• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMU KALAM

MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA Dosen Pengampu: Dwi Surya Atmaja

Dosen Asiste: Wahyu Nugroho S. H

Disusun Oleh:

Muhammad Riqz Ramdhani (12102047)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

(2)

PRINSIP MODERASI BERAGAMA DALAM KERUKUNAN HIDUP BERBANGSA

ABSTRAK

Indonesia adalah masyarakat multikultural keberagaman itu meliputi perbedaan ras, budaya, bahasa, tradisi, ras, dan suku. Masyarakat dalam multikultural seperti itu yang timbul konflik dan ketegangan antar kelompok budaya yang mempengaruhi keharmonisan hidup. Tujuan artikel ini merupakan untuk membahas prinsip-prinsip pertarakan beragama untuk mencapai perdamaian nasional di Indonesia. Kajian tersebut menyimpulkan bahwa pemahaman dan kesadaran multikultural diperlukan dalam kehidupan multikultural untuk menghargai perbedaan, pluralitas dan kemauan untuk memperlakukan setiap orang secara adil. Yang dibutuhkan adalah moderasi beragama yaitu pengakuan terhadap keberadaan partai politik lain, toleransi, tidak memaksakan keputusan orang lain dan menghargai perbedaan pendapat.

Untuk kerukunan dan perdamaian, peran pemerintah dan tokoh masyarakat diperlukan secara sosial dan tabu agama dikembangkan di masyarakat.

Adapun prinsip moderat dalam islam adalah sebagi berikut : I’tidal (lurus dan tegas), Tawassuth (mengambil jalan tengah), Tathawur wa ibtikar (dinamis dan inovatif), Tawazun (berkeseimbangan), Syura (musyawarah) Tasamuh (toleransi), Ishlah (reformasi), Musawah (persamaan), Tahadhdhur (berkeadaban), dan Aulawiyah (mendahulukan yang peroritas).

Kata kunci : Kehidupan bangsa, Moderasi beragama.

PENDAHULUAN

Kita hidup di masa di mana semuanya sederhana dan itu karena teknologi terbaru membuat segala sesuatu yang penting Interferensi oleh robot dan mesing. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dapat memungkinkan manusia untuk terhubung satu sama lain tanpa mengenal waktu, jarak, batas, wilayah, membuat dunia semakin terbuka menunjukan bahwa di dunia dan segala isinya benar- benar kecil dan sempit. Saat ini dan kedepan, gerakan moderasi beragama yang diperoleh Kementerian Agama semakin mendapatkan momentum. Membentuk moderasi beragama itu dibutuhkan untuk pengelolaan kehidupan beragama dalam masyatakat Indonesia yang majemuk dan multikultural (Sutrisno, 2019: 324).

Keterbukaan informasi mempengaruhi perkembangan dunia, dan semakin liar cara berpikir dan menerima informasi menghilangkan tanpa filter identitas individu dan identitas interaksi sosial antar negara.

Hilangnya identitas nasional karena penerimaan dan penerimaan

(3)

Beradaptasi dengan arus informasi yang luas dan terbuka melalui adaptasi budaya menerapkan budaya lokal dapat menjanjikannya sesuai ekstremisme dikhawatirkan dapat merusak Pancasila sebagai ideologi nasional (Hasan, 2021: 218).

Keanekaragaman ras, suku, agama, perbedaan Nilai-nilai yang muncul dalam bahasa dan kehidupan Indonesia seringkali menimbulkan berbagai jenis konflik. Konflik sosial mengakibatkan kekerasan antaretnis tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang menunjukkan betapa rapuhnya rasa solidaritas dalam negara-bangsa Indonesia, betapa kuatnya prasangka antaretnis, dan sedikitnya pemahaman antaretnis. Konflik ini merupakan kekerasan di Indonesia yang dapat menimbulkan musibah kemanusiaan cenderung tumbuh dan berkembang tergantung permasalahan dan oknumnya. Ini adalah proses dari penyelesaian masalah yang memakan waktu lama dan menimbulkan biaya sosial, politik dan ekonomi yang sangat besar.

Karena pasang surut masalah, Indonesia mungkin berada dalam situasi darurat yang rumit (Akhmadi, 2019: 46).

