commit to user
i
TUGAS AKHIR
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN
PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA
TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh:
KURNIASARI
I 0607050
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA
TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI
KURNIASARI I0607050
Menyetujui,
Surakarta, Agustus 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Ana Hardiana, MT Ir. Widi Suroto, MT
NIP. 19690919 199412 2 001 NIP . 19560905 198601 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620610 199103 1 001 NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambowo, ST, MT, Ph.D NIP. 19691026 199503 1 002
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
commit to user
iii
ABSTRAK
Industri kecil rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dengan kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah pemberdayaan. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Di Kota Kediri terdapat industri rumah tangga makanan olahan yang mampu menjadikan Kediri dikenal sebagai Kota Tahu. Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya, dengan sasaran utama menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhinya. Kemudian dilihat pengaruhnya antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya. Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan mengkorelasikan antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu, yang meliputi: faktor-faktor bantuan modal, faktor pemasaran, faktor teknologi dan faktor tantangan terhadap faktor keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi. setelah mengetahui pengaruhnya dilakukan uji keeratan hubungan antara masing-masing faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha.
Dari analisis korelasi dan keeratan hubungan, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang cukup kuat mempengaruhi kontinuitas produksi adalah faktor bantuan modal, faktor pemasaran dan faktor tantangan. Faktor teknologi tidak begitu kuat mempengaruhi karena ketersediaan tenaga kerja masih dibutuhkan di industri tersebut. Direkomendasikan perlu adanya kerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan sektor ini baik dalam bidang permodalan, pemasaran, peralatan bahkan dalam menghadapi tantangan yang sering menerpa sektor ini agar produsen tahu lebih berdayaguna dan dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
commit to user
iv ABSTRACT
Household industries (IKRT) has greatly contributed in the construction workforce as it absorbs large quantities, a contributor to revenue is significant, for exports prospective, and can survive in conditions of crisis. IKRT obvious need of attention because it not only provides income for most of the Indonesian workforce, but also is spearheading efforts to alleviate poverty. In rural areas, an important role IKRT provide additional income, is a seedbed for the development of industrial and agricultural production as a complement to the poor. In other words, IKRT also serves as a strategy of survival (survival strategy) in the middle of the monetary crisis. One aspect that can lift people's economy is empowerment. In the context of community empowerment is the ability of individuals bersenyawa in society and build community empowerment is concerned. In Kediri households are food processing industry capable of making known Kediri as the city of ‘tahu’. One area that most residents work in the household industrial sector of ‘tahu’ is Tinalan Village.
This study aimed to determine the influence of factors of empowerment of the producers out of business sustainability, with the main objective to analyze the variables that affect or variables that influence. Then seen the effect of these factors on the empowerment of the ‘tahu’ producer its business sustainability. Quantitative descriptive analysis carried out by correlating between the factors of empowerment of the ‘tahu’ producers, including: factors of capital assistance, marketing factors, technological factors and factors of business challenges to the sustainability factor is continuity of production. after knowing the impact test conducted between the closeness of the relationship of each factor of empowerment of the producers about their sustainability efforts.
From the correlation analysis and the closeness of the relationship, it is known that factors affecting the continuity that is strong enough capital is a factor of production, marketing factors and the challenge factor. Factors affecting technology is not so strong because of the availability of manpower is still needed in the industry. Recommended the need for cooperation with the government to boost this sector both in the field of capital, marketing, equipment and even in the face of challenges that frequently hit this sector so that ‘tahu’ manufacturers more efficient and can compete in the broader market.
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala
serta rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan
dan perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
Sebelas Maret Surakarta, sampai dengan penyusunan Tugas Akhir ini dengan
judul : “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasidi Kota Kediri”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Allah swt. yang telah memberikan kesempatan hidup serta rahmat dan
hidayahNya hingga penulis mendapat kesempatan belajar di PWK UNS.
2. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret.
4. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT yang telah memberikan tuntunan dan pengarahan
dengan sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Bapak Ir. Widi Suroto, MT yang juga telah memberikan tuntunan dan
pengarahan dengan sangat sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Segenap instansi pemerintahan Kota Kediri yang telah mempermudah
pencarian data untuk Tugas Akhir ini.
7. Produsen Tahu Kelurahan Tinalan Kota Kediri yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk penulis.
8. Ninik Hani’ah dan Muhammad Hanik yang telah memberikan segenap kasih sayang, dukungan, do’a dan mengajarkan banyak hal dalam hidup.
9. Andira Fajryah dan Muhammad Ardian yang telah memberikan segala
commit to user
vi 10.Keluarga Besar PWK UNS 2007 yang telah banyak berbagi canda tawa,
keluh kesah, pelajaran hidup dan arti kebersamaan selama 4 tahun
kebelakang.
11.Penghuni Kost Aura yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka.
12.Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian pembuatan laporan ini.
Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, keterbatasan dan
kekhilafan penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan
Tugas Akhir ini penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya
membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Akhirnya
penulis berharap kiranya Allah Subhanahuwata’ala selalu memberikan
anugerahNya kepada penulis, semua pihak dan selalu dalam lindunganNya. Amin.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user
vii
MOTTO :
There are many people who have big plans but their big plans never come true. The reason is, too many people have big plans but fail to keep their small agreements.
[Robert Kiyosaki]
Disaat semuanya tidak memperdulikan kesedihanmu, cintanya Ibu paling setia menuntaskan kegelisahan dan kegundahan.
[@TerimaKasihIBU]
Jangan berkata menyerah jika kamu masih bisa mencoba, karena sahabat baikmu tidak akan membiarkanmu sendiri dalam kesulitan.
[@pepatah]
Rencana yang paling luar biasapun akan sia-sia, jika hanya terhenti pada wacana. Berani bergerak! Sukses pasti akan tercapai.
