• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Babi Landrace yang Diberi Pakan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dari Perairan Tercemar Timbal (Pb).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Babi Landrace yang Diberi Pakan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dari Perairan Tercemar Timbal (Pb)."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL BABI LANDRACE YANG DIBERI PAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DARI

PERAIRAN TERCEMAR TIMBAL (Pb)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas–Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh

Ni Kadek Nining Laksmi Dewi NIM. 1109005105

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL BABI LANDRACE YANG DIBERI PAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DARI

PERAIRAN TERCEMAR TIMBAL (Pb)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas–Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh

Ni Kadek Nining Laksmi Dewi NIM. 1109005105

Menyetujui/Mengesahkan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS Dr. drh. Ida Bagus Oka Winaya, M.Kes NIP. 19581005 198403 1 002 NIP. 19621228 199203 1 001

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP NIP. 19600305 198403 1 001

(3)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh–sungguh kami berpendapat bahwa tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

Ditetapkan di Denpasar, tanggal...

Panitia Penguji

Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS Ketua

Dr. drh. Ida Bagus Oka Winaya, M.Kes drh. I Made Kardena, MVS Sekretaris Anggota

drh. I Nyoman Sulabda, M.Kes Dr. drh. Ni Luh Eka Setiasih, M.Si

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blahkiuh pada tanggal 12 September 1993. Penulis

adalah putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak I Nyoman Bawa Antara

dan Ibu Anak Agung Ayu Sukarmi. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD

Negeri 4 Blahkiuh, lulus pada tahun 2005. Pendidikan lanjutan tingkat pertama di

SMP Negeri 1 Abiansemal, lulus pada tahun 2008. Pendidikan lanjutan tingkat

atas di SMA Negeri 1 Abiansemal, lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan

pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana pada tahun 2011.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

(SKH), penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Gambaran Histopatologi

Hati dan Ginjal Babi Landrace yang Diberi Pakan Eceng Gondok (Eichornia

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian eceng gondok (Eichornia crassipes) dari perairan tercemar timbal (Pb) dalam ransum terhadap perubahan histopatologi hati dan ginjal babi. Sampel yang digunakan adalah organ hati dan ginjal dari 8 ekor babi Landrace yang diberi perlakuan berbeda. Perlakuan yang diberikan adalah A = babi yang mendapat ransum tanpa eceng gondok, B = babi yang mendapat ransum yang ditambah dengan 2,5 % eceng gondok, C = babi yang mendapat ransum yang ditambah dengan 5% eceng gondok dan D = babi yang mendapat ransum yang ditambah dengan 7,5% eceng gondok. Pengambilan sampel organ hati dan ginjal babi dilakukan dengan cara nekropsi pada semua babi di akhir penelitian, kemudian organ dimasukkan ke dalam tabung yang berisi netral buffer 10%. Pembuatan preparat histopatologi dilakukan dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Pemeriksaan preparat dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x, 200x dan 400x. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan melihat perubahan yang terjadi pada organ hati dan ginjal babi antara kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian eceng gondok (Eichornia crassipes) yang berasal dari perairan tercemar Pb pada pakan menyebabkan perubahan histopatologi hati dan ginjal babi Landrace. Perubahan tersebut yaitu degenerasi, nekrosis dan peradangan.

(6)

ABSTRACT

The aim of this study is to determine the effect of water hyacinth (Eichornia crassipes) collected from Lead (Pb) polluted water in feed to histopathological changes in pig’s liver and kidney. A total of eight Landrace pigs were used in this study, consisted of four groups: pigs were fed without hyacinth (A), pigs were fed with 2.5% hyacinth (B), pigs were fed with 5.0% hyacinth (C), and pigs were fed with 7.5% hyacinth (D). The sample of dead pigs were dissected at the end of study to examined the liver and kidney. Both organs sample were immersed in a fixative solution of 10% neutral buffered formalin. The samples were then processed for tissue processing by using Hematoxylin-Eosine (HE) method before performing histophatological examination by using 100x, 200x and 400x magnificence under a microscope. Data were then analyzed descriptively by comparing the pathological changes in the liver and kidneys between groups. The results showed that the administration of water hyacinth (Eichornia crassipes) collected from Lead (Pb) polluted water causes a histopathological changes in the liver and kidneys of Landrace pigs. The changes include degeneration, necrosis and inflammation.

