• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI MEDIA SOSIAL: KOMUNIKASI ANTAR MAHASISWA DENGAN DOSEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) DI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI MEDIA SOSIAL: KOMUNIKASI ANTAR MAHASISWA DENGAN DOSEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) DI UNIVERSITAS SRIWIJAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2 No. 1 (2019) 175

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI MEDIA SOSIAL:

KOMUNIKASI ANTAR MAHASISWA DENGAN DOSEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) DI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Winda Oktaria Marini1

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya

Jl. Raya Palembang-unsri KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia womarini@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kesantunan berbahasa tuturan mahasiswa dengan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sriwijaya, mewakili apa saja maksim-maksim yang digunakan mahasiswa dengan dosen di dalam percakapan, dan mengetahui skala kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen PBSI Unsri di media sosial. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan pragmatik.Sumber data penelitian ini isi percakapan di media sosial antar mahasiswa dengan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sriwijaya.Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, angket atau kuesioner, dan dokumentasi isi percakapan mahasiswa dengan dosen di media sosial semester 7 2019/2020.Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak bebas dan teknik catat.Metode analisis data menggunakan triangulasi data yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) kesimpulan data.Hasil penelitian percakapan di media sosial antar mahasiswa dengan dosen PBSI Unsri adalah sebagai berikut. 1. Pola kesantunan berbahasa yang digunakan mahasiswa dengan dosen di PBSI Unsri ada lima yaitu, 1) sarana dan modul belajar, dalam tuturan mahasiswa dengan dosen di media sosial termasuk dalam kategori “santun”, 2) permohon waktu bimbingan, dalam tuturan mahasiswa dengan dosen di media sosial termasuk dalam kategori “ tidak santun”, 3) kuliah tambahan, dalam tuturan mahasiswa dengan dosen di media sosial termasuk dalam kategori

“santun”, 4) penegasan ulang mengenai ujian, dalam tuturan mahasiswa dengan dosen di media sosial termasuk dalam kategori “santun”, dan 5) menanyakan kehadiran dosen, dalam tuturan mahasiswa dengan dosen di media sosial termasuk dalam kategori “tidak santun”. 2. Mewakili apa saja maksim-maksim yang digunakan mahasiswa dengan dosen di dalam percakapan yaitu, 1) maksim kebijaksanaan dan 2) maksim kedermawanan. 3. Skala kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI di media sosial diaplikasikan menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat kategori, yaitu 1) sangat santun diperoleh 18,18% dengan 8 responden dari 44 responden, 2) santun diperoleh 75,00% dengan 33 responden dari 44 responden, 3) tidak santun diperoleh 6,82% dengan 3 responden dari 44 responden, dan 4) sangat tidak santun diperoleh 0%

dengan 0 responden dari 44 responden.

Kata kunci: kesantunan berbahasa, pola kesantunan bahasa, maksim, skala kesantunan

ABSTRACK

This study aims to analyze the patterns of politeness in the speech of students with lecturers of Indonesian Language and Literature Education at Sriwijaya University, represent the maxims used by students and lecturers in conversation, and determine the scale of politeness of students' language with PBSI Unsri lecturers on social media. The data of this study were obtained from the results of interviews, questionnaires or questionnaires, and documentation of the contents of student conversations with lecturers in social media 7 semester 2019/2020. Data collection techniques using the free listening method and note taking techniques. Methods of data analysis using data triangulation are 1) data reduction, 2) data presentation, and 3) data conclusions. The results of conversational research on social media between students and PBSI Unsri lecturers are as follows. 1. The politeness patterns of the language used by students and lecturers at PBSI There

(2)

Volume 2 No. 1 (2019) 176 are five elements, namely, 1) learning facilities and modules, in student speech with lecturers in social media included in the "polite" category, 2) request for guidance time, in student speech with lecturer in social media included in the category of "impolite", 3) additional lectures, in the speech of students with lecturers on social media included in the category "polite", 4) reaffirmation of the exam, in student speech with lecturers on social media included in the category " polite ", and 5) ask for the presence of lecturers, in the speech of students with lecturers on social media included in the category" not polite ". 2. Representing what are the maxims used by students and lecturers in the conversation, namely, 1) maxim of wisdom and 2) maxim of generosity. 3. The politeness scale of the language of students with PBSI UNSRI lecturers on social media was applied using a Likert scale consisting of four categories, namely 1) very politely obtained 18.18% with 8 respondents from 44 respondents, 2) courtesy obtained 75.00% with 33 respondents from 44 respondents, 3) impolite obtained 6.82% with 3 respondents from 44 respondents, and 4) very impolite obtained by 0% with 0 respondents from 44 respondents.

