• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT DENGAN METODE FUZZY HEART DAN JSA PADA OPERATOR PAPER MACHINE (Studi Kasus: PT. PINDO DELI PULP & PAPER I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT DENGAN METODE FUZZY HEART DAN JSA PADA OPERATOR PAPER MACHINE (Studi Kasus: PT. PINDO DELI PULP & PAPER I)"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

i

PADA OPERATOR PAPER MACHINE

(Studi Kasus: PT. PINDO DELI PULP & PAPER I)

Disusun oleh:

Dian Sekarini 151.02.1037

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA

2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)
(6)

vi

bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”

(HR. Ibnu Abdil Barr)

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri”

(Ibu Kartini)

“Semua berbanding dengan waktu”

“Life like rollercoaster”

“Berbagilah ilmu walau hanya sekelumit”

(7)

vii Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Suyadi, S.T. dan Ibu Sujarwani yang telah memberikan doa, nasihat dan menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi ini.

 Kelima saudara kandung saya Ikhsan Arditama, Laras Endah Kinasih, Irsyad Nur Ahmad, Akmal Nur Ahmad, Zhafira Nur Taqiyya yang sudah memberikan semangat terus menerus kepada saya. Paman saya Suka Handaya, S.T. dan Papua Yunianto yang telah membantu banyak dalam proses pengambilan data skripsi.

 Wista Wulandari, Rafi Annafi, Sindu Candra Rio Silvano, Eric Sandi Yudha, Amanda Khairunnisa, Abdussalam dan seluruh teman-teman Teknik Industri terutama Angkatan 2015 yang memberikan semangat dan membantu dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih karena telah menjadi sahabat yang ada disaat susah maupun senang dan memberikan arti persahabatan yang sebenarnya.

 Aldi Dwi Pangestu yang telah banyak membantu selama perkuliahan.

 Bagas Dewantoro yang telah membantu dalam merealisasikan desain alat bantu ke dalam inventor.

 Teman-teman ISEC (ISTA English Club) yang telah memberikan pengalaman organisasi dan hubungan pertemanan yang erat.

 Teman-teman HMTI (Himpunan Mahasiswa Teknik Industri) yang telah memberikan pengalaman organisasi dan hubungan pertemanan yang erat.

(8)

viii

hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT DENGAN METODE FUZZY HEART DAN JSA PADA OPERATOR PAPER MACHINE (Studi Kasus: PT. PINDO DELI PULP &

PAPER I)” dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat utama untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Banyak petunjuk, bimbingan dan bantuan serta fasilitas yang telah penulis peroleh dari berbagai pihak dalam penyusunan Skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. Rektor Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Toto Rusianto, S.T., M.T. Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

3. Ibu Endang Widuri Asih, S.T., M.T. Ketua Jurusan Teknik Industri dan Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Imam Sodikin, ST., MT. Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi.

(9)

ix

6. Bapak Burhan salah satu pimpinan departemen Health Safety and Environmental yang telah membantu dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan peneliti

7. Bapak Suyadi Manager Reliability di departemen Engineering di PT. Pindo Deli I yang telah memberikan izin penelitian dan data-data yang dibutuhkan peneliti.

8. Bapak Oktobena Ferdhalinta Tarigan Human Resource Academy Section PT.

Pindo Deli I yang telah membantu dalam proses administrasi pengambilan data penelitian.

9. Segenap pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusun sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan laporan berikutnya agar menjadi lebih sempurna. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 26 Februari 2020

Penulis

(10)

x

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT KETERANGAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Landasan Teori ... 8

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Objek dan Subjek Penelitian` ... 42

B. Tahapan Penelitian ... 42

C. Diagram Alir Penelitian ... 46

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 48

A. Pengumpulan Data ... 48

1. Data Umum Perusahaan ... 48

(11)

xi

B. Pengolahan Dara ... 53

1. Hierarchical Task Analysis (HTA) ... 53

2. Possible Error Identification ... 55

3. Fuzzy Human Error Assessment and Reduction Technique ... 56

4. Job Safety Analysis (JSA) ... 82

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Analisis Human Error Probability Operator Penyambung Kertas ... 88

B. Analisis dengan Job Safety Analysis (JSA) ... 90

C. Usulan Perbaikan ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

Tabel 2.3 Error Producing Condition HEART ... 24

Tabel 2.4 Variabel Linguistik Himpunan Fuzzy ... 33

Tabel 2.5 Kriteria dan Nilai dari Faktor Concequences ... 38

Tabel 2.6 Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure ... 39

Tabel 2.7 Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability ... 40

Tabel 2.8 Level atau Prioritas Risiko ... 40

Tabel 4.1 Atribut Pertanyaan ... 53

Tabel 4.2 Urutan Aktivitas Operator Penyambung Kertas ... 54

Tabel 4.3 Identifikasi Possible Errors Operator Penyambung Kertas ... 55

Tabel 4.4 Generic Task Type Operator Penyambung Kertas ... 58

Tabel 4.5 Identifikasi Error Producing Condition (EPC) Operator Penyambung Kertas ... 59

Tabel 4.6 Kriteria Menentukan Asumsi Proporsi Kesalahan ... 64

Tabel 4.7 Penilaian Expert untuk Setiap EPC Menyambung Kertas ... 66

Tabel 4.8 Konversi Penilaian Expert 1, 2, dan 3 ke dalam Fuzzy Number Menyambung Kertas ... 70

Tabel 4.9 Rata-Rata Geometrik Penilaian Expert Menyambung Kertas .. 74

Tabel 4.10 Nilai AE pada masing-masing EPC Operator Penyambung Kertas ... 76

Tabel 4.11 Rekap Nilai Human Error Probability (HEP) Operator Penyambung Kertas ... 78

Tabel 4.12 Identifikasi Risiko Pada Task 2.3 dan Task 3.4 ... 83

Tabel 4.13 Analisis Risiko Pada Task 2.3 dan Task 3.4 ... 86

Tabel 5.1 Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko Pada Task 2.3 dan Task 3.4 ... 93

(13)

xiii

Gambar 2.3 Representasi Linier Turun ... 29

Gambar 2.4 Representasi Linier Turun ... 30

Gambar 2.5 Representasi Linier Turun ... 31

Gambar 2.6 Variable Linguistic ... 32

Gambar 2.7 Matrix Penilaian Risiko ... 37

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 47

Gambar 4.1 Paper Machine 4 ... 51

Gambar 4.2 Hierarchical Task Analysis Operator Penyambung Kertas ... 54

Gambar 4.3 Fuzzy Number Pada EPC 1a ... 71

Gambar 5.1 Nilai HEP Pada Operator Penyambung Kertas ... 88

Gambar 5.2 Diagram Nilai Risiko Pada Task 2.3 dan 3.4 ... 90

Gambar 5.3 Desain Tail Threading ... 97

Gambar 5.4 Proyeksi Tampak Atas, Samping dan Depan Tail Threading .. 98

(14)

xiv Lampiran 3 Perhitungan Rata-Rata Geometrik Lampiran 4 Perhitungan Assessed Effect Lampiran 5 Kuisioner

Lampiran 6 Data Kecelakaan Kerja

(15)

xv

Pembimbing I : Endang Widuri Asih, S.T., M.T.