Ekstremisme adalah pandangan yang melampaui batas-batas hukum yang berlaku untuk melakukan suatu tindakan, aktivitas atau pergerakan itu menciptakan ancaman. Orang-orang yang terpengaruh oleh ide ini, lihat saja sesuatu dari sudut pandang Anda sendiri dan anggaplah sudut pandang mereka yang lain salah dan melanggar hukum. ekstremisme dapat menyebar dan masuk ke dalam kehidupan masyarakat di segala bidang agama, suku, dan bangsa. Islam adalah sistem religi yang diikuti oleh mayoritas masyarakat Indonesia dengan memiliki dua landasan teoritis, yaitu teks sumber Al-Qur'an sebagai Kalamura, Hadits sebagai Sunnah Nabi, dan Pengajaran kontekstual adalah hasil kreativitas dan niat manusia dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan geografis dari berbagai tradisi dan kearifan(Pujiati, 2020: 130).

Panutan Islam, ialah As-Sunnah dan Al-Qur'an, menyebutkan banyak keistimewaan, baik tersurat maupun tersirat. Misalnya, Ayat 28 QS Saba menyebutkan bahwa risalah Islam merupakan misi universal yang menjadikan pedoman untuk semua. “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Bagian 3 QS al-Maidah kemudian menekankan kesempurnaan Islam. Dalam ayat ini pula Allah menekankan keluwesan Islam, yang selalu menyesuaikan diri dengan situasi manusia yang luar biasa sebagai penerima dan pengamal ajaran Islam. Fleksibilitas Islam dengan demikian telah menjadi fitur utama dan pilar prinsip moderasi Islam, dan fitur Islam ini telah menjadi topik

(4)

diskusi hangat di antara banyak kelompok, termasuk kelompok Islamis dan pemikir Barat(Amin 2014, 23).

Sayangnya, beberapa kelompok membawa serta keyakinan destruktif mereka. Keakraban beragama atas nama Islam mengandung makna kekerasan, kezaliman, enggan menghargai suatu perbedaan, sehingga tidak lagi nilai-nilai kemanusiaan yang mengarah trauma phobia pada islam. Dari pernyataan di atas, jelas bahwa penulis tertarik untuk mendalami dan fokus pada karya ilmiah “yang menerapkan prinsip moderasi dalam kehidupan masyarakat”.

METODE

Sistematika yang digunakan dalam artikel ini menggunakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian ini dilakukan di perpustakaan untuk pengumpulan dan analisis data perpustakaan. Dalam bentuk buku jurnal ilmiah, cerita sejarah, dokumen dan bahan pustaka lainnya yang tersedia sebagai sumber untuk menyusun bahan referensi untuk laporan kerja penelitian. Sumber informasi berasal dari literatur yang relevan dengan pembahasan penelitian berupa buku referensi, hasil penelitian atau jurnal ilmiah. Proses pengumpulan data merupakan pencarian file dalam sumber-sumber terkini dan bibliografi yang relevan.

Kemampuan Uji aktivitas analisis informasi model meliputi: reduksi informasi, presentasi informasi, dan menarik/memverifikasi kesimpulan. Gunakan informasi yang peneliti peroleh untuk mencoba menganalisis isi topik untuk menemukan jawaban (solusi) yang tepat.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengertian Moderasi Beragama

Istilah moderasi bermula dari bahasa latin moderasi yang merupakan moderasi (tidak kekurang dan tidak berlebihan). Kata tersebut meliputi pengertian pengendalian diri dari tingkah laku yang berlebihan dan tingkah laku kekurangan. Yang paling penting di dalam bahasa Indonesia, kata moderasi mengandung dua makna yaitu menghindari ekstrim dan mengurangi kekerasan, sedangkan kata moderat berarti menghindar perbuatan ekstrim dan mengarah pada ke dimensi jalan keluarnya. Maksudnya ialah seseorang yang melakukan sesuatu secara wajar, dan tidak berlebihan (kosasih, 2019: 289).

Secara luas, moderasi yaitu mengutamakan keseimbangan iman, akhlak dan budi pekerti dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan lembaga negara, dan Sedangkan moderasi dalam

(5)

bahasa Arab sebagai wasath atau wasathiyah, yang mempunyai arti yang mirip dengan tawazun (kesimbangan), i’tidal (keadilan) dan tawassuth (tengah). Seseorang dengan mengamalkan prinsip- prinsip wasathiyah disebut wasith (Widodo, 2019: 10).

