• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI GURU-GURU SD DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASINYA (STUDI KASUS PADA GURU-GURU SD SUMATERA UTARA PESERTA PLPG GELOMBANG 7 TAHUN 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETENSI GURU-GURU SD DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASINYA (STUDI KASUS PADA GURU-GURU SD SUMATERA UTARA PESERTA PLPG GELOMBANG 7 TAHUN 2013)."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

GENERASI KAMPUS

VOLUME 7, NOMOR 1, APRIL 2014

DITERBITKAN OLEH :

PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN,

ISSN 1978-869X

(2)

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS

(CAMPUS GENERATION)

VOLUME 7, NOMOR 1, APRIL 2014APRIL 2011

Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .

Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)

Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari, M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)

Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed (Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)

Ketua Penyunting : Pardomuan N. J. M. Sinambela, M.Pd

Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si

Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T. *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Drs. Paningkat Siburian, M.Pd *Drs. Swardi Rajaguguk. *Dr. Sukarman Purba, M.Pd. *Drs. Jongga Manullang, M.Pd. *Ir. Haikal Rahman, M.Si. *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3 FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE

Penyunting Ahli :

Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan) Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)

Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)

Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)

Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)

Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung) Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)

Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Anuar Manurung, S.Pd *Nurlan *Yuli

Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita

Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.

e-mail : kemahasiswaanunimed@gmail.com

ISSN 1978-869X

Penyunting menerima

sumbangan tulisan

yang belum pernalh

diterbitkan dalam

media cetak lain.

Naskah diketik dengan

spasi 1,5 pada kertas

A4 dengan jumlah

halaman 10-15. (lebih

jelas baca petunjuk

bagi penulis pada

sampul dalam

belakang). Naskah

yang masuk di evaluasi

oleh penyunting ahli.

(3)

SURAT DARI REDAKSI

Terima kasih atas penyertaan Tuhan Yang Mahas Kuasa atas berkatNya sehingga Jurnal Generasi Kampus Volume 7 nomor 1, April tahun 2014 dapat terbit sesuai dengan harapan yang diinginkan. Jurnal Generasi Kampus ini menyuguhkan beberapa artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan maupun bidang lainnya.

Pada kesempatan yang baik ini disampaikan terima kasih kepada para penulis, ketua penyunting, penyunting pelaksana, dan para penyunting ahli yang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal edisi ini akan ditampilkan beberapa artikel diantaranya yaitu : 1) Pembangunan karakter Menuju Generasi Emas Tahun 2045, 2) Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Penelitian Pengajaran, 3) Membangun Daya Nalar dalam Penulisan Artikel Ilmiah, 4) Pengelolaan Sarana dan Alat Permainan Sebagai Suatu Pengelolaan Sumber Belajar di Taman Kanak-kanak, 5) Kompetensi Guru-guru SD ditinjau dari Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasinya (Studi Kasus pada Guru-Guru SD Sumatera Utara Peserta PLPG Gelombang 7 Tahun 2013), 6) Penerapan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 pada SMP Sasaran di Kota Payakumbuh Sumatera Barat Tahun 2013, 7) Metode Pengembangan Pendekatan Rata-rata Sampel untuk Program Stokastik Dua Tahap, 8) Evaluasi Dana Pensiun dengan Metode Benefit Prorate Constant Percent, 9) Prediksi Penyebaran Demam Berdarah Dengue di Kota Medan dengan Prediktor Kriging (Studi Simulasi), 10) Pemahaman Guru Menyongsong Kurikulum 2013, 11) Pengelolaan Informasi Perpustakaan Berbasis Knowledge Management Menuju Research College dan Perguruan Tinggi Berkualitas Internasional, 12) Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Kiranya Jurnal Generasi Kampus Volume 7 nomor 1, April tahun 2014 ini bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka pengembangan dunia pendidikan

Medan, April 2014

Penanggungjawab

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNIMED,

(4)

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS

(CAMPUS GENERATION)

V VOLUME VOLUME 7, NOMOR 1, APRIL 2014 Daftar Isi

Biner Ambarita Pembangunan karakter Menuju Generasi Emas

Tahun 2045 1-17

Paningkat Siburian Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Penelitian Pengajaran

18 - 29

Jongga Manullang Membangun Daya Nalar dalam Penulisan Artikel

Ilmiah 30 - 38

Lamhot Basani Sihombing Pengelolaan Sarana dan Alat Permainan Sebagai Suatu Pengelolaan Sumber Belajar di Taman Kanak-kanak

39 - 53

Benyamin Situmorang Kompetensi Guru-guru SD ditinjau dari Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Berprestasinya (Studi Kasus pada Guru-Guru SD Sumatera Utara Peserta PLPG Gelombang 7 Tahun 2013)

54 - 74

Syamsul Gultom Penerapan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 pada SMP Sasaran di Kota Payakumbuh Sumatera Barat Tahun 2013

75 - 83

Faridawaty Marpaung Metode Pengembangan Pendekatan Rata-rata

Sampel untuk Program Stokastik Dua Tahap 84 - 99 Sudianto Manullang

Yafifati Hia

Evaluasi Dana Pensiun dengan Metode Benefit

Prorate Constant Percent 100 - 121

Abil Mansyur Elmanani Simamora

Prediksi Penyebaran Demam Berdarah Dengue di Kota Medan dengan Prediktor Kriging (Studi Simulasi)

122 - 133

Dewi Endriani Pemahaman Guru Menyongsong Kurikulum 2013 134 - 148 Danny Ivanno Ritonga Pengelolaan Informasi Perpustakaan Berbasis

Knowledge Management Menuju Research College dan Perguruan Tinggi Berkualitas Internasional

