vii ABSTRAK
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI, DAN HARGA JASA
TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Studi Kasus : Konsumen P.O. Bejeu Jepara
Shaiful Anton Prasetyo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsemen mengenai harga, 4) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 5) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 6) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Penelitian ini dilakukan di perusahaan otobus Bejeu Jepara pada bulan September sampai Oktober 2007.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen P.O. Bejeu di Jepara. Sampel dari penelitian ini adalah konsumen P.O. Bejeu Jepara yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow dengan taraf signifikasi (α = 0,05).
viii
THE INFLUENCE OF SOCIOECONOMIC STATUS TOWARD THE CONSUMERS’ PERCEPTION CONCERNING PRODUCT , PROMOTION, AND COST TRANSPORTANTION PERCEIVED FROM
SEX
A Case study : Consumers of P.O. Bejeu Jepara
Shaiful Anton Prasetyo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The objectives of study are: 1) to figure out whether sex influences the relationship between educational level and constumers’ perception about product, 2) to find out whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ precption about promotion, 3) to know whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, 4) to figure out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about product, 5) to know whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, 6) to find out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about cost. This research done in Bejeu Jepara Autobus Corporation from September to July 2007.
The technique employed in this research was purposive sampling. The data collection was done by using questionnaire. The data analysis technique in this research was regression analysis which developed by Chow with signification degree (α=0,05).
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI DAN HARGA JASA
TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Studi kasus : P.O Bejeu Jepara
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Shaiful Anton Prasetyo
021334077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
vii ABSTRAK
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI PRODUK, PROMOSI, DAN HARGA JASA
TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Studi Kasus : Konsumen P.O. Bejeu Jepara
Shaiful Anton Prasetyo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 2) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 3) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi konsemen mengenai harga, 4) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk, 5) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi, 6) untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai harga. Penelitian ini dilakukan di perusahaan otobus Bejeu Jepara pada bulan September sampai Oktober 2007.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen P.O. Bejeu di Jepara. Sampel dari penelitian ini adalah konsumen P.O. Bejeu Jepara yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow dengan taraf signifikasi (α = 0,05).
viii
THE INFLUENCE OF SOCIOECONOMIC STATUS TOWARD THE CONSUMERS’ PERCEPTION CONCERNING PRODUCT , PROMOTION, AND COST TRANSPORTANTION PERCEIVED FROM
SEX
A Case study : Consumers of P.O. Bejeu Jepara
Shaiful Anton Prasetyo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The objectives of study are: 1) to figure out whether sex influences the relationship between educational level and constumers’ perception about product, 2) to find out whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ precption about promotion, 3) to know whether sex influences the relationship between educational level and consumers’ perception about cost, 4) to figure out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about product, 5) to know whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about promotion, 6) to find out whether sex influences the relationship between income level and consumers’ perception about cost. This research done in Bejeu Jepara Autobus Corporation from September to July 2007.
The technique employed in this research was purposive sampling. The data collection was done by using questionnaire. The data analysis technique in this research was regression analysis which developed by Chow with signification degree (α=0,05).
xi
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ………i
Daftar isi …………...………....ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …...……..……….……1
B. Pembatasan Masalah ……….……..2
C. Perumusan Masalah……...…...………2
D. Tujuan Penelitian .………..…3
E. Manfaat Penelitian ……….………..…4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretik .………..6
B. Kajian Hasil Penelitan yang Relevan...………...28
C. Kerangka Berpikir ...………...29
D. Paradigma Penelitian ……….33
E. Hipotesis ……... ……….……34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian….. ……….36
B. Tempat dan Waktu Penelitian...… ……….36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ….. ……….37
D. Populasi dan Sampel...….. ……….37
E. Variabel Penelitian ……... ……….38
F. Teknik Pengumpulan Data ……….42
G. Uji Coba Instrumen……... ……….43
H. Teknik Analisis Data……. ……….44
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Perusahaan ………55
B. Jumlah Karyawan ……….57
xii
BAB V ANALISIS DATA
A. Diskripsi Data………60
B. Analisis Data ……….66
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………77
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .……… . 87
B. Keterbatasan Penelitian ………...88
C. Saran ………88
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada beberapa tahun yang lalu di Indonesia terjadi krisis yang membawa dampak
negatif bagi setiap sektor, baik sektor internal maupun sektor eksternal. Sektor
internal meliputi ketidak stabilan harga-harga kebutuhan pokok, sedangkan pada
sektor eksternal yaitu dengan naiknya harga minyak dunia. Salah satu terwujud dalam
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), ini menyebabkan keniakan harga pada
semua sektor. Salah satunya ialah kenaikan tarif pada perusahaan yang bergerak di
bidang transportasi.
Disamping memberikan kesempatan berusaha kepada pengusaha jasa transportasi
darat, pengembangan kepariwisataan juga telah meningkatkan suhu persaingan
diantara pengelola jasa transportasi tersebut. Keadaan ini tentu menuntut kejelian
manajemen dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam memilih strategi
pemasaran yang ditempuh.
Dalam situasi persaingan yang ketat dan naiknya harga tarif seorang manajemen
dituntut kejelian dalam mencari informasi tentang kebutuhan atau keinginan
konsumen. Manajemen juga harus mengetahui factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi konsumen dalam membeli atau mengapa konsumen menyukai suatu
produk atau jasa tertentu.
Oleh karena itu setiap pengusaha transportasi darat wajib menguasai dan memahami
berbagai aspek jasa yang diusahakannya. Para pengusaha harus tahu manfaat apa saja
yang diharapkan konsumen dari jasa yang dikonsumsinya.
Untuk itu manajemen dituntut dapat menentukan kebijaksanaan dalam memilih
strategi yang tepat dan saling menguntungkan sehingga dapat menimbulkan adanya
repeat-custumer.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui dan meneliti
tentang pemasaran jasa transportasi darat, khususnya mengenai masalah bagaimana
pengaruh status sosial ekonomi terhadap persepsi konsumen mengenai produk,
promosi dan harga ditinjau dari jenis kelamin.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang pengaruh
jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosal ekonomi dan persepsi konsumen
mengenai produk, promosi dan harga. Atribut tempat tidak penulis teliti karena
pertimbangan bahwa atribut tempat tidak berkaitan langsung dengan proses produksi
perusahaan. Untuk perusahaan angkutan penumpangproses konsumsi penumpang
yaitu pada saat penumpang berada dalam bus, sepanjang perjalanan, hingga
C. Perumusan Masalah 1. Masalah Umum
Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial
ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga jasa
transportasi?