Beragama merupakan penghayatan atau ketaatan terhadap suatu agama yang didalamnya terkandung makna, pranata, asas- asas keyakinan terhadap tuhan serta penganut agama dan komitmen yang berkaitan keyakinan tersebut. Di dunia ini tidak hanya ada satu agama tetapi banyak (Sihati, 2022: 1). Negara Indonesia, agama yang tercatat ialah Budha, Islam, Hindu, Kristen dan Khonghucu. Beragama itu bukan tentang membakukan keberagaman, tapi tentang bijak dalam keberagamaan. Agama ada diantara di antara kita karena martabat, harkat, dan derajat manusia yang selalu menjamin serta saling mengingkari, meremehkan dan menghancurkan. Maka marilah kita seallu menebarkan damai denagn semua orang, kapanpun (Mastori, 2022: 57).

Moderasi beragama ialah pandangan seseorang terhadap agama yang moderat, yaitu mengamalkan dan memahami edukasi agama dengan tidak ekstrim, baik yang paling kanan maupun yang paling kiri. Radikalisme, ekstremisme, ujaran kebencian dan memutuskan tali silaturahim sesama umat beragama, menjadi persoalan dilakukan oleh bangsa Indonesia dimasa sekarang.

Pertakaran beragama memang menjadi sumber yang menimbulkan kerukunan nasional, global, lokal dan toleransi. Memilih moderasi untuk menolak liberalisme dan ekstremisme dalam beragama adalah sumber untuk menyeimbangkan, mempertahankan peradaban dan membangun perdamaian. Demikian seorang yang beragama itu menerima perbedaan, saling menghormati, dan hidup berdampingan secara damai. Masyarakat dengan multikultural contohnya Indonesia, namun moderasi beragama mungkin bukan sebuah pilihan tetapi kebutuhan (Fauziah, 2021: 61)

B. Prinsip Tolerasi Antar Umat Beragama

Prinsip toleransi antar umat beragama prinsip toleransi antar umat beragama adalah bahwa dalam urusan agama tidak ada paksaan atau paksaan yang brutal dalam urusan agama, masyarakat berhak untuk menganut dan memilih agamanya masing-masing.

Beribadah menurut keyakinan masing-masing. Memaksakan seseorang dalam mengikuti keyakinan kita itu tidak ada gunanya, bahkan Tuhan Yang Maha Esa saja tidak pernah menyalahkan hidup dalam masyarakat yang berbeda keyakinannya (Fitriani, 2020: 187) .

Dalam pelaksanaannya, sikap toleran harus dilandasi kemurahan hati kepada sesama, menghormati prinsip. Bahkan

(6)

toleransi muncul sahih dikarenakan ada perbedaan prinsip, prinsip menghargai atau perbedaan orang lain dihormati tanpa membeda- bedakan (Jena, 2019: 190)

C. Prinsip Moderasi Perspektif Hukum Islam

Wacana tentang moderasi dalam Islam merupakan topik menarik menyita banyak perhatian dan memakan waktu para sarjana Islam (Muslim maupun yang non-Muslim), khususnya para pemikiran barat berbagai tujuan penelitian. Penelitiannya berfokus hampir secara eksklusif pada konsep pantang dalam Islam secara umum, dengan sedikit atau tidak memperhatikan status wacana tersebut di bidang hukum Islam. Mengingat perdebatan ini memakan waktu, dengan isu standardisasi moderasi dalam Islam ini tidak jauh dari kritik. Sebagai contoh Yusuf Qaradawi berkomentar bahwa memberikan gambaran/indikator untuk sub topik Malamih al-Wasathiyyah atau pantangan Islam, namun tidak menggunakan istilah mabadi' atau prinsip makna ushul dan dia tidak fokus di kajian dalam hukum Islam (Yusuf, 2011: 39).

Menurut pemaparan tentang moderasi Islam dalam indikator, Qaradhawi mengusulkan 30 indikator untuk mencapai islam moderasi, antara lain pemahaman Islam yang komprehensif, kombinasi kekekalan dan fleksibilitas dalam Islam, kebutuhan reformasi dan ijtihad Tunggu. Melihat 30 indikator pertarakan Islam dikemukakannya untuk memahaminya yaitu Qaradhawi tidak hanya berfokus wacana prinsip diinginkan untuk kajian.

Prinsip-prinsip diharapkan dalam kajian ini sebenarnya meletakkan dasar bagi pertarakan Islam untuk hukum Islam.

