• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE FIQH AL-ḤADÍTH DALAM WEBSITE ASYSYARIAH.COM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "METODE FIQH AL-ḤADÍTH DALAM WEBSITE ASYSYARIAH.COM"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

METODE FIQH AL-ḤADÍTH DALAM WEBSITE ASYSYARIAH.COM

SKRIPSI

Oleh:

SITI HALIMAH M.R U20172013

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS UṢÚLUDDÌN, ADAB DAN HUMANIORA

2023

(2)

i

METODE FIQH AL-HADITH DALAM WEBSITE ASYSYARIAH.COM

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

SITI HALIMAH M.R NIM. U20172013

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

2023

(3)

ii

METODE FIQH AL-ḤADÍTH DALAM WEBSITE ASYSYARIAH.COM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Fakultas Uṣúluddìn, Adab dan Humaniora

Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

SITI HALIMAH M.R U20172013

Disetujui Pembimbing

Mahrus, M.A NIP. 198211252015031002

(4)

iii

METODE FIQH AL-ḤADÍTH DALAM WEBSITE ASYSYARIAH.COM

SKRIPSI

Telah Diuji dan Diterima Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Fakultas Uṣúluddìn, Adab dan Humaniora Program Studi Ilmu Hadis

Hari: Senin

Tanggal: 09 Januari 2023

Tim Penguji Ketua

Dr. Maskud, S.Ag., M.Si NIP. 197402101998031001

Sekretaris

Mufida Ulfa, M.Th.I NIP. 198702022019032009

Anggota:

1. H. Mawardi Abdullah, LC, M. Ag ( )

2. Makhrus, M.A ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Uṣúluddìn, Adab dan Humaniora

Prof. Dr. M. Khusna Amal, S. Ag, M. Si NIP. 19721208 199803 1 001

(5)

iv

MOTTO

َيِمَلاَعْلا ِّبَر ِوَّلِل ِتِاََمََو َياَيَْمََو يِكُسُنَو ِتِ َلََص َّنِإ ْلُق

"Katakanlah, sesungguhnya ṣalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam" (Q.S. Al-An‟am: 162)1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahan (Jakarta Timur: Maghffirah Pustaka, 2006), 150.

(6)

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada Baba dan Mama Tercinta

Nenek dan Adik-adikku

Sahabat-sahabatku

Teman-teman ILHA angkatan 2017

Bank Indonesia dan GenBI Jember

Almamaterku, UIN KHAS Jember

Nusa, Bangsa, dan Agama

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur peneliti sampaikan kepada Allah S.W.T. karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Keberhasilan ini dapat peneliti peroleh karena dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku rektor UIN KHAS Jember.

2. Bapak Prof. Dr. M. Khusna Amal, M.Si selaku dekan Fakultas Uṣuluddin, Adab dan Humaniora.

3. Bapak Dr. Win Usuluddin, M.Hum selaku kepala jurusan Studi Islam.

4. Bapak Makhrus, M.A selaku ketua Program Studi Ilmu Hadis sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi.

5. Para dosen Fakultas Uṣuluddin yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti dalam menempuh studi di Prodi Ilmu Hadis.

6. Pimpinan dan segenap karyawan perpustakaan UIN KHAS Jember.

Tiada balasan terbaik selain balasan dari Allah S.W.T. Jazaakumullahu ahsanal jaza‟.

Peneliti Siti Halimah M.R U20172013

(8)

vii

ABSTRAK

Siti Halimah M.R,2023: Metode Fiqh al-ḥadìth dalam Website Asysyariah.com Kata kunci: Pemahaman,Fiqh al- Hadìth, asysyariah.com

Manusia diciptakan semata-semata untuk mengabdi kepada Tuhan semesta alam dan menjadi insan yang bertakwa, ini jelas tercantum dalam firman-Nya dalam Q.S. Al-Dzariyat ayat 56. Untuk mencapai tingkatan itu, dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap hadis, pedoman hidup kedua disamping al- Qur‟an. Kehadiran internet sebagai manifestasi perkembangan teknologi dan informasi menawarkan kemudahan kepada masyarakat muslim dalam mengakses kajian agama kapanpun dan dimanapun secara bebas. Tentunya, hal ini mendorong munculnya banyak website keislaman dengan jumlah tidak terbatas, salah satunya diantaranya adalah website asysyariah.com. Sehingga, pengujian terhadap kredibilitas website tersebut sangat diperlukan.

Fokus penelitian ini adalah: 1) apa saja tema dan bahasan yang terdapat dalam website asysyariah.com? 2) bagaimana metode Fiqh al-ḥadìth yang diterapkan didalamnya?

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui tema dan bahasan yang terdapat dalam website asysyariah.com. 2) mengetahui metode Fiqh al-ḥadìth yang diterapkan dalam website asysyariah.com.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian library research (studi pustaka). Sedangkan, pendekatan yang dilakukan adalah metode analisis isi (content analysis), sehingga analisis wacana akan digunakan untuk mengungkap metode Fiqh al-ḥadìth dalam website asysyariah.com.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa website asysyariah.com merupakan salah satu media dakwah digital yang menyajikan pembahasan aqidah, fiqih, akhlak, tafsir, hadis, muamalah, rumah tangga, khotbah, sejarah (ṣìrah), pendidikan anak, dan lain-lain. Dalam menganalisis suatu permasalahan website asysyariah.com mencantumkan dalil al- Qur„an terkait, hadis-hadis yang setema, lalu menelaahnya dengan pendapat ulama‟ yang otoritatif. Dilihat berdasarkan kitab-kitab dan pendapat tokoh ulama‟

yang kerap dijadikan rujukan, menunjukkan pemahaman asysyariah.com cenderung bercorak salafi wahabi.

(9)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi arab-latin ini mengikuti Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember 2021.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

أ a/i/u ض ḍ

ب B ط ṭ

ت T ظ ẓ

ث Th ع `(ayn)

ج J غ Gh

ح ḥ ف F

خ Kh ق Q

د D ك K

ذ Dh ل L

ر R و M

ز Z ٌ N

س S ﮬ H

ش Sh و W

ص ṣ ي Y

B. Vokal Panjang

ﺁ = à يﺇ = ì و = ú أ

Semua nama Arab dan istilah teknis (technical terms) yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan transliterasi Arab- Indonesia. Di samping itu, kata dan istilah yang berasal dari bahasa asing juga harus dicetak miring. Karena itu, kata dan istilah Arab terkena dua ketentuan tersebut, transliterasi dan cetak miring, sedangkan istilah asing selain Arab hanya dicetak miring. Namun untuk nama diri, nama tempat dan kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia cukup ditransliterasikan saja. Bunyi hidup dobel (dipotong) Arab

(10)

ix

ditransliterasikan dengan menggabung dua huruf ay dan aw. Contoh: Shay', bayn, maymûn, 'alayhim, qawl, daw', mawdû'ah, masnû'ah.

Bunyi hidup (vocalization atau harakah) huruf konsonan akhir pada sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi. Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan (consonan letter) akhir tersebut. Sedangkan bunyi (hidup) huruf akhir tersebut tidak boleh ditransliterasikan. Dengan demikian, maka kaidah gramatika Arab tidak berlaku untuk kata, ungkapan atau kalimat yang dinyatakan dalam bentuk transliterasi latin. Contoh:

Khawâriq al-'âdah bukan khawâriqu al-'âdati; inna al-dîn 'inda Allâhi al- Islâm bukan inna al-dîna 'inda Allâhi al- Islâmu;, wa hâdhâ shay' 'inda ahl al-'ilm fahuwa wajib bukan wa hâdhâ shay'un 'inda ahli al-'ilmi fahuwa wajibun.

