PROFITABILITAS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH MADE WINDA PRATIWI NIM :1215351036
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
PROFITABILITAS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH MADE WINDA PRATIWI NIM :1215351036
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :…………..
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. ………..…… 2. Sekretaris : Dr. Maria M. Ratna Sari, SE.,M.Si., Ak ……….……. 3. Anggota : Drs. I Wayan Putra, M.Si. ………
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plaginasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Januari 2016 Mahasiswa
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Profitabilitas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1) Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3) Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4) Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi dan Drs. I Made Jember, M.Si., selaku Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5) Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6) Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak, selaku Pembimbing Akademik yang membimbing dan selalu memberi dukungan untuk kemajuan penulis.
7) Dr. Maria M. Ratna Sari., SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
8) Dr. Ni Ketut Rasmini., SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Ketua Penguji atas waktu, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
9) Drs. I Wayan Putra, M.Si., selaku Dosen Penguji atas waktu, bimbingan, masukan serta masukan selama penyelesaian skripsi ini.
11) Teman-teman setia Ida Ayu Radha Arestantya, L.K. Inten Pratiwi Sucandra, Floriani Ria Dimarcia, Ida Ayu Eka Purnama Yuni, Karina Pravita, Ni Luh Nyoman Adi Kusuma Dewi, Ika Wulan Indah Sari, serta teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, atas dukungannya selama perkuliahan dan penulisan skripsi.
12) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi in bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, Januari 2016
vi
Judul : Profitabilitas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Nama : Ni Luh Made Winda Pratiwi NIM : 1215351036
Abstrak
Audit report lag diukur berdasarkan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profitabilitas sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 perusahaan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis(MRA).
Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis, maka didapat simpulan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin pendek audit report lag, (2) profitabilitas mampu memoderasi (memperlemah) pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag yang menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan profitabilitas yang tinggi memiliki tingkat audit report lag yang rendah. Penyelesaian audit akan lebih cepat apabila auditor mengaudit perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi pada perusahaan besar.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS... iii
KATA PENGANTAR ...iv
ABSTRAK ...vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...9
1.3 Tujuan Penelitian...9
1.4 Kegunaan Penelitian ...9
1.5 Sistematika Penulisan ...10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep...12
2.1.1 Teori Keagenan ...12
2.1.2 Teori Sinyal ...14
2.1.3 Audit...15
2.1.4 Audit Report Lag...17
2.1.5 Ukuran Perusahaan...19
2.1.6 Profitabilitas ...20
2.2 Hipotesis Penelitian ...22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...27
3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian ...28
3.3 Objek Penelitian ...28
3.4 Identifikasi Variabel...28
3.5 Definisi Operasional Variabel ...29
3.6 Jenis dan Sumber Data ...31
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ...31
3.8 Metode Pengumpulan Data ...33
3.9 Teknik Analisis Data...33
3.9.1 Uji Statistik Deskriptif ...33
3.9.2 Uji Asumsi Klasik...34
viii
4.3 Uji Statistik Deskriptif ...42
4.4 Uji Asumsi Klasik...44
4.5 Uji Regresi...46
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian...52
4.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag...52
4.6.2 Kemampuan Profitabilitas Memoderasi Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ...54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...56
5.2 Saran...57 DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian ...41
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...42
4.3 Hasil Uji Normalitas ...44
4.4 Hasil Uji Autokorelasi...45
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas...46
x
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel Penelitian ...56
2. Tabulasi Data Perusahaan ...59
3. Analisis Statistik Deskriptif ...63
4. Hasil Uji Asumsi Klasik ...64
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin hari semakin meningkat.
Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi pada suatu negara
seiring dengan perkembangan perusahaan go public. Pasar yang efisien dan efektif
membutuhkan informasi yang transparan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
investor dalam membuat keputusan investasi. Informasi seputar kinerja suatu
perusahaan dapat dilihat melalui berbagai media, diantaranya melalui laporan
keuangan keuangan suatu perusahaan.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang berguna di
dalam membuat keputusan bisnis dan ekonomi (Dogan et al.,2007). Laporan
keuangan menjadi sumber informasi yang wajib dipublikasikan dan sebagai sarana
pertanggungjawaban terhadap banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham,
pemerintah, kreditor, dan lain-lainnya. Informasi yang terdapat pada laporan
keuangan mempunyai peran yang penting dalam proses pengukuran dan penilaian
kinerja serta bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi pengguna laporan
keuangan. Laporan keuangan akan bermanfaat bagi pengguna apabila informasi
disajikan tepat waktu. Knechel dan Payne (2001) menyatakan nilai informatif suatu
2
makin lama penundaan publikasi laporan keuangan, sejak para pengguna laporan
keuangan dapat memperoleh informasi dari sumber substitusi (Bonsόn et al.,2005).
Semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan
laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
dan mengumumkan kepada masyarakat. Waktu pelaporan laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh perusahaan go public tidak boleh melebihi dari ketentuan yang
dikeluarkan oleh Bapepam. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan ini
telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 1996, lampiran keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996 dan mulai berlaku pada tanggal 17 Januari 1996.
Peraturan ini menyebutkan bahwa perusahaan wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak
tanggal tutup tahun buku perusahaan. Pada tanggal 30 September 2003 Bapepam
mengeluarkan peraturan baru untuk memperketat penyampaian laporan keuangan.
Berdasarkan peraturan pasar modal dengan keputusan Ketua Bapepam Nomor:
KEP-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala yang
mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2003,
laporan keuangan harus disampaikan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90
hari) setelah tanggal laporan keuangan.
Peraturan tersebut tidak cukup membuat perusahaan tepat waktu dalam
penyampaian laporan keuangan. Beberapa catatan mengungkapkan masih terdapat
beberapa emiten yang terlambat dalam penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan
laporan keuangan auditan yang berakhir per 31 Desember 2014 menyebutkan 52
perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan tepat waktu. Keterangan
mengenai perusahaan tersebut 13 perusahaan tercatat menyampaikan informasi
mengenai keterlambatan penyampaian laporan keuangan sedangkan 39 perusahaan
tidak menyampaikan informasi mengenai keterlambatannya. Sebelumnya di tahun
2013, terdapat tiga emiten yang terkena denda atas keterlambatan penyampaian
laporan keuangan. Sanksi denda dan peringatan tertulis diberikan karena perusahaan
tidak menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit untuk laporan keuangan
interim serta laporan keuangan per 31 Desember 2011 (Prasongkoputra, 2013).
Kendala yang biasanya dihadapi manajemen dalam menghasilkan laporan
keuangan yakni harus menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit terlebih
dahulu oleh akuntan publik sebelum disampaikan ke publik secara tepat waktu.
Pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik bertujuan untuk menilai
kewajaran penyajian laporan keuangan yang memerlukan waktu yang cukup panjang.
Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah karyawan yang akan melakukan audit,
banyaknya transaksi yang harus diaudit, kerumitan dari transaksi, dan pengendalian
intern yang kurang baik (Petronila, 2007).
Waktu penyelesaian pekerjaan audit yang lama, merupakan indikasi dari
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan atau yang biasa disebut audit report lag. Knechel dan Payne (2001)
4
adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai dengan
tanggal laporan audit.
Informasi laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi
permintaan akan audit laporan keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat
dengan audit report lag. Implementasi teori keagenan berupa kontrak kerja yang
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan
utilitas. Agen diharapkan bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan
prinsipal. Perusahaan dalam hal ini digambarkan sebagai prinsipal, sedangkan yang
berperan sebagai agen adalah auditor independen. Perusahaan menggunakan jasa
auditor independen untuk mengaudit laporan keuangan mereka. Perusahaan berharap
agar auditor menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam
laporan keuangan menjadi berkualitas.
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya sebuah persusahaan.
Indikator ukuran perusahaan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total
nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja, anak perusahaan, dan sebagainya.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan
sesuai besar kecilnya perusahaan tersebut, umumnya diproksikan dengan total aset.
Perusahaan besar umumnya lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga
mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga
berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat dan tepat waktu.
Perusahaan besar cenderung mendapat tekanan untuk segera melaporkan laporan
perusahaan berskala kecil. Hal ini membuat manajemen perusahaan berkerja secara
lebih professional sehingga proses penyusunan laporan dan auditnya lebih cepat.
Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam
menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi
perusahaan. Menurut Febrianty (2011), perusahaan yang memiliki aset yang besar
memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staff akuntansi dan sistem
informasi yang lebih canggih, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk
melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat. Munsif et al. (2012)
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki audit report lag yang lebih pendek di
banding dengan perusahaan besar. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung
memiliki permintaan publik akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan yang lebih kecil.
Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil. Menurut Simnett et al. (dalam Ilaboya et al. 2014)
perusahaan besar akan memiliki keterlambatan penerbitan lebih pendek, hal ini
dikarenakan perusahaan memiliki sistem akuntansi dan kontrol yang lebih baik.
