• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Peningkatan Kompetensi Guru Profesional melalui Program Praktik Mengajar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Peningkatan Kompetensi Guru Profesional melalui Program Praktik Mengajar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 12 (3), 2022, 223-234 DOI: 10.33367/ji.v12i3.2803 E-ISSN: 2685-4155; P-ISSN: 1979-2050

.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 Peningkatan Kompetensi Guru Profesional melalui Program Praktik Mengajar di

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta

Uswatun Hasanah,1 Sheila Rosmalinda,2 Moh. Wardi,3*

1,2,3Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep, Indonesia

1uswahasan@ymail.com, 2sheila06jan@gmail.com, 3mohwardi@idia.ac.id

Received: 2022-07-04 Revised: 2022-11-27 Approved: 2022-11-29

*) Corresponding Author Copyright ©2022 Authors

Abstract

This study aims to describe teaching practice programs as a way to improve teachers' professional competence in private Islamic higher education. This study uses a descriptive qualitative approach with data collection methods through observation, interviews, and documentation. Researchers used technical triangulation through interviews and then compared with observational data and documentation. The study results found that the teaching practice program is mandatory and lasts one year. The activity system has been designed and structured. The implementation of the teaching practice program must be balanced with the guidance, coaching, and direction held regularly every week. Competencies acquired through teaching practice programs include several types of competencies: personal, pedagogical, social, and professional.

Keywords: Internship Program, Professional Teacher, Professional Competence.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan program praktik mengajar sebagai cara untuk meningkatkan kompetensi profesional guru di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti mengunakan triangulasi teknik yakni melalui wawancara, lalu membandingkan dengan data observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa program praktik mengajar bersifat wajib dan berlangsung selama 1 tahun. Sistem kegiatannya telah terancang dan terstruktur. Pelaksanaan program praktik mengajar tak lepas dari bimbingan, pembinaan dan pengarahan yang diadakan secara rutin setiap minggu. Kompetensi yang diperoleh melalui program praktik mengajar mencakup beberapa jenis kompetensi, di antaranya, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Kata kunci: Guru Profesional, Kompetensi Profesional, Program Magang.

Pendahuluan

Guru memiliki tugas yang kompleks yakni mengajar, melatih, dan mendidik.

Untuk mencapai kompetensi itu guru hendaknya memiliki pengalaman mengajar,

(2)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022 karena guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran.1 Hal itu sejalan dengan penjelasan yang tertera dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru harus mempunyai empat kompetensi utama yakni kompetensi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional.2 Keempat kompetensi itu adalah gambaran guru profesional karena keempatnya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan, sehingga guru perlu untuk terus meningkatkannya.

Kompetensi kepribadian yakni bersikap empati, terbuka, bertanggung jawab, serta dapat menjadi sumber inspirasi dan mampu memberikan teladan. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pengelolaan pembelajaran yang dapat dilihat dari bagaimana kemampuan merencanakan program pembelajaran, kemampuan melakukan interaksi, dan menilai pembelajaran. Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan guru dalam membangun hubungan dengan lingkungan sosialnya, baik dengan peserta didik dan orang lain yang berkaitan dengan keberhasilannya dalam pembelajaran, seperti hubungannya dengan sesama guru, orang tua atau wali, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional meliputi keahlian dalam bidangnya yakni penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, menguasai metode pembelajaran, rasa tanggung jawab atas tugasnya, dan rasa kebersamaan dengan sejawat gurunya.3

Kompetensi profesional guru akan tampak pada pelaksanaan tanggung jawab dan tugasnya di sekolah, tempat ia sedang bekerja. Apabila seorang guru telah memiliki kompetensi profesional, maka ia telah memiliki dedikasi yang tinggi dalam menjalaskan tugasnya, berkomitmen pada mutu proses dan hasil kerjanya, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbarui dan mengevaluasi cara kerjanya sesuai dengan tuntutan konteks zamannya yang dilandasi oleh kesadaran tinggi bahwa tugas mendidik merupakan tugas dalam menyiapkan generasi yang akan hidup pada zamannya di masa yang akan datang. Tugas keprofesionalan guru menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 (a) adalah “merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.” Tugas pokok guru

1 Ahmad Sopian, “Tugas, Peran, Dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan,” Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah 1, no. 1 (June 15, 2016): 88–97, https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.10.