Pembimbing II : Imam Sodikin, S.T., M.T.

INTISARI

PT. Pindo Deli adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan kertas. Berdasarkan data kecelakaan pada bulan Januari-Juni 2019 departemen PM 1-4 mengalami 10 kejadian kecelakaan kerja yang disebabkan oleh human error dengan rasio kecelakaan sebesar 65% dari seluruh kejadian human error yang ada di seluruh departemen. Pada paper machine 4, tercatat ada 3 kecelakaan kerja pada operator yang berbeda. Ketiga kecelakaan tersebut terjadi ketika operator sedang melakukan aktivitas menyambung kertas.

Kajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh human error dan menentukan tingkat error yang ditimbulkan dengan metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) dan mengukur tingkat risiko kecelakaan kerja dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Penilaian menggunakan HEART terdapat ketidakpastian dalam penilaian risiko kesalahan, sehingga membutuhkan logic fuzzy linguistic.

Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan yang menghasilkan nilai Human Error Probability (HEP) lebih dari 0,5 ada pada task 2.3 yaitu melempar kertas ke mesin calender sebesar 0,85 dan task 3.4 yaitu melempar kertas ke pope reel menghasilkan nilai HEP sebesar 0,59. Tingkat risiko kecelakaan task 2.3 yaitu priority 3 dan task 3.4 yaitu substantial dengan risk reduction 60% dan 50%.

Potensi bahaya dengan level risiko priority 3 perlu dilakukan perbaikan secepatnya, yaitu dengan membuat fasilitas keterangan work instruction di area kerja, pemahaman mengenai potensi bahaya dan K3, pendataan riwayat sakit dan cek kesehatan rutin. Level risiko dengan level substantial perlu dilakukan perbaikan secara teknis, yaitu dengan penggunaan tail threading.

Kata Kunci: human error, human reliability assessment, hierarchycal task analysis, fuzzy human error assessment and reduction technique, job safety analysis.

(16)

xvi

Advisor I : Endang Widuri Asih, S.T., M.T.

Advisor II : Imam Sodikin, S.T., M.T.

ABSTRACT

PT. Pindo Deli is a manufacturing company engaged in paper making.Based on accident data in January-June 2019 the department PM 1-4 experienced 10 workplace accidents caused by human error with an accident ratio of 65% of all human error events in all departments. On paper machine 4, there were 3 work accidents at different operators. The third accident occurred when the operator was doing the paper connecting activity.

This study was conducted to identify the risk of work accidents caused by human error and determine the level of error caused by the Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) and measure the level of work accident risk with the Job Safety Analysis (JSA) method. Assessment using HEART there is uncertainty in the assessment of error risk, thus requiring fuzzy linguistic logic.

The results showed work that produced Human Error Probability (HEP) value more than 0.5 was in task 2.3, which was throwing paper at calender machine at 0.85 and task 3.4 which was throwing paper at the pope reel producing HEP value at 0.59. The level of accident risk of task 2.3 is priority 3 and task 3.4 is substantial with a risk reduction of 60% and 50%. Potential hazards with priority 3 risk levels need to be repaired as soon as possible, namely by making work instruction information facilities in the work area, understanding of potential hazards and K3, collecting medical history and routine health checks. The level of risk with a substantial level needs to be done technically, namely the use of tail threading.

Keywords: human error, human reliability assessment, hierarchycal task analysis, fuzzy human error assessment and reduction technique, job safety analysis.

(17)

1 A. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu elemen dari sebuah sistem di mana setiap unsur elemen saling berkesinambungan. Tenaga kerja memiliki kontribusi yang cukup besar dalam sistem operasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tenaga kerja yang tidak memperhatikan kemampuan, keselamatan, dan kesehatan disertai dengan melakukan kelalaian dapat menyebabkan kesalahan kerja, sehingga penting untuk mengetahui keandalan operator (human reliability).

Tingkat human reliability ditentukan dengan memperhitungkan potensi dalam melakukan kesalahan. Kesalahan manusia didefinisikan sebagai setiap tindakan seseorang yang tidak konsisten dengan pola perilaku atau prosedur yang telah ditentukan. Kesalahan kerja yang terjadi berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja merupakan kejadian tidak terduga yang menyebabkan pekerja mengalami kerugian material dan non-material. Perilaku berbahaya (unsafe behavior) merupakan kegagalan pekerja dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang telah ditetapkan sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja akibat ada kesalahan manusia biasa disebut dengan human error.

Human error didefinisikan sebagai kegagalan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan atau menghasilkan pekerjaan yang kurang sesuai

(18)

dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Human error dipengaruhi desain sistem yang tidak memadai, situasi kerja yang buruk, kompleksitas pekerjaan yang tinggi, karakteristik perilaku manusia, kelelahan fisik dan mental, lingkungan kerja serta kebijakan organisasi. Kesalahan kecil dari suatu pekerjaan yang sangat berbahaya dapat berakibat fatal terutama bagi pekerja. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi angka kecelakaan kerja yang disebabkan oleh human error adalah dengan menggunakan metode yang mengukur kontribusi tenaga kerja terhadap suatu risiko kerja (Widharto, dkk, 2018).

PT. Pindo Deli Pulp and Paper I merupakan salah satu perusahaan dari Group Asia Pulp and Paper (APP) yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan kertas. Perusahaan tersebut berlokasi di Kota Karawang, Jawa Barat. Mesin yang berada di pabrik ini berjumlah 7 mesin kertas (paper machine 1-7). Perusahaan manufaktur yang melibatkan berbagai macam mesin besar dan berbahaya harus mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja serta keandalan pekerja merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan (Rohmawan dan Palupi, 2016). Pada tanggal 15 Juni 2019 terdapat seorang pekerja penyambung kertas yang mengalami retak pada jari tangan kanan. Jari tangan kanan pekerja terjepit dalam putaran calender roll akibat menggunakan sarung tangan berbahan kain saat bekerja. Sarung tangan tersebut tanpa sengaja ketarik masuk dalam mesin yang sedang berputar. Supervisor paper machine 4 mengatakan bahwa pekerja

(19)

tidak boleh menggunakan sarung tangan kain saat menyambung kertas karena mengurangi sensitivitas indra peraba.

Berdasarkan permasalahan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis tingkat keandalan manusia (human reliability). Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) dirancang untuk menjadi metode cepat dan sederhana dalam mengkuantifikasikan risiko kesalahan manusia (Bell dan Holroyd, 2009).