2. Masalah Khusus
a. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk?
b. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendidikan dan persepsi konsumen mengenai promosi?
c. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendidikan dan persepsi konsumen mengenai harga?
d. Apakah ada pengeruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk?
e. Apakah ada pengeruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendapatan dan persepsi konsumen mengenai promosi?
f. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan
antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promsi
dan harga jasa transportasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan
antara tingkat pendidikan dan persepsi konsumen mengenai produk,
promosi dan harga.
b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan
antara tingkat pendapatan dan persepsi konsumen mengenai produk,
promosi dan harga.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan Otobus Bejeu Jepara
Hasil penilitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam
mengetahui pengauh jenis kelamin tehadap hubungan antara status sosial
ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, pormosi dan harga.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan perpustakaan
3. Bagi Penulis
Melalui penenlitian ini penulis dapat membandingkan teori-teori yang didapat
dibangku kuliah dengan kenyataan yang dijalankan oleh perusahaan secara
nyata. Selain itu penulis dapat menerima wawasan yang lebih luas tentang arti
dari konsumen itu sendiri.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kerangka Teoretik 1. Persepsi Konsumen
a. Pengertian persepsi
Persepsi sering diartikan sebgai pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indera yang disatukan dan
dikoordinasi didalam pusat syaraf yng lebih tinggi (otak) sehingga manusia
bisa mengenali dan menilai objek.(Rahmat, 1986)
Selain pengertian diatas persepsi juga dapat diartikan sebagai proses
yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
meng interprestasi masukan –masukan informasi yang menciptakan gambaran
dunia yang memiliki arti ( Kotler, 2002: 198).
Selain dipengaruhi oleh rangsangan fisik, persepsi sesorang juga
berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang
bersangkutan. Pada obyek yang sama beberapa orang dapat memiliki persepsi
yang berbeda terhadap obyek tersebut, hal ini dipengaruhi oleh perhatian
selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Perhatian selektif merupakan
kondisi penyaringan terhadap rangsangan-rangsangan informasi yang diterima
seseorang. Hal ini disebabkan sesorang tidak mampu untuk menampung
rangsangan informasi yang banyak, sehingga dari seluruh rangsangan tersebut
hanya sebagian saja yang akan menjadi perhatiannya, yaitu rangsangan
informasi yang telah diseleksinya.
Distorsi selektif merupakan kecenderungan seseorang untuk
mengubah rangsangan informasi yang telah diseleksi sedemikian rupa
bermakna baginya dan mendukung pra konsepsi mereka. Menurut Kotler
(2002:196 ) distorsi selektif ini merupakan kondisi yang tidak dapat
dimanipulasi oleh pemasar.
Ingatan selektif merupakan tindakan seorang individu untuk
mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinannya. Dengan
demikian, hal-hal yang baik tentang produk atau jasa akan selalu diingat oleh
konsumen, demikian pula dengan hal-hal yang disukai juga akan selalu
diingat oleh konsumen.
Para pengikut aliran gestalt menyatakan bahwa dalam persepsi,
cenderung untuk menyusun stimulus-stimulus sepanjang garis
tendensi-tendensi alamiah tertentu yang mungkin berkaitan dengan fungsi menyusun
dan mengelompok-kelompokan yang terdapat dalam otak.
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses
pemahaman dan menginterpretasikan rangsangan dari luar tentang apa yang
b. Proses mempersepsi
Biasanya manusia menyadari proses yang menentukan persepsinya.
Apakah terjadi persepsi penglihatan, pendengaran ataupun rabaan, jarang
sekali mereka terhenti untuk menganalisis sensasi-sensasi yang masuk dan
dasar intreprestasi yang berarti. Hal ini merupakan pendekatan manusia yang
memiliki bermacam-macam karakteristik yang berbeda-beda terhadap setiap
hal yang sudah dikenal yang ada dalam lingkungan sekitar. Sebagaimana
karakteristik tersebut menentukan bagaimana cara mempersepsi situasi
sekarang dan tidak bisa lepas dari adanya pengalaman masa lalu kalau
pengalaman itu sering muncul, maka reaksi manusia lalu menjadi salah satu
kebiasaan.
c. Persepsi konsumen mengenai promosi
Umumnya persepsi konsumen mengenai promosi dapat dilihat
sebagaimana promosi tersebut dapat menggugah perasaan dan menarik
perhatian dari konsumen tersebut. Secara real konsumen menginginkan
sesuatu yang beda dari yang pernah ada entah dengan wujud penampilan
yang beda dengan yang lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa dengan
penampilan yang cenderung lain akan menimbulkan rasa ingin tahu dari
konsumen tersebut untuk mencoba bagaimana bila ia mencoba dan dari situ
pula rasa konsumen dapat menilai pelayanan jasa yang diberikan
d. Persepsi konsumen mengenai harga
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Bei dan Chio, 2001: 126)
menyatakan bahwa kualitas jasa, kualitas produk, dan harga mempengaruhi
kepuasan konsumen. Anderson, Fornel, dan Lehman ( Bei dan Chiao, 2001:
129 ) menyatakan bahwa harga sebagai faktor penting dalam kepuasan
konsumen, karena ketika konsumen mengevaluasi nilai dari jasa yang
diterimanya, pada umumnya mereka berpikir tentang harga untuk
memperoleh nilai tersebut.
Zeithaml menyatakan bahwa dari konsep kognitif, harga adalah
sesuatu yang harus diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh produk
atau jasa tertentu ( Bei dan Chiao, 2001: 129 ). Pengertian harga dari
pandangan konsumen adalah harga yang dipersepsikan konsumen, yaitu
persepsi terhadap harga bagi konsumen lebih penting dari pada harga dalam
moneter.
Pada umumnya, persepsi mengenai harga yang rendah diartikan
sebagai pengorbanan yang rendah atau kecil, yang selanjutnya dapat
menimbulkan kepuasan yang tinggi. Menimbulkan kepuasaan yang tinggi
dimaksudkan bahwa dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat atau dengan kata lain harga yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan sangat diharapkan oleh konsumen pengguna jasa tersebut.
kondisi dari konsumen tersebut. Namun harga yang dikeluarkan oleh
perusahaan itu masih dalam kondisi yang sewajarnya.
e. Persepsi konsumen mengenai produk
Menurut Bei dan Chiao (2001: 129 ) sebagian riset tentang pemasaran
jasa yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk menemukan konstruk dan
dimensi dari kualitas jasa, atau hubungan kualitas jasa dengan kepuasan dan
loyalitas konsumen. Dalam kenyataannya, sebian besar industri jasa selain
menawarkan intangible product juga menawakan tangible product.
