• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman belajar siswa mengenai usaha dan energi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman belajar siswa mengenai usaha dan energi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MENGENAI USAHA DAN ENERGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS XII IPA SMA KRISTEN

SINAR KASIH SINTANG

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Wan Hendrianus ( 071424008 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

(2)

ii

(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan.

Tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

(Amsal, 1:7)

Arahkanlah perhatianmu pada didikan,

dan telingamu pada kata-kata pengetahuan.

(Amsal, 23:12)

Kupersembahkan dengan segenap hati, teristimewa

Tuhan Yesus kristus

Keluargaku Tercinta

Seorang Terkasih

Sahabat, Alamamater dan semua teman-temanku

Terimakasih untuk semua doa, perhatian dan dukungan serta rasa sayang yang kalian

berikan kepadaku

(5)
(6)

vi

(7)

vii ABSTRAK

Wan Hendrianus. 2012. Peningkatan Pemahaman Belajar Siswa Mengenai Usaha dan Energi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Ttipe NHT pada siswa Kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang. Skripsi S-1. Yogyakarta. Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep usaha dan energi dengan metode cooperatif learning tipe NHT. Untuk membandingkan adanya peningkatan pemahaman siswa atau tidak, peneliti membandingkan nilai tes siswa ketika belum dilakukan proses pembelajaran dengan nilai tes siswa ketika sudah dilakukan proses pembelajaran.

Penelitan ini dilakukan di SMA Kristen Sinar Kasih Sintang, pada bulan Juli 2012. Partisipan ada siswa siswi kelas XII IPA.

Penelitian ini mencakup empat tahap, yang terdiri dari menyiapkan instrumen pembelajaran, siswa mengerjakan soal pre test, proses pembelajaran aktif dengan tipe NHT dan siswa mengerjakan soal post test. Masing-masing masing soal pretest dan postest adalah 10 soal yang berhubungan dengan konsep usaha dan energi.

(8)

viii ABSTRACT

Wan Hendrianus. 2012. The Increasing of Student’s Understanding about work and energy concepts with cooperative learning method (NHT type) to the 12th Grade Students of Sinar Kasih Senior High School, Sintang. Yogyakarta: Physics Education. Departemant of mathematics and Scince Education. Faculty of Teacher Trainning and Education. Sanata Dharma University.

This research was combination of quantitative and qualitative research. The purpose of this research is to find out the increasing of the student’s understanding about work and energy concepts with cooperative learning method (NHT type).

To compare is there any increasing of student’s understanding or not, researcher compare the student’s test score before learning process with after learning process.

This research took place in SMA Kristen Sinar Kasih Sintang on July 2012. The participant was the student of grade XII IPA.

This research contained of four phase: prepared the instrument of learning, the student worked pre-test, active learning process with NHT type, and the student worked post-test. Each pre-test and post-test have ten questions that connect with work and energy concept.

The result of research are (1) there is an increasing in student’s understanding about work and energy concept, (2) student’s understanding after learning process include in understand category.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan penyertaan-NYA kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis juga mendapat banyak bantuan, dukungan serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. P Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA.

4. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas waktu dan dukungan serta bimbingan bapak, sehingga penulis dapat smenyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Fr. Kartika Budi, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih telah membimbing penulis dalam studi selama menjadi mahasiswa.

(10)

x

penulis mengikuti perkuliahan, serta staff non akademik yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Bapak Rizal Rogate, S.P, selaku Kepala Sekolah SMA Kristen Sinar Kasih Sintang yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 8. Seluruh siswa-siswi kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang atas

partisipasi dan kerja samanya.

9. Bapakku tercinta Yunus, S.Pd.K dan Mamaku tercinta Magdalena N, terima kasih atas doa, dukungan dan cinta yang kalian berikan untukku hingga aku bisa menjadi seperti ini.

10.Adikku Lensius Putrawinata, S.Pd, yang telah bersama-sama denganku menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma sampai saat ini, terima kasih dukungannya.

11.Andri Febyanto Wibowo, S.E, terima kasih atas dukungan selama ini kepada penulis, sehingga penulis mampu dan kuat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman satu kelompok bimbingan Usy, Jane, dan Christin, terima kasih karena kalian telah berjuang bersamaku sampai kita bisa menyelesaikan skripsi kita ini, banyak sekali kisah dan pengalaman yang penulis dapatkan ketika bersama-sama kalian.

13.Sahabat-sahabatku Lulik, Angela, Wahtini, Erni, Eko akhirnya aku menyusul kalian. Teman-teman P.Fis 2007, angkatan bawah; Mitha, Nofi, Ari, Leo, Eka, Katrin, Yeni, Incez, Yanti terima kasih dukungannya. Teman seibadahku; Kak Nani, Leo dan Sefa.

(11)

xi

14.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih atas dukungan kalian semua, baik itu berupa semangat kebersamaan, waktu bahkan rupiah yang telah kalian gunakan untuk mendukung penulis sampai penulis menyelasikan skripsi ini.

Peneliti menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang membangun serta menunjang kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak serta menunjang kemajuan pendidikan di negara ini.

Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KARYA ………... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

(13)

xiii

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II DASAR TEORI ... 6

A. Hakekat Fisika ... 6

1. Kontruktivisme Psikologis Personal (Peaget) ... 6

2. Sosiokulturalisme (Vygotsky) ... 7

B. Hasil Belajar ... 8

C. Pembelajaran Konstruktivistik ... 11

D. Pembelajaran Kooperatif ... 12

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 13

F. Usaha dan Energi ... 18

1. Usaha ... 18

2. Daya ... 19

3. Konsep Energi ... 19

4. Energi Kinetik ... 20

5. Energi Potensial Gravitasi ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 24

C. Instrumen Penelitian ... 24

1. Instrumen untuk Memperoleh Data ... 24

a. Pretest ... 24

(14)

xiv

2. Instrumen Pembelajaran ... 26

D. Validitas ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Pretest ... 26

2. Posttest ... 26

F. Analisis Data ... 27

1. Analisis Kualitatif ... 27

2. Analisis Kuantitatif ... 28

G. Proses Penelitian ... 29

1. Tahap Observasi ... 29

2. Tahap Proses Penelitian ... 30

3. Tahap Evaluasi ... 30

H. Skema Penelitian ... 31

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 32

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 32

B. Data ... 35

1. Hasil Pretest ... 36

2. Hasil Posttest ... 37

C. Analisis ... 38

1. Analisis Kuantitatif ... 38

(15)

xv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Besaran dan Satuannya ... 18

