• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tentang Sistem Cold Chain Dihubungkan Dengan Pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap Di Puskesmas Cipageran, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tentang Sistem Cold Chain Dihubungkan Dengan Pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap Di Puskesmas Cipageran, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN TENTANG SISTEM COLD CHAIN DIHUBUNGKAN DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI

PUSKESMAS CIPAGERAN, KELURAHAN CITEUREUP, KOTA CIMAHI

Lauren Kurniawati, 2007. Pembimbing : Felix Kasim, dr, M.Kes

Program imunisasi merupakan program yang disadari sebagai salah satu program terpenting dalam pelayanan kesehatan. Kesuksesan program imunisasi sangat bergantung pada pelaksanaan sistem cold chain agar vaksin tetap efektif dan target pelaksanaan program imunisasi dapat tercapai. Cold chain (rantai vaksin) berarti bahwa semua peralatan dan prosedur yang diperlukan, agar secara pasti vaksin terproteksi dari suhu dan cahaya yang tidak tepat, saat transportasi sejak dari pabrik hingga saat diberikan ke pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang sistem cold chain dihubungkan dengan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

Metode penelitian ini adalah deskriptif, dengan sampel sebanyak 9 responden yang diambil secara Whole Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan dan wawancara terpimpin. Observasi menggunakan media check list dan mengambil foto untuk dijadikan dokumen, sedangkan wawancara terpimpin dengan menggunakan media kuesioner.

Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar tingkat pengetahuan, perilaku, dan sikap petugas kesehatan yang menangani vaksin cukup baik. Peralatan sistem cold chain baik, namun prosedur pencatatan jumlah vaksin yang akan dibutuhkan masih kurang baik.

(2)

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF COLD CHAIN SYSTEM THAT RELATED TO THE IMPLEMENTATION OF COMPLETE BASIC IMMUNIZATION IN

PUBLIC HEALTH CENTRE (PUSKESMAS) CIPAGERAN, KELURAHAN CITEUREUP, CITY OF CIMAHI

Lauren Kurniawati, 2007. Guiding Lecturer : Felix Kasim, dr, M.Kes

Immunization program is realized as one of the most important programs in health service. The success of immunization program very depends on the implementation of Cold Chain system. Hence, the vaccine would run effectively and the target of immunization program would be archieved. Cold Chain is all equipment and procedures that needed, so the vaccines can be protected from heat and light, include transporting from the manufacturer to the person being immunized.

This research is intended to disclose the description the Cold Chain system that related to the implementation of complete basic imminization in Puskesmas Cipageran, Kelurahan Citeureup, City of Cimahi.

The present research deploy descriptive method. Nine respondents are selected through whole sampling method. Data collection is conducted through direct observation and guiding interview. The observation employs Check List media and takes photograph as documents. Meanwhile, questionnaire is employed in guiding interview.

The data shows that the most of knowledge, behaviour, and attitude level of the medical official are quite good and so is Cold Chain system equipment. On the other hand, the procedure of the needed vaccine number record is still inappropriate.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Pengasih, karena berkat penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Gambaran Tentang Sistem Cold Chain Dihubungkan Dengan Pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota CImahi” dengan lancar.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Felix Kasim, dr, M.Kes., sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran di sela-sela kesibukannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Tuhan memberkati.

2. Petugas Dinas Kesehatan Kota Cimahi khususnya bagian Kesbang yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Cipageran.

3. Amelia, dr., sebagai kepala Puskesmas Cipageran yang telah menerima kehadiran penulis dengan tangan terbuka dan ramah untuk melakukan penelitian di Puskesmas Cipageran.

4. Pak Narto, Ibu Enok, Ibu Wini, Pak Yana, Pak Tri, Ibu Rosy, Ibu Imas, Ibu Sri, Ibu Isti sebagai petugas kesehatan yang menangani vaksin di Pukesmas Cipageran Kelurahan Citeureup atas kerjasamanya untuk melakukan wawancara dengan penulis.

5. Ibu Yunus, sebagai kader RW 11 yang selalu memberi petunjuk jalan dan menyertai penulis ketika melakukan penelitian di posyandu-posyandu. 6. Papa dan Mama yang selalu mendoakan, memberi dorongan dan dukungan

(4)

7. Dani yang selalu mengantar ke tempat penelitian, memberi masukan, semangat, dorongan, serta membantu pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan memberkati semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhir kata, penulis berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi Puskesmas Cipageran untuk dapat meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan sistem cold chain, sehingga target dalam pelaksanaan program Imunisasi Dasar Lengkap di Kelurahan Citeureup dapat tercapai.