Tangible product dari suatu jasa adalah lingkungan fisik dan peralatan yang
menyertai intangible product (Bei dan Chiao, 2001:129). Produk fisik hanya
merupakan bagian kecil dari kualitas fisik keseluruhan dari suatu jasa.
Berdasarkan kajian terhadap 32 penelitian tentang industri jasa,
Cronin, Brandy, dan Hult (Bei dan Chiao, 2001: 129) mengemukakan
bahwa tangible quality dari suatu jasa dapat dicakup dalam model kepuasan
konsumen dalam riset-riset mendatang. Menurut Brucks, Zeithaml, dan
Naylor, persepsi terhadap kualitas Tangible Product memegang peranan
penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
2. Status Sosial Ekonomi
Status adalah kedudukan dalam suatu kelompok dan hubungannya
dengan anggota lainnya itu atau kedudukan suatu kelompok berbanding
2.1 Status sosial
Status sosial selalu mengacu pada kedudukan khusus seseorang dalam
masyarakatnya berhubungan dengan orang lain dalam lingkunagn yang
disertainya, status sosial bukannya terbatas pada statusnya dalam kelompok
kelompok yang berlainan.
2.2 Stratifikasi masyarakat
Startifikasi masyarakat adalah pembagian masyarakat secara vertikal
menurut tingkat status sosial yang berlainan. ( Joshep S. Roucek dan
Rolland L. Warren, pengantar sosiolog, 1984:79)
Menurut Mayor Polak dalam bukunya Ichtisar Sosiologi Suatu Pengantar
(1964:367) status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai kedudukan ekonomi
seseorang dalam masyarakatnya. Dan mempunyai dua aspek :
a. Aspek yang statis dimaksudkan sifatnya yang hirakis ialah mengandung
perbandingan tinggi atau rendahnya secara relative terhadap status-status
lainnya.
b. Aspek yang relative dinamis, dimaksudkan peranan sosial yang diharapkan
dari seseorang yang menduduki status tersebut.
Jadi setap orang akan mempunyai status atau kedudukan yang berbeda
satu dengan lainya tergantung dari posisi dan peranannya dalam masyarakat.
3. jenis kelamin
Jenis kelamin dibedakan dua macam yakni pria dan wanita, keduanya
pula tentang penilaian suatu produk menurut persepsinya masing-masing.
Umumnya para wanita lebih condong melakukan penilaiannya terhadap
suatu produk dengan keadaan kenyamanan suatu produk yang ditawarkan
oleh perusahaan misalnya kenyamanan dalam hal fasilitas pelayanan, hal
ini bisa terlihat dengan adanya fisik wanita cenderung lemah bila
dibandingkan dengan fisik pria. Dalam hal persepsi konsumen khususnya
wanita lebih memilih produk yang baru. Hal ini juga bisa berbanding
terbalik dengan kondisi pria. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
karakteristik keduanya. Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari pola
pikirannya, pria mendekati masalah terutama dari luar dengan memakai
pikiran nya. Ia (pria) cenderung mendekati suatu masalah sebagai seorang
pengamat yang bersifat objektif. Sedangkan wanita mendekati masalah dari
dalam dengan memakai hatinya. Ia (wanita) ingin terlibat dengan persoalan,
wanita menangani masalah dan berfikir tentang suatu soal sampai hal yang
sekecil-kecilnya. Ini bisa terlihat dalam hal persepsinya mengenai suatu
produk, misal barang yang akan dibeli atau dipakainya pun diteliti dengan
cermat. Perbedaan mengenai pola perasaan dapat dilihat pria yang lebih
dominan dalam hal pemikiran yang objektif ia lebih berusaha memecahkan
suatu masalah dengan tidak melibatkan perasaan senang maupun tidak
senang sedangkan wanita lebih cenderung berusaha memecahkan masalah
dengan melibatkan perasaan. Hal ini bisa untuk lebih diperhatikan lagi
demikian mengandung arti perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan yang secara biologis serta memiliki perbedaan dan ciri-ciri
sendiri. Jenis kelamin berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai
makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang
berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin pengertian pria atau laki-laki
dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik yang kuat,
otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, tertis,
sperma, yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan.
Perempuan dan laki-laki memiliki ciri-ciri yang berbeda. Perempuan
memiliki hormone yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi
menstruasi, perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang
berbeda dengan laki-laki, seperti bentuk pinggul yang lebih besar dari pada
laki-laki.
Secara biologis alat-alat biologis melekat pada laki-laki dan
perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara
permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau keturunan
Tuhan (kodrat). Sementara itu gender adalah pembagian laki-laki dan
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun cultural. Misalnya
perempuan dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan lain sebagainya
4. Konsep Pemasaran
Dalam melakukan kegiatan usahanya para pengusaha acap kali
penyimpangan antara rencana dengan realisasi. Kenyataan ini memaksa
pengusaha untuk mengakui pentingnya peranan pemasaran, juga cara-cara
dan falsafah pemasaran. Cara dan falsafah pemsaran ini disebut konsep
pemasaran.
Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi adalah meliputi penentuan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran (target market) dan pemberi keputusan yang di inginkan secara
efektif dan efisien dari yang dilakukan oleh pesaing.
Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian kegiatan dalam
perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk
memenuhi tujuan tersebut, baik dari segi personalia, produksi, keuangan dan
riset.
5. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dapat didefinisikan menurut beberapa ahli dalam
buku mereka masing-masing. John C. Mowen dan Michael Minor
mendefisinikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian
( buying unit ) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi,
dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. David L. Louden
dan Albert J. Della Bitta mendefisinikan perilaku konsumen sebagai suatu
proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secar fisik yang
mempergunakan barang-barang dan jasa. Sementara itu, pendapat Nessim
Hanna dan Richatd Wozniak adalah bahwa perilaku konsumen merupakan
suatu bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, termasuk segala
sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa yang dapat diupayakan
sehingga ia akhirnya menjadi konsumen.
Dari beberapa contoh definisi perilaku konsumen diatas serta
contoh-contoh lain yang walaupun tidak disajikan, kiranya dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau
kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek
eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan
mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan.