Tabel 2.2 Satuan Energi ... 20

Tabel 2.3 Energi Potensial dan Satuannya ... 22

Tabel 3.1 Rentang skor pemahaman siswa ... 28

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest ... 36

Tabel 4.2 Data Hasil Posttest ... 37

Tabel 4.3 Data Skor Gabungan ... 39

Tabel 4.4 Skoring Pretes ... 43

Tabel 4.5 Kualifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 45

Tabel 4.6 Skoring Postest ... 46

Tabel 4.7 Kualifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 48

Tabel 4.8 Variasi Jawaban Pretest ... 50

Tabel 4.9 Variasi Jawaban Postest ... 65

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gaya pada yang bekerja pada balok balok ... 18

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anggapan bahwa pikiran anak seperti kertas putih kosong yang siap diberi coretan oleh gurunya sepertinya kurang tepat, apalagi jika diterapkan oleh para pendidik saat ini. Paradigma tersebut membuat para siswa cenderung pasif karena guru cenderung menggunakan metode-metode yang kurang melibatkan siswa di dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Bahkan kondisi belajar yang seperti ini masih saja didapatkan hampir di setiap sekolah baik tingkat dasar maupun tingkat menengah, keadaan seperti ini bisa menghambat kemajuan siswa untuk berkembang. Jika kita melihat kepada keadaan yang sebenarnya di lapangan, anggapan bahwa pelajaran IPA terutama fisika itu sulit masih saja kerap dijumpai. Siswa sering berkata: “Fisika itu sulit, banyak rumusnya”. Hal

seperti ini masih saja kita jumpai sampai sekarang, jika pandangan ini terus dibiarkan dan tidak ada tindakan penanggulangan yang baik dan sesuai dengan siswa, maka tidak menutup kemungkinan kalau siswa akan terus beranggapan fisika itu sulit. Bila dalam paradigma lama guru adalah sumber segalanya dan merekalah yang aktif untuk memberi pelajaran dengan system bank (guru aktif, siswa pasif; guru memberi, siswa diberi; guru tahu, siswa tidak tahu; guru mengajar dan siswa mengajar) (Suparno.2007:iii).

(19)
(20)

3

mengembangkan ilmunya secara maksimal dan keaktifan mereka di kelas maupun diluar kelas.

Model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari mata pelajaran (Slavin, 2005:4). Jadi pembelajaran kooperatif muncul dari suatu tradisi pendidikan yang berpikir dan bertidak secara demokratis, pembelajaran aktif dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multi budaya. Pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru sebagai pengajar menjadi pengelola aktivitas bagi siswanya di dalam kelompok kecil. Sehingga siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki bersama-sama di dalam kelompoknya masing-masing. Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode hanya digunakan oleh beberapa guru saja dan dengan untuk tujuan tertentu, seperti tugas laporan. (Slavin, 2005:4).

NHT adalah metode pembelajaran kooperatif yang digagas oleh Russ Frank, seorang guru pada Chaparral Middle School di Diamond bar, California (Slavin, 2005: 255). NHT atau menomori orang bersama pada dasarnya adalah varian dari Group Discussion; pembelokannya yaitu hanya ada satu siswa yang akan mewakili kelompoknya namun belum diberi tahu sebelumnya siapa. Jadi kalau seperti ini akan melibatkan total siswa untuk aktif belajar di dalam kelompoknya.

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa pada materi pokok usaha dan energi sebelum diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT?

2. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa pada materi pokok usaha dan energi setelah diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT?

3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi pokok usaha dan energi setelah diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT?

C. Tujuan Penelitian

1. Secara eksplisit, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok usaha dan energi dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT.

2. Secara implisit penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mendiskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang dialami siswa dalam pembelajaran fisika di kelas.

(22)

5

c. Untuk mendeskripsikan sejauh mana model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran fisika.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan perencanaan dan penggunaan metode belajar fisika yang kreatif dan menyenangkan, untuk memperbaiki dan mengembangkan mutu pembelajaran fisika.

2. Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena setiap siswa bisa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak terpaku.

3. Dapat memberikan masukan yang berarti kepada pihak sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.

4. Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT.

(23)

6 BAB II DASAR TEORI

A. Pembelajaran Fisika

Dalam pendidikan fisika dua aliran konstruktivisme banyak digunakan dan bahkan digabungkan, yaitu konstruktivisme yang lebih personal (Piaget) dan yang lebih sosial (Vygotsky). Konstruktivisme psikologis personal ditemukan oleh Piaget. Sedangkan yang lebih sosial disebut sosiokulturalisme ditemukan oleh Vygootsky.

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah proses yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari sendiri arti dari apa yang mereka pelajari. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri juga yang membuat penalaran dari apa yang mereka pelajari, dengan cara mencari makna, membandingkan apa yang telah mereka dapatkan dengan penemuan baru mereka, serta menyelesaikannya (Suparno, 2007). Pembelajaran merupakan suatu proses belajar untuk membangun pengetahuan melalui belajar di kelas maupun pengalaman nyata dari lapangan.

1. Kontruktivisme Psikologis Personal (Peaget)

(24)

7

pengetahuannya sendiri. Dia lebih mengarahkan kepada bagaimana si anak secara pribadi membangun pengetahuan yang dia dapatkan dari interaksinya dengan apa yang dia dapatkan dari pengalaman dan objek yang dihadapi. (Suparno, 2007).

Kontruktivisme Psikologis Personal inilah yang dibanyak negara dan tempat banyak memunculkan sekolah yang individual, dimana dalam sekolah ini setiap anak diberi kebebasan untuk berkembang dan belajar menurut kemampuan serta pemahaman dirinya sendiri. Misalnya dalam kasus belajar fisika, mereka diberi kebebasan untuk sendiri, memahami sendiri sampai siswa benar-benar tahu dan mengerti semuanya dari apa yang mereka dapatkan sendiri-sendiri. (Suparno, 2007).

2. Sosiokulturalisme (Vygotsky)

Dalam penelitiaannya, Vygotsky lebih menekankan pada pentingnya interaksi dengan orang lain, apalagi dengan orang yang mempunyi lebih banyak pengetahuan yang lebih baik dan telah berkambang dengan baik. (Cobb dalam Suparno, 2007). Itulah dalam dunia pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para guru ataupun ahli fisika yang lebih berpengalaman dan terlibat langsung dengan dunia fisika. Misalnya, siswa disuruh menemui ilmuwan atau ahli yang bekerja dalam bidang fisika astronomi, siswa disuruh bertanya langsung pada para ahli astronomi bagaimanakah astronomi itu.