Sekalipun demikian dalam transliterasi tersebut terdapat kaidah gramatika Arab yang masih difungsikan yaitu untuk kata dengan akhiran ta' marbûṭah yang bertindak sebagai sifah modifier atau idâfah genetife. Untuk kata berakhiran ta' marbûtah dan berfungsi sebagai mudâf, maka ta' marbûtah ditransliterasikan dengan "at". Sedangkan ta' marbûṭah pada kata yang berfungsi sebagai mudâf ilayh ditransliterasikan dengan "ah'. Ketentuan transliterasi seperti dalam penjelasan tersebut mengikuti kaidah gramatika Arab yang mengatur kata yang berakhiran ta' marbûtah ketika berfungsi sebagai shifah dan idâfah. Contoh:

Sunnah sayyi'ah, nazrah 'âmmah, al-ahâdîs al-mawdû'ah, al-maktabah al- misriyah, al-siyâsah al-syar'îyah dan seterusnya.

(11)

x

Matba'at Bûlâq, Hâshiyat Fath al-mu'în, Silsilat al-Ahâdîth al-Sahihah, Tuhfat al-Tullâb, l'ânat al-Tâlibîn, Nihâyat al- uşûl, Nasha'at al-Tafsir, Ghâyat al-Wusûl dan seterusnya.

Matba'at al-Amânah, Matba'at al-'Aşimah, Matba'at al- Istiqamah dan seterusnya.

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial letter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar. Contoh:

Jamâl al-Din al-Isnâwî, Nihâyat al-Sûfi Syarh Minhâj al-Wusûl ilâ 'Ilm al- Usûl (Kairo: Matba'at al-Adabîyah 1954); Ibn Taymiyah, Raf' al-Malâm 'an A'immat al-A'lâm (Damaskus: Manşûrat al-Maktabah al-Islâmî, 1932).

Râbitat al-'Âlam al-Islâmî, Jam'îyah al-Rifq bi al-Hayawân, Hay'at Kibâr 'Ulama' Misr, Munazzamat al-Umam al- Muttahidah, Majmû'al-Lughah al-'Arabîyah.

Kata Arab yang diakhiri dengan ya' mushaddadah ditransliterasikan dengan î. Jika ya' mushaddadah yang masuk pada huruf terakhir sebuah kata tersebut diikuti ta' marbûtâh, maka transliterasinya adalah îyah. Sedangkan ya' mushaddadah yang terdapat pada huruf yang terletak di tengah sebuah kata ditransliterasikan dengan yy. Contoh: Al-Ghazâlî, al-Şan'â'nî, al-Nawawî, Wahhâbî, Sunnî Shî'î, Mişrî, al-Qushairi, Ibn Taymiyah, Ibn Qayyim al-Jawziyah, al- Ishtirâkîyah, sayyid, mu'ayyid, muqayyid dan seterusnya.

(12)

xi

Kata depan (preposition) dan kata hubung (conjungtion) yang tidak terpisahkan seperti ِب (bi), dan َو (wa), َل (lâ), dan ل (li/la) dihubungkan dengan kata yang jatuh sesudahnya dengan memakai tanda hubung (-). Contoh:

Bi-al-salam, bi-dhâtihi, wa-sallam, wa-al-'aşr, lâ-ta'lamûn, lâ-hijrah, li- man, la-kumm dan seterusnya.

Khusus kata ل (li), apabila setelahnya ada لا (adât al-ta'rif), maka ditulis langsung tanpa tanda hubung.Contoh: Lil-safi'i, lil-Ghazâlî, lil-nabîy, lil-mu'minîn dan seterusnya.

Kata ٍبﺇ/ٍب(ibn/bin) ditulis dengan ibn, baik ketika berada di awal atau di tengah kalimat. Contoh: Ibn Taymiyah, Ibn 'Abd al-Bârr, Ibn al-Athîr, Ibn Kathîr, Ibn Qudâmah, Ibn Rajab, Muḥammad ibn 'Abd Allâh, 'Umar ibn Al-Khaṭṭâb, Ka'ab ibn Malik.

(13)

xii

DAFTAR ISI

COVER ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

IMAREDRLAODRE PAMODEP ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Kajian Teori ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

(14)

xiii

B. Tahap-tahap Penelitian ... 27

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 28

A. Gambaran Umum Website Asysyariah.com ... 28

B. Tema dan Bahasan dalam Website Asysyariah.com... 34

C. Metode Fiqh al-Hadis dalam Website Asysyariah.com ... 52

BAB V PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran-saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 Lampiran lampiran

1. Keaslian Tulisan 2. Biodata Peneliti

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Persamaan dan Perbedaan ... 11

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

3.1 Tampilan Halaman Artikel pada Laptop ... 31

3.2 Tampilan Halaman Artikel pada Smartphone ... 31

3.3 Tampilan Halaman Audio pada Laptop ... 32

3.4 Tampilan Halaman Audio pada Smartphone ... 33

3.5 Tampilan Halaman Beranda pada Laptop ... 34

3.6 Tampilan Halaman Beranda pada Smartphone ... 34

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah S.W.T. menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya pasti ada maksud dan tujuan yang mengandung hikmah bagi makhluk-Nya.2 Demikian pula dengan keberadaan manusia, dalam al-Qur‟an telah dijelaskan tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata agar kita mengabdi kepada-Nya3 dan menjadi orang yang bertaqwa.4 Untuk itu, agar tatanan hidup kita terarah, jumhur ulama‟ sepakat bahwa ada empat sumber pokok pengambilan kesimpulan hukum dalam Islam yaitu al-Qur‟an, Hadis, Ijmà‟ dan Qiyàs.5 Allah menurunkan al-Qur‟an al-Karìm sebagai pedoman utama umat Islam. Tidak hanya itu, Allah juga mengutus Nabi Muhammad S.A.W. sebagai role model atau uswah hasanah6 yang mana perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang dinisbahkan kepadanya (hadis) menjadi rujukan kedua setelah al-Qur‟an serta rahmat bagi seluruh alam.7

Sebagaimana dapat dilihat dari pandangan Fazlur Rahman berikut bahwa,

Sejak Allah memproklamirkan dalam al-Qur„an bahwa dalam diri baginda Nabi terdapat uswah hasanah yang layak diikuti, maka itu berarti sejak awal tradisi yang ditunjukkan oleh Nabi dapat dipandang

2 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 323.

3 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 523.

4 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 4.

5 Armansyah, “Polemik Isbal dan Sombong serta Pendapat Ulama‟ Terkait Mukhtalif al- Ḥadith”, Jurnal Sangaji:Vol.03 No.02, 2019,245, https://media.neliti.com/media/publications/335330- polemik-isbal-dan-sombong-serta-pendapat-6460434d.pdf.

6 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 420.

7 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 331.

(18)

2

sebagai suatu konsep ideal yang hendak dicontoh secara persis oleh generasi-generasi muslim pada masa lampau, dengan menafsirkan teladan-teladan Nabi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang baru dan materi-materi yang baru mereka peroleh.8

Zul Ikromi menyebutkan fungsi hadis terhadap Al-Qur„an diantaranya ialah, berfungsi sebagai penjelas (bayan), pengurai (tafṣil), pengkhusus bagi yang umum (takṣsis), pembatas bagi yang mutlak (taqyid), fungsi konfirmatif (ta‟kid), atau pemberi tambahan bagi yang hal-hal yang tidak secara eksplisit dituturkan oleh Al-Qur„an.9 Hal ini selaras dengan firman Allah S.W.T.

tentang diturunkannya al-Qur„an sebagai mukjizat bagi Rasullullah S.A.W.

di tengah-tengah umat manusia serta misi yang harus diembannya sebagai penjelas al-Qur„an.10 Penjelasan termaksud tidak hanya terbatas pada penafsiran, melainkan mencakup banyak aspek. Dan hal inilah yang menjadikan pengamalan sebagian besar al-Qur„an akan senantiasa membutuhkan Sunnah.11

Pada tahap awal perkembangannya, kajian hadis dilakukan secara muṣahafah-musyahadah, para sahabat mendatangi majelis Nabi Muhammad S.A.W. dan menyimak langsung hadis yang disabdakan oleh beliau. Para sahabat menjaga hadis tersebut dalam hafalan dan mengamalkannya, lalu meneruskannya kepada muridnya atau sahabat lain yang tidak dapat menghadiri majelis tersebut pada hari itu.

