• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BAB II PRODUKSI TELUR ASIN DI KABUPATEN BREBES A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BAB II PRODUKSI TELUR ASIN DI KABUPATEN BREBES A"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PRODUKSI TELUR ASIN DI KABUPATEN BREBES

A. Telur Asin Sebagai Sesaji Peribadatan Warga Tionghoa

Etnis China masuk ke Brebes sekitar abad ke 18, satu abad sebelum pondasi toko pertama telur asin ditancapkan ke tanah. Peradaban China di Brebes bisa dilihat dari adanya dua klenteng di Losari (Hok Tek Tjeng Sin) dan Klenteng (Hok Tek Bio) di Gamprit, Keduanya sudah ada sejak abad 19. Orang-orang Tionghoa waktu itu mengenalkan berbagai makanan termasuk telur asin. Mulanya telur asin disuguhkan dalam sesaji dalam peribadatan warga Tionghoa, bahkan menjadi menu yang wajib ada. Telur asin dijadikan simbol kesuburan untuk Dewa Bumi. Tradisi Tionghoa, telur yang diasinkan digunakan sebagai salah satu sesaji bagi Dewa Bumi.

Pada periode pasca kemerdekaan 1945-1949, telur asin membantu banyak orang untuk bertahan hidup. Telur (bebek) asin pertama kali disebut dalam Qimin Yaoshu, teks kuno China, abad 6 SM disebutkan bahwa sebelum dikonsumsi, telur bebek harus direndam selam sebulan. Proses pengasinan merupakan tradisi atau malah satu-satunya cara membuat makanan lebih awet dari semestinya.

Dengan diasinkan, berbagai olahan makanan, termasuk telur bisa disimpan lebih lama. Bermula dari sesaji Dewa Bumi, masyarakat Tionghoa menjadikan telur asin sebagai bagian dari kekuatan ekonomi pada masa transisi pasca- Kemerdekaan. Selepas revolusi pada periode 1945 hingga 1950, perekonomian Indonesia belum benar-benar stabil.

(2)

27

Pada rentang waktu itu, telur asin menjadi bagian perekonomian masyarakat Tionghoa. Tak hanya untuk sesaji para dewa-dewa, telur asin juga mulai mengisi perut-perut lapar mereka. Untuk kesekian kalinya telur asin kembali bertransformasi. Telur bebek itu kemudian memiliki nilai ekonomis. Singkatnya telur asin berubah menjadi barang komersial. Masyarakat Brebes mulai mengenal telur asin pada 1960-an. Bukan hanya keturunan Tionghoa, masyarakat pribumi sudah bisa membuat telur asin secara mandiri. Masyarakat Tionghoa dan pribumi Brebes hidup rukun di antara telur asin. Sejak saat itu, salah satu kabupaten di Jawa Tengah itu dikenal sebagai kota penghasil telur asin.

B. Produksi Telur Asih di Kabupaten Brebes 1. Alat Produksi Telur Asin

Bahan baku telur asin adalah telur itik. Telur itik yang tidak diawetkan hanya dapat bertahan selama 14 hari jika disimpan pada suhu ruangan. Lebih dari itu, telur bisa membusuk. Pengawetan ini sangat membantu peternak yang memiliki persedian telur berlebih dan mengalami kesulitan dalam penjualannya (Martawijaya, 2004:89). Pengawetan merupakan bagian dalam usaha penanganan pascapanen dengan tujuan untuk menjaga kualitas telur tetap baik dalam kurun waktu yang lama. Telur itik dapat diawetkan dengan berbagai cara dan bahan pengawet atau dengan pengasinan.

Salah satu pengasinan telur yang dikenal luas adalah cara pengasinan Brebes. Sesuai namanya, pengasinan ini banyak dilakukan oleh masyarakat Brebes. Secara umum penggunaan teknologi atau peralatan dalam industri telur

(3)

28

asin Brebes dalam pengolahan telur asin masih sederhana tanpa menggunakan mesin masih menggunakan tangan manusia (handmade). Banyak output produksi sangat tergantung pada banyaknya jumlah tenaga kerja. Oleh karena itulah industri ini termasuk ke dalam industri yang padat karya. Peralatan yang digunakan diantaranya adalah ember plastik, dandang atau pani, peti kayu, kompor minyak tanah atau kayu bakar dan kerajang bambu, sedangkan kemasan telur asinya menggunakan besek dan kardus. Besek adalah kotak anyaman bambu yang terdiri atas wadah dan tutupnya.