2 Hamid Darmadi, “Tugas, Peran, Kompetensi, Dan Tanggung Jawab Menjadi Guru Profesional,”

Edukasi: Jurnal Pendidikan 13, no. 2 (2015): 161–74, https://doi.org/10.31571/edukasi.v13i2.113.

3 Rulam Ahmadi, Profesi Keguruan : Konsep Dan Strategi Mengembangkan Profesi Dan Karier Guru (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), 79.

(3)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022

diwujudkan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, sedangkan tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja guru.4

Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas sebagai guru profesional. Guru merupakan bagian dari unsur yang sangat sangat penting dalam proses pendidikan, kualitas guru dalam menjalankan perannya di tengah masyarakat akan menentukan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, upaya pengembangan profesi guru menjadi syarat utama bagi kemajuan suatu bangsa, karena peningkatan kualitas guru akan menjadi faktor dalam peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.5

Kompetensi guru di Indonesia terutama kompetensi pedagogik dan profesional masih sangat rendah. Hal tersebut menandakan bahwa pengembangan profesionalitas guru masih sangat jauh dari ideal. Oleh karena itu peningkatan kompetensi dapat diupayakan dengan memberikan perhatian terhadap perencanaan pengembangan profesionalitas yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.6 Peningkatan profesional guru dapat ditingkatkan melalui latihan secara langsung di lapangan, seperti adanya program praktik mengajar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) berbasis pesantren yakni Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep. IDIA Prenduan mempunyai program yang beragam, antara lain program intensif dengan tambahan pembelajaran kepesantrenan, program plus (khusus guru pengabdian alumni Tarbiyatul Mu’alimin dan Ma’had Tahfidz), serta program regular.7

Dalam rangka pengembangan kompetensi calon guru, seluruh mahasiswi sarjana program intensif IDIA wajib mengikuti program praktik mengajar selama 1 tahun baik mahasiswi yang lulus dengan predikat sangat memuaskan maupun yang tidak. Mereka diwajibkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan mengajar baik di Pondok Pesantren Al-Amien dan di berbagai pesantren yang telah ditentukan oleh para pengasuh dan pengurus pesantren.8 Program tersebut bertujuan sebagai pengasah, ruang

4 Dian Iskandar, “Implementasi Kompetensi Profesional Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik,” Journal of Management Review 2, no. 3 (2018): 261, https://doi.org/10.25157/jmr.v2i3.1804.

5 Ayu Dwi Kesuma Putri and Nani Imaniyati, “Pengembangan Profesi Guru dalam Meningkatkan Kinerja Guru,” Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 2, no. 2 (August 31, 2017): 202–11, https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.8109.

6 Arief Rahman Yusuf and Amat Mukhadis, “Model Pengembangan Profesionalitas Guru Sesuai Tuntutan Revitalisasi Pendidikan Vokasi Di Indonesia,” Lectura : Jurnal Pendidikan 9, no. 2 (2018): 130–39, https://doi.org/10.31849/lectura.v9i2.1613.

7 Tim Penyusun, “‘Warta Singkat (Warkat) Tahun Ajaran 1439-1440 H. / 2018-2019 M,’” (Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep, 2019).

8 Nyai Asmaniyah Siroj, Wawancara, January 2021.

(4)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022 latihan agar menjadi guru profesional, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang istimewa. Seperti yang dikatakan wakil pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan KH. Ghazi Mubarok pada acara orientasi kuliah umum kepondokan (KUK)

“…untuk anak-anakku niha’i (semester akhir) mengabdi di pondok, di IDIA itu bukan karena alasan lain, namun karena kami tidak mau kalian menjadi orang biasa, kami mau kalian menjadi orang yang istimewa, terlatih, berpikir bagaimana caranya memberi dan berguna di masyarakat”. Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa setelah lepas dari tanggung jawab sebagai guru pengabdian di IDIA, para alumni dapat menjadi guru yang multitalent.9

