GENERASI KAMPUS
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2012
DITERBITKAN OLEH :
PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2012
ISSN 1978-869X
MAJALAH / JURNALMAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS
(CAMPUS GENERATION)
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2012APRIL 2011
Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .
Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)
Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari,
M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)
Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed
(Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)
Ketua Penyunting : Pardomuan N. J. M. Sinambela, M.Pd
Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si
Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr.
Bornok Sinaga, M.Pd *Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T. *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Drs. Paningkat Siburian, M.Pd *Drs. Swardi Rajaguguk. *Ir. Haikal Rahman, M.Sc. *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3 FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE
Penyunting Ahli :
Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan) Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)
Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)
Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)
Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)
Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung) Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)
Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH.
*Dra. Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. *Dra.Nismawarni Harahap. *
Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita
Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319. e-mail :[email protected]
ISSN 1978-869X
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernalh diterbitkan dalam media cetak lain. Naskah diketik dengan spasi 1,5 pada kertas A4 dengan jumlah halaman 10-15. (lebih jelas baca petunjuk bagi penulis pada sampul dalam belakang). Naskah yang masuk di evaluasi oleh penyunting ahli. Penyunting dapat melakukan perubahan pada tulisan yang
SURAT DARI REDAKSI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Petunjuk- Nya, sehingga Jurnal Generasi Kampus Volume 5 nomor 1 April tahun 2012 dapat terbit sesuaidengan harapan kita bersama. Jurnal Generasi Kampus ini adalah salah satu media ilmiah yang menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan.
Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis, penyunting pelaksana, dan para penyunting ahliyang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal edisi ini akan ditampilkan beberapa artikel yang berjudul: 1) Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan, 2) Penarikan Kesimpulan dengan Metode Deduktif, 3) Pengaruh Frekuensi Ultrasonik terhadap Pola Perilaku Belalang Kumbara sebagai Pengendali Hama secara Elektronik, 4) Pemanfaatan Media Adobe Flash dalam Pembelajaran Membaca Notasi Angka, 5) Upaya Pencegahan Dampak Mengangkat Terhadap Pekerja di Unit Pengantongan Pupuk PT. Pusri Belawan Medan, 6) Perancangan Sistem Kontrol dan Monitoring Suhu Ruangan Berbasis Mikro Kontrol AVR 8535, 7) Penerapan Sifat-Sifat Grup Penjumlahan Modulo 12 dan 24 pada Jam, 8) Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter Tanggung Jawab, 9) Metode Pendidikan Berkarakter oleh Ayah pada Anak untuk Keberhasilan Anak di Sekolah dan Dipekerjaan, 10) Menillik Pasar Organisasi Nirlaba : Studi Kasus Perpustakaan, 11) Format Pendidikan Indonesia Tahun 2025, 12) Kontribusi Latihan Back-Up dan Decline Push-Up terhadap Kecepatan Pukulan Gyaku Tsuki Chudan pada Atlet Karateka Putera Kei Shin Kan Dojo HKBP Sidorame Medan.
Kiranya Jurnal Generasi Kampus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan
Medan, April 2012
Penanggungjawab Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNIMED,
Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. NIP. 19570515 198403 1 004
ii
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS
(CAMPUS GENERATION)
V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008 IL 2008
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2012 Daftar Isi
Biner Ambarita Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Bidang
Kemahasiswaan 1-15
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela
Penarikan Kesimpulan dengan Metode Deduktif
16-21 Jongga Manullang Pengaruh Frekuensi Ultrasonik terhadap Pola Perilaku
Belalang Kumbara sebagai Pengendali Hama secara
Elektronik 22-38
Lamhot Basani Sihombing Pemanfaatan Media Adobe Flash dalam Pembelajaran
Membaca Notasi Angka 39-49
Syamsul Gultom Upaya Pencegahan Dampak Mengangkat Terhadap Pekerja di Unit Pengantongan Pupuk PT. Pusri
Belawan Medan 50-62
Juniastel Rajagukguk Perancangan Sistem Kontrol dan Monitoring Suhu
Ruangan Berbasis Mikro Kontrol AVR 8535 63-75 Elvri Teresia br Sembiring Penerapan Sifat-Sifat Grup Penjumlahan Modulo 12
dan 24 pada Jam 76-84
Paningkat Siburian Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter
Tanggung Jawab 85-102
Wanapri Pangaribuan Metode Pendidikan Berkarakter oleh Ayah pada Anak
untuk Keberhasilan Anak di Sekolah dan Dipekerjaan 103-115 Tessa Simahate Menillik Pasar Organisasi Nirlaba : Studi Kasus
Perpustakaan 116-126
Hamonangan Tambunan Format Pendidikan Indonesia Tahun 2025
127-151 Irwansyah Siregar Kontribusi Latihan Back-Up dan Decline Push-Up
terhadap Kecepatan Pukulan Gyaku Tsuki Chudan pada Atlet Karateka Putera Kei Shin Kan Dojo HKBP Sidorame Medan
152-163 ISSN 1978-869X
PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI BIDANG KEMAHASISWAAN
Biner Ambarita Abstrak
Mekanisme penetapan standar kemahasiswaan merupakan topik pembahasan dalam tulisan ini. Adapun yang menjadi mekanisme penetapan standar kemahasiswaan, antara lain: 1) Penetapan Jenis kegiatan kemahasiswaan, 2) Target-target kegiatan kemahasiswaan, 3) Pembimbingan kemahasiswaan, 4) Fasillitas kegiatan kemahasiswaan, 5) Standar mutu kegiatan kemahasiswaan. Standar mutu kegiatan mahasiswa meliputi bidang penalaran, bidang minat, bakat dan kegemaran, bidang organisasi, bidang kesejahteraan dan bakti sosial. Sedangkan mekanisme pemenuhan standar kemahasiswaan terdiri atas standar cara pembimbingan kemahasiswaan, standar kegiatan dan proses pembimbingan kemahasiswaan, standar fasilitas kegiatan, standar kualitas output, dan manajemen pengendalian standar.
Kata kunci : mekanisme penetapan standar kemahasiswaan PENDAHULUAN
Perguruan tinggi suatu lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten dan berdaya saing tinggi sesuai dengan tuntutan stakeholder pada era globalisasi. Selain dosen dan tenaga kependidikan yang memiliki mutu yang baik, mutu mahasiswa yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi juga merupakan ujung tombak untuk menentukan mutu suatu perguruan tinggi. Adapun yang menjadi indikator untuk menentukan mutu mahasiswa yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, antara lain 1) seleksi masuk dalam
penerimaan mahasiswa baru, 2) karakter mahasiswa yang terkait dengan disiplin mahasiswa mematuhi aturan di perguruan tinggi, etika dalam lingkungan perguruan tinggi, moral mahasiswa di dalam lingkungan perguruan tinggi, 3) sikap mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam perguruan tinggi, 4) prestasi yang dicapai mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang lainnya, 5) ketepatan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di perguruan tinggi.
Mahasiswa di perguruan tinggi nampaknya kurang menyadari tentang hal-hal penting yang
2
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
dimillikinya, padahal sebenarnya sangat mempengaruhi terbentuknya mutu sebuah perguruan tinggi. Satu peran penting yang dapat dijalankan mahasiswa adalah pelayanan yang harus diberikan oleh mahasiswa kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya, karena mahasiswa adalah salah satu unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Jadi mahasiswa tidak hanya sebagai pihak yang dilayani, tetapi juga sebagai pihak yang harus melayani.
Kemampuan mahasiswa melayani masyarakat tergantung kompetensi yang dimiliki mahasiswa. Kompetensi mahasiswa tersebut dikembangkan dalam kegiatan akademik (kurikuler), kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan kokurikuler. Kegiatan yang bersifat kurikuler bertujuan untuk memenuhi standar kurikulum bidang keilmuan yang didukung oleh kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler meliputi pembimbingan kecakapan hidup (life skill) berupa
kecakapan individual, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, kecakapan vokasional, dan pembimbingan kepemudaan yang menyangkut kepanduan, keolahragaan, kesenian, kepemimpinan, kewirausahaan (Djanali, 2005). Integrasi pembimbingan kurikuler (akademik), ekstrakurikuler, dan kokurikuler merupakan proses olah pikir, olah hati, olah rasa/karsa, dan olah raga, yang bermuara pada nilai-nilai luhur bangsa, nilai-nilai luhur Pancasila, sehingga tercipta insan cerdas dan berwibawa.
