iv
“ STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 665/K/PID.SUS/2012 DALAM UPAYA MENCEGAH ADANYA DISPARITAS ANG TIMBUL DARI DAMPAK HUKUM TUNTUTAN
JAKSA PENUNTUT UMUM TERKAIT ALASAN PEMBERATAN PIDANA ”
Yudith Pratiwi 110111100115
ABSTRAK
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia pada Pasal 1 butir 2 menerangkan bahwa “Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim”. Jaksa
Penuntut Umum dalam penuntutan, membuat surat tuntutan (requisitoir)
yakni sebuah surat yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum setelah berakhirnya pemeriksaan perkara dalam persidangan yang memuat tentang tindak pidana yang telah didakwakan, fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan, penganalisaan hukum terhadap fakta-fakta tersebut dan pendapatnya tentang terbukti atau tidaknya tindak pidana yang didakwakan serta permintaan yang dimohonkan kepada majelis, baik mengenai terbukti tidaknya tindak pidana yang didakwakan maupun mengenai dipidana tidaknya terdakwa. Tugas akhir ini mengangkat permasalahan tentang adanya pertimbangan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa Tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada perkara Narkotika dan Psikotropika cenderung tidak konsisten dan sering terjadi Disparitas Tuntutan terhadap para pelaku tindak pidana yang sama. Padahal surat tuntutan (requisitoir) dari Penuntut Umum menjadi dasar atau landasan bagi hakim untuk menjatuhkan putusan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif. Metode penulisan dengan tahap pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer seperti Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang ditunjang dengan bahan hukum sekunder.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam studi kasus ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan langkah-langkah Majelis Hakim yang telah
diterapkan dalam Putusan Nomor 665/K/PID.SUS/2012 ini dapat menjadi
iv
“ A CASE STUDY OF SUPREME COURT INDONESIAN REPUBLIC DECISION NO. 665/K/PID.SUS/2012 IN EFFORT TO PREVENT DISPARITY ARISING FROM IMPACT OF PUBLIC PROSECUTOR CLAIMS RELATED TO CRIMINAL WEIGHTING REASON ”
Yudith Pratiwi 110111100115
ABSTRACT
Law of Indonesian Republic 2014 No. 16th on the Prosecutor of the
Republic of Indonesia in Article 1, point 2 explains that “the public prosecutor
is the prosecutor who is authorized by this Act to prosecute and execute judicial orders”. Public Prosecutor in the prosecution, making a warrant ( requisitoir ) which is a letter that was made by the public prosecutor after the end of the trial proceedings in the load on the crime that has been charged, the facts obtained in the trial, the legal analysis of the facts The proven and opinion on whether or not the criminal offense of which the accused and filed a request to the assembly, both the proven absence of a criminal offense of
which the accused and the convicted defendant’s absence. This final project
raised concerns about the absence of consideration of the judges stated that the Prosecution Demands on Narcotic Drugs and the perpetrators of criminal
acts the same. Though warrant ( requisitoir ) of the Public Prosecutor became
the basis or foundation for the judge to impose a decision.
The method used in this study is a descriptive analysis with normative approach. The method of writing the data collection phase used in a literature study. The data used in this study is the primary legal materials such as the Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) which is supported by secondary law.
The results obtained in this case study shows that we can conclude the
steps of the judges who have applied in Decision No. 665/K/PID.SUS/2012
this may be a reference to prevent disparity Prosecution demands. Where
disparities may occur in stages demands ( requisitoir ) which is under the