Berkaitan dengan hal itu, peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan program pengabdian. Pertama, hasil penelitian Fuadi yang menggunakan metode kualitatif berjenis studi kasus di TMI Al-Amien Prenduan yang mengungkap tentang sistem pendidikan kaderisasi beserta faktor pendukung dan penghambatnya.10 Kedua, hasil penelitian Jannah yang memfokuskan pada program peningkatan kompetensi pedagogik guru yang menempatkan niha’i sebagai subjek penelitiannya.11 Ketiga, hasil penelitian Rozi yang mengungkap tentang program pengabdian santri sebagai cara untuk meningkatan perilaku sosial keagamaan mereka.12 Keempat, hasil penelitian Fatimah yang menyimpulkan bahwa pembinaan guru mempunyai dua aspek yaitu aspek eksternal melalui pelatihan dan aspek internal dengan pembinaan spiritual. Keduanya dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja guru Madrasah Aliyah.13 Hal ini sejalan dengan hasil beberapa hasil penelitian lain yang menyimpulkan bahwa pelatihan dan pengalaman mengajar mempunyai pengaruh signifikan dalam menunjang profesionalitas guru.14 Selanjutnya hasil meta-analisis Dudung menyimpulkan bahwa guru memerlukan penguatan kompetensi profesional

9 KH. Ghazi Mubarok, Kuliah Umum Kepondokan (KUK), Di Gedung Serba Guna TMI, 2021.

10 Ach Fuadi, “Sistem Pendidikan Kaderisasi Di TMI Al-Amien Prenduan” (Skripsi, Madura, Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, 2018), http://repo.idia.ac.id/items/browse.

11 Yuniatul Jannah, “Program Niha’i Santri: Pola Pengembangan Pedagogik Guru,” Fakta: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (January 17, 2021): 19–34.

12 Much. Khoirur Rozi, “Peran Program Pengabdian Dalam Meningkatkan Perilaku Sosial Keagamaan Santri Di Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Gresik” (Skripsi, Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2020), 75.

13 Siti Fatimah, “Pembinaan Guru Pengabdian Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Semster Genap Tahun Pelajran 2018-2019” (Skripsi, Ponorogo, IAIN Ponorogo, 2019), http://etheses.iainponorogo.ac.id/6749/.

14 Muhammad Rakib, Arfina Rombe, and Muchtar Yunus, “Pengaruh Pelatihan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Profesionalitas Guru,” Jurnal Ad’ministrare: Jurnal Pemikiran Ilmiah Dan Pendidikan Administrasi Perkantoran 3, no. 2 (January 4, 2017): 137–48, https://doi.org/10.26858/ja.v3i2.2574; Sahari Sahari, “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Profesionalisme Guru Di SMAN I Likupang,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 9, no. 1 (2018):

62–86, https://doi.org/10.30984/jii.v9i1.599.

(5)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022

seperti pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan penguasaan materi dan memaksimalkan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), sehingga guru dapat memiliki wawasan yang luas dan mendalam.15

Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan beberapa penelitian sebelumnya karena memfokuskan pada salah satu dimensi kompetensi yang harus dimiliki guru yakni kompetensi profesional. Sedangkan beberapa penelitian sebelumnya lebih terfokus pada dimensi kompetensi yang lebih umum seperti sistem kaderisasi, pelatihan dan pengalaman mengajar, program pengabdian santri dan guru. Adapun kajian yang lebih spesifik mempunyai fokus dan metode berbeda yakni tentang kompetensi pedagodik guru dan meta analisis tentang penguatan kompetensi profesional guru.

Aspek lain yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumya adalah menempatkan PTKIS berbasis pesantren sebagai lokus penelitian.

Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika menempatkan penelitian ini sebagai upaya untuk melengkapi beberapa penelitian terdahulu. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya dan data awal yang telah peneliti peroleh, maka tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan program praktik mengajar di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep dan bentuk kompetensi yang muncul dari program tersebut.