(25)

Menurut sosiokulturalis, kegiatan seseorang dalam mengerti sesuatu selalu dipengaruhi oleh partisipasinya dalam praktik-praktik sosial dan kultur yang ada, seperti sekolah, masyarakat, teman, dll. (Cobb dalam Suparno, 2007). Masyarakat juga dapat membantu siswa mengerti, tetapi bisa juga membuat siswa tidak mengerti atau menjadi penghalang untuk siswa berkembang. Misalnya, di dalam masyarakat sangat antusias terhadap perkembangan fisika, maka hal ini dapat memacu siswa untuk lebih bersemangat lagi belajar fisika. Belajar bersama teman di kelas dalam kelompok-kelompok kecil membahas tentang fisika juga dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Karena di sini mereka akan saling bertukar pendapat, pikiran dan gagasan tentang apa yang mereka ketahui. (Suparno,2007).

B. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

(26)

9

belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, siswa belajar tentang “Fisika”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Fisika”, dia

juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang seorang siswa belajar “Fisika”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Fisika” dalam kesehariannya.

Menurut Gagne dalam Abin Syamsuddin Makmun, (dalam http://cafestudi061.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-belajar-dan perubahan-perilaku-dalam-belajar/), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :

1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.

(27)

2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

(28)

11

C. Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri juga yang membuat penalaran dari apa yang mereka pelajari, dengan cara mencari makna, membandingkan apa yang telah mereka dapatkan dengan penemuan baru mereka, serta menyelesaikannya. (Suparno, 2007).

Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan kita sendiri yang sedang menekuninya (von Glasersfeld dalam Suparno, 2007). Jadi, jika yang sedang menjalaninya adalah seorang siswa, maka yang menjadi pembentuk pengetahuan itu adalah siswa sendiri. Dalam membentuk pengetahuan, setiap siswa dapat berbeda-beda, tergantung bagaimana siswa menangkap apa yang sedang dia dapatkan dari pelajaran di kelas atau di tempat dia bisa menerima pengetahuan. (Suparno, 2007). Orang membentuk pengetahuannya pertama-tama melalui indra. Dengan melihat, mendengar, menjamah, membau dan merasakan, orang membentuk pengetahuan tentang hal tersebut. (Suparno, 2007).

(29)

D. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooeperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, namun sebelumnya metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan tertentu saja, seperti tugas-tugas dan laporan kelompok (Slavin, 2005). Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran, dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama dalam mempelajari materi pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

(30)

13

hubungan siswa dengan siswa dalam kelompok maupun antar kelompok. Alasan lainnya adalah tumbuh kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, serta mengaplikasikan pengetahuan mereka. (Slavin, 2005).

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Banyak sekali metode-metode yang dipakai dalam pembelajaran kooperatif, dan semua metode itu mendukung bagaimana pembelajaran kooperatif itu bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan guru. Salah satunya adalah Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

(31)

ada satu siswa yang akan mewakili kelompoknya namun belum diberi tahu sebelumnya siapa. Jadi kalau seperti ini akan melibatkan total siswa untuk aktif belajar di dalam kelompoknya.

Setiap siswa mempunyai satu nomor dalam kelompoknya masing-masing, dam mereka tahu bahwa salah satu di antara nomor yang mereka miliki akan dipanggil oleh gurunya untuk mewakili kelompok mereka dalam menjawab atau menyelesaikan pertanyaan yang diajukan kepada kelompok. Dengan demikian, mereka akan berupaya bagaimana supaya setiap anak yang ada di dalam kelompok tersebut semuanya bisa menjawab pertanyaan yang akan diberikan kepada mereka, dan diskusi adalah salah satu usaha yang dilakukan para siswa untuk saling berbagi pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim dalam Herdian (2009) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

(32)

15

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim dalam Herdian (http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/) dengan tiga langkah yaitu:

a. Pembentukan kelompok b. Diskusi masalah

c. Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah (Ibrahim dalam Herdian) sebagai berikut :

1) Persiapan

(33)

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2) Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

4) Diskusi masalah

(34)

17

5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6) Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Melalui metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT ini siswa akan lebih percaya diri, menghargai individu, termotivasi, dan hasil belajar akan menjadi lebih baik. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

a) Setiap peserta didik menjadi siap semua.

b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

c) Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut.

a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

(35)

F. Usaha dan Energi 1. Usaha

Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah perpindahan dengan perpindahannya. Jika suatu gaya F menyebabkan perpindahan

sejauh x, maka gaya F melakukan usaha sebesar W, yaitu

W = F cos . x

F cos

x Gambar 2.1 suatu gaya melakukan usaha sebesar W

W = usaha ; F = gaya ; x = perpindahan , = sudut antara gaya dan perpindahan

Tabel 2.1 Besaran dan satuannya

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Usaha (W) Joule Erg

Gaya (F) Newton Dyne

(36)

19

1 joule = 107 erg

Catatan : Usaha (work) disimbolkan dengan huruf besar W Berat (weight) disimbolkan dengan huruf kecil w

Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka usaha total yang dilakukan terhadap benda tersebut sebesar :

Jumlah usaha yang dilakukan tiap gaya, atau Usaha yang dilakukan oleh gaya resultan.

2. Daya

Daya (P) adalah usaha yang dilakukan tiap satuan waktu. P = W / t

P = daya ; W = usaha ; t = waktu

Daya termasuk besaran scalar yang dalam satuan MKS mempunyai satuan watt atau J/s

Satuan lain adalah : 1 HP = 1 DK = 1 PK = 746 watt HP = Horse power ; DK = Daya kuda ; PK = Paarden Kracht

1 Kwh adalah satuan energi besarnya = 3,6 .106 watt.detik = 3,6 . 106 joule 3. Konsep Energi

(37)

dan energi juga merupakan besaran scalar. Dalam fisika, energi dapat digolongkan menjadi beberapa macam antara lain :

Energi mekanik (energi kinetik + energi potensial) , energi panas , energi listrik, energi kimia, energi nuklir, energi cahaya, energi suara, dan sebagainya

Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan yang terjadi hanyalah transformasi/perubahan suatu bentuk energi ke bentuk lainnya, misalnya dari energi mekanik diubah menjadi energi listrik pada air terjun.

4. Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan massa benda dan kuadrat kecepatannya.

Ek = ½ m v2

Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda

Tabel 2.2 Energi dan satuannya

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi kinetik (Ek) Joule Erg

Massa (m) Kg Gr

(38)

21

Usaha = perubahan energi kinetik.

W = Ek = Ek2– Ek1

5. Energi Potensial Gravitasi

Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga disebut energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki tenaga potensial.

Sebuah benda bermassa m digantung seperti gambar 2.1

h

Gambar 2.2 Benda yang digantung

Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh. Maka benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang menempuh jarak h.

m

(39)

Besarnya Energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h.