PEMBAHASAN
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan (Djanali, 2005). Selanjutnya, penjaminan mutu adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan tertentu dari kualitas (Elliot, 1993). Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari kebutuhan pelanggan. Penjaminan mutu membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Gryna (1988), mengatakan penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa mutu dapat berfungsi secara efektif (Pike dan Barnes, 1996).
Sementara itu ahli yang lain memberikan definisi penjaminan mutu sebagai berikut : Quality Assurance is all planned and systematic activities implemented within the quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or service will fulfill requirements for quality (Cartin, 1999) . Quality Assurance focuses on the ability of a process to produce or deliver a quality product or service, quality control focuses on intire process and final product (Webber, 2007).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat diartikan penjaminan mutu merupakan proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian mutu, sesuai dengan standar yang ditetapkan. Penjaminan mutu berupaya mencegah munculnya kembali masalah yang lalu dan masalah baru yang mungkin terjadi, sehingga proses pencapaian kualitas produk yang ditargetkan tidak mengalami masalah.
Mutu pendidikan di perguruan tinggi berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan di dalam program kegiatan atau kesesuaian tujuan dan kompetensi dengan standar yang telah ditetapkan.
Mahasiswa seperti halnya dosen harus menjaga mutu dengan kehadirannya tepat waktu di kelas, wajib mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya, mematuhi etika yang diterapkan dan, mahasiswa diberi akses untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penjaminan mutu perguruan tinggi tentang adanya dosen atau tenaga kependidikan yang dipandang kontra produktif terhadap penjaminan mutu. Seharusnya mahasiswa juga
4
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
dilibatkan dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu perguruan tinggi yang dilaksanakan di tingkat universitas, fakultas, jurusan, dan prodi.
Sistem penjaminan mutu perguruan tinggi memerlukan komitmen bersama dari semua sivitas akademik mulai pimpinan puncak sampai pelaksana paling bawah. Mahasiswa merupakan salah satu unsur penting yang dapat menopang keberhasilan pelaksanaan sistem penjaminan mutu di perguruan tinggi, maka sosialisasi kepada semua sivitas akademik harus memasukkan unsur mahasiswa sebagai salah satu sasaran sosialisasi yang harus dilaksanakan secara terus-menerus melalui berbagai media komunikasi dan disampaikan pada berbagai kesempatan. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan memperoleh komitmen bersama dalam melaksanakan penjaminan mutu perguruan tinggi sehingga seluruh pihak memperoleh dorongan mental untuk terus memperbaiki diri agar memperoleh kinerja akademik yang maksimal.
Melalui sosialisasi yang terus-menerus, setidaknya akan ada sanksi sosial jika ada unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan penjaminan mutu perguruan tinggi melakukan tindakan-tindakan yang kontra produktif karena sistem penjaminan mutu perguruan tinggi ini diketahui oleh semua pihak. Upaya untuk meningkatkan dan menjaga mutu yang baik tidaklah mudah. Selain perlu upaya terus menerus dari pihak perguruan tinggi dalam membangun sistem yang mendukung penjaminan mutu, juga diperlukan kesadaran setiap pribadi yang ada di dalamnya, dan tidak akan maksimal hasilnya kalau dipaksakan. Jadi harus ada kesadaran dari pribadi masing-masing, dan kemudian merasakan bahwa meningkatkan mutu dan menjaganya adalah suatu kebutuhan yang muncul dari dalam diri.
Berhubungan dengan hal tersebut, dorongan kepada mahasiswa agar memahami perannya dalam membantu meningkatkan mutu perguruan tinggi (almamaternya) menjadi sangat penting. Banyak cara yang dapat
dilakukan mahasiswa dalam mendukung mutu perguruan tinggi tersebut yaitu dengan berusaha mendukung terpenuhinya standar mutu yang telah ditetapkan, beberapa di antaranya adalah:
1. Mahasiswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
2. Mahasiswa berperan aktif dalam menciptakan atmosfir akademik yang kondusif.
3. Mahasiswa mencapai kematangan akademik dan kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual secara maksimal. 4. Mahasiswa memahami
perkembangan Ipteks dan mencari informasi langsung ke sumbernya melalui ICT.
5. Mahasiswa mampu
menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah.
6. Mahasiswa mampu
mengkomunikasikan
pengetahuan kepada pihak lain.
7. Mahasiswa dapat
mengembangkan belajar mandiri dan belajar kelompok.
8. Mahasiswa banyak terlibat dalam penelitian dosen/lembaga.
9. Mahasiswa berperan serta dalam menjaga kemanan, keindahan, dan kebersihan lingkungan kampus.
10. Mahasiswa melaksanakan pembimbingan akademik secara berkala.
11. Mahasiswa ikut berpartisipasi dalam mendesain, mengelola dan mengevaluasi kurikulum
12. Mahasiswa melakukan evaluasi diri untuk mencapai kompetensi lulusan program studi.
13. Mahasiswa berpartisipasi aktif dalam organisasi mahasiswa dan kegiatan ekstrakurikuler.
Hal-hal tersebut di atas masih sebagian peran yang dapat dilakukan mahasiswa dalam mendukung penjaminan mutu perguruan tinggi dan masih banyak peran yang lainnya. Sajian dalam artikel ini dapat mendorong semua sivitas akademik khususnya mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu perguruan tinggi, tentu dengan kebersamaan dalam pelaksanaan penjaminan mutu tersebut dapat meraih keunggulan dan mutu yang diharapkan.
6
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
Selanjutnya terdapat beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan antara lain :
1. Pihak institusi sedapatmungkin mendorong mahasiswa untuk memiliki peranan dalam satu atau lebih organisasi kemahasiswaan. 2. Menyediakan fasilitas pendukung
kegiatan ekstrakurikuler seperti ruangan, tenaga pendidik/pelatih dan peralatan.
3. Kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan hendaknya mampu meningkatkan kompetensi lulusan.
4. Pihak institusi secara aktif menjalin kerja sama dengan pihak industri (perusahaan) dalam memberikan dukungan dana maupun untuk kegiatan magang mahasiswa.
Ada 5 mekanisme penetapan
standar kemahasiswaan, antara lain: 1) Penetapan Jenis kegiatan
kemahasiswaan, 2) Target-target kegiatan kemahasiswaan, 3) Pembimbingan kemahasiswaan, 4)
Fasillitas kegiatan kemahasiswaan, 5) Standar mutu kegiatan kemahasiswaan. Standar mutu kegiatan mahasiswa meliputi bidang penalaran, bidang minat, bakat dan kegemaran, bidang organisasi, bidang kesejahteraan dan bakti sosial. Sedangkan mekanisme pemenuhan standar kemahasiswaan terdiri atas standar cara pembimbingan kemahasiswaan, standar kegiatan dan proses pembimbingan kemahasiswaan, standar fasilitas kegiatan, standar kualitas output, dan manajemen pengendalian standar.
Keberhasilan manajemen pengendalian standar ditunjukkan dengan perilaku mahasiswa, IPK mahasiswa, pembimbing, dan institusi. Selain itu standar mutu mahasiswa sangat mendukung terciptanya penjaminan mutu perguruan tinggi. Berikut disajikan tabel standar mutu mahasiswa untuk mendukung terciptanya penjaminan mutu perguruan tinggi.
No Standar Kriteria Indikator 1. Input Mahasiswa Mahasiswa lulus seleksi
masuk perguruan tinggi
Lulus seleksi 2. Penilaian Mahasiswa a. Kebijakan dalam
penilaian mahasiswa
Tersedia dokumen kebijakan
penilaian b. Sistem penilaian autentik
yang diterapkan perguruan tinggi bagi mahasiswa Penilaian dilakukan secara berkala dengan menggunakan patokan acuan penilaian c. Pemanfaatan hasil penilaian autentik Hasil penilaian digunakan sebagai evaluasi 3 Dukungan terhadap mahasiswa Mahasiswa memperoleh kemudahan dalam proses pembelajaran Adanya kemudahan informasi, tersedia pembimbingan terhadap mahasiswa, tersedianya program unggulan mahasiswa, tersedianya beasiswa bagi mahasiswa, tersedianya bantuan dalam penyelesaian tugas
8
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
No Standar Kriteria Indikator
akhir, tersedianya fasilitas dalam mengembangkan minat dan bakat, tersedianya unit kegiatan mahasiswa. 4 Kinerja mahasiswa a. Masa studi mahasiswa Adanya buku
pedoman mengenai masa studi mahasiswa b. Mutu mahasiswa Mutu mahasiswa
dirangking berdasarkan penilaian sesuai dengan peraturan yang ada
c. Indeks prestasi kumulatif mahasiswa Indeks prestasi kumulatif mahasiswa dijadikan sebagai barometer kelulusan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya Penjaminan mutu perguruan tinggi
juga harus dapat menciptakan visi, misi, dan tujuan dalam pola
pengembangan kemahasiswaan di perguruan tinggi. Visi, misi, dan tujuan tersebut menjadi acuan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program dan kegiatan kemahasiswaan.