Metode Penelitian

Metode penelitian kajian ini adalah kualitatif deskriptif. Pemilihan jenis penelitian ini berkaitan dengan tujuan penelitian yakni untuk menggambarkan program praktik mengajar sebagai ruang latihan menjadi guru profesional. Sumber datanya terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primernya berasal dari hasil wawancara dengan mudir ma’had lil banat IDIA Prenduan, bidang keguruan, dan ketua setiap bidang guru pengabdian di IDIA Prenduan, dewan konsultan mahasiswi (DKM), ketua bagian Akademik, bagian tata usaha, dan penanggung jawab niha’i. Sedangkan data sekundernya adalah data dokumen berupa bahan ajar yang digunakan, arsip jadwal, job description, dan laporan-laporan bimbingan. Teknik pengecekan datanya dilakukan dengan menggunakan triangulasi dengan menggunakan analisis kualitatif dieskriptif.16 Adapun cara yang peneliti tempuh adalah dengan membandingkan semua data yang telah diperoleh.

15 Agus Dudung, “Kompetensi Profesional Guru,” JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan) 5, no. 1 (2018): 9–19, https://doi.org/10.21009/jkkp.051.02.

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2019), 58.

(6)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022 Hasil dan Pembahasan

Sistem Program Praktik Mengajar

Program praktik mengajar yang diadakan oleh IDIA Prenduan memiliki prinsip bahwa bagian dan distribusi tugas bertujuan untuk membekali para guru, agar mereka memiliki kompetensi sebagai guru profesional.17 Program itu bersifat wajib dan berlangsung selama 1 tahun dengan tujuan agar dapat menjadi wadah atau ruang latihan, yakni latihan membimbing, mengajar, mengarahkan hingga latihan memahami orang lain guna menjadi guru yang profesional dan menjadi media latihan dalam proses pendewasaan berpikir dan bertindak bagi perkembangan mental dan perkembangan intelektual. Dengan demikian, orientasi program praktik mengajar adalah untuk mempersiapkan guru profesional.

Sistem program praktik mengajar di IDIA Prenduan sudah terancang, terstruktur, dan terjadwal. Di mana setiap peserta program praktik mengajar memiliki 3 tugas, yakni struktural, fungsional, dan edukasional yang dilakukan setiap hari selaman 24 jam.

Tugas dalam struktural menentukan kedudukan, tanggung jawab, hak dan wewenang, sedangkan tugas fungsional menekankan pada fungsional kepegawaian. Jabatan fungsional merupakan jabatan teknis yang tidak terstruktur dan tidak tercantum dalam organisasi, namun sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas pokok dalam organisasi.18

Tugas struktural peserta program praktik mengajar sebagai berikut mempunyai lima bagian. Pertama, sekretaris di pesantren, bertugas membuat jurnal mahasiswi intensif dan melaporkan perkembangan atau catatan penting kepada para pengurus pesantren dan wakil-wakilnya. Para pengawas kamar setiap semester dan kamar, mengatur jadwal rapat mingguan, membuat agenda rapat setiap sebelum rapat dan membuat notulensi hasil rapat, mengoreksi setiap surat yang akan dikeluarkan oleh Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mengoreksi proposal dan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dari setiap acara BEM dan UKM, mengatur dan membuat agenda kegiatan ke-IDIA-an BEM-UKM, bertanggung jawab menjaga kerapian dan kenyamanan serta keamanan kantor dan kamar.

17 Moh Wardi and Ismail Ismail, “Following The Prophet Muhammad Character through Ngabuleh Tradition in Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan,” El Harakah: Jurnal Budaya Islam 20, no. 1 (June 1, 2018): 49–64, https://doi.org/10.18860/el.v20i1.4473.

18 Nelson Bastian Nope, “Mutasi Pejabat Fungsional Ke Dalam Jabatan Struktural Di Era Otonomi Daerah,” Masalah-Masalah Hukum 44, no. 2 (2015): 234, https://doi.org/10.14710/mmh.44.2.2015.234- 242.