Ep = w . h = m . g . h

Ep = Energi potensial , w = berat benda , m = massa benda ; g = percepatan grafitasi ; h = tinggi benda

Tabel 2..3 Energi potensial dan satuannya

BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS

Energi Potensial (Ep) Joule Erg

Berat benda (w) Newton Dyne

Massa benda (m) Kg Gr

Percepatan grafitasi (g) m/det2 cm/det2

Tinggi benda (h) M Cm

Energi potensial grafitasi tergantung dari : a. percepatan grafitasi bumi

(40)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian Eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari "sesuatu" yang dikenakan pada subjek yang diteliti. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan. Penelitian yang digunakan termasuk dalam penelitian eksperimen karena dalam penelitian adanya perlakuan atau tindakan yang dikenakan pada subjek, dalam kasus ini adalah siswa. Perlakuan yang diberikan adalah dengan mengajarkan materi kepada siswa dengan menggunakan metode yang dipilih oleh peneliti, pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(41)

karena dilakukan dari melihat hasil jawaban setiap siswa dengan menggunakan perhitungan rumus. Untuk analisis kuantitatif, peneliti menggunakan uji t, yaitu test-t untuk kelompok dependen. T-tes ini digunakan untuk dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan postest.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang.

C. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Untuk Memperoleh Data

Dalam penelitian yang dilakukan ini, instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pretes dan postes. Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pretes.

a. Pretes

(42)

25

1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pretest maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan.

2) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

3) Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, dan tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.

b. Postes

Postes adalah tes akhir yang diberikan kepada siswa setelah siswa belajar dan diskusi tentang materi yang diberikan oleh peneliti kepada siswa di kelas. Bentuknya masih sama seperti dengan pretest yaitu soal-soal dari materi yang sama dengan materi pretest. Fungsi dari posttes ini adalah;

(43)

2. Instrumen Pembelajaran

Intrumen yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah semua kelengkapan pembelajaran yang digunakan untuk proses penelitian, seperti silabus, RPP, buku paket, LKS dan semua kelengkapan lainnya yang menunjang proses pembelajaran dan penelitian di kelas.

D. Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas isi. Dimana validitas isi ini berupa soal pretest postest dan kisi-kisi soalnya. Soal dan kisi-kisi soal dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu pretes dan postes.

1. Pretes

Pretes adalah teknik pengumpulan data yang didapatkan ketika peneliti melakukan test awal kepada siswa sebelum siswa diberikan perlakuan atau belajar dengan metode yang telah disiapkan.

2. Postes

(44)

27

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis dari setiap jawaban siswa pada soal pretest dan posttest. Jawaban setiap siswa diberikan skor tidak dalam bentuk nilai atau angka, namun di sini setiap jawaban siswa dibagi dalam tingkatan kemapuan siswa menjawabnya. Untuk analisisnya dibagi dalam empat katagori, yaitu tidak paham, kurang paham, paham dan sangat paham. Tidak paham, jika siswa tidak bisa sama sekali menjawab soal yang diberikan, sampai pada tingkat sangat paham berarti siswa tersebut sudah sangat bisa menjawab soal yang diberikan dengan baik dan benar. Untuk mengkatagorikan anak ke dalam tingkat pemahaman mereka, harus dilihat dari jumlah skor dari rentang berapa sampai rentang berapa.

Dalam rentang skor ini peneliti menggunakan standar yang sering digunakan di sekolah-sekolah maupun di setiap kampus. Untuk kreteria tidak paham skor total nilainya adalah dari 0-25, untuk kriteria kurang paham skor nilainya adalah 26-50, untuk kreteria paham skor total nilainya adalah 51-75, sedangkan untuk kreteria sangat paham peneliti memberikan batas nilai dari 76-100.

(45)

Tebel 3.1 Rentang pemahaman siswa

Pretes Posttes

Tidak paham

Kurang paham

Paham Sangat paham

Tidak paham

Kurang paham

Paham Sangat paham

...% ...% ...% ...% ...% ...% ...% ...%

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analis yang dilakukan untuk melihat hasil jawaban setiap siswa dengan menggunakan perhitungan rumus. Untuk analisis kuantitatif, peneliti menggunakan uji t, yaitu test-t untuk kelompok dependen. T-tes ini digunakan untuk dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest.

Rumus t hitung:

X1 = nilai rata-rata pretest X2 = nilai rata-rata posttet

(46)

29

G. Proses Penelitian

Proses penelitian disajikan menurut tahap-tahapnya, yaitu: (1) Tahap Observasi (2) Tahap Kegiatan Lapangan(Proses belajar mengajar), dan (3) Tahap evaluasi.

1. Tahap Observasi

Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan atau memulai melakukan penelitian. Masing-masing adalah: (1) Penyusunan rancangan awal penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian,(4) Pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informan, dan (5) Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan.

Yang paling penting yang paling pertama setelah semua proses perijinan adalah peneliti harus melakukan observasi terhadap sekolah yang akan digunakan untuk penelitian. Mulai dari menentukan sekolah, dan kemudian memilih kelas yang akan digunakan. Proses observasi harus dilakukan dengan teliti dan tepat, karena kalau tidak peneliti akan bisa mengalami kesulitan dalam proses penelitian nantinya.

(47)

sudah sesuai dengan prosedur obervasi, maka proses penelitian baru bisa dilaksanakan.

2. Tahap Proses Penelitian

Pada tahap ini, peneliti sudah mulai melakukan penelitian di kelas yaitu diawali dengan pemberian pretest pada awal pertemuan di kelas, pemberian pretest ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman awal siswa ketika sebelum diberikan materi pembelajaran. Setelah dilakukan pretest, siswa diajarkan tentang materi yang telah disiapkan oleh peneliti, dalam proses pembelajaran ini, peneliti menggunakan metode yang telah disiapkan juga, hal ini bertujuan agar tujuan dari penelitian ini berhasil. Yaitu siswa mengalami peningkatan pemahaman dibandingkan sebelum dilakukan proses pembelajaran. Di akhir dari kegiatan proses pembelajaran ini, siswa diberikan posttest atau tes akhir untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa di kelas tersebut setelah belajar bersama.

3. Tahap Evaluasi

(48)

31

diberikan oleh para siswa tersebut, peneliti akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap siswa. Para siswa akan dikumpulkan dalam satu kelas, di situ peneliti dan siswa akan diminta untuk mensharingkan pengalaman mereka selama proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk melihat kemajuan siswa secara menyeluruh.