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Babi Landrace yang Diberi Pakan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dari Perairan Tercemar Timbal (Pb)” dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana beserta para Pembantu Dekan. 2. Bapak Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS dan Bapak Dr. drh.

Ida Bagus Oka Winaya, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak drh. I Made Kardena, MVS, Bapak drh. I Nyoman Sulabda, M.Kes, dan Ibu Dr. drh. Ni Luh Eka Setiasih, M.Si yang telah menguji dan memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak drh. Anak Agung Gde Jaya Wardhita, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah dengan sabar memberikan motivasi, nasihat serta membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Bapak/Ibu dosen beserta pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

(8)

7. Saudara-saudaraku tercinta, Ayuk, Titi, Deni, Rani, Bli gus dan Lanang yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa selama ini.

8. Rekan angkatan seperjuangan yang selalu memberi semangat, Suciani Paramita, Vindhy Chempaka Putri, Melinda Maya Dika, Dewa Widyadnyana, Ferbian Milas Siswanto, Nova Ardinata, Desi Yena Wati, Raka Pramasudha, Rama Wisesa, Dwicky Widya Iswara, Wijaya Kusuma serta semua teman angkatan 2011. Terimakasih atas saran dan bantuan yang telah diberikan.

9. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulis skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Hewan.

Denpasar, 14 Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Ternak Babi ... 4

2.2 Eceng Gondok ... 6

2.2.1 Morfologi ... 7

2.2.2 Kandungan nutrisi eceng gondok... 8

2.3 Logam ... 8

2.3.1 Timbal (Pb) ... 9

2.4 Struktur Hati dan Ginjal Babi ... 10

2.4.1 Struktur hati babi... 10

2.4.2 Struktur ginjal babi ... 11

2.5 Keracunan akibat Residu Logam dan Atrazine pada Babi ... 13

2.6 Kerangka Konsep ... 17

BAB III MATERI DAN METODE ... 18

3.1 Materi Penelitian ... 18

3.1.1 Sampel... 18

3.1.2 Bahan ... 18

3.1.3 Alat penelitian ... 18

3.2 Rancangan Percobaan ... 18

3.3 Variabel Penelitian ... 19

3.4 Metode Penelitian ... 19

3.4.1 Perlakuan sampel ... 19

3.4.2 Pengambilan sampel ... 19

3.4.3 Pembuatan preparat ... 19

3.5 Standarisasi Pemeriksaan Preparat Histopatologi ... 20

3.6 Analisis Data ... 20

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan ... 29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Simpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

2.1. Dosis Keracunan Timbal Pada Beberapa Ternak ... 10 2.2. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Hati dan Ginjal

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

2.1. American Landrace ... 6

2.2. Eceng gondok (Eichornia crassipes) ... 7

2.3. Struktur histologi hati babi... 11

2.4. Struktur histologi ginjal babi 15 menit postmortem (40x) ... 12

2.5. Perubahan utama histopatologi ginjal ... 14

2.6. Degenerasi parenkimatosa sentrolobular ringan pada hepatosit yang diberi perlakuan atrazine ... 15

2.7. Degenerasi parenkimatosa dan deskuamasi dari sel-sel epitel tubulus proksimal dari perlakukan atrazin ... 16

2.8. Kerangka konsep babi Landrace yang diberi pakan eceng gondok (Eichornia crassipes) dari perairan tercemar timbal (Pb)... 17

