• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin : stud kasus P.O Bejeu Jepara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin : stud kasus P.O Bejeu Jepara."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI, DAN HARGA JASA

TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Studi Kasus : Konsumen P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsemen mengenai harga, 4) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 5) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 6) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Penelitian ini dilakukan di perusahaan otobus Bejeu Jepara pada bulan September sampai Oktober 2007.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen P.O. Bejeu di Jepara. Sampel dari penelitian ini adalah konsumen P.O. Bejeu Jepara yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow dengan taraf signifikasi (α = 0,05).

(2)

viii

THE INFLUENCE OF SOCIOECONOMIC STATUS TOWARD THE CONSUMERS’ PERCEPTION CONCERNING PRODUCT , PROMOTION, AND COST TRANSPORTANTION PERCEIVED FROM

SEX

A Case study : Consumers of P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of study are: 1) to figure out whether sex influences the relationship between educational level and constumers’ perception about product, 2) to find out whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ precption about promotion, 3) to know whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, 4) to figure out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about product, 5) to know whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, 6) to find out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about cost. This research done in Bejeu Jepara Autobus Corporation from September to July 2007.

The technique employed in this research was purposive sampling. The data collection was done by using questionnaire. The data analysis technique in this research was regression analysis which developed by Chow with signification degree (α=0,05).

(3)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI DAN HARGA JASA

TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Studi kasus : P.O Bejeu Jepara

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

Shaiful Anton Prasetyo

021334077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vii ABSTRAK

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI, DAN HARGA JASA

TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Studi Kasus : Konsumen P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsemen mengenai harga, 4) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 5) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 6) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Penelitian ini dilakukan di perusahaan otobus Bejeu Jepara pada bulan September sampai Oktober 2007.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen P.O. Bejeu di Jepara. Sampel dari penelitian ini adalah konsumen P.O. Bejeu Jepara yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow dengan taraf signifikasi (α = 0,05).

(10)

viii

THE INFLUENCE OF SOCIOECONOMIC STATUS TOWARD THE CONSUMERS’ PERCEPTION CONCERNING PRODUCT , PROMOTION, AND COST TRANSPORTANTION PERCEIVED FROM

SEX

A Case study : Consumers of P.O. Bejeu Jepara

Shaiful Anton Prasetyo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of study are: 1) to figure out whether sex influences the relationship between educational level and constumers’ perception about product, 2) to find out whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ precption about promotion, 3) to know whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, 4) to figure out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about product, 5) to know whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, 6) to find out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about cost. This research done in Bejeu Jepara Autobus Corporation from September to July 2007.

The technique employed in this research was purposive sampling. The data collection was done by using questionnaire. The data analysis technique in this research was regression analysis which developed by Chow with signification degree (α=0,05).

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ………i

Daftar isi …………...………....ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …...……..……….……1

B. Pembatasan Masalah ……….……..2

C. Perumusan Masalah……...…...………2

D. Tujuan Penelitian .………..…3

E. Manfaat Penelitian ……….………..…4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretik .………..6

B. Kajian Hasil Penelitan yang Relevan...………...28

C. Kerangka Berpikir ...………...29

D. Paradigma Penelitian ……….33

E. Hipotesis ……... ……….……34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian….. ……….36

B. Tempat dan Waktu Penelitian...… ……….36

C. Subyek dan Obyek Penelitian ….. ……….37

D. Populasi dan Sampel...….. ……….37

E. Variabel Penelitian ……... ……….38

F. Teknik Pengumpulan Data ……….42

G. Uji Coba Instrumen……... ……….43

H. Teknik Analisis Data……. ……….44

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Perusahaan ………55

B. Jumlah Karyawan ……….57

(16)

xii

BAB V ANALISIS DATA

A. Diskripsi Data………60

B. Analisis Data ……….66

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………77

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .……… . 87

B. Keterbatasan Penelitian ………...88

C. Saran ………88

DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada beberapa tahun yang lalu di Indonesia terjadi krisis yang membawa dampak

negatif bagi setiap sektor, baik sektor internal maupun sektor eksternal. Sektor

internal meliputi ketidak stabilan harga-harga kebutuhan pokok, sedangkan pada

sektor eksternal yaitu dengan naiknya harga minyak dunia. Salah satu terwujud dalam

kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), ini menyebabkan keniakan harga pada

semua sektor. Salah satunya ialah kenaikan tarif pada perusahaan yang bergerak di

bidang transportasi.

Disamping memberikan kesempatan berusaha kepada pengusaha jasa transportasi

darat, pengembangan kepariwisataan juga telah meningkatkan suhu persaingan

diantara pengelola jasa transportasi tersebut. Keadaan ini tentu menuntut kejelian

manajemen dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam memilih strategi

pemasaran yang ditempuh.

Dalam situasi persaingan yang ketat dan naiknya harga tarif seorang manajemen

dituntut kejelian dalam mencari informasi tentang kebutuhan atau keinginan

konsumen. Manajemen juga harus mengetahui factor-faktor apa saja yang

mempengaruhi konsumen dalam membeli atau mengapa konsumen menyukai suatu

produk atau jasa tertentu.

(18)

Oleh karena itu setiap pengusaha transportasi darat wajib menguasai dan memahami

berbagai aspek jasa yang diusahakannya. Para pengusaha harus tahu manfaat apa saja

yang diharapkan konsumen dari jasa yang dikonsumsinya.

Untuk itu manajemen dituntut dapat menentukan kebijaksanaan dalam memilih

strategi yang tepat dan saling menguntungkan sehingga dapat menimbulkan adanya

repeat-custumer.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui dan meneliti

tentang pemasaran jasa transportasi darat, khususnya mengenai masalah bagaimana

pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk,

promosi dan harga ditinjau dari jenis kelamin.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang pengaruh

jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosal ekonomi dan persepsi konsumen

mengenai produk, promosi dan harga. Atribut tempat tidak penulis teliti karena

pertimbangan bahwa atribut tempat tidak berkaitan langsung dengan proses produksi

perusahaan. Untuk perusahaan angkutan penumpangproses konsumsi penumpang

yaitu pada saat penumpang berada dalam bus, sepanjang perjalanan, hingga

(19)

C. Perumusan Masalah 1. Masalah Umum

Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial

ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa

transportasi?