8 Nor Salam,“Living Hadis: Intregasi Metodologi Kajian „Ulum al-Hadis & Ilmu-ilmu Sosial”(Malang: Literasi Nusantara, 2019), 12.

9 Zul Ikromi, “Fiqh al-Hadis: Perspektif Metodologis dalam Memahami Hadis Nabi”, Jurnal al- Bukhori: Vol.03 No.01, 2020, 111,

https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/bukhari/article/download/1534/1043/.

10 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 273.

11 Nuruddin „Itr, „Ulumul Hadis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2012),08.

(19)

Pada beberapa kesempatan, para sahabat menanyakannya langsung kepada Nabi S.A.W yang notabene adalah sumber hadis itu sendiri, terkait beberapa persoalan atau sepatah dua kata yang tercakup dalam suatu hadis namun, belum mereka fahami. Apabila terkait persoalan keluarga dan kebutuhan biologis, maka hadis tersebut biasanya disampaikan melalui istri- istri Nabi sendiri.12 Adakalanya dalam kesempatan lain, Nabi S.A.W.

mendiktekan sebuah hadis untuk dituliskan oleh sahabat yang dipercayainya, kemudian surat itu disampaikanlah kepada para penguasa negara Islam, yang isinya meliputi ketetapan hukum Islam, seperti ketentuan tentang zakat dan tata cara peribadatan.13

Namun demikian, pada masa Nabi, belum pernah dilakukan penulisan hadis secara sistematis sebab adanya larangan langsung dari Nabi S.A.W.

Alasan yang melatarbelakangi larangan itu tidak lain karena dikhawatirkan al- Qur‟an dan hadis akan bercampuraduk, sedangkan daya ingat, kecerdasan, dan ketajaman analisa para sahabat pada masa itu masih murni dan belum terpengaruh oleh banyak persoalan.14 Pengkodifikasian hadis secara resmi baru terealisasi pada masa pemerintahan Bani Umayyah tepatnya pada awal abad hijriyah, walaupun pencetus awal ide ini adalah khalifah „Umar ibn al- Khaṭṭàb yang saat itu belum disetujui oleh para sahabat karena alasan yang sama pada masa Nabi. Melalui suratnya, khalifah „Umar ibn „Abdul Aziz

12 Leni Andariati, “Hadis dan Sejarah Perkembangannya,” Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, no.2, 2020, 157, https://doi.org/10.15575/diroyah.v4i2.4680.

13 Leni Andariati, “Hadis dan Sejarah Perkembangannya”, 156.

14 Masturi Irham, “Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi dari Tinjauan Sejarah,” ADDIN, Vol.7 No.2, 2013, 274-275, https://media.neliti.com/media/publications/54323-ID-sistematika-kodifikasi- hadis-nabi-dari-t.pdf.

(20)

4

memerintahkan seluruh pejabat dan ulama di berbagai daerah agar segera menghimpun hadis-hadis Nabi, dengan didampingi Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri sebagai penanggungjawab. Keseluruhan hadis itu berhasil dihimpun dalam satu kitab yang kemudian kitab-kitab tersebut disebarkan ke berbagai daerah sebelum khalifah wafat.15

Seiring perkembangannya, hadis berturut-turut mengalami masa periwayatan, penulisan, pembukuan, serta penyaringan. Sistem pengumpulan hadisnya didasarkan pada usaha pencarian dengan menemui sumber secara langsung lalu menelitinya. Para ulama‟ pada masa ini disebut ulama mutaqaddimûn. Sedangkan pada abad selanjutnya, yaitu abad keempat dan seterusnya, ulama' hadis yang terlibat disebut ulama mutaakhirún, mayoritas dari mereka mengumpulkan hadis-hadis dengan mengutip atau menukilnya dari kitab-kitab karya ulama mutaqaddimûn, sedikit sekali yang mengumpulkan hadis dari usaha mencari sendiri kepada para penghafalnya.

Dengan kata lain, kebanyakan mereka meriwayatkan hadis dari kitab-kitab yang sudah ada dengan mengembangkan variasi pentadwînan. Maka, lahirlah kitab-kitab jawàmi‟, takhrij, athràf, syarah, dan mukhtashàr, dan menyusun hadis untuk topik-topik tertentu.16

Sejak dahulu hingga sekarang, pola dakwah bit tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini adalah tidak menjadi

15 Idri, Studi Hadis(Jakarta: Kencana, 2010), 94-95.

16 Idri, Studi Hadis, 98-99.

(21)

musnah meskipun sang da'i atau penulisnya sudah wafat.17 Pada dasarnya, media adalah alat untuk mewujudkan gagasan manusia untuk disampaikan kepada orang lain,18 maka wajar apabila dikatakan bahwa media dan masyarakat itu saling memengaruhi, baik secara struktural maupun fungsional.19 Sebelumnya, Saifuddin Zuhri dan Ali Imron telah mengemukakan dalam bukunya tentang adanya perkembangan kajian hadis di masa sekarang sebagaimana yang dikaji oleh para ahli hadis kekinian.20

Senada dengan hal tersebut, dalam jurnalnya, Muhammad al-Fatih Suryadilaga menyebutkan bahwa,

Eksistensi ajaran-ajaran Nabi bukan hanya tersimpan dalam teks-teks kitab klasik, tetapi juga masuk disetiap lini kehidupan umat Islam.

Hasil ulama‟ mutaqaddimin dapat diakses melalui teknologi. Adapun sekarang, kajian hadis dapat menyusup dalam bentuk booklet-booklet, rubrik-rubrik tertentu di media massa, internet, HP, atau bahkan sosok pribadi yang dianggap sebagai representasi pewaris misi Nabi.21

Di era globalisasi ini, dengan dukungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh internet, masyarakat muslim dapat secara bebas mengakses website atau media sosial dalam mengkaji al-Qur„an dan hadis atas persoalan- persoalan yang terjadi di sekitarnya. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin mengetahui hukum suatu perkara dalam perspektif Islam, mereka hanya perlu memasukkan URL di bilah alamat atau kata kunci (keyword) yang di inginkan di mesin pencarian (search engine), maka situs web dari berbagai belahan

17 N. Faqih Syarif H., Menjadi Dai yang Dicinta: Menyampaikan Dakwah dengan Cara yang Efektif (Jakarta: PT. Gramedia Utama,2011), 137, IPUSNAS.

18 Nengah Bawa Atmadja dan Luh Putu Sri Ariyani, Sosiologi Media: Perspektif Teori Kritis(Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018), 42.

19 Pawit M. Yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 188.

20 Saifuddin Zuhri dan Ali Imron, Model-model Penelitian Hadis Kontemporer(Yogyakarta:

Pustakan Pelajar, 2012), xvii.

21 Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis di Era Global”, Jurnal Esensia: Vol. 15 No.2, 2014. 199. http://ejournal.uin-suka.ac.id/uṣuluddin/esensia/article/view/773.

(22)

6

dunia dan instansi itu akan menyajikan informasi terkait dan menampilkannya untuk mereka.