4.1. Fotomikrograf histopatologi hati babi pada kontrol ... 25

4.2. Fotomikrograf histopatologi ginjal babi pada kontrol ... 25

4.3. Fotomikrograf histopatologi hati babi pada perlakuan 2,5% ... 26

4.4. Fotomikrograf histopatologi ginjal babi pada perlakuan 2,5% ... 26

4.5. Fotomikrograf histopatologi hati babi pada perlakuan 5% ... 27

4.6. Fotomikrograf histopatologi ginjal babi pada perlakuan 5% ... 27

4.7. Fotomikrograf histopatologi hati babi pada perlakuan 7,5% ... 28

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya ternak babi masih dipertahankan sebagai kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Bali. Babi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi dan peran yang strategis dalam penyediaan protein hewani. Usaha peternakan babi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini disebabkan selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga masih terbukanya peluang ekspor ke negara lain terutama Singapura. Untuk mendukung perkembangan usaha peternakan babi di Indonesia diperlukan adanya manajemen pemeliharaan yang intensif, diantaranya adalah dengan pemberian pakan dengan nilai gizi yang cukup tinggi, sehingga bisa mencukupi kebutuhan babi akan zat nutrisi.

Saat ini, pakan babi yang biasa dipakai peternak dirasa cukup mahal dan masih sulit didapat. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan limbah pertanian atau perkebunan sebagai bahan makanan ternak. Pengunaan limbah sebagai bahan penyusun ransum akan memberikan keuntungan yaitu tidak bersaing dengan manusia, harganya relatif murah serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

(13)

2

eceng gondok yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum babi. Eceng gondok telah dipakai sebagai pakan ternak di beberapa daerah. Namun kajian-kajian ilmiah dan penelitian yang lebih lanjut tentang pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan penyusun ransum babi belum ada. Penelitian pemanfaatannya sebagai bahan penyusun ransum babi sangat diperlukan, mengingat bahwa eceng gondok dapat menyerap bahan-bahan pencemar air, dan diangap terkontaminasi oleh bahan pencemar tersebut, sehingga perlu diamati apakah pemanfaatannya sebagai bahan penyusun ransum babi akan berpengaruh terhadap organ hati dan ginjal babi.

Eceng gondok yang selama ini dikenal sebagai gulma air yang mengganggu dan sulit dibasmi ternyata mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi yaitu antara 12-18 % serta kandungan asam amino cukup lengkap (Bayyinatul, et al., 2012). Selanjutnya Bayyinatul et al. (2012) menyatakan bahwa hasil analisis kimia menunjukkan bahwa eceng gondok mengandung bahan organik yang kaya akan vitamin dan mineral, juga mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak non ruminansia. Suharsono (1979) telah melakukan percobaan terhadap ayam petelur jenis Hyline berumur 12 bulan yang diberi ransum basal dari PT. Cargill. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok sampai 10 % tidak merugikan baik terhadap produksi telur maupun kualitas telurnya. Berarti peningkatan serat kasar pada penambahan eceng gondok sampai 10% tidak berpengaruh.

Pada penelitian ini, eceng gondok yang ditambahkan ke dalam pakan adalah berasal dari perairan yang tercemar, sehingga eceng gondok tersebut mengandung logam berat, salah satunya adalah Timbal (Pb). Kusumadewi (2014) menyatakan bahwa kandungan logam berat timbal (Pb) dalam tubuh ikan Mujair yang hidup di Dam Estuari Suwung melebihi ambang batas yang ditetapkan dalam SNI 7378:2009 sebesar 0,3 mg/kg yaitu mencapai 19,4 mg/kg. Pada eceng gondok juga mengandung timbal (Pb) sekitar 0,2 mg/kg.

(14)

3

makanan dan terakumulasi dalam jaringan seperti hati dan ginjal. Triadayani et al. (2010) menyatakan bahwa, logam timbal (Pb) berpengaruh terhadap struktur jaringan hati ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yaitu dapat menyebabkan kerusakan berupa degenerasi lemak, degenerasi hidrofik, hemoragi, kongesti dan nekrosis hepatitis. Sedangkan menurut penelitian Dragan et al. (2009) logam berat yang terakumulasi pada ginjal babi dapat mengakibatkan perdarahan pada korteks, degenerasi lemak, distrofi dan degenerasi vakuolar pada sel epitel tubulus proksimal serta nefritis interstitial fokal.