Bandung, Januari 2007

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Maksud... 4

1.3.2 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran... 5

1.6 Metodologi ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Imunitas dan Vaksin... 7

2.1.1 Respon Imun ... 7

2.1.2 Target Penyakit ... 8

2.1.3 Cara Membuat Vaksin ... 8

2.1.4 Efektivitas Vaksin ... 12

2.1.5 Keamanan Vaksin ... 13

(6)

2.1.8 Imunisasi ... 17

2.1.8.1 Pengertian Imunisasi ... 17

2.1.8.2 Tujuan Imunisasi... 17

2.2 Sistem Cold Chain ... 21

2.2.1 Pengertian Sistem Cold Chain ... 21

2.2.2 Pelaksana Sistem Cold Chain ... 22

2.2.3 Peralatan Sistem Cold Chain ... 22

2.2.3.1 Peralatan Untuk Transportasi Vaksin... 22

2.2.3.2 Peralatan Untuk Penyimpanan Vaksin... 28

2.2.3.3 Alat Suntik ... 34

2.2.4 Prosedur Sistem Cold Chain ... 37

2.2.4.1 Tahap – tahap Sistem Cold Chain... 37

2.2.4.2 Hal – hal yang Penting Diperhatikan pada Penyimpanan Vaksin... 38

2.2.4.3 Prosedur yang Harus Diperhatikan Sewaktu Menggunakan Vaksin... 39

2.2.4.4 Management Vaksin dan Cold Chain Puskesmas ... 40

2.2.4.5 Rekomendasi ... 41

2.3 Vaccine Vial Monitor (VVM) ... 42

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Metode Penelitian ... 43

3.2 Rancangan Penelitian ... 43

3.3 Instrumen Penelitian ... 44

3.4 Pengumpulan Data ... 44

3.5 Populasi ... 45

3.6 Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.7 Definisi Operasional ... 46

(7)

3.8.2 Analisis univariat ... 47

3.8.2.1 Pengetahuan Responden... 47

3.8.2.2 Perilaku Responden... 48

3.8.2.3 Sikap Responden... 49

3.9 Penyajian Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Ruangan Tempat Penyimpanan Lemari Pendingin ... 50

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 4.1.2 Ruangan Tempat Penyimpanan Lemari Pendingin... 51

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.2.1 Observasi Langsung ... 52

4.2.2 Kuesioner ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN... 84

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Preparat Antigenik yang Digunakan Sebagai Vaksin ... 9 Tabel 2.2 Stabilitas Vaksin pada Beberapa Temperatur ... 16 Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi di Klinik Tumbuh Kembang Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK Unpad/RSHS ... 18 Tabel 2.4 Rekomendasi Suhu dan Lama Penyimpanan Vaksin Pada

Beberapa Tingkatan Rantai Pendingin yang Berbeda... 39 Tabel 4.1 Check List Obeservasi Langsung ... 52 Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Untuk Pertanyaan “Apakah

Bapak/Ibu Mengetahui Sistem Cold Chain?” ... 59 Tabel 4.3 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “Vaksin Apakah yang

Sangat Tidak Stabil Pada Temperatur Ruangan?” ... 60 Tabel 4.4 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan ” Vaksin Apa Sajakah

yang Boleh Ditaruh di Temperatur yang Rendah dan Tidak Boleh Terkena Cahaya Matahari Langsung?” ... 61 Tabel 4.5 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Vaksin Apa Sajakah

yang Tidak Boleh Ditaruh di Tempat Membeku?”... 62 Tabel 4.6 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Bolehkah OPV

Membeku dan Mencair Tanpa Membahayakan Potensinya?”... 63 Tabel 4.7 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Vaksin yang

Sudah Dilarutkan Lebih Cepat Rusak?” ... 63 Tabel 4.8 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Potensi

Vaksin yang Hilang Akibat Temperatur yang Tidak Sesuai Dapat Diperbaiki Jika Temperatur Telah Disesuaikan?”... 64 Tabel 4.9 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Bagaimana Cara