Dalam hal memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang
diinginkan setidaknya konsumen mempunyai kepercayaan, sikap, dan
perilaku. Konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah saling berhubungan
erat. Mowen dan Minor menyatakan bahwa kerethubungan itu didominasi
oleh atribut produk. Atribut adalah fitur produk dimana konsumen
membentuk kepercayaan. Bagaimana atribut produk dan faktor-faktor lainnya
mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan, sikap dan perilaku
konsumen. Mungkin merupakan sebagian atau serangkaian ide perilaku
konsumen yang terpenting bagi manajer pemasaran. Berikut ini uraian singkat
a. Konsep Kepercayaan Konsumen
Kepercayan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki
konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek,
atribut dan manfaatnya. Atribut intrinsic merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan sifat actual produk,sedangkan atribut ekstrinsik adalah
segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama,
merk, dan label.
b. Sikap Konsumen
Sikap menurut Thurstone yang dikutip Mowen dan Minor
didefisinikan sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap suatu
rangsangan. Defisinisi yang lain adalah bahwa sikap merupakan inti dari
rasa suka dan tidak suka terhadap sesuatu. Jadi, mengingat kepercayaan
merupakan pengetahuan kognitif tentang suatu obyek, maka sikap
merupakan tanggapan perasaan atau afektif tentang sebuah obyek.
c. Perilaku dan Keinginan untuk Berperilaku
Perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen untuk
memperoleh, mengunakan dan membuang barang atau jasa. Sebelum
bertindak, seseorang sering kali mengembangkan keinginan berperilaku
berdasarkan keinginan tindakan yang akan dilakukan. Keinginan berperilaku
didefisinikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara
tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan menggunakan produk atau
Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat penting untuk
keberhasilan dari system pemasaran suatu perusahaan. Ada berbagai
macam
alasan yang mempengaruhi seorang pembeli suatu produk. Selain jenis
produk, faktor demografi dan faktor ekonomis, faktor psikologis juga turut
mempengaruhi pembelian seseorang. Faktor psikologis adalah sikap, minat,
motif serta kepribadian seseorang atau konsumen. Kegiatan pemasaran
dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli
barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.hal yang penting bagi
menajer pemasaran untuk memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku
konsumen, sehingga perusahaan dapat mengembangkan strategi
pemasarannya.
Pada awalnya seorang konsumen menganggap bahwa dorongan untuk
melakukan tindakan pemilihan diantara berbagai jenis barang dan jasa serta
berbagai merek yang ada adalah karena konsumen berpendapat bahwa
kualitas dari barang dan jasa yang dipilihnya dianggap yang paling baik atau
yang paling murah harganya. Namun kenyataannya sering kali
pertimbangan yang dipakai tidak hanya mempertimbangkan kualitas atau
harga saja, tetapi ada faktor lain yang menimbulkan keputusan-keputusan
dalam pembelian suatu barang atau jasa. Misalnya rasa harga diri, ikut
Umumnya konsumen melakukan pembelian suatu barang atau jasa
adalah karena kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini sangat relative, artinya
ada kebutuhan yang mendesak, kebutuhan agak mendesak dan kebutuhan
tidak terlalu mendesak. Berdasarkan hal ini kita harus tahu mengapa
seseorang membutuhkan suatu barang atau jasa tertentu. Tapi jika hanya
mengetahui kebutuhan-kebutuhan tertentu dari konsumen terhadap barang
atau jasa , perusahaan baru mampu memdorong seseorang untuk melakukan
pembelian terhadap barang atau jasa tanpa mengabaikan keputusannya
sebagai tujuan
5 1 Model Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dalam pembelian tidak sederhana. Pemahaman
akan perilaku ini menjadi tugas yang penting bagi manajemen pemasaran.
Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli
atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Pembelian yang konsumen melakukan karena dipengaruhi oleh faktor yang
berbeda-beda untuk masing-masing pembeli. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kebudayaan
2. Kelas sosial
3. Kelompok reverensi kecil
4. Keluarga
6. Kepribadian
7. Sikap dan kepercayaan
8. konsep diri
5.2.1 Kebudayaan
Kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan merupakan
faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Dalam
kenyataannya perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan
5.2.2 Klas Sosial
Pada pokoknya masyarakat dikelompokan menjadi tiga golongan. Golongan
itu adalah:
- Golongan atas, seperti pengusaha kaya, pejabat tinggi.
- Golongan menengah, seperti karyawan instansi pemerintah dan
pengusaha menengah.
- Golongan rendah, seperti buruh pabrik, tukang becak, pegawai rendah
atau kecil
Dalam hal ini tidak berarti bahwa klas atas lebih bahagia dari kelas lainnya.
Diantara kelas-kelas tersebut juga terdapat perbedaan secara psikologis. Ini
akan nampak pada saat mereka memberikan tanggapan terhadap suatu
produk.
5.2.3 Kelompok referensi kecil
Kelompok sering digunakan sebagai pedoman oleh konsumen dalam
serta lingkungan rumah tangga. Masing-masing kelompok memiliki pelapor
yang dapat
Mempengaruhi anggota kelompoknya. Maka menjadi tugas manajer
pemasaran yakni untuk mencari tahu siapa pelapor dalam suatu kelompok
referensi kecil tersebut.
5 .2.4 Keluarga
Dalam suatu keluarga masing-masing anggota memiliki sikap pembelian yang
berbeda akibat dari perbedaan selera dan keinginan. Dalam hal ini perlu
diselusuri siapa yang mempengaruhi, yang membuat keputusan.
5 2.5 Pengalaman
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah
laku, dari perbuatannya dimasa lalu seseorang dapat mempelajari sesuatu,
sebab dengan belajar orang memperoleh pengalaman.
5 2.6 Kepribadian.
Dapat diartikan sebagai pola sikap individu yang dapat menentukan
tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian mempengaruhi pandangan dan
perilaku pembelian seseorang.
5 .2.7 Sikap dan Kepercayaan
Dua ini saling mempengaruhi, yang paling memenonjol adalah perasaan
5 .2.8 Konsep Diri
Konsep diri merupakan pandangan untuk melihat kemampuan dirinya dalam
hal melakukan suatu pembelian. Dengan begitu seseorang akan mengetahui
sejauh mana dirinya bisa menjadi konsumen yang bisa dengan tepat
memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Marketing mix adalah istilah yang dikembangkan dan digunakan
secara gabungan dalam menentukan empat masalah yang terpisah yaitu
produk, lokasi, promosi dan harga. Marketing mix merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan, yang secara definitif dapat dinyatakan sebagai
kombinasidari empat variabel yang merupakan inti sistem pemasaran
perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem
distribusi “Basu Swastha D.H dan Irawan”
Tujuan dari diciptakan dan dilaksanaannya marketing mix adalah
untuk memuaskan konsumen.
1. Produk
Dalam situasi persaingan , perusahan harus saling merebut
pangsa pasar yang ada ( konsumen ) karena konsumen akan memilih
produk yang ada di pasar disesuaikan dengan keinginan dan
kemampuannya. Dalam jasa transportasi darat produk utamanya adalah
2. Harga
Harga merupakan jumlah uang yang haru dibayar oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk/jasa. Dalam perekonomian,
untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai suatu barang
digunakan uang dan istilah yang dipakai adalah harga. Jumlah uang yang
digunakan dalam pertukaran mencerminkan tingkat harga diri suatu
barang. Apabila harga suatu produk yang dibeli konsumen mampu
memuaskan konsumen, maka dikatakan bahwa penjualan perusahaan
berada pada tingkat yang memuaskan bila diukur kedalam nilai rupiah.