Berikut disajikan visi, misi dan tujuan perguruan tinggi dalam menciptakan penjaminan mutu perguruan tinggi.
Tabel Visi, Misi, dan Tujuan Perguruan Tinggi.
Visi Misi Tujuan
Unggul dalam pembinaan kemahasiswaan yang berorientasi pada peningkatan citra, reputasi dan daya saing lulusan.
1. Mengembangkan sistem pembinaan mahasiswa menurut kebutuhan penalaran, minat-bakat dan kesejahteraan. 2. Membina suasana
akademik dan iklim organisasi kemahasiswaan yang sehat. 3. Menumbuhkan budaya belajar mandiri di kalangan mahasiswa yang berorientasi pada kualitas diri pribadi dan universitas melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. 4. Mengembangkan budaya kewirausahaan di kalangan mahasiswa. 5. Menumbuhkembangkan budaya ilmiah di kalangan mahasiswa.
1. Pembinaan bakat, minat, dan kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan Mahasiswa dalam manajemen praktis, berorganisasi, menumbuhkan apresiasi terhadap seni dan olah raga.
2. Peningkatan
kesejahteraan mahasiswa baik secara fisik, mental, dan kerohanian.
3. Pemberdayaan peran aktif dosen pendamping untuk membimbing kegiatan kemahasiswaan. 4. Peningkatan sistem
kekeluargaan kehidupan kampus pada mahasiswa, dosen, dan pegawai 5. Peningkatan prestasi
10
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
Visi Misi Tujuan
6. Meningkatkan access dan equity semua lapisan masyarakat untuk dapat mengikuti pendidikan tinggi.
penalaran dan keilmuan untuk menanamkan sikap ilmiah, merangsang daya kreasi dan inovasi, serta kemampuan meneliti dan menulis karya ilmiah. 6. Peningkatan kemampuan
berwirausaha bagi mahasiswa.
7. Menghasilkan karya ilmiah mahasiswa yang layak terbit pada jurnal pendidikan. 8. Menumbuhkembangkan kepedulian sosial mahasiswa melalui pengabdian kepada masyarakat.
Standar mutu bidang penalaran meliputi keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan ilmiah di luar kegiatan akademik, dapat diselenggarakan berupa pembuatan proposal PKM yang diusulkan untuk didanai oleh Dirjendikti dan dilanjutkan ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) atau penerbitan pada jurnal kampus atau
jurnal nasional, maupun internasional.
Penjaminan mutu kegiatan penalaran meliputi pelatihan penulisan proposal PKM, pembimbingan penulisan dan pelaksanaan PKM, pelatihan penulisan proposal PKM sesuai dengan aturan penulisan yang ditetapkan, pendampingan mahasiswa pada Pimnas, pemberian
penghargaan bagi mahasiswa yang lolos Pimnas dan PKM yang terbaik, pemberian penghargaan kepada dosen pendamping. Standar mutu PKM meliputi kesesuaian format proposal yang diusulkan dengan pedoman penulisan PKM yang ditetapkan dirjendikti, lolos untuk
didanai oleh Dirjendikti, lolos mengikuti Pimnas, juara di Pimnas. Penjaminan mutu kegiatan penalaran khususnya penulisan proposal dan pelaksanaan PKM serta kegiatan mengikuti Pimnas ditampilkan pada gambar 1 berikut.
+
-Gambar 1. Proses Penjaminan Mutu PKM dalam Kegiatan Penalaran
Penjaminan mutu kegiatan minat, bakat, dan kegemaran, meliputi kegiatan yang dikompetisikan maupun tidak
dikompetisikan dalam bidang olah raga, bidang seni. Kompetisi diawali di tingkat universitas, tingkat wilayah, tingkat nasional, bahkan tingkat internasional. Penjaminan mutu bidang seni dan olah raga diperlihatkan pada gambar 2 berikut. Target Proposal PKM: (1) Usulan proposal sesuai pedoman; (2) lolos didanai dirjendikti; (3) Mengikuti Pimnas; (4) Juara di Pimnas Pelatihan mahasiswa dalam penulisan propsal PKM Pelatihan mahasiswa dalam penulisan propsal PKM Pembuatan Proposal PKM dan Pengusulan pendanaan Didanai Tidak Didanai Evaluasi Kelemahan dan perbaikan Pelaksanaan & pendampingan Tidak lolos
Pimnas Pimnaslolos Diberi penghargaan
12
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
Gambar 2. Proses Penjaminan Mutu Bidang seni dan Olah raga Penjaminan mutu kegiatan
bidang kesejahteraan dan bakti sosial berindikatorkan jumlah mahasiswa dan frekwensi kegiatan terprogram maupun insidentil di dalam kampus dan di luar kampus. Keterlibatan mahasiswa secara terprogram dan inseidentil berada pada unit kegiatan mahasiswa (UKM), khususnya UKM pencinta alam, UKM pramuka, UKM
kerohanian, UKM kewartawanan, dam UKM lainnya. Keterlibatan mahasiswa secara insidentil harus mendapat persetujuan pimpinan universitas. Proses Penjaminan Mutu Bidang bakti sosial (pengabdian Masyarakat) terkait dengan PKM pengabdian masyarakat dan PKM penerapan teknologi.
Gambar 3. Proses Penjaminan Mutu Bakti Sosial Proses penjaminan mutu
pengabdian masyarakat terkait dengan PKM sesuai dengan gambar 1. Proses penjaminan mutu terkait
dengan UKM ditampilkan pada gambar 3 sebelumnya.
Penjaminan mutu kegiatan bidang kesejahteraan mahasiswa Pusat SDM Kompetensi seni (Fakultas Bahasa dan Seni) Pusat SDM Kompetensi Olah Raga (Fakultas Ilmu Keolahragaan)
Seleksi
Kompetensi Latihan Intensif
UKM bidang Olah Raga dan Seni
Kompetisi Juara Diberi penghargaan
Unit Kegiatan
Mahasiswa Program dan Kegiatan
Diketahui dan Dibuka Pimpinan Universitas atau yang mewakili
Pelaksanaan dihadiri Pemerintah setempat atau yang mewakili
meliputi pemberian beasiswa. Perguruan tinggi harus dan wajib memberi beasiwa bagi mahasiswa yang berprestasi dan kurang mampu. Persyaratan beasiswa yang harus dituruti sesuai dengan ketetapan pemberi dana, dan pengusulannya mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Semua mahasiswa berhak mengusulkan permohonan beasiswa sesuai dengan syarat yang ditentukan. Persyaratan umum mahasiswa yang berhak mengusulkan permohonan adalah prestasi belajar (Indeks Prestasi), surat keterangan tidak mampu dari
lurah atau kepala desa, diusulkan oleh pimpinan fakultas setelah diseleksi. Untuk beasiswa Bidik Misi diusulkan oleh kepala sekolah SLTA ke Dirjendikti lewat penerimaan mahasiswa baru jalur undangan, yang lolos seleksi akan diinformasikan dan diterima sebagai mahasiswa penerima beasiswa. Standar Operasional Prosedur (SOP) beasiswa bidik misi ditetapkan oleh Dirjendikti. Proses penjaminan mutu pemberian beasiswa bagi mahasiswa di luar beasiswa bidik misi diperlihatkan pada gambar 4 berikut.
Keterangan:
= Alur informasi
= Alur usulan dan keputusan
Gambar 4. Proses Standar Operasional Prosesdur Pemberian Beasiswa Pembinaan mahasiswa dalam
bidang organisasi meliputi program
dan kegiatan organisasi kemahasiswaan (UKM), pemilihan Informasi Beasiswa, kuota dan Persyaratan Unit PR III Bidang Kemahasiswaan mempersiapkan PD III di
Fakultas Ka. Prodi Mahasiswa menerima Informasi dan mengusul-kan kepada PD III melakukan seleksi dan mengusulkan hasil kepada PR III Pembnerbitan
SK penerima beasiswa
14
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan
kepengurusan organisasi kemahasiswaan, kepanitiaan, latihan kepemimpinan manajemen mahasiswa. pendidikan karakter bagi pengurus ormawa, pertemuan pengurus ormawa tingkat internal dan eksternal. Pemilihan pengurus unit kegiatan mahasiswa dan senat mahasiswa mengikuti mekanisme yang ditetapkan dan dirumuskan universitas sehingga dapat berjalan dengan baik.
