• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemantauan Kualitas Air Bersih pada Rumah Tangga Miskin di Kampung Holtekamp, Kota Jayapura, Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Strategi Pemantauan Kualitas Air Bersih pada Rumah Tangga Miskin di Kampung Holtekamp, Kota Jayapura, Papua"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pemantauan Kualitas Air Bersih pada Rumah Tangga Miskin di Kampung Holtekamp, Kota Jayapura, Papua

Gaspar Bao Balabuana1*, Raynard C. Sanito2, Alfred B. Alfons3

1,2,3Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Indonesia

*Koresponden email: baobalabuana@gmail.com

Diterima: 23 Maret 2023 Disetujui: 3 April 2023

Abstract

Jayapura City is an indicator of Papua's development in general. In 2012, the city of Jayapura had 25,653 poor households, with a total population of 102,612. Muara Tami District is a district with a total number of households that reaches 86.6%. The highest population density is in Muara Tami district, located in Holtekamp village with a total of 243 households. Clean water quality includes physical, chemical and biological parameters. Determination of precise parameters based on pollutant sources and determination of sampling points, as well as the weather are effective means of cost-efficiency in water quality monitoring.

The results of the analysis show that the dug wells of Holtekamp village residents are in the category of heavy pollution. Most of the physical - chemical - biological conditions of the water did not meet the class I of water quality standards. The lowest COD value was 25 mg/L and reached 35 mg/L, as well as the lead content (Pb), the lowest was 0.035 mg/L and the highest was 0.37. mg / L, while the lowest E. Coli content was 29 MPN/100 mL and the highest was 390 MPN/100 mL. This is due to poor sanitation and construction of dug wells.

Keywords: Holtekamp, dug wells, water pollution, COD, Pb, E. Coli

Abstrak

Kota Jayapura merupakan indikator pembangunan Papua pada umumnya. Pada tahun 2012, kota Jayapura mempunyai 25.653 rumah tangga miskin, dengan jumlah jiwa 102.612 jiwa. Distrik Muara Tami, merupakan distrik dengan jumlah rumah tangga miskin tertinggi yang mencapai 86,6%. Kepadatan penduduk tertinggi di distrik Muara Tami, terletak di kampung Holtekamp dengan jumlah rumah tangga mencapai 243 rumah tangga. Kualitas air bersih meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Penentuan parameter secara tepat berdasarkan sumber pencemar dan penentuan titik pengambilan sampling, serta cuaca adalah cara efektif untuk efisiensi biaya monitoring kualitas air. Hasil analisis menunjukkan bahwa sumur gali warga kampung Holtekamp, masuk dalam kategori pencemaran berat. Sebagian besar kondisi fisik – kimia – biologi air, tidak memenuhi baku mutu air kelas I. Nilai COD terendah yaitu 25 mg/L dan tertinggi mencapai 35 mg/L, serta kandungan timbal (Pb), terendah 0,035 mg/L dan tertinggi 0,37 mg/L, sedangkan kandungan E.Coli terendah 29 MPN/100 mL dan tertinggi 390 MPN/100 mL. Hal ini disebabkan buruknya sanitasi dan konstruksi sumur gali.

Kata Kunci: Holtekamp, sumur gali, pencemaran air, COD, Pb, E. Coli

1. Pendahuluan

Air merupakan sumber kehidupan, sehingga ketersediaan air dengan kualitas yang baik, merupakan suatu syarat mutlak. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, karena ketersediaan air yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Batasan sumber air bersih yang aman tersebut antara lain bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit, tidak berasa, tidak berbau Sumur gali untuk sumber air bersih adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah dari akuifer yang dipergunakan sebagai sumber air sebanyak minimal 400 L setiap hari per keluarga dibuat dengan cara menggali. Sumur gali ini, merupakan salah satu sumber air yang tertua di dunia dan masih dipakai oleh masyarakat sampai sekarang. Sumur ini menyediakan air yang berasal dari air tanah yang relatif dekat dengan tanah permukaan sehingga mudah terkena kontaminasi melalui perembesan sumber pencemar.

Untuk itu sumur gali harus memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindungi dari kontaminasi air kotor, diantaranya lokasi sumur harus berjarak 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran [1].

Buruknya perilaku hidup sehat, serta rendahnya kesadaran untuk menjaga lingkungan, merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas air bersih. Penggunaan sarana air bersih dan MCK secara

(2)

bersih [2]. Kontaminasi paling umum adalah limpasan dari saran pembuangan kotoran manusia ataupun hewan yang berasal dari septik tank WC yang tidak permanen. Penyakit yang disebabkan buruknya sanitasi dan air sebagai media penyebaran adalah diare [3].

Sebagai provinsi paling timur Indonesia dan memiliki indeks pembangunan manusia terendah (59,09), Papua adalah indikator pencapaian pembangunan di Indonesia [4]. Indeks pembangunan manusia tertinggi 2017 di provinsi Papua adalah kota Jayapura (79,23) [5]. Kota Jayapura merupakan indikator pembangunan Papua pada umumnya. Pada tahun 2012, kota Jayapura mempunyai 25.653 rumah tangga miskin, dengan jumlah jiwa 102.612 jiwa. Distrik Muara Tami, merupakan distrik dengan jumlah rumah tangga miskin tertinggi yang mencapai 86,6%. Kepadatan penduduk tertinggi di distrik Muara Tami, terletak di kampung Holtekamp dengan jumlah rumah tangga mencapai 243 rumah tangga [6]. Sumur gali dangkal, merupakan sumber air bersih yang digunakan mayoritas masyarakat kampung Holtekam, di mana potensi tercemar sangat tinggi [7]. Buruknya sanitasi tentu saja mempengaruhi kualitas air bersih yang digunakan [8].

Penelitian ini bertujuan menyajikan data kualitas air bersih secara komprehensif dan berbiaya murah.

Kualitas air bersih meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Penentuan parameter secara tepat berdasarkan sumber pencemar dan penentuan titik pengambilan sampling adalah cara efektif untuk mengurangi biaya monitoring kualitas air. Sumur gali, merupakan sumber air bersih yang digunakan mayoritas masyarakat miskin. Jarak septik tank dari sumber air bersih, harus menjadi perhatian utama. Hal ini untuk mencegah terjadinya pencemaran pada sumber air bersih. Jarak ideal septik tank ke sumber air bersih mencapai 48 meter. Musim pun mempengaruhi distribusi polutan, sehingga frekuensi pengambilan sampel tiap bulan menjadi penting, agar mampu mengontrol polutan pada sumber air bersih [9].

Penentuan parameter sampling air menjadi sangat penting, sebagai gambaran keseluruhan kualitas air yang dianalisis. Penentuan parameter dan zonasi pengambilan sampel pun dipengaruhi oleh potensial pencemar dan perilaku masyarakat pada lingkungan yang akan disurvey. Observasi lingkungan awal akan menjadi sangat penting, seperti halnya jika lokasi penelitian, dekat dengan lokasi industri atau pun aktivitas yang berpotensi menimbulkan pencemar, maka zonasi pengambilan sampel harus memperhatikan keberadaan lokasi atau aktivitas tersebut. Uji kualitas air sumur gali di lokasi pabrik semen, maka penentuan titik sampling berdasarkan letak pabrik semen dan parameter yang digunakan, spesifik pada potensi pencemar yang ditimbulkan oleh pabrik semen tersebut [10].

2. Metode Penelitian

Sampel air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga sumur gali warga dengan koordinat pengambilan sampel, dapat dilihat padat Tabel 1. Penentuan titik pengambilan sampel berdasarkan observasi letak sumur terhadap potensial pencemar, yaitu PLTU,

Tabel 1. Titik Koordinat Sampel Air Sumur Gali Warga Kampung Holtekamp

Nama Titik S E

Sumur gali 1 02037’06.7” 140047’27.9”

Sumur gali 2 2037’11” 140047’25”

Sumur gali 3 02038’41.0” 140046’27.8”

Sumber: Peneliti. 2020

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan November 2020. Ketiga sampel air sumur gali, kemudian dianalisis parameter fisika-kimia-biologi di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Papua. Parameter- parameter yang diuji meliputi, zat padat tersuspensi (TSS), Chemical Oxygen Demand (COD), Timbal (Pb), Fenol, Fecal Coliform, Total Coliform.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Kondisi sumur gali warga

Sampling dilakukan pada periode bulan November 2020, selaras dengan peningkatan intensitas curah hujan. Pertimbangan cuaca menjadi sangat penting, karena pada musim hujan pencemaran yang terjadi maksimum. Hal ini disebabkan pada musim hujan, pengelolaan sampah yang buruk akan berimbas terhadap kualitas air sumur gali, akibat terjadinya pelarutan material-material yang telah mengalami pelapukan atau dekomposisi secara biologis [11]. Berdasarkan fungsi dan peran air sumur gali pada warga kampung Holtekamp, maka klasifikasi air sumur gali tergolong dalam baku mutu air kelas 1.

(3)

Tabel 2. Hasil Pengujian Air Sumur Gali Warga Kampung Holtekamp

Parameter Satuan Baku

mutu air kelas I

Titik pengambilan sampel Sumur 1 Sumur 2 Sumur

3 Fisika

TSS mg/L 50 90 85 70

Kimia

COD mg/L 10 30 25 35

Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,035 0,042 0,037

Fenol µg/L 1 0,002 0,002 0,001

Biologi

Fecal Coliform MPN/100 mL

100 29 166 390

Total Coliform MPN/100 mL

1000 23 494 494

Sumber: Hasil penelitian, 2020

Sumur 1 Sumur 2 Sumur 3

Gambar 2. Sumur sampling

Sumber: Peneliti, 2020

Parameter fisik pada Tabel 2 adalah parameter TSS (Total Suspended Solid), di mana nilai TSS melebihi ambang batas baku mutu air kelas 1. Nilai TSS tertinggi, ditemukan pada sumur 1. Kondisi sumur gali dangkal warga, tidak menggunakan gorong-gorong, hal ini dapat menjadi penyebab tingginya nilai TSS yang melebihi ambang batas baku mutu air 1. Air dengan TSS yang tinggi disebabkan karena dominasi substrat berlumpur [12]. Total Suspended Solid adalah bahan-bahan tersuspensi yang memiliki diameter

>1µm yang tidak lolos saringan mili pore dengan diameter pori-pori 0,45 µm, yang terdiri atas lumpur dan pasir halus, serta jasad-jasad renik yang berasal dari kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air [13].

Berdasarkan Tabel 2, nilai COD pada masing-masing titik sampel diatas ambang baku mutu air kelas 1. Range nilai COD pada tiap sumur gali warga yang merupakan titik-titik pengambilan sampel, berkisar diantara (25-35) mg/L. Adapun klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan kandungan COD seperti Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pencemaran Berdasarkan Kandungan COD Kandungan COD (mg/L) Klasifikasi Pencemaran

<5 Pencemaran sangat ringan

6-9 Pencemaran ringan

10-15 Pencemaran sedang

>16 Pencemaran berat

Sumber: Hasil penelitian, 2020

Dari Tabel 3, maka pencemaran pada air sumur gali warga kampung Holtekamp, dikategorikan dalam pencemaran berat. Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa buruknya nilai COD, berdampak pada kandungan logam berat. Dari tabel 2, pada tiap sampel sumur gali, memiliki kandungan logam timbal (Pb) diatas ambang batas, di mana kandungan tertinggi terdapat pada sampel sumur gali nomor 2, dengan kandungan logam timbal (Pb) adalah 0,042 mg/L. Buruknya pengelolaan sampah, kondisi konstruksi sumur

(4)

gali, dan umur sumur gali, merupakan faktor penyebab tercemarnya sumur gali dari logam berat timbal (Pb) [14].

Walaupun kandungan fenol tidak melebihi ambang batas baku mutu air kelas I, akan tetapi kandungan tertinggi fenol, ditemukan pada sumur 1 dan 2, yang letaknya paling dekat dengan PLTU PT.PLN. Fenol adalah senyawa aromatik dengan gugus fungsi hidroksi (OH). Fenol bersifat toksik bagi makhluk hidup. Kandungan fenol dalam air, menunjukkan bahwa air terkontaminasi oleh senyawa hidrokarbon. Fenol sulit didegradasi oleh organisme pengurai, sehingga sangat beresiko terpapar pada manusia, melalui pencernaan dan pernapasan [15]. Hasil uji fecal coliform pada Tabel 2, menunjukkan bahwa semua sumur gali yang telah disampling, mengandung bakteri Esherichia Coli. Pada sumur sampling 3, kandungan E. Coli tertinggi. Hal ini menegaskan bahwa, buruknya sanitasi masyarakat kampung Holtekamp. Selain buruknya kondisi konstruksi sumur gali, jarak septik tank yang dekat dengan sumur, merupakan penyebab tercemarnya sumur gali warga kampung Holtekamp. Semakin tinggi kandungan E. Coli pada air, akan berdampak pada semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen yang biasa hidup pada kotoran manusia dan hewan.

Total coliform, merupakan suatu indikasi secara menyeluruh kondisi sanitasi lingkungan. Salah satunya adalah pengelolaan sampah pada lingkungan sekitar dan dalam penelitian ini yakni kondisi penanganan dan pengelolaan sampah di sekitar sumur gali. Dari Tabel 2, menunjukkan bahwa lingkungan sekitar sumur 2 dan 3, adalah lingkungan dengan penanganan sampah terburuk disekitar sumur gali, sehingga konsentrasi ditemukan total coliform tertinggi pada sumur 2 dan 3. Kandungan total coliform, berbanding lurus positif terhadap kandungan E. Coli, dimana semakin tinggi kandungan total coliform, maka semakin tinggi pula kandungan E. Coli. Tercemarnya sumur gali warga, disebabkan buruknya sanitasi, kondisi konstruksi sumur gali, serta jarak septik tank yang dekat dengan sumur gali. Upaya pencegahan terjadinya pencemaran yaitu sosialisasi sanitasi dasar dan perbaikan konstruksi sumur gali. Selanjutnya, perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang kandungan logam berat timbal (Pb), pada air sumur gali warga secara berkala.

4. Kesimpulan

Pencemaran sumur gali masyarakat kampung Holtekamp, dikategorikan dalam pencemaran berat, merujuk pada nilai COD > 16. Salah satu kandungan logam berat Pb melebihi ambang batas baku mutu air I, di mana konsentrasi tertinggi mencapai 0,042 mg/L, yang ditemukan pada sumur 2. Adapun kandungan E. Coli melebihi ambang batas baku mutu air I, di mana kandungan tertinggi mencapai 390 MPN/100 mL, pada sumur 3.

5. Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbud Republik Indonesia sebagai pemberi hibah penelitian, LPPM Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, kepala kampung dan masyarakat kampung Holtekamp.

6. Daftar Singkatan

B3 Toxic hazardous materials

% Percentage

Pb Timbal

COD Chemistry Oxygen Demand

TSS Total Suspended Solid

7. Referensi

1. Novalino R., Suharti, N., Amir A., 2016, Kualitas Air Sumur Gali Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Berdasarkan Indeks Most Probable Number (MPN), Jurnal Kesehatan Andalas, vol.5, no.3

2. Kasnodiharjo, Elsi, E., 2013, Deskripsi Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan Kesehatan Anak, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, vol. 7, no. 9

3. Irianty, H., Hayati, R., Riza, Y., 2018, Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.8., No.1

4. bps.go.id, diakses Juli 2019 5. papua.bps.go.id, diakses Juli 2019 6. jayapurakota.bps.go.id

(5)

7. Kiptum, C.K., Ndambuki, M., 2012, Well Water Contamination by Pit Latrines: A Case Study of Langas, International Journal of Water Resources and Environmental Engineering, vol.4(2),pp. 35- 43

8. Lutterodt, G., Gibrilla, A., Andorful, F., Ganyaglo, S.,Oduru-Kwarteng, S., 2023, Groundwater for Sustainable Development, Vol. 20

9. Carroll S., Liu A., Dawes L., Hargreaves, M., Goonetilleke, A., 2013, Role of Land Use and Seasonal Factors in Water Quality Degradation, Water Resources Management, 27(9), pp. 3433-3440

10. Hapsari, D., 2015, Kajian Kualitas Air Sumur Gali dan Perilaku Masyarakat di Sekitar Pabrik Semen Kelurahan, Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, vol.7, no. 1, hal. 01-17

11. Lusiana, N., dan Rahadi, B., 2018, Prediksi Distribusi Pencemaran Air Sungai Brantas Hulu Kota Batu pada Musim Hujan dan Kemarau Menggunakan Metode Spasial Inverse Distance Weighted, Ecotrophic, Vol. 12, No. 2

12. Shofiyanti dan Siswanto, 2013, Karakteristik Arus Permukaan dan Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Selat Madura, Kabupaten Bangkalan, Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

13. Effendi, H., Widyatmoko, Utomo, B.A., Pratiwi, N.T.M., 2020, Ammonia and Orthophosphate Removal of Tilapia Cultivation Wastewater with Vetiveria Zizanioides, Journal of King Saud University - Science, Vol. 32., Issue 1

14. Handriyani, K.A.T.S., Habibah N., Dhyanaputri, I.G.A.S., 2020, Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Air Sumur Gali di Kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Banjar Suwung Batan Kendal Denpasar Selatan, Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 9, No. 1

15. Marganingrum, D., Roosmin, D., Pradono, Sabar, A., 2013, Diferensiasi Sumber Pencemar (IP) (Studi Kasus : Hulu DAS Citarum), Ris. Geo. Tam., Vol. 23, No.1

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama , untuk mengetahui perbedaan hasil belajar membaca bahasa Indonesia siswa antara yang menggunakan tes objektif dengan tes

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiriatas: objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Ini dikarenakan faktor lain seperti pengetahuan kurang (62,7%), persepsi negatif tidak pernah berinterakti dengan ODHA (92%), status ekonomi keluarga rendah (58%)

Sesuai dengan Undang-Undang RI No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Akademik Tahun 2010 yang berlaku di Politeknik Negeri Jakarta, bahwa

tanggal 11 Januari 2017 di Puskesmas Mantrijeron, dari bulan Januari sampai Desember 2016 di 3 kelurahan sebanyak 379 orang ibu hamil, yang mengalami anemia

Terdapat pengaruh dari variabel lingkungan kerja, komunikasi, dan disiplin kerja secara bersama-sama (simultan) secara signifikan terhadap variabel produktivitas

 Aspek Teknis ; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor sanitasi yang terdiri dari (a) layanan sub sektor air limbah domestik, (b) layanan sub