Keywords: politeness in language, politeness patterns of language, maxim, politeness scale 1 Pendahuluan

Dewasa ini, perkembangan zaman yang sangat pesat dialami oleh manusia adalah media sosial. Penggunaan media sosial yang dilakukan oleh manusia untuk melakukan sebuah interaksi dengan lawan bicaranya, misalnya melalui media offline seperti berkomunikasi secara langsung.Selanjutnya, melalui media online seperti berbicara di telepon, mengirim pesan melalui WhatsApp (WA), Short Massengger Service (SMS), dan Facebook (FB).Efesiensi dan kemudahan fitur ini tidak hanya digemari oleh anak muda saja tetapi orang dewasa juga sudah beralih menggunakan media sosial dalam berinteraksi. Media sosial memberikan inovasi bagi individu-individu yang ada di dunia maya untuk saling berbagi pengalaman, bertukar pendapat, dan menambah teman dijangkauan yang luas (Suryatni, 2018).Selain itu, bisa mengirim teks ke orang terdekat, teman sejawat, dan rekan kerja bisa juga mengirim foto, video, dokumen, dan suara komunikator untuk komunikan.

Perkembangan yang dihadapi oleh media sosial mempunyai paradigma yang di mana kita harus berkata atau berbicara dengan menggunakan kata dan bahasa yang santun pada komunikan untuk menghindari ketersinggungan yang ia terima. Sejatinya dalam berbicara itu tidak lepas dengan namanya bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dilakukan oleh manusia untuk berinteraksi dengan yang lain, memberikan ide, perasaan, dan pemikiran yang bisa diterima oleh orang lain (Indrawati, 2017). Selanjutnya, menurut Pranowo (dalam Ernalida, 2014) perihal dalam berbahasa mengharuskan seseorang yang sedang berkomunikasi untuk mampu mengeksplorasi potensi bahasanya dan mampu pula menggunakan bahasanya dengan baik di dalam isi komunikasinya. Kesantunan merupakan wujud tingkah laku yang disetujui dalam melakukan interaksi dengan satu sama lain agar menimbulkan sesuatu yang saling menghargai

(Ngalim, 2013). Dalam bermasyarakat timbul hierarkhi sosial ketika ingin bertutur seperti, anak muda dan orang tua, guru dan siswa, majikan dan karyawan, dan status lainnya.

Kesantunan berbahasa sangat penting untuk ditanamkan di dalam diri manusia agar tidak menimbulkan ketersinggungan antar teman sejawat, anak muda dengan orang tua, dan mahasiswa dengan dosen.Permasalahan di tahun 2019 ini, belum ada kebijakan penuh atau toleransi dari instansi yang mengatur tentang etika mahasiswa yang ingin mengirim pesan dengan dosen di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Sriwijaya.Oleh karena itu, penulis memperhatikan di ruang lingkup PBSI UNSRI ini membutuhkan kajian yang lebih dalam tentang kesantunan berbahasa yang dilakukan mahasiswa kepada dosen dan penelitian ini juga bertujuan untuk menelaah kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI di media sosial.

Penelitian ini secara umum menggunakan teori pragmatik yang dikemukakan oleh Leech (dalam Ernalida, 2014) yang dalam bukunya The Principles of Pragmatics beliau memaknai dalam memberikan sebuah ujaran atau tuturan santun atau tidaknya tutran tersebut terdapat tujuh maksim yaitu (1) maksim kebijaksanaan (tact maxim), (2) maksim penghargaan (approbation maxim), (3) maksim kedermawanan (generosity maxim), (4) maksim kesimpatisan (sympathy maxim), (5) maksim kesederhanaan (modesty maxim), (6) maksim permufakatan (aggrement maxim), (7) maksim pujian (praise maxim).

Teori selanjutnya ada teori kesantunan yang dirumuskan oleh Scollon (1995) ia mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang bisa mempengaruhi kesantunan dalam berbahasa, yaitu (1) kekuasaan (power) artinya kesantunan berbahasa terhadap mitra tutur yang mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada penutur, (2) tingkat kepentingan (weight of imposition) artinya semakin tinggi weight of imposition, lalu semakin

(3)

Volume 2 No. 1 (2019) 177 tidak langsung tuturannya, dan (3) jarak sosial

(distance sosial) yang artinya seseorang yang memiliki hubungan yang sangat akrab rentan menggunakan kesantunan berbahasa yang baik.

Sama halnya dengan teori di atas, menurut Amir (2004) penutur bahasa Indonesia memiliki ukuran-ukuran tersebut dalam memilih jenis dan tingkatan dalam kesantunan berbahasa.

2 Metode Penelitian 2.1 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan rangkaian langkah-langkah untuk melakukan suatu penelitian secara terstruktur dan sistematis untuk memecahkan masalah dari pertanyaan-pertanyaan tertentu sehingga bisa di jawab dengan akurat (Nazir, 2014:63). Langkah-langkah penelitian ini harus bekerja sama sehingga mempunyai nilai dan bobot yang berkualitas dan menghasilkan hasil dan kesimpulan yang tidak diragukan.

Secara singkat, prosedur penelitian dibagi menjadi tiga sebagai berikut.

1. Tahap perencanaan (planning) merupakan tahapan yang harus dipersiapkan pertama sekali sebelum terjun langsung kelapangan untuk melakukan penelitian. Misalnya, menentukan judul dan hipotesis.