Pemilihan senat mahasiswa fakultas dilaksanakan secara langsung, bebas dan rahasia, diawali dengan kampanye oleh para kandidat pemimpin dan pendukung. Senat institut dipilih oleh perwakilan senat fakultas dalam sidang selama beberapa hari, dengan cara bebas, rahasisa dan bertanggungjawab. Pimpinan dan anggota senat yang terpilih dilantik oleh pimpinan perguruan tinggi.
PENUTUP
Seiring dengan perkembangan zaman, maka perkembangan pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan. Oleh sebab itu pendidikan pada tingkat perguruan tinggi dipandang sangat
penting bagi masyarakat. Perguruan tinggi dengan produknya berupa jasa pendidikan merupakan lembaga yang berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan atau pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan adalah kemahasiswaan. Diharapkan setelah adanya indikator yang mempengaruhi kualitas pendidikan pihak institusi dapat meningkatkan sasarannya sehingga kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui penjaminan mutu perguruan tinggi yang diharapkan dapat bersaing pada taraf nasional maupun internasional. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003, Higher Education Long Term Strategi 2003-2010, Directorate General of Higgher Education, Ministry of National Education Republic of Indonesia.
Djanali Supeno. 2005. Panduan Pelaksanaan Sistem Penjamunan Mutu Perguruan Tinggi (SPMPT). Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Jackson, N., 1996, Internal Academic Quality Audit in UK Higher Education: Part I-Current Practice and Conceptual Frameworks, Quality
Assurance in Education, Vol. 4, No. 4, pp. 37-46.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Tek noin/article/viewFile/2108/191 4 (diakses tanggal 31 Januari 2012) http://spm-fmipa-unesa.blogspot.com/2011/04/p eran-mahasiswa-dalam penjaminan-mutu.html (diakses tanggal 31 Januari 2012) http://www. Theiia.org.,2004, The Institute of Internal Audi-tors:
International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing. (diakses tanggal 31 Januari 2012)
http://www.ui.ac.id/download/files/b pma/Kurikulum_&_Mahasiswa .pdf (diakses tanggal 31 Januari 2012)
Weber Larry and Michael Wallace. 2007. Quality Control fo Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.
16
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah dosen jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
PENARIKAN KESIMPULAN DENGAN METODE DEDUKTIF Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela
Abstrak
Pembahasan logika dengan berbagai teknik lebih menekankan pada masalah konsistensi pernyataan-pernyataan dan keabsahan suatu argumen. Selain itu teknik-teknik dalam logika juga digunakan untuk mengembangkan tujuan-tujuan sintaksis kebenaran sekumpulan pernyataan yang memiliki nilai benar atau salah. Keabsahan dalam penarikan kesimpulan dari sekumpulan pernyataan suatu bentuk argument yang mengandung banyak variabel dengan menggunakan tabel nilai kebenaran kurang praktis. Pola pikir deduktif dengan menggunakan sifat intuisi layak dijadikan pertimbangan dalam penarikan kesimpulan dari sekumpulan pernyataan. Cara yang demikian dinamakan dengan penarikan kesimpulan dengan metode deduktif
Kata kunci : pernyataan, nilai kebenaran, metode deduktif PENDAHULUAN
Argumen atau dalih adalah sekumpulan pernyataan dengan satu diantaranya ditetapkan sebagai dasar dari yang lain dan dianggap cukup untuk memberikan alasan bagi kebenaran dari pernyataan tersebut. Setiap argument memiliki struktur yang terdiri dari sekumpulan premis dan konklusi (kesimpulan). Konklusi adalah suatu argumen yang dinyatakan dengan pernyataan dan ditegaskan berdasarkan pernyataan-pernyataan lain. Pernyataan-pernyataan lain itu dianggap sebagai pemberi alasan untuk menerima konklusi tersebut yang dinamakan premis-premis dari argument tersebut.
Selanjutnya dalam tulisan ini akan dibahas mengenai penanganan secara sintaksis dari sekumpulan premis dan konklusi dengan mempertimbangkan pembuktian dan deduksi atau pengambilan keputusan. Penurunan tersebut akan dilakukan dengan aturan-aturan deduksi.
Aturan-aturan deduksi sangat mirip dengan sebuah aturan permainan. Dalam sebuah permainan tentu ada pola atau bentuk tertentu yang harus disepakati agar permainan itu dianggap adil dan tidak curang (sah/valid). Begitu juga dengan deduksi, aturan harus ditaati sesuai logika formal yang ada kemudian berusaha menyimpulkan bahwa kesimpulan yang benar pasti berdasarkan premis-premis yang
benar. Tujuan sintaks berhubungan dengan nilai kebenaran benar atau salah, sedangkan kaitannya dengan tujuan semantik yang berhubungan dengan kenyataan yang sebenarnya. PEMBAHASAN
Semua uraian tentang logika pada akhirnya bertujuan untuk menjelaskan bagaimana cara memaknai suatu penalaran dengan menggunakan tabel kebenaran. Tabel kebenaran merupakan instrumen yang penting dalam memaknai apakah suatu penalaran tersebut sah atau tidak. Jika tabel kebenaran digunakan untuk memaknai suatu penalaran yang terdiri dari banyak premis tentu cara ini akan membutuhkan banyak waktu dan
bertele-tele. Untuk menghindari bertele-telenya dan pemborosan waktu, maka diciptakanlah suatu metode yang singkat dalam memaknai suatu penalaran, yaitu metode deduksi yang tidak menggunakan tabel kebenaran untuk menunjukkan apakah penalaran itu sah atau tidak, akan tetapi hanya sampai kepada bentuk-bentuk penalaran sederhana, ekuivalensi dan tautology, yang sudah terbukti keabsahannya.
Berikut akan disajikan contoh sederhana bagaimana menggunakan metode deduksi untuk memaknai suatu penalaran sehingga dapat disimpulkan apakah penalaran itu sah atau tidak.
Contoh 1
Premis I : Kalau kakeknya datang dari kampung, Orlando sangat senang sekali
Premis II : Dari kampung kakeknya datang, dan menginap di rumah Orlando
Konklusi : Orlando sangat senang sekali Kedua premis di atas dapat disimbolkan menjadi
Premis I : k o Premis II : k m Konklusi : o
Bentuk deduksi untuk penalaran di atas terdiri dari dua lajur yaitu lajur
kiri dan lajur kanan. Lajur kiri disajikan dengan premis-premis yang
18
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah dosen jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
akan diteliti keabsahan penalarannya, dan yang terakhir adalah konklusi yang merupakan kesimpulannya. Lajur kanan disajikan dengan catatan-catan mengenai yang tertulis pada lajur kiri. Kesimpulan yang harus dibuktikan kebenarannya dituliskan di sebelah kanan premis terakhir sebagi catatan pro memori. Dengan adanya catatan konklusi ini semua yang tertulis pada lajur kiri dari baris pertama adalah premis. Andaikan konklusi dari premis-premis itu masih harus ditemukan, dengan sendirinya catatan pro memori dari konklusi tidak ada, dan
di sebelah kanan dari semua premis ditulis keterangan “premis”. Di bawah semua itu adalah hasil prosedur deduksi yang didasarkan atas penggunaan silogisme sederhana, ekuivalen atau tautologi. Hasilnya ditulis di sebelah kiri, prosedur yang digunakan di sebelah kanan. Baris terakhir adalah konklusinya, yang harus sama dengan konklusi pro memori sebelumnya, jika penalaran itu sah. Dengan prosedur seperti itu, maka deduksi penalaran dari contoh 1 akan menjadi :
1. k o
2. k m o
3. k 2, simplifikasi (artinya, disimpulkan dari baris 2 dengan simplifikasi
4. o 1, 3, modus ponens (artinya, dari baris 1 dan 3 disimpulkan dengan modus ponens
Berdasarkan deduksi penalaran maka contoh 1 memiliki konklusi yang sah, artinya kalimat Orlando sangat senang sekali merupakan penarikan kesimpulan yang benar.
