sekitarnya. Pemasaran hasil produksi tidak didasarkan

atas promosi atau iklan melainkan melalui perantara (Mubiarto dalam Sutomo

2001 : 3). Industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan ini dikerjakan oleh

tenaga keluarga, dengan bekal ketrampilan dan pengetahuan tentang

pembuatan tahu yang para produsen miliki secara turun temurun, mereka juga

berusaha untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kualitas

tahu sesuai permintaan konsumen.

Dengan target pemasaran umumnya menjangkau pasar yang lebih luas

dari industri lokal maka dapat mempertahankan tahu sebagai ciri khas/ branded

Kota Kediri. Selain itu dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga

proses produksinya tidak terbatas hanya satu produk saja dan dapat

mengembangkan pangsa pasarnya ke wilayah yang lebih luas sehingga dapat

memperkenalkan ciri khas tahu Kediri ke luar wilayah Kota Kediri.

Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah

pemberdayaan. Menurut Kartasasmita (1996), menyatakan bahwa

pemberdayaan masyarakat secara praktis merupakan upaya pengerahan sumber

daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat akan berakibat

meningkatkan produktivitas rakyat. Sehingga baik sumber daya manusia

maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat pula ditingkatkan

produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara

(17)

commit to user

3

Diakui bahwa pemberdayaan usaha kecil menghadapi beberapa kendala

antara lain kemampuan dan keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya

manusia, permodalan dan pemasaran. Kendala-kendala yang dihadapi

mengakibatkan sektor ini kalah bersaing. Pelham (1999) menemukan

bahwasanya industri kecil masih lemah dalam hal perencanaan, pemikiran

strategis dan orientrasi jangka panjang. Kecenderungan memenuhi kebutuhan

jangka pendek mengakibatkan mereka tidak melakukan perencanaan ke depan

tentang pasar, pengelolaan keuangan, atau persediaan sumber daya yang

dibutuhkan.

Keberdayaan pelaku usaha dapat dilihat dari seberapa besar pelaku usaha

mendapat bantuan modal, seberapa jauh pemasaran yang dapat dijangkau,

teknologi yang digunakan dalam industri tahunya, dan besar kecilnya tantangan

yang dihadapi oleh industri tahu akan menentukan keberlanjutan usaha

masing-masing pelaku usaha. Kendala yang dihadapi sangat beragam, antara lain

keterbatasan modal, banyaknya pesaing/kompetitor yang bekerja di sektor yang

sama, terbatasnya sarana prasarana yang memadai, sampai pada faktor cuaca

yang tidak menentu (Susilowati et al., 2004; 2005). Dalam penelitian ini

penulis ingin mengetahui bagaimana faktor-faktor pengaruh keberdayaan

produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.

B.Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap

keberlanjutan usahanya?

C.Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.

2. Sasaran

a. Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan

(18)

commit to user

4

c. Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri

d. Identifikasi faktor-faktor keberdayaan produsen tahu

e. Identifikasi faktor keberlanjutan usaha

f. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap

keberlanjutan usaha di Kelurahan Tinalan

D.Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan secara ilmiah dan secara praktis. Diharapkan hasil penelitian ini

dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pembangunan industri kecil, diharapkan penelitian ini dapat

dimanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan

program pemberdayaan pengrajin.

2. Dapat menjadi masukan untuk kemajuan industri rumah tangga tahu di

Kota Kediri

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya yang sejenis.

E.Batasan Penelitian

1. Ruang Lingkup Spasial

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tinalan, Kecamatan

Pesantren, Kota Kediri. Penulis memilih lokasi tersebut karena di Kelurahan

Tinalan merupakan lokasi industri rumah tangga tahu di Kota Kediri yang

mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kelurahan Tinalan mempunyai

luas wilayah 92,60 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Burengan

Sebelah selatan : Kelurahan Tosaren

Sebelah timur : Kelurahan Banaran

(19)

5

di Kota Kediri

Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan

(20)

commit to user

6

2. Ruang Lingkup Substansial

Dalam penelitian ini akan lebih banyak membahas tentang aspek

sosial dan ekonomi dari faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan

keberlanjutan usahanya, yang meliputi:

a. Kondisi fisik wilayah penelitian, meliputi lokasi penelitian, prasarana

wilayah, tata guna lahan, jaringan distribusi tahu dan sebaran industri

tahu di Kota Kediri dan Kelurahan Tinalan.

b. Kondisi sosial ekonomi produsen tahu, meliput jenjang pendidikan,

pendapatan dan lama usaha yang digeluti produsen tahu.

c. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu meliputi faktor

bantuan modal, pemasaran, teknologi dan tantangan terhadap

keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi.