149 - 172

Ellys Siregar Pengembangan Profesionalisme Guru melalui

Penelitian Tindakan Kelas 173 - 186

(5)

KOMPETENSI GURU-GURU SD DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASINYA (Studi Kasus pada Guru-Guru SD Sumatera Utara peserta PLPG

Gelombang 7 Tahun 2013)

Benyamin Situmorang

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh komunikasi interpersonal dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi guru SD peserta PLPG Sumatera Utara tahun 2013. Jenis penelitian ini disebut metode survai, yang termasuk kategori penelitian ”explanatory atau confirmatory”, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis dengan jumlah responden sebanyak 102 orang guru SD peserta PLPG tahun 2013 di Sumatera Utara, yang diambil secara random.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) komunikasi interpersonal mempengaruhi kompetensi guru SD, dengan sumbangan sebesar 5.2 %, (2) motivasi berprestasi mempengaruhi kompetensi guru SD, dengan sumbangan sebesar 17.3 %, dan (3) komunikasi interpersonal dan motivasi berprestasi secara bersama-sama mempengaruhi kompetensi guru SD, dengan sumbangan sebesar 17.3 %.

Kata kunci: komunikasi interpersonal, motivasi berprestasi, kompetensi, guru

A. PENDAHULUAN

Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah (UU No.

14 Tahun 2005). Esensi dan

eksistensi makna strategis profesi

guru diakui dalam realitas sejarah

pendidikan di Indonesia, dimana

Undang-undang (UU) No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen,

sebagai dasar legal pengakuan atas

profesi guru dengan segala

dimensinya. Dan sebagai implikasi

dari UU No. 14 Tahun 2005, guru

harus menjalani proses sertifikasi

untuk mendapatkan Sertifikat

Pendidik. Guru yang diangkat sejak

diundangkannya UU ini, menempuh

program sertifikasi guru dalam

(6)

sampai tahun 2015 (Sudarwan

Danim, 2012). Karena masa

sosialisasi Undang-Undang ini

adalah sepuluh tahun, sehingga

diharapkan berlaku efektif tahun

2015, artinya mulai tahun 2015

semua guru yang berkedudukan

sebagai tenaga profesional harus

memiliki kualifikasi akademik yang

diperoleh melalui pendidikan tinggi

program sarjana (S-1) atau program

diploma empat (D-4) serta Sertifikat

Pendidik.

Kenyataannya hingga saat ini,

pada umumnya masih banyak

kalangan yang meragukan

kompetensi guru baik dalam bidang

studi yang diajarkan maupun bidang

lain yang mendukung terutama

bidang didaktik dan metodik

pembelajaran. Keraguan ini cukup

beralasan karena didukung oleh

kompetensi yang menunjukkan

masih banyak guru yang belum

mencapai standar kompetensi yang

ditetapkan. Uji kompetensi ini juga

menunjukkan bahwa masih banyak

guru yang tidak menguasai

penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) (Sudarwan Danim,

2012).

Reformasi pendidikan yang

diamanatkan oleh UU No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, UU No 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dan PP No.

19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, menuntut

reformasi guru untuk memiliki

tingkat kompetensi yang lebih tinggi,

yang mencakup kompetensi

pedagogik, kepribadian, profesional,

dan sosial. Menurut (Sudarwan

Danim, 2012), sebagai akibat dari

masih banyaknya guru yang tidak

menguasai kompetensi yang

dipersyaratkan ditambah dengan

kurangnya kemampuan untuk

menggunakan teknologi informasi

dan komunikasi (TIK) membawa

dampak pada siswa paling tidak

dalam dua hal. Pertama, siswa hanya

terbekali dengan kompetensi yang

sudah usang. Akibatnya, produk

sistem pendidikan dan pembelajaran

tidak siap terjun ke dunia kehidupan

nyata yang terus berubah. Kedua,

pembelajaran yang diselenggarakan

(7)

tercapainya tujuan secara aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan;

karena tidak didukung oleh

penggunaan teknologi pembelajaran

yang modern dan handal. Hal itu

didasarkan pada kenyataan bahwa

substansi materi pelajaran yang harus

dipelajari oleh anak didik terus

berkembang baik volume maupun

kompleksitasnya. Selanjutnya,

Ketua Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI) dalam seminar

Internasional bertema:

Mengembangkan Guru Profesional

dan Berkarakter Menuju Komunitas

ASEAN 2015 di Jakarta pada tanggal

25 November 2011 mengemukakan

kurangnya pembinaan guru oleh

pemerintah menyebabkan guru di

Indonesia baru 60% yang

menjalankan profesinya dengan baik.

Menjalankan profesi dengan

baik tentu berkaitan dengan

kompetensi yang dimiliki guru,

dimana masih banyak guru yang

belum mencapai standar kompetensi

yang ditetapkan. Sehubungan

dengan profesi, Sara Bubb dan Peter

Earley (2007) mengemukakan bahwa

“professional development is crucial

for organizational growth and school

improvement. The professional

growth of teachers and other staff is

a key component of developing

children’s learning.” Sedangkan apa

yang menjadi ciri-ciri guru

profesional itu dikemukakan Udin

Syaefudin (2009) yaitu: (1)

mempunyai komitmen terhadap

organisasi atau komitmen pada

proses belajar siswa; (2) menguasai

secara mendalam materi pelajaran

dan cara mengajarkannya; (3)

mampu berpikir sistematis tentang

apa yang dilakukannya dan belajar

dari pengalamannya; dan (4)

merupakan bagian dari masyarakat

belajar dalam lingkungan profesinya

yang memungkinkan mereka untuk

selalu meningkatkan

profesionalismenya.