Produksi telur asin bahan bakunya adalah telur itik dan beberapa bahan lain sebagai bahan pembantu. Proses produksi telur asin memerlukan telur itik sebagai bahan baku dan beberapa bahan lain sebagai bahan pembantu. Bahan-bahan pembantu tersebut adalah bata merah yang telah dihaluskan, garam, air, abu gosok, sekam, jerami padi, kayu bakar dan minyak tanah. Menurut Ibu Tuti, bahan baku jenis telur itik gembala mempengaruhi kualitas telur asin, sedangkan bahan pembantu yang umumnya digunakan produksi telur asin di Desa Slatri, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes menggunakan sebuk bata (bata merah yang dihaluskan). Sedangkan untuk menghilangkan rasa amis menggunakan bumbu-bumbu rahasia (bumbu-bumbu dapur biasa seperti salam, serai dan lain- lain) sehingga kualitas telur asinnya bagus dan lebih disukai oleh konsumen karena warna kuning telurnya oranye atau kuning kemerah-merahan dan tidak kusam (Wawancara dengan Ibu Tuti, 20 Agustus 2022).

Pengusaha telur asin di Desa Slatri, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes lebih menyukai telur itik gembala karena warna kuning telurnya oranye atau

(4)

29

kuning kemerah-merahan lebih disukai oleh konsumen dari pada warna kuning telur itik yang diternakan secara intensif. Namun ketersediaan telur itik pangon (telur yang diperoleh dari itik yang diternakan secara ekstensif) yang tidak menentu menyebabkan pengusaha telur asin terpaksa menggunakan telur itik peternakan. Pengusaha telur itik umumnya membeli telur itik dari bakul atau pedagang besar (84%), peternak langsung (10%). Telur itik mentah yang dibeli berasal dari Kabupaten Brebes sendiri dan daerah luar Kabupaten Brebes. Telur itik yang diasinkan harus memenuhi persaratan seperti, masih segar, baru, bersih dari kotoran, kulit atau cangkangnya masih utuh dan tidak retak. Ada beberapa cara pengasinan telur yang terkenal di kalangan peternak itik dan pengusaha telur asin yaitu dengan cara menggunakan bahan dasar garam.

2. Proses Produksi Telur Asin

Seperti halnya ketika hendak memasak suatu makanan, dalam proses pengolahan telur asin ini pasti membutuhkan bahan khusus dan alat, tetapi bahan dan alat-alat tersebut tetap mudah ditemukan di sekitar lingkungan. Sementara itu, media yang digunakan dalam proses pengolahan telur juga beragam, ada yang menggunakan abu gosok, batu bata, hingga lumpur sawah.

Proses produksi telur asin, selain memerlukan telur itik sebagai bahan baku utama juga memerlukan beberapa bahan lainya sebagai bahan pembantu antara lain bubuk bata merah atau tanah ladon, garam, air, abu hitam, jerami padi dan minyak tanah. Perbandingan bahan pembalut, jenis bahan pembalut yang

(5)

30

digunakan dan cara pembuatannya mempengaruhi jenis rasa dan tampilan telur asin. Adapun urutan proses produksi telur asin dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Proses Pertama Penyortiran Telur Itik Pembersihan Telur Itik

Proses Kedua

Pembuatan Adonan Pembalut

Proses Ketiga Pembalutan

Proses Keempat Penyimpanan

Proses Kelima

Penyortiran Telur Asin Mentah Pembersihan dari Bahan Pembalut

Proses Keenam Pematangan

Penyortiran Telur Asin Matang

Proses Ketujuh Telur Asin Siap Jual

Gambar 2.1

(6)

31

Proses Produksi Telur Asin Kabupaten Brebes (Wawancara dengan Ibu Tuti, 20 Agustus 2022)