Berikut akan diberikan contoh yang agak berbeda dari contoh 1. Pada
contoh ini harus ditarik kesimpulan dari suatu keadaan tertentu yang akan dijadikan sebagai konklusi. Keadaan tertentu itu dirumuskan menjadi tiga premis:
Contoh 2
Premis 2 : Jika ia tidak sedang bernyanyi, ia sedang menangis Premis 3 : Orlyn tidak sedang menangis
Premis-premis di atas merupakan premis yang sangat sederhana dan konklusinya mungkin dengan segera dapat dinyatakan. Dalam hal ini,
premis-premis tersebut akan ditarik kesimpulannya dengan menggunakan metode deduksi sehingga menjadi : 1. n n premis; tautology
2. n m premis
3. m premis
4. n 2.3, silogisme disjungtif, atau 4, ekuivalen/negasi ganda Berdasarkan metode deduktif di atas,
maka dapat ditarik sebuah kesimpulan dan yang merupakan konklusi dari premis-premis tersebut adalah Orlyn sedang bernyanyi.
Berikut akan diberikan contoh yang lebih kompleks dari contoh sebelumnya.
Contoh 3
Premis 1 : Jika kota Berastagi banjir dan angin kencang, maka kota Medan akan tenggelam.
Premis 2 : Jika Kota Medan Tenggelam, perekonomian Propinsi Sumatera Utara akan lumpuh.
Premis 3 : Angin kencang, akan tetapi perekonomian Propinsi Sumatera Utara tidak lumpuh
Konklusi : Kota Berastagi tidak banjir. Jika premis-premis dan konklusi
pada contoh 3 diperhatikan, sepintas tampak kurang jelas. Untuk mengetahui apak penarikan
kesimpulan yang disajikan sebagai konklusi itu sah atau tidak maka digunakanlah metode deduksi untuk menyelidikinya.
1. (b a) t premis
2. t e premis
20
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah dosen jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
4. e 3. Simpl. 5. t 2.4, Modus Tollens 6. (ba) 1.5, Modus Tollens 7. b a 6, Hukum De Morgan 8. a 3. Simpl. 9. b 7.8, silogisme disjungtif Berdasarkan metode deduksi,
penalaran contoh 3 memiliki kesimpulan yang sah.
Metode deduksi memiliki kesulitan yang memerlukan pola piker logika yang mendalam. Bagaimana cara menentukan penggunaan bentuk penalaran tertentu untuk membuktikan bahwa penarikan suatu kesimpulan itu sah atau tidak?. Atau menarik kesimpulan dari sekumpulan pernyataan?. Jawabannya adalah tidak ada aturan yang dapat dijadikan
patokan dalam penggunaan penalaran tertentu untuk membuktikannya. Hal ini harus ditemukan dengan intuisi dengan memperhatikan premis-premis yang ada.
Pada contoh 3, dapat digunakan penalaran yang berbeda dalam penggunaan metode deduksi untuk membuktikan keabsahan contoh 3 tersebut. Adapun caranya adalah sebagai berikut: 1. (b a) t premis 2. t e premis 3. a e premis b konklusi 4. (b a) e 1.2, silogisme hipotetik 5. e 3. Simpl. 6. (ba) 4.5, Modus Tollens 7. b a 6, Hukum De Morgan 8. a 3. Simpl. 9. b 7.8, silogisme disjungtif
Berdasarkan metode deduksi di atas maka contoh 3 memiliki penarikan kesimpulan yang sah.
PENUTUP
Dari beberapa contoh yang disajikan dalam pembahasan jelaslah bahwa hanya dapat dilaksanakan deduksi dengan baik, jika diketahui sejumlah bentuk penalaran sederhana. Bentuk penalaran sederhana memiliki beragam bentuk. Secara sederhana dapat dimpulkan bahwa untuk menggunakan metode deduksi haruslah berpegang pada sejumlah prinsip-prinsip yang siap pakai berupa bentuk-bentuk penalaran
sederhana, ekuivalensi, dan tautology. Meskipun jumlahnya banyak akan tetapi di dalam praktek akan terbukti prinsip-prinsip yang mana yang paling banyak diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Copi, Irving M. (1979). Symbolic Logic 5th Edition. MacMillan
Publishing Company.
Soekadijo, R, G. (1985). Logika Dasar (tradisional, simbolik, dan induktif). Jakarta : PT Gramedia
Soesianto, F dan Djoni Dwijono. (2003). Logika Proposional. Yogyakarta : Penerbit Andi
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
22 PENGARUH FREKUENSI ULTRASONIK TERHADAP
POLA PERILAKU BELALANG KUMBARA SEBAGAI PENGENDALI HAMA SECARA ELEKTRONIK
Jongga Manullang Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh frekuensi pemaparan gelombang ultrasonik berpengaruh terhadap pola perilaku gerak pasif belalang kumbara. Metode penelitian yang digunakan adalah yaitu metode observasional dan metode eksperimental. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis varians dengan rancangan faktorial dengan tiga faktor yang meliputi ftrekuensi, jarak sumber, dan lama pemaparan gelombang ultrasonik serta kombinasinya dengan taraf signifikansi = 0,05 dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf signifikansi 5% dan uji Tukey. Temuan penelitian menunjukkan: frekuensi gelombang ultrasonik dapat menimbulkan perubahan pola perilaku gerak pasif akibat efek termal, efek kavitasi dan efek mekanik yang terjadi pada struktur jaringan sel belalang kumbara.
Kata Kunci: Frekuensi ultrasonik dan pola perilaku belalang kumbara. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang yang terletak di daerah tropis dengan dua musim yaitu: musim kemarau dan musim penghujan, mempunyai prioritas yang diarahkan kepada sektor pertanian dalam orientasi pertumbuhan ekonomi penduduknya (Anwar, 1994). Beberapa daerah di Indonesia yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian wilayahnya, kadang-kadang mengalami kegagalan di sektor pertanian. Hal ini disebabkan perubahan keadaan/lingkungan alam
seperti: Iklim, angin dan perubahan temperatur serta beberapa faktor penyebab lainnya: misalnya virus dan jamur penyakit tanaman, binatang pengerat, gulma (tumbuhan pengganggu), hama insekta/serangga.
Sebagai salah satu contoh kegagalan sektor pertanian di berapa daerah di Indonesia adalah akibat adanya serangan hama belalang kumbara (Locusta migratoria). Beberapa daerah yang mendapat serangan hama belalang kumbara di Indonesia, misalnya di daerah Sumatera Utara khususnya di daerah Kabupaten Tanah karo, Kabupaten
Deli Serdang, daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Daerah ini sering diganggu/diserang oleh adanya populasi hama belalang kumbara. Pada tahun 1999 serangan hama belalang kumbara ini sudah mencapai 9 kecamatan yang menyerang tanaman pangan (padi, jagung dan sayur-sayuran) dengan mencapai luas 4420 ha (Anonimous, 1999).
Upaya pengendalian populasi hama belalang kumbara oleh Pemerintah setempat maupun masyarakat/petani dilakukan dengan penyemprotan insektisida atau penangkapan dan perburuan secara massal dengan menggunakan bunyi-bunyian seperti bunyi kentongan, bunyi sirene, menggunakan bunyi dari knalpot sepeda motor untuk mengendalikan hama belalang kumbara ini.
Gelombang bunyi yang diterima dan ditafsirkan pusat pendengaran belalang kumbara, digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam tanggapan yang meliputi: daya tarik seks, pertahanan wilayah, tanda bahaya, dan
perubahan lintasan terbang untuk mempertahankan kelompoknya. Gelombang bunyi yang digunakan untuk komunikasi di antara sesama belalang kumbara berada pada rentangan di atas frekuensi gelombang bunyi pendengaran manusia yaitu gelombang ultrasonik (Sales and Pye, 1974). Gelombang ultrasonik (Ultrasonic waves) merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan frekuensi di atas 20 kHz yaitu daerah batas pendengaran manusia.
Pemaparan gelombang ultrasonik terhadap suatu medium tergantung pada kegunaannya dan penerapannya. Hasil penelitian dan eksperimen penggunaan dan penerapan pemaparan gelombang ultrasonik ini telah dilakukan oleh Dunn dan Fry (1971) melaporkan hasil eksperimen mereka tentang kerusakan sistem saraf pusat mamalia akibat pemaparan gelombang ultrasonik sehingga menimbulkan kombinasi efek termal, kavitasi dan efek mekanik (Sutiono, 1982).
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
24 yang enjadi bahan kajian dalam
penelitian ini adalah sebagai beriku: apakah rekuensi gelombang ultrasonik berpengaruh terhadap pola perilaku gerak pasif belalang kumbara
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan frekuensi di atas 20 kHz. Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas, hal ini disebabkan karena gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi dan momentum mekanik sehingga merambat sebagai interaksi dengan molekul dan sifat enersia medium yang dilaluinya (Bueche, 1986). Karakteristik gelombang ultrasonik yang melalui medium mengakibatkan getaran partikel dengan medium amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel medium membentuk rapatan (Strain) dan tegangan (Stress). Proses kontinu yang menyebabkan terjadinya rapatan dan regangan di dalam medium disebabkan oleh getaran partikel secara periodik selama gelombang ultrasonik
melaluinya (Resnick dan Halliday, 1992).