F. Sistematika Pembahasan

Tahap pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan sasaran penelitian, kerangka pemikiran, batasan penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Tahap kajian teori berisi teori-teori yang terkait dengan judul penelitian,

yaitu “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi Di Kota Kediri”. Seperti

teori tentang industri rumah tangga, pemberdayaan masyarakat,

keberlanjutan usaha dan teori lokasi pemasarannya.

Tahap metode penelitian berisi tentang kebutuhan data, subyek

penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, kerangka

analisis, teknik analisis dan sintesis data.

Tahap gambaran umum industri rumah tangga tahu Kelurahan Tinalan

berisi tentang gambaran kondisi geografis Kelurahan Tinalan, jangkauan

pendistribusian tahu di Kelurahan Tinalan, kondisi sosial ekonomi dan sosial

kependudukan terkait produsen tahu di Kelurahan Tinalan, mekanisme proses

produksi tahu, dan peran pemerintah dalam perkembangan industri rumah

(21)

commit to user

7

Tahap analisis berisi tentang analisis faktor-faktor keberdayaan produsen

tahu dan keberlanjutan usaha. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor

tersebut dilakukan uji independensi Chi Kuadrat dan uji keeratan hubungan.

Tahap kesimpulan dan rekomendasi berisi kesimpulan dari penelitian ini

dan rekomendasi bagi pemerintah kota Kediri dan produsen tahu di Kelurahan

(22)

commit to user

8

Sumber: Analisis Penulis, 2011

Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang

Kota Kediri sangat khas dengan oleh-oleh berupa tahu

Menjamurnya industri rumah tangga tahu di Kota Kediri

Jaringan pemasaran hingga menjangkau luar kota

Namun sistem produksinya masih menggunakan peralatan konvensional

Mengalami berbagai tantangan dalam perjalanan industri tahu

Namun hingga sekarang produksi tahunya tetap berlanjut

(23)

commit to user

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tentang Industri

1. Pengertian Industri Kecil

Ada beberapa pengertian berbeda tentang apa itu industri. Menurut

Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud

industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang

dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya.

Menurut Nurimansjah Hasibuan (1994), industri adalah kumpulan dari

perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai

sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun dari segi pembentukan

pendapatan industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai

tambah.

Menurut Winardi (1983), industri sebagai usaha yang bersifat produktif

terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang

menyelenggarakan jasa-jasa. Misalnya transportasi dan perhubungan yang

menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.

Istilah tersebut dapat dipandang dari arti kolektif, misalnya perhubungan

dengan aktifitas suatu negara secara keseluruhan dan juga sering istilah

tersebut digunakan untuk mengidentifikasi segmen khususnya dari

usaha-usaha produksi yang produktif seperti industri mobil, kapal, dan industri

berat lainnya. Badan Pusat Statistik mengartikan industri sebagai suatu unit

kesatuan yang terletak pada suatu tempat yang tertentu untuk melakukan

suatu kegiatan untuk mengubah barang atau jasa sehingga menjadi bernilai.

Barang atau jasa tersebut diolah menjadi produk-produk tertentu yang

nilainya lebih tinggi.

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha

(24)

commit to user

10

usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu

dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Ciri-ciri usaha kecil yaitu:

Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak

gampang berubah;

Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan

keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk

NPWP;

Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam

berwirausaha;

Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

seperti business planning.

Contoh usaha kecil yaitu:

Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga

kerja;

Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan

rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri

kerajinan tangan;

Peternakan ayam, itik dan perikanan;

Koperasi berskala kecil.

Terkait dengan tempat sebagai lokasi industri, industri kecil berbasis

rumah menjadi salah satu pilihan untuk melakukan suatu kegiatan/ usaha

dengan memanfaatkan tempat tinggal sebagai lokasi industri. Dari segi

tenaga kerja, industri rumah tangga sangat efektif dalam memberikan

kesempatan/ peluang kerja terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar

(25)

commit to user

11

2. Klasifikasi Skala Industri

Badan Pusat Statistik mengklasifikasikan usaha industri pengolahan di

Indonesia ke dalam 4 skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja yang

dimiliki oleh suatu usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang

ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Keempat skala tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih,

b. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,

c. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,

d. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.