Dari gambar 2.1 dapat terlihat bahwa proses produksi pembuatan telur asin meliputi tujuh proses kegiatan: penyortiran dam pembersihan/pencucian telur itik, pembuatan adonan pembalut, pembalutan, penyimpanan, penyortiran dan pembersihan dari bahan pembalut, pematangan dan penyortiran telur asin matang, terakhir yaitu pengemasanm dan telur asin siap dijual. Adapun penjelasan dari masing-masing proses adalah sebagai berikut:

a. Proses Pertama. Pada proses ini terdiri dari dua kegiatan yaitu penyortiran dan pembersihan telur itik mentah. Penyortiran dilakukan dengan memisahkan telur itik yang utuh dengan yang retak dengan cara membedakan bunyi tumbukan dua telur secara perlahan. Jika bunyi “ting-ting” berarti telur itik utuh dan lolos sortir, sedangkan bunyi “tek-tek” itu pertanda bahwa telur itik telah rusak. Telur yang sudah disortir dibersihkan dari kotoran yang menempel pada cangkang menggunakan air hangat atau air bersih.

b. Proses Kedua. Proses ini yaitu proses pembuatan adonan pembalur, ada dua jenis dasar pembalut telur yang digunakan pengrajin telur asin Brebes yaitu bubuk bata merah dan tanah ladon. Dengan bata merah warna kuning telur menjadi tidak keras setelah diasinkan, semakin banyak campuran bata merah maka warna kuning telur makin merah dan tidak keras. Adonan bahan pembalut terdiri dari bubuk bata merah atau tanah ladon, garam, abu hitam dengan perbandingan tertentu dan diberi air sedikit demi sedikit sampai bahan pembalut berbentuk liat dan mudah melekat pada cangkang telur. Pada proses

(7)

32

ini umumnya pengusaha telur Asin di Desa Slatri, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes menggunakan sebuk bata (bata merah yang dihaluskan).

c. Proses Ketiga. Proses ini yaitu proses pembalutan telur asin dengan adonan yang sudah dibuat. Bungkus telur dengan adonan tersebut dengan ketebalan sekitar 0,5 cm. Kemudian dibaluri dengan abu hitam kering atau sekam untuk mengurangi kadar air pada adonan.

d. Proses Keempat. Pada proses ini yaitu penyimpanan, telur yang sudah dibungkus dengan adonan, disimpan dalam peti kayu yang diberi alas dengan jerami padi dan setiap harinya diperciki air agar kelembabannya selalu terjaga.

Proses penyimpanan ini merupakan proses utama pada pembuatan telur asin karena tahap inilah proses pengasinan terjadi. Waktu penyimpanan mempengaruhi tingkat keasinan pada telur asin, semakin lama penyimpanan semakin asin. Rasa asin sedang diperoleh dengan penyimpanan selama 7-10 hari. Untuk rasa yang sangat asin diperoleh dengan penyimpanan selama 15- 20 hari. Umumnya pengusaha telur asin di Brebes menyimpannya selama 15 hari agar didapat telur asin dan berminyak.

e. Proses Kelima. Proses ini yaitu proses penyortiran telur asin mentah dan pembersihan dari bahan pembalut setelah proses penyimpanan. Sebelum diproses telur asim ini disortir kembali untuk dipisahkan dari adanya telur busuk atau rusak. Telur yang busuk atau rusak jarang terjadi pada tahap ini jika pada saat tahap sortir pertama dilakukan dengan cermat.

f. Proses Keenam. Proses ini yaitu pematangan dan penyortiran telur asin matang. Sebelum telur asin dimatangkan, lepaskan lebih dahulu sisa-sisa

(8)

33

bahan pembalut yang masih menempel, kemudian baru mencucinya dengan bantuan air agar lebih bersih. Bahan pembalut yang telah dilepaskan tadi, bisa digunkan kembali sebagai pembalut selama 2-3 kali proses produksi. Caranya dengan menjemur bahan pembalut yang pernah digunakan di bawah panas matahari sampai kering dan tidak boleh kena air. Waktu pematangan selama 4-5 jam agar diperoleh telur asin yang berkualitas.

g. Proses Ketujuh: Pada proses ini telur asin siap di jual. Telur yang dijual matang harus melalui tahap pematangan. Telur asin yang sudah matang kemudian disortir untuk memisahkan dari telur asin yang retak. Rata-rata jumlah telur yang retak selama proses pematangan sebesar 0,20% dari seluruh telur asin yang dimasak. Telur yang retak biasanya dikonsumsi sendiri, meskipun ada yang menjualnya bila retaknya tidak terlalu jelas retakannya.