(7)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022

Kedua, Dewan Konsultan Mahasiswi (DKM). DKM bertugas untuk mengontrol seluruh kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswi IDIA Prenduan, bertanggung jawab terhadap perizinan mahasiswi intensif, ikut andil dalam perencanaan agenda kegiatan BEM dan UKM, mendampingi BEM dan UKM pada setiap progresnya, mengurus mahasiswi yang melanggar dan mewadahi bakat dan minat, menjadi koordinator dalam mengatur tugas-tugas para pengawas, menjadi konsultan setiap organisasi (BEM-UKM) IDIA, menjaga keamanan IDIA. Ketiga, bagian akademik yang bertugas untuk membuat jadwal pelajaran, membuat absen mahasiswi, membuat jurnal dosen, mengontrol mahasiswi, membuat peraturan mahasiswi, menghubungi dosen setiap pagi, menyediakan media belajar kepada dosen yang membutuhkan, mengarahkan mahasiswi untuk berdisiplin di dalam kelas maupun di luar kelas, meminta laporan tentang dosen yang absen kepada wali semester. Keempat, Tata Usaha (TU) yang bertugas mengelola administrasi keuangan di IDIA Prenduan.

Kelima, bagian prasarana yang bertugas untuk mengontrol kerusakan asrama putri, melakukan pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, menyetor laporan keuangan setiap bulan ke bagian keuangan dan sebagai penanggung jawab niha’i (penanggung jawab kelas akhir), mengatur jadwal kegiatan niha’i, mengontrol setiap kegiatan niha’i yang sedang berlangsung dan mengawasi kedisiplinan niha’i. Tugas struktural ini guru pengabdian memiliki tugas masing-masing yang menjadi tanggung jawab, wewenang, dan hak guru pengabdian yang dijalankan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Adapun tugas fungsional guru pengabdian sebagai wali semester, bertugas mengontrol kelas 5 menit sebelum masuk setiap hari, mengontrol dan mencatat mahasiswi yang aktif dan jarang masuk pada jam pelajaran, membimbing mahasiswi setiap belajar malam, membimbing setiap mahasiswi yang bermasalah di semester tersebut, mengetahui setiap kemampuan mereka, mengontrol absen dan melaporkannya ke bagian akademik, memberi pendampingan, teladan dan dakwah pada semua mahasiswi, berusaha mengembangkan minat dan bakat mahasiswi, dan sebagai pengawas kamar, bertugas mengontrol keadaan kamar dan anggota kamar, mengisi jurnal pengawas, mengetahui anggota kamar yang aktif dan tidak dalam bidang syari’ah, mendampingi dan mengabsen anggota kamar setiap membaca Al-Qur’an sebelum tidur.19

19 Moh Wardi, “Pilihan Belajar Al-Qur’an Di Madura; Konversi Dari Langgar Ke Taman Pendidikan Al- Qur’an,” Kabilah : Journal of Social Community 1, no. 1 (June 1, 2016): 72–93.

(8)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022 Paling penting adalah tugas edukasional yakni peserta program praktik mengajar sebagai tenaga pengajar merupakan induk dari segala tugas. Maksudnya mereka harus mendahulukan atau mengutamakan tugas mengajar dengan tidak meninggalkan tugas struktural dan fungsional. Kegiatan peserta praktik mengajar, juga mencakup kegiatan bimbingan, pembinaan dan pengarahan, rapat mingguan yang didampingi para pengurus pesantren yang dilaksanakan secara rutin setiap hari Kamis yang disebut dengan rapat evaluasi. Adapun rapat yang dilaksanakan dua minggu sekali yakni rapat seluruh guru pengabdian IDIA baik putra maupun putri yang disebut dengan rapat terpadu untuk evaluasi agar tenaga pendidik dapat profesional dan mengerti persoalan-persoalan yang berkaitan dengan peserta didik.

Para peserta program praktik mengajar mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Adanya tugas tersebut membuat mereka bertanggung jawab untuk mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, mengevaluasi, dan memberi motivasi, sehingga proses peningkatan kompetensi dapat berjalan dengan baik.