[Andri Wongso]
Karya ini dipersembahkan untuk:
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
MOTTO ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR PETA ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Sasaran ... 3
1 Tujuan Penelitian ... 3
2 Sasaran Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Penelitian ... 4
1. Ruang Lingkup Spasial ... 4
2. Ruang Lingkup Substansial ... 6
F. Sistematika Pembahasan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tentang Industri ... 9
1. Pengertian Industri Kecil ... 9
2. Klasifikasi Skala Industri ... 11
3. Teori Lokasi ... 11
4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah ... 14
5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia ... 14
6. Industri Kecil Rumah Tangga Berkelanjutan ... 15
7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil ... 16
8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga ... 19
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional ... 21
B. Tentang Pemberdayaan ... 23
1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan ... 23
2. Keberdayaan Masyarakat ... 24
C. Indikator yang Digunakan ... 25
1. Indikator Faktor Bantuan Modal ... 25
2. Indikator Faktor Pemasaran ... 25
3. Indikator Faktor Teknologi ... 26
4. Indikator faktor Tantangan ... 27
commit to user
ix
D. Metode Analisa ... 28
1. Uji Validitas dan Realibitas ... 28
2. Analisa Chi Kuadrat ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 29
1. Populasi ... 29
2. Sampel ... 29
B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 31
1. Jenis Data ... 31
2. Metode Pengumpulan Data ... 31
C. Definisi Operasional Variabel... 33
1. Keberdayaan produsen tahu ... 33
2. Keberlanjutan Usaha ... 34
D. Validitas Data ... 35
1. Trianggulasi ... 35
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 35
E. Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU KELURAHAN TINALAN A. Kondisi Wilayah Penelitian ... 40
1. Kondisi Geografis Kota Kediri ... 40
2. Kondisi Geografis Kelurahan Tinalan ... 45
3. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ... 48
4. Penduduk Dan Ketenagakerjaan ... 53
5. Prasarana Wilayah Penelitian ... 54
6. Kondisi Perekonomian Kota Kediri ... 60
B. Proses pembuatan makanan olahan tahu ... 60
1. Perendaman dan pencucian ... 60
2. Penggilingan ... 61
3. Perebusan ... 61
4. Penyaringan dan penggumpalan ... 61
5. Pencetakan dan Pemotongan... 62
C. Perkembangan Industri Kecil Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 65
1. Sejarah ... 66
2. Bahan Baku ... 66
3. Teknologi ... 69
4. Perkembangan Produksi Tahu ... 70
5. Pesaing ... 71
6. Kelembagaan ... 71
7. Tenaga Kerja ... 72
D. Karakteristik Sosial Ekonomi Produsen Tahu ... 73
1. Pendapatan ... 73
2. Tingkat Pendidikan ... 74
commit to user
x
E. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Tahu Di Kota Kediri ... 75
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan... 75
2. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah... 75
BAB V ANALISIS A. Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 78
1. Uji Validitas ... 78
2. Uji Reabilitas ... 78
B. Keberdayaan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan ... 79
1. Bantuan Modal ... 79
2. Pemasaran ... 82
3. Teknologi ... 87
4. Tantangan ... 89
C. Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ... 91
1. Kontinuitas Produksi ... 91
D. Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu terhadap Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ... 93
1. Pengaruh Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi ... 93
2. Pengaruh Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi... 98
3. Pengaruh Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi ... 102
4. Pengaruh Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi ... 105
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 110
B. Rekomendasi ... 112
DAFTAR PUSTAKA ...
Lampiran 1 Kuesioner ... Lampiran 2 Hasil Kuesioner ... Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara ... Lampiran 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
menggunakan SPSS ... Lampiran 5Hasil Perhitungan Uji Chi Kuadrat dan Uji Keeratan Hubungan
menggunakan SPSS ...
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil ... 18
Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional... 34
Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan ... 36
Tabel 3.3 Metodologi Penelitian ... 37
Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri ... 43
Tabel 4.2 Tata Guna Lahan Kota Kediri ... 48
Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan ... 52
Tabel 4.4 Pembuangan Air Limbah Industri Tahu Kelurahan Tinalan... 56
Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 67
Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 68
Tabel 4.7 Perbedaan Peralatan Konvensional dan Modern dalam Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 69
Tabel 4.8 Pendapatan Bersih Per Hari Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ... 73
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ... 74
Tabel 4.10 Lama Berusaha Produsen Tahu Kelurahan Tinalan... 75
Tabel 4.11 Syarat-syarat Pengajuan Modal Bergulir Dinas Koperasi dan UMKM ... 76
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 78
Tabel 5.2 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner ... 79
Tabel 5.3 Jaringan Pemasaran Tahu Luar Kota ... 81
Tabel 5.4 Perkembangan Ragam Produk Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ... 81
Tabel 5.5 Pendapatan Bersih Per Bulan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ... 87
Tabel 5.6 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi ... 94
Tabel 5.7 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 96
Tabel 5.8 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi ... 98
Tabel 5.9 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi ... 102
commit to user
xii
DAFTAR PETA
Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan ... 5
Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian ... 30
Peta 4.1 Peta Batas Administrasi Kota Kediri ... 41
Peta 4.2 Peta Persebaran Industri Tahu di Kota Kediri... 44
Peta 4.3 Peta Batas Administrasi Kelurahan Tinalan ... 46
Peta 4.4 Peta Sebaran Industri Tahu di Kelurahan Tinalan ... 47
Peta 4.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Kediri ... 49
Peta 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Kediri ... 51
Peta 4.7 Peta Jaringan Jalan Kelurahan Tinalan ... 57
Peta 5.1 Peta Jaringan Pemasaran Dalam Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 84
Peta 5.2 Peta Jaringan Pemasaran Luar Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 86
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang ... 8
Gambar 2.1 Hipotesis Christaller ... 13
Gambar 3.1 Bagan Proses Pengambilan Sampel ... 29
Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 39
Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan ... 52
Gambar 4.2 Citra Satelit Kelurahan Tinalan ... 53
Gambar 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Tinalan Tahun 2010 ... 54
Gambar 4.4 Jalan Kota dan Jalan Nasional di Sekitar Kelurahan Tinalan ... 55
Gambar 4.5 Gambaran Lokasi Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 59
Gambar 4.6 Bagan Proses Pembuatan Tahu ... 62