Secara umum penggunaan teknologi atau peralatan dalam industri telur asin di Kabupaten Brebes dalam pengolahan telur asin masih sederhana tanpa menggunakan mesin, yaitu masih menggunakan tangan manusia. Peralatan yang digunakan diantaranya adalah ember plastik, dandang, peti kayu, kompor minyak tanah atau kayu bakar dan kerajang bambu, sedangkan kemasan telur asinya menggunakan besek dan kardus. Pengusaha telur asin di Kabupaten Brebes, khususnya di Desa Slatri, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes lebih menyukai bahan baku telur itik gembala karena warna kuning telurnya oranye atau kuning kemerah-merahan lebih disukai oleh konsumen dari pada warna kuning telur itik yang diternakan secara intensif. Bahan-bahan pembantu yang digunakan adalah bata merah yang telah dihaluskan, garam, air, abu gosok atau

(9)

34

sekam, jerami padi, kayu bakar dan minyak tanah. Maka tidak mengherankan bila produk telur asin yang dihasilkan berkualitas yaitu dengan ciri khas kuning telur masir atau agak sedikit kasar dan berminyak serta harganya relatif murah.

C. Perkembangan dan Inovasi Produksi Telur Asih di Kabupaten Brebes Awalnya, telur asin bukanlah komoditas, melainkan bekal para pedagang Tionghoa asal Brebes. Mereka bertolak ke Batavia melalui Pelabuhan Tegal untuk berdagang kayu dan beras. Lama-kelamaan, bekal telur asin yang mereka bawa menarik minat banyak orang. Sejak itu, telur asin mulai diperdagangkan. Telur asin mulai dikomersialisasikan di Brebes pada era 1950-1960-an. Mulanya, hanya orang-orang peranakan Tionghoa yang menjual telur asin karena hanya mereka yang menguasai teknik mengasinkan telur. Dalam proses pembuatannya, mereka melatih dan mempekerjakan warga lokal Brebes.

Pembuatan telur asin merupakan pekerjaan yang sudah lama dikenal masyarakat Kecamatan Brebes. Usaha pembuatan telur asin merupakan warisan turun temurun leluhur. Sebelum masyarakat menekuni usaha pembuatan telur asin sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani. Pada awalnya pembuatan telur asin hanyalah sebagai pekerjaan sampingan saja setelah pulang dari sawah, tetapi karena hasil yang didapat dari pekerjaan ini lumayan besar, maka kegiatan membuat telur asin lebih banyak diminati masyarakat dan berkembang pesat hingga sekarang.

Belum ada sumber yang menyatakan tahun yang pasti kapan industri ini mulai berkembang. Dari beberapa sumber khususnya sumber lain yang penulis

(10)

35

dapatkan, dapat diuraikan bahwa memang sulit untuk menentukan kapan tahun yang tepat dimulainya industri telur asin ini. Namun menurut salah seorang pengusaha telur asin Emmry Yuniaty, awal keberadaan industri telur asin di Kecamatan Brebes diperkirakan pada tahun 1959, dirintis pertama kali oleh seorang WNI keturunan Cina bernama In Tjiauw Seng dan istrinya Tan Polan Nio di Kelurahan Brebes (Wawancara dengan Ibu Tuti, 20 Agustus 2022).

Usaha telur asin mulai berkembang sekitar tahun 1959 dengan pelopor utamanya In Tjiauw Seng. Ilmu pembuatan telur asin dikembangkan di Kabupaten Brebes. Ide mendirikan usaha ini didasari pada tingginya minat masyarakat terhadap telur asin, melimpahnya telur itik di wilayah Brebes dan sudah terbiasanya masyarakat Brebes membuat telur asin untuk hajatan sebagai pelengkap dalam hidangan hajatan (berkat). Usaha In Tjiauw Seng dibantu oleh anak dan tetangganya. Dengan cara inilah pembuatan telur asin menurun pada anak dan tetangganya.

Pada awal perkembangannya, keluarga besar In Tjiauw Seng belum menghadapi kendala dalam mengumpulkan bahan baku karena belum adanya saingan, sehingga telur-telur itik sebagai bahan utama telur asin ini dengan mudah diperoleh dan harganya pun sangat murah. Dalam hal pemasaran awalnya telur asin ini dijajakan dengan sangat sederhana, yaitu dengan dijajakan dari rumah ke rumah, para pedagang berkeliling mengantarkan telur. Pada awalnya telur asin di produksi berdasarkan pesanan saja. Pengusaha ini belum berani untuk membuka toko khusus yang menjual telur asinnya, apalagi meluaskan usaha perdagangannya. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi In Tjiauw Seng yang

(11)

36

belum stabil. In Tjiauw Seng meninggal pada tahun 1971, kemudian usahanya diteruskan oleh anak pertamanya yaitu Hartono Sunaryo.