Mengacu pada beberapa hasil penelitian di atas dan belum adanya informasi tentang pemanfaatan eceng gondok di perairan tercemar maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan eceng gondok sebagai bahan makanan babi serta pengaruhnya terhadap organ hati dan ginjal babi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh eceng gondok dari perairan tercemar timbal (Pb) dalam ransum terhadap perubahan histopatologi hati dan ginjal babi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh eceng gondok dari perairan tercemar timbal (Pb) dalam ransum terhadap perubahan histopatologi hati dan ginjal babi.

1.4 Manfaat Penelitian

(15)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Babi

Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran menjadi daging (Ensminger, 1991).

Menurut Sihombing (1997), semua babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu:

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata (bertulang belakang) Marga : Gnatostomata (mempunyai rahang) Kelas : Mamalia (menyusui)

Ordo : Artiodactyla (berjari/berkuku genap) Genus : Sus

Spesies : Sus scrofa, Sus vittatus/Sus strozzli, Sus cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus, Sus barbatus

Sifat-sifat fisik yang tampak pada babi adalah tubuh besar dan gemuk serta cepat dewasa. Sifat fisik berdasarkan warna bulu digolongkan menjadi 5, yakni: putih, hitam, coklat atau kemerah-merahan, berselempang (belted) dan bercak-bercak (spotted). Sifat fisik yang tampak pada babi berdasarkan besar dan kegemukan dapat dibagi menjadi 2, yakni: tipe babi besar yaitu bila babi besar dan lambat dewasa (cold blood atau tipe rainbow), dan babi kecil yaitu bila babi kecil dan cepat dewasa digolongkan dalam babi berdarah panas (hot blood atau chuffy) (Tanaka et al., 1980).

(16)

5 vitamin dan air. Setiap zat mempunyai fungsi dan kaitan spesifik di dalam tubuh. Kekurangan atau ketidakseimbangan zat-zat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan berdampak pada performans. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum yaitu cara pemberian pakan, aroma pakan, kondisi lingkungan atau suhu kandang, ketersedian air minum, jumlah ternak dan kesehatan ternak (Sihombing, 1997).

Salah satu bangsa babi yang populer untuk diternakkan saat ini adalah babi Landrace. Sihombing (1997) menyatakan bahwa babi Landrace berwarna putih, terkenal babi bertubuh panjang dan juga kakinya panjang. Salah satu penampilan babi ini yang khas adalah telinga yang rebah ke depan. Babi ini terkenal sangat prolifilik hingga kini anak babi inilah yang terbukti paling banyak per kelahiran, serta presentase dagingnya tinggi. Tulang rusuknya 16-17 pasang, dan sampai kini putting susu babi inilah yang terbanyak diantara bangsa babi unggul. Berbagai Negara di dunia ini mendatangkan babi tersebut untuk diternakkan murni atau disilangkan dengan bangsa babi lain untuk memperoleh sifat-sifat yang diingini. Kelemahan babi ini yang sering dihadapi ialah kaki belakang yang lemah, terutama saat induk bunting, dan hasil daging yang pucat, lembek dan eksudatif yang dikenal dengan PSE (pale, soft, exudatif). Diduga hal ini mungkin karena babi tersebut diternakkan murni terlalu lama (inbreeding yang terlalu lama). Babi Landrace berasal dari Denmark dan babi ini sangat populer sehingga dikembangkan juga di Amerika Serikat yakni American Landrace, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

(17)

6 2.2 Eceng Gondok

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan yang mengambang di permukaan air, memiliki daun yang tebal dan gelembung yang membuatnya mengapung (Muladi, 2001). Eceng gondok awalnya didatangkan dari Brasil oleh orang-orang Belanda sebagai tanaman hias. Tanaman yang mampu berkembang pesat ini kemudian dianggap sebagai gulma air. Di Indonesia eceng gondok banyak ditemukan di Rawa Pening, Jawa Tengah dan Waduk Saguling di Jawa Barat. Namun, dewasa ini banyak dimanfaatkan sebagai filter air dari polusi logam-logam berat. Bahkan sudah dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan pakan ternak (Don et al., 2010)