Prinsip-prinsip yang dibahas adalah diakui bahwa hal berikut merupakan tulang punggung perspektif hukum islam moderat yaitu prinsip ushul-Furu, prinsip Qath 'i-Dzanni, prinsip 3R dan prinsip Maqasid-Wasaildan dengan kajian ilmu hukum Islam moderat.

Oleh karena itu, jika itu sebuah pandangan Islam secara umum dan pandangan hukum Islam pada terkhusus yang tidak sesuai dengan dualisme tersebut di atas, maka pemikiran tersebut harus radikal atau ekstrim dan tidak sejalan dengan keinginan Islam. Misalnya,versi barat dalam moderasi Islam tidak mengenal dualisme tersebut yang mau berurusan dengan hukum ataupun ajaran Islam hanya dalam Zanni (fleksibel), Wasa.il (sarana/alat) tidak mungkin disebut moderasi Islam. Demikian pula, pemikir Islam yang menganut prinsip di atas tidak mungkin menjadi kelompok ekstremis atau radikal (Habibi, 2022: 142).

Ciri-ciri moderasi beragama Islam rohmatan lil alamin harus tertanam di dalam jiwa yaitu :

1. Wasathiyah (Ambil jalan tengah)

(7)

Konsep Islam Wasathiyyah ialah mengerti Islam dengan dilandasi oleh nilai agama yang mengutamakan kerukunan antar umat yang dapat memperoleh ke tidak ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Dalam tataran rasional berdasarkan berbasis metodologis merupakan dari Islam Wasathiyyah. Khazanah Islam klasik mewarisi teori menggunakan penalaran yang tak terhitung jumlahnya untuk menuju kesenjangan antara teks wahyu yang memiliki keterbatasan dan siap pakai untuk realitis yang selalu berkembang. Dengan perspektif yang dinamis dan logis ini, Islam senantiasa diperbarui di setiap tempat dan zamannya. Ketika mata rantai pemahaman tekstual putus, Islam kehilangan momentumnya untuk berdiri bersama dengan banyaknya persepsi dan konsep (junaidi dan ninoersy, 2021:

94).

Umat Islam juga tidak mengutamakan konteks dan mengesampingkan teks-teks agama sebagai pedoman (Qur'an dan Hadits) pemahaman (liberalisme). Kebebasan tanpa arah, liar, acak, tak terkendali. Seorang hamba harus menaati Allah SWT sebagai Tuhannya melalui shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah matahari lainnya, tetapi hamba harus memahami bahwa tidak ada alasan untuk mendikte aktivitas duniawi dan jarak sosial. Keduanya senantiasa menjaga keseimbangan antara urusan akhirat, dunia, dan tidak boleh menguasai keduanya sekaligus.

2. Tawazun ( Seimbang )

Tahawzun memiliki cara pandang yang seimbang yang tidak menyimpang dari garis yang telah ditetapkan. Kata Tawazun jika dirunut ke belakang berasal dari Mizan yang berarti keseimbangan. Namun dari segi golden mean, Mizan tidak dimaknai sebagai ukuran atau objek, melainkan sebagai keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik di dunia manusia maupun dalam urusan kehidupan yang kekal. Islam adalah agama seimbang yang menggunakan akal untuk menyeimbangkan peran wahyu ilahi dan memiliki pembagian yang jelas antara akal dan wahyu. Di dalam kehidupan ini, Islam mengajarkan keseimbangan antara hati, ruh dan akal, nurani dan nafsu, dll. Dapat diuraikan, konteks tawazun dalam moderasi yaitu tindakan yang seimbang, adil, dan enggan memihak yang diikuti kejujuran untuk tidak menyimpang jalan yang telah ditetapkan. Karena kezaliman adalah merusak pada keseimbangan dan keharmonisan jaringan alam semesta yang mana udah ditetapkan oleh Allah SWT.

(8)

3. I’tidal (lurus dan tegas)

Bahasa arab i'tidal ini yang berarti persamaan atau adil.Di dalam kamus bahasa Indonesia, adil ialah tidak semena- mena. Itidal adalah cara untuk menetapkan, berbagi, menegaskan hak dan memenuhi kewajiban. Sebagai Muslim, kita harus memperlakukan semua orang dengan adil dan jujur setiap saat, dalam segala keadaan. Karena keadilan merupakan ajaran islam dai nilai luhur, absurditas kesejahteraan dapat terjadi tanpa adaya keadilan.