3. Teori lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)

kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari

sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau

pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/ kegiatan lain baik

ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).

Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak

terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki

daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin

mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan

besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat

tersebut.

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah

suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat

aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk

mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,

2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,

(26)

commit to user

12

termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk

melalui jalur tersebut.

a. Teori Tempat Pemusatan

Suatu tempat merupakan pusat pelayanan. Menurut Christaller,

pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut

pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat

dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat: (1) topografi yang

seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh

dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur

pengangkutan, (2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak

memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan

padi-padian, kayu atau batu bara. Dalam keadaan yang mempunyai kedua

syarat seperti di atas itu akan berkembang tiga hal (Jayadinata,

1999:180) seperti diterangkan di bawah ini.

1) Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh

wilayah dengan jarak dua jam berjalan kaki atau 2 x 3,5 = 7 km.

Secara teori tiap pusat pelayanan melayani kawasan yang

berbentuk lingkaran dengan radius 3,5 km (satu jam berjalan kaki),

jadi pusat wilayah layanan akan terletak di pusat kawasan tersebut.

Teori ini disebut teori tempat pemusatan (central place theory).

2) Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan,

walaupun bentuk lingkaran adalah paling efisien, akan mempunyai

bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang

senjang (kosong), sehingga bentuk lingkaran itu tidak biasa

digunakan untuk kawasan atau wilayahnya. Berhubung dengan itu

Christaller mengemukakan bahwa pusat pelayanan akan berlokasi

menurut pola heksagon, sehingga wilayah akan saling berbatasan

tanpa bertumpang tindih.

3) Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola

(27)

commit to user

13

perdagangan yang melayani penduduk wilayah pedesaan. Satu

dusun dengan dusun lainnya akan menempuh jarak 7 km.

Gambar 2.1 Hipotesis Christaller

Sumber: Tarigan, 2010

b. Teori Lokasi Biaya Minimum

Alfred Weber adalah orang yang mempelopori pembentukan teori

lokasi pada kegiatan industri pengolahan (manufacturing). Teori ini

muncul pada masa revolusi industri di Jerman tahun 1929. Dengan

pernyataannya bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di

tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal

(least cost location). Weber berpendapat ada tiga faktor yang

mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, biaya tenaga

kerja dan kekuatan aglomerasi. Dipandang dari segi tata guna lahan

model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka

mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model

ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi sebagai

fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut oleh perusahaan.

Karena terdapat perbedaan upah buruh anter tempat dan tidak ada

keuntungan aglomerasi bila lokasi berdekatan. Weber menyusun model

yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle).

Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor

(28)

commit to user

14

4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah

Home industry juga dapat berarti industri rumah tangga, karena

termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga. Pada

umumnya, pelaku kegiatan ekonomi berbasis rumah adalah keluarga itu

sendiri yang berdomisili di tempat tinggalnya. Meskipun dalam skala yang

tidak terlalu besar, kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka

lapangan pekerjaan bagi warga disekitar kegiatan usaha tersebut. Sehingga

kegiatan industri kecil ini dapat membantu pemerintah dalam upaya

mengurangi angka pengangguran. Selain itu usaha mikro juga sering

diidentikkan dengan industri rumah tangga karena sebagian besar kegiatan

dilakukan di rumah, menggunakan teknologi sederhana atau tradisional

dengan mempekerjakan warga sekitar yang berorientasi pada pasar lokal.

Kegiatan usaha seperti ini banyak ditemukan di negara-negara berkembang

dan berperan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan

pengentasan kemiskinan.

Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah

kebutuhan anggota keluarga itu sendiri semakin meningkat. Kebutuhan

keluarga ini akan terasa ringan terpenuhi apabila terdapat usaha yang bisa

mendatangkan income atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan

tersebut. Home industry yang pada umumnya berawal dari usaha keluarga

yang turun temurun dan pada akhirnya mulai meluas ini secara otomatis

dapat bermanfaat menjadi mata pencaharian penduduk kampung

disekitarnya. Biasanya home industry dijadikan sebagai tumpuan mata

pencaharian oleh masyarakat kampung, karena memiliki peluang

penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan peluang untuk mencapai

pekerjaan tersebut sangatlah mudah (Selawati, 2007).