Mengetahui Potensi Vaksin Dengan Tepat?” ... 65 Tabel 4.10 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Gunanya

(9)

Tabel 4.11 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Boleh Memenuhi Lemari Pendingin Dengan Vaksin Secara Berlebihan?”... 67 Tabel 4.12 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Boleh

Menaruh Makanan atau Minuman di Lemari Pendingin Untuk Vaksin?”... 67 Tabel 4.13 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Menyimpan OPV, BCG, dan Campak di Tempat Dengan Temperatur Tinggi dan Terkena Cahaya Matahari Langsung?”... 68 Tabel 4.14 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Menyimpan DPT, DT, Hib conjugate, hepatitis B, dan Vaksin Influenza di Tempat yang Membeku?”... 69 Tabel 4.15 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Membuka Lemari Pendingin Tempat Penyimpanan Vaksin Seminimal Mungkin?” ... 69 Tabel 4.16 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Melakukan Defrosting Secara Teratur pada Lemari Pendingin yang Tidak Ada Frost Free?” ... 70 Tabel 4.17 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “Apakah Selama

Melakukan Defrosting Vaksin Dipindahkan ke Lemari Pendingin Lain atau Dalam Kotak Berisolasi yang Berisi Es?” ... 71 Tabel 4.18 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Vaksin yang

Sudah Kedaluwarsa Segera Dikeluarkan dari Lemari Pendingin?” ... 72 Tabel 4.19 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Segera Menyimpan Kembali Vaksin Dalam Lemari Pendingin Ketika Vaksin Sudah Tidak Dibutuhkan Lagi?”... 72 Tabel 4.20 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

(10)

Tabel 4.21 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu Selalu Mencatat/Memeriksa Temperatur Lemari Pendingin Setiap Hari?” ... 73 Tabel 4.22 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Selalu Memelihara Saran-sarana Cold Chain?”... 74 Tabel 4.23 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Akan Selalu Terus Menjaga Sarana-Sarana yang Berhubungan dengan Cold Chain?” ... 75 Tabel 4.24 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Seberapa Perlukah

Bapak/Ibu Melakukan Pengawasan Terhadap Sistem Cold Chain?” ... 76

Tabel 4.25 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu Akan Melaporkan Bila Ada Kerusakan Sarana Cold Chain?” ... 76 Tabel 4.26 Distribusi Responden Untuk Pertanyaan “ Apakah Bapak/Ibu

Akan Selalu Melaksanakan Sistem cold chain Dengan Baik?”... 77 Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Mengenai Sistem Cold Chain ... 78 Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Responden

Terhadap Sistem Cold Chain ... 79 Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Terhadap

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cold box yang digunakan pada sistem cold chain ... 23

Gambar 2.2 Cara mempersiapkan cold box ... 24

Gambar 2.3 Vaccine carrier ... 25

Gambar 2.4 Cara mempersiapkan vaccine carrier ... 25

Gambar 2.5 Cara mengisi kantong es ... 26

Gambar 2.6 Penyusunan kantong es untuk dibekukan ... 27

Gambar 2.7 Cold room ... 28

Gambar 2.8 Lemari es dengan sistem kompresi ... 30

Gambar 2.9 Lemari es jenis absorbsi ... 29

Gambar 2.10 Lemari es buka atas ... 31

Gambar 2.11 Lemari es buka depan... 31

Gambar 2.12 “Ice lined” refrigerator ... 33

Gambar 2.13 Tipe-tipe termometer... 34

Gambar 2.14 Reusable syringes dan jarumnya... 35

Gambar 2.15 Alat sterilisasi (Steam steriliser) ... 35

Gambar 2.16 Disposable syringes dan jarumnya... 36

Gambar 2.17 “Auto-destruct” syringe... 36

Gambar 2.18 Jet injector gun... 37

Gambar 2.19 Letak VVM ... 42

Gambar 2.20 Arti tingkat perubahan warna VVM ... 41

Gambar 4.1 Ruangan tempat penyimpanan lemari pendingin... 51

Gambar 4.2 Termometer ... 55

Gambar 4.3 Freezer ... 55

Gambar 4.4 Pelarut Vaksin Campak... 56

Gambar 4.5 Gumpalan Es ... 57

Gambar 4.6 Penyimpanan Vaksin... 57

Gambar 4.7 Lemari Pendingin ... 58

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

84

Lampiran 1

CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG

GAMBARAN TENTANG SISTEM COLD CHAIN DIHUBUNGKAN

DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI

PUSKESMAS CIPAGERAN KELURAHAN CITEURERUP KOTA

CIMAHI

PENGAMATAN YA TIDAK

Lemari pendingin

Termometer ruangan di bagian tengah lemari pendingin,

berfungsi baik, dan menunjukkan suhu antara 00-80C Lemari pendingin ditutup rapat, tidak ada kebocoran pada sekat