2. Tahap pelaksanaan (implementation) merupakan tahapan di mana sebuah penelitian sudah siap untuk dilaksanakan karena sudah mencukupi triangulasi yaitu pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan data.

3. Tahap penulisan (writing) merupakan tahapan yang mana sebuah penelitian ini telah sepenuhnya selesai dan siap untuk dilaksanakan.

2.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskiptif kualitatif yang dipadukan dengan pendekatan pragmatik.Penelitian kualitatif ini memahami kejadian-kejadian, fenomena- fenomena, dan hubungan antara manusia dan situasi yang sebenarnya. Kenyataannya dalam penelitian ini memberikan dorongan bahwa karya yang terbentuk tidak lepas dari sebab dengan akibat (Sutopo, 2006: 29)

Menurut Sugiyono, 2003: 14) penelitian kualitatif merupakan hasil data yang tidak berbentuk angka tetapi berbentuk kalimat, kata, dan gambar.Penelitian ini berisi latar belakang sejarah organisasi, struktur-struktur organisasi, dan data- data yang diambil dari dokumen organisasi.

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, kuesioner, dokumentasi percakapan.Wawancara dilakukan untuk langkah

validasi agar menghasilkan penilaian dari ahli.Kuesioner atau angket digunakan untuk mengumpulkan informasi yang berisi analisis kesantunan berbahasa dengan mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI di media sosial untuk diperoleh hasil data menghitung skala kesantunan berbahasa yang telah dijawab oleh responden.

Sejalan dengan kuesioner, adapun dokumentasi percakapan di media sosial yang digunakan peneliti untuk diperoleh data apa saja pola kesantunan berbahasa dan maksim kesantunan berbahasa yang digunakan di PBSI UNSRI.

2.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan teknik interaktif, dengan triangulasi yaitu, (1) verifikasi data, yaitu menyeleksi data-data secara terperinci, (2) penyajian data, yaitu menyajikan data-data yang sudah disusun dengan baik berdasarkan pedoman, dan (3) klasifikasi data, yaitu peneliti menarik kesimpulan mengenai maksim kesantunan berdasarkan bahasa tulis dan kesalahan atau melanggar bahasa tulis dalam maksim kesantunan berbahasa.

Teknik analisis yang diterapkan adalah teknik referensial dan inferensial.Teknik referensial diterapkan dalam hal memberitahukan kesesuaian konsep yang ada di dalam tuturan dengan konsep yang ada di dalam maksim kesantunan berbahasa.Sementara iti, teknik inferensial digunakan dalam hal menginferensikan makna yang terdapat di dalam data.

3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Pola Kesantunan Bahasa

Hasil penelitian dari komunikasi di media sosial antar mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI membuahkan hasil penelitian mengenai pola kesantunan bahasa teks percakapan di media sosial.Berdasarkan analisis terhadap konten percakapannya, ditemukan ada 19 di teks percakapan tersebut yang memiliki hubungan kuat dengan kegiatan dan kehidupan di kampus. Isi teks percakapan tersebut dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu 1) sarana dan modul belajar, 2) permohonan waktu bimbingan, 3) kuliah tambahan, 4) penegasan ulang mengenai ujian, dan 5) menanyakan kehadiran dosen.

a. Sarana dan Modul Belajar

Penjelasan pada materi sarana dan modul belajar memiliki 3 item percakapan mahasiswa dengan dosen di media sosial mengenai kesantunan berbahasa.Perhatikan data berikut.

(4)

Volume 2 No. 1 (2019) 178 a. “Selamat malam pak, Maaf mengganggu

waktunya Saya mahasiswa angkatan 2017 Nama :

Winda Oktaria Marini Nim:

06021281621020Saya mahasiswa yang mengikuti kelas menulis di kelas bapak. Apakah saya bisa minta kode grub di edmodo pak?Terimakasih”.

b. “Slmt mlm ibu,,ini sama Yusmaniar,, Nim:06021281621069 Sy mau nanya nc,,pasword edmodo brapa ya Bu..?”.

c. “Selamat sore bu, maaf mengganggu Saya putri amalia mahasiswa kelas Indralaya PBSI unsri.Saya blm masuk group wa sama edmono bu, saya mau minta kode edmodonya bu.

Terimakasih”.

Tabel 1. Hasil Rangkuman Sarana dan Modul Belajar

No. Item Jumlah Responden Kategori

S SS TS STS

1 a 33 8 3 0

2 b 9 0 25 10

3 c 29 6 7 0

Berdasarkan hasil rangkuman tabel di atas, bahwa pola kesantunan berbahasa mengenai percakapan di media sosial sebanyak 19 isi percakapan membahas tentang sarana dan modul belajar dalam kehidupan perkuliahan yaitu, pada item a diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 33 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 8 orang responden, kategori “tidak santun”

sebanyak 3 orang responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 0 orang responden. Pada item b diperoleh hasil dalam kategori“santun”

sebanyak 9 orang responden, kategori “sangat santun” sebanyak 0 orang responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 25 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 10responden.Pada item c diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 29responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 6 responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 7 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 0 responden.