5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia

Menurut Tambunan (1997), dalam konteksnya sebagai usaha kecil

(29)

commit to user

15

mengingat jumlah penduduk Indonesia yang relatif besar dengan tingkat

pendidikan rata-rata yang masih rendah dan sebagian hidup dalam kegiatan

usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Kedudukan strategis

usaha kecil yang demikian, menempatkan usaha kecil selalu menjadi

perhatian dalam setiap tahap pembangunan. Namun demikian, usaha

pengembangan yang telah dilakukan masih belum memuaskan karena

dirasakan keberadaan industri kecil selalu tertinggal jika dibandingkan

dengan kemajuan yang dicapai usaha besar. Terkait hal tersebut, dalam

mengahadapi persaingan yang semakin ketat karena semakin terbukanya

pasar di dalam negeri, dikhawatirkan keberadaan industri kecil akan

tergusur oleh arus derasnya barang dan jasa yang masuk dari luar.

Oleh karena itu pemberdayaan industri kecil pada saat ini dirasakan

semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian

rakyat. Perekonomian rakyat yang selama ini identik dengan industri kecil

yang perkembangannya sangat diharapkan untuk dapat melahirkan kelas

menengah yang dapat menjadi motor bagi perekonomian nasional yang

lebih handal.

Menurut Tambunan (1998), berbagai pengamatan mengenai masalah

industri kecil dengan modal dibawah 50 juta yang tersebar di pedesaan dan

perkotaan menunjukkan berbagai permasalahan serius yang dihadapi oleh

usaha kecil pada skala ini, antara lain: produktivitas usaha dan tenaga kerja

(umumnya anggota keluarga) sangat rendah, orientasi pasar terbatas,

pendidikan rata-rata masih rendah dan usaha dibuat sebagai usaha

sampingan. Industri kecil dalam perkembangannya memiliki beberapa

kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi di sisi lain, industri kecil juga

memiliki potensi dan kekuatan yang dapat dijadikan dasar upaya

perkembangan industri kecil.

6. Industri Rumah Tangga Berkelanjutan

Menurut Hamidah Nayati Utami, dalam tesisnya yang berjudul

(30)

commit to user

16

bahwa, usaha yang berkelanjutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)

mampu menghasilkan produksi barang secara terus menerus, (2) melakukan

perencanaan produksi dengan didasarkan prediksi jumlah kebutuhan

konsumen, (3) selalu mengupayakan dihasilkannya produk bermutu sesuai

kebutuhan konsumen, (4) senantiasa mengupayakan terpenuhinya target

penjualan trend penjualan meningkat, (5) selalu melakukan tindakan

proaktif untuk melayani konsumen, (6) secara sadar mengalokasikan dana

untuk promosi, (7) melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang

tepat dan secara periodik, dan (8) selalu mengupayakan pengendalian bahan

baku secara cermat selalu mengupayakan terpenuhinya kebutuhan bahan

baku yang bermutu. Kriteria keberlanjutan usaha dapat dinilai dari

kemampuan pengrajin dalam mempertahankan industrinya yang dapat

dilihat dari kontinuitas produksi, kontinuitas pemasaran, dan kontinuitas

bahan baku setiap individu.

Keberlanjutan usaha sebagai terjemahan dari “sustainable livelihood

dapat didefinisikan sebagai upaya seseorang atau sekelompok orang untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan keberlanjutan hidupnya dengan

memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta

kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan

kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi,

berkompetisi, agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan dan

tercapai suatu pemerataan (Chambers dan Conway, 1992).

7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil

Karakteristik yang melekat pada industri kecil bisa merupakan

kelebihan atau kekuatannya yang potensial. Di sisi lain, pada kekuatan

tersebut implisit terkandung kekurangan atau kelemahan yang justru

menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan

kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan

(31)

commit to user

17

Beberapa kekuatan atau potensi industri kecil menurut Sjaifudian (1995:79)

adalah:

a. Memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi

b. Motivasi pengusaha sangat kuat untuk mempertahankan kelangsungan

usahanya karena merupakan satu-satunya sumber penghasilan

keluarganya. Sekalipun nilai tambah yang diperolehnya sangat rendah

permintaan pangsa pasar menengah ke bawah yang dimasukinya cukup

tinggi. Dengan karakteristiknya yang lentur usaha kecil sangat adaptif

dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya.

c. Kemampuan menggunakan pasokan (input produksi) secara efisien

d. Pengusaha kecil sangat pandai memanfaatkan pasokan produksi yang

murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa yang murah

bagi konsumennya khususnya yang berpenghasilan rendah. Efisiensi

usaha dapat dicapai karena memanfaatkan sumberdaya lokal yang

mudah didapat.