Gambar 4.7 Proses Pembuatan Tahu Kelurahan Tinalan ... 63
Gambar 4.8 Proses Pembuatan Tahu Takwa Kelurahan Tinalan... 64
Gambar 4.9 Proses Pembuatan Stik Tahu Kelurahan Tinalan ... 65
Gambar 4.10 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 67
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 70
Gambar 5.1 Diagram Bantuan Modal Industri Rumah Tangga Tahu dalam kurun waktu 5 tahun ... 79
Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jenis Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ... 82
Gambar 5.3 Diagram Jaringan Pemasaran Industri Rumah Tangga Tahu Tahun 2006 – 2010 ... 82
commit to user
xiii
Gambar 5.5 Diagram Peralatan Produksi Industri Kecil Rumah Tangga
Tahu di Kelurahan Tinalan ... 88 Gambar 5.6 Diagram Tingkat Pendidikan Produsen Tahu
di Kelurahan Tinalan ... 89 Gambar 5.7 Diagram Tantangan yang Dihadapi oleh Industri
Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ... 90 Gambar 5.8 Diagram Lama Berusaha Industri Rumah Tangga Tahu
Kelurahan Tinalan ... 91 Gambar 5.9 Diagram Kontinuitas Produksi Tahu
di Kelurahan Tinalan ... 92 Gambar 5.10 Grafik Perkembangan Penggunaan Kedelai
Industri Tahu Kelurahan Tinalan ... 93 Gambar 5.11 Diagram Pengaruh Bantuan Modal Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 94 Gambar 5.12 Sumber Bantuan Modal yang Diperoleh Produsen
Tahu Kelurahan Tinalan... 95 Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai
Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ... 96 Gambar 5.14 Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur ... 97 Gambar 5.15 Diagram Pengaruh Pemasaran Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 99 Gambar 5.16 Jaringan Pemasaran Produk Tahu Kelurahan Tinalan ... 100 Gambar 5.17 Diagram Pengaruh Teknologi Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 102 Gambar 5.18 Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan
Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 104 Gambar 5.19 Diagram Pengaruh Tantangan Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ... 106 Gambar 5.20 Diagram Tantangan yang Dihadapi dalam Industri
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar
dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar,
menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk
ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. Perhatian untuk
menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya
dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja.
Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak
IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi
karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan
dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah
kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan
ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi
kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya
memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun
juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di
perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et
al., 1994), merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai
pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Dengan
kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup
(survival strategy) di tengah krisis moneter.
Di Kota Kediri juga terdapat industri rumah tangga seperti yang disebut
diatas, yaitu industri rumah tangga tahu. Industri rumah tangga tahu adalah
suatu industri yang melakukan usaha pembuatan tahu melalui proses produksi
dengan bahan baku kedelai, serta menggunakan modal, peralatan, keterampilan
dan tenaga kerja sebagai faktor-faktor produksi (Sutomo 2001:21).
Kota Kediri sangat terkenal dengan makanan khasnya yang berupa tahu,
commit to user
2
produk-produk tahu terkenal lainnya. Berbagai macam produk olahan tahu
digunakan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung maupun
wisatawan yang hanya melewati Kota Kediri. Sebagian besar industri makanan
tahu di Kota Kediri merupakan industri kecil dan rumah tangga (home based
enterprises).
Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor
industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan. Karakteristik atau
ciri-ciri usaha tersebut adalah masih menggunakan teknologi tradisional, sangat
sederhana, dan banyak menggunakan keahlian tangan. Untuk memperoleh
bahan dasar umumnya diperoleh dengan cara mudah, yaitu didapat dari daerah
pedesaan atau daerah sekitarnya. Pemasaran hasil produksi tidak didasarkan
atas promosi atau iklan melainkan melalui perantara (Mubiarto dalam Sutomo
2001 : 3). Industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan ini dikerjakan oleh
tenaga keluarga, dengan bekal ketrampilan dan pengetahuan tentang
pembuatan tahu yang para produsen miliki secara turun temurun, mereka juga
berusaha untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kualitas
tahu sesuai permintaan konsumen.
Dengan target pemasaran umumnya menjangkau pasar yang lebih luas
dari industri lokal maka dapat mempertahankan tahu sebagai ciri khas/ branded
Kota Kediri. Selain itu dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga
proses produksinya tidak terbatas hanya satu produk saja dan dapat
mengembangkan pangsa pasarnya ke wilayah yang lebih luas sehingga dapat
memperkenalkan ciri khas tahu Kediri ke luar wilayah Kota Kediri.
Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah
pemberdayaan. Menurut Kartasasmita (1996), menyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat secara praktis merupakan upaya pengerahan sumber
daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat akan berakibat
meningkatkan produktivitas rakyat. Sehingga baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat pula ditingkatkan
produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara
commit to user
3
Diakui bahwa pemberdayaan usaha kecil menghadapi beberapa kendala
antara lain kemampuan dan keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya
manusia, permodalan dan pemasaran. Kendala-kendala yang dihadapi
mengakibatkan sektor ini kalah bersaing. Pelham (1999) menemukan
bahwasanya industri kecil masih lemah dalam hal perencanaan, pemikiran
strategis dan orientrasi jangka panjang. Kecenderungan memenuhi kebutuhan
jangka pendek mengakibatkan mereka tidak melakukan perencanaan ke depan
tentang pasar, pengelolaan keuangan, atau persediaan sumber daya yang
dibutuhkan.
Keberdayaan pelaku usaha dapat dilihat dari seberapa besar pelaku usaha
mendapat bantuan modal, seberapa jauh pemasaran yang dapat dijangkau,
teknologi yang digunakan dalam industri tahunya, dan besar kecilnya tantangan
yang dihadapi oleh industri tahu akan menentukan keberlanjutan usaha
masing-masing pelaku usaha. Kendala yang dihadapi sangat beragam, antara lain
keterbatasan modal, banyaknya pesaing/kompetitor yang bekerja di sektor yang
sama, terbatasnya sarana prasarana yang memadai, sampai pada faktor cuaca
yang tidak menentu (Susilowati et al., 2004; 2005). Dalam penelitian ini
penulis ingin mengetahui bagaimana faktor-faktor pengaruh keberdayaan
produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.
B.Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usahanya?
C.Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.