Sikap ini pada hakekatnya berimplikasi pada menjunjung tinggi kewajiban untuk bertindak adil dan adil dalam kehidupan sebuah masyarakat atau dalam kehidupan bersama. Secara keseluruhan, dengan kecnderungan perilaku i'tidal, kita akan menjadi bagian dari kelompok yang berprilaku dan tindakannya sejalan serta konstruktif dan pendekatan ini untuk menghindari ke arah pandangan ekstrim.

4. Tasamuh (Toleransi)

Dalam bahasa Arab, Tasamuh berasal dari samhun yaitu kemajuan. Namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi ialah: menghormati, mengizinkan hal-hal yang berbeda atau bertentangan dengan keyakinan seseorang. Dari sini bisa menyimpulkan bahwasannya toleransi berarti menghormati posisi sseorang, penghargaan bukan berarti koreksi atau persetujuan untuk mengikuti dan membenarkan. Sejauh menyangkut agama, toleransi dalam ranah ketuhanan dan keimanan tidak masuk akal. Tata cara liturgi sesuai upacara dan tempat masing-masing. Orang-orang moderat percaya bahwa setiap agama itu benar menurut kepercayaan para pengikutnya, dan tidak masuk akal untuk berasumsi bahwa semua agama itusetara dan benar. Kerukunan dan persatuan hanya dapat dipertahankan jika ada toleransi dibidang kemanusiaan dan sosial.

5. Musawah (persamaan)

Musawah merupakan kesetaraan, Islam tidak pernah mendiskriminasi secara sama terhadap semua orang yang memiliki kemampuan untuk membedakan orang menurut individu, tanpa memandang jenis kelamin, ras, etnis, tradisi, budaya, kelas, karena semuanya dari Sang Pencipta, orang, yang telah ditentukan oleh karena itu. tidak memiliki hak untuk mengubah aturan yang ditetapkan. Firman Allah SWT dalam

(9)

surat Al Hujarat ayat 13 adalah sebagai berikut: “Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menciptakan bangsa-bangsa dan suku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui” (qs al hujurat : 13).

Ayat ini menjelaskan bahwa semua orang memiliki kepribadian yang sama di antara sesama manusia, hanya saja orang berbeda di mata Allah dengan apa yang mereka lakukan dan lakukan. Jika kita menengok kembali sejarah nusantara, Wali Songgo ialah penganjur Islam juga mengajarkan kesetaraan dengan sangat kuat, tidak ada keluhuran atau kesetaraan yang lebih sederajat di antara umat, tidak ada persoalan dan tidak ada perubahan, perasaan menjadi umat berasal dari kata ini. roiyat, artinya den Pemimpin rakyat berarti masyarakat memiliki tanggung jawab dan tugas yang sama bekerja berdampingan namun daripada itu disebut komunitas atau istilah yang dipakai sekarang.

6. Syuro ( Musyawarah)

Kata syuro berasal dari syawara-yusawiru yang berarti menerangkan, mengambil atau memperjelas. menyerupai dari sywara adalah tasyawara berarti bertukat pendapat, saling berdialog, dan perundingan, padahal syawir ditujukan untuk posting atau bertukar komentar. Oleh karena itu, musyawarah adalah cara atau metode untuk memecahkan suatu masalah, bertemu dan mendiskusikan masalah untuk mencapai kesepakatan tentang prinsip kepentingan bersama yang pertama.

Moderasi dalam konteks musyawarah adalah penyelesaian masalah dengan menghilangkan prasangka, perselisihan kelompok dan individu, meminimalisir karena musyawarah dapat membangun kebebasan, keterbukaan, komunikasi berbicara dan silaturahmi sarana membangun ukhuwah dan persaudaraan ukhuwah basariyah, ukhuwah islamiyah, ukhuwah watoniyah, dan ukhuwah sesama manusia.

7. Ishlah (Reformasi)

Islah berasal kosakata bahasa Arab dan artinya perbaikan atau rekonsiliasi. Dalam doktrin moderasi, Islam menawarkan perubahan keadaan untuk menanggapi suatu perubahan pada kemajuan masa dengan berorientasi pada kepentingan bersama mengikuti prinsip melestarikan nilai tradisional dahulu yang baik dan menerapkan nilai tradisional

(10)

yang modern saat ini, memberikan kondisi yang lebih baik untuk menghadapi perubahan dan kemajuan zaman.