H. Skema Penelitian

Menyusun Instrumen

Data Pretest Pretest

Pelaksanaan Posttest Data Analisis

Pemahaman Awal

Perubahan Pemahaman

Pemahaman Akhir

(49)

32 BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen Sinar Kasih Sintang pada tanggal 16 – 18 juli 2012. Peneliti memilih SMA Kristen Sinar Kasih sebagai tempat penelitian, karena pada bulan Juli peneliti sedang libur kuliah sehingga peneliti melakukan penelitian di Sintang yang merupakan tempat asal peneliti. Penelitian tidak mengikuti jam pelajaran dari sekolahnya, karena pada saat memulai penelitian sekolah belum efektif belajar. Minggu pertama masuk sekolah dilakukan peneliti untuk observasi sekolah dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian serta siswanya. Penelitian baru dilakukan pada minggu ketiga setelah masuk, karena pada minggu kedua sekolah langsung libur menyambut bulan puasa. Penelitian dlakukan di luar jam pelajaran sekolah yang dibagi dalam 4 kali pertemuan. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, yaitu mengetahui peningkatan pemahaman siswa melalui metode pembelajaran aktif dangan tipe NHT maka diperlukan data yang menunjukkan pemahaman siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah usaha dan energi. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif learning tipe NHT.

(50)

33

agar komunikasi antar siswa dan peneliti bisa berjalan dengan baik dan penelitian berjalan lancar. Selain itu observasi ini bertujuan untuk peneliti bisa menenal lebih dekat lagi sekolah dan keadaan siswanya.

Setelah melakukan observasi, maka peneliti memberikan pretest. Data yang diperolah dari pretest digunakan untuk menyusun rancangan pembelajaran dengan dengan metode kooperatif learning tipe NHT. Pemebelajaran diberikan dimaksudkan untuk membantu siswa meningkatkan pemahamannya. Setelah itu peneliti memulai proses pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dipersiapkan yaitu siswa dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Selama proses penelitian siswa diberikan kasus yang berkaitan dengan materi usaha dan energi.

Pada penelitian ini, proses pembelajaran dilakukan di kelas. Pembelajaran dimulai dengan memberikan informasi dan tujuan pembelajaran serta indikator-indikator yang akan dicapai di akhir pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan oleh guru memberikan materi yang telah disiapkan, siswa dibagi dalam kelompok dan diberi pertanyaan dan nomor siswa. Tiap-tiap siswa mempunyai satu nomor. Di dalam kelompok mereka diminta untuk saling membantu temannya belajar supaya semuanya mengerti dan bisa mengerjakan soal.

(51)

energi kinetik dan energi potensial, maka proses penelitian cukup dilakukan hanya dua kali proses pembelajaran. Pada proses penelitian, siswa dibagi kedalam kelompok, setiap siswa diberi nomor urutan dalam kelompok masing-masing. Antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, siswa memiliki nomor yang sama, pemberian nomor ini sesuai dengan tipe pembelajaran yaitu penomoran tiap kepala.

Kegiatan selanjutnya, peneliti memberikan sebuah soal tentang usaha, siswa disuruh mencari berapa usaha yang dilakukan oleh suatu benda ketika gaya serta jaraknya diketahui. Siswa berdiskusi di dalam kelompok masing-masing, setelah merasa kalau siswa sudah bisa menjawab, maka peneliti menyebutkan nomor urutan yang akan mengerjakan atau menjawab soal tersebut di depan kelas. Begitu seterusnya sampai proses penelitan selesai. Diakhir pertemuan, peneliti merangkum semua materi yang telah dipelajari dan berpesan kepada siswa untuk belajar lagi untuk persiapan posttest selanjutnya.

(52)

35

B. Data

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data-data yang meliputi hasil pretest dan posttest dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Data hasil penelitian adalah sebagai berikut:

(53)

1. Hasil Pretest

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Siswa

No

Kode siswa

Skor Jawaban Tiap Soal Total

(54)

37

2. Hasil Postest

Tabel 4.2 Data Hasil Postest Siswa

No Kode siswa

Skor Jawaban Tiap Soal Total

skor

(55)

C. Analisis

1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analis yang dilakukan untuk melihat hasil jawaban setiap siswa dengan menggunakan perhitungan rumus. Untuk analisis kuantitatif, peneliti menggunakan uji t, yaitu test-t untuk kelompok dependen. T-tes ini digunakan untuk dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest.

Rumus t hitung:

(56)

39

Tabel 4.3 data skor gabungan

No

(57)

Untuk menganalisis peningkatan pemahaman siswa,

=

= 25

=

= 55,95

=

=

=

= =

=

= -7,16 Df = n-1

= 19 -1 = 18

(58)

41

Kesimpulan : jika | Treal | > | Tcrit | maka significant |- 7,16 | > | -2,024| maka significant 7,16 > 2,024 maka significant Pembahasan:

Hasil perhitungan dengan menggunakan analisa kuantitatif dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa setelah diberi perilaku pembelajaran kooperatif tipe NHT, ini bisa dilihat dari nilai pretes dan postesnya. Nilai postes siswa rata-rata di atas nilai pretes rata-rata.

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis dari setiap jawaban siswa pada soal pretest dan posttest. Jawaban setiap siswa diberikan skor tidak dalam bentuk nilai atau angka, namun di sini setiap jawaban siswa dibagi dalam tingkatan kemapuan siswa menjawabnya. Untuk analisisnya dibagi dalam empat katagori, yaitu tidak paham, kurang paham, paham dan sangat paham. Tidak paham, jika siswa tidak bisa sama sekali menjawab soal yang diberikan, sampai pada tingkat sangat paham berarti siswa tersebut sudah sangat bisa menjawab soal yang diberikan dengan baik dan benar. Untuk mengkatagorikan anak ke dalam tingkat pemahaman mereka, harus dilihat dari jumlah skor dari rentang berapa sampai rentang berapa.

(59)

tidak paham skor total nilainya adalah dari 0-25, untuk kriteria kurang paham skor nilainya adalah 26-50, untuk kreteria paham skor total nilainya adalah 51-75, sedangkan untuk kreteria sangat paham peneliti memberikan batas nilai dari 76-100.