2. Sasaran
a. Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan
commit to user
4
c. Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri
d. Identifikasi faktor-faktor keberdayaan produsen tahu
e. Identifikasi faktor keberlanjutan usaha
f. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usaha di Kelurahan Tinalan
D.Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan secara ilmiah dan secara praktis. Diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pembangunan industri kecil, diharapkan penelitian ini dapat
dimanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan
program pemberdayaan pengrajin.
2. Dapat menjadi masukan untuk kemajuan industri rumah tangga tahu di
Kota Kediri
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya yang sejenis.
E.Batasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Spasial
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tinalan, Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri. Penulis memilih lokasi tersebut karena di Kelurahan
Tinalan merupakan lokasi industri rumah tangga tahu di Kota Kediri yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kelurahan Tinalan mempunyai
luas wilayah 92,60 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Burengan
Sebelah selatan : Kelurahan Tosaren
Sebelah timur : Kelurahan Banaran
5
di Kota KediriPeta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan
commit to user
6
2. Ruang Lingkup Substansial
Dalam penelitian ini akan lebih banyak membahas tentang aspek
sosial dan ekonomi dari faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan
keberlanjutan usahanya, yang meliputi:
a. Kondisi fisik wilayah penelitian, meliputi lokasi penelitian, prasarana
wilayah, tata guna lahan, jaringan distribusi tahu dan sebaran industri
tahu di Kota Kediri dan Kelurahan Tinalan.
b. Kondisi sosial ekonomi produsen tahu, meliput jenjang pendidikan,
pendapatan dan lama usaha yang digeluti produsen tahu.
c. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu meliputi faktor
bantuan modal, pemasaran, teknologi dan tantangan terhadap
keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi.
F. Sistematika Pembahasan
Tahap pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran penelitian, kerangka pemikiran, batasan penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Tahap kajian teori berisi teori-teori yang terkait dengan judul penelitian,
yaitu “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi Di Kota Kediri”. Seperti
teori tentang industri rumah tangga, pemberdayaan masyarakat,
keberlanjutan usaha dan teori lokasi pemasarannya.
Tahap metode penelitian berisi tentang kebutuhan data, subyek
penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, kerangka
analisis, teknik analisis dan sintesis data.
Tahap gambaran umum industri rumah tangga tahu Kelurahan Tinalan
berisi tentang gambaran kondisi geografis Kelurahan Tinalan, jangkauan
pendistribusian tahu di Kelurahan Tinalan, kondisi sosial ekonomi dan sosial
kependudukan terkait produsen tahu di Kelurahan Tinalan, mekanisme proses
produksi tahu, dan peran pemerintah dalam perkembangan industri rumah
commit to user
7
Tahap analisis berisi tentang analisis faktor-faktor keberdayaan produsen
tahu dan keberlanjutan usaha. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
tersebut dilakukan uji independensi Chi Kuadrat dan uji keeratan hubungan.
Tahap kesimpulan dan rekomendasi berisi kesimpulan dari penelitian ini
dan rekomendasi bagi pemerintah kota Kediri dan produsen tahu di Kelurahan
commit to user
8
Sumber: Analisis Penulis, 2011Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang
Kota Kediri sangat khas dengan oleh-oleh berupa tahu
Menjamurnya industri rumah tangga tahu di Kota Kediri
Jaringan pemasaran hingga menjangkau luar kota
Namun sistem produksinya masih menggunakan peralatan konvensional
Mengalami berbagai tantangan dalam perjalanan industri tahu
Namun hingga sekarang produksi tahunya tetap berlanjut
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Tentang Industri
1. Pengertian Industri Kecil
Ada beberapa pengertian berbeda tentang apa itu industri. Menurut
Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud
industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya.
Menurut Nurimansjah Hasibuan (1994), industri adalah kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai
sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun dari segi pembentukan
pendapatan industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai
tambah.
Menurut Winardi (1983), industri sebagai usaha yang bersifat produktif
terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang
menyelenggarakan jasa-jasa. Misalnya transportasi dan perhubungan yang
menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.
Istilah tersebut dapat dipandang dari arti kolektif, misalnya perhubungan
dengan aktifitas suatu negara secara keseluruhan dan juga sering istilah
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi segmen khususnya dari
usaha-usaha produksi yang produktif seperti industri mobil, kapal, dan industri
berat lainnya. Badan Pusat Statistik mengartikan industri sebagai suatu unit
kesatuan yang terletak pada suatu tempat yang tertentu untuk melakukan
suatu kegiatan untuk mengubah barang atau jasa sehingga menjadi bernilai.
Barang atau jasa tersebut diolah menjadi produk-produk tertentu yang
nilainya lebih tinggi.
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha
commit to user
10
usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
Ciri-ciri usaha kecil yaitu:
Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah;
Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha;
Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
Contoh usaha kecil yaitu:
Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan
rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan;
Peternakan ayam, itik dan perikanan;
Koperasi berskala kecil.
Terkait dengan tempat sebagai lokasi industri, industri kecil berbasis
rumah menjadi salah satu pilihan untuk melakukan suatu kegiatan/ usaha
dengan memanfaatkan tempat tinggal sebagai lokasi industri. Dari segi
tenaga kerja, industri rumah tangga sangat efektif dalam memberikan
kesempatan/ peluang kerja terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar
commit to user
11
2. Klasifikasi Skala Industri
Badan Pusat Statistik mengklasifikasikan usaha industri pengolahan di
Indonesia ke dalam 4 skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
dimiliki oleh suatu usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang
ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Keempat skala tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih,
b. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,
c. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,
d. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.
3. Teori lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/ kegiatan lain baik
ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak
terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki
daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin
mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan
besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut.
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,
commit to user
12
termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk
melalui jalur tersebut.
a. Teori Tempat Pemusatan
Suatu tempat merupakan pusat pelayanan. Menurut Christaller,
pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut
pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat
dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat: (1) topografi yang
seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh
dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur
pengangkutan, (2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan
padi-padian, kayu atau batu bara. Dalam keadaan yang mempunyai kedua
syarat seperti di atas itu akan berkembang tiga hal (Jayadinata,
1999:180) seperti diterangkan di bawah ini.
1) Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh
wilayah dengan jarak dua jam berjalan kaki atau 2 x 3,5 = 7 km.
Secara teori tiap pusat pelayanan melayani kawasan yang
berbentuk lingkaran dengan radius 3,5 km (satu jam berjalan kaki),
jadi pusat wilayah layanan akan terletak di pusat kawasan tersebut.
Teori ini disebut teori tempat pemusatan (central place theory).
2) Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan,
walaupun bentuk lingkaran adalah paling efisien, akan mempunyai
bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang
senjang (kosong), sehingga bentuk lingkaran itu tidak biasa
digunakan untuk kawasan atau wilayahnya. Berhubung dengan itu
Christaller mengemukakan bahwa pusat pelayanan akan berlokasi
menurut pola heksagon, sehingga wilayah akan saling berbatasan
tanpa bertumpang tindih.
3) Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola
commit to user
13
perdagangan yang melayani penduduk wilayah pedesaan. Satu
dusun dengan dusun lainnya akan menempuh jarak 7 km.
Gambar 2.1 Hipotesis Christaller
Sumber: Tarigan, 2010
b. Teori Lokasi Biaya Minimum
Alfred Weber adalah orang yang mempelopori pembentukan teori
lokasi pada kegiatan industri pengolahan (manufacturing). Teori ini
muncul pada masa revolusi industri di Jerman tahun 1929. Dengan
pernyataannya bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di
tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal
(least cost location). Weber berpendapat ada tiga faktor yang
mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, biaya tenaga
kerja dan kekuatan aglomerasi. Dipandang dari segi tata guna lahan
model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka
mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model
ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi sebagai
fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut oleh perusahaan.
Karena terdapat perbedaan upah buruh anter tempat dan tidak ada
keuntungan aglomerasi bila lokasi berdekatan. Weber menyusun model
yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle).
Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor
commit to user
14
4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah
Home industry juga dapat berarti industri rumah tangga, karena
termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga. Pada
umumnya, pelaku kegiatan ekonomi berbasis rumah adalah keluarga itu
sendiri yang berdomisili di tempat tinggalnya. Meskipun dalam skala yang
tidak terlalu besar, kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka
lapangan pekerjaan bagi warga disekitar kegiatan usaha tersebut. Sehingga
kegiatan industri kecil ini dapat membantu pemerintah dalam upaya
mengurangi angka pengangguran. Selain itu usaha mikro juga sering
diidentikkan dengan industri rumah tangga karena sebagian besar kegiatan
dilakukan di rumah, menggunakan teknologi sederhana atau tradisional
dengan mempekerjakan warga sekitar yang berorientasi pada pasar lokal.
Kegiatan usaha seperti ini banyak ditemukan di negara-negara berkembang
dan berperan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan
pengentasan kemiskinan.
Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah
kebutuhan anggota keluarga itu sendiri semakin meningkat. Kebutuhan
keluarga ini akan terasa ringan terpenuhi apabila terdapat usaha yang bisa
mendatangkan income atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan
tersebut. Home industry yang pada umumnya berawal dari usaha keluarga
yang turun temurun dan pada akhirnya mulai meluas ini secara otomatis
dapat bermanfaat menjadi mata pencaharian penduduk kampung
disekitarnya. Biasanya home industry dijadikan sebagai tumpuan mata
pencaharian oleh masyarakat kampung, karena memiliki peluang
penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan peluang untuk mencapai
pekerjaan tersebut sangatlah mudah (Selawati, 2007).
5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia
Menurut Tambunan (1997), dalam konteksnya sebagai usaha kecil
commit to user
15
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang relatif besar dengan tingkat
pendidikan rata-rata yang masih rendah dan sebagian hidup dalam kegiatan
usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Kedudukan strategis
usaha kecil yang demikian, menempatkan usaha kecil selalu menjadi
perhatian dalam setiap tahap pembangunan. Namun demikian, usaha
pengembangan yang telah dilakukan masih belum memuaskan karena
dirasakan keberadaan industri kecil selalu tertinggal jika dibandingkan
dengan kemajuan yang dicapai usaha besar. Terkait hal tersebut, dalam
mengahadapi persaingan yang semakin ketat karena semakin terbukanya
pasar di dalam negeri, dikhawatirkan keberadaan industri kecil akan
tergusur oleh arus derasnya barang dan jasa yang masuk dari luar.
Oleh karena itu pemberdayaan industri kecil pada saat ini dirasakan
semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian
rakyat. Perekonomian rakyat yang selama ini identik dengan industri kecil
yang perkembangannya sangat diharapkan untuk dapat melahirkan kelas
menengah yang dapat menjadi motor bagi perekonomian nasional yang
lebih handal.
Menurut Tambunan (1998), berbagai pengamatan mengenai masalah
industri kecil dengan modal dibawah 50 juta yang tersebar di pedesaan dan
perkotaan menunjukkan berbagai permasalahan serius yang dihadapi oleh
usaha kecil pada skala ini, antara lain: produktivitas usaha dan tenaga kerja
(umumnya anggota keluarga) sangat rendah, orientasi pasar terbatas,
pendidikan rata-rata masih rendah dan usaha dibuat sebagai usaha
sampingan. Industri kecil dalam perkembangannya memiliki beberapa
kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi di sisi lain, industri kecil juga
memiliki potensi dan kekuatan yang dapat dijadikan dasar upaya
perkembangan industri kecil.
6. Industri Rumah Tangga Berkelanjutan
Menurut Hamidah Nayati Utami, dalam tesisnya yang berjudul
commit to user
16
bahwa, usaha yang berkelanjutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
mampu menghasilkan produksi barang secara terus menerus, (2) melakukan
perencanaan produksi dengan didasarkan prediksi jumlah kebutuhan
konsumen, (3) selalu mengupayakan dihasilkannya produk bermutu sesuai
kebutuhan konsumen, (4) senantiasa mengupayakan terpenuhinya target
penjualan trend penjualan meningkat, (5) selalu melakukan tindakan
proaktif untuk melayani konsumen, (6) secara sadar mengalokasikan dana
untuk promosi, (7) melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang
tepat dan secara periodik, dan (8) selalu mengupayakan pengendalian bahan
baku secara cermat selalu mengupayakan terpenuhinya kebutuhan bahan
baku yang bermutu. Kriteria keberlanjutan usaha dapat dinilai dari
kemampuan pengrajin dalam mempertahankan industrinya yang dapat
dilihat dari kontinuitas produksi, kontinuitas pemasaran, dan kontinuitas
bahan baku setiap individu.