pintu

Lemari pendingin tidak dipakai untuk menyimpan makanan atau

minuman

Botol plastik berisi es atau air garam (1-2 sendok makan per liter)

diletakkan di bagian bawah lemari pendingin

Lemari pendingin dibuka seminimal mungkin.

Terbentuk gumpalan es di ruang pembeku.

Meletakkan vaksin di rak bagian atas atau tengah, tidak di rak

bagian bawah atau di daun pintu.

Tidak memenuhi lemari pendingin dengan vaksin secara

berlebihan.

Selama dilakukan defrosting atau pembersihan lemari pendingin, maka vaksin harus dipindahkan ke lemari pendingin lainnya atau

disimpan dalam kotak berisolasi yang berisi es atau ice pack.

Penyimpanan vaksin

OPV, BCG, dan campak tidak disimpan pada temperatur terlalu

tinggi atau terkena sinar matahari langsung.

DPT, DT, Hib conjugate, hepatitis B, dan vaksin influenza tidak

ditaruh di tempat yang terlalu dingin atau beku.

(14)

85

Penggunaan vaksin

Di dalam lemari pendingin, vaksin yang sudah terbuka atau sedang dipakai diletakkan dalam satu wadah/tempat khusus

(tray), sehingga segera dapat dikenali.

Vaksin ditaruh dalam vaccine carrier dengan benar dan vaccine carrier diberi kantong es

Terdapat suntikan dan jarum dalam jumlah yang cukup Disposable syringes hanya dipakai satu kali

(15)

86

Lampiran 2

KUESIONER

GAMBARAN TENTANG SISTEM COLD CHAIN DIHUBUNGKAN

DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI

PUSKESMAS CIPAGERAN KELURAHAN CITEUREUP KOTA CIMAHI

I. PENGETAHUAN

1. Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai sistem cold chain? a. Ya

b. Tidak

2. Vaksin apakah yang sangat tidak stabil pada temperatur ruangan? a. OPV

b. Pelarut vaksin campak c. Benar semua

3. Vaksin apa sajakah yang boleh ditaruh di temperatur yang rendah dan tidak boleh terkena cahaya matahari langsung?

a. OPV b. BCG c. Campak d. Semua benar

4. Vaksin apa sajakah yang tidak boleh ditaruh di tempat membeku? a. DPT

b. DT

(16)

87

5. Bolehkah OPV membeku dan mencair tanpa membahayakan potensinya? a. Boleh

b. Tidak

6. Apakah vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak? a. Ya

b. Tidak

7. Apakah potensi vaksin yang hilang akibat temperatur yang tidak sesuai dapat diperbaiki jika temperatur telah disesuaikan?

a. Ya b. Tidak

8. Bagaimana cara mengetahui potensi vaksin dengan tepat? a. Laboratorium

b. Label indikator c. Semua benar

9. Apakah gunanya botol plastik berisi es atau air garam (1-2 sendok makan per Liter) yang diletakkan di bagian bawah lemari pendingin?

a. Kebiasaan

b.Mempertahankan keseimbangan temperatur terutama bila tidak ada arus . listrik

10. Apakah boleh memenuhi lemari pendingin dengan vaksin secara berlebihan? a. Ya

b. Tidak

11. Apakah boleh menaruh makanan atau minuman di lemari pendingin untuk

(17)