Akhir tahun 1970, usaha telur asin mulai dilakukan oleh penduduk pribumi Brebes. Mereka belajar membuat telur asin ketika bekerja. Setelah merasa dapat membuat dan memproduksi sendiri banyak penduduk pribumi yang berusaha mendirikan industri telur asin baik industri rumah tanda maupun industri dengan dibantu tiga orang pekerja. Sejak itulah kemudian bermunculan unit-unit usaha telur asin lainya di desa sekitarnya salah satunya di Desa Slatri.

Proses penyebaran keahlian membuat telur asin dikalangan masyarakat berlangsung secara tradisional, yaitu belejar dari para pendahulunya yang diangggap ahli. Akibat meluasnya tingkat pemintaan barang produksi telur asin mereka, maka keinginan orang untuk menekuni pekerjaan ini semakin meningkat, dan proses belajar pun sangat penting dan sangat diperlukan oleh masyarakat Brebes yang lain. Industri kecil telur asin di Desa Slatri Kecamatan Larangan ini senantiasa mengalami pasang surut, baik digerbang produksi maupun pemasaran.

Hal ini terlihat dengan banyaknya warga masyarakat Desa Slatri menekuni usaha pembuatan telur asin. Masyarakat mulai menekuni pembuatan telur asin dengan mencari daerah- daerah pasaran untuk memasarkan produksi telur asin.

Industri telur asin dapat dikatakan merupakan industri yang cenderung dikelola oleh keluarga, sehingga dalam sistem managerial atau pengelolaan usahanya dipegang oleh keluarga yang meliputi kegiatan produksi misalkan pemasaran, pekerja, hingga mandor produksi. Oleh karena itu, mereka umumnya memperkuat potensi keluarga untuk regenerasi selanjutnya. Didasari dengan

(12)

37

kuatnya potensi keluarga yang dimiliki oleh setiap perusahaan telur asin itu menimbulkan makin kuatnya perusahaan dalam bersaing dengan yang lain. Hal itu menimbulkan termotivasinya pengelola dan pekerja untuk memberikan kualitas kerja dan produksi yang lebih baik. Kondisi yang demikian mendorong pertumbuhan dan perkembangan perekonomian masyarakat sebab dengan begitu memberikan pertumbuhan yang besar terhadap sistem sosial masyarakat.

Kewirausahaan masyarakat Kabupaten Brebes selain dapat menolong perekonomian sendiri dan keluarga juga dapat menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi permasalahan pengangguran serta penggerak ekonomi kerakyatan. Sikap mental wirausaha yang dimiliki pengusaha dalam mengembangkan industri telur asinnya ini yakni ketekunan dan keuletan dalam berkerja yang disebabkan sebagai mata pencaharian keluarga. Industri ini juga industri turun temurun yang tetap dipertahankan oleh generasi. Selain itu mereka berupaya untuk melakukan inovasi-inovasi baru pada produk telur asinnya.

Dengan kreativitas masyarakat juga mampu mengembangkan rasa dan teknik pembuatan yang sangat bervariasi yang bisa menarik peminat telur asin. Dengan kreativitas ini diharapkan meningkatkan usaha telur asin dan citra daerah serta dapat bersaing dengan industri kecil lainnya.

Kewirausahaan merupakan fenomena yang cukup populer dewasa ini, dan memungkinkan menjadi pola dan tatanan baru dalam kehidupan masyarakat, dan bagi pihak tertentu merupakan hal yang baru yang memerlukan pendidikan khusus. Dunia usaha merupakan dunia bisnis yang penuh resiko dan ketidak pastian, yaitu antara keberhasilan dan kegagalan mudah dan cepat terjadi. Untuk

(13)

38

mengantisipasi hal tersebut diperlukan pendidikan dan pengetahuan kewirausahaan yang baik (Hardjanto, 2005:25).

Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan inovasi atau sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran ide-ide kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting dimiliki karena merupakan kemampuan yang sangat berguna dalam proses kehidupan manusia contohnya dalam mengembangkan dan mempertahankan usaha telur asin. Dalam konteks industri, seorang pengusaha telur asin tidak cukup hanya memiliki kreativitas yang tinggi, melainkan juga harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk melaksanakannya. Untuk melaksanakan ide-ide baru tersebut diperlukan kemampuan inovatif yang merupakan konsep pembaharuan.