Gelombang ultrasonik ini sering dipergunakan untuk pemeriksaan kualitas produksi di dalam industri. Di bidang kedokteran, frekuensi yang tinggi dari gelombang ultrasonik ini mempunyai daya tembus jaringan yang sangat kuat, sehingga sering digunakan untuk diagnosis, penghancuran/destruktif, dan pengobatan (Cameron and Skofronic,1978). Jika gelombang ultrasonik merambat dalam suatu medium, maka partikel medium mengalami perpindahan energi. Besarnya energi gelombang ultrasonik yang dimiliki partikel medium adalah: E = Ep + Ek, dengan: Ep = energi potensial (Joule) dan Ek = energi kinetik (Joule). Untuk menghitung intensitas gelombang ultrasonik perlu mengetahui energi yang dibawa oleh gelombang ultrasonik. Intensitas gelombang ultrasonik (I) adalah energi yang melewati luas permukaan medium 1 m2/s atau watt/m2 (Cameron and Skofronick, 1978). Untuk sebuah permukaan,
intensitas gelombang ultrasonik (I) diberikan dalam bentuk persamaan: I = 1/2VA² (2f)² = ½Z(A)²
Keterangan:
ρ = massa jenis medium/jaringan (Kg/m³), f = frekuensi (Hz) v =kecepatan gelombang ultrasonik (m/s²), V = volume (m³) =amplitudo maksimum (m)
Z = ρv = impedansi Akustik (kg/m².s) ω = 2πf = frekuensi sudut (rad/s) Intensitas gelombang ultrasonik dihubungkan dengan amplitudo dan frekuensi dimana gelombang ultrasonik merambat membawa energi dari satu medium ke medium lainnya, energi yang dipindahkan sebagai energi getaran
dari partikel ke partikel pada medium tersebut. Besarnya energi yang dibawa partikel tersebut adalah: E = ½kA² dengan; k = konstanta = 4π²m/T² = 4π²mf²; T = periode (s); A = amplitudo geraknya (m); m = massa partikel pada medium (kg) Kemudian:
E = 2π²mf²A²; Jika: m = ρV = S l = ρSvt = massa (kg) V = volume = luas x tebal = S l (m³)
S = luas permukaan penampang lintang yang dilalui gelombang (m²) l = v t = jarak yang ditempuh gelombang dalam waktu t (m)
v = laju gelombang (m/s) t = waktu (s)
Intensitas gelombang ultrasonik dihubungkan dengan jarak gelombang ultrasonik merambat membawa energi dari satu medium ke medium lainnya, energi yang dipindahkan sebagai energi getaran dari partikel ke partikel pada medium tersebut. Besarnya energi yang dibawa partikel tersebut adalah E = ½kA²; Dengan; k = konstanta = 4π²m/T² = 4π²mf²; T = periode (s); A
= amplitudo geraknya (m) dan m = massa partikel pada medium (kg) sehingga diperoleh: E = 2ρ²mf²A². Gelombang ultrasonik mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh suatu medium/jaringan. Apabila gelombang ultrasonik ini mengenai permukaan jaringan, maka sebagian dari gelombang ultrasonik ini akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan/ditransmisikan.
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
26 Mula-mula gelombang
ultrasonik dengan amplitudo tertentu mengenai jaringan, kemudian gelombang ultrasonik tersebut akan dipantulkan permukaan jaringan.. Perbandingan amplitudo tekanan pantulan (R) terhadap amplitudo tekanan datang (Ao) bergantung pada impedansi akustik (Z) dari dua medium itu. Integerated Circuit disingkat IC merupakan sebagian unit pesawat/alat yang berfungsi tertentu di dalam proses kerjanya (Anonimous, 1999). IC merupakan sebagian unit pesawat biasanya terbuat dari rangkaian transistor, resistor, kondensator kecil dan dioda. Suatu rangkaian IC biasanya terdiri dari puluhan buah transistor dan resistor serta beberapa dioda dan kondensator kecil dirangkaikan menjadi suatu unit proses kerja dengan beberapa kaki terminal sampai puluhan kaki terminal.
Tujuan pembuatan IC oleh
pabrik adalah untuk
menyerderhanakan suatu rangkaian alat/pesawat, untuk mengurangi efek sampingan seperti cacat bunyi karena distorsi, rumitnya suatu rangkaian pesawat, dan sebagainya. Rangkaian
pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik terdiri 3 bagian utama, yaitu pembangkit gelombang persegi sederhana, sebuah penyangga (bufer) dan penguat pemancar pintu logika Nand. Rangkaian pembangkit gelombang sederhana terdiri dari 3 pintu logika Nand, sebuah resistor dan sebuah kapasitor.
Rangkaian ini menggunakan IC CMOS sebagai dasar rangkaian pembangkit gelombang persegi. Frekuensi-frekuensi digambarkan pada tegangan catu nominal 12 volt yang didasarkan pada resonansi rangkaian AC; Osilator, dan besar tegangan yang melalui suatu rangkaian seri RLC dinyatakan dengan persamaan: Pada frekuensi resonansi diperoleh bahwa XL=XC, sehingga impedansinya sama dengan resistif murni (R). Dengan adanya perubahan nilai resistor pada rangkaian akan mengalami perubahan tegangan sehingga akan mengalami perubahan frekuensi (Bueche, 1986). Pada rangkaian pembangkit gelombang persegi sederhana, nilai R minimal yang diperbolehkan adalah 22 kΩ. Agar dapat berfungsi sebagai osilator
gelombang persegi yang variabel atau berubah, maka R diganti dengan resistor tetap 22 kΩ yang dipasang berderet dengan potensiometer 1 MΩ serta diseri dengan sebuah switch untuk memperoleh satu frekuensi keluaran yang dibutuhkan. Rentangan keluaran frekuensi dari rangkaian pembangkit gelombangf ultrasonik ini, diatur dengan
mengubah nilai R pada potensiometer. Hasil rentangan frekuensinya berada antara 20 kHz sampai 60 kHz. Model rangkaian pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik dari power supply, rangkaian pembangkit gelombang ultrasonik dan pemancar/transmiter seperti disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Model Rangkaian Pembangkit Frekuensi Gelombang Ultrasonik dengan Memakai IC
Tubuh belalang kumbara terbagi atas kepala, dada (toraks),dan perut (abdomen). Kepala belalang kumbara memiliki sepasang sungut, mata tunggal dan majemuk, serta
mulut yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Bentuk struktur tubuh belalang kumbara ini ditunjukkan seperti pada gambar 2.
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
28 Toraksnya memiliki tiga
pasang kaki dan dua pasang sayap, perutnya bersegmen dan memiliki lubang-lubang kecil, atau spirakel yang menyebabkan udara dapat masuk ke dalam tubuh. Perilaku belalang kumbara dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang kumbara, dikenal ada tiga fase, yaitu; fase soliter, transien dan gregaria. Perubahan fase tersebut yaitu: Fase soliter adalah suatu fase belalang kumbara yang hidup secara individu dan tidak merugikan. Pada keadaan lingkungan menguntungkan bagi kehidupan belalang kumbara maka perkembangbiakannya menjadi pesat, kemudian individu-individu belalang kumbara membentuk kelompok kecil. beberapa kelompok tersebut kemudian bergabung menjadi kelompok yang cukup besar dan disebut fase transien. Fase transien dapat berkembang menjadi kelompok belalang kumbara dalam jumlah besar yang disebut fase gregaria atau migratoria dengan kemampuan merusak tanaman yang luar biasa.
Apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan bagi
kehidupan belalang kumbara terutama karena pengaruh curah hujan, tekanan musuh alami atau tindakan manusia melalui usaha pengendalian, maka kelompok yang besar menjadi kelompok kecil dan akhirnya kembali hidup terpisah secara individu sebagai fase soliter. Beberapa perbedaan bentuk dan perilaku yang menonjol adalah : nimfa dan belalang kumbara dewasa fase soliter berwarna agak hijau, tetapi fase gregaria berwarna jingga dengan bagian atas hitam. Pada fase soliter bentuk punggung di belakang kepala (pronotum) belalang kumbara dewasa maupun nimfa lebih menonjol/menyembul, ukuran badannya lebih besar, nimfa dan imago tidak berkelompok dan tidak bermigrasi, stadium nimfa lebih lama, belalang dewasa hidup lebih lama, dan selang waktu bertelur lebih lama daripada fase gregaria.