88

II. PERILAKU

12. Apakah Bapak/Ibu menyimpan OPV, BCG, dan campak di tempat dengan

.temperatur tinggi dan terkena cahaya matahari langsung? a. Ya

b. Tidak

13. Apakah Bapak/Ibu menyimpan DPT, DT, Hib conjugate, hepatitis B, dan . ..vaksin influenza di tempat yang mebeku?

a. Ya b. Tidak

14. Apakah Bapak/Ibu membuka lemari pendingin tempat penyimpanan vaksin . ..seminimal mungkin?

a. Ya b. Tidak

15. Apakah Bapak/Ibu melakukan defrosting secara teratur pada lemari pendingin

.yang tidak ada frost free? a. Ya

b. Tidak

16. Apakah selama melakukan defrosting, vaksin dipindahkan ke lemari

..pendingin lain atau dalam kotak berisolasi yang berisi es? a. Ya

b. Tidak

17. Apakah vaksin yang sudah kedaluwarsa segera dikeluarkan dari lemari

..pendingin? a. Ya b. Tidak

18. Apakah Bapak/Ibu segera menyimpan kembali vaksin dalam lemari pendingin ketika vaksin sudah tidak dibutuhkan lagi?

(18)

89

19. Apakah Bapak/Ibu menaruh vaksin yang sudah terbuka atau sedang dipakai dalam satu wadah/tempat khusus?

a. Ya b. Tidak

20. Apakah Bapak/Ibu selalu mencatat/memeriksa temperatur lemari pendingin

.setiap hari? a. Ya b. Tidak

21. Apakah Bapak/Ibu selalu memelihara sarana-sarana cold chain? a. Ya

b. Tidak

III. SIKAP

22. Apakah Bapak/Ibu akan selalu terus menjaga sarana-sarana yang berhubungan dengan cold chain?

a. Ya b. Tidak

23. Seberapa perlukah menurut Bapak/Ibu untuk melakukan pengawasan terhadap sistem cold chain?

a. Tidak perlu b. Tidak terlalu perlu c. Sangat perlu

24. Apakah Bapak/Ibu akan melaporkan bila ada kerusakan sarana cold chain? a. Ya

b. Tidak

25. Apakah Bapak/Ibu akan selalu melaksanaan sistem cold chain dengan baik? a. Ya

(19)

90

Lampiran 3

Peta Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran

Keterangan :

Wilayah Kerja Kelurahan Cipageran

Wilayah Kerja Kelurahan Citeureup

Batas Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang penelitian.

Vaksin merupakan material biologis yang sangat mudah kehilangan potensinya. Bila ini terjadi maka akan terjadi kegagalan vaksin untuk menstimulasi respon imun, akibatnya daya proteksi akan berkurang. Untuk mencegah terjadinya penurunan potensi harus dilakukan tranportasi, penyimpanan dan penanganan vaksin secara benar. Harus diperhatikan rekomendasi pabrik mengenai suhu yang dibutuhkan untuk menyimpan vaksin, umumnya harus disimpan pada suhu +2oC sampai +8oC. Tetapi ada juga pengecualian untuk beberapa macam vaksin seperti yellow fever, varisela dan OPV (Oral Polio Vaccine).

Istilah cold chain (rantai vaksin) berarti bahwa semua peralatan dan prosedur yang diperlukan, agar secara pasti vaksin terproteksi dari suhu dan cahaya yang tidak tepat, saat transportasi sejak dari pabrik hingga saat diberikan ke pasien. Efek dari pajanan terhadap kondisi lingkungan yang tidak baik seperti beku, panas, dan cahaya adalah kumulatif. Pengawasan cold chain vaksin diperlukan untuk memastikan bahwa telah dilakukan tranportasi dan penyimpanan vaksin sesuai rekomendasi pabrik. (I.G.N Ranuh, dkk ,2005)

Sistem cold chain terdiri dari 3 unsur, yaitu pelaksana, peralatan, dan prosedur. Ketiga unsur ini saling berhubungan satu sama lain untuk tercapainya program imunisasi di masyarakat. (http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF/www9825.pdf)

(21)

2

Sistem cold chain dapat menjaga kualitas, keamanan dan keefektifan program imunisasi secara terus menerus. Semua petugas kesehatan yang menangani vaksin harus melaksanakan sistem ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan kegunaan dari sistem cold chain, khususnya di daerah-daerah yang jauh dan terpencil. Tahap-tahap sistem cold chain dimulai dari Biofarma (masuk dengan cold box, diangkut dengan kendaraan roda 4/pesawat udara, disimpan pada kamar dingin) ke pusat (masuk dengan cold box, diangkut dengan kendaraan roda 4/pesawat udara, disimpan pada kamar dingin) ke propinsi (masuk dengan cold box, diangkut dengan kendaraan roda 4/pesawat udara, disimpan pada kamar dingin, lemari es/freezer) ke kabupaten (masuk dengan vaccine carrier, diangkut dengan kendaraan roda 4 atau roda 2, disimpan pada lemari es/freezer) ke Puskesmas (masuk dengan vaccine carrier/termos, diangkut dengan kendaraan roda 2, speed boat disimpan pada lemari es) lelu ke lapangan (disimpan pada vaccine carrier

atau termos)