Jadi, akumulasi semuanya dalam isi percakapan tentang sarana dan modul belajar yang dilakukan antar mahasiswa dan dosen PBSI UNSRI masuk dalam kategori “santun” karena nilai terbesar muncul di item a sebesar 33

responden dari 44 responden dalam teks “Selamat malam pakMaaf mengganggu waktunya Saya mahasiswa angkatan 2017 Nama: Winda Oktaria Marini Nim: 06021281621020Saya mahasiswa yang mengikuti kelas menulis di kelas bapak.

Apakah saya bisa minta kode grub di edmodo pak?Terimakasih”.

b. Permohonan Waktu Bimbingan

Penjelasan pada materi permohonan waktu bimbingan memiliki 3 item percakapan mahasiswa dengan dosen di media sosial mengenai kesantunan berbahasa.Perhatikan data berikut.

1) “Selamat sore pak, Hari ini bapak ada di kampus? Saya mau bimbingan proposal saya pk”.

2) “selamat siang pak., saya Ekah mahasiswa pbsi untuk hari ini bapak ada di kampus

?saya mau bimbingan seminar pak”.

3) “Slmt pagi bu, sy Mahdi Tabah mau bimbingan proposal, kapan ibu ada di Indralaya? trims”.

4) “Ass. wr.wb, Bu saya Foviana kelas Indralaya, ingin bimbingan proposal. Apakah Ibu ada di Indralaya pagi ini? wass. wr.wb”.

(5)

Volume 2 No. 1 (2019) 179 Tabel 2. Hasil Rangkuman Permohonan Waktu Bimbingan

Berdasarkan hasil rangkuman tabel di atas, bahwa pola kesantunan berbahasa mengenai percakapan di media sosial sebanyak 19 isi percakapan membahas tentang permohonan waktu bimbingan dalam kehidupan perkuliahan yaitu, pada item a diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 13 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 0 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 27 responden, dan kategori “sangat tidak santun”

sebanyak 4 responden. Pada item bdiperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 13 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 1 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 28responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 2 responden. Pada item c diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 15 responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 0 responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 22 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 7 responden. Pada item ddiperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 25 responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 4 responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 12 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 2 responden.Tetapi, dalam item dada 1 responden yang tidak menjawab.

Jadi, akumulasi semuanya dalam isi percakapan tentang permohonan waktu bimbingan

yang dilakukan antar mahasiswa dan dosen PBSI UNSRI masuk dalam kategori “tidak santun”

karena nilai terbesar muncul di item b sebesar 28 responden dari 44 responden dalam teks “selamat siang pak., saya Ekah mahasiswa pbsi untuk hari ini bapak ada di kampus ?saya mau bimbingan seminar pak”.

c. Kuliah Tambahan

Penjelasan pada materi kuliah tambahan belajar memiliki 4 item percakapan mahasiswa dengan dosen di media sosial mengenai kesantunan berbahasa.Perhatikan data berikut.

1) “Siang pak, sabtu bisa diadakan kuliah tambahan untuk pengganti pak? Tmen tmen mintanya sabtu”.

2) “Selamat siang pak, bapak ada di kampus hari apa? kami mau ngisi jam kosong Bapak untuk kelas pengganti, terima kasih”.

3) “Assalammualaikum bu, saya Al Majid selaku ketua tingkat di semester 7 kelas Indralaya, saya mau tanya kiranya kapan ibu bisa masuk di kelas kami untuk menggantikan pertemuan kemarin bu, terima kasih”.

4) “Ass. wr.wb bu, saya Nurul Fajriah ingin bertanya untuk kelas seminar bahasa dan sastra kapan mau diadakan pertemuan sekali lagi? trims”.

Tabel 3. Hasil Rangkuman Kuliah Tambahan

No. Item Jumlah Responden Kategori

S SS TS STS

1 a 11 0 25 8

2 b 16 1 17 9

3 c 26 17 1 0

4 d 21 1 19 3

Berdasarkan hasil rangkuman tabel di atas, bahwa pola kesantunan berbahasa mengenai percakapan di media sosial sebanyak 19 isi percakapan

membahas tentang kuliah tambahan dalam kehidupan perkuliahan yaitu, pada item a diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak No. Item Jumlah Responden Kategori

S SS TS STS

1 a 13 0 27 4

2 b 13 1 28 2

3 c 15 0 22 7

4 d 25 4 12 2

(6)

Volume 2 No. 1 (2019) 180 11 responden, kategori “sangat santun” sebanyak

0 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 25 responden, dan kategori “sangat tidak santun”

sebanyak 8 responden. Pada item bdiperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 16 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 1 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 17 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 9 responden.Pada item c diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 26 responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 17 responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 1 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 0 responden. Pada item d diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 21 responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 1 responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 19responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 3 responden.