Pengembangan keprofesian

guru adakalanya diawali dengan

penilaian kinerja dan uji kompetensi

(Sudarwan Danim, 2012). Uji

kompetensi dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang

kondisi nyata guru dalam proses

pendidikan dan pembelajaran.

(8)

profil kompetensi guru menurut level

tertentu, sekaligus menentukan

kelayakannya. Dengan demikian,

kegiatan peningkatan kompetensi

guru memiliki rasional dan

pertimbangan empiris yang kuat,

yang tidak terlepas dari keinginan

guru untuk memiliki kompetensi

yang baik yang didukung oleh

motivasinya, serta peran guru

sebagai komunikator dalam

pembelajaran tentu harus memiliki

kemampuan berkomunikasi

sebagaimana dituntut dalam

kompetensi sosial. Berdasarkan

uraian-uraian di atas, agar guru

memiliki kompetensi yang baik harus

didukung oleh komunikasi

interpersonal yang baik serta

motivasi berprestasi yang kuat.

Komunikasi didefinisikan

sebagai penyampaian atau pertukaran

informasi dari pengirim kepada

penerima, baik secara lisan, tertulis

maupun menggunakan alat

komunikasi (Sopiah, 2008).

Pertukaran informasi yang terjadi di

antara pengirim dan penerima tidak

hanya dilakukan dalam bentuk lisan

maupun tertulis, tetapi juga

menggunakan alat komunikasi

canggih. Selanjutnya Feinberg

(1992) mengartikan komunikasi

interpersonal sebagai proses

komunikasi langsung yang dilakukan

seseorang dengan orang lain. Jadi,

komunikasi interpersonal diartikan

sebagai proses komunikasi yang

dilakukan seseorang dengan orang

lain secara langsung. Sedangkan

Pace dan Faules (2006) menyatakan

komunikasi interpersonal adalah

proses komunikasi yang berlangsung

antara dua orang atau lebih secara

tatap muka. Dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam hubungan

dengan orang lain, menggunakan

komunikasi agar dapat mencapai

tujuan. Dalam pekerjaan jenis

apapun selalu ada komunikasi,

karena komunikasi merupakan

sarana untuk berhubungan dengan

orang lain.

Secara khusus Grant (1996)

menjelaskan bahwa komunikasi

interpersonal dalam organisasi

sekolah mempunyai tiga fungsi yaitu:

fungsi penghubung, fungsi

mentation, dan fungsi regulasi.

(9)

sebagai penghubung antara guru

dengan kepala sekolah, pengawas,

peserta didik, orang tua, guru, dan

pihak lainnya yang terkait dengan

pelaksanaan tugas guru. Komunikasi

interpersonal sebagai fungsi

mentation dikaitkan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi tugas guru. Selanjutnya,

komunikasi interpersonal sebagai

fungsi regulasi menunjuk kepada

pengontrolan perilaku dan

tugas-tugas yang perlu dikerjakan sehingga

dapat meminimalkan kesalahan.

Sedangkan Alo (1994) menjelaskan

bahwa fungsi komunikasi

interpersonal terdiri dari fungsi

sosial, dan fungsi pengambilan

keputusan. Selanjutnya, dijelaskan

bahwa komunikasi antarpribadi

secara otomatis mempunyai fungsi

sosial karena proses komunikasi

beroperasi dalam konteks sosial yang

orang-orangnya berinteraksi satu

sama lain. Selanjutnya De Vito

(2005) mengemukakan bahwa suatu

komunikasi interpersonal bisa efektif

dengan memperhatikan

indikator-indikator: (1) keterbukaan, (2)

empati, (3) dukungan, (4)

kepositifan, dan (5) kesetaraan.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan

tersebut di atas maka pada dasarnya

manusia melakukan komunikasi

dengan tujuan untuk menjadi tahu,

menilai masukan dan keluaran

mengarahkan sesuatu. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

komunikasi interpersonal guru

adalah perilaku berbagi informasi

yang dilakukan guru dalam

tugasnya.

Motivasi adalah sebuah istilah

yang umum digunakan untuk semua

bentuk keinginan, kebutuhan, rasa

aman, dan kekuatan serupa (Putti,

Koontz, dan Weihrich, 1998).

Motivasi sebagai suatu keadaan

dalam diri seseorang yang

mendorong, mengaktifkan atau

menggerakkan, dan mengarahkan

atau menyalurkan ke arah tujuan

tertentu. Dengan demikian,

bermotivasi berarti menginginkan

sesuatu berdasarkan keinginan

sendiri atau terdorong oleh apa saja

yang ada untuk mencapai

keberhasilan. Bila seseorang

memiliki motivasi maka ia akan

(10)

untuk mengambil langkah-langkah

yang perlu mencapai tujuan. Setiap

individu memiliki keinginan dan

kemampuan untuk melakukan

sesuatu. Keinginan itu menjadi daya

penggerak dari dalam untuk

melakukan aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan.