Keberhasilan vaksin dalam mencegah penyakit akan mempengaruhi tercapainya target program imunisasi. Hal itu disebabkan karena kepercayaan masyarakat untuk memberikan imunisasi pada bayi mereka. Sistem cold chain yang tidak dilakukan dengan benar akan menyebabkan keefektifan vaksin berkurang. Hal itu akan menyebabkan vaksin tidak mampu mencegah penyakit lagi atau bahkan pemberian vaksin malah menyebabkan timbulnya penyakit. Jika hal tersebut terjadi, maka masyarakat tidak akan mau memberikan imunisasi pada bayi-bayi mereka, sehingga target untuk program imunisasi tidak tercapai.

(22)

3

Berdasarkan data yang diambil, cakupan program imunisasi di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup masih di bawah target. Hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk mencari gambaran tentang sistem cold chain dihubungkan dengan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

1.2 Identifikasi masalah

Penulis ingin mengetahui apakah pelaksanaan sistem cold chain dari segi

pengetahuan, sikap, perilaku petugas kesehatan; peralatan yang digunakan; serta prosedur penyediaan vaksin sudah cukup baik untuk tercapainya target dalam pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Cipageran, didapatkan bahwa cakupan program imunisasi di Kelurahan Citeureup Kota Cimahi sebagai berikut:

No. Vaksin Cakupan (%) Target (%)

1 BCG 89,1 98

2 DPT1 81,5 98

3 DPT2 79,2 95

4 DPT3 77,5 93

5 Polio1 90,8 98

6 Polio2 90,2 98

7 Polio3 88 93

8 Polio4 83,4 90

9 Hepatitis B1 76,1 98

10 Hepatitis B2 69,9 95

11 Hepatitis B3 70,2 93

12 Campak 83,4 90

13 TT1 81,7 95

(23)

4

Tidak dijumpai kasus mengenai ketidak-efektifan vaksin ataupun timbulnya penyakit setelah pemberian vaksin di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup Kota Cimahi.

1.3 Maksud dan tujuan penelitian

1.3.1 Maksud

Mengetahui cara pelaksanaan sistem cold chain di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

1.3.2 Tujuan

Mengetahui gambaran tentang sistem cold chain dihubungkan dengan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

(24)

5

1.5 Kerangka Pemikiran

Sistem cold chain terdiri dari 3 unsur, yaitu pelaksana, peralatan, dan prosedur. Ketiga unsur ini saling berhubungan satu sama lain untuk tercapainya program imunisasi di masyarakat. Berdasarkan data yang didapat, program imunisasi di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi tidak mencapai target. Dengan mengetahui pelaksanaan sistem cold chain di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeurep, Kota Cimahi, maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak tercapainya target program imunisasi di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi. Hal tersebut akan berguna untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya agar target program imunisasi di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeurep, Kota Cimahi dapat tercapai.

1.6 Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang sistem cold chain yang dihubungkan dengan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskemas Cipageran Kelurahan Citeureup.

(25)

6

Agustus 2006 adalah berjumlah 9 orang. Analisis yang digunakan adalah univariat.

1.7 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Cipageran, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi.

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeuteup didapatkan kesimpulan :

1. Pengetahuan petugas kesehatan yang menangani vaksin sudah baik. Hanya 1 orang petugas kesehatan yang berpengetahuan sedang.

2. Perilaku petugas kesehatan yang menangani vaksin sudah baik. 3. Sikap petugas kesehatan yang menangani vaksin sudah baik 4. Peralatan sistem cold chain cukup memadai.

5. Prosedur pencatatan jumlah vaksin yang dibutuhkan masih kurang, sehingga jumlah cadangan vaksin yang dibutuhkan tidak mencukupi jumlah anak yang akan diimunisasi.