Jadi, akumulasi semuanya dalam isi percakapan tentang kuliah tambahan yang dilakukan antar mahasiswa dan dosen PBSI UNSRI masuk dalam kategori “santun” karena nilai terbesar muncul di item c)sebesar 26 responden dari 44 responden dalam teks item c “Assalammualaikum bu, saya Al Majid selaku ketua tingkat di semester 7 kelas

Indralaya, saya mau tanya kiranya kapan ibu bisa masuk di kelas kami untuk menggantikan pertemuan kemarin bu, terima kasih”.

d. Penegasan Ulang Mengenai Ujian

Penjelasan pada materi penegasan ulang mengenai ujian memiliki 3 item percakapan mahasiswa dengan dosen di media sosial mengenai kesantunan berbahasa.Perhatikan data berikut.

1) “Selamat malam buk, saya Bhramastya Sandy hargita dari matakuliah seminar bahasa dan sastra kelas Indralaya. Saya mau tanya untuk nyusul uasnya kapan ya buk?”.

2) “Assalammualaikum warahmatullahi wabarokatuh , pak. saya Nadhila Zahra Yasmine kelas Indralaya semester 7 kemarin saya tidan ikut UAS menulis 3 di kelas Bapak.

Kiranya saya kapan bisa susulan UAS pak?

makasih pak”.

3) “Hallo bu, saya Fabrio Dwi Yansah semester 7, mau bertanya kapan saya bisa ikut ujian susulan? terima kasih”.

4) “Selamat malam bu, saya Reza Utari. Kelas Indralaya smstr 7 mau nanya bu, kapan sy bisa ikut ujian susulan matkul menulis 3? maaf mengganggu waktunya bu”.

Tabel 4. Hasil Rangkuman Penegasan Ulang Mengenai Ujian

No. Item Jumlah Responden Kategori

S SS TS STS

1 a 23 4 16 1

2 b 30 10 4 0

3 c 10 0 23 8

4 d 26 5 12 1

Berdasarkan hasil rangkuman tabel di atas, bahwa pola kesantunan berbahasa mengenai percakapan di media sosial sebanyak 19 isi percakapan membahas tentang penegasan ulang mengenai ujian dalam kehidupan perkuliahan yaitu, pada item a diperoleh hasil dalam kategori“santun”

sebanyak 23 responden, kategori “sangat santun”

sebanyak 4 responden, kategori “tidak santun”

sebanyak 16 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 1responden. Pada item bdiperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 30 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 10responden, kategori “tidak santun” sebanyak 4 responden, dan kategori “sangat tidak santun”

sebanyak 0 responden. Pada item c diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 10 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 0 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 23 responden, dan kategori “sangat tidak santun”

sebanyak 8 responden. Pada item d diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 26 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 5 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 12 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 1 responden. Tetapi, dalam item c ada 2 responden yang tidak menjawab.

Jadi, akumulasi semuanya dalam isi percakapan tentang penegasan ulang mengenai ujianyang dilakukan antar mahasiswa dan dosen PBSI UNSRI masuk dalam kategori “santun”

karena nilai terbesar muncul di item b sebesar 30 responden dari 44 responden dalam teks item b

“Assalammualaikum warahmatullahi wabarokatuh , pak. saya Nadhila Zahra Yasmine kelas Indralaya semester 7 kemarin saya tidan ikut UAS menulis 3 di kelas Bapak. Kiranya saya kapan bisa susulan UAS pak?makasih pak”.

e. Menanyakan Kehadiran Dosen

(7)

Volume 2 No. 1 (2019) 181 Selanjutnya di posisi kelima, mahasiswa

berkomunikasi lewat media sosial dengan dosen dengan tujuan untuk memastikan apakah dosen akan mengisi perkuliahan di kelas atau tidak pada hari dan jam tertentu. Didapatkan sebanyak 4 percakapan atau 8%. Perhatikan data berikut!

1) “Maaf bu, mau nanya besok Ibu ada di kampus jam berapa ya? makasih”.

2) “Assalammualaikum pak Didi, hari ini mengajar gak? saya Neng Siti Khodijah dari PBSI UNSRI semester 7”.

3) “Assalammualaikum wr.wb. bu Ernalida, saya Dian Novita Sari dari PBSI semester 7 Indralaya, hari ini jam berapa Ibu mau masuk kelas kami? terima kasih bu”.

4) “Ass. bu Sri, ini Bristian kelas Indralaya smstr 7. Hari senin kita kuliah jam seperti biasa atau di munduri bu? wass”.