Walaupun demikian, kebebasan disini wajib dibarengi dengan sikap kritis dan selektif, tidak serta merta menerima sesuatu secara mentah-mentah tanpa pemahaman yang terarah, terlebih lagi persoalan agama. Sebab, siapa pun dapat menciptakan website dan memasukkan materi apapun didalamnya.

Sehingga bukan tidak mungkin, akan melahirkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang keabsahan informasinya masih perlu dipertanyakan.

Website merupakan kumpulan dari beberapa halaman web yang dapat dibuat dan dikelola oleh sebuah grup, institusi, atau perseorangan untuk melayani berbagai tujuan. Website atau yang juga sering disebut situs memiliki ragam variasi yang terus berkembang seiring waktu, termasuk situs pendidikan, situs media sosial, e-commerce, forum dakwah, pendidikan, email web, blog, dan sebagainya.

Asysyariah.com merupakan salah satu dari sekian ribu website keislaman dakwah bermanhaj salaf yang masih eksis di media online.

Asysyariah.com hadir menjadi alternatif bagi umat Muslim dalam mengkaji persoalan agama yang sedang dihadapi berdasarkan al-Qur„an dan hadis disertai dengan penjelasan yang runtut dengan menyertakan pendapat para ulama‟ dari bidang yang berkaitan. Oleh karenanya, peneliti merasa tertarik untuk meneliti secara ilmiah, khususnya dalam bidang ilmu hadis.

B. Fokus Penelitian

(23)

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka fokus penelitian yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apa saja tema dan bahasan yang terdapat dalam website asysyariah.com?

2. Bagaimana metode Fiqh al-ḥadìth yang diterapkan dalam website asysyariah.com?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Untuk mengetahui tema dan bahasan yang terdapat dalam website asysyariah.com.

2. Untuk mengetahui metode Fiqh al-ḥadìth yang diterapkan dalam website asysyariah.com.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian.22 Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap khazanah dan wawasan keilmuan Islam khususnya mengenai metode fiqh al- ḥadìth yang diterapkan dalam website asysyariah.com.

b. Sebagai upaya mengembangkan ilmu pengetahuan pada aspek pemahaman terhadap hadis Nabi S.A.W. yang terdapat di website atau media sosial lainnya.

22 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Jember: UIN KHAS),39.

(24)

8

c. Untuk dijadikan referensi bagi para peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Menambah dan mengembangkan wawasan serta pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal untuk penelitian selanjutnya.

2) Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dan memperoleh wawasan baru, terutama mengenai metode pemahaman hadis (fiqh al-Hadìth) pada website asysyariah.com.

b. Bagi Lembaga UIN KHAS Jember

1) Dapat memberikan kontribusi yang positif dalam menambah literatur bagi perpustakaan UIN KHAS Jember.

c. Bagi Pembaca

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai perkembangan media dakwah dan kajian hadis di masa kini serta mengetahui metode pemahaman hadis (Fiqh al-Hadìth) yang digunakan dalam website asysyariah.com.

E. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini dapat diuraikan secara runtut dan terarah maka, sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab Pertama berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Dengan kata lain,

(25)

pada bab ini peneliti mengemukakan dasar-dasar pemikiran lahirnya penelitian ini.

Bab Kedua berisi kajian pustaka untuk mengindari pengulangan dalam penelitian dan kajian teori.

Bab Ketiga berisi uraian metodologi penelitian yang merupakan persyaratan dalam memperoleh pengetahuan ilmiah serta langkah-langkah metodologis yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab Keempat berisi penyajian data dan analisis yang meliputi gambaran umum website asysyariah.com yang menjadi objek dalam penelitian ini serta pembahasan mengenai metode Fiqh al-ḥadìth yang digunakan oleh website asysyariah.com.

Bab Kelima merupakan bab penutup yang mengemukakan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini disertai saran-saran konstruktrif yang berkaitan dengan penelitian ini.

(26)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nizar Raihan al-Farisy, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam skripsinya yang berjudul “Kualitas Hadis-hadis dalam Channel Youtube Remisya Official (Studi Kritik Sanad)” di tahun 2021. Penelitian berfokus pada kualitas sanad dalam hadis-hadis yang disampaikan oleh penceramah dalam channel youtube Remisya Official dan keakuratan antara hadis yang disampaikan dengan teks aslinya yang ada di kitab- kitabhadis. Terdapat 13 hadis dalam Remisya Official yang diteliti oleh peneliti. Sehingga, dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan teks hadis yang dikutip oleh penceramah tersebut dengan teks asli yang dalam kitab adalah 4 akurat dan 9 kurang akurat. Adapun sebagian besar kualitas hadisnya adalah hadis-hadis dengan kualitas shahih.23

2. Skripsi yang ditulis oleh Ria Candra Widayaningsih mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tahun 2019 dengan judul

“Metode Fiqh al-ḥadìth dalam Website Bincangsyariah.com dan Kontribusinya dalam Wacana Islam Moderat”, yang menganalisis

23 Nizar Raihan al-Farisy, “Kualitas Hadis-hadis dalam Channel Youtube Remisya Official: Studi Kritik Sanad” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021).

(27)

pemahaman hadis-hadis yang terdapat di website bincangsyariah.com berdasarkan tema dan bahasan serta membahas tentang peranan website bincangsyariah.com terhadap wacana Islam moderat yaitu hadis yang dijelaskan tidak berpatok pada satu mazhab atau aliran tertentu saja tetapi membiarkan pembaca untuk open minded sehingga tidak mudah mengklaim kebenaran terhadap suatu persoalan atau kelompok tertentu.24 3. Skripsi oleh Musollikhan Afton, mahasiswa IAIN Salatiga, yang berjudul

“Pemahaman Hadis-hadis Shalawat Nabi Perspektif Website NU Online dan Kontribusinya Terhadap Islam di Indonesia” pada tahun 2021, dimana penelitian bertujuan untuk menggali pemahaman hadis-hadis shalawat Nabi dalam perspektif website NU Online yang kemudian diketahui bahwa pemahaman yang diterapkan adalah secara kontekstual serta kontribusinya terhadap konteks kekinian khususnya di Indonesia.25

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Nizar Raihan al-Farisy, 2021

Kualitas Hadis-

Hadis dalam

Channel Youtube Remisya Official:

Studi Kritik Sanad

Meneliti kajian hadis yang ada di media digital

Subjek dan objek yang diteliti berbeda begitu pun dengan jenis medianya.

24 Ria Candra Widayaningsih, “Metode Fiqh al-Ḥadith dalam Website Bincangsyariah.com dan Kontribusinya dalam Wacana Islam Moderat” (Skripsi: IAIN Salatiga, 2019).

25 Musollikhan Afton, “Pemahaman Hadis-hadis Shalawat Nabi Perspektif Website NU Online dan Kontribusinya Terhadap Islam di Indonesia”(Skripsi: IAIN Salatiga, 2021).

(28)

2. Ria Candra Widayaningsih, 2019

Metode Fiqh al- ḥadìth dalam Website

Bincangsyariah.com dan Kontribusinya dalam Wacana Islam Moderat

 Mengungkap metode fiqh al-hadis yang diterapkan dalam suatu website

 Menggunakan pendekatan analisis isi (content analysis)

Subjek yang diteliti

berbeda. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan peneliti tidak membahas tentang dampak website

asysyariah.com terhadap wacana Islam moderat seperti skripsi ini.

3. Musollikhan Afton, 2021

Pemahaman Hadis- Hadis Shalawat Nabi Perspektif Website NU Online dan Kontribusinya Terhadap Islam di Indonesia

Menggali pemahaman hadis yang dikaji oleh suatu website

Subjek dan objek

penelitian berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti begitu pun dengan rumusan masalahnya.