Keberlanjutan usaha sebagai terjemahan dari “sustainable livelihood”
dapat didefinisikan sebagai upaya seseorang atau sekelompok orang untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan keberlanjutan hidupnya dengan
memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta
kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan
kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi,
berkompetisi, agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan dan
tercapai suatu pemerataan (Chambers dan Conway, 1992).
7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil
Karakteristik yang melekat pada industri kecil bisa merupakan
kelebihan atau kekuatannya yang potensial. Di sisi lain, pada kekuatan
tersebut implisit terkandung kekurangan atau kelemahan yang justru
menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan
kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan
commit to user
17
Beberapa kekuatan atau potensi industri kecil menurut Sjaifudian (1995:79)
adalah:
a. Memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi
b. Motivasi pengusaha sangat kuat untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya karena merupakan satu-satunya sumber penghasilan
keluarganya. Sekalipun nilai tambah yang diperolehnya sangat rendah
permintaan pangsa pasar menengah ke bawah yang dimasukinya cukup
tinggi. Dengan karakteristiknya yang lentur usaha kecil sangat adaptif
dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya.
c. Kemampuan menggunakan pasokan (input produksi) secara efisien
d. Pengusaha kecil sangat pandai memanfaatkan pasokan produksi yang
murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa yang murah
bagi konsumennya khususnya yang berpenghasilan rendah. Efisiensi
usaha dapat dicapai karena memanfaatkan sumberdaya lokal yang
mudah didapat.
Kendala yang dihadapi industri kecil menurut Kuncoro (1997:
316-317) adalah sebagai berikut:
a. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar
pangsa pasar
b. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk
memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan
c. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia
d. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem
informasi pemasaran)
e. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling
mematikan
f. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
kepercayaan kepedulian masyarakat terhadap industri kecil.
Secara ringkas, potensi dan kendala industri kecil digambarkan dalam
commit to user
18
Tabel 2.1. Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil
No. Faktor-Faktor Kekuatan Kelemahan
1. Sumber daya
a.Manusia Motivasi yang kuat paling tidak untuk mempertahankan usahanya
Suplai tenaga kerja berlimpah
Kemampuan melihat peluang pengembangan usaha terbatas
b.Ekonomi Mengandalkan sumber-sumber keuangan informal yang mudah diperoleh
Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi permintaannya
Nilai tambah yang diperoleh relatif rendah
Pengelolaan uang untuk konsumsi dan produksi belum terpisah
Tergantung kepada modal kerja
c.Informasi Interaksi yang terjadi antar dan inter kelompok-kelompok usaha merupakan ajang pertukaran informasi efektif
Proses belajar dari pengalaman (keberhasilan/kegagalan) orang lain sangat minim terjadi Distribusi informasi kepada industri kecil sangat terbatas (kuantitatif)
Budaya membaca masih minim
d.Lembaga pendukung
Budaya atau kekerabatan dapat menggalang solidaritas untuk memberdayakan pengusaha kecil Lembaga kekerabatan bisa pula berfungsi sebagai sarana konsultasi sekaligus kontrol
terhadap implementasi program dan intervensi
Kemampuan koordinasi berdasarkan pembagian kerja masih terbatas
2. Program dan intervensi
a.Permodalan Membantu kelancaran pengembangan usaha
Kebutuhan modal berbeda-beda pada usaha yang tingkat perkembangannya juga berbeda
Industri kecil menghadapi kendala administratif b.Pelatihan Bermanfaat „sesaat‟
meningkatkan produktivitas
Ketidakberlanjutan program Lamanya pelatihan perlu pula memperhatikan faktor
commit to user
19
membuka peluang pasarPengelompokan (aglomerasi) dalam batas-batas tertentu memberikan keuntungan melalui penekanan ongkos produksi, meningkatkan akses ke sumber daya
cenderung menyudutkan pengusaha kecil
Meningkatkan persaingan melalui proses tiru meniru, akumulasi menjadi terbatas
d.Fungsi kelembagaan
Budaya kekerabatan bisa menjadi institusi yang merepresentatif bagi pengusaha kecil Meningkatkan (terbatas) akses kepada sumberdaya Pelayanan sangat
terfragmentasi dan belum memberikan peluang untuk memilih sesuai kebutuhan masing-masing jenis usaha Pemasaran masih tetap menjadi kendala besar 3. Kinerja
a.Padat karya Jaring pengaman masalah kelangkaan kesempatan kerja
Kurang memperhatikan kualitas kesempatan kerja Sering mengandalkan tenaga kerja tak dibayar
Cenderung eksploitatif terhadap tenaga kerja untuk mengejar tingkat penghasilan b.Nilai tambah
rendah
Efisien menggunakan bahan baku
Proses akumulasi sulit terjadi
c.Lentur dan luwes Daya tahan hidupnya tinggi terutama dalam situasi ekonomi yangkurang menguntungkan
Spesialisasi dan akumulasi terbatas
d.Strategi usaha jangka pendek
Proses pengembalian modal dapat cepat tercapai
Usaha bersifat sementara (ad hoc)
Kurang antisipatif terhadap dinamika ekonomi makro
Sumber: Sjaifudian, 1995: 80-81
8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga
Industri kecil dan rumah tangga erat kaitannya dengan
kelembagaan, salah satu lembaga yang mewadahi industri kecil dan rumah
tangga adalah koperasi. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor :
03/PER/M.KUKM/VI/2010 tentang Pedoman Program Bantuan
Pengembangan Koperasi Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
commit to user
20
seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas azas kekeluargaan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun
tujuannya adalah mendorong pemberdayaan Masyarakat, khususnya.