Untuk menghitung jumlah persentase pemahaman siswa dalam tiap rentang kreteria pemahaman yang telah ditentukan adalah dengan mengalikan jumlah siswa yang berada pada rentang nilai tersebut dengan seratus persen dibagi jumlah seluruh siswa dikelas. Untuk menghitung persentase jumlah siswa yang yang mendapatkan masing-masing rentang skor adalah:

% 100 x siswa

jum lah

(60)

43

Tabel 4.4 skoring nilai pretest siswa

Kode Siswa Nilai Siswa

O 5

A 10

G 10

I 10

H 15

J 15

C 20

E 20

K 20

S 20

L 25

F 25

M 30

Q 35

R 35

B 40

P 40

N 45

D 50

Tidak Paham

(61)

Untuk menghitung persentase jumlah siswa yang yang mendapatkan masing-masing rentang skor adalah:

% 0-25. Maka persentasenya adalah:

% dari 51-75. Maka persentasenya adalah:

% 100 19

0

x = 0%

d. Untuk kreteria sangat paham tidak ada satupun anak, peneliti memberikan batas nilai dari 76-100. Maka persentasenya adalah:

% 100 19

0

(62)

45

Tabel 4.5 Pemahaman Awal Siswa

Interval Skor

Kualifikasi Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa (%)

76 – 100 Sangat Paham 0 0 %

51 – 75 Paham 0 0 %

26 – 50 Kurang Paham 7 36,8421 %

0 – 25 Tidak Paham 12 63,1578 %

Dari hasil perhitungan data di atas, dapat diketahui seberapa besar tingkat pemahaman awal siswa ketika belum belajar dengan menggunakan metode yang telah peneliti siapkan, dan ini merupakan nilai awal yang akan digunakan untuk membandingkan nanti dengan nilai setelah siswa diberi proses pembelajaran.

Dapat dilihat disini bahwa hasil dari pemahaman awal siswa pada saat mengerjakan soal pretest sangat rendah sekali, yaitu hanya berada dalam range tidak paham dan kurang paham. Sedangkan untuk yang paham dan sangat paham tidak ada satupun siswa yang dapat mencapai batas nilai tersebut.

(63)

Tabel 4.6 skoring nilai postest siswa

Kode Siswa Nilai Siswa

O 10

Q 20

F 40

G 45

D 55

E 55

I 55

A 60

B 60

C 60

R 60

S 60

H 65

L 65

N 65

J 70

K 70

M 70

P 80

Tidak Paham

Kurang Paham

Paham

(64)

47

Untuk menghitung persentase jumlah siswa yang yang mendapatkan masing-masing rentang skor adalah:

%

a. Untuk kreteria tidak paham ada 2 anak, skor total nilainya adalah dari 0-25. Maka persentasenya adalah:

% 100 19

2

x = 10,5263 %

b. Untuk kriteria kurang paham ada 2 anak, skor nilainya adalah 26-50. Maka persentasenya adalah:

c. Untuk kreteria paham ada 14 anak, skor total nilainya adalah dari 51-75. Maka persentasenya adalah:

% 100 19 14

x = 73,6842 %

d. Untuk kreteria sangat paham peneliti memberikan batas nilai dari 76-100. Maka persentasenya adalah:

(65)

Tabel 4.7 Pemahaman Akhir Siswa

Interval Skor

Kualifikasi Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa (%)

76 – 100 Sangat Paham 1 5,2631%

51 – 75 Paham 14 73,6842 %

26 – 50 Kurang Paham 2 10,5263 %

0 – 25 Tidak Paham 2 10,5263 %

Dari hasil perhitungan data di atas, dapat diketahui seberapa besar tingkat pemahaman akhir siswa ketika sudah belajar dengan menggunakan metode yang telah peneliti siapkan, dalam hal ini pembelajaran aktif NHT, dan ini merupakan nilai akhir atau nilai final siswa yang akan digunakan untuk membandingkan dengan nilai sebelum siswa diberi proses pembelajaran.

Dari hasil posttest tersebut dapat dilihat bahwa nilai masing-masing siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat diketahui dari perbandingan nilai awal ketika siswa mengerjakan soal pretest dibandingkan dengan nilai siswa ketika mengerjakan soal posttest.

(66)

49

paham ada 12 anak dengan persentasenya 63,1578%, untuk tidak paham ada 7 anak dengan persentasenya 36,8421% sedangkan masing-masing kriteria paham dan sangat paham tidak ada satupun siswa dan dengan persentasenya adalah 0%.

Setelah melakukan proses pembelajaran dengan NHT sebanyak 2 kali pertemuan, maka nilai postest anak mengalami peningkatan. Hal ini dapat diliat dari jumlah siswa serta persentasenya permasing-masing kriteria yang rata-rata semuanya mengalami meningkat. Siswa yang berada dalam kreteria skor sangat tidak paham hanya 2 anak saja dengan persentasenya 10,5263%, untuk tidak paham juga ada 2 anak persentasenya 10,5263%, sedangkan untuk masing-masing kriteria paham dan sangat paham meningkat. Untuk kriteria paham dari tidak ada satupun siswa pada saat pretest, posttestnya menjadi 14 anak dengan persentasenya 73,6842% dan untuk sangat paham ada 1 anak dengan pesentasenya 5,2631%.

(67)

Tabel 4.8 Variasi Jawaban Siswa Soal Pretest

No

Soal Jawaban

Variasi Jawaban Jml

Siswa

6. Suatu benda yang

(68)

51

3. Saat usaha lebih

besar dari benda.

gaya Aan lebih besar

daripada gaya Iin.

(69)

daripada gaya Iin.

1. usaha, enargi dan

(70)

53

(71)
(72)

55

(73)
(74)

57

x 10 m3

m=10000 kg

terus cari Ep = mgh

P = 50% x EP dibagi

t

t nya 1 sekon

EP = mgh

= 10000 kg x 10m/s2

x 100m x 50%

= 5000000

watt/sekon.

(75)

Berikut ini merupakan analisis jawaban pretest siswa secara kualitatif yang mengacu pada variasi jawaban siswa.

1. Siswa menjelaskan pengertian usaha.

(76)

59

Disini juga siswa masih ada yang tidak paham mengenai persoalan ini, namun sebagian besar siswa sudah mengerti dan paham sehingga mereka bisa menjawab dengan tepat kapan sebuah gaya melakukan usaha. Sebanyak 63,16% siswa menjawab bahwa suatu gaya dikatakan melakukan usaha ketika gaya tersebut bisa memindahkansuatu benda. Namun masih ada yang belum tepat dan tidak bisa menjelaskannya, ada yang menjawab Pada saat benda melakukan usaha dan energi sebanyak 15,79% maka gaya melakukan usaha, sebanyak 10,53 % siswa menjawab ketiks benda bergerak dan berpindak ke titik lain, padahal bergerak itu adalah efek dari gaya yang diberikan. Masing-masing 5,27 % siswa menjawab saat usaha lebih besar dari benda dan gaya menghasilkan usaha. Dari variasi jawaban siswa tersebut bahwa dapt disimpulan untuk saol nomor 2 ini, yaitu tentang gaya melakukan usaha siswa sudah paham. Ini dilihat dari jumlah persentase siswa yang menjawab dengan benar yaitu sebanyak 63,16 % sudah lebih dari separuh siswa di kelas.