B. Kajian Teori

1. Konsep Fiqh al-Hadìth a. Definisi Fiqh al-Hadìth

Terdiri dari dua kata dalam kalimat Fiqh al-ḥadìth yaitu fiqh dan al-Hadis. Al-fiqh berasal dari kata اهقف – هقفٌ – هقف yang secara etimologi berarti mengerti atau faham atas sesuatu.26 Kata fiqh dalam frase Fiqh al-ḥadìth memiliki makna spesifik, yakni hukum bukan fiqh yang

26 Zul Ikromi, “Perspektif Metodologis dalam Memahami Hadis Nabi”, 108-109.

(29)

semakna dengan fahm.27 Sedangkan secara terminologi adalah kumpulan hukum-hukum syariat dalam tatanan praktik yang bersifat amaliyah bukan aqidah yang diambil dari berbagai dalil yang terperinci.28 Yang dimaksud dengan dalil-dalil yang terperinci, ialah dalil dari al-Qur`an maupun hadis yang menunjuk kepada suatu hukum tertentu, seperti halnya firman Allah yang mewajibkan ṣalat.29

Meskipun secara etimologi keduanya memiliki kesamaan arti, kata fiqh lebih sering dipakai untuk mengartikan pemahaman terhadap suatu teks keagamaan atau cabang ilmu agama tertentu sebab kata fiqh lebih menunjukkan kepada makna “memahami secara dalam”, demikian penjelasan Ibn Qayyim.30

Adapun al-ḥadìth menurut bahasa berarti baru yang berasal dari kata اثٌدح – ثدحٌ– ثدح

kebalikan dari kata ىٌدق yang berarti terdahulu atau lama. Dalam al-Qamus didefinisikan, “al-ḥadìth huwa al-jadìd wa al-akhbar” yang artinya hadis adalah sesuatu yang baru atau berita.

Menurut para ulama‟ hadis, hadis menurut istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi S.A.W. baik ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat diri, atau sifat pribadinya.31 Sementara itu, Imam Ibn Hajar al-Asqalani, seorang ahli hadis terkemuka, menjelaskan makna

27 Yusni Amru Gozali, Fiqh al-Hadis (Tebuireng: Pustaka Tebuireng, 2017), 64.

28 Yusni Amru Gozali, 49.

29 Rusyada Basri, Uṣul Fiqih I (Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2019), 2.

30 No name, Konsep Fiqh al-Hadis(UIN Antasari Banjarmasin), 13, https://idr.uin- antasari.ac.id/5606/5/BAB%20II.pdf.

31 Nuruddin „Itr, „Ulumul Hadis, 13-14.

(30)

fiqh al-ḥadìth sebagai upaya mengeluarkan makna, intisari, dan hukum- hukum yang terkandung dalam sebuah hadis.32

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiqh al-ḥadìth merupakan salah satu aspek ilmu yang mempelajari dan berupaya memahami hadis-hadis Nabi dengan baik. Dimaksudkan dengan baik adalah mampu menangkap pesan-pesan keagamaan sebagai sesuatu yang dikehendaki oleh Nabi (murad al-Nabi).33

Selaras dengan hal itu, Ali ibn Nayìf al-Shahud mendefinisikan Fiqh al-ḥadìth sebagai pemahaman mendalam terhadap naṣ al-nabawi, dengan memperhatikan karakteristik sikap Nabi S.A.W. dan keadaan orang yang menerima (ajaran beliau), sesuai konteks zaman dan kondisi tempat.34

b. Awal Mula Muncul Istilah Fiqh al-Hadìth

Istilah fiqh al-ḥadìth pertama kali muncul pada pembahasan dalam kitab Ma‟rifah „Ulúm al-ḥadìth karya Imam Hakim al-Naisaburi (w. 405 H) pada abad ke-4 Hijriyah. Di dalamnya, al-Hakim menyebutkan bahwa fiqh al-ḥadìth merupakan bagian dari ilmu hadis dan merupakan tonggak syariat Islam. Kitab ini merupakan kitab ilmu hadis kedua yang tersusun rapi setelah kitab ilmu hadis yang pertama

32 Zul Ikromi, “Perspektif Metodologis…”, 109.

33 Zul Ikromi, “Perspektif Metodologis...”, 110.

34 Yusni Amru Gozali, Fiqh al- Ḥadith, 51.

(31)

karya al-Ramahurmuzi (w.360 H) yang berjudul al-Muhaddith al-Faṣil bayna al-Ràwì al-Wà‟i.35

c. Metode Pemahaman Hadis Menurut Para Tokoh

Pasca wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. problem memahami hadis Nabi menjadi lebih krusial. Sehingga, para sahabat dan generasi berikutnya mulai memahami hadis dengan cara mereka sendiri sesuai kapasitas keilmuan yang dimiliki. Terlebih ketika Islam mulai menyebar di berbagai daerah di luar Arab problem tersebut menjadi kian kompleks, yang mana tidak semua orang diantara mereka mengerti stilistika bahasa Arab yang dipakai Nabi. Seperti ungkapan-ungkapan yang bersifat majàzi (metaforis), rumzi (simbolis), qiyàsi (analogis) dan kata-kata yang dianggap garìb (asing) dikarenakan sudah jarang atau bahkan tidak dipakai lagi sehingga kata tersebut akan sulit dipahami.36

Kualitas sebuah hadis sangat perlu diketahui karena bersangkutan dengan kehujjahannya.37 Berbagai hal telah terjadi selama rentang waktu antara masa wafatnya Nabi S.A.W. dan penulisan kitab-kitab hadis yang ada, sehingga amat memungkinkan riwayat hadis itu menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi.38 Riwayat hadis hendaknya terhindar dari keadaan yang meragukan mengingat hadis merupakan sumber pokok

35 Yusni Amru Gozali, Fiqh al-Ḥadith, 51-52.

36 Abdul Mustaqim, “Ilmu Ma'anil Hadith: Paradigma Interkoneksi Berbagai Metode dan Pendekatan dalam Memahami Hadis Nabi”(Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta,2016),3.

37 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 28.

38 M. Syuhudi Ismail, 4.

(32)

ajaran agama Islam disamping al-Qur„an.39 Karenanya, setiap hadis yang hendak dijadikan sebagai sumber ajaran harus melewati dua tahap pengujian, yaitu kritik hadis (naqd al-hadìth) dan pemahaman hadis (fiqh al-hadìth).40

Kajian pertama mengarah kepada problem otentisitas hadis dengan sasaran akhir berupa pengetahuan tentang kualitas sebuah hadis.

Kajian kedua bertujuan untuk mengetahui apakah hadis tersebut sah dijadikan hujjah dan dapat diamalkan serta apakah nilai yang terkandung didalamnya berdimensi syari'at. Jika berdimensi syariat, apakah bersifat temporal atau universal.41 Adapun mengenai hadis-hadis yang berstatus mutawatir, para ulama' berpendapat penelitian lebih dalam terhadap hadis mutawatir tidak diperlukan karena hadis-hadis tersebut telah diyakini dengan pasti ke-ṣahih-annya.

Adapun hadis yang memuat informasi pengetahuan, perlu diuji dengan ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan hadis yang memuat data sejarah, maka ia harus diuji dengan fakta sejarah atau otoritas kebenaran lainnya. Bahkan, sebuah hadis diuji dengan ilmu bahasa untuk memastikan apakah matan hadis yang diriwayatkan tersebut pantas diucapkan oleh seorang Rasul yang fasih berbahasa Arab.42 M. Syuhudi Ismail membagi dua bagian penting dalam meneliti sebuah sanad yaiitu,

39 Q.S. al-Hasyr [59]:7

40 Hendhri Nadhiran, Epistemologi Kritik Hadis," JIA/Desember 2017/Th.18/Nomor 2, 50-51, https://doi.org/10.19109/jia.v18i2.2363.