Usaha Mikro dan Kecil melalui koperasi; memberikan perlindungan
usaha kepada Koperasi; melakukan penyelamatan usaha Koperasi dan
Usaha Mikro kecil anggota Koperasi; dan memacu penumbuhan usaha
Koperasi serta usaha mikro kecil anggota koperasi dalam mendukung
upaya penciptaan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
Fasilitas dan/atau buntuan dana yang diberikan kepada koperasi
digunakan untuk pengembangan usaha; dan/atau pengembangan
permodalan. Pemberian fasilitas dan/atau bantuan dana untuk
pengembangan usaha meliputi:
a. Pengembangan usaha bidang produksi dan pengolahan yang terdiri
dari Pertanian, Tanaman pangan dan Holtikultura, Perkebunan,
Kehutanan, peternakan dan Perikanan, Industri, Kerajinan dan
Pertambangan, Energi dan Ketenagalistrikan serta Aneka Jasa;
b. Pengembangan usaha di bidang pemasaran yang terdiri dari
pengembangan pasar tradisional, pedagang kaki lima, warung
masyarakat dan retail;
c. Pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari :
Penumbuhan wirausaha baru melalui dukungan pengembangan
Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU);
Penumbuhan wirausaha baru melalui magang;
Penumbuhan wirausaha baru melalui penyediaan voucher;
Penumbuhan wirausaha usaha baru melalui kemitraan peningkatan
commit to user
21
d. Pengembangan usaha dalam bidang inovas dan teknologi yang terdiri
dari:
Peningkatan Kemampuan di bidang desain dan teknologi serta
pengendalian mutu;
Peningkatan Kerjasama dan alih teknologi;
e. Pengembangan lembaga pendukung yang terdiri dari :
Peningkatan fungsi inkubator;
Peningkatan fungsi layanan pengemhangan usaha dan konsultan
keuangan mitra bank;
Pengembangan lembaga-lembaga profesi lainnya sebagai lembaga
pendukung pengembangan Koperasi.
Sedangkan Pemberian program untuk pengembangan permodalan
meliputi:
a. Pengembangan sirnpan pinjam dan jasa Keuangan koperasi;
b. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro;
c. Pengembangan jaringan keuangan Koperasi; dan/atau
d. Pengembangan instrumen keuangan Koperasi.
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional
a. Strategi Operasional Pembangunan Industri Nasional Pengembangan
Lingkungan Bisnis yang Kondusif meliputi:
Mengembangkan lingkungan usaha yang mampu menciptakan:
keuntungan berusaha para wirausaha, tersedianya lapangan kerja
yang layak, hak-hak pekerja, dan terpeliharanya lingkungan hidup;
Menyediakan persyaratan dasar bagi tumbuhnya lingkungan usaha
yang nyaman, yaitu: stabilitas politik, tata kelola dan dialog sosial
yang baik, rasa menghormati hak asasi manusia (HAM) dan
standar ketenagakerjaan internasional, budaya kewirausahaan,
stabilitas makroekonomi dan pengelolaan perekonomian yang baik,
commit to user
22
dan perundangan yang menunjang, jaminan hukum terhadap
kepemilikan kekayaan intelektual, kemudahan untuk mendapat
pelayanan dari perbankan dan lembaga keuangan, serta tanggung
jawab terhadap tata kelola usaha yang baik;
Mengembangkan prasarana dan sarana fisik di daerah-daerah yang
prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain: jalan,
jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa
angkutan, pergudangan, telekomunikasi, telematika dan air bersih;
Mendorong ketersediaan sarana pendidikan dan pelatihan bagi
pengembangan SDM Industri, khususnya di bidang teknik produksi
dan manajemen serta bisnis;
Mendorong pengembangan usaha jasa prasarana dan sarana bisnis
penunjang industri, antara lain kawasan industri, jasa R & D
(Research and Development), jasa pengujian mutu, jasa
rekayasa/rancang bangun dan konstruksi, jasa inspeksi teknis, jasa
layanan teknologi informasi dan komunikasi, jasa audit, jasa
konsultansi industri, jasa pemeliharaan dan perbaikan, jasa
pengamanan, jasa pengolahan/pembuangan limbah, jasa kalibrasi,
dan sebagainya;
Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang efektif, edukatif,
selektif, dan menarik;
Menyempurnakan instrumen hukum untuk pengaturan kehidupan
industri yang kondusif, yang memenuhi kriteria:
i. lebih menjamin kepastian usaha/kepastian hukum, termasuk
penegakan hukum yang konsisten;
ii. aturan main berusaha yang jelas dan tidak menyulitkan;
iii. mengurangi sekecil mungkin intervensi pemerintah terhadap
pasar;
iv. menghormati kebebasan usaha pelaku industri;
commit to user
23
vi. terjaminnya dan tidak terganggunya kepentingan publik,
termasuk gangguan keselamatan, kesehatan, nilai budaya dan
kelestarianlingkungan hidup;
vii. terjaminnya kepentingan konsumen secara seimbang.
Mensinkronisasi kebijakan sektor terkait, seperti kebijakan bidang
investasi dan sektor perdagangan, kebijakan di bidang energi,
kebijakan di bidang pertanian, dan lain-lain;
Membina Aparat Pembina agar bersih, profesional, dan pro-bisnis
dalam membina dan memberikan pelayanan fasilitatif kepada
dunia usaha, melalui ketentuan administratif yang
sederhana/mudah, dapat mencegah kecurangan dan manipulasi
yang merugikan negara dan masyarakat, dengan dampak beban
yang tidak memberatkan pelaku industri.
B.Tentang Pemberdayaan
1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan
Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna
keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan
suatu upaya yang diarahkan pada proses memampukan/ pengembangan
kemampuan, penggalian sumberdaya lokal, serta pemberian peran yang
lebih luas kepada masyarakat untuk berperan sebagai pelaku utama.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu
yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah
unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (survive), dan dalam
pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan
commit to user
24
penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan ke dalam
sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen.
2. Keberdayaan Masyarakat
Keberdayaan pelaku usaha merupakan suatu usaha yang membuat
produsen berdaya. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari dua akses,
yaitu:
a. Akses terhadap kekuatan ekonomi dilihat dari:
1) Akses usaha diukur dari kemampuan responden dalam mengakses
bantuan kredit. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden
memiliki kemampuan mengakses bantuan kredit ≥ 50% untuk
kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004; 2005).