Seorang pengusaha yang inovatif harus mampu melahirkan cara baru untuk

“menerapkan” ide kreatifnya sehingga berdaya guna dan berhasil menarik minat pasar. Faktor kreativitas ini memiliki peranan penting dalam mengembangkan dan mempertahankan industri telur asin. Dengan adanya ide-ide dan kreatifitas dari pengusaha, maka industri telur asin bisa bertahan sampai sekarang ini.

Industri telur asin merupakan industri kecil yang berada di tengah masyarakat di Kecamatan Brebes yang lebih menonjolkan kreativitas dalam memproduksi telur asin. Hal tersebut dikarenakan produk yang dihasilkan dalam industri ini yaitu berupa telur asin yang merupakan jenis hasil olahan dari telur itik yang cepat busuk kalau disimpan terlalu lama. Kondisi seperti ini yang menyebabkan para

(14)

39

pelaku industri telur asin dituntut untuk dapat berkreativitas dengan menciptakan variasi rasa olahan yang bermacam-macam.

Seperti halnya yang dilakukan pengusaha telur asin dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya yaitu dengan meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam setiap produk yang dibuatnya. Hal ini agar produk-produk yang dihasilkan selalu banyak diminati oleh masyarakat. Seperti apa yang dilakukan oleh seorang pengusaha telur asin di Kabupaten Brebes, yang berusaha menciptakan varian baru dalam produksi telur asinnya.

Ide pertama kali inovasi produksi telur asin muncul adalah Rosyid, dia menciptakan telur asin pedas, yang selama ini belum populer dan belum ada di Brebes. Selama berhari-hari ia melakukan eksperimen, akhirnya beliau menemukan cara agar telur asin pedas yang diproduksinya tidak pecah dan hangus, proses pembuatannya dengan cara adonan pembuat telur asin dicampur dengan cabe bubuk. Awal pemasarannya Rasyid hanya menawarkan terlebih dahulu kepelanggannya, namun setelah dipasarkan minat masyarakat terhadap telur asin pedas tidak begitu bagus dan akhirnya Rosyid pun menghentikan produksi telur asin pedas tersebut serta mencari inovasi lain agar produk telur asinnya lebih diterima oleh konsumen. Ide baru kemudian muncul yaitu dengan di panggang yang memiliki keistimewaan tersendiri yakni bau amisnya sangat sedikit, kadar air rendah dan rasanya gurih. Proses pembuatan telur asin panggang sama dengan telur asin rebus yang membedakannya dalam pengelolaannya, telur asin yang sudah jadi di panggang dalam oven kurang lebih 45 menit. Minat

(15)

40

konsumen terhadap telur asin panggang masih bertahan sampai sekarang (Wawancara dengan Ibu Tuti, 20 Agustus 2022).

Peranan kualitas bagi perusahaan memiliki keterkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka (Fandy Tjiptono, 2002:63). Adanya inovasi produk dengan kualitas yang baik dapat meningkatkan kepuasan pelanggannya, dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Selain itu, kualitas juga dapat mengurangi biaya produksi sehingga memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan.

Para perajin telur asin di Brebes punya cara tersendiri dalam proses pengasinannya yang sudah diturunkan bergenerasi. Para pengusaha telur asin kemudian melakukan eksperimen dengan membuat inovasi-inovasi baru berupa varian telur asin yang berbeda dari pengusaha lainnya, yamg hingga sekarang terdapat empat varian telur asin, antara lain: direbus biasa, dibakar pakai batok kelapa, dipanggang oven, dan dipindang. Hal ini dituturkan Dewi Herlina salah seorang pedagang telur asin khas Brebes di rest area 260B jalan tol Trans Jawa (Kompas.com).

Telur asin original diproses hanya cukup dengan merebus telurnya setelah diasinkan. Sedangkan varian lainnya harus melalui proses lainnya. Telur asin

(16)

41

panggang, misalnya, telur itu harus masuk oven hingga kadar air berkurang setelah direbus. Sementara untuk telur asin pindang, prosesnya telur yang sudah direbus terlebih dahulu dilumuri bumbu rempah-rempah seperti daun salam, lengkuas, kunyit, dan daun sereh yang dihaluskan, sebelum dimasukkan ke dalam oven. Sedangkan untuk telur asin asap, tahapannya yakni telur direbus lalu dimasukkan ke dalam kotak besi yang di bawahnya menyala bara api dari batok kelapa. Telur varian ini memiliki warna cokelat kehitaman dan mengilap. Telur asin asap ini lebih kering dan memiliki rasa sangit asap tentunya. Berikut empat varian pengolahan telur asin ini bisa memberikan rasa dan tekstur yang berbeda.