Kendala yang dihadapi industri kecil menurut Kuncoro (1997:

316-317) adalah sebagai berikut:

a. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar

pangsa pasar

b. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk

memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan

c. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia

d. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem

informasi pemasaran)

e. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling

mematikan

f. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya

kepercayaan kepedulian masyarakat terhadap industri kecil.

Secara ringkas, potensi dan kendala industri kecil digambarkan dalam

(32)

commit to user

18

Tabel 2.1. Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil

No. Faktor-Faktor Kekuatan Kelemahan

1. Sumber daya

a.Manusia Motivasi yang kuat paling tidak untuk mempertahankan usahanya

Suplai tenaga kerja berlimpah

Kemampuan melihat peluang pengembangan usaha terbatas

b.Ekonomi Mengandalkan sumber-sumber keuangan informal yang mudah diperoleh

Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi permintaannya

Nilai tambah yang diperoleh relatif rendah

Pengelolaan uang untuk konsumsi dan produksi belum terpisah

Tergantung kepada modal kerja

c.Informasi Interaksi yang terjadi antar dan inter kelompok-kelompok usaha merupakan ajang pertukaran informasi efektif

Proses belajar dari pengalaman (keberhasilan/kegagalan) orang lain sangat minim terjadi Distribusi informasi kepada industri kecil sangat terbatas (kuantitatif)

Budaya membaca masih minim

d.Lembaga pendukung

Budaya atau kekerabatan dapat menggalang solidaritas untuk memberdayakan pengusaha kecil Lembaga kekerabatan bisa pula berfungsi sebagai sarana konsultasi sekaligus kontrol

terhadap implementasi program dan intervensi

Kemampuan koordinasi berdasarkan pembagian kerja masih terbatas

2. Program dan intervensi

a.Permodalan Membantu kelancaran pengembangan usaha

Kebutuhan modal berbeda-beda pada usaha yang tingkat perkembangannya juga berbeda

Industri kecil menghadapi kendala administratif b.Pelatihan Bermanfaat „sesaat‟

meningkatkan produktivitas

Ketidakberlanjutan program Lamanya pelatihan perlu pula memperhatikan faktor

(33)

commit to user

19

membuka peluang pasar

Pengelompokan (aglomerasi) dalam batas-batas tertentu memberikan keuntungan melalui penekanan ongkos produksi, meningkatkan akses ke sumber daya

cenderung menyudutkan pengusaha kecil

Meningkatkan persaingan melalui proses tiru meniru, akumulasi menjadi terbatas

d.Fungsi kelembagaan

Budaya kekerabatan bisa menjadi institusi yang merepresentatif bagi pengusaha kecil Meningkatkan (terbatas) akses kepada sumberdaya Pelayanan sangat

terfragmentasi dan belum memberikan peluang untuk memilih sesuai kebutuhan masing-masing jenis usaha Pemasaran masih tetap menjadi kendala besar 3. Kinerja

a.Padat karya Jaring pengaman masalah kelangkaan kesempatan kerja

Kurang memperhatikan kualitas kesempatan kerja Sering mengandalkan tenaga kerja tak dibayar

Cenderung eksploitatif terhadap tenaga kerja untuk mengejar tingkat penghasilan b.Nilai tambah

rendah

Efisien menggunakan bahan baku

Proses akumulasi sulit terjadi

c.Lentur dan luwes Daya tahan hidupnya tinggi terutama dalam situasi ekonomi yangkurang menguntungkan

Spesialisasi dan akumulasi terbatas

d.Strategi usaha jangka pendek

Proses pengembalian modal dapat cepat tercapai

Usaha bersifat sementara (ad hoc)

Kurang antisipatif terhadap dinamika ekonomi makro

Sumber: Sjaifudian, 1995: 80-81

8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga

Industri kecil dan rumah tangga erat kaitannya dengan

kelembagaan, salah satu lembaga yang mewadahi industri kecil dan rumah

tangga adalah koperasi. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan

Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor :

03/PER/M.KUKM/VI/2010 tentang Pedoman Program Bantuan

Pengembangan Koperasi Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan

(34)

commit to user

20

seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasarkan atas azas kekeluargaan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun

tujuannya adalah mendorong pemberdayaan Masyarakat, khususnya.