Atkinson yang dikutip Franken

(1992) mengemukakan bahwa

motivasi berprestasi adalah suatu

yang didasari oleh kebutuhan untuk

menghapus kegagalan. Seseorang

tidak dapat mengharapkan

berprestasi tanpa menyadari

konsekuensi dari kegagalan. Sesuai

dengan penjelasan Franken

menyatakan motivasi berprestasi

ditentukan oleh dua faktor, yaitu

harapan untuk sukses dan ketakutan

untuk gagal. Harapan untuk sukses

terdiri dari motif sukses,

kemungkinan sukses dan nilai

insentif sukses. Demikian juga

ketakutan untuk gagal terdiri dari

takut gagal, kemungkinan gagal, dan

nilai insentif gagal. Selanjutnya,

dinyatakan bahwa terdapat empat

sebab dasar dari kesuksesan dan

kegagalan dalam berprestasi, yaitu

kemampuan, usaha, kesulitan tugas

dan keberuntungan. Berdasarkan

pernyataan tersebut dapat

disimpulkan motivasi berprestasi

adalah suatu dorongan dalam diri

seseorang untuk melakukan atau

mengerjakan suatu kegiatan atau

pekerjaan dengan sebaik-baiknya

agar mencapai prestasi dengan

predikat terpuji.

Selanjutnya Gibson,

Ivancevich, dan Donnelly (1996)

mengemukakan Teori Kebutuhan

McClelland yang menjelaskan bahwa

ketika suatu kebutuhan kuat berada

dalam diri seseorang, efeknya adalah

memotivasi dia untuk menggunakan

tingkah laku yang mengarah pada

pemuasan kebutuhan. Teori

Kebutuhan McClelland berfokus

pada tiga kebutuhan yang dipelajari

atau kebutuhan yang didapatkan dari

kebudayaan suatu masyarakat, yaitu:

(1) kebutuhan berprestasi (n Ach);

(2) kebutuhan berkuasa (n Pow); dan

(3) kebutuhan berafliasi (n Aff).

Kebutuhan berprestasi (need for

achievement) adalah dorongan untuk

unggul, untuk berprestasi

(11)

untuk berusaha keras supaya sukses.

Sehubungan dengan kebutuhan

berprestasi atau motivasi berprestasi,

Luthans (2006) menjelaskan bahwa

seseorang yang memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi berharap akan

mencapai tujuan yang menantang,

berhasil dalam situasi yang

kompetitif, dan meraih keinginan

imbalan atas kinerja. Dengan

demikian, ciri-ciri seseorang yang

memiliki motivasi berprestasi yang

tinggi, diantaranya adalah berani

mengambil risiko, kebutuhan akan

hasil secepatnya, kepuasan atas

pencapaian, dan keterlibatan yang

tinggi pada tugas. Sesuai pernyataan

Atkinson yang dikutip Franken

(1992) dapat dikemukakan bahwa

motivasi berprestasi adalah sesuatu

yang didasari oleh kebutuhan untuk

menghapus kegagalan. Seseorang

tidak dapat mengharapkan

berprestasi tanpa menyadari

konsekuensi dari kegagalan. Hal ini

menggambarkan bahwa motivasi

berprestasi ditentukan oleh dua

faktor, yaitu harapan untuk sukses

dan ketakutan untuk gagal. Harapan

untuk sukses terdiri dari motif

sukses, kemungkinan sukses dan

nilai insentif sukses. Demikian juga

ketakutan untuk gagal terdiri dari

takut gagal, kemungkinan gagal, dan

nilai insentif gagal. Selanjutnya,

menurut Kreitner dan Kinicki (2007)

dapat dikemukakan bahwa

karekteristik seseorang yang

mempunyai motivasi berprestasi

tercermin melalui: 1) lebih memilih

mengerjakan tugas-tugas yang tidak

mudah, 2) lebih memilih situasi di

mana kinerja merupakan upaya yang

paling baik dan paling

menguntungkan dibanding

faktor-faktor lain, 3) keinginan orang-orang

dengan tingkat motivasi berprestasi

yang tinggi memperoleh kesuksesan

sebanyak-banyaknya dan

memperkecil kegagalan Jadi guru

yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi selalu berusaha

keras untuk mencapai hasil yang

memuaskan dalam kegiatan

profesinya yang akan melahirkan

rasa bangga dan bahagia. Perasaan

bangga dan bahagia akan menambah

usaha dan kegiatannya untuk

berprestasi lebih baik lagi. Dengan

(12)

motivasi berprestasi guru adalah

keinginan guru melakukan sesuatu

untuk mencapai prestasi yang baik

dalam pekerjaannya.

Kompetensi guru merupakan

seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dikuasai,

dan diaktualisasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

Guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan menengah (UU RI No.14

Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen). Jadi guru merupakan

seseorang yang mempunyai tugas

mulia untuk mendorong,

membimbing dan memberi fasilitas

belajar bagi siswa untuk mencapai

tujuan. Guru mempunyai tanggung

jawab untuk melihat segala sesuatu

yang terjadi dalam kelas untuk

membantu proses perkembangan

siswa.

Finch dan Crunkilton dalam

Mulyasa (2008) mengartikan

kompetensi sebagai penguasaan

terhadap suatu tugas, keterampilan,

sikap, dan apresiasi yang diperlukan

untuk menunjang keberhasilan.

Kompetensi tidak hanya

mengandung pengetahuan,

keterampilan dan sikap, namun yang

penting adalah penerapan dari

pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang diperlukan tersebut dalam

pekerjaan. Selanjutnya Robbins dan

Judge (2009) menyebut kompetensi

sebagai ability, yaitu kapasitas

individu untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam suatu pekerjaan. Itulah

penilaian tentang apa yang dapat

dilakukan seseorang. Adapun

kemampuan individu dibentuk oleh

dua faktor, yaitu faktor kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah

kemampuan yang diperlukan untuk

melakukan kegiatan mental. Tes IQ

misalnya, dirancang untuk

memastikan kemampuan intelektual

umum seseorang. Sedangkan

kemampuan fisik adalah kemampuan

(13)

tugas-tugas yang keberhasilannya

menuntut stamina, kecekatan,

kekuatan, dan keterampilan.