Tabel 5. Hasil Rangkuman Menanyakan Kehadiran Dosen

No. Item Jumlah Responden Kategori

S SS TS STS

1 a 8 2 29 5

2 b 8 0 28 8

3 c 23 4 16 1

4 d 19 0 23 2

Berdasarkan hasil rangkuman tabel di atas, bahwa pola kesantunan berbahasa mengenai percakapan di media sosial sebanyak 19 isi percakapan membahas tentang menanyakan kehadiran dosen dalam kehidupan perkuliahan yaitu, pada item a diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 8 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 2 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 29 responden, dan kategori “sangat tidak santun”

sebanyak 5 responden. Pada item b diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 8 responden, kategori “sangat santun” sebanyak 0 responden, kategori “tidak santun” sebanyak 28 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 8 responden. Pada item c diperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 23 responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 4responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 16 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 1 responden. Pada item ddiperoleh hasil dalam kategori“santun” sebanyak 19 responden, kategori

“sangat santun” sebanyak 0 responden, kategori

“tidak santun” sebanyak 23 responden, dan kategori “sangat tidak santun” sebanyak 2 responden.

Jadi, akumulasi semuanya dalam isi percakapan tentang penegasan ulang mengenai ujianyang dilakukan antar mahasiswa dan dosen PBSI UNSRI masuk dalam kategori “tidak santun” karena nilai terbesar muncul di item b sebesar 29 responden dari 44 responden dalam teks item b “Assalammualaikum pak Didi, hari ini mengajar gak? saya Neng Siti Khodijah dari PBSI UNSRI semester 7”.

3.2 Maksim-Maksim Kesantunan Berbahasa yang digunakan di Media Sosial Antar Mahasiswa dan Dosen Pbsi Unsri

Berdasarkan analisis terhadap teks pesan mahasiswa kepada dosen, konteks tuturan yang terjadi antara mahasiswa kepada dosen sangat mempengaruhi maksim kesantunan yang digunakan dalam proses komunikasi. Mereka cenderung memilih dan menyampaikan tuturan yang lebih santun. Hal ini karena perbedaan usia, status atau derajat, dan perbedaan power antara kedua pihak tersebut. Kesantunan yang dimaksud disini adalah pemilihan dan penggunaan bahasa yang baik dan halus yang dipilih oleh mahasiswa dalam berkomunikasi kepada dosen melalui media sosial.Jika dikaitkan dengan teori Leech, dari keenam maksim yang ada ditemukan bahwa mahasiswa PBSI UNSRI cenderung menggunakan Maksim Kebijaksanaan dan Maksim Kedermawanan/Penerimaan dalam tuturannya.

a. Maksim Kebijaksanaan

Maksim kebijaksanaan memiliki prinsip mengurangi kerugian yang dialami orang lain atau mengoptimalkan keuntungan untuk orang lain.

Untuk lebih jelas mengenai pengertian di atas, berikut ini ada uraian mengenai kesantunan berbahasa dalam bertutur.Perhatikan data berikut.

1) “Selamat sore pak, Hari ini bapak ada di kampus? Saya mau bimbingan proposal saya pak”.

2) “Assalammualaikum, bu Ernalida, saya Dian Novita Sari dari PBSI semester 7 Indralaya, hari ini jam berapa bapak ada di kampus?”.

(8)

Volume 2 No. 1 (2019) 182 3) “Siang pak, sabtu bisa diadakan kuliah

tambahan untuk pengganti pak? Tmen tmen mintanya sabtu”.

4) “Assalammualaikum pak, maaf saya Nanda Riana tidak bisa hadir di mata kuliah bapak kemarin, dikarenakan kemarin ibu saya sakit jadi saya harus pulang kampung, bagaimana boleh saya hadir pas praktik saja pak?”.

Pada data a menggunakan maksim kebijaksanaan yang melihatkan keinginan mahasiswa guna meminta waktu bimbingan tergantung ketersediaan waktu dari dosen pada teks “… “Hari ini bapak ada di kampus? Saya mau bimbingan…”.Pada data b “…hari ini jam berapa bapak ada di kampus?...” tuturan tersebut memastikan bahwa waktu kehadiran dosen di kampus. Pada data c“sabtu bisa diadakan kuliah tambahan untuk pengganti pak?...” menjelaskan bahwa mahaiswa meminta kesediaan dosen untuk kuliah tambahan sebagai pengganti kuliah yang tidak masuk. Pada data d “..bagaimana boleh saya hadir pas praktik saja pak?..”. menjelaskan bahwa mahasiswa yang tidak bisa ikut jam kuliah umum untuk datang disaat jam kuliah praktik saja sebagai pengganti. Analisis tutuan a, b, c, dan d merupakan tuturan yang sebenarnya mengupayakan untuk mengurangi kerugian dan memaksimalkan kerugian individu.

b. Maksim Kedermawanan/Penerimaan Sama seperti maksim kebijaksanaan, maksim ini juga diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif.Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Perhatikan data berikut!

M: Selamat pagi bu, saya mahdi tabah semester 7 kelas indralaya, mau menanyakan tentang tugas seminar bahasa dan sastra yg presentasi perkelompok, untuk batas waktu pengerjaan kapan ya bu?Terimakasih.”.