Keuntungan bersama atas Pemahaman ini dapat mengubah bermasyarakat yang selalu menebarkan kemajuan dan perdamaian, kemudian menerima perubahan dan persatuan kehidupan berbangsa.

8. Awlawiyah (Mendahulukan Perioritas)

Al-awlawiyyah merupakan berbentuk jamak al-aulaa, artinya kepentingan atau prioritas. Awlawiyah dapat juga diartikan sebagai mengutamakan suatu kepentingan yang lebih tinggi. Menurut syarat-syarat Awlawiyah, dalam hal pelaksanaan (implementation), bagaimanapun juga yang terpenting adalah mendahulukan hal-hal yang memerlukan prioritas di atas hal-hal lain yang kurang penting tergantung waktu dan lamanya pelaksanaan. Dalam konteks moderasi kebangsaan, Awlawiyah juga selalu mampu mengutamakan kepentingan pada umumnya bermanfaat bagi kehidupan bangsa.

Selain itu dari Awlawiyah adalah memiliki visi yang luas untuk menganalisis dan mengidentifikasi masalah sehingga dapat menemukan masalah pokok dalam masyarakat dan mengedepankan pemikiran teoretis sebagai metode untuk memecahkan masalah dalam masyarakat/masalah yang harus dipecahkan.

9. Athawur Wa Ibtikar (Dinamis Dan Inovatif)

Tathawwur wa Ibtikar adalah sosok yang inovatif dan dinamis merasa tergerak dan direformasi, selalu terbuka Berpartisipasi aktif dan perbarui sesuai kebutuhan Maju mengikuti perkembangan zaman dan bermanfaat bagi umat. Jika kita melihat ke kembali dan melihat zaman dahulu Anang Solikhudin, penyebab yang telah dipelajari umat Islam adalah salah satu kegagalannya adalah karena merosotnya pemikiran Islam. Sifat statis dan pasif merupakan penyakit yang serius sekelompok umat Islam, yang dipengaruhi untuk pengikut mazhab Kalam Jabariyah digunakan oleh penjajah yang ingin mempecah belahkan Islam agar para umat Islam menganggap apa yang menimpa umat Islam sudah terjadi. itu merupakan ketetapan tuhan dan manusia tidak berdaya jika dalam menentukan ketetapanya sendiri.

Perkiraan ini memunculkan pemikiran bahwa gerbang ijtihad melihat mencari solusi atas masalah yang tertutup, namun penganut Islam ketinggalan zaman, pencerahan, buta terhadap taqlid dan terbatas memperoleh pembaruan. Jadi kita

(11)

harus belajar melalui sejarah bahwasannya moderasi memberi kita kesempatan melalui bangsa terbesar untuk melanjutkan momentum dengan kemampuan kita sendiri dan berinovasi untuk menciptakan inovasi dan terobosan-terobosan baru, jangan berdiam diri, menutup diri terhadap perubahan masa dan berpuas diri dengan apa yang udah kita punya.

10. Tahadhdhur (Berkeadaban)

Mempertahankan moralitas, kepribadian, keluhuran, jati diri dan berbaur dalam kehidupan dan peradaban Rumah Khoisuu dan bertanggung jawab. Peradaban memiliki banyak konsep, salah satunya adalah informatika. Sains adalah cikal bakal peradaban, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin luas bidang pandangnya, semakin luas pula bidang pandangnya. Melihat semua sudut dan menjadikan seseorang bijak, kebijaksanaan terwujud dalam perilaku sopan atau moral yang tinggi. Amalan budi pekerti yang beradab didalam berkehidupan bangsa sangat penting karena menjunjung tinggi terhadap abab individu, maka semakin tinggi pula rsa hormat yang dimilikinya terhadap orang lain, tidak cuman dari sudut pandang dirinya sendiri, tetapi juga sudut pandang orang lain (Karim, 2019: 17).

KESIMPULAN

Para peneliti menelaah mengkaji dari beberapa informasi data untuk “membuktikan” begitu penting tata krama kepedulian, khususnya etika kepedulian sebagai syarat mutlak untuk pertemuan dan kerjasama umat beragama untuk menjalani kehidupan yang harmonis. Dalam konteks etika kepedulian, antaragama memanfaatkan warga negara secara sukarela meninggalkan kepentingan dan kenyamanan mereka untuk bertemu dengan orang lain yang beragam. Pengertian ini, model dialog formal dan legal bukan kurang penting, tetapi dapat juga bertindak penghambat pembentukan hubungan yang mediasi, terlebih dalam menakankan pada dimensi suatu perbedaan diperkuat oleh sebuah memilih untuk lebih terfokus di narasi doktriner.