41 Hendhri Nadhiran, 50-51.

42 Ria Candra Widayaningsih, 41.

(33)

nama-nama perawi hadis dan lambang periwayatan yang digunakan.43 Selanjutnya, Salahuddin al-Adlabi mengajukan empat kriteria keṣahihan matan hadis sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur„an b. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat

c. Tidak bertentangan dengan akal sehat, panca indera dan sejarah

d. Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.44

Belum lagi dengan polemik yang terus berkembang seiring zaman, di sisi lain hadis Nabi tidak akan bertambah jumlahnya. Situasi ini menuntut kita untuk menempatkan hadis sesuai dengan kekinian namun tetap menaati pesan moral yang terkandung dalam hadis.

Dengan demikian, seseorang harus mengetahui metode yang tepat dan proporsional sebelum mengamalkannya. Terkadang sebuah hadis cukup dipahami sebagaimana yang tertulis dalam bunyi teksnya apabila setelah dihubungkan dengan segi-segi yang berkaitan dengannya, seperti latar belakang terjadinya, tetap menuntut pemahaman dengan apa adanya.45

Sedangkan penerapan hadis secara kontekstual dilakukan bila dibalik teks hadis tersebut terdapat petunjuk yang kuat yang mengharuskan hadis yang bersangkutan dipahami dan diterapkan sebagaimana maknanya yang tersirat.46 Dalam hal ini, pemahaman hadis perlu melibatkan berbagai pendekatan seperti sosio-historis,

43 M. Syuhudi Ismail, 25.

44 M. Syuhudi Ismail, 128-129.

45 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), 6.

46 M. Syuhudi Ismai, 6.

(34)

antropologi, psikologi, sampai penelusuran asbàb al-wurúd, serta mempertimbangkan posisi atau peran Nabi S.A.W. saat hadis itu dikeluarkan untuk mengindari terjadinya miskomunikasi. Sebab, eksistensi Nabi Muhammad S.A.W. di muka bumi berperan dalam berbagai banyak fungsi, diantaranya sebagai Rasulullah, kepala Negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, hakim, dan pribadi.47

Arifuddin Ahmad, sebagaimana yang dikutip Muhammad Asriady dalam jurnalnya menjelaskan sebagai berikut,

Pemahaman hadis dengan teknik interpretasi kontekstual, berarti memahami hadis dengan memperhatikan asbàb al-wurúd hadis yang dihubungkan dengan konteks kekinian serta hal yang melatarbelakangi Rasulullah S.A.W. mengucapkan hadis itu atau pada saat beliau melakukan suatu amalan yang disaksikan oleh para sahabat atau yang bersama dengan para sahabatnya.

Pendekatan yang digunakan dalam teknik interpretasi ini adalah pendekatan historis, sosiologis, filosofis yang bersifat interdisipliner.48 Sementara interpretasi intertekstual adalah pemahaman terhadap matan hadis dengan memperhatikan sistematika matan hadis bersangkutan atau hadis lain yang semakna atau ayat-ayat al Qur„an yang terkait. Ambo Asse menamai teknik interpretasi ini dengan interpretasi antarteks.49 Fazlur Rahman dalam Islamic Methodology in History, meski lebih terorientasi pada tafsir al-Qur„an, ia menawarkan konsep dengan tiga tahapan berikut:

1) Pemahaman terhadap makna teks 2) Pemahaman terhadap latar belakang

3) Berdasar petunjuk al-Qur„an untuk dapat menangkap ide moral yang dituju.

47 M. Syuhudi Ismai, 4.

48 Muhammad Asriady, “Metode Pemahaman Hadis,” Ekspose Vol. 16, No. 1(Januari-Juni 2017),318, http://dx.doi.org/10.30863/ekspose.v16i1.94.

49 Muhammad Asriady, 317.

(35)

Syuhudi Ismail dalam hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Ma'ani al-ḥadìth tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, menawarkan konsep dengan dua tahapan:

1) Mempertimbangkan latar belakang dan keadaan masa Nabi untuk dapat menentukan pemaknaan yang tekstual ataupun kontekstual 2) Mempertimbangkan fungsi Nabi dan style bahasanya.50

Yusuf al-Qaraḍawi dalam Kaifa Nata'amal ma'a al-Sunnah al- Nabawiyyah menawarkan delapan tahapan dalam mengkaji matan:

1) Berdasarkan petunjuk al-Qur„an 2) Pengumpulan hadis-hadis yang setema

3) Menggabungkan / men -tarjih hadis yang kontradiktif

4) Mempertimbangkan pengaturan dan latar belakang kemunculannya dan tujuannya

5) Membedakan sarana yang berubah-ubah dan sarana yang tetap 6) Membedakan ungkapan yang haqiqi dan majazi

7) Membedakan alam gaib dan kasat mata

8) Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis.51 2. Konsep Website

a. Definisi Website

Salah satu aplikasi terpenting dari internet adalah website.52 Website (situs web) adalah sekumpulan web page milik perorangan atau

50 Nurun Najwah, Ilmu Ma'anil Hadith: Metode Pemahaman Hadis Nabi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Cahaya Pustaka,2008), 7.

51 Nurun Najwah, 9-10.

(36)

perusahaan yang dikumpulkan dan diletakkan menjadi satu dalam sebuah situs web.53

Dengan jaringan internet, seseorang dapat mengakses WWW (World Wide Web) melalui web browser (google chrome, mozilla firefox, internet explorer, opera, dll), selanjutnya ia akan diarahkan ke web page atau halaman web yang berisi informasi atau data yang diperlukan biasanya berupa teks, gambar, video, suara, animasi maupun media lainnya.

b. Komponen Pokok dalam Website

1) URL (Uniform Resource Locator) adalah alamat lengkap dari sebuah informasi yang dapat diakses melalui web browser,54 misalnya https://asysyariah.com.

2) HTTP (Hyper Text Transnfer Protocol) merupakan salah satu dari beberapa protokol yang digunakan sebagai bahasa komunikasi antar server.55 HTTP berarti dokumen ada di WWW.56

3) HTML (Hyper Text Markup Language) merupakan format dokumen yang digunakan dalam WWW, dengan menggunakan kode-kode tertentu yang dapat diterjemahkan oleh browser

52 Yuhefizar, Cara Mudah dan Murah Membangun dan Mengelola Website(Yogyakarta: Graha Ilmu,2013),1, IPUSNAS.

53 Tim Edukom, Pengenalan Internet(Tangerang:Loka Aksara, 2019),9, IPUSNAS.

54 Yuhefizar, Cara Mudah dan Murah…,5.

55 Rosa Rusinta, “Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web Untuk Promosi Kerajinan Gerabah Kasongan”(Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2007),25,

https://repository.usd.ac.id/2195/2/023124028_Full.pdf.

56 Tim Edukom, Pengenalan Internet,21.

(37)

sehingga halaman yang dikehendaki dapat ditampilkan dengan benar.57

c. Fungsi Website

Website memiliki fungsi yang beragam sesuai dengan tujuan website itu dibangun. Diantaranya sebagai media promosi dan pemasaran, media edukasi, bahkan media dakwah. N. Faqih Syarif H.

menilai dakwah melalui jaringan internet dinilai sangat efektif dan potensial dengan berbagai alasan, diantaranya:

a) Biaya dan energi yang dikeluarkan relatif terjangkau tanpa batas ruang dan waktu. Hal ini juga dapat membantu mereka yang ingin berdiskusi untuk memperoleh bimbingan para ulama‟ atas dahaga spiritual mereka namun, memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi atau karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Sehingga, internet dapat berperan sebagai kawan atau lawan diskusi sekaligus pembimbing setia.

b) Para pakar dan ulama‟ yang berada di balik layar bisa lebih berkonsentrasi dalam menyikapi wacana dan peristiwa yang menuntut atas hukum syar'i.

c) Internet bisa menjadi solusi yang tepat bagi mereka yang ingin berdiskusi secara anonim tentang pengalaman spiritual yang mungkin tidak rasional.