2. Masalah Khusus

a. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk?

b. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendidikan dan persepsi konsumen mengenai promosi?

c. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendidikan dan persepsi konsumen mengenai harga?

d. Apakah ada pengeruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk?

e. Apakah ada pengeruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendapatan dan persepsi konsumen mengenai promosi?

f. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

(20)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan

antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promsi

dan harga jasa transportasi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan

antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk,

promosi dan harga.

b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan

antara tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk,

promosi dan harga.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan Otobus Bejeu Jepara

Hasil penilitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam

mengetahui pengauh jenis kelamin tehadap hubungan antara status sosial

ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, pormosi dan harga.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan perpustakaan

(21)

3. Bagi Penulis

Melalui penenlitian ini penulis dapat membandingkan teori-teori yang didapat

dibangku kuliah dengan kenyataan yang dijalankan oleh perusahaan secara

nyata. Selain itu penulis dapat menerima wawasan yang lebih luas tentang arti

dari konsumen itu sendiri.

(22)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kerangka Teoretik 1. Persepsi Konsumen

a. Pengertian persepsi

Persepsi sering diartikan sebgai pengalaman tentang objek, peristiwa

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indera yang disatukan dan

dikoordinasi didalam pusat syaraf yng lebih tinggi (otak) sehingga manusia

bisa mengenali dan menilai objek.(Rahmat, 1986)

Selain pengertian diatas persepsi juga dapat diartikan sebagai proses

yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan

meng interprestasi masukan –masukan informasi yang menciptakan gambaran

dunia yang memiliki arti ( Kotler, 2002: 198).

Selain dipengaruhi oleh rangsangan fisik, persepsi sesorang juga

berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang

bersangkutan. Pada obyek yang sama beberapa orang dapat memiliki persepsi

yang berbeda terhadap obyek tersebut, hal ini dipengaruhi oleh perhatian

selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Perhatian selektif merupakan

kondisi penyaringan terhadap rangsangan-rangsangan informasi yang diterima

seseorang. Hal ini disebabkan sesorang tidak mampu untuk menampung

(23)

rangsangan informasi yang banyak, sehingga dari seluruh rangsangan tersebut

hanya sebagian saja yang akan menjadi perhatiannya, yaitu rangsangan

informasi yang telah diseleksinya.

Distorsi selektif merupakan kecenderungan seseorang untuk

mengubah rangsangan informasi yang telah diseleksi sedemikian rupa

bermakna baginya dan mendukung pra konsepsi mereka. Menurut Kotler

(2002:196 ) distorsi selektif ini merupakan kondisi yang tidak dapat

dimanipulasi oleh pemasar.

Ingatan selektif merupakan tindakan seorang individu untuk

mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinannya. Dengan

demikian, hal-hal yang baik tentang produk atau jasa akan selalu diingat oleh

konsumen, demikian pula dengan hal-hal yang disukai juga akan selalu

diingat oleh konsumen.

Para pengikut aliran gestalt menyatakan bahwa dalam persepsi,

cenderung untuk menyusun stimulus-stimulus sepanjang garis

tendensi-tendensi alamiah tertentu yang mungkin berkaitan dengan fungsi menyusun

dan mengelompok-kelompokan yang terdapat dalam otak.

Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses

pemahaman dan menginterpretasikan rangsangan dari luar tentang apa yang

(24)

b. Proses mempersepsi

Biasanya manusia menyadari proses yang menentukan persepsinya.

Apakah terjadi persepsi penglihatan, pendengaran ataupun rabaan, jarang

sekali mereka terhenti untuk menganalisis sensasi-sensasi yang masuk dan

dasar intreprestasi yang berarti. Hal ini merupakan pendekatan manusia yang

memiliki bermacam-macam karakteristik yang berbeda-beda terhadap setiap

hal yang sudah dikenal yang ada dalam lingkungan sekitar. Sebagaimana

karakteristik tersebut menentukan bagaimana cara mempersepsi situasi

sekarang dan tidak bisa lepas dari adanya pengalaman masa lalu kalau

pengalaman itu sering muncul, maka reaksi manusia lalu menjadi salah satu

kebiasaan.

c. Persepsi konsumen mengenai promosi

Umumnya persepsi konsumen mengenai promosi dapat dilihat

sebagaimana promosi tersebut dapat menggugah perasaan dan menarik

perhatian dari konsumen tersebut. Secara real konsumen menginginkan

sesuatu yang beda dari yang pernah ada entah dengan wujud penampilan

yang beda dengan yang lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa dengan

penampilan yang cenderung lain akan menimbulkan rasa ingin tahu dari

konsumen tersebut untuk mencoba bagaimana bila ia mencoba dan dari situ

pula rasa konsumen dapat menilai pelayanan jasa yang diberikan

(25)

d. Persepsi konsumen mengenai harga

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Bei dan Chio, 2001: 126)

menyatakan bahwa kualitas jasa, kualitas produk, dan harga mempengaruhi

kepuasan konsumen. Anderson, Fornel, dan Lehman ( Bei dan Chiao, 2001:

129 ) menyatakan bahwa harga sebagai faktor penting dalam kepuasan

konsumen, karena ketika konsumen mengevaluasi nilai dari jasa yang

diterimanya, pada umumnya mereka berpikir tentang harga untuk

memperoleh nilai tersebut.

Zeithaml menyatakan bahwa dari konsep kognitif, harga adalah

sesuatu yang harus diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh produk

atau jasa tertentu ( Bei dan Chiao, 2001: 129 ). Pengertian harga dari

pandangan konsumen adalah harga yang dipersepsikan konsumen, yaitu

persepsi terhadap harga bagi konsumen lebih penting dari pada harga dalam

moneter.

Pada umumnya, persepsi mengenai harga yang rendah diartikan

sebagai pengorbanan yang rendah atau kecil, yang selanjutnya dapat

menimbulkan kepuasan yang tinggi. Menimbulkan kepuasaan yang tinggi

dimaksudkan bahwa dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat atau dengan kata lain harga yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan sangat diharapkan oleh konsumen pengguna jasa tersebut.

(26)

kondisi dari konsumen tersebut. Namun harga yang dikeluarkan oleh

perusahaan itu masih dalam kondisi yang sewajarnya.

e. Persepsi konsumen mengenai produk

Menurut Bei dan Chiao (2001: 129 ) sebagian riset tentang pemasaran

jasa yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk menemukan konstruk dan

dimensi dari kualitas jasa, atau hubungan kualitas jasa dengan kepuasan dan

loyalitas konsumen. Dalam kenyataannya, sebian besar industri jasa selain

menawarkan intangible product juga menawakan tangible product.

Tangible product dari suatu jasa adalah lingkungan fisik dan peralatan yang

menyertai intangible product (Bei dan Chiao, 2001:129). Produk fisik hanya

merupakan bagian kecil dari kualitas fisik keseluruhan dari suatu jasa.

Berdasarkan kajian terhadap 32 penelitian tentang industri jasa,

Cronin, Brandy, dan Hult (Bei dan Chiao, 2001: 129) mengemukakan

bahwa tangible quality dari suatu jasa dapat dicakup dalam model kepuasan

konsumen dalam riset-riset mendatang. Menurut Brucks, Zeithaml, dan

Naylor, persepsi terhadap kualitas Tangible Product memegang peranan

penting dalam pengambilan keputusan pembelian.