Kemampuan intelektual atau fisik

khusus yang diperlukan untuk suatu

pekerjaan yang memadai pada

pekerjaan tertentu. Kompetensi

mencakup melakukan sesuatu, tidak

hanya pengetahuan yang pasif.

Seorang guru mungkin pandai, tetapi

jika mereka tidak menterjemahkan

kepandaiannya ke dalam perilaku di

tempat kerja yang efektif,

kepandaian tidak berguna. Jadi

kompetensi tidak hanya mengetahui

apa yang harus dilakukan.

Penilaian kinerja guru (teacher

performance appraisal) merupakan

salah satu langkah untuk

merumuskan program peningkatan

kompetensi guru secara efektif dan

efisien. Disamping keharusan

menjalani penilaian kinerja,

guru-gurupun perlu diketahui tingkat

kompetensinya melalui uji

kompetensi. Uji kompetensi

dimaksudkan untuk memperoleh

informasi tentang kondisi nyata guru

dalam proses pendidikan dan

pembelajaran. Berdasarkan

kompetensi dirumuskan profil

kompetensi guru menurut level

tertentu, sekaligus menentukan

kelayakannya. Adapun Uji

Kompetensi Guru (UKG) bertujuan

untuk pemetaan kompetensi, sebagai

dasar kegiatan pengembangan

keprofesian berkelanjutan

(continuing professional

development) serta sebagai bagian

dari proses penilaian kinerja untuk

mendapatkan gambaran yang utuh

terhadap pelaksanaan semua standar

kompetensi. Kegiatan peningkatan

kompetensi guru memiliki rasional

dan pertimbangan empiris yang kuat,

sehingga bisa

dipertanggungjawabkan baik secara

akademik, moral, maupun

keprofesian. Dengan demikian,

disamping hasil penilaian kinerja, uji

kompetensi menjadi salah satu basis

utama desain program peningkatan

kompetensi guru. Uji kompetensi

esensinya berfokus pada keempat

kompetensi yang harus dimiliki oleh

guru seperti yang telah dijelaskan di

atas, yaitu kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan kompetensi

(14)

Kompetensi pedagogik

merupakan kemampuan yang

berkenaan dengan pemahaman

peserta didik dan pengelola

pembelajaran yang mendidik dan

dialogis. Secara substantif

kompetensi ini mencakup

kemampuan pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian

merupakan kemampuan personal

yang mencerminkan kepribadian

yang mantap, arif, dewasa, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.

Dalam pelaksanaan tugas sebagai

guru yang didukung oleh suatu

perasaan bangga akan tugas yang

dipercayakan kepadanya untuk

mempersiapkan kualitas generasi

masa depan bangsa. Walaupun berat

tantangan dan rintangan yang

dihadapi dalam pelaksanaan tugas,

guru harus tetap tegar dalam

melaksakan tugas sebagai seorang

pendidik. Guru harus mempunyai

kemampuan yang berkaitan dengan

kemantapan dan integritas

kepribadian seorang guru.

Kompetensi sosial berkenaan

dengan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan,

orangtua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar. Jadi meliputi

kemampuan guru dalam

berkomunikasi, bekerja sama,

bergaul simpatik, dan mempunyai

jiwa yang menyenangkan. Guru

perlu memiliki kemampuan sosial

dengan masyarakat, dalam rangka

pelaksanaan proses pembelajaran

yang efektif. Guru di mata

masyarakat dan peserta didik

merupakan panutan yang perlu

dicontoh dan merupkan suri tauladan

dalam kehidupannya sehari-hari.

Kompetensi profesional

merupakan kemampuan yang

berkenaan dengan penguasaan materi

pembelajaran bidang studi secara

luas dan mendalam yang mencakup

(15)

kurikulum mata pelajaran di sekolah

dan substansi keilmuan yang

menaungi materi kurikulum tersebut,

serta menambah wawasan keilmuan

sebagai guru.

Sesuai dengan pendapat Finch

dan Crunkilton di atas, bahwa sikap

adalah bagian dari kompetensi, yang

diperlukan untuk menunjang

keberhasilan. Sedangkan motivasi

sesungguhnya tidak lain adalah sikap

seseorang dalam bekerja di tempat

kerja, seperti bersemangat, tekun,

ulet, yang tidak dapat diamati di luar

tempat kerja. Dasar motivasi adalah

kebutuhan-kebutuhan manusia, yang

menimbulkan dorongan atau tidak

untuk berperilaku tertentu. Hal ini

menggambarkan bahwa motivasi

yang kuat akan menimbulkan sikap

yang baik dan akhirnya

menghasilkan kompetensi yang baik

juga.

Pasal 7 UU No14 Tahun 2005

dinyatakan bahwa profesi guru dan

profesi dosen merupakan bidang

pekerjaan khusus yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip sebagai berikut:

(a) memiliki bakat, minat, panggilan

jiwa, dan idealisme; (b) memiliki

komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketakwaan,

dan akhlak mulia; dan seterusnya.

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan

berdasarkan standar kompetensi

sesuai bidang tugasnya, yang dapat

diketahui melalui uji kompetensi.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk

mengupayakan kompetensi guru

yang baik diperlukan adanya

komitmen organisasi yang kuat.