Menurut Fahmi (2009), klasifikasi dari tanaman eceng gondok sebagai berikut :

Kingdom : Embryophytasi phonogama Filum : Magnoliophyta

Class : Liliopsida Ordo : Liliales

Famili : Pontederiaciae Genus : Eichornia

Spesies : Eichornia crassipes

Gerbono (2005) menyebutkan, eceng gondok termasuk famili Pontederiaceae. Tanaman ini hidup di daerah tropis maupun subtropis. Eceng

(18)

7 2.2.1 Morfologi

Eceng gondok merupakan tumbuhan yang hidup di perairan terbuka, mengapung di air. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter, batangnya berbuku pendek, mempunyai diameter 1-2,5 cm dan panjang batang mencapai 30 cm (Barton, 1951). Daun eceng gondok mempunyai garis tengah sampai 15 cm bernbentuk telur agak bulat, berwarna hijau terang dan berkilau di bawah sinar matahari. Kelopak bunga berwarna ungu muda atau agak kebiruan. Setiap bunga mempunyai kepala putik yang dapat menghasilkan 500 bakal biji setiap tangkai (Soedarmadji, 1991).

Gambar 2.2 Eceng gondok (Eichornia crassipes) (Ansori, 2012)

2.2.2 Kandungan nutrisi eceng gondok

Eceng gondok bisa menjadi salah satu alternetif bahan ransum ternak, karena eceng gondok memiliki nilai nutrisi yang cukup baik, yaitu energy metabolis 2029 kkal/kg, kandungan protein kasar 13% dan kandungan serat kasar 21,3% (Radjiman et al., 1999). Menurut analisis yang dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponogoro Semarang tahun 2005, melaporkan bahwa eceng gondok mengandung protein kasar (PK) 11,2% dan bahan ekstrak tiada nitrogen (BETN) sekitar 20% berdasarkan bahan kering (100% BK).

2.3 Logam

(19)

8 menyerap logam pada perairan tercemar. Hal isi dikarenakan eceng gondok mempunyai akar yang bercabang-cabang halus yang berfungsi sebagai alat untuk meyerap senyawa logam, sehingga toksisitas logam yang terlarut semakin berkurang (Kirby dan Mengel, 1987).

Diantara sekian banyak logam, ada yang keberadaannya di dalam tubuh makhluk hidup baik pada tanaman, hewan atau ternak dan manusia merugikan bahkan beracun. Logam yang dimaksud umumnya digolongkan pada logam berat. Menurut Saeni (1989) bahwa yang dimaksud dengan logam berat adalah unsur yang mempunyai bobot jenis lebih dari 5 g/cm3 yang biasanya terletak di bagian kanan bawah sistem periodik.

Keracunan logam berat pada ternak biasanya melalui tiga jalan (Bartic dan Piskoc, 1981), yaitu, pakan dan minuman yang sudah tercemar, serta asap atau debu buangan pabrik (inhalasi). Secara normal, dalam hati dan ginjal ternak selalu ditemukan logam-logam berat ini, walaupun dalam jumlah yang amat sedikit. Apabila batas-batas normal terlampaui, maka terjadilah kasus karacunan oleh logam berat ini.

Contoh-contoh logam berat yang dinyatakan oleh Saeni (1989) diantaranya: Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Mn dan As. Dari logam-logam berat tersebut, menurut Anggorodi (1979) Fe, Cr, Zn, Cu dan Mn termasuk dalam kelompok logam berat dan merupakan mineral yang esensial dan tergolong mineral mikro bagi ternak, maka logam berat yang tergolong nonesensial dan bersifat racun bagi ternak adalah kelompok logam: Pb, Cd, Hg, dan As.