Metodologi HEART adalah generasi pertama yang dapat dimodifikasi berdasarkan konsep fuzzy untuk mengevaluasi kemungkinan perilaku kesalahan operator (Castiglia dan Giardina, 2013). Kombinasi antara HEART dan fuzzy linguistic dapat mengurangi subjektivitas dalam menentukan nilai Assessed Proportion of Effect (APOE) melalui kriteria pada variabel linguistic. Analisis terakhir dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) yaitu dengan mengendalikan pekerjaan dengan hasil nilai human error probability yang cukup tinggi. Risiko kecelakaan dan kesehatan kerja diperhitungkan menggunakan matrix penilaian risiko semi kuantitatif. Metode ini memberikan risiko beberapa langkah obyektif, yang dapat digunakan untuk membantu dalam

proses memprioritaskan alokasi sumber daya untuk manajemen risiko (Dickson, 2001).

(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah:

Bagaimana analisis Human Reliability Assessment dengan metode Fuzzy Human Error Assessment and Reduction Technique dan Job Safety Analysis operator paper machine di PT. Pindo Deli Pulp and Paper 1?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu luas dan mengarah pada pokok permasalahan, maka perlu ditentukan batasan-batasan dalam penelitian.

Batasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada satu stasiun kerja yaitu paper machine 4.

2. Data kejadian kecelakaan kerja mengacu pada bulan Januari-Juni 2019.

D. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi risiko kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh human error menggunakan metode Fuzzy Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART).

2. Menentukan tingkat error yang ditimbulkan oleh operator menggunakan metode Fuzzy Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART).

3. Menentukan persentase risk reduction pada pekerjaan yang memiliki potensi risiko kecelakaan kerja dengan metode Job Safety Analysis (JSA)

(21)

4. Menentukan potensi bahaya yang ditimbulkan menggunakan Job Safety Analysis (JSA).

5. Memberikan usulan sebuah desain alat bantu sebagai upaya peningkatan dalam menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang aman bagi operator.

E. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mengurangi risiko kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh human error menggunakan metode Fuzzy Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART).

2. Memperbaiki tingkat kesalahan kerja pada operator dengan memberikan solusi terbaik dari evaluasi task yang memiliki nilai Human Error Probability (HEP) tertinggi.

3. Menurunkan potensi risk reduction pada pekerjaan yang mengalami nilai Human Error Probability (HEP) diatas 0,5 satuan.

4. Mengevaluasi pekerjaan yang menghasilkan tingkat level risiko paling tinggi.

5. Meminimalisir risiko kecelakaan dengan kategori Lost Time Injury (LTI) hingga fatality.

(22)

6 A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dilakukan dengan mengkaji beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut:

1. Purwanto,dkk., (2014), melakukan sebuah penelitian di PT. Dan Liris dengan judul “Analisis Human Error Operator Mesin Ring Yarn dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART)”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas benang pada operator menggunakan Human Error Probability (HEP) dan Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai hasil HEP paling besar adalah 0,7821 pada aktivitas menyambung benar, sedangkan hasil nilai perhitungan terbesar HEART adalah 0,1091.

2. Safitri,D.M.,dkk, (2015), melakukan sebuah penelitian dengan judul “Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengukur Human Reliability Assessment operator stasiun shroud dengan menggunakan metode HEART. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai hasil perhitungan HEP terbesar adalah 0.53424, yaitu kesalahan pada saat menyisipkan sisi flash bidang shroud.

3. Rohmawan,F. dan Palupi,D., (2016), melakukan sebuah penelitian di departemen produksi dengan judul “Penggunaan Metode HEART dan JSA

(23)

sebagai Upaya Pengurangan Human Error Pada Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengurangi Human Error pada kecelakaan kerja menggunakan metode HEART dan JSA.

4. Widharto,Y.,dkk, (2018), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Human Reliability Assessment dengan Metode HEART (Studi Kasus PT.

ABC)”. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengukur kontribusi tenaga kerja terhadap suatu resiko kerja menggunakan metode HRA dan HEART. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa HEP bernilai 1 yaitu pada pekerjaan yang kompleks dan memiliki tingkat pemahaman dan keterampilan tinggi.

5. Prasetyo.H, dan Sutisna, U., (2014), melakukan penelitian dengan judul

“Implementasi Algoritma Logika Fuzzy untuk Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas Menggunakan Mikrokontroler”. Penelitian tersebut dilakukan untuk memberikan durasi waktu berdasarkan tingkat kedatangan. Algoritma logika fuzzy memberi ouput berdasarkan tingkat input.

Berikut adalah tabel mengenai state of the art berdasarkan hasil studi literatur yang menjadi acuan peneliti:

Tabel 2.1 State Of The Art

No Judul/Tahun Penulis HTA HEART FUZZY JSA

1

Analisis Human Error Operator Mesin Ring Yarn dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART)/

2014

Purwanto, Mila Faila Sufa, Ratnanto Ftriadi

2

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X/2015

Dian Mardi Safitri, Ayu Rachma Astriaty, Nataya

C. Rizani

(24)

Lanjutan Tabel 2.1 State Of The Art

No Judul/Tahun Penulis HTA HEART FUZZY JSA

3

Penggunaan Metode HEART dan JSA sebagai Upaya Pengurangan Human Error Pada Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi/

2016

Faris Rohmawan, Dian Palupi R

4

Analisis Human Reliability Assessment dengan Metode HEART (Studi Kasus PT. ABC)/

2018

Yusuf Widharto,

Derry Iskandari,

Denny Nurkertamanda

5 Implementasi Algoritma Logika Fuzzy untuk Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas Menggunakan Mikrokontroler

Heri Prasetyo,

Utis Sutisna

6

Analisis Human Reliability Assessment Operator Paper Machine dengan Metode Fuzzy Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) dan Job Safety Analysis (JSA)/ 2019

Dian Sekarini

Sumber: Hasil Studi Literatur

B. Landasan Teori

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan 2 kegiatan. Pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat dari suatu penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya perlindungan yang ditunjukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien. keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi perhatian dikalangan pemerintahan dan pelaku bisnis sejak lama.

(25)

Faktor keselamatan dan kesehatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan terhadap kinerja perusahaan. Fasilitas keselamatan kerja yang tersedia di perusahaan membuat semakin sedikit kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaa, pelaksanaan, tanggungjawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna tercipta suatu tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Hamali, 2016).

a. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Definisi yang paling banyak digunakan adalah menyatakan bahwa budaya K3 merupakan bagian dari budaya organisasi yang dipengaruhi oleh sikap (attitudes) dan nilai-nilai yang diyakini dari setiap anggota organisasi dalam kerangka performa K3. Istilah budaya K3 mengacu pada aspek perilaku yang merujuk kepada norma kelompok, missal sikap dan tindakan yang dilakukan secara kelompok, serta aspek situasional seperti hal-hal apa yang dimiliki atau yang difasilitasi oleh organisasi.

Penggunaan istilah iklim K3 cenderung merujuk kepada karakteristik kepribadian dan calon pekerja, seperti yang dipikirkan orang terkait dengan K3 dalam suatu organisasi, termasuk dalam hal ini adalah sikap dan perilaku individual (Sholihah, 2012).

(26)

b. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja, dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi.

Keselamatan kerja juga data didefinisikan sebagai suatu kemerdekaan atas risiko celaka yang tidak dapat diterima. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di perusahaan. Keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses industri. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah terjadi suatu kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2008).