3. Lokasi
Usaha jasa transprotasi adalah jasa memindahkan orang atau barang
dari suatu tempat tertentu ketempat yang lain. Penentuan lokasi yang tepat
berarti telah mengatasi setidaknya satu masalah yaitu pendristribusian
produk.
4. Promosi
Promosi dan publikasi secara sederhana bertujuan untuk memberitahu
kepada orang lain bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual.
Suksesnya kegiatan promosi tergantung kepada produk yang akan dijual,
apakah produk yang dipropagandakan itu benar-benar memenuhi
kenginan masyarakat sehingga dapat memenuhi harapan-harapannya.
Promosi meliputi setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal
yang diketahui. Jelaslah bahwa promosi dapat diklasifikasikan menjadi
dua tipe utama: 1. iklan produk, dan 2. iklan institusional dibuat untuk
menciptakan sikap yang baik terhadap suatu lembaga. Oleh karena itu,
perhatian utama kita adalah terhadap suatu pemakaian iklan sebagai alat
penjualan. Oleh karena itu perlu menilai kesempatan untuk memanfaatkan
iklan konsumen, untuk dapat memanfaatkan kesempatan dan merangsang
permintaan yang selektif melalui iklan yang ditujukan kepada konsumen,
maka faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
Pertama, iklan mungkin lebih efektif jika perusahaan mengikuti tren
permintaan primer dan bukan sebaliknya.
Kondisi kedua yang menentukan kesempatan perusahaan untuk dapat
mempengaruhi permintaaan ialah adanya kesempatan luas untuk
diferensiasi produk. Jika produk cukup dapat dideferensiasi, maka besar
kemungkinan iklan itu akan efektif. Sebaliknya, iklan tidak banyak
manfaatnya jika terdapat kecenderungan berbagai produsen menghasilkan
produk yang sama.
Kondisi yang ketiga dalah peranana relatif dari kualitas yang tersembunyi
dari produk tersebut dari konsumen. Kualitas yang tersembunyi ini adalah
lawan dari kualitas yang dapat dilihat dan dinilai. Jika kualitas yang
tersembunyi itu ada, maka konsumen akan cenderung mempercayai merek
tersebut dengan mereknya. Sebaliknya, jika cirri-ciri suatu produk yang
penting bagi konsumen dapat dinilai pada waktu pembelian, maka merek
itu cenderung kehilangan sebagian maknanya, dan iklan tidak dibutuhkan
untuk membangkitkan asosiasi mental mengenai ciri-ciri ini.
Kondisi yang keempat adalah motif pembelian emosional yang kuat yang
dapat dipakai dalam himbauan iklan kepada konsumen. Sebaliknya, jika
daya-tarik yang kuat itu tidak dapat dipakai secara efektif, maka
kesempatan iklan itu tidak begitu bermanfaat.
Kondisi kelima yang penting adalah apakah operasi perusahaan itu ada
memberikan banyak hal bagi iklan dan promosi produknya untuk
mencapai pasar yang hendak dijangkau. Iklan haruslah dilaksanakan
dalam skala cukup besar untuk membuat kesan efektif terhadap pasarnya.
Setelah menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen, maka
sekarang eksekutif dapat menentukan peranannya dalam perpaduan
penjualan. Walaupun iklan konsumen mungkin merupakan satu-satunya
metpde promosi yang dipakai dalam kasus-kasus tertentu yang luar biasa,
namun lebih lazim unsure-unsur penjualan lain seperti kewiraniagaan dan
usaha-usaha promosi stand, juga dimasukkan kedalam promosi tersebut.
Proses penentuan metode yang akan dipakai ini dimulai dengan
penaksiran yang seksama terhadap kesempatan yang dapat memberikan
sumbangan berguna bagi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Iklan
Pertama, jika penilaian menunjukan bahwa kondisi sangat baik untuk
mempengaruhi penilaian konsumendan untuk menciptakan tindakan
pembelian yang cepat melalui iklan konsumen itu.
Kedua, jika analisa membawa kepada kesimpulan kewiraniagaan tidak
penting dalam pemasaran yang menguntungkan produk ini
Ketiga, jika usaha promosi stand dan metode-metode penjualan
lainnya, jika dipakai sendirian, ternyata kurang memberikan harapandalam
menigkatkan penjualan daripada iklan konsumen.
6. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen a. Kepuasan Pelanggan
terdapat beberapa defisinisi mengenai kepuasan pelanggan yang
dikemukan oleh beberapa ahli. Namun, defisinisi yang banyak diaci adalah
dari Oliver (1997) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
didefisinisikan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja
alternative produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum
pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan,
maka yang terjadi adalah tidak kepuasan.
Pemahaman mengenai ketidakpuasan lebih daminan dibandingkan
dengan kepuasan pelanggan. Dalam hal kedikpuasan, riset banyak diarahkan
pada aspek disonasi dan perilaku komplain. Disonansi berkaitan dengan
Dalam hal ini konsumen bimbang apakah ia telah memilih produk yang tepat
atau tidak.
b. Mengukur Kepuasan Pelanggan
apa saja konsep yang dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan?
Berikut ini adalah 6 konsep yang umum dipakai. Berikut ini paparannya.
1. Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan
pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta
menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan
keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing.
2. Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah. Pertama,
mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua,
meminta pelanggan menilai jasa perusaan berdasarkan item-item spesifik
seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap
pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing melalui atau
berdasarkan item-item spesifikasi yang sama. Keempat, meminta
pelanggan memntukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada
dikelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.
3. Konfirmasi harapan. Pada acara ini, kepuasan tidak diukur langsung,
namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian antar harapan pelanggan
4. Minat pembelian ulang. Kepuasaan pelanggan diukur berdasarkan apakah
mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia
konsumsi.
5. kesediaan untuk merekomendasi. Cara ini merupakan ukuran yang
penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif slama, seperti
jasa pendidikan tinggi.
6. ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain,
biaya garasi, word of mouth yang negatif, serta defections.
c. Loyalitas pelanggan
Loyalitas pelanggan menurut Dick dan Basu (dalam Fandi, 2000)
didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek dab
pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercemin dalam
pembelian ualang yang konsisten. Definisi ini mencakup duahal penting, yaitu
loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen akan menghasilkan
empat situasi. Untuk mengkaitkan antara tingkat kepuasan dan tingkat
loyalitas menurut Schnaars (dalam Fandi, 2000) akan dihasilkan empat
alternative situasi yaitu failures, forced loyality, defectors, dan successes.