3. Siswa menentukan mana usaha yang besar dan kecil, ketika ada dua gaya yang berbeda diberikan kepada benda.

(77)

dengan jawaban mereka tersebut. 5,27 % siswa menjawab sangat menyimpang, mereka menjawab usaha adalah hasil kali dari gaya dengan perpindahan, sehingga siswa yang menjwab seperti ini juga dikatagorikan tidak paham. Sebanyak 36,84 % siswa menjawab dengan tepat, mereka menjawab usaha Aan sama dengan nol karena tembok yang didorong tidak bergerak meskipun gaya Aan lebih besar daripada gaya Iin. Sehingga mereka dikatakan sudah paham. Sedangkan 31,58 % siswa tidak menjawab sehingga mereka tidak masuk dalam katagori mengerti atau paham.

4. Menentukan usaha yang dilakukan oleh seseorang ketika gaya dan jarak tempuhnya atau perpindahannya diketahui.

Sebanyank 21,05 % siswa masih tidak paham dalam menjawab soal in, meraka menjawab w=f/a 100/5=20 J. 10,53 % siswa menjawab 100x5=500/2=250J, siswa membagi hasil yang seharunya sudah benar jadi mereka tidak paham akan persoalnnya. Sebanyak 26,32 % siswa menjawab W = F.S

W = 100N x 5m W = 500

Namun mereka tidak menuliskan satuan-satuannya, sehingga jawaban mereka kurang lengkap.

Namun ada siswa yang menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 15,79 mereka menjawab dengan benar dan lengkap beserta satuannya, W = F.S W = 100N x 5m

(78)

61

Jadi usaha yang dilakukan adalah sebesar 500 Joule. 5. Contoh energi potensial dalam kehidupan sehari-hari

Masing-masing 5,27 % siswa menjawab contoh energi petensial adalah usaha, energi dan daya. 5,27 % siswa menjwab cahaya listrik, 5,27 % siswa menjawab mendorong meja, gesek tangan. Semua jawaban mereka salah dan mereka tidak paham. Sebanyak 15,79 % dan 10, 53 % siswa menjawab kurang lengkap, mereka hanya menjawab beberap contoh yang benar saja dari yang diminta di soal. Mereka menjawab air terjun, mengangkat benda, melempar batu, dan bauh kelapa jatuh. Hanya 26,32 % yang menjawab lengkap dan benar, jadi mereka sudah paham dan mengerti apa yang diinginkan. Namun ada 31,28 % siswa tidak menjawab sama sekali.

6. Mencari usaha untuk menaikkan suatu benda dari kedudukan semula sampai kedudukan akhir.

Sebanyak 21,05 % siswa menjawab kurang lengkap, mereka sudah menjawab dengan hampir benar tapi mereka tidak menuliskan satuannya dari hasil perhitungan, serta yang ditanyakan. Mereka langsung memasukan Ep=m.g.h

Ep=2x9,8x1,5 sehingga hasil maupun perhitungan tidak ada satuan sama sekali. 5,27 % siswa sama sekali tidak paham, mereka menjawab bahwa Ep=m/ag, yaitu massa dibagi jarak dikalikan gravitasi dan sebanyak 15,79 % siswa sudah paham dan mejawab dengan benar, mereka menjawab bahwa:

W = FA . s = (m)(-g) (s)

(79)

W = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m)

W = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule EP = mgh

EP = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m)

EP = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule.

Dan sebanyak 57,90 % siswa tidak menjawab, mereka sama sekali tidak paham sehingga mereka tidak mengerjakan soal tersebut.

7. Mencari kecepatan suatu benda jika diketahui energi kinetiknya dan massa benda tersebut.

Secara keseluruhan pemahaman siswa mengenai energi kinetik ternyata belum bagus, hal ini diliat dari tidak ada satu siswapun yang mencapi skor maksimum untuk soal ini. 26,33 % siswa masih menjawab kurang lengkap yaitu ada yang hanya menuliskan yang diketahui dan ditanyakan, ada yang menuliskan hanya sampai rumus tapi tidak sampai selesai, ada yang tidak menuliskan satuan dari masing-masing komponen yang diketahui tersebut. 31,58% dan 15,79 % siswa masing-masing menjawab bahwa kecepatan itu langsung mereka cari tanpa dimasukan kedalam rumus yang sesuai, mereka menjawab:

Ek = ½ m v2

(80)

63

V2=1/2/1=2

Jadi di sini siswa sudah menggunakan rumus yang salah dan tidak bisa dinlai. Sebanyak 31,58 % siswa tidak menjawab sama sekali.

8. Mencari energi kinetik suatu benda yang berada pada suatu ketinggian. Sebanyak 21,05 % siswa sudah mengerti dan bisa menentukan enargi kinetik benda tersebut, mereka sudah menjawab sesuai dengan panduan jawaban, yaitu :

EK1 + EP1 = EK2 + EP2 0 + mgh = EK2 + 0 mgh = EK2

5kg*9,8m/s2*3= 147 J

Sebanyank 21,05 % juga siswa sudah menjawab soal ini hampir benar, namun masih kurang lengkap. Mereka hanya menuliskan komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan.

Ek =mgh

=5*9,8*3 Tidak diberi penjelasan darimana rumus itu dapat. Sebanyak 10,53 % siswa tidak paham, mulai dari diketahui, ditanykan dan dijawab semuanya salah dan tidak sesuai soal dan sebanyak 47,37 % siswa tidak menjawab sama sekali, sehingga dapat disimpulkan bahwa un tuk soal ini siswa juga belum memamahinya.

(81)

9. Menghitung energi potensial terhadap dua kedudukan yang berbeda dalam soal ini adalah ketinggannya.

Untuk soal ini hampir semua siswa belum bisa mengerjakannya dan ini tandanya mereka benar-benar belum paham, ada sebanyak 21,05 % siswa menjawab kurang lengkap, mereka hanya menuliskan komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan.

H1=1.5m, H2=0.5m, M=50kg

G=10m/s2 dan sebanyak 15,79 % juga siswa kurang paham, sehingga mereka menjawab kurang lengkap juga. Mereka hanya menuliskan komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan.

H1=1.5m H2=0.5m M=50kg G=10m/s2 Jawab:

Ep=mgh1 =50*10*1,50 = 750 J

Serta 63,16 % siswa tidak menjawab.

(82)

65

Tabel 4.9 Variasi Jawaban Siswa Soal Posttest

No

Soal Jawaban

Variasi Jawaban Jml

Siswa

1. Usaha adalah hasil kali

komponen gaya dalam

(83)

melakukan

gaya Aan lebih besar

(84)

67

(85)
(86)

69

(87)
(88)

71

(89)
(90)

73

(91)

EK2 + 0 mgh

permukaan tanah = 1,5

(92)

75

(93)

terus cari Ep = mgh

P = 50% x EP dibagi t

t nya 1 sekon

EP = mgh

= 10000 kg x 10m/s2 x

100m x 50%

= 5000000 watt/sekon.