Dimensi Kompetensi Program Praktik Mengajar

Program praktik mengajar merupakan sebuah program yang ditujukan untuk menyumbangkan atau membaktikan seluruh raganya untuk mengajar. Semakin lama seseorang melakukan praktik mengajar, maka semakin banyak pengalamannya. Namun upaya perbaikan apapun untuk kualitas pendidikan yang lebih baik tidak akan memberikan sumbangan signifikan tanpa didukung program pelatihan dan pendidikan yang terencana dan sistematis.20 Sistem kegiatan dalam program praktik mengajar di IDIA Prenduan sudah diatur sebagaimana jadwalnya, yang juga tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab lembaga, dengan tugas dan kewajiban yang terstruktur dan sistematis untuk latihan menjadi guru profesional.

Mereka dituntut untuk membimbing mahasiswi, mengetahui setiap kemampuan mahasiswi, memberi pendampingan, teladan dan dakwah pada semua mahasiswi terutama yang anak didiknya hingga berusaha mengembangkan minat dan bakat mereka. 21

20 Febyana Putri Komalasari, “Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Pendidikan Dan Latihan Serta Pengalaman Mengajar Di Smp Negeri Se-Kecamatan Delanggu Tahun 2014,” Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis 1, no. 1 (November 7, 2015), https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/7010.

21 Moh Wardi, “Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis),” TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2013): 54–69, https://doi.org/10.19105/tjpi.v8i1.383.

(9)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022

Pengalaman menjadi peserta program praktik mengajar di IDIA Prenduan bisa melatih mereka untuk mencapai kriteria profesional. Dalam meningkatkan profesionalisme guru maka hendaknya guru melakukan proses pembelajaran yang lebih inovatif. Dalam hal ini, kompetensi profesional meliputi beberapa hal berikut, 1) menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi; 2) menguasai substansi dan metodologi keilmuannya; 3) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta menguasai pembelajaran; 4) mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi; dan 5) selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas.22

Dalam program praktik mengajar, apabila dalam penguasaan materi pelajaran, mereka menemukan berbagai kendala, maka mereka mendapat kesempatan untuk bertanya langsung kepada guru-guru senior dalam memahami materi tersebut, mereka juga berlatih bagaimana menemukan ide atau metode baru dalam mengajar, dengan memperhitungkan situasi dan kondisi, mereka mendapat pengalaman penguasaan kelas dan penguasaan materi sehingga mereka dapat memahami materi secara cepat dan tanggap bahkan mereka berlatih untuk mengarahkan, membimbing dan membantu menyelesaikan problem yang dihadapi. Mengajar merupakan sebuah pekerjaan profesional, karena di dalamnya menggunakan prosedur dan teknik yang berlandaskan pada ranah intelektual yang harus dipelajari dan terencana serta kemudian dilakukan penerapannya demi kemaslahatan orang lain.23

Pengalaman menjadi peserta program praktik mengajar di IDIA Prenduan membawa dampak yang signifikan bagi mereka, baik dari kompetensi pedagogik yang meliputi teknik mengajar, metode, penguasaan kelas dan materi pembelajaran, kompetensi kepribadian yakni keberanian, mental hingga kinerja sebagai seorang guru, kompetensi sosial dengan menciptakan dan menjaga hubungan yang baik dengan peserta didik, sesama teman dan para pengurus pondok dan kompetensi profesional meliputi bagaimana cara mengajar dengan baik dan benar, lebih mengutamakan tugas mengajar daripada tugas lainnya. Mengajar, membimbing, mendidik, mengarahkan dan mendampingi anak-anak, bahkan pengalaman ini bisa menjadi cerman referensi ketika mereka sudah berada di masyarakat. Peningkatan profesionalitas pada program praktik mengajar, mereka peroleh dari berbagai hal, baik dari faktor internal dan faktor

22 Muhammad Kristiawan and Nur Rahmat, “Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi Pembelajaran,” Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 3, no. 2 (December 15, 2018): 373–90, https://doi.org/10.25217/ji.v3i2.348.

23 Miss Nurulaiman Chintra, “Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Ringin Wok Kota Semarang” (Skripsi, Semarang, Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017), 85.