Kompetensi sosial merupakan

gambaran kemampuan guru dalam

berkomunikasi, bekerja sama,

bergaul simpatik, dan mempunyai

jiwa yang menyenangkan. Hal ini

berarti bahwa untuk mengupayakan

kompetensi guru yang baik dapat

juga dilakukan dengan adanya

komunikasi (interpersonal) yang

baik. Berdasarkan uraian-uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi adalah seperangkat ilmu

serta ketrampilan mengajar guru di

dalam menjalankan tugas

profesionalnya sebagai seorang guru

sehingga tujuan dari pendidikan bisa

(16)

Berdasarkan uraian-uraian di

atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mengkaji: (1)

apakah komunikasi interpersonal

berhubungan positif dan signifikan

dengan kompetensi guru SD, (2)

apakah motivasi berprestasi

berhubungan positif dan signifikan

dengan kompetensi guru SD, dan (3)

apakah komunikasi interpersonal dan

motivasi berprestasi secara

bersama-sama berhubungan positif dan

signifikan dengan kompetensi guru

SD.

METODE

Jenis penelitian ini disebut

metode survai, yang termasuk

kategori penelitian ”explanatory atau

confirmatory”, yaitu penelitian yang

menjelaskan hubungan kausal dan

pengujian hipotesis. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru-guru SD

peserta PLPG PSG Rayon 102

Wilayah Sumatera Utara Tahun 2013

Gelombang ke 7 di SMP Negeri 11

Medan yang jumlahnya sebanyak

144 orang. Selanjutnya, penentuan

sampel berdasarkan tabel Isaac dan

Michael sebesar 102 orang dengan

cara random sampling.

Data dikumpulkan dengan

menggunakan angket pilihan

berganda model skala Likert, setelah

terlebih dahulu diujicobakan, namun

khusus data uji komptensi awal

merupakan data dokumentasi.

Pengujian hipotesis dengan analisis

regeresi setelah terlebih dahulu

dilakukan uji persyaratan analisis,

yaitu uji normalitas dengan statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test dan uji linieritas digunakan

Analisis Variansi untuk tes linieritas

regresi, dengan taraf signifikansi α = 0,05.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi data yang akan

disajikan pada bagian ini meliputi

data variabel Komunikasi

Interpersonal (X1), Motivasi

berprestasi (X2), dan Kompetensi

(17)

kuantifikasi jawaban- jawaban

responden atas angket yang

disebarkan kepada guru-guru SD

sebagai sampel penelitian. Jumlah

angket yang disebarkan sebanyak

103 set sesuai dengan jumlah sampel

penelitian. Deskripsi data setiap

variabel penelitian disajikan dalam

rangkuman pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Deskripsi Data Setiap Variabel Penelitian

X1 X2 Y

N Valid 102 102 102

Missing 0 0 0

Mean 97.9118 122.6667 50.6569 Median 97.5000 122.0000 50.0000 Mode 92.00 117.00 46.25 Std. Deviation 11.77016 8.72953 5.14312 Variance 138.537 76.205 26.452 Range 66.00 43.00 24.25 Minimum 64.00 102.00 42.00 Maximum 130.00 145.00 66.25 Sum 9987.00 12512.00 5167.00

Keterangan: X1= komunikasi interpersonal X2= motivasi berprestasi

Y = skor uji kompetensi (kompetensi)

Berdasarkan deskripsi data

pada Tabel 1 di atas dapat

disimpulkan bahwa: (1) skor

komunikasi interpersonal termasuk

dalam kategori cukup; (2) skor

motivasi berprestasi termasuk dalam

kategori tinggi; dan (3) skor uji

kompetensi awal termasuk dalam

kategori kurang.

Selanjutnya hasil perhitungan

uji normalitas dengan

Kolmogorov-Simirnov Test menunjukkan bahwa

keseluruhan data tidak menyimpang

dari distribusi normal, berarti asumsi

normalitas telah dipenuhi. Sedangkan

hasil perhitungan uji linieritas dan uji

keberartian menunjukkan bahwa

bentuk hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat adalah linier

sehingga asumsi linieritas telah

terpenuhi.

Komputasi statistik analisis

regresi antara variabel bebas dengan

variabel terikat disajikan pada

(18)

Tabel 2. Rangkuman Perhitungan Analisis Regresi X1dengan Y

Model Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 138.365 1 138.365 5.462 .021b Residual 2533.251 100 25.333

Total 2671.615 101 a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X1 r1y = 0.228

Tabel 3. Rangkuman Perhitungan Analisis Regresi X2dengan Y

Model Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 461.943 1 461.943 20.906 .000b Residual 2209.672 100 22.097

Total 2671.615 101 a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X2 r2y= 0.416

Tabel 4. Rangkuman Perhitungan Analisis Regresi Ganda antara X1dan X2

dengan Y

Model Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 462.390 2 231.195 10.360 .000b Residual 2209.225 99 22.315

Total 2671.615 101 a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X2, X1 R = 0.416

Berdasarkan Tabel 2, 3 dan 4 dapat

disimpulkan sebagai berikut:

(1)Komunikasi interpersonal (X1)

berhubungan positif dan

signifikan dengan kompetensi

guru SD (Y). Koefisien

determinasinya r2= 0.052, artinya

kompetensi guru SD (Y), 5.2 %

ditentukan oleh komunikasi

interpersonal (X1), melalui

persamaan regresi Y = 0.099 X1+

40.92.

(2)Motivasi berprestasi (X2)

berhubungan positif dan

signifikan dengan kompetensi

guru SD (Y). Koefisien

determinasinya r2= 0.173, artinya

(19)

ditentukan oleh Motivasi

berprestasi (X2), melalui

persamaan regresi Y =

0.245 X2+ 20.61.

(3)Komunikasi interpersonal (X1)

dan motivasi berprestasi (X2

secara bersama-sama

berhubungan positif dan

signifikan dengan kompetensi

guru SD (Y). Koefisien

determinasinya R2 = 0.173,

artinya kompetensi guru SD (Y),

17.3 % ditentukan oleh

komunikasi interpersonal (X1) dan

motivasi berprestasi (X2 melalui

persamaan regresi Y = 0.007 X1+

0.250 X2+ 20.627.

Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar paradigna

berikut ini yang memperlihatkan

besarnya hubungan masing-masing

variabel bebas dengan variabel

terikat.