2. Status Sosial Ekonomi

Status adalah kedudukan dalam suatu kelompok dan hubungannya

dengan anggota lainnya itu atau kedudukan suatu kelompok berbanding

(27)

2.1 Status sosial

Status sosial selalu mengacu pada kedudukan khusus seseorang dalam

masyarakatnya berhubungan dengan orang lain dalam lingkunagn yang

disertainya, status sosial bukannya terbatas pada statusnya dalam kelompok

kelompok yang berlainan.

2.2 Stratifikasi masyarakat

Startifikasi masyarakat adalah pembagian masyarakat secara vertikal

menurut tingkat status sosial yang berlainan. ( Joshep S. Roucek dan

Rolland L. Warren, pengantar sosiolog, 1984:79)

Menurut Mayor Polak dalam bukunya Ichtisar Sosiologi Suatu Pengantar

(1964:367) status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai kedudukan ekonomi

seseorang dalam masyarakatnya. Dan mempunyai dua aspek :

a. Aspek yang statis dimaksudkan sifatnya yang hirakis ialah mengandung

perbandingan tinggi atau rendahnya secara relative terhadap status-status

lainnya.

b. Aspek yang relative dinamis, dimaksudkan peranan sosial yang diharapkan

dari seseorang yang menduduki status tersebut.

Jadi setap orang akan mempunyai status atau kedudukan yang berbeda

satu dengan lainya tergantung dari posisi dan peranannya dalam masyarakat.

3. jenis kelamin

Jenis kelamin dibedakan dua macam yakni pria dan wanita, keduanya

(28)

pula tentang penilaian suatu produk menurut persepsinya masing-masing.

Umumnya para wanita lebih condong melakukan penilaiannya terhadap

suatu produk dengan keadaan kenyamanan suatu produk yang ditawarkan

oleh perusahaan misalnya kenyamanan dalam hal fasilitas pelayanan, hal

ini bisa terlihat dengan adanya fisik wanita cenderung lemah bila

dibandingkan dengan fisik pria. Dalam hal persepsi konsumen khususnya

wanita lebih memilih produk yang baru. Hal ini juga bisa berbanding

terbalik dengan kondisi pria. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan

karakteristik keduanya. Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari pola

pikirannya, pria mendekati masalah terutama dari luar dengan memakai

pikiran nya. Ia (pria) cenderung mendekati suatu masalah sebagai seorang

pengamat yang bersifat objektif. Sedangkan wanita mendekati masalah dari

dalam dengan memakai hatinya. Ia (wanita) ingin terlibat dengan persoalan,

wanita menangani masalah dan berfikir tentang suatu soal sampai hal yang

sekecil-kecilnya. Ini bisa terlihat dalam hal persepsinya mengenai suatu

produk, misal barang yang akan dibeli atau dipakainya pun diteliti dengan

cermat. Perbedaan mengenai pola perasaan dapat dilihat pria yang lebih

dominan dalam hal pemikiran yang objektif ia lebih berusaha memecahkan

suatu masalah dengan tidak melibatkan perasaan senang maupun tidak

senang sedangkan wanita lebih cenderung berusaha memecahkan masalah

dengan melibatkan perasaan. Hal ini bisa untuk lebih diperhatikan lagi

(29)

demikian mengandung arti perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan yang secara biologis serta memiliki perbedaan dan ciri-ciri

sendiri. Jenis kelamin berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai

makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang

berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin pengertian pria atau laki-laki

dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik yang kuat,

otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, tertis,

sperma, yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan.

Perempuan dan laki-laki memiliki ciri-ciri yang berbeda. Perempuan

memiliki hormone yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi

menstruasi, perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang

berbeda dengan laki-laki, seperti bentuk pinggul yang lebih besar dari pada

laki-laki.

Secara biologis alat-alat biologis melekat pada laki-laki dan

perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara

permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau keturunan

Tuhan (kodrat). Sementara itu gender adalah pembagian laki-laki dan

perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun cultural. Misalnya

perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan lain sebagainya

4. Konsep Pemasaran

Dalam melakukan kegiatan usahanya para pengusaha acap kali

(30)

penyimpangan antara rencana dengan realisasi. Kenyataan ini memaksa

pengusaha untuk mengakui pentingnya peranan pemasaran, juga cara-cara

dan falsafah pemasaran. Cara dan falsafah pemsaran ini disebut konsep

pemasaran.

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi adalah meliputi penentuan kebutuhan dan keinginan pasar

sasaran (target market) dan pemberi keputusan yang di inginkan secara

efektif dan efisien dari yang dilakukan oleh pesaing.

Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap

keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian kegiatan dalam

perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk

memenuhi tujuan tersebut, baik dari segi personalia, produksi, keuangan dan

riset.

5. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dapat didefinisikan menurut beberapa ahli dalam

buku mereka masing-masing. John C. Mowen dan Michael Minor

mendefisinikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian

( buying unit ) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi,

dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. David L. Louden

dan Albert J. Della Bitta mendefisinikan perilaku konsumen sebagai suatu

proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secar fisik yang

(31)

mempergunakan barang-barang dan jasa. Sementara itu, pendapat Nessim

Hanna dan Richatd Wozniak adalah bahwa perilaku konsumen merupakan

suatu bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala

sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan

sehingga ia akhirnya menjadi konsumen.

Dari beberapa contoh definisi perilaku konsumen diatas serta

contoh-contoh lain yang walaupun tidak disajikan, kiranya dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau

kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek

eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan

mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan.

Dalam hal memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang

diinginkan setidaknya konsumen mempunyai kepercayaan, sikap, dan

perilaku. Konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah saling berhubungan

erat. Mowen dan Minor menyatakan bahwa kerethubungan itu didominasi

oleh atribut produk. Atribut adalah fitur produk dimana konsumen

membentuk kepercayaan. Bagaimana atribut produk dan faktor-faktor lainnya

mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku

konsumen. Mungkin merupakan sebagian atau serangkaian ide perilaku

konsumen yang terpenting bagi manajer pemasaran. Berikut ini uraian singkat

(32)

a. Konsep Kepercayaan Konsumen

Kepercayan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki

konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek,

atribut dan manfaatnya. Atribut intrinsic merupakan segala sesuatu yang

berhubungan dengan sifat actual produk,sedangkan atribut ekstrinsik adalah

segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama,

merk, dan label.