2. Kecelakaan Kerja

Menurut Winarsunu dan Sumbo (2008) kecelakaan kerja memiliki pandangan yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok pertama dengan pandangan yang pesimistis dan kelompok kedua dengan pandangan yang optimis. Pandangan pesimistis menggangap kecelakaan kerja sebagai suatu yang tidak dapat dikontrol dan diprediksikan yang lebih disebabkan oleh faktor ketidakberuntungan dan kesempatan atau disebabkan oleh faktor- faktor yang tidak diketahui dan tidak dapat diantisipasi. Kedua adalah pandangan optimis yang menganggap kecelakaan kerja sebagai suatu

(27)

kejadiaan yang sangat merugikan yang dapat diantisipasi kemunculannya dan dapat diamati sebab-sebabnya.

Pandangan pesimistis masih bersifat sangat sederhana dan tidak bisa dikaji secara ilmiah serta tidak memiliki implikasi praktis pada usaha-usaha pencegahan kecelakaan kerja. Pandangan optimistis memiliki pandangan yang berbeda yaitu mengisyaratkan bahwa kecelakaan kerja dapat dikaji secara ilmiah dan memiliki implikasi praktis pada penanganan kecelakaan kerja dan keselamatan kerja.

Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terkendali akibat dari suatu reaksi suatu objek, bahan, orang atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich, 1980). Menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

Kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan, tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaa. Kecelakaan akibat kerja adalah berhubunan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu pekerjaan berlangsung. Oleh karena itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah akibat langsung

(28)

pekerjaan dan kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Sholihah, 2012).

Salah satu teori yang menjelaskan mengenai terjadinya kecelakaan kerja menurut H.W. Henrich (1980) yang dikenal sebagai teori Domino Henrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan kerja terjadi atas dari 5 faktor yang saling berhubungan, yaitu kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak aman, kecelakaam dan cidera. Kelima faktor tersebut tersusun seperti 5 kartu domino yang berdiri. Jika salah satu kartu dari kelima kartu domino tersebut jatuh maka akan menimpa kartu yang lain. Hal ini dianalogikan sebagai suatu kecelakaan atau kejadian yang dapat memicu terjadi peristiwa beruntun.

Gambar 2.1 Model Domino

(Sumber: Henrich, 1980)

a. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang selalu mempunyai sebab dan selalu berakibat kerugian. Dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan (Dessler dan GaryP`, 2003):

(29)

1) Kondisi yang tidak aman

Kondisi yang tidak aman adalah kondisi mekanik atau fisik yang mengakibatkan kecelakaan. Kondisi ini termasuk peralatan yang tidak diamankan dengan baik, peralatan yang rusak, pengaturan atau prosedur yang berbahaya, atau disekitar mesin-mesin peralatan.

2) Tindakan yang tidak aman

Tindakan yang tidak aman merupakan sebab utama kecelakaan dan manusia yang menimbulkan tindakan tidak aman tersebut. Kategori yang masuk dalam tindakan tidak aman antara lain tidak mengamankan peralatan, tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung tubuh, membuang benda sembarangan, bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, apakah terlalu cepat atau terlalu lambat, menyebabkan tidak berfungsi alat pengaman dengan memindahkan, menyesuaikan atau memutuskan, menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat, menempatkan, mencampur atau mengkombinasi, mengambil (posisi yang tidak aman dibawah beban yang tergantung) dan lain-lain.

Kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan bilamana sering terjadi akan mengancam operasi perusahaan. Kecelakaan kerja ini dapat langsung mengakibatkan penderitaan fisik tenaga kerja dan kehilangan waktu kerja.

(30)

b. Program pencegahan kecelakaan kerja

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbul suatu kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja akibat hubungan kerja dan tindakan antisipasif. Keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja harus diperhatikan agar pekerja dapat bekerja secara optimal dan mengurangi risiko kecelakaan kerja (Dessler dan Gary, 2003).

Pencegahan dalam kecelakaan kerja, harus dimulai dari:

1) Pengenalan bahaya di tempat kerja

Pengenalan bahaya perlu ada suatu konfimasi keberadaan bahaya di tempat kerja, memutuskan pengarus bahaya.

2) Estimasi

Estimasi bahaya perlu diketahui ada atau tidak tenaga kerja dibawah ancaman bahaya pajanan atau kemungkinan pajanan

3) Tiga langkah pengendalian

Pencegahan terjadi suatu kecelakaan kerja terdapat langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh suatu instansi. Langkah-langkah pencegahan terjadi suatu kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi enam, yaitu (Sholihah, 2012):

a) Substitusi (mengganti alat/ sarana yang kurang/ tidak berbahaya).

b) Isolasi (memberi isolas/ alat pemisah terhadap sumber daya).

c) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

(31)

d) Pemakaian alat pelindung diri perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).

e) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.

f) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.

Upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan mengkoreksi atau paling tidak meminimasi setiap bahaya yang dapat diidentifikasi. Suatu analisis yang akurat terhadap potensial bahaya di tempat kerja merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan dapat digunakan sebagai salah satu data dalam menerapkan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sholihah, 2012).

3. Human Error

Human error merupakan kesalahan yang diakibatkan oleh performansi kegiatan yang tidak boleh dilakukan sehingga dapat mengakibatkan kekacauan atau gangguan pada operasional atau menyebabkan kerusakan pada peralatan dan perlengkapan. Human error sering terjadi dalam kehidupan manusia saat melakukan aktivitas masing-masing, bahkan sering juga manusia disebut pembuat kesalahan. Manusia tidak akan menghilangkan semua error yang akan terjadi, tetapi yang dapat dilakukan hanya meminimasi atau menghindari error atau kesalahan yang besar kemungkinan akan terjadi. (Sutalaksana, dkk, 1979).

Error diidentifikasikan juga sebagai deviasi suatu prosedur untuk mengoperasikan atau memelihara suatu peralatan. Human error adalah

(32)

sebagai bagian dari aktvitas manusia yang melampaui batas penerimaan atau aksi yang diluar toleransi, dimana batas dari performansi penerimaan terdefinsikan oleh sistem. Error Intentional (disengaja) dilakukan ketika seseorang akan melakukan aktivitas yang tidak benar, tetapi dia percaya bahwa hal tersebut benar atau hal tersebut merupakan metodee yang baik, hal ini tidak diperhitungkan sebagai human error (Rigby, 1970).

a. Klasifikasi Human Error

Klasifikasi human error dapat dibedakan dan dimasukan menjadi beberapa kategori yaitu, Meister (1976):

1) Operator error

Seseorang dapat membuat error jika dia melakukan sesuatu secara salah, kesalahan dalam melakukan sesuatu yang seharusnya, atau kesalahan dalam melakukan sesuatu pada waktu tertentu. Operator error terdiri dari:

a) Error of omission, merupakan error attention (perhatian), yang berhubungan dengan situasi yang diinginkan dari perhatian operator dan error memory yang berhubungan dengan memori manusia.