Pembahasan

Berdasarkan deskripsi data dan

kesimpulan di atas, dilakukan

pembahasan sebagai berikut:

1. Temuan penelitian pertama

menunjukkan bahwa komunikasi

interpersonal berhubungan positif

dan signifikan dengan kompetensi Keterangan: X1= Komunikasi interpersonal X2= Motivasi berprestasi

Y = Kompetensi guru SD

Gambar Paradigma Penelitian

X

1

X

2

Y

r1y = 0.228

r2y = 0.416

(20)

guru SD, dengan koefisien

korelasi sebesar 0.228 dan

koefisien determinasinya r2 =

0.052, artinya kompetensi guru

SD, 5.2 % ditentukan oleh

komunikasi interpersonalnya

melalui persamaan regresi Y =

0.099 X1 + 40.92. Jadi,

komunikasi interpersonal

berpengaruh langsung positif

terhadap kompetensi guru SD

yang mana 5.2 %

perubahan-perubahan kompetensi guru SD

dapat ditentukan oleh komunikasi

interpersonal. Hal ini sesuai

dengan makna kompetensi sosial

yang merupakan gambaran

kemampuan guru dalam

berkomunikasi, bekerja sama,

bergaul simpatik, dan mempunyai

jiwa yang menyenangkan.

(Sudarwan Danim, 2012).

2. Temuan penelitian kedua

menunjukkan bahwa motivasi

berprestasi berhubungan positif

dan signifikan dengan kompetensi

guru SD, dengan koefisien

korelasi sebesar 0.416 dan

koefisien determinasinya r2 =

0.173, artinya kompetensi guru

SD, 17.3 % ditentukan oleh

motivasi berprestasinya melalui

persamaan regresi (X2), melalui

persamaan regresi Y = 0.245 X2+

20.61. Jadi, motivasi berprestasi

berpengaruh langsung positif

terhadap kompetensi yang mana

17.3 % perubahan-perubahan

kompetensi guru SD dapat

ditentukan oleh motivasi

berprestasi. Temuan penelitian ini

sesuai dengan pendapat Finch dan

Crunkilton dalam Mulyasa (2008)

yang menyatakan bahwa motivasi

sesungguhnya tidak lain adalah

sikap seseorang dalam bekerja di

tempat kerja, seperti bersemangat,

tekun, ulet, yang tidak dapat

diamati di luar tempat kerja.

Sedangkan sikap adalah bagian

dari kompetensi, yang diperlukan

untuk menunjang keberhasilan.

Hal ini menggambarkan bahwa

motivasi berprestasi berpengaruh

langsung terhadap kompetensi.

3. Temuan penelitian ketiga

menunjukkan bahwa komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama

(21)

signifikan dengan kompetensi

guru SD dengan koefisien korelasi

ganda sebesar 0.416 dan koefisien

determinasinya R2 = 0.173,

artinya kompetensi guru SD, 17.3

% ditentukan oleh komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi melalui persamaan

regresi Y = 0.007 X1+ 0.250 X2

+ 20.627. Jadi, komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama

berpengaruh langsung positif

terhadap kompetensi guru SD

yang mana 17.3 %

perubahan-perubahan kompetensi guru SD

dapat ditentukan oleh komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi. Hal ini sesuai dengan

makna kompetensi sosial, yaitu

merupakan gambaran kemampuan

guru dalam berkomunikasi,

bekerja sama, bergaul simpatik,

dan mempunyai jiwa yang

menyenangkan. Hal ini berarti

bahwa untuk mengupayakan

kompetensi guru yang baik dapat

juga dilakukan dengan adanya

komunikasi (interpersonal) yang

baik. Demikian juga dengan

pendapat Finch dan Crunkilton

menyatakan bahwa sikap adalah

bagian dari kompetensi, yang

diperlukan untuk menunjang

keberhasilan (Mulyasa, 2008).

Sedangkan motivasi

sesungguhnya tidak lain adalah

sikap seseorang dalam bekerja di

tempat kerja, seperti bersemangat,

tekun, ulet, yang tidak dapat

diamati di luar tempat kerja.

Dasar motivasi adalah

kebutuhan-kebutuhan manusia, yang

menimbulkan dorongan atau tidak

untuk berperilaku tertentu. Hal ini

menggambarkan bahwa motivasi

yang kuat akan menimbulkan

sikap yang baik dan akhirnya

menghasilkan kompetensi yang

baik juga. Jadi, guru SD yang

memilki kompetensi sosial yang

baik serta didukung sikap yang

positif dalam menjalankan tugas

akan memilki kompetensi lebih

(22)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahsannya dapat

disimpulkan bahwa: pertama,

komunikasi interpersonal

berhubungan positif dan signifikan

dengan kompetensi guru SD; kedua

motivasi berprestasi berhubungan

positif dan signifikan dengan

kompetensi guru SD; dan ketiga

komunikasi interpersonal dan

motivasi berprestasi secara

bersama-sama berhubungan positif dan

signifikan dengan kompetensi guru

SD.