Usaha Mikro dan Kecil melalui koperasi; memberikan perlindungan

usaha kepada Koperasi; melakukan penyelamatan usaha Koperasi dan

Usaha Mikro kecil anggota Koperasi; dan memacu penumbuhan usaha

Koperasi serta usaha mikro kecil anggota koperasi dalam mendukung

upaya penciptaan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.

Fasilitas dan/atau buntuan dana yang diberikan kepada koperasi

digunakan untuk pengembangan usaha; dan/atau pengembangan

permodalan. Pemberian fasilitas dan/atau bantuan dana untuk

pengembangan usaha meliputi:

a. Pengembangan usaha bidang produksi dan pengolahan yang terdiri

dari Pertanian, Tanaman pangan dan Holtikultura, Perkebunan,

Kehutanan, peternakan dan Perikanan, Industri, Kerajinan dan

Pertambangan, Energi dan Ketenagalistrikan serta Aneka Jasa;

b. Pengembangan usaha di bidang pemasaran yang terdiri dari

pengembangan pasar tradisional, pedagang kaki lima, warung

masyarakat dan retail;

c. Pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari :

Penumbuhan wirausaha baru melalui dukungan pengembangan

Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU);

Penumbuhan wirausaha baru melalui magang;

Penumbuhan wirausaha baru melalui penyediaan voucher;

Penumbuhan wirausaha usaha baru melalui kemitraan peningkatan

(35)

commit to user

21

d. Pengembangan usaha dalam bidang inovas dan teknologi yang terdiri

dari:

Peningkatan Kemampuan di bidang desain dan teknologi serta

pengendalian mutu;

Peningkatan Kerjasama dan alih teknologi;

e. Pengembangan lembaga pendukung yang terdiri dari :

Peningkatan fungsi inkubator;

Peningkatan fungsi layanan pengemhangan usaha dan konsultan

keuangan mitra bank;

Pengembangan lembaga-lembaga profesi lainnya sebagai lembaga

pendukung pengembangan Koperasi.

Sedangkan Pemberian program untuk pengembangan permodalan

meliputi:

a. Pengembangan sirnpan pinjam dan jasa Keuangan koperasi;

b. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro;

c. Pengembangan jaringan keuangan Koperasi; dan/atau

d. Pengembangan instrumen keuangan Koperasi.

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional

a. Strategi Operasional Pembangunan Industri Nasional Pengembangan

Lingkungan Bisnis yang Kondusif meliputi:

Mengembangkan lingkungan usaha yang mampu menciptakan:

keuntungan berusaha para wirausaha, tersedianya lapangan kerja

yang layak, hak-hak pekerja, dan terpeliharanya lingkungan hidup;

Menyediakan persyaratan dasar bagi tumbuhnya lingkungan usaha

yang nyaman, yaitu: stabilitas politik, tata kelola dan dialog sosial

yang baik, rasa menghormati hak asasi manusia (HAM) dan

standar ketenagakerjaan internasional, budaya kewirausahaan,

stabilitas makroekonomi dan pengelolaan perekonomian yang baik,

(36)

commit to user

22

dan perundangan yang menunjang, jaminan hukum terhadap

kepemilikan kekayaan intelektual, kemudahan untuk mendapat

pelayanan dari perbankan dan lembaga keuangan, serta tanggung

jawab terhadap tata kelola usaha yang baik;

Mengembangkan prasarana dan sarana fisik di daerah-daerah yang

prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain: jalan,

jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa

angkutan, pergudangan, telekomunikasi, telematika dan air bersih;

Mendorong ketersediaan sarana pendidikan dan pelatihan bagi

pengembangan SDM Industri, khususnya di bidang teknik produksi

dan manajemen serta bisnis;

Mendorong pengembangan usaha jasa prasarana dan sarana bisnis

penunjang industri, antara lain kawasan industri, jasa R & D

(Research and Development), jasa pengujian mutu, jasa

rekayasa/rancang bangun dan konstruksi, jasa inspeksi teknis, jasa

layanan teknologi informasi dan komunikasi, jasa audit, jasa

konsultansi industri, jasa pemeliharaan dan perbaikan, jasa

pengamanan, jasa pengolahan/pembuangan limbah, jasa kalibrasi,

dan sebagainya;

Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang efektif, edukatif,

selektif, dan menarik;

Menyempurnakan instrumen hukum untuk pengaturan kehidupan

industri yang kondusif, yang memenuhi kriteria:

i. lebih menjamin kepastian usaha/kepastian hukum, termasuk

penegakan hukum yang konsisten;

ii. aturan main berusaha yang jelas dan tidak menyulitkan;

iii. mengurangi sekecil mungkin intervensi pemerintah terhadap

pasar;

iv. menghormati kebebasan usaha pelaku industri;

(37)

commit to user

23

vi. terjaminnya dan tidak terganggunya kepentingan publik,

termasuk gangguan keselamatan, kesehatan, nilai budaya dan

kelestarianlingkungan hidup;

vii. terjaminnya kepentingan konsumen secara seimbang.

Mensinkronisasi kebijakan sektor terkait, seperti kebijakan bidang

investasi dan sektor perdagangan, kebijakan di bidang energi,

kebijakan di bidang pertanian, dan lain-lain;

Membina Aparat Pembina agar bersih, profesional, dan pro-bisnis

dalam membina dan memberikan pelayanan fasilitatif kepada

dunia usaha, melalui ketentuan administratif yang

sederhana/mudah, dapat mencegah kecurangan dan manipulasi

yang merugikan negara dan masyarakat, dengan dampak beban

yang tidak memberatkan pelaku industri.

B.Tentang Pemberdayaan

1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan

Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna

keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan

suatu upaya yang diarahkan pada proses memampukan/ pengembangan

kemampuan, penggalian sumberdaya lokal, serta pemberian peran yang

lebih luas kepada masyarakat untuk berperan sebagai pelaku utama.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu

yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan

masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah

unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (survive), dan dalam

pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak

mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan

(38)

commit to user

24

penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan ke dalam

sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen.

2. Keberdayaan Masyarakat

Keberdayaan pelaku usaha merupakan suatu usaha yang membuat

produsen berdaya. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari dua akses,

yaitu:

a. Akses terhadap kekuatan ekonomi dilihat dari:

1) Akses usaha diukur dari kemampuan responden dalam mengakses

bantuan kredit. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden

memiliki kemampuan mengakses bantuan kredit ≥ 50% untuk

kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004; 2005).

2) Akses informasi pasar diukur dari kemampuan responden dalam

mengakses informasi pasar, meliputi informasi tentang penawaran

dan permintaan pasar. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden

memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses informasi pasar

untuk kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004;

2005; Bartle, 2003).

3) Akses teknologi diukur dari kemampuan responden dalam

mengakses teknologi dengan melakukan perubahan perbaikan

teknologi perbatikan. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden

memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses teknologi dengan

mekakukan perubahan perbaikan teknologi (Susilowati et al.,

2004; 2005).

b. Akses terhadap kekuatan non-ekonomi dilihat dari :

1) Politik, diukur dari kemampuan responden melakukan lobi dan

mempresentasikan diri atau kelompoknya. Tingkat keberdayaan

tinggi, bila responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam

melakukan lobi dan mempresentasilan diri, yaitu responden pernah

meminta tolong pada stakeholders dan berhasil dan sebaliknya

(39)

commit to user

25

2) Sosial Budaya diukur dari kemampuan responden dalam

menembus atau mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang

ada (apakah keputusan dalam berusaha, berorganisasi, berdasarkan

pertimbangan keluarga). Tingkat keberdayaan tinggi, bila

responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam menenbus atau

mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang ada, yaitu apabila

keputusan berusaha responden atau berorganisasi berdasarkan

pertimbangan keluarga dan sebaliknya (Spreitzer, 1995;

McMillan,1995; Susilowati et al., 2004; 2005).

3) Peranan stakeholders diukur dengan melihat peran stakeholders

dalam membantu pengembangan usaha. Penilaian evaluasi

menggunakan skala konvensional (1-10) terhadap peran

stakeholders dalam membantu pengembangan usaha (Grootaert,

2003; Susilowati et al., 2004; 2005).