b. Sikap Konsumen

Sikap menurut Thurstone yang dikutip Mowen dan Minor

didefisinikan sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap suatu

rangsangan. Defisinisi yang lain adalah bahwa sikap merupakan inti dari

rasa suka dan tidak suka terhadap sesuatu. Jadi, mengingat kepercayaan

merupakan pengetahuan kognitif tentang suatu obyek, maka sikap

merupakan tanggapan perasaan atau afektif tentang sebuah obyek.

c. Perilaku dan Keinginan untuk Berperilaku

Perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen untuk

memperoleh, mengunakan dan membuang barang atau jasa. Sebelum

bertindak, seseorang sering kali mengembangkan keinginan berperilaku

berdasarkan keinginan tindakan yang akan dilakukan. Keinginan berperilaku

didefisinikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara

tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan menggunakan produk atau

(33)

Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat penting untuk

keberhasilan dari system pemasaran suatu perusahaan. Ada berbagai

macam

alasan yang mempengaruhi seorang pembeli suatu produk. Selain jenis

produk, faktor demografi dan faktor ekonomis, faktor psikologis juga turut

mempengaruhi pembelian seseorang. Faktor psikologis adalah sikap, minat,

motif serta kepribadian seseorang atau konsumen. Kegiatan pemasaran

dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli

barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.hal yang penting bagi

menajer pemasaran untuk memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku

konsumen, sehingga perusahaan dapat mengembangkan strategi

pemasarannya.

Pada awalnya seorang konsumen menganggap bahwa dorongan untuk

melakukan tindakan pemilihan diantara berbagai jenis barang dan jasa serta

berbagai merek yang ada adalah karena konsumen berpendapat bahwa

kualitas dari barang dan jasa yang dipilihnya dianggap yang paling baik atau

yang paling murah harganya. Namun kenyataannya sering kali

pertimbangan yang dipakai tidak hanya mempertimbangkan kualitas atau

harga saja, tetapi ada faktor lain yang menimbulkan keputusan-keputusan

dalam pembelian suatu barang atau jasa. Misalnya rasa harga diri, ikut

(34)

Umumnya konsumen melakukan pembelian suatu barang atau jasa

adalah karena kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini sangat relative, artinya

ada kebutuhan yang mendesak, kebutuhan agak mendesak dan kebutuhan

tidak terlalu mendesak. Berdasarkan hal ini kita harus tahu mengapa

seseorang membutuhkan suatu barang atau jasa tertentu. Tapi jika hanya

mengetahui kebutuhan-kebutuhan tertentu dari konsumen terhadap barang

atau jasa , perusahaan baru mampu memdorong seseorang untuk melakukan

pembelian terhadap barang atau jasa tanpa mengabaikan keputusannya

sebagai tujuan

5 1 Model Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dalam pembelian tidak sederhana. Pemahaman

akan perilaku ini menjadi tugas yang penting bagi manajemen pemasaran.

Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli

atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Pembelian yang konsumen melakukan karena dipengaruhi oleh faktor yang

berbeda-beda untuk masing-masing pembeli. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Kebudayaan

2. Kelas sosial

3. Kelompok reverensi kecil

4. Keluarga

(35)

6. Kepribadian

7. Sikap dan kepercayaan

8. konsep diri

5.2.1 Kebudayaan

Kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan merupakan

faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Dalam

kenyataannya perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan

5.2.2 Klas Sosial

Pada pokoknya masyarakat dikelompokan menjadi tiga golongan. Golongan

itu adalah:

- Golongan atas, seperti pengusaha kaya, pejabat tinggi.

- Golongan menengah, seperti karyawan instansi pemerintah dan

pengusaha menengah.

- Golongan rendah, seperti buruh pabrik, tukang becak, pegawai rendah

atau kecil

Dalam hal ini tidak berarti bahwa klas atas lebih bahagia dari kelas lainnya.

Diantara kelas-kelas tersebut juga terdapat perbedaan secara psikologis. Ini

akan nampak pada saat mereka memberikan tanggapan terhadap suatu

produk.

5.2.3 Kelompok referensi kecil

Kelompok sering digunakan sebagai pedoman oleh konsumen dalam

(36)

serta lingkungan rumah tangga. Masing-masing kelompok memiliki pelapor

yang dapat

Mempengaruhi anggota kelompoknya. Maka menjadi tugas manajer

pemasaran yakni untuk mencari tahu siapa pelapor dalam suatu kelompok

referensi kecil tersebut.

5 .2.4 Keluarga

Dalam suatu keluarga masing-masing anggota memiliki sikap pembelian yang

berbeda akibat dari perbedaan selera dan keinginan. Dalam hal ini perlu

diselusuri siapa yang mempengaruhi, yang membuat keputusan.

5 2.5 Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah

laku, dari perbuatannya dimasa lalu seseorang dapat mempelajari sesuatu,

sebab dengan belajar orang memperoleh pengalaman.

5 2.6 Kepribadian.

Dapat diartikan sebagai pola sikap individu yang dapat menentukan

tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian mempengaruhi pandangan dan

perilaku pembelian seseorang.

5 .2.7 Sikap dan Kepercayaan

Dua ini saling mempengaruhi, yang paling memenonjol adalah perasaan

(37)

5 .2.8 Konsep Diri

Konsep diri merupakan pandangan untuk melihat kemampuan dirinya dalam

hal melakukan suatu pembelian. Dengan begitu seseorang akan mengetahui

sejauh mana dirinya bisa menjadi konsumen yang bisa dengan tepat

memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Marketing mix adalah istilah yang dikembangkan dan digunakan

secara gabungan dalam menentukan empat masalah yang terpisah yaitu

produk, lokasi, promosi dan harga. Marketing mix merupakan inti dari sistem

pemasaran perusahaan, yang secara definitif dapat dinyatakan sebagai

kombinasidari empat variabel yang merupakan inti sistem pemasaran

perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem

distribusi “Basu Swastha D.H dan Irawan”

Tujuan dari diciptakan dan dilaksanaannya marketing mix adalah

untuk memuaskan konsumen.

1. Produk

Dalam situasi persaingan , perusahan harus saling merebut

pangsa pasar yang ada ( konsumen ) karena konsumen akan memilih

produk yang ada di pasar disesuaikan dengan keinginan dan

kemampuannya. Dalam jasa transportasi darat produk utamanya adalah

(38)

2. Harga

Harga merupakan jumlah uang yang haru dibayar oleh

konsumen untuk mendapatkan suatu produk/jasa. Dalam perekonomian,

untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu barang

digunakan uang dan istilah yang dipakai adalah harga. Jumlah uang yang

digunakan dalam pertukaran mencerminkan tingkat harga diri suatu

barang. Apabila harga suatu produk yang dibeli konsumen mampu

memuaskan konsumen, maka dikatakan bahwa penjualan perusahaan

berada pada tingkat yang memuaskan bila diukur kedalam nilai rupiah.