Indonesia merupakan suatu negara bangsa mempunyai suatu perbedaan darimulai agama, suku, kekayaan, adat istiadat, tradisi budaya, hingga falsafah hidup berdampingan yang menyatu dengan ideologi Pancasila. Persatuan dan kesatuan yang telah terjalin erat selama berabad-abad harus dijaga dan dilihara agar tidak pecah.

Perkembangan globalisasi dan penyebaran informasi saat ini tidak

(12)

boleh menjadi penyebab hilangnya identitas bangsa, dan tidak boleh dipengaruhi oleh ekstremisme yang membenarkan pandangan sendiri.

Memberikan moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa untuk menyaring ide dan ideologi yang bertentangan dengan kehidupan berbangsa.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, agus. 2019. “moderasi beragama dalam keragaman indonesia religious moderation in indonesia’s diversity” 13 (2).

Amin, rauf. 2014. “prinsip dan fenomena moderasi islam dalam tradisihukum islam.” Al-qalam 20 (3): 23.

Fitriani, shofiah. 2020. "Keberagaman dan Toleransi Antar Umat Beragama" 20 (2): 187.

Habibi, ibnu. 2022. " Implementasi Moderasi Beragama dalam Mencegah Faham Radikalisme dan Intoleran di Kampung Kristen Bojonegoro" 6 (1): 142.

Hasan, mustaqim. 2021. “prinsip moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa.”..

Jena, yeremias. 2019. "Toleransi Antarumat Beragama di Indonesia dari Perspektif Etika Kepedulian" 12 (2): 190.

Junaidi, dan tarmizi ninoersy. 2021. “nilai-nilai ukhuwwah dan islam wasathiyah jalan moderasi beragama di indonesia.” 1 (1): 94.

Karim, Hamdi. 2019. " Implementasi Moderasi Pendidikan Islam Rahmatallil ’Alamin dengan NilaiNilai Islam" 4 (1): 17.

Kokasih, Engkos 2019. "Literasi media sosial dalam pemasyarakatan sikap moderasi beragama" 12 (1): 289).

Mastori, 2022. "konsep kebebasan beragama dan implementasinya dalam dakwah islam" 3 (1): 57.

Nurdin, Fauziah 2021. ” Moderasi Beragama menurut Al-Qur’an dan Hadist" 18 (1): 61.

Sihati, Alfi. 2022. "Kebhinekaan dan keberagamaan" 2 (9): 1.

Sutrisno, Edy 2019. "aktualisasi moderasi beragama di lembaga pendidikan" 12 (1): 324.

Widodo, priyanto. 2019. "Moderasi agama dan pemahaman radikalisme di indonesia" 15 (2): 10.

Winata, 2020. " Moderasi islam dalam pembelajaran pai melalui model pembelajaran konstekstual" 3 (2): 130.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator: Persentase siswa di madrasah yang memperoleh pendidikan agama yang bermuatan moderasi beragama Target Renstra Kementerian: 70. 100 0 100 0 100% pemberian materi

1. Pemahaman terhadap Konsep Moderasi Beragama di kalangan mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama UIN Walisongo Semarang angkatan 2018 belum merata disemua

Moderasi beragama adalah sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (eksklusif) dan penghormatan praktik agama lain yang berbeda kepercayaan (inklusif)

Dalam membangun dan menguatkan moderasi beragama di Indonesia terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan seperti memasukkan muatan moderasi beragama dalam kurikulum

Pentingnya Moderasi Beragama di sampaikan oleh Oman Fathurahman, diantaranya bila kita memahami makna dari Moderasi itu sendiri baik secara etimologi dan

“Jika ada tiga orang keluar untuk berpergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu di antaranya sebagai pemimpin atau ketua rombongan.” (H.R. Abu Dawud). Dari hadits di atas

Saran pada penelitian ini adalah perlu ditingkatkan penguatan moderasi beragama di lingkungan masyarakat agar memiliki nilai-nilai moderat dalam beragama, sehingga

Dalam pembahasan moderasi beragama, istilah moderasi beragama merupakan lawan kata dari sikap fanatisme dan ekstrimisme. Moderat berarti tidak terlalu condong pada