Error terjadi ketika seorang operator mengabaikan sebuah langkah dalam bertugas atau ketika operator lupa dalam melakukan semua tugas.

b) Error of commission, merupakan error dalam pengoperasian, error dalam pengidentifikasian dan error dalam interpretasi. Sebuah error yang disebabkan karena perbuatan terjadi ketika operator

(33)

melaksanakan tugas tetapi dilakukan dengan salah. Kategori ini luas yaitu meliputi seleksi error, urutan error, error waktu dan kualitatif error.

2) Assesmbly error

Error ini disebabkan oleh manusia dan produk yang sedang dilakukan assembly. Error tersebut merupakan hasil dari kemampuan kerja yang rendah. Beberapa contoh dari assembly error adalah:

a) Menggunakan komponen yang salah b) Komponen yang hilang

c) Melakukan assembly dengan blueprint yang tidak cocok d) Penyolderan yang salah

e) Pemasangan kabel terbalik 3) Production error

Production error merupakan kesalahan pada acara kerja yang dibuat oleh orang bagian produksi secara individual, akibatnya dapat emnjadi kesalahan pada standar spesifikasi meskipun beberapa kesalahan pengerjaan dapat disebabkan oleh kelemahan pekerja, seperti kurang motivasi atau pelatihan. Beberapa hal yang disebabkan oleh situasi eksternal yang mempengaruhi pekerja untuk menyebabkan error (Meister, 1976):

a) Design error

Design error diilustrasikan terjadi pada saat mendesain peralatan, tetapi efek berdasarkan pengalaman dapat terjadi pada operasional

(34)

peralatan menjadi operator error. Tipe ini disebabkan karena kesalahan perancangan oleh designer. Design error banyak dibuat ketika engineer mempertimbangkan beberapa alternative perancangan. Faktor tergesa-gesa dalam karya desain, kecenderungan dari designer pada sousi desain tertentu dan analisis yang kurang cukup dari kebutuhan sistem dapat menyebabkan desain error.

b) Inspection error

Inspeksi adalah aspek yang vital dalam program pengontrolan kualitas. Elemen manusia memainkan peranan yang sangat penting dalam hal isnpeksi. Secara teoritis jika isnpeksi telah efektif maka tidak dibutuhkan lagi pekerja untuk dokus mengenai produksi error yang mempengaruhi performansi sistem operasional, semua item yang tidak sempurna akan diketahui dan dieliminasi pada tahap inspeksi.

c) Installation error

Error ini terjadi pada saat langkah instalasi dilakukan pada peralatan. Error ini adalah error jangka pendek, dimana merupakan suatu sistem baru yang diinstal ekdalam tempat yang tetap. Sekali sistem tersebut diinstal dan timbul masalah, penyebab dari error- error tersebut harus secara nyata dianalisis dan di-breakdown, contohnya kesalahan menginstal peralatan oleh manusia didasarkan pada instruksi atau blueprint.

(35)

d) Maintenance error

Error ini adalah kesalahan perbaikan pada peralatan. Maintenance error berlangsung sepanjang umur sistem dan pada kenyataannya akan meningkat seperti pada sistem yang jenuh, peningkatan kesempatan untuk meningkatkan maintenance yang sedang berlangsung. Maintenance error dapat meningkat dengan semakin tua suatu peralatan.

4. Human Reliability Assessment (HRA)

Human reliability adalah kemungkinan dari sebuah keberhasilan dari suatu tugas dalam batas waktu tertentu, dengan persyaratan yang ditentukan (Meister, 1976). Swain (1983) dalam Iridiastadi dan Yassierli (2016) mendefinisikan human reliability sebagai performansi suatu sistem dalam waktu tertentu tetapi tidak menurunkan performansi sistem yang lain. Tujuan dari analisis human reliability adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang beresiko tinggi, menemukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya human error, mengetahui besar resiko yang ditimbulkan dan bagaimana melakukan suatu perbaikan terhadap sistem yang ada sehingga dapat meminimalisir biaya dan atau dapat mengurangi human error yang dapat menimbulkan bahaya. Terdapat beberapa teknik untuk menganalisis human reliability. Teknik tersebut sangat berguna dalam pengukuran nilai human error probability (HEP) yang terjadi, sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi dari suatu pekerjaan. Salah satu teknik yang

(36)

digunakan adalah Human Error Assessment and Reliability Technique (HEART).

5. Hierarchical Task Analysis (HTA)

Hierarchical Task Analysis (HTA) merupakan sebuah metode untuk menganalisis task yang kompleks. HTA sering digunakan karena mudah, detail dan tepat sasaran. Task analysis merupakan metode formal untuk mendeskripsikan dan menganalisis interaksi manusia dengan sistem baik yang berupa aktivitas fisik maupun aktivitas kognisi yang dilakukan untuk mencapai tujuan sistem. HTA merupakan metode breakdown task yang paling sering digunakan karena mudah untuk digunakan, detail dan langsung mengenai sasaran. HTA dapat ditampilkan dalam bentuk hierarki diagram atau tabel. Terdapat 3 aspek dalam HTA yaitu plan, shopping rule dan numbering (Findiastuti, 2002), dijelaskan sebagai berikut:

a. Plan merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Terdapat 7 macam plan yang ada pada HTA, yaitu:

1) Fixed sequences: urutan tetap

2) Optional task: suatu task untuk dilaksanakan tergantung dari suatu situasi

3) Waiting events: suatu rencana menunggu 4) Cycle: suatu rencana yang membentuk siklus

5) Time sharing: rencana yang berupa pengerjaan dua atau lebih task dalam waktu yang bersamaan.

(37)

6) Discretionary: rencana yang berupa pengerjaan tugas-tugas dalam urutan sembarang

7) Mistures: rencana yang meliputi hal-hal yang telah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya

b. Stopping rule merupakan aturan yang membatasi sampai sejauh mana task harus dipecah menjadi sub task dan operasi. Konsep stopping rule yang utama digunakan adalah berhenti melakukan redeskripsi task ketika sudah tidak lagi menambah informasi yang berguna untuk analisis proses.

c. Numbering merupakan penomoran yang dilakukan secara berurutan sesuai hierarki task dan aktivitas yang sudah dibuat.

6. Human Error Identifikation (HEI)

Human Error Identification (HEI) adalah klasifikasi langkah tugas mengarah analyzer untuk memeriksa kesalahan tindakan melalui mengklasifikasi tingkat rendah kesalahan dimana penjelasan terjadi pada setiap error yang disajikan. Adapun tindakan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Iridiastadi dan Yassierli, 2016):

a. Action error yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan individu dalam melakukan aktivitasnya atau menyelesaikan tugasnya.

b. Retrieval error berkaitan dengan mengembalikan sistem ke keadaan semula akibat dari aktivitas yang salah.

c. Checking error berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan individu yaitu tidak melakukan pengecekan dengan tepat atau benar pada suatu aktivitas tertentu.

(38)

d. Communication error berkaitan dengan kesalahan dalam proses berkomunikasi dengan bagian atau individu lainnya seperti kesalahan dalam menyampaikan informasi.

e. Selection error berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan individu yaitu tidak melakukan pengecekan dengan tepat atau benar pada suatu aktivitas tertentu.

7. Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART)

Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengelompokkan pekerjaan dalam kategori umum dan nilai nominal untuk human reliability. Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) merupakan bagian dari perhitungan keandalan yang diartikan sebagai seberapa besar operator melakukan kesalahan dalam pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Kondisi yang mengakibatkan terjadinya error yang ditunjukkan dalam scenario yang memberikan pengaruh negative terhadap performansi manusia (Findiastuti, 2002).

Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) pertama kali diperkenalkan oleh Williams pada tahun 1985 ketika beliau bekerja pada Central Electricity Generating Board. Metode ini dijelaskan secara detail oleh Williams pada tahun 1986 dan 1988. HEART merupakan metode yang dirancang sebagai metode HRA yang cepat dan sederhana dalam mengkuantifikasi risiko human error. Metode ini secara umum dapat digunakan pada situasi atau industry, dimana human reliability menjadi suatu

(39)

hal yang penting. Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) dapat digunakan untuk jenis industri apa saja asalkan kebutuhan untuk menggunakan Human Reliability Assessment (HRA) di industry sangat besar (Bell dan Holyord, 2009).

Menurut Bell dan Holyord (2009), Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) memiliki premis-premis awal yang perlu dikemukakan terkait dengan penggunaan HEART, yaitu:

a. Dasar keandalan manusia sangat bergantung dari keadaan umum dimana pekerjaan dilakukan.

b. Dalam kondisi yang sempurna, tingkat keandalan akan cenderung mendapatkan hasil tingkat probabilitas yang sempurna.

c. Apabila keadaan sempurna tersebit tidak bisa tercapai, akhirnya prediksi human error tersebut bisa terdegradasi, yang mana penggunaan Error Producing Condition (EPC) mungkin bisa digunakan.

Terdapat 9 Generic Task type (GTT) yang dijelaskan melalui metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART), masing- masing dengan Human Erroe Probability (HEP) dan 38 Error Producing Conditions (EPC) yang mungkin berdampak pada keandalan pekerjaan.

Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) dapat dijelaskan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengklasifikasian tingkat ketidakandalan dan jenis tugas sesuai dengan kategori Generic Task Type (GTT). 9 Generic Task Type (GTT) dapat dilihat pada Tabel berikut:

(40)

Tabel 2.2 Generic Task Type HEART

Jenis Pekerjaan Umum Nilai Ketidakadilan Manusia yang

Diusulkan A Sama sekali tidak terbiasa, bekerja dengan cepat tanpa

mengetahui akibat yang mungkin terjadi akibat pekerjaan tersebut.

0.55 (0.35-0.97)

B Memindahkan atau mengembalikan sistem ke dalam bentuk baru atau bentuk semula terhadap suatu usaha adanya pengawasan atau prosedur

0.26 (0.14-0.42) C Pekerjaan sulit yang memerlukan pemahaman dan

keahlian tinggi. 0.16

(0.12-0.28) D Pekerjaan yang agak sederhana yang dijalankan cepat serta

tidak memerlukan perhatian yang terlalu besar. 0.09 (0.06-0.13) E Pekerjaan rutin, terlatih, pekerjaan yang cepat dengan

membutuhkan keahlian yang tidak terlalu tinggi. 0.02 (0.007-0.045)

F

Memindahkan atau mengembalikan sistem ke dalam bentuk baru atau bentuk semula terhadap suatu usaha mengikuti prosedur tertentu dengan diakhiri adanya proses pengecekan.

0.003 (0.0008-0.007)

G

Sangat terbiasa, didesain dengan baik, terlatih, pekerjaan rutin dengan laju beberapa kali per jam, dilakukan pada tingkat performansi tertinggi oleh pekerja yang sangat termotivasi, operator sudah sangat berpengalaman, sangat mengerti tentang konsekuensi dari suatu kesalahan, dengan adanya waktu untuk mengoreksi dari protensi kesalahan, tetapi tanpa adanya alat bantu.

0.0004 (0.00008-0.009)

H

Respon yang benar terhadap perintah dari suatu sistem dan bahkan ada penambahan pengawasan otomatis terhadap sistem yang bisa menyediakan interpretasi terhadap langkah-langkah dari sistem dengan benar.

0.00002 (0.000006-0.0009) Sumber: Iridiastadi, 2016

b. Penentuan nilai Error Producing Condition (EPC) dimana nilai EPC memiliki kondisi yang berbeda-beda tergantung dari kondisi penyebab error yang terjadi. Berikut merupakan tabel EPC:

Tabel 2.3 Error Producing Condition HEART

No Error Producing Condition (EPC) Nilai EPC

1 Tidak terbiasa dengan sebuah situasi yang sebenarnya penting

namun jarang atau baru terjadi. 17

2 Waktu yang singkat untuk mendekati kegagalan dan melakukan

tindakan koreksi. 11

3 Rasio signal to noise rendah. 10

(41)

Lanjutan Tabel 2.3 Error Producing

No Error Producing Condition (EPC) Nilai EPC

4 Penolakan informasi yang sangat mudah untuk diakses. 9 5 Tidak adanya alat untuk menyampaikan informasi kepada

operator dalam bentuk yang dapat secara siap dipahami oleh

operator. 8

6 Ketidaksesuaian antara cara pandang operator dengan atasan. 8 7 Tidak bisa membalikkan kegiatan yang tidak diharapkan. 8 8

Kapasitas saluran komunikasi overload, terutama yang disebabkan oleh informasi-informasi kecil yang disajikan

secara bersamaan. 6

9 Meninggalkan suatu teknik dan melaksanakan sebuah kegiatan

yang benar-benar baru, belum pernah dilakukan. 6 10 Kebutuhan untuk mentransfer pengetahuan yang spesifik dari

kegiatan ke kegiatan tanpa kehilangan. 5.5

11 Ketidakjelasan standar performansi yang diminta. 5 12 Ketidaksesuaian antara risiko yang terjadi dengan yang

diperkirakan. 4

13 Sistem timbal balik buruk, ambigu, dan tidak sesuai. 4 14 Tidak jelasnya arahan dan lamanya konfirmasi yang diberikan

dari suatu tindakan. 4

15 Operator yang tidak berpengalaman (baru memenuhi

kualifikasi namun tidak expert). 3

16 Menurunnya kualitas informasi yang disampaikan oleh

prosedur dan interaksi orang per orang. 3

17 Sedikit atau tidak ada pengecekan independen atau percobaan

pada hasil. 3

18 Adanya konflik antara tujuan jangka pendek dan jangka

panjang. 2.5

19 Tidak adanya perbedaan input informasi untuk pengecekan

ketelitian. 2.5

20 Ketidaksesuaian antara level edukasi yang dimiliki individu

dengan kebutuhan pekerjaan. 2

21 Dorongan untuk menggunakan prosedur lain yang lebih

berbahaya 2

22 Sedikit kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh di luar jam

kerja 1.8

23 Alat yang tidak dapat diandalkan. 1.6

24 Kebutuhan untuk membuat suatu keputusan yang diluar

kapasitas atau pengalaman operator. 1.6

25 Alokasi fungsi dan tanggungjawab yang tidak jelas. 1.6 26 Tidak adanya cara yang jelas mengamati kemajuan selama

aktivitas. 1.4

27 Adanya bahaya dari keterbatasan kemampuan fisik. 1.4 28 Sedikit atau tidak adanya makna yang terkandung pada suatu

pekerjaan. 1.4

(42)