(10)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022 eksternal. Faktor internal berupa pengalaman yang telah diberikan, untuk menumbuhkan kompetensi dalam diri mereka. Adapun faktor eskternal berupa bentuk pengawasan dari pengurus pesantren, controlling, dan evaluasi guna menumbuhkan profesionalisme mereka sebagai pendidik. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang mengungkap tentang upaya peningkatan profesionalisme guru untuk proses belajar mengajar.24

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menyimpulkan tiga hal tentang program pengabdian di IDIA Prenduan. Pertama, program pengabdian di IDIA Prenduan dapat dijadikan sebagai wadah perubahan atau ruang latihan untuk menjadi guru profesional dengan memanfaatkan waktu pengabdian selama satu tahun, menjalankan kewajiban dan tugas yang telah ditentukan dengan baik, sesuai dengan prosedur dan di bawah bimbingan, pembinaan, dan pengarahan para penanggung jawab. Kedua, adanya program pengabdian di IDIA Prenduan guru pengabdian mendapatkan hasil yang luar biasa yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Ketiga, setiap peserta pengabdian memiliki 3 tugas, yakni struktural, fungsional, dan edukasional yang dilakukan setiap hari, selama 24 jam. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan oleh lembaga pendidikan berbasis pesantren lainnya untuk calon guru profesional.

Referensi

Ahmadi, Rulam. Profesi Keguruan : Konsep Dan Strategi Mengembangkan Profesi Dan Karier Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018.

Chintra, Miss Nurulaiman. “Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Ringin Wok Kota Semarang.” Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017.

Darmadi, Hamid. “Tugas, Peran, Kompetensi, Dan Tanggung Jawab Menjadi Guru Profesional.” Edukasi: Jurnal Pendidikan 13, no. 2 (2015): 161–74.

https://doi.org/10.31571/edukasi.v13i2.113.

Dudung, Agus. “Kompetensi Profesional Guru.” JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan) 5, no. 1 (2018): 9–19. https://doi.org/10.21009/jkkp.051.02.

24 Ridwan Ridwan, “Upaya-upaya Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Proses Belajar Mengajar,”

Ekonomi IKIP Veteran Semarang 2, no. 1 (2014), http://e-journal.ikip- veteran.ac.id/index.php/EKONOMI/article/view/354.

(11)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022

Fatimah, Siti. “Pembinaan Guru Pengabdian Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Semster Genap Tahun Pelajran 2018-2019.” Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019. http://etheses.iainponorogo.ac.id/6749/.

Fuadi, Ach. “Sistem Pendidikan Kaderisasi Di TMI Al-Amien Prenduan.” Skripsi, Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, 2018.

http://repo.idia.ac.id/items/browse.

Iskandar, Dian. “Implementasi Kompetensi Profesional Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik.” Journal of Management Review 2, no. 3 (2018): 261. https://doi.org/10.25157/jmr.v2i3.1804.

Jannah, Yuniatul. “Program Niha’i SantriI: Pola Pengembangan Pedagogik Guru.”

Fakta: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (January 17, 2021): 19–34.

https://ejournal.idia.ac.id/index.php/fakta/article/view/199.

Komalasari, Febyana Putri. “Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Pendidikan Dan Latihan Serta Pengalaman Mengajar Di SMP Negeri Se-Kecamatan Delanggu Tahun 2014.” Prosiding Seminar Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis 1, no. 1

(November 7, 2015).

https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/7010.

Kristiawan, Muhammad, and Nur Rahmat. “Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Inovasi Pembelajaran.” Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan 3, no. 2 (December 15, 2018): 373–90. https://doi.org/10.25217/ji.v3i2.348.

Nope, Nelson Bastian. “Mutasi Pejabat Fungsional Ke Dalam Jabatan Struktural Di Era Otonomi Daerah.” Masalah-Masalah Hukum 44, no. 2 (2015): 234.

https://doi.org/10.14710/mmh.44.2.2015.234-242.

Penyusun, Tim. “‘Warta Singkat (Warkat) Tahun Ajaran 1439-1440 H. / 2018-2019 M,.’” Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep, 2019.