C.Indikator yang Digunakan

1. Indikator Faktor Bantuan Modal

a. Jangkauan pasar

Menurut Christaller dalam teori Central Place Theory disebutkan

bahwa jangkauan pasar merupakan jarak dimana seseorang bersedia

untuk menempuhnya untuk mendapatkan jasa tersebut. Lebih jauh dari

jarak ini orang akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk

memenuhi kebutuhannya akan jasa yang sama. Jangkauan pasar ini

tidak hanya ditentukan oleh jarak tapi juga oleh faktor waktu dan biaya

untuk mencapai pusat pelayanan. Jangkauan pasar ini juga tidak

konstan untuk aktivitas jasa tertentu melainkan dipengaruhi oleh arti

(40)

commit to user

26

2. Indikator Faktor Pemasaran

a. Aksesibilitas

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan

apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat

aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk

mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,

2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,

kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana

penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta

kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

b. Pendapatan

Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dan

perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), bunga

(interest), laba (profit), tunjangan pengangguran, uang pension dan lain

sebagainya (Collin, 1994:287). Dari segi ekonomi mikro istilah

pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu

periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi:

sumber daya alam (sewa), tenaga kerja (upah/gaji) dan modal

(bunga/laba).

3. Indikator Faktor Teknologi

a. Pendidikan

Pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20

tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

(41)

commit to user

27

1) Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan

disekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat

yang jelas dan ketat (Vebrianto, St, 1978:20). Sekolah merupakan

lembaga utama yang bertugas untuk mengembangkan dan

membentuk pribadi siswa, mentransmisikan kulturil, interaksi

social, inovasi serta pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja

(Vebrianto, St, 1978:53).

2) Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan

di luar sekolah oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta secara

teratur dalam waktu yang relative singkat yang lebih menekankan

kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti

peraturan yang ketat dan tetap seperti pendidikan formal. Dengan

kata lain pendidikan informal itu merupakan pendidikan di luar

sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan

kepada pengetahuan keterampilan.

4. Indikator faktor tantangan

a. Lama berusaha

Adalah satuan waktu dimana produsen tahu mulai mendirikan

usaha pembuatan tahu, dimana satuan hitungnya dalam tahun (Astarina,

Elsa. 2008).

5. Indikator kontinuitas produksi

Kontinuitas produksi dapat terlihat ketika terdapat peningkatan penggunaan

bahan baku

a. Peningkatan penggunaan bahan baku

Peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat,

(42)

commit to user

28

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan

bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan

untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang

erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan

(Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1982 : 185)

D. Metode Analisa

1. Uji Validitas dan Realibilitas

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang

diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan

yang ingin diukur (Agung, 1990).

b. Uji Realibilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Singarimbun, 1989).

2. Analisa Chi Kuadrat

Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh

dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara

variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of

(43)

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan

analisis data primer. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada analisis

kuantitatif, karena menguji pengaruh dengan uji independensi Chi-Kuadrat antar

variabel keberdayaan dan keberlanjutan usaha menggunakan software SPSS

dengan memperhatikan kondisi di lapangan sehingga mendapatkan hasil yang

akurat.

A. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup

yang ingin diteliti. Populasi penelitian ini adalah produsen tahu skala

rumah tangga di Kota Kediri. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian

dan Perdagangan, jumlah produsen tahu skala rumah tangga di Kota

Kediri adalah 177 produsen.

Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Tinalan, Kecamatan

Pesantren, Kota Kediri Jawa Timur. Pemilihan lokasi tersebut didasari

karena penduduk Kelurahan Tinalan sebagian besar bekerja sebagai

produsen tahu skala kecil rumah tangga dan jaringan pemasarannya berada

pada lingkup dalam dan luar kota.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang dipilih dengan

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili

populasinya. Sampel produsen tahu diambil dengan metode Multi Stage

Sampling (sampel bertingkat) yang terkuota (Waridin, 1999; Susilowati et

al., 2005). Seluruh produsen tahu yang terdapat di Kelurahan Tinalan

adalah sebesar 27 produsen tahu.

Gambar 3.1 Bagan proses pengambilan sampel

Sumber: Analisis Penulis, 2011

(44)

30

di Kota Kediri

Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian

(45)

commit to user

31

B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data

Primer dalam penelitian ini adalah data responden dari kuesioner untuk

mengetahui keberdayaan produsen tahu di Kelurahan Tinalan untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap keberlanjutan usahanya. Data Primer

yang terkait dengan analisis keberdayaan, meliputi data yang terkait

dengan ban

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional
Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan
Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian commit to user
Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri
+7

Referensi

Dokumen terkait