2.3.1 Timbal (Pb)

(20)

9 Salah satu logam berat yang banyak mencemari air sungai adalah timbal (Pb). Tercemarnya air sungai oleh limbah pabrik yang mengandung Pb menyebabkan tanaman konsumsi yang tumbuh di daerah sungai menjadi tercemar oleh Pb (Kohar et al., 2004). Timbal (Pb) merupakan salah satu pencemar yang dipermasalahkan

karena bersifat sangat toksik dan tergolong sebagai bahan buangan beracun dan berbahaya (Purnomo dan Muchyiddin, 2007).

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya terhadap tubuh semakin meningkat (Lu, 1995 dan Kusnoputranto, 2006). Menurut Underwood dan Suttle (1999), Pb biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat akumulatif dan akumulasinya tergantung levelnya. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada ternak jika terdapat pada jumlah di atas batas ambang. Lebih lanjut Underwood dan Suttle (1999) mencantumkan batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu: batas ambang normal sebesar 1 – 10 ppm, batas ambang tinggi sebesar 20 – 200 ppm dan batas ambang toksik sebesar lebih dari 200 ppm. Disisi lain Darmono (1995) mencantumkan dosis keracunan Pb pada beberapa ternak, seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Dosis Keracunan Timbal pada Beberapa Ternak

Jenis Ternak Toksik dalam Pakan(mg)

Babi 1.000

Pedet 200 – 400

Domba ` 200 – 400

Sumber: Darmono (1995)

(21)

10 Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh. Beratnya sekitar 3% dari total berat badan pada hewan dewasa, sedangkan pada hewan muda berat hati sekitar 5% dari total berat badan (Akers dan Denbow, 2008).

Hati babi terdiri atas lobus lateral kanan dan kiri, medial kanan dan kiri, lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Kantung empedu terletak diantara lobus medial dan lobus kanan. Hati sebagian besar dilindungi oleh os costae kecuali bagian ventral. Bagian kranial hati bersentuhan dengan diafragma. Hati babi memiliki daerah berbentuk concave di bagian kaudal yang berbatasan dengan lambung di bagian kiri dengan pankreas di bagian kanan (Dyce et al., 2002).

Hati memiliki kemampuan meregenerasi sel hepatosit sebanyak lebih dari 40 kali saat terjadi kerusakan. Penyakit pada organ hati bisa menurunkan tingkat regenerasi hepatosit hingga beberapa kali, sehingga konsekuensinya adalah terjadi penurunan fungsi hati karena terdapat beberapa sel hati yang mengalami kerusakan (hepatic fibrosis). Hati memiliki fungsi yang sangat penting yaitu mengatur proses metabolik dan homeostasis. Hati juga menghasilkan asam empedu dari pemecahan kolesterol. Hati juga memiliki kemampuan untuk menyimpan beberapa cadangan substansi yang suatu saat akan diperlukan misalnya glikogen, ion logam, dan vitamin dan juga berfungsi memproduksi sel darah merah pada saat embrio. Kasus penyakit hati akut dan sub-akut seringkali tidak hanya bersifat subklinis tetapi juga menimbulkan gejala klinis pada pasien dengan penyakit kerusakan hati bersifat non-spesifik. Penyakit hati seringkali dihubungkan dengan gejala klinis yang tidak spesifik tetapi dikarenakan disfungsi dari organ-organ penting (Steiner, 2008).

(22)

11 empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih besar. Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum (Lu, 1995). Struktur histologi hati yang normal seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur histologi hati babi (William L, 2009)

2.4.2 Struktur ginjal babi

Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Pelvis merupakan area pusat yang merupakan lokasi dari masuk dan keluarnya pembuluh darah arteri dan vena ginjal, begitu juga dengan ureter yang akan menyalurkan urin dari ginjal ke kantung kemih (Akers dan Denbow, 2008).