D: Udah lwt dik M: Ok pak

Pada data tersebut dapat dilihat penggunaan maksim penerimaan oleh (M) dimana dia menerima resiko dari keterlambatannya dengan hanya menjawab “Ok pak”. (M) tidak melakukan negosiasi lebih lanjut untuk mencapai kepentingannya. Tujuannya adalah untuk menghindari timbulnya konflik yang lebih besar yang akan mengganggu kepentingannya yang lain.

Dalam teorinya, Leech menyatakan juga bahwa bentuk kalimat tuturan yang digunakan juga menunjukkan adanya nilai kesantunan yang ingin dibangun dalam proses berkomunikasi. Pada konteks ini, semakin panjang tuturan yang

digunakan oleh penutur maka semakin besar juga keinginannya untuk bertutur santun kepada mitra tuturnya. Lebih jelas dapat dilihat pada data berikut:

1) Halo pak selamat siang maaf mengganggu saya mahdi tabah dari kelas indralaya pbsi.

Ada yang mau saya tanyakan mengenai tugasnya pak, apa bapak ada waktu hari ini”.

2) Yang tugas buat vidio percakapan minimal 10 menitnya pak Itu tugasnya boleh di buat seperti film pendek pak?”.

3) “Selamat malam pakMaaf mengganggu waktunya Saya mahasiswa angkatan 2016 Nama : Winda Nim: 06021281621020 Saya mahasiswi yang mengikuti kelas seminar bahasa dan sastra. Apakah saya bisa bergabung di grup kelas tersebut pak?Terimakasih”.

Pada keempat tuturan tersebut, mahasiswa berusaha untuk sangat santun dan menyampaikan tuturan selengkap mungkin dengan kalimat yang cukup panjang, dimulai dari mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menyampaikan maksud atau pertanyaan, dengan meminimalkan penyingkatan kata. Akan tetapi, pada tuturan tertentu dalam data ditemukan bahwa beberapa dosen merespon dan menjawab tuturan mahasiswa tidak dengan teks yang panjang, hal ini terjadi karena dosen hanya merespon inti dari pertanyaan mahasiswa dengan jelas tanpa bermaksud tidak santun atau merendahkan mitra tutur.Dalam situasi tersebut, mahasiswa sangat memahaminya sehingga mereka menerima tanpa ada ketersinggungan ataupun menimbulkan konflik.

Lebih jelas dapat dilihat pada tuturan berikut:

M: Selamat sore pak Hari ini bapak ada di kampus? Saya mau bimbingan proposal pk”.

D: Ada

M: Saya mau bimbingan proposal nya pk D: Dr jam 6an ok

M:“selamat siang pak., saya Winda mahasiswi pbsi kelas Indralaya untuk hari ini bapak ada di kampus ?

D: Iya ada

M: Selamat sore pak, bapak ada di kampus hari ini? maunya ngisi jam kosong pak untuk kelas pengganti.

D: Tidak ada

M: Baik Pak. Terima kasih

Pada data (a) dapat dilihat untuk merespon tuturan mahasiswa yang cukup panjang “... bapak ada di kampus?”, dosen hanya menggunakan tuturan yang tegas, “ada”. Kemudian pada data (b) ditemukan hal yang sama dimana dosen merespon

(9)

Volume 2 No. 1 (2019) 183 dengan menjawab “Iya ada”. Data (c)

memperlihatkan dengan jelas sikap penerimaan mahasiswa atas respon jawaban dosen yang pendek dan tegas, “Tidak ada”.Penerimaan mahasiswa dapat dilihat pada tuturan “Baik Pak, Terima kasih”.Konteks semua tuturan tersebut jelas dosen hanya merespon inti dari pertanyaan mahasiswa tanpa bermaksud merendahkan mitra tutur dan mahasiswa sangat memahaminya sehingga mereka menerima tanpa ketersinggungan.

3.3 Skala Kesantunan

Menentukan skala kesantunan dalam berbahasa yang dilakukan oleh mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI di media sosial, peneliti mengaplikasikannya menggunakan Skala Likert

yang terdiri dari lima skor, yaitu a) santun, b) sangat santun, c) tidak santun, dan d) sangat tidak santun. Hasil data yang diperoleh dari wawancara antar mahasiswa dengan dosen dengan cara memperlihatkan dokumentasi isi percakapan di media sosial dan meyebarkan kuesioner atau angket menggunakan aplikasi Google FormsApp sebanyak 44 responden mahasiswa di FKIP UNSRI mengenai hasil analisis isi percakapan di media sosial untuk mengetahui tingkat kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh mahasiswa PBSI UNSRI dengan dosen. Dari hasil wawancara dan angket tersebut menghasilkan data keseluruhan kesantunan berbahasa yang relevan dari hasil tersebut seperti tabel di bawah ini.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Data Penilaian No

.

Kategori Jumlah

Responden

Skor Kategori

Persentase

1 Sangat Santun 8 4 18,18%

2 Santun 33 3 75,00%

3 Tidak Santun 3 2 6,82%

4 Sangat Tidak Santun 0 1 0,00%

TOTAL SKOR 137

Gambar 1 Hasil rangkuman data penilaian Adapun rumus yang digunakan dalam skala Likert seperti berikut ini.