57 Tim Edukom, Pengenalan Internet,21.

(38)

d) Masyarakat dapat secara bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai di berbagai situs. Dengan demikian, dapat menghindari pemaksaan kehendak.

e) Bisa memilih kategori pasarnya sendiri, namun cakupannya bisa sangat luas sampai pada tahapan internasional.58

58 N. Faqih Syarif H., Menjadi Dai yang Dicinta, 134-135, IPUSNAS.

(39)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

Moh. Kathìram menyebutkan, penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kebenaran mengenai suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah.59 Kegunaan penelitian ini untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu keadaan khusus.60 Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.61 Atau diartikan sebagai sebuah usaha sistematis dalam menjawab suatu persoalan.62

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dikatakan demikian karena pada dasarnya penelitian kualitatif diawali dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran.63 Penelitian ini menitik beratkan pada penguraian

59 Moh. Kathìram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010), 4.

60 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 15.

61 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2017), 3.

62 Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Citapustaka, 2012),16.

63 Hardani dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group,2020), 254.

(40)

(describing) dan pemahaman (understanding) terhadap gelaja-gelaja yang diamati.

Menurut Sandu Suyoto dan Ali Sodik, metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih menekankan pada pemahaman mendalam pada suatu masalah.64 Rahmadi mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang memproduksi data bersifat deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan dari masyarakat atau perilaku yang diamati.65

Bila ditinjau dari segi jenisnya, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian library research (studi pustaka) yaitu penelitian yang sumber data dan informasinya dari buku-buku, majalah, artikel, jurnal, dokumen, media online, dan catatan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Untuk mengungkapkan metode Fiqh al-ḥadìth yang diterapkan dalam website asysyariah.com yang mana menjadi tujuan dasar penelitian ini maka, pendekatan yang digunakan adalah metode analisis isi (content analysis). Yang dimaksud pendekatan disini adalah metode atau cara mengadakan penelitian.66

Kegiatan analisis isi ditujukan untuk mengetahui makna, kedudukan dan hubungan antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan, peristiwa yang

64 Sandu Suyoto dan Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publiṣing, 2015), 27.

65 Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 14.

66 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian (Yogyakarta: Andi, 2010), 103.

(41)

ada atau yang terjadi, untuk selanjutnya mengetahui manfaat, hasil atau dampak dari hal-hal tersebut.67

1. Sumber Data

Sebagai penelitian kepustakaan, maka data-data penelitiannya diperoleh dari berbagai literatur, baik yang bersumber dari website asysyariah.com sebagai objek utama penelitian, maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data yang dimaksud baik dalam bentuk buku atau tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian yang dibahas. Sumber data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber pokok penelitian, pada penelitian ini yang menjadi sumber data pokok adalah website asysyariah.com, yang meliputi bahan yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, atau data yang diperoleh dari tangan kedua, sumber tidak langsung atau pendukung berupa buku, jurnal, artikel, atau bahan kepustakaan lainnya yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Dalam hal ini, data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah literatur-literatur atau

67 Hardani dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 72.

(42)

bahan kepustakaan yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Adapun data-data pendukung yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, karya Teuku Muhammad Hasbi al- Shiddieqy

2) „Ulumul Hadìth, karya Nuruddin „Itr

3) Metodologi Penelitian Hadis Nabi, karya M. Syuhudi Ismail

4) Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, karya M. Syuhudi Ismail 5) Fiqh al-Hadìth, karya Moh. Yusni Amru Ghozaly

6) Ilmu Ma‟anil Hadìth: Paradigma Interkoneksi Berbagai Teori dan Metode Memahami Hadis Nabi, karya Abdul Mustaqim

7) Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma‟ani al-Hadis, karya Arifuddin Ahmad

8) Bagaimana Memahami Hadis Nabi S.A.W., karya Yusuf Qardhawi 9) Pergeseran Metode Pemahaman Hadis Ulama Klasik Hingga

Kontemporer, karya Ahmad Irfan Fauji.

2. Analisis Data

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa, metode penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode analisis isi (content analysis).

Analisis ini merupakan teknik penelitian untuk menarik sebuah kesimpulan dari data yang telah diteliti. Analisis isi yang dihadapkan pada data kualitatif maka ia termasuk dalam kategori analisis wacana. Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis seluruh isi dan pembahasan mengenai penggunaan hadis

(43)

serta metode fiqh dan kritik hadis dalam website asysyariah.com. Dalam prosesnya, peneliti telah merumuskan rumusan masalah, menyusun kerangka pemikiran (conceptual atau theoretical framework), menentukan perangkat metodologi, analisis data, hingga sampai pada interpretasi data.

B. Tahap-tahap Penelitian

Adapun proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan diuraikan dalam tahap-tahap penelitian. Tahapan penelitian ini dilakukan melaui tiga tahap.

Pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap pelaksanaan. Ketiga, tahap penyelesaian.

1. Tahap persiapan

a. Menyusun rencana penelitian b. Menentukan objek penelitian c. Menyusun metode penelitian d. Mengajukan judul kepada prodi

e. Konsultasi proposal kepada dosen pembimbing f. Melakukan kajian pustaka terkait

2. Tahap pelaksanaan a. Mengumpulkan data b. Menganalisis data

c. Konsultasi kepada dosen pembimbing 3. Tahap penyelesaian

a. Narasi hasil

b. Konsultasi kepada dosen pembimbing.

(44)

28

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Website Asysyariah.com 1. Profil Website Asysyariah.com

Berdasarkan data yang didapat dari statscrop.com domain asysyariah.com pertama kali didaftarkan pada 10 Juni 200368 dan baru dijalankan secara aktif sejak November 2011. Pada peringkat global menempati posisi ke 177.731 dengan 2.100 pengunjung harian serta tayangan halaman harian sebanyak 5.040.69 Asysyariah.com merupakan bentuk lain majalah asysyariah yang telah didigitalisasi dengan beberapa pengembangan tema bahasan. Mulanyamajalah asysyariah hanya tersedia versi cetak namun, melihat minat masyarakat yang telah mengikuti perkembangan teknologi informasi, tim redaksi berinisiatif memperluas jangkauan dakwah dengan merilis konten-konten dakwah dalam website asysyariah.com agar materi yang ada dalam edisi cetak juga dapat ditampilkan di internet.

Tujuan utama asysyariah sebagai majalah yang mengemban misi dakwah bermanhaj salaf adalah menyampaikan dakwah ilmiah yang sesuai

68 “Asysyariah”. Statscrop, diakses 07 Oktober

2022,https://www.statscrop.com/www/asysyariah.com.

69 “Asysyariah”. Statscrop, diakses 07 Oktober 2022.

(45)

al-Qur„an dan al-Sunnah, dengan menampilkan bacaan yang mudah dipahami bagi pembaca tanpa mengabaikan rambu-rambu syariat.70 2. Struktur Redaksi

Penasihat

Ustadh Muhammad Umar as-Sewed Ustadh Luqman Ba'abduh Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi

Ustadh Qomar Z.A., Lc Pemimpin Usaha Roni Kristianto, S.T.

Redaktur Ahli

Ustadh Abu Usamah Abdurrahman Ustadh Abdurrahman Mubarak

Ustadh Abdulmu'thi, Lc.