(23)

12 Gambar 2.4 Struktur histologi ginjal babi 15 menit postmortem (40x). menunjukkan glomeruli (kapsul dan kavum Bowman), tubuli proksimal, dan tubuli distal masih tampak normal (Baldatun et al., 2014)

Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah, tubuli proksimal dan distal berfungsi sebagai tempat penyerapan kembali air dan zat-zat terlarut, lengkung henle berfungsi menjaga tonisitas dari jaringan medula dan sebagai tempat penyerapan kembali ion-ion Na+, K+, Cl-, sedangkan duktus kolektifa berfungsi mengontrol ekskresi elektrolit, air, dan menjaga keseimbangan pH. Darah yang masuk ke dalam nefron akan mengalami penyaringan dan penyerapan kembali pada masing masing bagian nefron (Akers dan Denbow, 2008).

(24)

13 2.5 Keracunan akibat Residu Logam dan Atrazine pada Babi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas keracunan setiap jenis logam berat, antara lain: bentuk senyawa dari logam berat itu, daya kelarutannya dalam cairan, ukuran partikel dan beberapa sifat kimia dan fisika lainnya. Dalam beberapa kasus, logam berat biasanya menyerang jaringan syaraf atau menghambat aktivitas enzimatik melalui reaksi biokimia. Tetapi, lebih sering logam berat ini merusak organ-organ detoksikasi dan ekskresi, yaitu hati dan ginjal, sehingga organ-organ ini harus selalu dimonitor untuk mengetahui derajat keracunan ternak terhadap logam berat (Hammond,1979). Beberapa logam berat penting yang dapat menimbulkan keracunan pada ternak antara lain: timah hitam, arsen, air raksa, cadmium dan tembaga.

Akumulasi logam berat yang tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal) (Darmono, 2001). Pada hewan yang mempunyai kadar Pb lebih dari 10 ppm pada hati menandakan bahwa hewan tersebut mengalami keracunan (Clark, 1975). Absorpsi Pb pada hewan yang muda lebih tinggi dibandingkan yang tua (Piskac, 1981).

(25)

14 Gambar 2.5 Perubahan utama histopatologi ginjal. Perdarahan di korteks (A), Degenerasi melemak (B), Distrofi dan degenerasi vakuolar pada sel epitel tubulus

proksimal (C), dan nefritis interstitial fokal (D) (Dragan et al., 2009).

(26)

15 pada beberapa tubulus, seperti yang terlihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 (Curic et al., 1999).

Gambar 2.6 Degenerasi parenkimatosa sentrolobular ringan pada hepatosit yang diberi perlakukan atrazine. H/E; 10 × 3.75; Bar = 50 µm (Curic et al., 1999).

Gambar 2.7 Degenerasi parenkimatosa dan deskuamasi sel-sel epitel tubulus proksimal dari perlakukan atrazin. H/E; 40 × 3.75; Bar = 20 µm (Curic et al.,

(27)
(28)

17 Gambar 2.8 Kerangka konsep babi Landrace yang diberi pakan eceng gondok

(Eichornia crassipes) dari perairan tercemar timbal (Pb). Babi Landrace

Pemeliharaan secara intensif

Ransum ditambahkan eceng gondok dari perairan

tercemar timbal (Pb)

Terjadi perubahan histopatologi hati dan

ginjal babi

Degenerasi Nekrosis Peradangan

Timbal (Pb) merupakan logam berat yang dapat terakumulasi pada jaringan

Gambar

Gambar Teks
Gambar 2.1 American Landrace (Kitsteiner, 2014)
Gambar 2.2 Eceng gondok ( Eichornia crassipes) (Ansori, 2012)
Tabel 2.1. Dosis Keracunan Timbal pada Beberapa Ternak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berat badan, mortalitas, dan gejala klinis tikus selama perlakuan, serta patologi anatomi dan gambaran histopatologi hati dan ginjal

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal pada Tikus Model Diabetes dengan Pemberian Ekstrak Etanol Biji Mahoni

Studi Infeksi Toxoplasma gondii pada Ayam: Gambaran Histopatologi Otak, Jantung, Ginjal, Paru, Hati..

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji efek dari pemberian minyak ikan lele terhadap perubahan bobot badan serta histopatologi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul “Pemberian