6. Cakupan program imunisasi di Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup yang masih di bawah target disebabkan karena kurang koordinasi dalam prosedur pencatatan.

5.2 Saran

1. Kerjasama antara Rumah Sakit Swasta dan bidan swasta dengan Puskesmas Cipageran Kelurahan Citeureup perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan.

2. Pelayanan imunisasi dari rumah ke rumah bagi anak yang belum diimunisasi (sweeping), sehingga semua anak yang perlu diimunisasi dapat terjangkau dan target untuk program imunisasi dapat tercapai.

(27)

82

4. Diadakan evaluasi pelaksanaan sistem cold chain setiap bulan, sehingga kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat dipecahkan bersama-sama. 5. Memilih seseorang yang dianggap memiliki pengetahuan, perilaku, dan

sikap yang terbaik terhadap sistem cold chain untuk dijadikan pengawas pelaksaan sistem cold chain.

6. Sebaiknya menaruh pelarut vaksin campak di sebelah vaksin campak dalam lemari es agar vaksin masih memiliki efektifitas yang baik.

7. Jumlah cadangan vaksin harus disesuaikan dengan jumlah anak yang akan diimunisasi.

8. Lemari es tempat penyimpanan vaksin sebaiknya dikunci.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

A. Galaska., J. Milstien., M.zaffran. 1998. Thermostability of vaccines. http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF06/847.pdf 24 Juni 2006 A. Samik Wahab., Madarina Julia. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit

Imun. Jakarta: Widya Medika. Halaman 34-35, 124-189.

Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse, Stephen A. 2002. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology. 22nd edition. Mc Graw-Hill Companies Inc. Halaman 109.

Herry Garna., Heda Melinda D. Nataprawira., Sri Endah Rahayuningsih.2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-3. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RS Dr. Hasan Sadikin. Halaman 41-42

I. G. N. Ranuh., Hariyono Suyitno., Sri Rezeki S Hadinegoro., Cissy B. Kartasasmita. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia. Halaman 87, 124, 165, 233-239.

World Health Organization. 1996. Vaccine Vial Monitor. http://www.who.ch/programmes/gpv/glinglish/avail/gpvcatalog/catlogl.htm World Health Organization. 1998. Safe Vaccine Handling, Cold Chain and

Immunizations. http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF/www9825.pdf 24 Juni 2006

World Health Organization. 1999. Testing the correlation between vaccine vial monitor and vaccine potency. http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF99/www9917.pdf. 24 Juni 2006

World Health Organization. 2005. The Cold Chain. http://www.who.int/vaccines-access/vacman/coldchain/the cold chain .htm 30 Juni 2006

Referensi

Dokumen terkait

Bersiaplah untuk kondisi terburuk dengan menyiapkan makanan, air dan persediaan Anda sendiri untuk bertahan setidaknya dalam kurun waktu selama 72 jam (3 hari)

terhadap tenaga kerja lebih baik (naik sebesar 1,00 satuan) maka pendapatan perajin genteng akan meningkat sebesar 0,225 dengan asumsi modal usaha, bahan baku dan curah

Selain permasalahan anak putus sekolah, permasalahan lain yang juga dihadapi oleh Kecamatan Tamansari adalah masih adanya remaja yang kawin muda. Walaupun berdasarkan

Berdasarkan rataan bobot badan, panjang lengan bawah sayap, panjang betis, panjang telinga, dan panjang tengkorak total, maka kelelawar yang ditemukan di Lumaya dan Kolono adalah

Pada akhirnya media pembelajaran Fisika berbasis web ini akan diaplikasikan pada siswa Sekolah Menengah Atas untuk menjadi media penghubung antara guru dengan siswa yang dalam hal

dan Oodinium sp., serta menunjukkan bahwa prevalensi ektoparasit pada ikan mas tertinggi pada lokasi kolam Medan Selayang yaitu Dactylogyrus sp.(insang 50%), Argulus sp..

Kondisi TPA eksisting di Wilayah Jabodetabek sudah jenuh dan tidak dimungkinkan lagi untuk dikembangkan, Dalam pemilihan alternatif yang prioritas dalam pemilihan

Dari data hasil perhitungan kekerasan bushing setelah sinter, peningkatan kekerasan yang terjadi setelah sintering dapat dilihat pada Gambar 7, bahwa Bushing yang telah