Keterangan:

T = Total jumlah panelis yang memilih Pn = Pilihan angka dalam skor Likert

Dari rangkuman hasil data penilaian di atas, di simpulkan bahwa untuk kategori “sangat santun”

memiliki nilai presentase sebesar 18,18% yang berarti ada 8 responden yang menjawab sangat santun dari 19 percakapan antar mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI di media sosial.

Kategori “santun” memiliki nilai persentase sebanyak 75,00% yang berarti ada 33 responden yang menjawab kuesioner santun dari 19 percakapan antar mahasiswa dengan dosen PBSI UNSRI di media sosial. Lalu, kategori”tidak santun” memiliki persentase 6,82% yang berarti ada 3 responden dari 19 percakapan antar mahasiswa dengan dosen di PBSI UNSRI di media sosial. Terakhir, kategori “sangat tidak santun” memiliki persentase 0,00% artinya dari 19 percakapan antar mahasiswa dengan dosen di PBSI UNSRI tidak ada yang menjawan sangat tidak santun. Jadi, setelah di rangkum semua hasil data penilaian menggunakan skala Likert diperoleh total skor adalah 137.

4 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis percakapan dengan mahasiswa dan dosen PBSI UNSRI di media sosial dapat disimpulkan bahwa ada 5 pola

T x Pn

8

33

3 0

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat santun

Santun Tidak santun

Sangat tidak santun

(10)

Volume 2 No. 1 (2019) 184 kesantunan berbahasa di PBSI UNSRI yang

sangat berkaitan dengan kegiatan perkuliahan.Pola kesantunan berbahasa itu dapat ditinjau dari yaitu, 1) sarana dan modul belajar, 2) permohonan waktu bimbingan, 3) kuliah tambahan, 4) penegasan ulang mengenai ujian, dan 5) menanyakan kehadiran dosen. Selanjutnya, dihubungkan dengan teori Leech, ada 7 yaitu, (1) maksim kebijaksanaan (tact maxim), (2) maksim penghargaan (approbation maxim), (3) maksim kedermawanan (generosity maxim), (4) maksim kesimpatisan (sympathy maxim), (5) maksim kesederhanaan (modesty maxim), (6) maksim permufakatan (aggrement maxim), (7) maksim pujian (praise maxim). Dari ketujuh maksim ini di PBSI UNSRI cendenrung menggunakan “maksim kebijaksanaan” dan “maksim kedermawanan”.

Selain itu, jika ditinjau dari teori Scollon, dikemukakan tuturan santun dalam berbicara, yaitu 1) jarak sosial, 2) kekuasaan, dan 3) tingkat kepentingan.Berdasarkan hail penelitian tuturan dalam berbicara dapat dikategorikan “santun”.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, A. (2004). Pembelajaran kesantunan berbahasa.Jurnal Bahasa Dan Seni.

2. Ernalida. (2014). Kesantunan berbahasa sebagai cerminan identitas budaya melayudalam cerita rakyat sumatera selatan legenda tepian musi. Jurnal

Logat: Bahasa Indonesia danPembelajaran. 1. (2): 129-139.

3. Indrawati, Sri. (2017). Menyikapi penggunaan bahasa di facebook:

pemerkayaan atau perusakan bahasa Indonesia. Jurnal Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia. 1. (1): 43- 51.

4. Nazir, Moh. (2014). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

5. Ngalim, A. (2013). Sosiolinguistik: Suatu Kajian Fungsional dan Analisisnya.

Solo: PBSID FKIP UMS.

6. Scollon. (1995). Intercultural Communication: Discourse Approach.

Cambridge: Blackwell.

7. Suryatni, Luh. (2018). Komunikasi media sosial dan nilai-nilai budaya pancasila social media communications and cultural values of pancasila. Jurnal Sistem Informasi. 5. (1): 117- 133.

8. Sutopo. (2006). Metode Penelitian Kualitatif . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai dan waktu parameter proses menyesuaikan terhadap perubahan sistem yang terjadi, sehingga pada sistem closed loop nilai paramater proses yang dihasilkan lebih kecil

Kegiatan penangkapan ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) di Perairan Prigi Jawa Timur, daerah penangkapan WPP 573,sebagian besar menggunakan alat tangkap pukat cincin dan

Wirausahawan muslim haruslah memiliki sifat amanah atau terpercaya dan bertanggung jawab. Dengan sifat amanah wirausahawan muslim akan bertanggungjawab atas segala

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penerapan ‘Aplikasi Manajemen Surat’

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil dari koefisien determinan adalah sebesar 34,4% yang artinya dalam penelitian ini variabel tingkat

Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat dari Usus Udang Penghasil Bakteriosin sebagai Agen Antibakteria pada Produk – Produk Hasil Perikanan.. Jurnal Saintek

Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengenkripsi data dengan menggunakan algoritma ElGamal yaitu GnuPG.