Lanjutan Tabel 2.3 Error Producing Condition HEART

No Error Producing Condition (EPC) Nilai EPC

29 Tingkat stres yang tinggi. 1.3

30 Adanya gangguan kesehatan, khususnya demam. 1.2

31 Moral pekerja rendah. 1.2

32 Tidak konsistensinya makna dari tampilan atau prosedur. 1.2 33 Lingkungan yang buruk atau tidak mendukung. 1.15 34 Tidak aktif dalam waktu yang lama atau siklus yang sangat

berulang-ulang pekerjaan dengan beban kerja mental rendah. 1.1

35 Terganggunya siklus normal. 1.1

36 Melewatkan kegiatan karena intervensi dari orang lain. 1.06 37 Penambahan anggota tim yang sebenernya tidak dibutuhkan. 1.03

38 Usia individu yang melakukan pekerjaan. 1.02

Sumber: Kumar, dkk, 2017

c. Penentuan nilai Assessed Proportion of Effect (APOE) untuk masing- masing EPC yang bernilai antara 0 sampai 1. Assessed Proportion of Effect (APOE) merupakan proses assessment terhadap faktor-faktor Error Producing Condition (EPC), dikaitkan dengan kontribusi terhadap terjadi error (Iridiastadi, 2016).

d. Menghitung nilai assessed effect

AEi = [(bi-1) x ci + 1] ... (1) keterangan:

bi = Nilai Error Producing Condition (EPC) ci = Nilai Assessed Proportion of Effect (APOE) e. Menghitung error potensial manusia

HEPj = a x AE1 x AE2 x AE3 x … x AEn ... (2) keterangan:

a = Nilai Generic Task Type (GTT) AE = Assessed Effect

HEP = Human Error Probability (HEP)

(43)

8. Fuzzy Set Theory

Teori logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing. Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian adalah dibuat oleh Lotfi A. Zahde pada tahun 1965. Dasar logika fuzzy adalah himpunan fuzzy. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting.

Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari penalaran dengan menggunakan logika fuzzy. Logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan permasalahan dari input menuju ke output yang diharapkan (Kumusadewi dan Hari, 2004).

a. Himpunan Fuzzy

Pada himpunan tegas (crips), nilai keanggotaan suatu item X dalam suatu himpunan A yang sering ditulis dengan πA[x], memiliki 2 kemungkinan (Kusumadewi dan Hari, 2004) yaitu:

1) Satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan.

2) Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan.

Terkadang kemiripan antara keanggotaan fuzzy dengan probabilitas menimbulkan kerancuan. Keduanya memiliki nilai pada interval [0,1], namun interpretasi nilainya terhadap pendapat atau keputusan, sedangkan probabilitas mengindikasikan proporsi terhadap keseringan suatu hasil bernilai besar dalam jangka panjang.

(44)

Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:

1) Linguistic, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti:

rendah, sedang, dan tinggi.

2) Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukan ukuran dari suatu variabel seperti: 90, 75, 50.

b. Membership Function

Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa

fungsi yang bisa digunakan diantaranya adalah (Kusumadewi dan Hari, 2004):

1) Representasi linear

Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotaan digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati konsep yang kurang jelas.

Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang memiliki representasi linear.

Pertama, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol (0) bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan yang lebih tinggi (Kusumadewi & Hari, 2004). Seperti terlihat pada Gambar 2.2.

(45)

Gambar 2.2 Representasi Linier Naik

(Sumber: Kusumadewi & Hari, 2004)

Fungsi keanggotaan:

μ [x] = { 0; ≤

; < <

1; ≥

Sumber: Kusumadewi & Hari (2004)

Kedua, merupakan kebalikan dari yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai domain dengan keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki kerajar keanggotaan lebih rendah. Seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Representasi Linier Turun

(Sumber: Kusumadewi & Hari, 2004)

Fungsi keanggotaan:

μ [x] = { 0; ≥

; < <

1; ≤

Sumber: Kusumadewi & Hari, 2004.

(46)

2) Representasi Kurva Segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis linear. Fungsi keanggotaan segitiga ditandai oleh adanya tiga parameter {a,b.c} yang menentukan koordinat x dari tiga sudut. Sama seperti fungsi phi, pada fungsi ini juga terdapat satu nilai x yang memiliki derajat keanggotaan sama dengan 1, yaitu ketika x=b. Tetapi nilainilai di sekitar b memiliki derajat keanggotaan yang turun cukup tajam menjauhi 1. Biasanya kurva dalam bentuk ini digunakan untuk mengolah data praktis. Seperti terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Representasi Linier Turun

(Sumber: Kusumadewi & Hari, 2004)

Fungsi keanggotaan:

μ [x] = {

0; ≥ ≤

< <

< <

Sumber: Kusumadewi & Hari (2004)

3) Representasi Kurva Trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, bedanya pada fungsi ini terdapat beberapa nilai x yang memiliki derajat keanggotaan sama dengan 1 yaitu ketika b ≤ x ≤ c tetapi derajat keanggotaan untuk

(47)

a < x < b dan c < x ≤ d memiliki karakteristik yang sama dengan fungsi segitiga. Fungsi keanggotaan dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Representasi Linier Turun

(Sumber: Kusumadewi & Hari, 2004)

Fungsi keanggotaan:

μ [x] = {

0; ≥ ≤

1; ≤ ≤

; < <

; < <

Sumber: Kusumadewi & Hari, 2004.

c. Fuzzification

Langkah pertama dalam memproses logika fuzzy yaitu memuat transformasi domain yang fuzzifikasi. Masukan crisp ditransformasikan ke dalam masukan fuzzy atau tingkat keanggotan tertentu. Dalam mengubah bentuk masukan crisp ke dalam masukkan fuzzy, fungsi keanggotaan pertama kali harus ditentukan untuk setiap masukan. Sekali fungsi keanggotaan ditentukan, fuzzifikasi mengambil nilai masukkan (derajat keanggotaan) secara realtime, seperti temperatur dan membandingkan dengan informasi fungsi keanggotaan yang tersimpan untuk menghasilkan nilai masukan fuzzy.

(48)

Berikut merupakan linguistic value direpresentasikan menggunakan fuzzy number. Fuzzy number untuk linguistic value tersebut antara lain Very Low (VL), Low (L), Medium (M), High (H), Very High (VH) yang dideskripsikan ke dalam triangular fuzzy. Kemudian linguistic value diubah menjadi angka crisp sesuai dengan fuzzy number yang ada pada variabel linguistik. Berikut merupakan variabel linguistic yang digunakan pada gambar berikut:

Gambar 2.6 Variable Linguistic

(Sumber: Castiglia & Giardina, 2013)

Berikut merupakan fungsi keanggotaan dan linguistic value dari APOE ditunjukkan pada persamaan berikut:

μ [VL] = {

0; < 0 3

,

, ; 0,15 < < 0,3

1; 0 < < 0,15 ... (3)

Sumber: Castiglia & Giardina, 2013.