IMPLIKASI

Sehubungan dengan temuan

penelitian yang menunjukkan bahwa

komunikasi interpersonal dan

motivasi berprestasi secara

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

berhubungan positif dan signifikan

dengan kompetensi guru SD, maka:

1. Kepala sekolah dapat melakukan

upaya yang dapat meningkatkan

kompetensi guru secara efektif

dan efisien sebagai berikut:

a. Membimbing dan membina

para guru tentang pentingnya

kompetensi guru sebagai

upaya peningkatan mutu

pendidikan.

b. Meningkatkan kompetensi

guru melalui komunikasi

interpersonal antara kepala

sekolah dengan guru, guru

dengan guru, guru dengan

pengawas, guru dengan siswa,

dan guru dengan pemangku

kepentingan lainnya.

c. Memberi dana dan

kesempatan kepada guru

untuk menerapkan ide-ide

inovatif dan menerapkannya

melalui pelaksanaan penelitian

tindakan kelas guna

peningkatan kualitas

pembelajaran dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan.

d. Meningkatkan motivasi

berprestasi guru melalui

pemberian penghargaan bagi

(23)

2. Guru dapat melakukan upaya

yang dapat merealisasikan

peningkatan kompetrensi guru

yang diharapkan secara efektif

dan efisien sebagai berikut:

a. Mengikuti kegiatan pendidikan

dan pelatihan di bidang

kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan

profesional; secara rutin dan

terjadwal.

b. Melakukan kerjasama dengan

kepala sekolah, guru, siswa,

dan pihak pemangku

kepentingan lainnya untuk

meningkatkan komunikasi

interpersonal, dan motivasi

berprestasi guru.

3. Temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi secara sendiri-sendiri

maupun secara bersama-sama

berhubungan positif dan

signifikan dengan kompetensi

guru SD. Hal ini berarti

memperkaya khasanah

manajemen pendidikan dimana

untuk meningkatkan kompetensi

guru dapat dilakukan melalui

upaya peningkatan komunikasi

interpersonal dan motivasi

berprestasi guru-guru SD.

SARAN-SARAN

1. Kepala sekolah dapat menjadikan

temuan penelitian ini sebagai

bahan pertimbangan dalam

pengembangan sumber daya

manusia, khususnya dalam

peningkatan kompetensi guru

melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Peningkatan komunikasi

interpersonal antara guru

dengan warga sekolah dan

pihak pemangku kepentingan

lainnya guna meningkatkan

komitmen organisasi guru.

b. Peningkatan motivasi

berprestasi melalui kegiatan

pemberian penghargaan dan

insentif tambahan bagi guru

yang berprestasi.

2. Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan

bandingan untuk penelitian yang

(24)

penelitian lebih lanjut, maka

diperlukan penelitian kompetensi

guru dengan melibatkan variabel

lain yang terkait dalam rangka

meningkatkan kompetensi guru.

DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, 1994. Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.pp. 27-31 Books: Cole Publishing, Co.

Gibson, James L.; John M. Ivancevich., dan James H. Donelly Jr., 1996. Organisasi. Terjemahan Ardiani. Jakarta: Binarupa Aksara.

Grant, Richard D., 1996. Interpersonal

Communication. New York: McGraw Hill Book Company, Inc..

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia, 2011, PGRI:

Organizational Behavior. New York: McGraw Hill.

Luthans, Fred, 1995. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill.

Mulyasa, Enco., 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pace, R.W. dan D. F. Faules, 2006. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan.. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Putti, Joseph M; Harold Koontz, and Heinz Weihrich,1998. Essentials of management, An Asian Perspective. Singapore: McGraw-Hill, Inc,1998,

Robbins, Stephen P and Timothi, A. Judge. 2009. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education, Inc.,

Sara Bubb dan Peter Early, 2007. Leading and Managing Continuing Professional Development. London: A Sage Publication Company.

(25)

Sudarwan Danim, 2012. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Udin Syaefudin Saud, 2009.Pengembangan

(26)

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.

2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.

3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)

4. Artikel hasil penelitian memuat : a. Judul

b. Nama Penulis

c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian : 50 – 80 kata)

d. Kata-kata kunci)

e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan rangkuman kajian teoritik)

f. Metode penelitian g. Hasil penelitian h. Pembahasan

i. Kesimpulan dan saran j. Daftar pustaka

5. Artikel Non Penelitian memuat : a. Judul

b. Nama Penulis

c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia( 50 – 80 kata) d. Kata-kata kunci)

e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).

f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan) i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran) j. Daftar pustaka

6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :

Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.

(27)

Gambar

gambaran kemampuan guru dalam
Tabel 1
gambar paradigna

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis, kebijakan pungutan ekspor sebagai salah satu instrumen dari pajak ekspor akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen (pekebun sawit dan

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa melaksanakan tradisi manjalang janjang bagi pasangan suami istri di Nagari Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten

Hasil triwulan 2 tahun 2011 nilai CAR dari saham winner untuk semua bulan bernilai positif dengan nilai CAR pada akhir periode triwulan atau pada bulan ke-3 sebesar 0,39% dan

Menganalisis pelbagai pandangan mufassir di atas, penulis memahami bahwa substansi penafsiran mereka sama yakni dalam mencari harta, hendaklah dilakukan dengan cara-cara yang

Technical Assistance for Institutional Development in Participatory Irrigation Management (IDPIM) Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP) Indonesia Deputi

- Semua jenis mollusca Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,

Kebebasan Akademik adalah kebebasan anggota sivitas akademika dalam melaksanakan dan mengembangkan ilmu, teknologi, dan/atau seni melalui kegiatan

Organisasi yang memiliki tujuan yang ditetapkan dengan jelas yang membuat para manajer dan karyawan untuk bertanggung jawab atas pencapaian hasil dianggap sebagai tempat bekerja