3. Lokasi

Usaha jasa transprotasi adalah jasa memindahkan orang atau barang

dari suatu tempat tertentu ketempat yang lain. Penentuan lokasi yang tepat

berarti telah mengatasi setidaknya satu masalah yaitu pendristribusian

produk.

4. Promosi

Promosi dan publikasi secara sederhana bertujuan untuk memberitahu

kepada orang lain bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual.

Suksesnya kegiatan promosi tergantung kepada produk yang akan dijual,

apakah produk yang dipropagandakan itu benar-benar memenuhi

kenginan masyarakat sehingga dapat memenuhi harapan-harapannya.

Promosi meliputi setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal

(39)

yang diketahui. Jelaslah bahwa promosi dapat diklasifikasikan menjadi

dua tipe utama: 1. iklan produk, dan 2. iklan institusional dibuat untuk

menciptakan sikap yang baik terhadap suatu lembaga. Oleh karena itu,

perhatian utama kita adalah terhadap suatu pemakaian iklan sebagai alat

penjualan. Oleh karena itu perlu menilai kesempatan untuk memanfaatkan

iklan konsumen, untuk dapat memanfaatkan kesempatan dan merangsang

permintaan yang selektif melalui iklan yang ditujukan kepada konsumen,

maka faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut:

Pertama, iklan mungkin lebih efektif jika perusahaan mengikuti tren

permintaan primer dan bukan sebaliknya.

Kondisi kedua yang menentukan kesempatan perusahaan untuk dapat

mempengaruhi permintaaan ialah adanya kesempatan luas untuk

diferensiasi produk. Jika produk cukup dapat dideferensiasi, maka besar

kemungkinan iklan itu akan efektif. Sebaliknya, iklan tidak banyak

manfaatnya jika terdapat kecenderungan berbagai produsen menghasilkan

produk yang sama.

Kondisi yang ketiga dalah peranana relatif dari kualitas yang tersembunyi

dari produk tersebut dari konsumen. Kualitas yang tersembunyi ini adalah

lawan dari kualitas yang dapat dilihat dan dinilai. Jika kualitas yang

tersembunyi itu ada, maka konsumen akan cenderung mempercayai merek

(40)

tersebut dengan mereknya. Sebaliknya, jika cirri-ciri suatu produk yang

penting bagi konsumen dapat dinilai pada waktu pembelian, maka merek

itu cenderung kehilangan sebagian maknanya, dan iklan tidak dibutuhkan

untuk membangkitkan asosiasi mental mengenai ciri-ciri ini.

Kondisi yang keempat adalah motif pembelian emosional yang kuat yang

dapat dipakai dalam himbauan iklan kepada konsumen. Sebaliknya, jika

daya-tarik yang kuat itu tidak dapat dipakai secara efektif, maka

kesempatan iklan itu tidak begitu bermanfaat.

Kondisi kelima yang penting adalah apakah operasi perusahaan itu ada

memberikan banyak hal bagi iklan dan promosi produknya untuk

mencapai pasar yang hendak dijangkau. Iklan haruslah dilaksanakan

dalam skala cukup besar untuk membuat kesan efektif terhadap pasarnya.

Setelah menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen, maka

sekarang eksekutif dapat menentukan peranannya dalam perpaduan

penjualan. Walaupun iklan konsumen mungkin merupakan satu-satunya

metpde promosi yang dipakai dalam kasus-kasus tertentu yang luar biasa,

namun lebih lazim unsure-unsur penjualan lain seperti kewiraniagaan dan

usaha-usaha promosi stand, juga dimasukkan kedalam promosi tersebut.

Proses penentuan metode yang akan dipakai ini dimulai dengan

penaksiran yang seksama terhadap kesempatan yang dapat memberikan

sumbangan berguna bagi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Iklan

(41)

Pertama, jika penilaian menunjukan bahwa kondisi sangat baik untuk

mempengaruhi penilaian konsumendan untuk menciptakan tindakan

pembelian yang cepat melalui iklan konsumen itu.

Kedua, jika analisa membawa kepada kesimpulan kewiraniagaan tidak

penting dalam pemasaran yang menguntungkan produk ini

Ketiga, jika usaha promosi stand dan metode-metode penjualan

lainnya, jika dipakai sendirian, ternyata kurang memberikan harapandalam

menigkatkan penjualan daripada iklan konsumen.

6. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen a. Kepuasan Pelanggan

terdapat beberapa defisinisi mengenai kepuasan pelanggan yang

dikemukan oleh beberapa ahli. Namun, defisinisi yang banyak diaci adalah

dari Oliver (1997) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan

didefisinisikan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja

alternative produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum

pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan,

maka yang terjadi adalah tidak kepuasan.

Pemahaman mengenai ketidakpuasan lebih daminan dibandingkan

dengan kepuasan pelanggan. Dalam hal kedikpuasan, riset banyak diarahkan

pada aspek disonasi dan perilaku komplain. Disonansi berkaitan dengan

(42)

Dalam hal ini konsumen bimbang apakah ia telah memilih produk yang tepat

atau tidak.

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan

apa saja konsep yang dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan?

Berikut ini adalah 6 konsep yang umum dipakai. Berikut ini paparannya.

1. Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan

pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta

menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan

keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing.

2. Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah. Pertama,

mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua,

meminta pelanggan menilai jasa perusaan berdasarkan item-item spesifik

seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap

pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing melalui atau

berdasarkan item-item spesifikasi yang sama. Keempat, meminta

pelanggan memntukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada

dikelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3. Konfirmasi harapan. Pada acara ini, kepuasan tidak diukur langsung,

namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian antar harapan pelanggan

(43)

4. Minat pembelian ulang. Kepuasaan pelanggan diukur berdasarkan apakah

mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia

konsumsi.

5. kesediaan untuk merekomendasi. Cara ini merupakan ukuran yang

penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif slama, seperti

jasa pendidikan tinggi.

6. ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain,

biaya garasi, word of mouth yang negatif, serta defections.

c. Loyalitas pelanggan

Loyalitas pelanggan menurut Dick dan Basu (dalam Fandi, 2000)

didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek dab

pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercemin dalam

pembelian ualang yang konsisten. Definisi ini mencakup duahal penting, yaitu

loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen akan menghasilkan

empat situasi. Untuk mengkaitkan antara tingkat kepuasan dan tingkat

loyalitas menurut Schnaars (dalam Fandi, 2000) akan dihasilkan empat

alternative situasi yaitu failures, forced loyality, defectors, dan successes.

Kondisi failures dicirikan dengan kondisi tidak puas dan tidak loyal. Forced

loyality dicirikan dengan kondisi tidak puas, namun ada perasaan terikat pada

program promosi yang dicanangkan perusahaan sehingga tetap menjadi loyal.