1. Telur asin rebus.

Gambar 3.1. Telor Asin Rebus (Original)

Pertama adalah telur asin yang direbus biasa. Telur ini semacam telur asin pada umumnya. Telur bebek yang sudah melalui proses pengasinan lalu direbus dengan air selama kurang lebih satu jam. Telur asin rebus ini punya tekstur lembut dan kuning telur yang berminyak. Rasa asinnya pun masih sangat terasa tajam.

2. Telur asin bumbu pindang.

(17)

42

Gambar 3.2. Telor Asin Bumbu Pindang

Kemudian ada telur asin yang dimasak dengan cara dipindang. Telur asin ini memiliki bekas bumbu kuning pada bagian kulit luar. Pasalnya, telur bebek yang sudah diasinkan direbus dengan air bumbu kuning. Bumbu kuningnya sendiri dibuat dari rempah bumbu kuning pada umumnya (bawang merah, bawang putih, kunyit, ketumbar, ya bumbu kuning biasa untuk ayam goring).

Setelah itu direbus 1-2 jam sampai bumbunya kira-kira menyerap. Telur asin bumbu pindang ini memiliki tekstur putih telur yang lebih kering daripada telur yang direbus hanya dengan air saja. Rasa telurnya pun cenderung lebih berbumbu karena direbus bersama bumbu kuning.

3. Telur asin bakar.

(18)

43 Gambar 3.3. Telor Asin Bakar

Ketiga adalah telur asin yang dibakar dengan arang batok kelapa. Telur asin dengan cara pengolahan seperti ini punya rasa yang paling unik. Pasalnya, dari proses pembakaran tersebut menghasilkan aroma dan rasa khas asap dari batok kelapa yang terbakar. Telur asin yang sudah melalui proses pengasinan, lalu diletakan dalam rak yang di bawahnya terdapat api besar dari batok kelapa. Proses pembakaran membutuhkan waktu 2-3 jam untuk bisa menghasilkan rasa asap yang meresap. Tekstur telur asin bakar ini punya tekstur daging cukup kering. Namun kuning telurnya tetap terlihat masir atau berminyak, membuat perpaduan rasa begitu nikmat.

4. Telur asin panggang oven.

Gambar 3.4. Telor Asin Panggang Oven

Terakhir adalah telur asin yang dipanggang menggunakan oven. Telur asin dengan cara pengolahan seperti ini menghasilkan telur yang punya tekstur cukup kering, dengan kuning telur yang tak terlalu berminyak. Prosesnya sama saja satu jam. Biasanya dibuat untuk orangtua atau orang yang tidak bisa

(19)

44

makan banyak garam. Proses ovennya mengurangi kadar garam di dalam telur, jadi rasanya tidak terlalu asin. Telur ini terasa tidak seasin telur yang diolah dengan ketiga cara lainnya. Sehingga telur ini sangat nikmat ketika dimakan tanpa nasi.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan antara lain: (1) Dengan melihat hasil pendapatan orang tua siswa yang termasuk

Pengoperasian Bus Trans Sarbagita merupakan salah satu upaya menerapkan tata kelola transportasi modern dengan tujuan menyediakan dan menyelenggarakan sarana

Output dari penelitian ini adalah saran perbaikan terhadap atribut jasa yang tidak sesuai dengan ekspektasi customer, sehingga terdapat perbaikan dalam pelayanan jasa yang

Dari hasil pengamatan diketahui penambahan zat pengikat dengan berbagai jenis dan konsentrasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sudut diam, indeks

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Bali yang terdiri dari 9 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetehui ada tidaknya pengaruh dan nilai hubungan dari produk, citra merek dan saluran distribusi terhadap keputusan

(g) Kapan terakhir kali responden menggunakan Mobile Payment: Pada hasil kuesioner penelitian dengan responden perempuan, sebanyak 431 responden (68,0%)

Turbin angin adalah alat yang berfungsi untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi gerak berupa putaran rotor dan poros generator untuk menghasilkan