(49)

μ [L] = {

0; < 0,1 0,5

,

, ; 0,1 < < 0,3

, ,

; 0,3 < < 0,5 ... (4)

Sumber: Castiglia & Giardina, 2013

μ [M] = {

0; < 0,3 0,7

,

, ; 0,3 < < 0,5

,!

,

; 0,5 < < 0,7 ...(5)

Sumber: Castiglia & Giardina, 2013

μ [H] = {

0; < 0,5 0,9

,

, ; 0,5 < < 0,7

,#

,

; 0,7 < < 0,9 ...(6)

Sumber: Castiglia & Giardina, 2013

μ [VH] = {

0; < 0,7 1

,!

, ; 0,7 < < 0,85 1; 0,85 < < 0,5

...(7)

Sumber: Castiglia & Giardina, 2013

Pada penelitian ini menggunakan lima variabel himpunan fuzzy dengan membership function ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Variabel Linguistik Himpunan Fuzzy

Variabel Linguistik (li, mi, ui) Very Low (VL) (0, 0.15, 0.3)

Low (L) (0.1, 0.3, 0.5) Medium (M) (0.3, 0.5, 0.7) High (H) (0.5, 0.7, 0.9) Very High (VH) (0.7, 0.85, 1) Sumber: Castiglia & Giardina, 2013

(50)

d. Perhitungan Rata-rata Geometrik

Setelah proses fuzzifikasi dilakukan, untuk mendapatkan nilai yang bernilai tunggal maka dilakukan perhitungan rata-rata geometrik dengan rumus persamaan (8) sebagai berikut:

Xg= -%∏+*, '()* ...(8) keterangan:

Xg = rata-rata geometric n = banyak data (total expert)

Xi = skor yang diberikan atau besar data fi = jumlah expert yang memiliki skor Xi e. Defuzzification

Metode penegasan (defuzzification) digunakan untuk menghasilkan nilai variabel solusi yang diinginkan dari suatu daerah konsekuen samar (fuzzy). Deffuzzification adalah komponen penting dalam pemodelan suatu sistem samar (Pen-cheng, dkk, 2010). Pemilihan fuzzy penegasan (defuzzification) ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu:

1) Masuk akal (plausibility), artinya secara intuitif bilangan tegas Z dapat diterima sebagai bilangan yang mewakili himpunan samar kesimpulan dari semua himpunan samar keluaran untuk setiap aturan.

2) Perhitungan sederhana (Computation Simplicity), artinya diharapkan perhitungan untuk menentukan bilangan penegasan kesimpulan dari semua aturan adalah sederhana.

(51)

3) Kontinyuitas (Continuity), artinya perubahan kecil pada himpunan samar kesimpulan tidak mengakibatkan perubahan besar pada bilangan penegasan.

Terdapat beberapa tipe defuzzifikasi dalam pemodelan sistem samar yaitu metode Center of Gravity (COG), metode bisector, dan metode Mean of Maximum (MOM). Pada penelitian ini menggunakan metode Center of Gravity (COG). Defuzzifikasi dilakukan dengan menggunakan metode Center of Gravity (COG) seperti yang ditampilkan pada persamaan (9) sebagai berikut.

Fi = (/* 0*)2(3* 0*)

+ 5( ...(9)

Sumber: Peng-Cheng, dkk (2019)

keterangan:

Fi = hasil defuzzifikasi

li = nilai li pada triangular fuzzy number mi = nilai mi pada triangular fuzzy number ui = nilai ui pada triangular fuzzy number

9. Assessed Proportion of Effect (APOE) dengan pendekatan Fuzzy

Menurut Castiglia & Giardina (2013) metode HEART memiliki kelemahan pada tingginya subjektivitas penentuan nilai Assessed Proportion of Effect (APOE). APOE adalah proporsi untuk efek atau pengaruh negatif untuk setiap Error Producing Condition (EPC) pada setiap task. Pada metode HEART tradisional, penentuan nilai APOE berdasarkan penilaian expert dengan memberikan penilaian secara gambling dalam bentuk skala nilai 0–1.

(52)

Perhitungan APOE sangat penting karena berkaitan dengan kedudukan dan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi performa operator dalam menjalankan tugasnya (Castiglia &Giardina 2013). Nilai APOE yang objektif dapat meminimumkan kesalahan akurasi hasil ketika mengkuantifikasi human error. Kelemahan tersebut diatasi dengan menggunakan konsep ekspresi fuzzy linguistic dalam penentuan APOE. Konsep linguistic fuzzy sangat berguna ketika expert dihadapkan pada situasi rumit dan sulit untuk mendeskripsikan atau menentukan argument ke dalam quantitative expressions. Quantitative expressions dalam hal ini merupakan suatu angka pasti. Selain itu, expert dalam beberapa kasus merasa kesulitan untuk memberikan numerical value dalam ketidakpastian, misalkan saja untuk menentukan suatu kemungkinan risiko (Peng-cheng, dkk, 2010).

10. Job Safety Analysis (JSA)

Manajemen resiko adalah penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur, dan aktivitas kegiatan identifikasi bahaya, analisis, penilaian, penanganan, dan pemantauan serta review risiko. Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadi accident. Accident merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan (Iridiastadi dan Yassierli, 2016).

Menurut OHSA 3071 revisi tahun 2002, JSA adalah sebuah analisis bahaya pekerjaan adalah teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan sebagai

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM INFORMASI PENYEWAAN TENDA DAN DEKORASI BERBASIS WEB (STUDI KASUS: LINDA NADA JEKULO KUDUS).. Nama mahasiswa : Mochamat

Maksud dari kegiatan audit Resertifikasi VLK ini secara umum adalah untuk melaksanakan kegiatan penilaian terhadap konsistensi penerapan dan pemenuhan verifier yang tercantum

Dalam penelitian ini, studi literature dilakukan dengan membaca jurnal, buku, dan artikel ilmiah yang berhubungan dengan human error, Kecelakaan Kerja, Humam Reliability

Pilkada adalah sejatinya harus sesuai dengan aturan yang ada dalam Islam, sebagaimana Syûrâ yang sudah dijelaskan di atas.Sekalipun sistem politik Indonesia dalam Pilkada

Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis, penyunting pelaksana, dan para penyunting ahliyang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir Ners ini dengan judul

Penggunaan perangkat elektronika banyak digunakan pada berbagai dunia usaha, mulai dari peke~iaan rumah tangga sampai pekerjaan yang rumit.Perangkat

Senada diungkapkan oleh Ustad Abdul Halim, Ustad Rokhmad mengungkapkan, bahwa pelaksanaan muzara’ah di Dukuh Gunung Tumpeng ini pelaksanaan muzara’ah kebanyakan