2) Akses informasi pasar diukur dari kemampuan responden dalam
mengakses informasi pasar, meliputi informasi tentang penawaran
dan permintaan pasar. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden
memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses informasi pasar
untuk kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004;
2005; Bartle, 2003).
3) Akses teknologi diukur dari kemampuan responden dalam
mengakses teknologi dengan melakukan perubahan perbaikan
teknologi perbatikan. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden
memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses teknologi dengan
mekakukan perubahan perbaikan teknologi (Susilowati et al.,
2004; 2005).
b. Akses terhadap kekuatan non-ekonomi dilihat dari :
1) Politik, diukur dari kemampuan responden melakukan lobi dan
mempresentasikan diri atau kelompoknya. Tingkat keberdayaan
tinggi, bila responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam
melakukan lobi dan mempresentasilan diri, yaitu responden pernah
meminta tolong pada stakeholders dan berhasil dan sebaliknya
commit to user
25
2) Sosial Budaya diukur dari kemampuan responden dalam
menembus atau mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang
ada (apakah keputusan dalam berusaha, berorganisasi, berdasarkan
pertimbangan keluarga). Tingkat keberdayaan tinggi, bila
responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam menenbus atau
mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang ada, yaitu apabila
keputusan berusaha responden atau berorganisasi berdasarkan
pertimbangan keluarga dan sebaliknya (Spreitzer, 1995;
McMillan,1995; Susilowati et al., 2004; 2005).
3) Peranan stakeholders diukur dengan melihat peran stakeholders
dalam membantu pengembangan usaha. Penilaian evaluasi
menggunakan skala konvensional (1-10) terhadap peran
stakeholders dalam membantu pengembangan usaha (Grootaert,
2003; Susilowati et al., 2004; 2005).
C.Indikator yang Digunakan
1. Indikator Faktor Bantuan Modal
a. Jangkauan pasar
Menurut Christaller dalam teori Central Place Theory disebutkan
bahwa jangkauan pasar merupakan jarak dimana seseorang bersedia
untuk menempuhnya untuk mendapatkan jasa tersebut. Lebih jauh dari
jarak ini orang akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk
memenuhi kebutuhannya akan jasa yang sama. Jangkauan pasar ini
tidak hanya ditentukan oleh jarak tapi juga oleh faktor waktu dan biaya
untuk mencapai pusat pelayanan. Jangkauan pasar ini juga tidak
konstan untuk aktivitas jasa tertentu melainkan dipengaruhi oleh arti
commit to user
26
2. Indikator Faktor Pemasaran
a. Aksesibilitas
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan
apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,
kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana
penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta
kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.
b. Pendapatan
Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dan
perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), bunga
(interest), laba (profit), tunjangan pengangguran, uang pension dan lain
sebagainya (Collin, 1994:287). Dari segi ekonomi mikro istilah
pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu
periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi:
sumber daya alam (sewa), tenaga kerja (upah/gaji) dan modal
(bunga/laba).
3. Indikator Faktor Teknologi
a. Pendidikan
Pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
commit to user
27
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan
disekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat
yang jelas dan ketat (Vebrianto, St, 1978:20). Sekolah merupakan
lembaga utama yang bertugas untuk mengembangkan dan
membentuk pribadi siswa, mentransmisikan kulturil, interaksi
social, inovasi serta pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja
(Vebrianto, St, 1978:53).
2) Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan
di luar sekolah oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta secara
teratur dalam waktu yang relative singkat yang lebih menekankan
kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti
peraturan yang ketat dan tetap seperti pendidikan formal. Dengan
kata lain pendidikan informal itu merupakan pendidikan di luar
sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan
kepada pengetahuan keterampilan.
4. Indikator faktor tantangan
a. Lama berusaha
Adalah satuan waktu dimana produsen tahu mulai mendirikan
usaha pembuatan tahu, dimana satuan hitungnya dalam tahun (Astarina,
Elsa. 2008).
5. Indikator kontinuitas produksi
Kontinuitas produksi dapat terlihat ketika terdapat peningkatan penggunaan
bahan baku
a. Peningkatan penggunaan bahan baku
Peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat,
commit to user
28
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan
bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang
erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan
(Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1982 : 185)
D. Metode Analisa
1. Uji Validitas dan Realibilitas
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan
yang ingin diukur (Agung, 1990).
b. Uji Realibilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Singarimbun, 1989).
2. Analisa Chi Kuadrat
Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh
dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan
analisis data primer. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada analisis
kuantitatif, karena menguji pengaruh dengan uji independensi Chi-Kuadrat antar
variabel keberdayaan dan keberlanjutan usaha menggunakan software SPSS
dengan memperhatikan kondisi di lapangan sehingga mendapatkan hasil yang
akurat.
A. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang ingin diteliti. Populasi penelitian ini adalah produsen tahu skala
rumah tangga di Kota Kediri. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, jumlah produsen tahu skala rumah tangga di Kota
Kediri adalah 177 produsen.
Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Tinalan, Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri Jawa Timur. Pemilihan lokasi tersebut didasari
karena penduduk Kelurahan Tinalan sebagian besar bekerja sebagai
produsen tahu skala kecil rumah tangga dan jaringan pemasarannya berada
pada lingkup dalam dan luar kota.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasinya. Sampel produsen tahu diambil dengan metode Multi Stage
Sampling (sampel bertingkat) yang terkuota (Waridin, 1999; Susilowati et
al., 2005). Seluruh produsen tahu yang terdapat di Kelurahan Tinalan
adalah sebesar 27 produsen tahu.
Gambar 3.1 Bagan proses pengambilan sampel
Sumber: Analisis Penulis, 2011
30
di Kota KediriPeta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian
commit to user
31
B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data
Primer dalam penelitian ini adalah data responden dari kuesioner untuk
mengetahui keberdayaan produsen tahu di Kelurahan Tinalan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap keberlanjutan usahanya. Data Primer
yang terkait dengan analisis keberdayaan, meliputi data yang terkait
dengan ban