Putri, Ayu Dwi Kesuma, and Nani Imaniyati. “Pengembangan Profesi Guru dalam Meningkatkan Kinerja Guru.” Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 2, no. 2 (August 31, 2017): 202–11. https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.8109.

Rakib, Muhammad, Arfina Rombe, and Muchtar Yunus. “Pengaruh Pelatihan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Profesionalitas Guru.” Jurnal Ad’ministrare:

Jurnal Pemikiran Ilmiah Dan Pendidikan Administrasi Perkantoran 3, no. 2 (January 4, 2017): 137–48. https://doi.org/10.26858/ja.v3i2.2574.

Ridwan, Ridwan. “Upaya-upaya Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Proses Belajar Mengajar.” Ekonomi IKIP Veteran Semarang 2, no. 1 (2014). http://e- journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/EKONOMI/article/view/354.

Rozi, Much. Khoirur. “Peran Program Pengabdian Dalam Meningkatkan Perilaku Sosial Keagamaan Santri Di Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Gresik.”

Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2020.

Sahari, Sahari. “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Profesionalisme Guru Di SMAN I Likupang.” Jurnal Ilmiah Iqra’ 9, no. 1 (2018): 62–86. https://doi.org/10.30984/jii.v9i1.599.

Sopian, Ahmad. “Tugas, Peran, Dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan.” Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah 1, no. 1 (June 15, 2016): 88–

97. https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.10.

(12)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (3), 2022 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2019.

Wardi, Moh. “Pilihan Belajar Al-Qur’an Di Madura; Konversi Dari Langgar Ke Taman Pendidikan Al-Qur’an.” Kabilah : Journal of Social Community 1, no. 1 (June 1,

2016): 72–93.

http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/kabilah/article/view/1711 Wardi, Moh. “Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya (Perspektif

Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis).” TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2013): 54–69. https://doi.org/10.19105/tjpi.v8i1.383.

Wardi, Moh, and Ismail Ismail. “Following The Prophet Muhammad Character through Ngabuleh Tradition in Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan.”

El Harakah: Jurnal Budaya Islam 20, no. 1 (June 1, 2018): 49–64.

https://doi.org/10.18860/el.v20i1.4473.

Yusuf, Arief Rahman, and Amat Mukhadis. “Model Pengembangan Profesionalitas Guru Sesuai Tuntutan Revitalisasi Pendidikan Vokasi Di Indonesia.” Lectura :

Jurnal Pendidikan 9, no. 2 (2018): 130–39.

https://doi.org/10.31849/lectura.v9i2.1613.

Referensi

Dokumen terkait

1) Persiapan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling layanan informasi tentang minat belajar dengan mempersiapkan sesuatunya berkaitan dengan kegiatan yang

Variables observed were the chemical compositions i.e dry matter (DM), organic matter (OM), crude protein (CP), ether extract (EE), crude fiber (CF), nitrogen free extract

4 sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah (Hasbullah, 1999 : 21). Banyak ibu yang cenderung beranggapan bahwa prestasi anaknya

Dengan memahami proses brainstorming ide dan proses pembuatan karya film, maka mahasiswa dan dosen program studi Ilmu Komunikasi yang mengikuti dan bertanggung jawab terhadap

Dengan demikian, dengan adanya aplikasi pupuk organik cair maupun pupuk mineral (larutan urea) dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan

antaranya: 1) mendeskripsikan realisasi bunyi fonem /s/ dalam bahasa Jerman; 2) mendeskripsikan jenis distribusi apa yang terdapat pada bunyi fonem /s/ dalam

Dalam hal seperti itu, seorang pengajar tari bisa mengetahui cara mengatasi hal tersebut dengan sangat baik dan kakak sangat mengenal diri kakak dan anak didik kakak, masa

E-Course Sukses Berbisnis di Internet dalam 29 Hari Halaman 7 Hak Cipta © 2008 oleh BelajarBisnisInternet.com v1.0 - Agustus 2008 Setelah login ke account Anda, maka Anda