Kondisi failures dicirikan dengan kondisi tidak puas dan tidak loyal. Forced
loyality dicirikan dengan kondisi tidak puas, namun ada perasaan terikat pada
program promosi yang dicanangkan perusahaan sehingga tetap menjadi loyal.
Sedangkan defctors dicirikan sebagai tingkat kepuasan yang tinggi, tetapi
sebagai konsumen yang merasa puas dan saling mungkin untuk memberikan
word of mounth yang positif.
Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek. Ada dua
perspektif, yaitu perspektif perilaku dengan perspektif sikap. Penjelasannya
sebagai berikut:
c.1 Perspektif perilaku. Dalam perspektif ini , loyalitas merek diartikan
sebagai pembelian ulang suatu merek secar konsisten oleh pelanggan.
Dalam kenyataannya, jarang dijumpai pelanggan yang setia 100% hanya
pada merek tertentu. Oleh karena itu, loyalitas merek dapat diukur
misalnya melalui proporsi dan rentetan pembeli
c.2 Perspektif sikap. Bahwa pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah
konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibandingkan
dengan merek lain atau karena berada dalam situasi dipengaruhi oleh
aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap
pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan lebih
positif terhadap merek tertentu dibandingkan dengan merek-merek lain,
maka ia dapat dikatakan loyal terhadap merek bersangkutan.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dari peneliti sebelumnya”Persepsi konsumen terhadap produk,
promosi dan harga” bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen
mengenai produk promosi dan harga. Peneliti menyimpulkan bahwa jumlah
ataupun pelajar sebesar 31 % sebagian besar penumpang berlatar belakang
pendidikan SLTA dan sebagian besar penumpang telah lebih dari dua kali.
Selain hal tersebut peneliti sebelumnya juga menunjukan bahwa penumpang
telah setuju dengan apa yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dengan kata
lain perusahaan telah memenuhi harapan-harapan konsumen pengguna jasa
transportasi tersebut. Namun konsumen lebih perhatian utama terhadap
harapannya mengenai produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
tersebut, sedangkan untuk atribut promosi maupun harga kurang mendapatkan
perhatian utama dari konsumen. Hal ini terjadi karena sebagian besar
penumpang merupakan pelanggan, sehingga mereka telah akrab dengan
kualitas produk yang ditawarkan perusahaan tersebut sehingga kurang
memperhatikan atribut promosi dan harga.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan
persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:232), pendidikan diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang, dalam
usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Hal yang hampir sama dikatakan oleh Soedjono Soekanto yang
mendefinisikan pendidikan sebagai pemberian nilai-nilai tertentu bagi
manusia terutama dalam membuka pikirannya, menerima hal-hal yang baru
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses perubahan
kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berfikir, perasaan, dan sikap
mental. Pendidikan dikatakan suatu proses, bahwa pendidikan tidak akan
pernah berhenti, tetapi akan terus berlangsung seumur hidup manusia.
Hasil dari pendidikan tersebut akan mempengaruhi cara bereaksi, cara sikap,
dan berfikir terhadap pencapaian tujuan yang tentunya terdapat perbedaan
sesuai dengan tingkatan pendidikan. Pendidikan terbagi dalam berbagai
tingkatan, tingkatan tersebut dapat dikatakan sebagai tingkatan tinggi dan
tingkatan rendah, yang dimaksud dengan pendidikan konsumen di sini adalah
tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan
yang tinggi adalah pendidikan yang ditempuh konsumen berdasarkan jenjang
pendidikan formal yakni D I, D II, D III, S I. Tingkat pendidikan konsumen
tersebut juga bisa mempengaruhi persepsinya dalam memilih apa yang telah
dikeluarkan perusahaan. Hal ini disebabkan cara berfikir, bereaksi, dan cara
sikap yang ditunjukan konsumen berpendidikan tinggi cenderung ini
mendapatkan suatu ketepatan dalam melakukan pilihannya, seperti pemilihan
suatu jasa transportasi yang akan digunakannya. Hal tersebut dapat berbeda
dengan pendidikan konsumen tingkat rendah, di sini konsumen yang
berpendidikan rendah cenderung cara berfikir, beraksi dan cara sikap dalam
persepsinya terhadap sesuatu yang ditawarkan kepada mereka cenderung
mendapatkan suatu yang lebih dari perusahaan jasa yang menawarkan suatu
produknya terhadap mereka.
Dari uraian diatas, dapat diasumsikan bahwa pengaruh jenis kelamin
konsumen terhadap hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi
konsumen mengenai produk, promosi dan harga cenderung memiliki
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan karena
konsumen yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan yang
mereka tempuh lebih mengutamakan kenyamanan dalam menilai suatu
layanan yang mereka dapatkan baik dari segi produk, promosi, maupun harga
dari jasa transportasi. Hal ini justru berbanding terbalik dengan konsumen
yang berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan konsumen mereka
tempuh, karena konsumen laki-laki cenderung mempunyai pandangan yang
berbeda karena lebuh mengutamakan ketepatan waktu dalam melakukan
penilaian atas apa yang telah ditawarkan oleh perusahaan dengan
menyesuaikan dengan kecerdasaan dari konsumen itu sendiri. Keadaan ini
justru menimbulkan tanda tanya bagi perusahaan itu sendiri, karena
perusahaan akan menganggap bahwa apa yang telah diberikan kepada
konsumen telah memenuhi kebutuhan konsumen itu sendiri atau belum.
2. Pengaruh jenis kelamin antara hubungan tingkat pendapatan dan persepsi
konsumen mengenai produk, promosi dan harga.
Menurut Gilarso (1994:63) pendapatan adalah suatu balas jasa atau karya
terhadap proses produksi. Pendapatan itu sendiri bisa bersumber pada usaha
sendiri, bekerja pada orang lain, dan bisa bersumber dari milik sendiri.