Sedangkan defctors dicirikan sebagai tingkat kepuasan yang tinggi, tetapi

(44)

sebagai konsumen yang merasa puas dan saling mungkin untuk memberikan

word of mounth yang positif.

Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek. Ada dua

perspektif, yaitu perspektif perilaku dengan perspektif sikap. Penjelasannya

sebagai berikut:

c.1 Perspektif perilaku. Dalam perspektif ini , loyalitas merek diartikan

sebagai pembelian ulang suatu merek secar konsisten oleh pelanggan.

Dalam kenyataannya, jarang dijumpai pelanggan yang setia 100% hanya

pada merek tertentu. Oleh karena itu, loyalitas merek dapat diukur

misalnya melalui proporsi dan rentetan pembeli

c.2 Perspektif sikap. Bahwa pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah

konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibandingkan

dengan merek lain atau karena berada dalam situasi dipengaruhi oleh

aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap

pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan lebih

positif terhadap merek tertentu dibandingkan dengan merek-merek lain,

maka ia dapat dikatakan loyal terhadap merek bersangkutan.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dari peneliti sebelumnya”Persepsi konsumen terhadap produk,

promosi dan harga” bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen

mengenai produk promosi dan harga. Peneliti menyimpulkan bahwa jumlah

(45)

ataupun pelajar sebesar 31 % sebagian besar penumpang berlatar belakang

pendidikan SLTA dan sebagian besar penumpang telah lebih dari dua kali.

Selain hal tersebut peneliti sebelumnya juga menunjukan bahwa penumpang

telah setuju dengan apa yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dengan kata

lain perusahaan telah memenuhi harapan-harapan konsumen pengguna jasa

transportasi tersebut. Namun konsumen lebih perhatian utama terhadap

harapannya mengenai produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaan

tersebut, sedangkan untuk atribut promosi maupun harga kurang mendapatkan

perhatian utama dari konsumen. Hal ini terjadi karena sebagian besar

penumpang merupakan pelanggan, sehingga mereka telah akrab dengan

kualitas produk yang ditawarkan perusahaan tersebut sehingga kurang

memperhatikan atribut promosi dan harga.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan

persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:232), pendidikan diartikan

sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang, dalam

usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Hal yang hampir sama dikatakan oleh Soedjono Soekanto yang

mendefinisikan pendidikan sebagai pemberian nilai-nilai tertentu bagi

manusia terutama dalam membuka pikirannya, menerima hal-hal yang baru

(46)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses perubahan

kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berfikir, perasaan, dan sikap

mental. Pendidikan dikatakan suatu proses, bahwa pendidikan tidak akan

pernah berhenti, tetapi akan terus berlangsung seumur hidup manusia.

Hasil dari pendidikan tersebut akan mempengaruhi cara bereaksi, cara sikap,

dan berfikir terhadap pencapaian tujuan yang tentunya terdapat perbedaan

sesuai dengan tingkatan pendidikan. Pendidikan terbagi dalam berbagai

tingkatan, tingkatan tersebut dapat dikatakan sebagai tingkatan tinggi dan

tingkatan rendah, yang dimaksud dengan pendidikan konsumen di sini adalah

tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan

yang tinggi adalah pendidikan yang ditempuh konsumen berdasarkan jenjang

pendidikan formal yakni D I, D II, D III, S I. Tingkat pendidikan konsumen

tersebut juga bisa mempengaruhi persepsinya dalam memilih apa yang telah

dikeluarkan perusahaan. Hal ini disebabkan cara berfikir, bereaksi, dan cara

sikap yang ditunjukan konsumen berpendidikan tinggi cenderung ini

mendapatkan suatu ketepatan dalam melakukan pilihannya, seperti pemilihan

suatu jasa transportasi yang akan digunakannya. Hal tersebut dapat berbeda

dengan pendidikan konsumen tingkat rendah, di sini konsumen yang

berpendidikan rendah cenderung cara berfikir, beraksi dan cara sikap dalam

persepsinya terhadap sesuatu yang ditawarkan kepada mereka cenderung

(47)

mendapatkan suatu yang lebih dari perusahaan jasa yang menawarkan suatu

produknya terhadap mereka.

Dari uraian diatas, dapat diasumsikan bahwa pengaruh jenis kelamin

konsumen terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi

konsumen mengenai produk, promosi dan harga cenderung memiliki

perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan karena

konsumen yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan yang

mereka tempuh lebih mengutamakan kenyamanan dalam menilai suatu

layanan yang mereka dapatkan baik dari segi produk, promosi, maupun harga

dari jasa transportasi. Hal ini justru berbanding terbalik dengan konsumen

yang berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan konsumen mereka

tempuh, karena konsumen laki-laki cenderung mempunyai pandangan yang

berbeda karena lebuh mengutamakan ketepatan waktu dalam melakukan

penilaian atas apa yang telah ditawarkan oleh perusahaan dengan

menyesuaikan dengan kecerdasaan dari konsumen itu sendiri. Keadaan ini

justru menimbulkan tanda tanya bagi perusahaan itu sendiri, karena

perusahaan akan menganggap bahwa apa yang telah diberikan kepada

konsumen telah memenuhi kebutuhan konsumen itu sendiri atau belum.

2. Pengaruh jenis kelamin antara hubungan tingkat pendapatan dan persepsi

konsumen mengenai produk, promosi dan harga.

Menurut Gilarso (1994:63) pendapatan adalah suatu balas jasa atau karya

(48)

terhadap proses produksi. Pendapatan itu sendiri bisa bersumber pada usaha

sendiri, bekerja pada orang lain, dan bisa bersumber dari milik sendiri.

Pendapatan konsumen juga terbagi dalam beberapa tingkatan, yakni tingkatan

tinggi dan tingkatan rendah. Pendapatan konsumen dengan penghasilan besar

atau tinggi tentu saja akan memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhan

yang mereka inginkan, termasuk persepsinya dalam pemilihan produk yang

ditawarkan kepada mereka. Hal ini disebabkan bahwa konsumen dengan

penghasilan tinggi ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah

mereka dapatkan, misalnya seperti kenyamanan baik fasilitas dan sebagainya

sehingga konsumen dengan penghasilan tinggi ingin merasa nyaman dalam

penggunaan maupun pemakaian produk yang mereka gunakan setelah

melakukan pengorbanan yang lebih, yakni pengeluaran sejumlah uang yang

tidak bisa dikatakan sedikit. Sebaliknya pendapatan konsumen dalam jumlah

kecil atau rendah tentu akan menyulitkan mereka untuk berbuat lebih dalam

melakukan persepsinya terhadap apa yang telah ditawarkan. Hal ini

dikarenakan terbatasnya keadaan keuangan mereka, dengan keadaan seperti

itu tentu saja konsumen yang berpenghasilan kecil atau rendah akan

menggunakan sebaik-baiknya untuk melakukan pilihan sesuai dengan kondisi

keuangan mereka. Tentu saja konsumen yang berpenghasilan rendah tidak

mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah ditawarkan perusahaan.