Ustadh Muhammad Ihsan Ustadh Muslim Abu Ishaq al-Athari

Ustadh Abu Ubaidah Syafruddin Ustadh Abu Muhammad Hariṡ Ustadh Ruwaifi' bin Sulaimi, Lc.

Ustadh Abulfaruq Ayip Syafruddin Ustadh Abu Abdillah Muhammad al-Makassari

Ustadh Abdul Jabar

70 Redaksi, “Pengantar Redaksi Majalah Islam Asysyariah Edisi 1,”

https://asysyariah.com/pengantar-redaksi-majalah-islam-syariah-edisi-1/, diakses pada 07 oktober 2022.

(46)

Ustadh Abdullah Nahar Ustadh Abu Hamzah Yusuf Ustadh Muhammad Rijal. Lc.

Ustadh Abu Nasim Mukhtar Redaktur Pelaksana

Eko Raharjo, S.T.

Koordinator Program Tebar Wahyu Jati, S.Pd

Tata Letak Ahmad Royyan, S.T.

Keuangan Endra Sebayang S.E.

3. Konten

Konten-konten yang terdapat dalam website asysyariah.com awalnya hanya memuat artikel-artikel dakwah yang ada di majalah Asy- Syariah edisi cetak. Seiring dengan perkembangan, mulai menampilkan artikel-artikel dakwah yang memang diterbitkan tersendiri oleh asysyariah.com (bukan berasal dari edisi cetak) demikian pula menyusul artikel dakwah dalam bentuk e-book atau PDF, poster-poster, dan artikel tanya jawab.

a. Artikel

(47)

Saat ini jumlah keseluruhan artikel yang telah diterbitkan lebih dari 1.450 artikel. Kontributor website ini adalah para redaktur majalah asysyariah sendiri.

Gambar 3.1

Tampilan Halaman Artikel pada Laptop

Gambar 3.2

Tampilan Halaman Artikel pada Smartphone

(48)

b. Audio

Saat ini total audio yang telah diterbitkan oleh asysyariah.com adalah 28 rekaman suara yang telah dikategorikan menjadi empat bagian dengan rincian yaitu 13 audio tanya jawab, empat audio kajian, dua audio khutbah jum‟at, dan sembilan audio kutipan.

Gambar 3.3

Tampilan Halaman Audio pada Laptop

(49)

Gambar 3.4

Tampilan Halaman Audio pada Smartphone c. Infografis

Infografis (Infographics) merupakan singkatan dari information dan graphics. Infografis ialah visualisasi data, gagasan, informasi atau pengetahuan melalui bagan, grafis, jadwal dan lainnya agar data, gagasan, informasi atau pengetahuan dapat disajikan lebih dari sekedar teks dan memiliki dampak visual yang cukup kuat dan lebih menarik.71 Pada beranda asysyariah.com, artikel terbaru dan paling populer didampingi dengan infografis sehingga memudahkan para pembaca untuk membaca cepat informasi yang dimaksud.

71 Nuning Kurniasih, “Infografis,” Prosiding Makalah Seminar Nasional Komunikasi, Informasi dan Perpustakaan di Era Global (Jatinangor, 2016), 456.

(50)

Gambar 3.5

Tampilan Halaman Beranda pada Laptop

Gambar 3.6

Tampilan Halaman Beranda pada Smartphone B. Tema dan Bahasan dalam Website Asysyariah.com

(51)

Pokok bahasannya didasarkan pada polemik atau persoalan-persoalan yang kerap menjadi pertanyaan di masyarakat, yang kemudian dibagi berdasarkan tiga jenis rubrik diantaranya rubrik tetap, rubrik pendukung, dan rubrik tambahan. Tema bahasan diklasifikasikan sesuai dengan jenis rubrik yang telah ada. Pada rubrik tetap terdapat tujuh kategori tema pembahasan, sedangkan pada rubrik pendukung dan tambahan masing-masing terdap enam tema pembahasan.

Artikel-artikel yang ada dalam data berikut merupakan data penelitian yang peneliti peroleh dari website asysyariah.com dan hanya beberapa yang relevan dengan peneltian yang akan dicantumkan dalam uraian sebagai berikut untuk keperluan penelitian ;

1. Aqidah

Sesuai jenis kategorinya, artikel-artikel yang dibahas disini adalah seputar aqidah. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keṣahihan dan keberadaannya secara pasti dan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.72 Adapun ruang lingkup aqidah dalam islam menurut Hasan al-Banna meliputi;

a. Ilahiyyat, membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, sifat Allah, nama dan perbuatan Allah dan sebagainya.

72 Muhammad Amri, La Ode Ismail Ahmad, dan Muhammad Rusmin. Aqidah Akhlak (Makassar:

Semesta Aksara, 2018), 2, https://core.ac.uk/download/pdf/198228163.pdf.

(52)

b. Nubuwwat, membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para Rasul, mukjizat, Rasul dan lain sebagainya.

c. Ruhaniyyat, membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti jin, iblis, setan, roh, malaikat dan lain sebagainya.

d. Sam‟iyyat, membahas tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam‟i, yakni dalil naqli berupa al-Quran dan al- Sunnah seperti alam barzakh, akhirat dan azab kubur, tanda- tanda kiamat, surga, neraka, dan lainnya.73

Sejauh ini total artikel yang telah diterbitkan di asysyariah.com dengan tema bahasan aqidah berjumlah 78 artikel. Diantaranya berjudul

“Sihir di Sekitar Kita”, “Makna Thagut”, “Mengharap Syafaat Pada Hari Kiamat”, dan lain-lain.

2. Akhlak

Sebagaimana pentingnya ilmu, amal adalah bukti nyata keimanan seseorang. Amal itulah yang dimaksud akhlak. Tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Dengan kata lain, akhlak merupakan buah dari tasawuf, yakni suatu proses pendekatan diri kepada Tuhan.74

Salah satu contoh artikelnya berjudul “Lidah Tak Berulang” yang membahas tentang bahaya fatal sebuah lisan apabila pemiliknya berbicara tanpa ilmu agama yang memadai. Redaktur kemudian mengutip firman Allah S.W.T. dan hadis berikut sebagai dalil,

َي وَق ْاوُلوُقَو َوَّللٱ ْاوُقَّ تٱ ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يَأ ٓ ًل ٓ

ًديِدَس ا

﴿ ٓ ٠٧

73 Muhammad Amri, La Ode Ismail Ahmad, dan Muhammad Rusmin, Aqidah Akhlak, 4.

74 Muhammad Amri, La Ode Ismail Ahmad, dan Muhammad Rusmin, Aqidah Akhlak, 104.

Referensi

Dokumen terkait

Ayat-ayat suci al-Qur’an tersebut dengan jelas menyatakan bahwa di alam wujud ini, manusia diciptakan sebagai khalifah Allah di bumi. Manusialah yang menjadi

Alhamdulillah segala puji dan keagungan hanya milik Allah Tuhan semesta Alam karena rahmatNya, skripsi yang berjudul, “Efektivitas Penggunaan Media Film dalam Pembelajaran

Bismillahirrahmaanirrahiim, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam berkat ijin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Analisis

Dalam pengertian lebih dalam, kata waḫdah al – wujȗd berarti paham yang cenderung menyamakan Tuhan dengan alam semesta, paham ini mengakui tidak ada perbedaan antara

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan berbagai nikat, baik nikmat iman, ihsan dan berbagai nikmat yang tidak terhitung

Konsep kepercayaan yang berpegang kepada ilmu Tauhid ini tidak bersifat material kerana asas pemikiran logik tentang kewujudan tuhan semesta alam dalam ajaran Islam

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis telah menyelesaikan skripsi dengan “Penerapan Metode Keteladanan Dalam