V=10m3

H=100m

G=10m/s2

P=w/t

=100.000:1

=100.000 watt

2. Tidak

menjawab

7 36,84 Tidak paham

Berikut ini merupakan analisis jawaban pretest siswa secara kualitatif yang mengacu pada variasi jawaban siswa.

1. Siswa menjelaskan pengertian usaha.

(94)

77

paham dan menjawab dengan benar dari pengertian usaha. Masing-masing 5,27 % siswa menjawab usaha adalah hasil gaya yang diusahakan benda, gaya melakukan perpindahan, perpindahan suatu benda dan 10,53 % siswa menjawab usaha adalah hasil kali gaya, dan jawaban siswa ini masih belum paham tentang usaha.

2. Siswa menjelaskan kapan sebuah gaya melakukan usaha.

Konsep akhir pemahaman siswa tentang gaya yang melakukan usaha setelah dilakukan proses pembelajaran juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil posttest mereka yang cukup naik. Siswa yang sudah paham dan menjawab dengan benar sebanyak 78,88 %, 10,53 % siswa tidak menjawab, dan masing-masing 5,27 % siswa menjawab jika suatu gaya dapat melakukan usaha dan gaya pada saat melaukan perpindahan, jawaban ini tidak tepat sehingga siswa dimasukan dalam kriteria tidak paham.

3. Siswa menentukan mana usaha yang besar dan kecil, ketika ada dua gaya yang berbeda diberikan kepada benda.

Pemahaman akhir siswa tentang persoalan ini sudah meningkat, hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang sudah lebih dari 50 % siswa tuntas, yaitu sebanyak 68,42 % siswa sudah menjawab dengan benar dan paham tentang soal ini. Masih ada juga siswa yang tidak paham, yaitu sebanyak 10,53 % siswa tidak paham dan 5,27 % siswa masih menjawab dengan kurang lengkap. Namun masih ada juga siswa yang tidak menjawab sama sekali, yaitu sebanyak 15,79 %.

(95)

4. Menentukan usaha yang dilakukan oleh seseorang ketika gaya dan jarak tempuhnya atau perpindahannya diketahui.

Sebanyak 78, 95 % siswa sudah menjawab dengan benar dan paham mengenai soal ini, sudah melebihi setengah dari jumlah siswa di kelas. Mereka menjawab

W = F.S.cos Ɵ

W = 40N x 30m x cos 45 W = 60 J

(jawaban lengkap)

5,27 % siswa menjawab kurang lengkap, tidak menuliskan komponen yang diketahui serta yang ditanyakan, langsung masuk dalam perhitungan, dan sebanyak 10,53 % siswa tidak menjawab pertanyaan di soal ini.

5. Contoh energi potensial dalam kehidupan sehari-hari

Sebanyak 42,10 % dan 15,79 % siswa menjawab pertanyaan soal ini dengan kurang lengkap mereka hanya menjawab satu atau dua dari kunci jawaban yang telah dibuat oleh peneliti, sehingga peneliti tidak memberin skor penuh untuk jawaban mereka. Hanya 15,79 % siswa yang menjawab dengan benar dan sesuai dengan yang diminta disoal, namun tetap masih ada siswa yang tidak menjawab untuk soal ini, jumlah siswa yang tidak menjawab sebanyak 26,32 %.

6. Mencari usaha untuk menaikkan suatu benda dari kedudukan semula sampai kedudukan akhir.

(96)

79

W = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m)

W = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule EP = mgh

EP = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m)

EP = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule.

Dan sebanyak 57,90 % siswa tidak menjawab, mereka sama sekali tidak paham sehingga mereka tidak mengerjakan soal tersebut.

7. Mencari kecepatan suatu benda jika diketahui energi kinetiknya dan massa benda tersebut.

Secara keseluruhan siswa sudah paham dan menjawab dengan benar dan lengkap, yaitu sebanyak 89,47% siswa sudah menjawab dengan lengkap. Masing-masing 5,27 % siswa menjawab kurang lengkap dan tidak menjawab, artinya hanya satu orang siswa yang jawabannya kurang lengkap dan satu orang siswa tidak menjawab.

8. Mencari energi kinetik suatu benda yang berada pada suatu ketinggian. Sebanyak 26,32 % siswa masih tidak paham dan salah mengerjakan soal, mereka menjawab dengan perhitungan:

Ek=1/2 mv2 =1/2*5*0 =0

(97)

keliru dan ada yang salah. 10.53 % siswa menjawab dengan lengkap, siswa sudah paham dan mengerti persoalan yang ditanyakan serta yang harus dicari.

9. Menghitung energi potensial terhadap dua kedudukan yang berbeda dalam soal ini adalah ketinggannya.

Sebanyak 63,16 % siswa menjawab masih kurang lengkap, beberapa siswa menuliskan rumus sudah benar, namun siswa kurang memahami soal, sehingga mereka bingung memasukkan angka kedalam hitungan rumus dan 10,53 % juga siswa menjawab kurang lengkap namun dengan variasi jawaban yang berbeda juga. Siswa sudah menjawab menurut hitungan yang benar, namun disini siswa keliru memasukan mana tinggi 1 dan tinggi 2. 10. Untuk soal nomor 10 ini, semua siswa tidak bisa menjawab bahkan tidak

Gambar

Gambar  2.1 Gaya pada yang bekerja pada balok balok .................................
Gambar 2.1 suatu gaya melakukan usaha sebesar W
Tabel 2.2 Energi dan satuannya
Gambar 2.2 Benda yang digantung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang peran relationship conflict sebagai variabel yang memoderasi pengaruh task conflict pada

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan masyarakat yang tinggal di luar kota untuk melakukan migrasi sirkuler di Kota Medan

Ketidakbulatan dapat terjadi sewaktu komponen dibuat, penyebabnya adalah; keausan bantalan mesin perkakas dan pahat, lenturan benda kerja dan pahat pada proses pemotongan, dan

atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan tersebut maupun dengan Karyawan, anggota Direksi, atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan Terkendali, atau Transaksi antara

Walapun demikian berdasarkan hasil pengamatan secara visual bahwa perlakuan pupuk daun memberikan penambahan tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tanaman dan berat

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara persepsi dan berpikir kritis siswa dengan keterampilan menulis karangan argumentasi hal ini dibuktikan dari

MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG SISWA KELAS VIII A1 MTs NEGERI MUNJUNGAN KABUPATEN. TRENGGALEK TAHUN

Random Numbers Population Parameters Sample Statistics Sampling Distributions The Sample Mean Sampling Distribution of Means Sampling Distribution of Proportions