Pendapatan konsumen juga terbagi dalam beberapa tingkatan, yakni tingkatan
tinggi dan tingkatan rendah. Pendapatan konsumen dengan penghasilan besar
atau tinggi tentu saja akan memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhan
yang mereka inginkan, termasuk persepsinya dalam pemilihan produk yang
ditawarkan kepada mereka. Hal ini disebabkan bahwa konsumen dengan
penghasilan tinggi ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah
mereka dapatkan, misalnya seperti kenyamanan baik fasilitas dan sebagainya
sehingga konsumen dengan penghasilan tinggi ingin merasa nyaman dalam
penggunaan maupun pemakaian produk yang mereka gunakan setelah
melakukan pengorbanan yang lebih, yakni pengeluaran sejumlah uang yang
tidak bisa dikatakan sedikit. Sebaliknya pendapatan konsumen dalam jumlah
kecil atau rendah tentu akan menyulitkan mereka untuk berbuat lebih dalam
melakukan persepsinya terhadap apa yang telah ditawarkan. Hal ini
dikarenakan terbatasnya keadaan keuangan mereka, dengan keadaan seperti
itu tentu saja konsumen yang berpenghasilan kecil atau rendah akan
menggunakan sebaik-baiknya untuk melakukan pilihan sesuai dengan kondisi
keuangan mereka. Tentu saja konsumen yang berpenghasilan rendah tidak
mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah ditawarkan perusahaan.
Dari uraian di atas, diasumsikan konsuman yang berjenis kelamin
cenderung memiliki persepsi yang positif hal ini disebabkan konsumen yang
mempunyai pendapatan tinggi akan senantiasa menggunakan kemampuan
finansialnya dengan mendapatkan layanan yang terbaik atas apa yang telah
ditawarkan perusahaan kepada mereka. Keadaan ini akan memicu perusahaan
untuk memberikan suatu layanan yang lebih baik lagi, ini dimaksudkan
supaya perusahaan bisa mempertahankan konsumen tersebut. Sedangkan
kondisi konsumen yang berpendapatan rendah cenderung mempunyai
persepsi yang negatif, hal tersebut didasarkan dengan keadaan finansial yang
sangat terbatas sehingga konsumen tersebut tidak bisa leluasa dalam memilih
layanan yang lebih dari perusahaan.
D. Paradigma Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin
terhadap hubungan antara status sosial ekonomi dan persepsi konsumen
mengenai produk, promosi, dan harga jasa transportasi. Peneliti menduga
bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara status sosial
ekonomi dan persepsi konsumen mengenai produk, promosi, dan harga jasa
Keterangan :
X1 : Variabel bebas, tingkat pendidikan konsumen
X2 : Variabel bebas, pendapatan konsumen
X3 : Variabel dummy, jenis kelamin konsumen
Y : Variabel terikat, persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga
E. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan
dalam kerangka berpikir, maka dapatlah dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan
dan persepsi konsumen mengenai produk.
2. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan
dan persepsi konsumen mengenai pomosi.
3. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat pendidikan
dan persepsi konsumen mengenai harga.
Y X3
X1
4. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan
persepsi konsumen mengenai produk.
5. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan
persepsi konsumen mengenai promosi.
6. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara pendapatan dan
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian dengan cara studi
kasus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan survai untuk
mendapatkan tanggapan dari konsumen yang dijadikan responden. Metode
penelitian ini pada hakekatnya merupakan langkah untuk menemukan secara
spesifik dan realitas apa yang tengah terjadi di masyarakat, dalam hal ini
konsumen yang diteliti. Dengan demikian kesimpulan yang ditarik hanya berlaku
bagi konsumen yang diteliti tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Perusahaan Otobus (P.O) Bejeu Jepara dan
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan september sampai bulan Oktober 2007.
Adapun alasan penelitian mengambil dilokasi tersebut adalah :
1. Perusahaan dipandang sebagai perusahaan yang baru berdiri sehingga
perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan pelayanan guna
mendapatkan tempat dihati konsumen.
2. Mempunyai fasilitas yang memadai untuk kegiatan sarana transportasi.
3. Lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, jaraknya antara ±
1 Km.
4. Mempunyai manfaat bagi konsumen maupun perusahaan itu sendiri.
Manfaat yang diperoleh konsumen yaitu konsumen dapat memahami
kondisi perusahaan, sehingga konsumen dapat menerima layanan maupun
fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan
manfaat yang diperoleh oleh perusahaan ialah perusahaan dapat
memperbaiki layanan maupun fasilitas-fasilitas yang ada agar lebih dapat
menarik konsumen untuk tetap memilih perusahaan tersebut sebagai mitra
dalam perjalanannya.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini,
mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan
penelitian ini. Pemberi informasi ini meliputi kepala bagian personalia, dan
karyawan. Sedangkan obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok
pembicaraan dalam penelitian ini. Dalam hal ini adalah persepsi konsumen atas
responden terhadap perusahaan baik mengenai harga, produk, dan promosi
D Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Ada beberapa
rumus yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah sampel. Jika
peneliti mempunyai beberapa ratus subyek populasi maka dapat
menentukan kurang lebih 25%-30% dari jumlah subyek tersebut. Jika dalam
jumlah subyek dalam populasi hanya meliputi antara 100-150 orang dan
dalam pengumpulan data penelitian mengunakan angket, sebaiknya subyek
sejumlah itu diambil seluruhnya, ( Suharsimi Arikunto) 1990:125. Dalam
hal ini penulis mengambil sebanyak 100 responden.
E. Variabel Penelitian 1. Jenis Variabel penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.
a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
1. Tingkat pendidikan
2. Pendapatan
b. Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel moderator dalam
c. Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi akibat atau variabel tak bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :
1. Persepsi konsumen terhadap produk
2. Persepsi konsumen terhadap promosi
3. Persepsi konsumen terhadap harga
2. Pengukuran Variabel
a. Status Sosial Ekonomi
1) Tingkat Pendidikan Konsumen
Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh
konsumen. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi:
a) Lulus SD skor 1
b) Lulus SLTP skor 2
c) Lulus SMA, D I skor 3
d) Lulus D II, D III skor 4
e) Lulus SI skor 5
2) Pendapatan dan Fasilitas Konsumen
Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima konsumen
setiap bulan. Dalam hal ini tingkat pendapatan digolongkan menjadi:
a) Sangat Tinggi lebih dari Rp. 1500.000 skor 5
c) Sedang antara 1.000.000-750.000 skor 3
d) Rendah antara 750.000-500.000 skor 2
e) Sangat rendah dibawah 500.000 skor 1
b. Jenis Kelamin Konsumen
pengukuran jenis kelamin konsumen ini menggunakan variabel dummy.
Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk membuat kategori
data yang bersifat kualitatif (nominal), seperti jenis kelamin yang terdiri
atas pria dan wanita. Dalam variabel regresi yang tidak mengenal data
berupa huruf, maka pria dan wanita tersebut perlu dirubah menjadi kode
tertentu, seperti 1 untuk wanita dan 0 untuk pria.variabel pria dan wanita
inilah disebut sebagai variabel dummy.
c. Persepsi Konsumen
Persepsi sering diartikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimbulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indra yang disatukan
dan dikoordinasi didalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga
manusia bisa mengenali dan menilai obyek.(Rahmat, 1986). Dalam hal ini
pemberian skor sebagai berikut :
Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen terhadap produk
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen mengenai promosi
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Alternatif jawaban untuk persepsi konsumen mengenai harga
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan utusan dari
perusahaan yang ditugaskan berdasarkan daftar pertanyaan, hal ini
maksudkan untuk memperoleh data sekunder, data sekunder adalah data yang
diperoleh dengan menyalin data yang diperlukan dalam penelitian
2. Kuesioner
Dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada konsumen yang
dijadikan responden. Daftar pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh data
tentang tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan fasilitas
konsumen terhadap persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga
jasa transportasi. Daftar pertanyaan dibagikan kepada responden sesaat setelah
bus meninggalkan terminal dan hendak berhenti ditempat peristirahatan.
3. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang
telah ada di perusahaan. Ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
status sosial ekonomi dan jenis kelamin responden yang telah memakai jasa
G. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas
Suatu instrument dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. (Suharsimi Arikunto, 1986:56)
Dalam pengujian validitas dapat dicari dengan mengunakan rumus sebagai
berikut :
(Σx) . (Σy) Σx . y ---
N
rxy = --- (Σx)2 (Σy)2
√ [Σx2 - --- ] . [Σy2 - ---]
N N Keterangan:
rxy = Korelasi skor item dengan skor total
N = Jumlah subyek
X = skor item
Y = skor total
Setelah koefisien korelasi ditemukan, perlu diuji signifikansinya dengan taraf
5% korelasi antara item dengan total dinyatakan signifikan fxy lebih besar dari
r tabel.
Uji validitas menggunakan sample berukuran n = 30 dengan jumlah dk = n – 2
(30 - 2= 28), sehingga r table = 0,239. Hasil dari pengukuran tersebut bisa
Berikut ini disajikan tabel ringkasan pengujian validitas : ( hasil analisis
dapat dilihat pada lampiran )
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas No
item
r hitung r tabel Ket
4 0.601 0,239 Valid
5 0.546 0,239 Valid
6 0.567 0,239 Valid
7 0.461 0,239 Valid
8 0.468 0,239 Valid
9 0.574 0,239 Valid
10 0.460 0,239 Valid
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) berhubungan erat dengan taraf keprcayaan suatu
instrumen dikatakan andal atau mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika
dapat mengetahui hasil yang sesuai serta stabil. ( Suharsimi Arikunto, 1986 :
81 ). Untuk memperoleh koefisien reliabilitas digunakan persamaan Alpha
Cronbach
(Husein,2002:125):
r
i= ⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ Σ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − 2 2 1 ) 1 ( t b k k σ σ Keterangan:
r
i : Reabilitas Instrument2
b
σ
Σ : Jumlah Varians butir
2
t
σ : Total Varians
Jika hasil perhitungan Cronbach-alpha di atas nilai 0,60 maka
dikatakan bahwa instrumen penelitan tersebut adalah reliabel (Nunnaly, 1969
dalam Imam Gozali, 2001:133). Instrumen dikatakan reliabel jika nilai rhitung
suatu butir pertanyaan lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5%.
Sedangkan, jika nilai rhitung lebih kecil dari rtabel, maka butir pertanyaan
tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Berikut ini tabel interpretasi untuk mengukur tingkat keandalan korelasi nilai r
(Sugiyono, 2001:183):
Tabel 3.2
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Keandalan 0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat
Dari hasil analisis dengan jumlah (n) sebanyak 30 responden pada
taraf signifikasi 6% dengan bantuan program SPSS didapat hasil seperti pada
tabel dibawah ini:
Tabel 3.3
Hasil Pengukuran Reliabilitas
Variabel Koefisien Alfa Indeks kesimpulan Persepsi konsumen
mengenai produk, promosi dan harga
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa instrumen memenuhi syarat valid
dan reliabel, maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan
data
H. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ingin
menyatakan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara
status sosial ekonomi dengan persepsi konsumen mengenai produk,promosi
dan harga.. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel–variabel
tersebut digunakan model persamaan regresi.
a. Hipotesis 1
1) Rumusan Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara
tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk.
Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai produk.
2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
1
Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap produk.
0
α = Konstanta
D = Variabel jenis kelamin
1
Χ = Variabel tingkat pendidikan
1 Χ
D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan
variable tingkat pendidikan
3 2 1,β ,β
β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
i
µ = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi
variabel DX1 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang
digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi
(α) 0,05.
b. Hipotesis 2
1) Rumusan Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara
Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.
2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan
rumus sebagai berikut:
Υ
2=
α
0+
β
1D
+
β
2Χ
1+
β
3(
D
Χ
1)
+
µ
iKeterangan:
2
Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap promosi.
0
α = Konstanta
D = Variabel jenis kelamin
1
Χ = Variabel tingkat pendidikan
1 Χ
D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan
variable tingkat pendidikan
3 2 1,β ,β
β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
i
µ = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi
variabel DX1 terhadap Y2 maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang
signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi
(α) 0,05.
c. Hipotesis 3
1) Rumusan Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara
tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai harga.
Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendidikan dengan persepsi konsumen mengenai harga.
2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan
rumus sebagai berikut:
Υ
3=
α
0+
β
1D
+
β
2Χ
1+
β
3(
D
Χ
1)
+
µ
iKeterangan:
3
Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap harga.
0
α = Konstanta
D = Variabel jenis kelamin
1
Χ = Variabel tingkat pendidikan
1 Χ
D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan
3 2 1,β ,β
β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
i
µ = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi
variabel DX1 terhadap Y3 maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang
digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi
(α) 0,05.
d Hipotesis 4
1) Rumusan Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara
tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk.
Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai produk.
2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus
sebagai berikut:
Υ
1=
α
0+
β
1D
+
β
2Χ
2+
β
3(
D
Χ
2)
+
µ
iKeterangan:
1
Υ = Variabel persepsi konsumen terhadap produk.
0
D =
Variabel jenis kelamin2
Χ = Variabel tingkat pendapatan
2 Χ
D = Nilai interaksi antara variabel jenis kelamin dengan
variable tingkat pendapatan
3 2 1,β ,β
β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)
i
µ = Pengganggu regresi
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi
variabel DX2 terhadap Y1 maka dilakukan pembandingan nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang
digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Ho ditolak bila nilai
signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi
(α) 0,05.
e Hipotesis 5
1) Rumusan Hipotesis
Ho : tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara
tingkat pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.
Ha : ada pengaruh jenis kelamin terhadap hubungan antara tingkat
pendapatan dengan persepsi konsumen mengenai promosi.
2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus