Vol. 14 No. 2 (2022)
p ISSN 2338-168X – E ISSN 2686-5742
KETERJANGKAUAN TARIF RETRIBUSI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA BATU DENGAN METODE WILLINGNES TO PAY
AFFORDABILITY OF DECEPTION LEVY RATES IN BATU CITY USE METHOD WILLINGNES TO PAY
Kartika Eka Sari *1, Sara Irawati 2
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya12 Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 - Telp (0341)567886 12
e-mail*: kartikaeka@ub.ac.id 1
ABSTRAK
Interaksi yang kuat antara individu dengan penyedia layanan sanitasi merujuk pada peningkatan Kesehatan dan kontribusi masyarakat dan dapat diterapkan sebagai konep peningkatan layanan sanitasi Pengaruh dari kualitas layanan sanitasi buruk, terutama di perkotaan dapat mencemari lingkungan, selain itu keberadaan limbah domestik yang mengandung mikroorganisme patogen dapat menularkan berbagai jenis penyakit apabila masuk ke dalam tubuh manusia. Sehingga, untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut, perlu adanya pengelolaan limbah. Kota Batu merupakan kota dengan perkembangan yang cukup pesat, terutama dengan jumlah penduduk yang mencapai 205.788 jiwa. Adapun sumber dana pengelolaan limbah salah satunya berasal dari retribusi. Salah satu retribusi yang dipungut atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah kota adalah retribusi penyedotan kakus. Perhitungan tarif retribusi pembersihan atau penyedotan kakus di Kota Batu dilakukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Tarif Retribusi SPALD, dengan mempertimbangkan hasil perhitungan WTP yang berasal dari persepsi masyarakat. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, tarif retribusi terbagi menjadi tiga kelompok tarif, yaitu kelompok tarif rendah dengan rentang harga sebesar Rp. 280.000 – Rp. 470.000, kelompok tarif sedang Rp. 312.000 – Rp. 502.000, dan kelompok tarif tinggi Rp. 343.200 – Rp. 533.200. Hal tersebut masih sesuai dengan hasil perhitungan WTP, dimana menunjukkan bahwa rata-rata WTP dari pengelolaan sanitasi sebesar Rp.287.258,06.
Kata Kunci : ketercukupan, retribusi, lumpur, tinja.
ABSTRACT
Solid interaction between individuals and sanitation service providers refers to improving health and community contributions and can be applied as a concept of improving sanitation services. Impact of poor sanitation service, particularly in urban area can pollute the environment, In addition, the presence of domestic waste containing pathogenic microorganisms can transmit various types of diseases when it enters the human body. So that, to prevent and overcome sanitation problems, it is necessary to have an effective water waste management. Batu City is a city with a fairly rapid development, especially with a population of 205,788 people. One of the sources of water waste management funds comes from user fees. One of the levies levied for services provided by the city government is the levy for septictank suction. The calculation of the retribution rate for septictank suction in Batu City is carried out based on the Guidelines for Compiling the SPALD Levy Tariff, taking into account the results of the calculation of WTP derived from public perception. Based on the calculations carried out, the levy tariffs are divided into three tariff groups, namely the low tariff group with a price range of Rp. 280,000 – Rp. 470,000, medium tariff group Rp. 312,000 – Rp. 502,000, and the high tariff group of Rp. 343,200 – Rp. 533,200. This is still in accordance with the results of the calculation of WTP, which shows that the average WTP from sanitation management is Rp. 287,258,06,. abstract..
Keywords: sufficiency, retribution, faecal mud.
PENDAHULUAN
Sanitasi layak dan sehat adalah salah satu hak dasar manusia dan secara global telah dicanangkan sebagai salah satu tujuan
1Naskah diterima : 19 Agustus 2022 Naskah disetujui : 20 Desember 2022
DOI : https://doi.org/10.21776/ub.takoda.2022.014.02.10
pembangunan berkelanjutan (1). Pengelolaan limbah domestik berupa pengelolaan lumpur tinja merupakan pelayanan publik dan salah satu prioritas pencapaian Universal Access 100-0-100, yaitu 100% akses air minum layak, 0%
permukiman kumuh, 100% akses sanitasi layak
(2). Pengelolaan sanitasi perkotaan yang buruk mengarah pada rendahnya peningkatan Kesehatan masyarakat (3). Berdasarkan (4), selain dapat mencemari lingkungan, keberadaan limbah domestik yang mengandung mikroorganisme patogen dapat menularkan berbagai jenis penyakit apabila masuk ke dalam tubuh manusia. Sehingga, untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut, perlu adanya pengelolaan limbah. Pada kawasan perkotaan, peningkatkan kualitas layanan sanitasi meningkat lebih cepat daripada kawasan pedesaan. Fenomena tersebut kemudian tidak dapat diartikan disebabkan karena kurangnya fasilitas sanitasi di perkotaan karena beberapa hal yang menyebabkan tinggi peningkatan layanan sanitasi perkotaan disebabkan oleh urgenitas pertumbuhan penduduk yang pesat di kawasan perkotaan berdampingan dengan semakin tingginya resiko layanan sanitasi yang yang buruk (1).
Penyelenggaran program pemerintah berupa Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) didukung oleh UPT Pengelolaan Air Limbah Domestik (PALD). Dengan adanya LLTT diharapkan dapat mengurangi potensi pencemaran lingkungan, sekaligus dapat memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Hal tersebut perlu didukung dengan adanya aturan retribusi Pelayanan Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus di Kota Batu. pada negara berkembang, Pemerintah perlu melakukan inovasi dalam penyediaan dana untuk layanan public, salah satunya melalui peran serta masyarakat dan merupakan salah satu metode efektif untuk meningkatkan kualitas layanan public di negara berkembang (5).
Kota Batu memiliki kawasan perkotaan dengan perkembangan aktifitas dan penduduk yang besar karena dorongan aktifitas pariwisata Kota Batu (6) sehingga Pemerintah selaku penyedia jasa layanan Sanitasi terus melakukan peningkatan layanan Sanitasi melalui program Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP). Kendala yang dihadapi selama implementasi program ISSDP di Kota Batu antara lain belum adanya aturan baku mengenai pengolahan air limbah serta kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kontribusi dan peran serta masyarakat dalam peningkatan layanan pengolahan air limbah (7).
Pengolahan Air Limbah Domestik
Sistem pengelolaan air limbah domestik di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat
(SPALD-S) dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T).
a) Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD – S)
Sistem pengelolaan air limpah domestik setempat menurut Buku Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat Skala Permukiman (2016) terbagi menjadi sistem individu, MCK dan komunal 2-10 RT. Dalam Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik-Setempat Up-Flow Filter (2016) disebutkan bahwa sistem pengelolaan air limbah domestik setempat merupakan sistem pengelolaan air limbah di suatu perkotaan yang sebagian rumah tangganya menggunakan sistem setempat berupa tangki septic.
b) Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
Sistem pengelolaan air limpah domestik terpusat menurut Buku Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat Skala Permukiman (2016) terbagi menjadi skala permukiman, skala kawasan tertentu dan skala perkotaan. Dalam menetukan SPALD-T skala kota maka hal yang perlu direncanakan ialah lokasi IPAL terpusat, jalur pipa induk (trunk sewer) dan sekunder, daerah prioritas pelayanan sanitasi skala permukiman dan juga lokasi IPLT.
c) Kontribusi Masyarakat dalam Pengolahan Air Limbah Domestik
Berdasarkan diagram WASH (Water Sanitation and Hygiene) yang digunakan untuk mengukur keterkaitan Lembaga, partisipasi dan pemberdayaan di sektor air dan sanitasi menunjukkan bahwa sumber daya individu yang berinteraksi erat dengan penyedia dan sistem layanan akan berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan manusia (2)
Melalui peran aktif masyarakat dalam bentuk retribusi untuk layanan public, maka akan muncul rasa kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah untuk dapat meningkatkan kualitas layanan public (5).
METODE
Pengumpulan data dilakukan melalui survei primer (kuesioner) serta survei sekunder (studi literatur dan instansi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo, dan Kecamatan Bumiaji.
Teknik analisis yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut.
Analisa Perhitungan Tarif Retribusi
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Tarif Retribusi SPALD tipe S(8), perhitungan tarif retribusi pengelolaan limbah dihitung dengan mempertimbangkan beban pelayanan yang ditanggung oleh pemberi jasa layanan air limbah domestik. Sedangkan beban pada sub-sistem pengolahan setempat menjadi tanggung jawab pelanggan. Adapun beban yang merupakan tanggung jawab pemberi jasa layanan air limbah domestik antara lain, beban pengangkutan, beban pengolahan lumpur tinja, dan beban operasional lainnya. Analisis perhitungan tarif retribusi terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
a) Perhitungan Tarif Dasar
Perhitungan tarif dasar dihitung berdasarkan data historis dengan mempertimbangkan proyeksi tingkat harga, proyeksi tingkat inflasi, efisiensi biaya, rencana tingkat produksi, rencana investasi, dan rencana sumber pendanaannya.
b) Proyeksi Tarif Dasar
Proyeksi besar tarif dilakukan dengan menggunakan hasil dari perhitungan tarif dasar dan data historis inflasi serta proyeksi penggunaan sistem pengelolaan sanitasi.
c) Struktur Tarif
Struktur tarif merupakan perhitungan besar tarif retribusi yang didasarkan dengan komposisi pelanggan menurut kelompok pelanggan dan golongan pelanggan.
Analisis Willingness To Pay
Willingness To Pay seringkali diartikan sebagai kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan (dalam bentuk uang) atas jasa yang diperolehnya (Whitehead, 2005). Kemauan atau kesediaan konsumen untuk membayar jasa yang diperolehnya dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu dengan cara mengamati dan menempatkan model pemanfaatan jasa pelayanan di masa lalu, pengeluaran terhadap harga pelayanan, dan wawancara langsung kepada masyarakat seberapa besar kemampuan dan kemauan untuk membayar jasa pelayanan yang ditawarkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Batu merupakan salah satu wilayah administrasi dari hasil pemekaran Kabupaten Malang yang memiliki luas wilayah sebesar 199,09 km² dengan jumlah penduduk sebanyak
207.490 jiwa. Kota Batu yang dikenal sebagai salah satu kota wisata di Indonesia memiliki peran penting dalam menggerakkan roda perekonomian, baik skala wilayah Malang Raya maupun skala wilayah Provinsi Jawa Timur.
Kondisi Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Batu
Pengelolaan air limbah di Kota Batu terdiri dari sistem setempat dan sistem terpusat. Sistem setempat ditunjukan dengan banyaknya rumah yang memiliki tangki septic pribadi di rumahnya lalu dialirkan menuju IPLT yang terdapat di Kota Batu. IPLT Batu terletak di Tlekung, Junrejo, Kota Batu. Sedangkan sistem sanitasi terpusat di Kota Batu ditunjukan dengan adanya 61 IPAL Kota Batu (Gambar 1).
Gambar 1. Kategori Penyedotan Septic Tank Berdasarkan (Gambar 1) diketahui bahwa jumlah tangki septik yang terkuras oleh UPT PALD dari tahun 2016-2019 sebanyak 645 unit, dimana kategori paling banyak melakukan pengurasan adalah kategori komersial, sebesar 56%, yaitu 361 unit.
Tabel 1. Data Historis Pengurasan Tangki Septik Kota Batu Tahun 2016-2019
No Tahun Jumlah
Konsumen Keterangan
1 2016 38 56 RIT
2 2017 124 184 RIT
3 2018 211 319 RIT
4 2019 272 296 RIT
Total 645 855 RIT
Berdasarkan data UPT. PALD, Kota Batu memilki 61 IPAL Komunal. Terdapat 23 IPAL Komunal yang dapat dikuras sementara 38 IPAL Komunal tidak bisa dikuras. Hal tersebut dikarenakan IPAL sudah tidak aktif, lokasi IPAL susah dijangkau, IPAL tertutup paving, IPAL tidak dapat dibuka, IPAL dicor, IPAL tidak kuat dikuras atau IPAL tidak ada pengurus sehingga IPAL tidak bisa dikuras.
Gambar 2. Kondisi IPAL Kota Batu
Sistem penyedotan kakus di Kota Batu dilakukan on demand berdasarkan kebutuhan masyarakat, sehingga jumlah kegiatan pembersihan kakus setiap bulannya bersifat fluktuatif.
Tabel 2. Data Historis Pengurasan Tangki Septik Kota Batu Tahun 2016-2019
No Bulan Jumlah IPAL Keterangan
1 Januari 11 21 RIT
2 Februari 0 0 RIT
3 Maret 0 0 RIT
4 April 14 14 RIT
5 Mei 1 2 RIT
6 Juni 0 0 RIT
7 Juli 16 16 RIT
8 Agustus 15 30 RIT
9 September 3 5 RIT
10 Oktober 14 28 RIT
11 November 14 28 RIT
12 Desember 0 0 RIT
TOTAL 88 144 RIT
Berdasarkan (Tabel 2) diketahui bahwa pengurasan IPAL Komunal di Kota Batu pada Tahun 2019 tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebanyak 16 unit. Pada tahun 2019, pengurasan IPAL Komunal di Kota Batu mengalami kenaikan dan penurunan. Sementara jumlah RIT IPAL Komunal yang dikuras di Kota Batu pada tahun 2019, setiap bulannya juga mengalami penurunan dan kenaikan. Jumlah RIT yang dikuras tertinggi di Kota Batu terjadi pada bulan Agustus sebesar 30 RIT.
Analisa Tarif Retribusi Pembersihan Kakus a) Perhitungan Tarif Dasar
Tarif dasar dihitung berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan yang meliputi biaya variabel, biaya tetap, serta biaya pengadaan aset dan penyusutan. Berikut merupakan rincian mengenai biaya variabel dan biaya tetap truk tinja.
(Tabel 3).
Tabel 3. Biaya Variabel dan Biaya Tetap
No Uraian Jumlah Satuan
Asumsi Jumlah
Pelayanan Per Hari 2 – 3
No Uraian Jumlah Satuan
Volume yang bisa di angkut dalam satu kali penyedotan
4 m3
Jumlah hari kerja per
tahun 292 Hari
Jumlah pelayanan per
tahun 564
Biaya Variabel 1 Bahan Bakar
untuk Truk Tinja - Harga bahan
bakar Rp. 9.500,- Per liter
- Konsumsi bahan
bakar 5 Km/Liter
- Jumlah kilometer pemakaian per hari
100 Km
- Biaya bahan
bakar per hari Rp. 190.000,- Rp/Hari/Truk - Biaya bahan
bakar per tahun Rp. 55.480.000,- Rp/Tahun/Truk Jumlah Biaya Variabel Rp. 55.480.000,- Rp/Tahun/Truk Biaya Tetap
1 Upah Tenaga Kerja - Satu Armada
Truk :
• 1 orang
pengemudi Rp. 28.300,- Satu kali penyedotan
• 1 orang pembantu (kernet)
Rp. 28.300,- Satu kali penyedotan
• 1 orang pembantu (kernet)
Rp. 28.300,- Satu kali penyedotan - Jumlah biaya
tenaga kerja per satu kali penyedotan
Rp. 84.900,- ~ dibulatkan menjadi Rp.
85.000,-
Rp/Satu kali penyedotan - Jumlah biaya
tenaga kerja per hari (1 hari = maksimal 3 penyedotan)
Rp. 255.000,- Rp/Hari/Truk
- Jumlah biaya tenaga kerja per tahun
Rp. 74.460.000,- Rp/Tahun/Truk 2 Pemeliharaan
Truk Tinja - Konsumsi oli
pompa 1 Liter/Satu kali
penyedotan - Harga oli pompa Rp. 40.000,- Rp/Galon ( 1
Galon = 4 Liter) - Biaya
penggantian oli pompa per satu kali penyedotan
Rp. 10.000,- Rp/Satu kali penyedotan - Biaya
penggantian oli pompa per hari
Rp. 30.000,- Rp/Hari/Truk - Biaya
penggantian oli pompa per tahun
Rp. 8.760.000,- Rp/Tahun/Truk 3 - Pemakaian Tarif
Kekayaan Daerah (Perda No. 8 Tahun 2010)
Rp. 125.000,- Rp/Tangki
No Uraian Jumlah Satuan - Pemakaian Tarif
Retribusi Per Tahun
Rp. 109.500.000,- Rp/Tahun/Tan gki
Jumlah Biaya Tetap Rp. 192.720.000,- Rp/Tahun/Truk
Berdasarkan (Tabel 3) Perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan truk tinja terdiri dari biaya variabel yang mencakup biaya bahan bakar dan biaya tetap yang mencakup biaya pegawai, biaya pemeliharaan, dan pemakaian tarif kekayaan daerah.
Tabel 4. Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Uraian Jumlah Satuan
Jumlah Biaya Variabel Rp. 55.480.000,- Rp/Tahun/Truk Jumlah Biaya Tetap Rp. 192.720.000,- Rp/Tahun/Truk Total Biaya
Operasional dan Pemeliharaan
Rp. 248.200.000,- Rp/Tahun/Truk Tingkat Keuntungan
yang Diharapkan 10 %
Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan dengan Keuntungan
Rp. 273.020.000,- Rp/Tahun/Truk
Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan Per Hari
Rp. 935.000,- Rp/Hari/Truk Total Biaya Dalam
Satu Kali Penyedotan Rp. 312.000,- Rp/Satu Kali Penyedotan Total Biaya
Penyedotan Per Meter Kubik
Rp. 78.000,- Rp/M3
(Tabel 4) Menunjukkan bahwa tarif dasar retribusi penyedotan kakus sebesar Rp. 312.000,.
Hal tersebut didapatkan melalui total biaya operasional dan pemeliharaan dengan besar keuntungan yang diharapkan sebesar 10%.
b) Proyeksi Tarif Dasar
Proyeksi tarif dasar dihitung berdasarkan tingkat inflasi perekonomian wilayah.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui BPS Kota Batu, diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi perekonomian Kota Batu pada tahun 2012 hingga 2016 sebesar 4,87 %. Pehitungan proyeksi tarif dasar retribusi dilakukan menggunakan metode eksponensial. Berikut merupakan rumus perhitungan eksponensial
Pt = P0 . e𝑟.𝑡... (1) Keterangan:
Pt = Tarif retribusi tahun t P0 = Tarif retribusi tahun dasar r = Tingkat inflasi perekonomian t = Waktu
e = 2,718292
Hasil perhitungan proyeksi tarif dasar retribusi penyedotan kakus di Kota Batu sebagai berikut (Tabel 5)
Tabel 5. Perhitungan Proyeksi Tarif Dasar
Tahun Tarif Retribusi
2020 312.000
2021 327.577
2022 343.932
2023 361.103
2024 379.132
2025 398.060
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi diatas, dapat diketahui bahwa dengan rata-rata tingkat inflasi perekonomian Kota Batu sebesar 4,87 % menunjukkan apabila sampai lima tahun ke depan tarif dasar retribusi penyedotan kakus di Kota Batus masih berkisar antara Rp. 300.000,00 hingga Rp. 400.000,00, yaitu sebesar Rp.
398.060,00 pada tahun 2025.
c) Struktur Tarif
Struktur tarif merupakan pengelompokkan pelanggan yang bertujuan sebagai upaya pelaksanaan konsep keadilan bagi pelanggan.
Berdasarkan Pedoman Tarif Retribusi SPALD, terdapat tiga jenis atau kategori tarif yang akan dikenakan kepada pelanggan, yaitu:
i. Tarif Rendah
Tarif rendah merupakan nilai tarif yang nilainya lebih rendah dari biaya dasar. Kelompok pelanggan yang mendapatkan pengenaan biaya retribusi pada tarif rendah meliputi :
• Rumah tangga I (RSS, jalan gang)
• Rumah ibadah
• Sekolah Negeri / Swasta
• Yayasan Yatim Piatu
• MCK / IPAL Komunal
ii. Tarif Dasar
Tarif dasar merupakan nilai tarif yang nilainya sama dengan biaya dasar. Kelompok pelanggan yang mendapatkan pengenaan biaya retribusi pada tarif dasar meliputi :
• Rumah tangga II (jalan poros, tipe rumah ≥ 21 - ≤ 45)
• Instansi Pemerintah
• Asrama TNI / POLRI
iii. Tarif Tinggi
Tarif tinggi merupakan nilai tarif yang nilainya lebih tinggi dari biaya dasar. Kelompok pelanggan yang mendapatkan pengenaan biaya retribusi pada tarif tinggi meliputi :
• Rumah tangga III ( tipe ≥ 50 keatas, jalan poros)
• Pertokoan
• Mall / pusat belanja / supermarket
• Rumah mewah
• Terminal / Stasiun
• Komplek Perkantoran
Penentuan tarif tinggi, yaitu persentase kenaikan dari tarif dasar harus mempertimbangkan jumlah pelanggan yang akan dikenakan tarif rendah sebagai konsekuensi dari subsidi silang antar kelompok pelanggan. Adapun persentase kenaikan dan pengurangan tarif retribusi untuk kelompok tarif tinggi dan tarif rendah adalah 10%. Berikut merupakan perhitungan tarif pada masing-masing kelompok tarif (Tabel 6)
Tabel 6. Struktur Tarif Retribusi Penyedotan Kakus
Tarif Keterangan Besar Tarif
(Rp) Rendah • Tarif Rendah = Tarif Dasar –
10% Tarif Dasar
• Tarif Rendah = Rp. 312.000 – Rp. 31.200
280.800
Dasar • Tarif Dasar = Tarif Dasar + 0% Tarif Dasar
• Tarif Dasar = Rp. 312.000 + 0
312.000
Tinggi • Tarif Tinggi = Tarif Dasar + 10% Tarif Dasar
• Tarif Tinggi = Rp. 312.000 + Rp. 31.200
343.200
Analisa Keterjangkauan Tarif Retribusi Analisa WTP (Willingness To Pay) dilakukan dengan menggunakan data karakteristik masyarakat, terutama konsumen pengelolaan sanitasi di Kota Batu yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan sampel masyarakat Kota Batu. Berikut merupakan hasil perhitungan analisis WTP (Willingnes To Pay).
a) Dugaan Nilai Rataan WTP
Perhitungan dugaan nilai rataan WTP responden diperoleh berdasarkan data distribusi WTP responden. Rumus yang digunakan dalam menghitung rataan WTP , ialah sebagai berikut:
𝐸𝑊𝑇𝑃 =𝑊𝑇𝑃×𝑋𝑖
𝑁 ...(2) Keterangan :
EWTP = Dugaan rata-rata WTP (Rp) WTP = Nilai WTP tiap responden (Rp) N = Jumlah total responden (orang) Tabel 7. Distribusi Nilai WTP
No. WTP Jumlah
Responden
WTP x Jumlah Responden (WTP x Xi)
(Rp)
1. 100.000 2 200.000
2. 150.000 4 600.000
3. 200.000 2 400.000
4. 250.000 5 1.250.000
No. WTP Jumlah
Responden
WTP x Jumlah Responden (WTP x Xi)
(Rp)
5. 270.000 1 270.000
6. 285.000 1 285.000
7. 300.000 8 2.400.000
8. 350.000 5 1.750.000
9. 500.000 2 1.000.000
10. 750.000 1 750.000
Total 31 890.5000
Berdasarkan (Tabel 7) diketahui bahwa dugaan rata-rata WTP dari pengelolaan sanitasi sebesar Rp.287.258,06,-. Nilai tersebut mencerminkan besar tarif retribusi yang sedia dikeluarkan oleh masyarakat/pelanggan terhadap operasional dan pemeliharaan pengelolaan sanitasi di Kota Batu.
b) Kurva WTP
Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang memilih suatu nilai WTP. Kurva WTP ini menggambarkan tingkat WTP yang bersedia dibayar dengan jumlah respondennya.
Berikut merupakan kurva WTP tarif retribusi pengelolaan sanitasi di Kota Batu.
Gambar 3. Kurva WTP
Dapat dilihat pada Gambar 6. bahwa kurva WTP restribusi penyedotan kakus di Kota Batu mengalami fluktuatif dan cenderung menguat pada tarif 250.000, 300.000 dan 350.000.
c) Total WTP
Perhitungan total WTP (Willingness To Pay) menggunakan rumus sebagai berikut.
TWTP =EWTP×Ni………(3) Keterangan :
TWTP = Total WTP (Rp) EWTP = Rataan WTP (Rp) Ni = Populasi (orang)
Berdasarkan hasil dari perhitungan dari rataan WTP pengelolaan sanitasi dan jumlah penduduk Kota Batu tahun 2020 sebesar 207.490 Jiwa, maka nilai TWTP untuk tarif distribusi
pengelolaan sanitasi adalah sebesar Rp.287.258,06 x 207.490 = Rp.59.603.174.869.
d) Biaya Retribusi Berdasarkan Keterjangkauan Berdasarkan hasil perhitungan tarif dasar serta analisis WTP yang telah dilakukan sebelumnya, berikut merupakan hasil perhitungan tarif retribusi penyedotan kakus di Kota Batu yang diklasifikasikan berdasarkan kelompok tarifnya.
Pada masing-masing kelompok tarif, konsumen atau pengguna jasa penyedotan kakus juga dibedakan berdasarkan kelompok jarak yang harus ditempuh dalam satu kali pelayanan (Tabel 8).
Tabel 8. Tarif Retribusi Penyedotan Kakus di Kota
Kelompok
Tarif Objek Tarif (Rp)
Rendah
Kelompok Jarak I (0 – 5 km) 280.800 Kelompok Jarak II (5,1 - 10 km) 318.800 Kelompok Jarak III (10,1 - 15 km) 375800 Kelompok Jarak IV (5,1 - 10 km) 470.800
Sedang
Kelompok Jarak I (0 – 5 km) 312.000 Kelompok Jarak II (5,1 - 10 km) 350.000 Kelompok Jarak III (10,1 - 15 km) 407.000 Kelompok Jarak IV (5,1 - 10 km) 502.000
Tinggi
Kelompok Jarak I (0 – 5 km) 343.200 Kelompok Jarak II (5,1 - 10 km) 381.200 Kelompok Jarak III (10,1 - 15 km) 438.200 Kelompok Jarak IV (5,1 - 10 km) 533.200
KESIMPULAN
Tarif retribusi berdasarkan perhitungan tarif retribusi terbagi menjadi tiga kelompok tarif, yaitu kelompok tarif rendah dengan rentang harga sebesar Rp. 280.000 – Rp. 470.000, kelompok tarif sedang Rp. 312.000 – Rp. 502.000, dan kelompok tarif tinggi Rp. 343.200 – Rp. 533.200.
Tarif retribusi yang ditetapkan sesuai dengan hasil perhitungan WTP atau keterjangkauan, dimana menunjukkan bahwa rata- rata WTP dari pengelolaan sanitasi sebesar Rp.287.258,06. Nilai tersebut mencerminkan besar tarif retribusi yang sedia dikeluarkan oleh masyarakat/pelanggan terhadap operasional dan pemeliharaan pengelolaan sanitasi di Kota Batu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada tim surveyor yang telah melakukan pengumpulan data untuk kebutuhan Analisa tarif dan keterjangkauan masyarakat. Bersama rasa hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya yang mendukung proses penelitian sampai selesai.
PUSTAKA
Acey C, Kisiangani J, Ronoh P, Delaire C, Makena E, Norman G, et al. Cross-subsidies for improved sanitation in low income settlements: Assessing the willingness to pay of water utility customers in Kenyan cities.
World Dev [Internet]. 2019;115:160–77.
Available from:
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2018.11.0 06
Barthel, S. & Isendahl, C. (2013). Urban gardens, agriculture, and water management: Sources of resilience for long-term food security in cities. Ecological Economics, 86, 224-234.
doi: 10.1016/j.ecolecon.2012.06.018
Dickin S, Bisung E, Nansi J, Charles K.
Empowerment in water, sanitation and hygiene index. World Dev [Internet].
2021;137:105158. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2020.1051 58
Hise G, Melosi M V. The Sanitary City: Urban Infrastructure in America from Colonial Times to the Present. J Am Hist.
2001;87(4):1538.
Mc Granahan G.(2015). Realizing the Right to Sanitation in Deprived Urban Communities:
Meeting the Challenges of Collective Action, Coproduction, Affordability, and Housing Tenure. World Dev [Internet]. 2015;68:242–
53. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.worlddev.2014.12 .008
Muaddama F, Usman H, Studi Magister Pesisir dan Teknologi Kelautan P. Analysis of Phosphate and N-Nitrogen Content (Ammonia, Nitrate and Nitrite) in Ponds in Coastal Areas in Ma’Rang Sub District, Ppangkep Regency. 2018;59–67.
Prakoso ID. Correlation Between Access of Drinking Water and Sanitation With Diarrhea Incidence in East Java. J Berk Epidemiol.
2020;8(1):42.
Rakyat KPU dan P. Pedoman Penyusunan Tarif SPALD. 2019.
Sari_2021_IOP_Conf._Ser.%3A_Earth_Environ.
_Sci._916_012003-2.pdf.