Sebagai tanda bahwa belalang kumbara jantan telah mencapai masak kelamin adalah sekali-sekali mengerik sambil mendekati ke arah betina. Belalang kumbara dapat kawin beberapa kali. Kawin pada umumnya terjadi pada malam hari
yaitu mulai sore hingga pagi hari. Lamanya kawin rata-rata 11 jam yaitu berkisar antara 1 sampai 21 jam. Belalang kumbara dapat bertelur 5 sampai 9 kali. Telur diletakkan dalam bentuk paket telur di dalam tanah, rata-rata sedalam 62 mm dan permukaannya ditutup dengan tanah dengan menggunakan tungkai belakangnya.
Proses peletakan telur berlangsung selama satu jam. Dalam proses peneluran belalang kumbara dapat memanjangkan abdomennya sampai dua kali. Tanah yang gembur dan lembab lebih disukai untuk bertelur. Pada siang hari belalang kumbara dewasa aktif terbang, namun kadang-kadang turun dan hinggap lalu makan tumbuhan yang dihinggapinya. Pada senja, malam hingga pagi belalang kumbara dewasa tidak terbang (hinggap) dan
makan tumbuhan yang
dihinggapinya. Kelompok nimfa selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain sambil memakan tumbuhan yang dilewatinya. Selain itu nimfa memakan tumbuhan yang menjadi tempat bertengger pada waktu sore, malam dan pagi sebelum
bermigrasi. Tanaman yang dihinggapi dan dimakan oleh belalang kumbara dalam jumlah besar pada umumnya rusak atau habis dalam waktu yang sangat singkat.
Hasil pemeliharaan belalang kumbara pada tanaman makanan campuran jagung, padi dan rumput di Sumba Timur menunjukkan bahwa banyaknya paket telur yang diletakkan oleh setiap betina rata-rata 6 sampai 7 paket, dan tiap paket rata-rata berisi 40 butir. Sehingga tiap betina mampu meletakkan telur sebanyak 268 butir. Hasil penelitian lain diketahui bahwa belalang kumbara betina bertelur paling banyak 9 kali dengan interval bertelur antara 6 sampai 9 hari. Seekor belalang kumbara dapat bertelur sebanyak 200 sampai 270 butir, tetapi dapat pula mencapai 300 butir dan sebanyak-banyaknya 500 butir (Anonimous, 1999).
Belalang kumbara hidup di daerah tertentu, pada vegetasi padang rumput dan keadaan iklim yang cukup kering. Di daerah Kotawaringin Barat dan Ketapang perkembangan populasi belalang
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
30 kumbara didukung oleh keadaan
iklim dan cuaca yang cukup kering, juga karena tersedianya makanan yang berlimpah yaitu berupa alang-alang terutama daun-daun muda yang tumbuh dari rimpang merupakan makanan yang lebih baik bagi nimfa dan belalang kumbara dewasa sehingga dapat mempertinggi daya bertahan hidupnya (Lorensius, 2001).
Belalang kumbara yang hanya mendapatkan makanan tunggal berupa alang-alang akan menghasilkan populasi yang rendah, tetapi karena belalang kumbara juga memakan tanaman budidaya (padi dan jagung) dan rerumputan lainnya maka populasinya menjadi tinggi dan berkembangbiak lebih cepat. Belalang kumbara cenderung memilih makanan yang lebih disukainya terutama jagung, padi, sorgum, tebu, gelabah, alang-alang dan rerumputan lain. Selain itu belalang kumbara dapat makan daun kelapa, bambu, kacang tanah, sawi, kubis daun. Sedangkan tanaman kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas tidak disukai. Tanaman yang kurang disukai seperti kacang
tanah dapat dimakan sampai habis apabila dalam keadaan lapar (Anonimous, 1999).
Pengendalian hama belalang sebagai hama tanaman adalah semua organisme atau agensia biotik yang merusak tanaman atau hasil tanaman dengan cara-cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Serangga, tungau, nematode, dan binatang lainnya yang merusak tanaman merupakan organisme pengganggu tanaman yang merugikan manusia (Adianto dan Soelaksono, 1987). Pada dasarnya pengendalian hama adalah pengendalian populasi hama agar tetap di bawah satu tingkatan atau kerugian ekonomi (Wudianto, 2002).
Strategi pengendalian hama bukanlah pemusnahan, pembasmian, atau pemberantasan, melainkan pembatasan aktivitas hama terhadap daya rusak tanaman. Hasil yang diharapkan dengan adanya pengendalian hama ini adalah memantapkan hasil yang telah dicapai oleh teknologi pertanian, mempertahankan kelestarian lingkungan, melindungi kesehatan produsen dan konsumen, menghemat
biaya produksi dan meningkatkan kesejahteraan petani (Anonimous, 1999).
Pada pelaksanaan pengendalian hama belalang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: teknik pengendalian secara biologis, teknik pengendalian secara mekanik, dan teknik pengendalian secara kimiawi. Teknik pengendalian secara biologis adalah pengendalian hama dengan menggunakan cara biologis, yaitu memanfaatkan musuh alami yang berupa parasitoid dan predator. Teknik pengendalian secara mekanis/elektrik adalah
pengendalian yang mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi hama. Pada pengendalian ini hama diberantas atau dipindahkan secara langsung oleh manusia atau dengan bantuan alat. Teknik pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian yang mengunakan pestisida dan bahan-bahan kimia yang bisa digunakan untuk pengendalian hama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu metode observasional dan metode eksperimental dengan rancangan faktorial a x b x c.
Yijk = m + Ai + Bj + ABij + Ck + ACik +BCjk + ABCijk + e(ijk) Keterangan:
Yijk = variabel respon karena pengaruh bersama taraf ke i faktor A, taraf ke j faktor B, dan taraf ke k faktor C yang terdapat pada pengamatan/unit perlakuan ke n
m = efek rata-rata yang sebenarnya (nilai konstan) Ai = efek sebenarnya dari taraf ke i faktor A Bj = efek sebenarnya dari taraf ke j faktor B Abij = efek sebenarnya dari taraf ke k faktor C
Acik = efek sebenarnya dari interaksi taraf ke i faktor A dengan taraf ke k faktor C
BCjk = efek sebenarnya dari interaksi taraf ke j faktor B dengan taraf ke k faktor C
ABCijk = efek sebenarnya terhadap variabel respon yang Disebabkan oleh interaksi antara taraf ke i faktor A, taraf ke j faktor B dan taraf ke k faktor C
e(ijk) = efek sebenarnya unit eksperimen ke i disebabkan oleh kombinasi perlakuan (ijk).
Fo, Ro, To = kontrol; i = 1, 2, 3, 4; (a) j (taraf frekuensi) = 1,2,3,4; (b) k (taraf jarak pemaparan) = 1, 2, 3, 4; (c) l (lama pemaparan) = 1, 2, 3, (n = r)
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
32 Model Tabel perlakuan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku makan pasif dan gerak pasif belalang kumbara disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Perlakuan Gelombang Ultrasonik Terhadap Pola Perilaku Gerak Pasif Belalang Kumbara
Frekuensi (A) Fo FoTo(Kontrol)T F1 F1T1 F2 F2T1 F3 F3T1 F4 F4T1 Keterangan:
F = frekuensi gelombang ultrasonik.
Fo = 0 (kontrol), F1 = 40 khz, F2 = 45 khz, F3 =50 khz dan F4 = 55 khz. T = lama pemaparan gelombang ultrasonik.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi rancangan pembangkit ultrasonik
Pembangkit gelombang ultrasonik disusun oleh sebuah transduser ultrasonik yang diberi gelombang kotak dengan frekuensi sekitar 40 sampai dengan 60 KHz. Gelombang kotak dihasilkan oleh untai multivibrator yang disusun oleh IC 555 yang bekerja secara astable. Rangkaian pembangkit ultrasonik ditunjukkan gambar 3. Pada frekuensi resonansi diperoleh bahwa XL = XC, sehingga impedansinya sama dengan resistif murni (R).