Dari uraian di atas, diasumsikan konsuman yang berjenis kelamin

(49)

cenderung memiliki persepsi yang positif hal ini disebabkan konsumen yang

mempunyai pendapatan tinggi akan senantiasa menggunakan kemampuan

finansialnya dengan mendapatkan layanan yang terbaik atas apa yang telah

ditawarkan perusahaan kepada mereka. Keadaan ini akan memicu perusahaan

untuk memberikan suatu layanan yang lebih baik lagi, ini dimaksudkan

supaya perusahaan bisa mempertahankan konsumen tersebut. Sedangkan

kondisi konsumen yang berpendapatan rendah cenderung mempunyai

persepsi yang negatif, hal tersebut didasarkan dengan keadaan finansial yang

sangat terbatas sehingga konsumen tersebut tidak bisa leluasa dalam memilih

layanan yang lebih dari perusahaan.

D. Paradigma Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin

terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen

mengenai produk, promosi, dan harga jasa transportasi. Peneliti menduga

bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial

ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi, dan harga jasa

(50)

Keterangan :

X1 : Variabel bebas, tingkat pendidikan konsumen

X2 : Variabel bebas, pendapatan konsumen

X3 : Variabel dummy, jenis kelamin konsumen

Y : Variabel terikat, persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga

E. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan

dalam kerangka berpikir, maka dapatlah dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan

dan persepsi konsumen mengenai produk.

2. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan

dan persepsi konsumen mengenai pomosi.

3. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan

dan persepsi konsumen mengenai harga.

Y X3

X1

(51)

4. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan

persepsi konsumen mengenai produk.

5. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan

persepsi konsumen mengenai promosi.

6. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian dengan cara studi

kasus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan survai untuk

mendapatkan tanggapan dari konsumen yang dijadikan responden. Metode

penelitian ini pada hakekatnya merupakan langkah untuk menemukan secara

spesifik dan realitas apa yang tengah terjadi di masyarakat, dalam hal ini

konsumen yang diteliti. Dengan demikian kesimpulan yang ditarik hanya berlaku

bagi konsumen yang diteliti tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Perusahaan Otobus (P.O) Bejeu Jepara dan

waktu penelitian dilaksanakan pada bulan september sampai bulan Oktober 2007.

Adapun alasan penelitian mengambil dilokasi tersebut adalah :

1. Perusahaan dipandang sebagai perusahaan yang baru berdiri sehingga

perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan pelayanan guna

mendapatkan tempat dihati konsumen.

2. Mempunyai fasilitas yang memadai untuk kegiatan sarana transportasi.

3. Lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, jaraknya antara ±

1 Km.

(53)

4. Mempunyai manfaat bagi konsumen maupun perusahaan itu sendiri.

Manfaat yang diperoleh konsumen yaitu konsumen dapat memahami

kondisi perusahaan, sehingga konsumen dapat menerima layanan maupun

fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan

manfaat yang diperoleh oleh perusahaan ialah perusahaan dapat

memperbaiki layanan maupun fasilitas-fasilitas yang ada agar lebih dapat

menarik konsumen untuk tetap memilih perusahaan tersebut sebagai mitra

dalam perjalanannya.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini,

mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan

penelitian ini. Pemberi informasi ini meliputi kepala bagian personalia, dan

karyawan. Sedangkan obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok

pembicaraan dalam penelitian ini. Dalam hal ini adalah persepsi konsumen atas

responden terhadap perusahaan baik mengenai harga, produk, dan promosi

D Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam

(54)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Ada beberapa

rumus yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah sampel. Jika

peneliti mempunyai beberapa ratus subyek populasi maka dapat

menentukan kurang lebih 25%-30% dari jumlah subyek tersebut. Jika dalam

jumlah subyek dalam populasi hanya meliputi antara 100-150 orang dan

dalam pengumpulan data penelitian mengunakan angket, sebaiknya subyek

sejumlah itu diambil seluruhnya, ( Suharsimi Arikunto) 1990:125. Dalam

hal ini penulis mengambil sebanyak 100 responden.

E. Variabel Penelitian 1. Jenis Variabel penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.

a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

1. Tingkat pendidikan

2. Pendapatan

b. Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah

hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel moderator dalam

(55)

c. Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi akibat atau variabel tak bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

1. Persepsi konsumen terhadap produk

2. Persepsi konsumen terhadap promosi

3. Persepsi konsumen terhadap harga

2. Pengukuran Variabel

a. Status Sosial Ekonomi

1) Tingkat Pendidikan Konsumen

Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh

konsumen. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi:

a) Lulus SD skor 1

b) Lulus SLTP skor 2

c) Lulus SMA, D I skor 3

d) Lulus D II, D III skor 4

e) Lulus SI skor 5

2) Pendapatan dan Fasilitas Konsumen

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima konsumen

setiap bulan. Dalam hal ini tingkat pendapatan digolongkan menjadi:

a) Sangat Tinggi lebih dari Rp. 1500.000 skor 5

(56)

c) Sedang antara 1.000.000-750.000 skor 3

d) Rendah antara 750.000-500.000 skor 2

e) Sangat rendah dibawah 500.000 skor 1

b. Jenis Kelamin Konsumen

pengukuran jenis kelamin konsumen ini menggunakan variabel dummy.

Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk membuat kategori

data yang bersifat kualitatif (nominal), seperti jenis kelamin yang terdiri

atas pria dan wanita. Dalam variabel regresi yang tidak mengenal data

berupa huruf, maka pria dan wanita tersebut perlu dirubah menjadi kode

tertentu, seperti 1 untuk wanita dan 0 untuk pria.variabel pria dan wanita

inilah disebut sebagai variabel dummy.

c. Persepsi Konsumen

Persepsi sering diartikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimbulkan informasi

dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indra yang disatukan

dan dikoordinasi didalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga

manusia bisa mengenali dan menilai obyek.(Rahmat, 1986). Dalam hal ini

pemberian skor sebagai berikut :

Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen terhadap produk

(57)

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen mengenai promosi

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen mengenai harga

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

(58)

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan utusan dari

perusahaan yang ditugaskan berdasarkan daftar pertanyaan, hal ini

maksudkan untuk memperoleh data sekunder, data sekunder adalah data yang

diperoleh dengan menyalin data yang diperlukan dalam penelitian

2. Kuesioner

Dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada konsumen yang

dijadikan responden. Daftar pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh data

tentang tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan fasilitas

konsumen terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga

jasa transportasi. Daftar pertanyaan dibagikan kepada responden sesaat setelah

bus meninggalkan terminal dan hendak berhenti ditempat peristirahatan.

3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang

telah ada di perusahaan. Ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

status sosial ekonomi dan jenis kelamin responden yang telah memakai jasa

(59)

G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas

Suatu instrument dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. (Suharsimi Arikunto, 1986:56)

Dalam pengujian validitas dapat dicari dengan mengunakan rumus sebagai

berikut :

(Σx) . (Σy) Σx . y ---

N

rxy = --- (Σx)2 (Σy)2

√ [Σx2 - --- ] . [Σy2 - ---]

N N Keterangan:

rxy = Korelasi skor item dengan skor total

N = Jumlah subyek

X = skor item

Y = skor total

Setelah koefisien korelasi ditemukan, perlu diuji signifikansinya dengan taraf

5% korelasi antara item dengan total dinyatakan signifikan fxy lebih besar dari

r tabel.

Uji validitas menggunakan sample berukuran n = 30 dengan jumlah dk = n – 2

(30 - 2= 28), sehingga r table = 0,239. Hasil dari pengukuran tersebut bisa

(60)

Berikut ini disajikan tabel ringkasan pengujian validitas : ( hasil analisis

dapat dilihat pada lampiran )

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas No

item

r hitung r tabel Ket

4 0.601 0,239 Valid

5 0.546 0,239 Valid

6 0.567 0,239 Valid

7 0.461 0,239 Valid

8 0.468 0,239 Valid

9 0.574 0,239 Valid

10 0.460 0,239 Valid

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) berhubungan erat dengan taraf keprcayaan suatu

instrumen dikatakan andal atau mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika

dapat mengetahui hasil yang sesuai serta stabil. ( Suharsimi Arikunto, 1986 :

81 ). Untuk memperoleh koefisien reliabilitas digunakan persamaan Alpha

Cronbach

(Husein,2002:125):

r

i=

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ Σ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − 2 2 1 ) 1 ( t b k k σ σ Keterangan:

r

i : Reabilitas Instrument
(61)

2

b

σ

Σ : Jumlah Varians butir

2

t

σ : Total Varians

Jika hasil perhitungan Cronbach-alpha di atas nilai 0,60 maka

dikatakan bahwa instrumen penelitan tersebut adalah reliabel (Nunnaly, 1969

dalam Imam Gozali, 2001:133). Instrumen dikatakan reliabel jika nilai rhitung

suatu butir pertanyaan lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5%.

Sedangkan, jika nilai rhitung lebih kecil dari rtabel, maka butir pertanyaan

tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Berikut ini tabel interpretasi untuk mengukur tingkat keandalan korelasi nilai r

(Sugiyono, 2001:183):

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Keandalan 0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Dari hasil analisis dengan jumlah (n) sebanyak 30 responden pada

taraf signifikasi 6% dengan bantuan program SPSS didapat hasil seperti pada

tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Hasil Pengukuran Reliabilitas

Variabel Koefisien Alfa Indeks kesimpulan Persepsi konsumen

mengenai produk, promosi dan harga

(62)

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa instrumen memenuhi syarat valid

dan reliabel, maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan

data

H. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ingin

menyatakan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara

status sosial ekonomi dengan persepsi konsumen mengenai produk,promosi

dan harga.. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel–variabel

tersebut digunakan model persamaan regresi.

a. Hipotesis 1

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara

tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk.

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus

sebagai berikut:

(63)

Keterangan:

1

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap produk.

0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin

1

Χ = Variabel tingkat pendidikan

1 Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan

variable tingkat pendidikan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel DX1 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi

(α) 0,05.

b. Hipotesis 2

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara

(64)

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan

rumus sebagai berikut:

Υ

2

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

1

+

β

3

(

D

Χ

1

)

+

µ

i

Keterangan:

2

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap promosi.

0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin

1

Χ = Variabel tingkat pendidikan

1 Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan

variable tingkat pendidikan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel DX1 terhadap Y2 maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang

(65)

signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi

(α) 0,05.

c. Hipotesis 3

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara

tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai harga.

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai harga.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan

rumus sebagai berikut:

Υ

3

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

1

+

β

3

(

D

Χ

1

)

+

µ

i

Keterangan:

3

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap harga.

0

α = Konstanta

D = Variabel jenis kelamin

1

Χ = Variabel tingkat pendidikan

1 Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan

(66)

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel DX1 terhadap Y3 maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi

(α) 0,05.

d Hipotesis 4

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara

tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk.

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus

sebagai berikut:

Υ

1

=

α

0

+

β

1

D

+

β

2

Χ

2

+

β

3

(

D

Χ

2

)

+

µ

i

Keterangan:

1

Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap produk.

0

(67)

D =

Variabel jenis kelamin

2

Χ = Variabel tingkat pendapatan

2 Χ

D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan

variable tingkat pendapatan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel DX2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai

signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi

(α) 0,05.

e Hipotesis 5

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara

tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.

Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat

pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus

(68)

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Tabel 3.2 Interval Koefisien Tingkat Keandalan
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasakan jenis kelamin konsumen
Tabel 5.2 Data responden mengenai tingkat pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian usability dilakukan dengan menggunakan metode System Usability Scale (SUS) yang disebarkan dalam bentuk kuisioner yang akan digunakan sebagai cara untuk

Terkait dengan kebijakan pendanaan terlihat bahwa nilai laba ditahan berpengaruh terhadap nilai investasi perusahaan yang dalam penelitian didekati dengan variabel perubahan

Sehubungan dengan persetujuan para pemegang saham pada tanggal 26 Juni 2006, maka selama tahun 2008, Perusahaan melakukan penerbitan saham baru sejumlah 7.556.155 saham dengan nilai

Informasi waktu perjalanan merupakan salah satu acuan dalam merencanakan suatu perjalanan.Maka diperlukan suatu metode estimasi waktu perjalanan yang dapat diandalkan.Model

Dalam penelitian ini rata-rata perolehan skor untuk perilaku ibu hamil terhadap kesehatan gigi dan mulut di Kelurahan sapaya termasuk katergori kurang baik dengan

Dari hasil regresi secara parsial menunjukkan variabel latar belakang pendidikan menengah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman

Manfaat dari pengajaran mikro adalah mahasiswa menjadi peka terhadap fenomena yang terjadi di dalam proses pembelajaran, mahasiswa menjadi lebih siap untuk melakukan

Artinya untuk pemodelan sampel daun jati belanda berbeda umur, kombinasi tujuh lampu masih lebih baik jika dibandingkan dengan kombinasi tiga lampu jika dilihat dari