Dengan adanya perubahan nilai resistor pada rangkaian akan mengalami perubahan tegangan sehingga akan mengalami perubahan frekuensi (Bueche, 1986). Rentangan keluaran frekuensi dari rangkaian pembangkit gelombangf ultrasonik ini, diatur dengan mengubah nilai R pada potensiometer. Hasil rentangan frekuensinya berada antara 20 kHz sampai 60 kHz. Model rangkaian pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik dari power supply, rangkaian pembangkit gelombang ultrasonik seperti disajikan pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 3. Rangkaian Pembangkit Ultrasonik
Gambar 4. Prototype Pembangkit Frekuensi Ultrasonik
Pengaruh frekuensi gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku gerak pasif belalang kumbara.
Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik yang dirumuskan sebagai berikut:
Ho : µF(n) =
S ; Ha :
F(n) ≠
SPernyataan hipotesis tersebut adalah:
Ha= Terdapat perbedaan Fekuensi gelombang ultrasonik yang
berpengaruh terhadap pola perilaku gerak pasif belalang kumbara. Ho= Tidak terdapat perbedaan Fekuensi gelombang ultrasonik yang
Jongga Manullang adalah dosenJurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
34 Tabel 2. Hasil Pengamatan Perilaku Gerak Pasif Belalang Kumbara
Treatment Jarak (cm) Lama Pemaparan (jam) Frekuensi (khz) Jumlah Sampel (ekor) Pola Gerak Aktif Pasif 1 So = 0 To = 0 Fo = 0 10 10 200 1 40 6 4 200 1 45 5 5 200 1 50 7 3 200 1 55 5 5 2 200 1 40 5 5 200 1 45 5 5 200 1 50 7 3 200 1 55 5 5 3 200 1 40 6 4 200 1 45 5 5 200 1 50 7 3 200 1 55 5 5
Hasil analisis variansi rancangan faktorial dari Tabel 1 dari pengaruh frekuensi gelombang ultrasonik (F) terhadap pola gerak pasif belalang kumbara menunjukkan bahwa interaksi frekuensi gelombang ultrasonik yang berbeda memberi pengaruh yang bermakna terhadap pola gerak pasif belalang kumbara pada taraf signifikansi (P < 0.05) ini ditunjukkan dengan F hitung sebesar
5,14 dan F tabel 3,68 maka Fh(5,14) > Ft(3,68). Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak yang menyatakan bahwa frekuensi gelombang ultrasonik berpengaruh terhadap pola perilaku gerak pasif dari belalang kumbara, maka dapat disimpulkan banwa dalam mengendalikan populasi pergerakan belalang kumbara dapat digunakan frekuensi ultrasonik
Tabel 3. Analisis Varians Rancangan Faktorial
Sumber varians SS df MS F P .05
Treatment 900 3 300 5.14 0.368
Error 466.6667 8 58.33
Tabel 4. Pengaruh Frekuensi Pemaparan Gelombang Ultrasonik Terhadap Rata Rata Persentasi Pola Perilaku Gerak Pasif Belalang Kumbara.
Frekuensi (khz) Rata rata (%)
F1 = 40 36,67
F2 = 45 50,00
F3 = 50 30,00
F4 = 55 55.00
Rata-rata perlakuan frekuensi gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku gerak pasif belalang kumbara disajikan dalam Tabel 5.6. Dari Tabel 5.6 terlihat bahwa frekuensi (F) gelombang ultrasonik yang tertinggi diperoleh pada perlakuan F4 (frekuensi 55) yang memberi nilai (55 %) untuk pola perilaku gerak pasif belalang kumbara dan berbeda bermakna dengan perlakuan F1 (frekuensi 40 kHz), F2 (Frekuensi 45 khz) dan F3 (frekuensi 45 kHz). Dapat disimpulkan, bahwa perubahan frekuensi pemaparan akan memberi pengaruh yang berbeda kepada perilaku gerak dari belalang kumbara.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan analisis variansi menunjukkan bahwa besarnya frekuensi gelombang ultrasonik mempunyai pengaruh
terhadap pola perilaku gerak pasif belalang kumbara. Pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik pada frekuensi 40 kHz, 45 kHz, 50 kHz dan 55 kHz dengan jarak sumber 200 cm dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 1 jam, setelah dilakukan uji analisis variansi untuk melihat interaksi antara tiap perlakuan, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P<0.05) untuk pola gerak pasif dan pengaruh perlakuan gelombang ultrasonik pada frekuensi 55 kHz, jarak sumber 200 cm dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 1 jam sudah memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pola gerak pasif belalang kumbara, ini ditunjukkan presentase rata rata perilaku pasif sebesar 55%. Sedangkan lama pemaparan selama 1 jam untuk frekuensi 50 khz memberikan pengaruh yang tidak
Jongga Manullang adalah dosen jurusan Pendidikan Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
36 significan terhadap perilaku gerak
belalang kumbara.
Hama belalang kumbara merupakan suatu masalah yang banyak menimbulkan kerugian di sektor pertanian. Serangan hama belalang kumbara ini berdampak terhadap kehidupan petani di beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, upaya pengendalian hama belalang kumbara perlu ditingkatkan cara mengatasinya supaya penghasilan ekonomi di sektor pertanian ini tidak tertinggal dengan daerah-daerah di Indonesia lainnya. Pendayagunaan gelombang ultrasonik untuk tujuan pengendalian hama belalang kumbara merupakan suatu metode mekanis disamping metode kimia dan bilogis. Metode mekanis ini merupakan suatu konsep fisika dengan pendekatan biofisika yang menggunakan prinsip gelombang untuk pengendalian dan mempunyai pengendalian yang ramah lingkungan dan tidak tercemar. Alat pembangkit gelombang ultrasonik untuk pengendalian hama belalang kumbara ini berfrekuensi dalam rentangan antara 20 kHz sampai 60
kHz, dan rentangan frekuensi ini masih dapat didengar oleh belalang kumbara, karena masih dapat mengeluarkan gelombang mekanis/bunyi (Cameron and Skofronick, 1978).
Pemaparan gelombang ultrasonik terhadap belalang kumbara merupakan pengaruh luar yang dapat mempengaruhi pola perilaku belalang kumbara. Pengaruh luar ini suatu konsep yang mendasar pada pengaruh fisika yang merupakan konsep gelombang mekanis/bunyi (Resnick dan Halliday, 1992) yang dapat menyebabkan perubahan pola perilaku pada belalang kumbara. Perubahan pola perilaku ini didasarkan pada perlakuan frekuensi dan intensitas yang dipancarkan oleh alat pembangkit frekuensi gelombang ultrasonik terhadap belalang kumbara dan perlakuan jarak sumber serta lama pemaparan yang diberikan terhadap belalang kumbara. Pemaparan gelombang ultrasonik yang diberikan terhadap belalang kumbara dapat mempengaruhi struktur organ jaringan sel belalang kumbara
sehingga menimbulkan efek biologis pada belalang kumbara yaitu efek termal, efek kavitasi, dan efek mekanik. Dengan adanya efek biologis pada belalang kumbara tersebut akan mengakibatkan terjadi perubahan pola perilaku makan dan gerak yang pada akhirnya pola perilaku belalang kumbara tersebutmenjadi bersifat pasif. Pola gerak pasif belalang kumbara kemungkinan lebih banyak disebabkan oleh efek mekanik daripada efek termal dan efek kavitasi karena kenaikan suhu jaringan sel akibat pemaparan gelombang ultrasonik sangat sedikit. Hal ini didukung hasil laporan eksperimen Hawley (1963) bahwa efek mekanik dapat merusak molekul sel jaringan lunak dan penurunan molekul DNA terjadi dengan menggunakan gelombang ultrasonik frekuensi 1 MHz berintensitas 30 W/cm2 (Sutiono, 1982).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan tentang pengaruh pemaparan gelombang ultrasonik terhadap pola perilaku
makan pasif dan gerak pasif belalang kumbara di laboratorium, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Frekuensi gelombang ultrasonik dapat menimbulkan perubahan pola perilaku gerak pasif akibat efek termal, efek kavitasi dan efek mekanik yang terjadi pada struktur jaringan sel belalang kumbara. Frekuensi 55 kHz memberikan pengaruh yang bermakna (P < 0.05) dengan jarak sumber 2 meter dan lama pemaparan gelombang ultrasonik 1 jam. Pada pola perilaku makan pasif memberikan nilai optimal 55 % dan pola perilaku gerak pasif memberikan nilai optimal 30% dan berbeda bermakna dengan frekuensi lainnya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan disarankan bahwa:
1. Diperlukan pengkajian perancangan alat pengendali secara ultrasonik secara lebih baik agar diperoleh jangkauan jarak yang lebih jauh.
2. Diperlukan penelitian lanjutan yang melibatkan