Ilaboya et al. (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin dapat
mengerahkan tekanan yang lebih besar pada auditor untuk memulai dan
menyelesaikan audit report lag. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
6
memiliki jumlah sampel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan perusahaan
menengah dan kecil yang nantinya akan berdampak pada lamanya audit report lag
pada perusahaan besar. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004) sistem pengendalian
yang intern menjadi faktor pendukung perusahaan besar sehingga dapat memudahkan
di dalam melakukan proses audit. Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan
perusahaan besar memiliki sumber daya untuk membayar biaya audit lebih tinggi dan
dapat membayar secepatnya setelah tahun berakhir. Hal ini dapat menjadi motivasi
bagi auditor sehingga berakibat pada penyelesaian audit yang lebih tepat waktu.
Penelitian ini menggunakan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi,
variabel profitabilitas diambil karena apabila profitabilitas pada perusahaan besar
tinggi maka, audit report lag perusahaan akan berkurang. Hal mengindikasikan
kinerja manajemen perusahaan yang baik karena hal tersebut mempengaruhi cepat
atau lambatnya manajemen melaporka kinerjanya. Sebaliknya, proses pengauditan
laporan keuangan akan semakin lama apabila perusahaan mengalami kerugian.
Menurut Ariyani dan Budiartha (2014) perusahaan yang mengalami kerugian akan
berdampak buruk yang menyebabkan turunnya penilaian kinerja suatu perusahaan,
sedangkan perusahaan yang memperoleh laba yang tinggi akan berdampak positif
terhadap penilaian kinerja suatu perusahaan. Apabila kinerja suatu kinerja perusahaan
baik maka akan memiliki sistem pengendalian intern yang baik pula. Sistem
pengendalian intern perusahaan besar yang baik akan menghabiskan lebih sedikit
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba, dengan demikian dapat dikatakan bahwa laba merupakan berita baik bagi
perusahaan. Menurut Petronila (2007) profitabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas suatu
perusahaan merupakan gambaran yang mengukur seberapa mampu perusahaan
menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin
kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Nilai profitabilitas yang tinggi
mengindikasikan kinerja manajemen yang baik karena hal tersebut mempengaruhi
cepat atau lambatnya manajemen melaporkan kinerjanya.
Proses pengauditan laporan keuangan akan semakin lama apabila perusahaan
mengalami kerugian. Kartika (2011) menyatakan tingkat keuntungan digunakan
sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaaan. Lee dan
Jahng (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang mendapatkan laba akan
mengambil sedikit waktu untuk mengaudit. Perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan
keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik
secepatnya kepada publik. Perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan
cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena
laporan keuangannya mengandung bad news. Perusahaan yang mengalami kerugian
atau tingkat profitabilitasnya rendah akan membawa dampak buruk yang
8
Teori sinyal bermanfaat dalam menjelaskan ketepatan waktu (sifat relevan)
penyajian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada pihak publik sehingga
dapat memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai informasi yang bermanfaat atau
memiliki good news. Semakin lama audit report lag menyebabkan kurang
bergunanya informasi dalam pengambilan keputusan karena informasi kehilangan
sifat relevannya. Sinyal yang diberikan perusahaan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Publikasi
laporan keuangan dilakukan oleh manajer untuk memberikan informasi kepada pasar.
Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal bad news
atau good news.
Beberapa peneliti menguji tentang audit report lag yang dihubungkan dengan
variabel faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Tedja (2010) menguji ukuran perusahaan pada audit report lag. Hasil
penelitiannya membuktikan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report
lag. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, dkk. (2010) menguji faktor-faktor yang
berpengaruh pada audit report lag. Hasil penelitiannya membuktikan profitabilitas
berpengaruh terhadap audit report lag, sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit report lag. Juanita (2012) meneliti variabel ukuran
perusahaan dan variabel profitabilitas pada audit report lag. Hasil penelitiannya
membuktikan variabel ukuran perusahaan dan variabel profitabilitas tidak
Berdasarkan beberapa penelitian yang terdahulu yang di uraikan di atas
menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Terdapat perbedaan hasil penelitian antara
beberapa peneliti dengan variabel yang sama, hal ini menyebabkan ketertarikan
penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai ukuran perusahaan serta pengaruhnya
pada audit report lag. Bedanya, dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel
pemoderasi yaitu profitabilitas yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh
ukuran perusahaan pada audit report lag. Penelitian ini menggunakan objek
penelitian perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur jumlahnya banyak
di Indonesia dan memiliki kompleksitas dalam informasi laporan keuangan.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian:
1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada audit report lag?
2) Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada
audit report lag?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas
adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
10
2) Untuk mengetahui kemampuan profitabilitas memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan pada audit report lag.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini akan memberikan wacana (input) bagi
perkembangan studi akuntansi mengenai konsep dasar yang berkaitan dengan
Audit Report Lag (ARL), serta dapat membantu memberikan referensi dalam
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Report Lag (ARL).
2) Kegunaan Praktis
Bagi praktisi manajemen perusahaan, analisis keuangan, investor dan kreditor
bahwa hasil penelitian ini akan memberikan gambaran serta temuan-temuan
tentang ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap audit report lag.
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang
satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab skripsi ini, dapat
dilihat dalam sistematika penyajian berikut:
Bab ini memuat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Bab ini mengkaji mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan
dengan pembahasan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar acuan
penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan
skripsi ini, hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, objek
penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data,
serta teknik analisis data yang digunakan.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum organisasi, deskripsi sampel
penelitian, hasil deskripsi statistik, dan hasil uji hipotesis.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil
pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen dengan
prinsipal. Dalam teori keagenan, agen memiliki peran sebagai pengambil keputusan
menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi principal, dan principal
menutup kontrak untuk memberikan imbalan kepada agen. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) dalam teori keagenan mendefinisikan hubungan agensi muncul
ketika satu orang atau lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk
memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agen tersebut.
Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen disebut agency problems. Masalah dalam teori keagenan tersebut
secara eksplisit maupun implicit tercermin pada laporan keuangan. Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan permasalahan yang terjadi dalam agency problems,
yaitu:
1) Moral Hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal
yang disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2) Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui
informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam
tugas.
Informasi laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi
permintaan akan audit laporan keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat
dengan audit report lag. Implementasi teori keagenan berupa kontrak kerja yang
mengatur posisi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan
utilitas. Agen diharapkan bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan
prinsipal. Prinsipal akan memberikan insentif yang layak pada agen sehingga tercapai
kontrak kerja optimal. Menurut Arifin (dalam Lestari, 2010) inti dari teori keagenan
adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal
dan agen dalam hal ini terjadi konflik kepentingan.
Penelitian ini menjelaskan, perusahaan bertindak sebagai prinsipal, sementara
auditor independen merupakan agen. Konflik kepentingan dapat terjadi karena
berbagai sebab, seperti asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan
ketidakseimbangan informasi yang diterima antara agen dan prinsipal. Efek dari
asimetri informasi ini dapat berupa moral hazard, permasalahan yang timbul adalah
jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang ada dalam kontrak kerja. Konflik
kepentingan dapat terjadi pula karena adverse selection, yaitu keadaan dimana
prinsipal tidak dapat mengetahui apakah keputusan yang diambil agen benar-benar
14 2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini merupakan
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisaikan
keinginan pemilik. Menurut Hartono (dalam Wijaya 2012:112) teori sinyal
menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan
memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
Kualitas informasi yang baik akan mengurangi asimetri informasi yang timbul
antara manajemen yang lebih mengetahui informasi internal dibandingkan dengan
pihak eksternal perusahaan. Salah satu informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
adalah laporan keuangan tahunan yang memuat semua informasi keuangan dan non
keuangan sehingga dapat mencerminkan kinerja perusahaan. Sesuai dengan
karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan, maka laporan
keuangan harus disajikan secara andal, dapat diperbandingkan, mudah dipahami, dan
relevan yang memuat informasi informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil
keputusan.
Teori sinyal bermanfaat dalam menjelaskan ketepatan waktu (sifat relevan)
penyajian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada pihak publik
sehingga dapat memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai informasi yang
bermanfaat atau memiliki good news. Semakin lama audit report lag menyebabkan
kehilangan sifat relevannya. Menurut Givoly dan Palmon (1982) lamanya audit
report lag memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki bad news sehingga tidak
dapat mempublikasikan laporan keuangannya secara tepat waktu.
2.1.3 Audit
Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen Elder et al. (2013:4). Auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya berpedoman pada standar audit yang berlaku di Indonesia. Ikatan
Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah
menetapkan masing – masing standar audit sebagai berikut :
1) Standar umum, yaitu:
(1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
(2) Semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dan sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
(3) Pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat.
16
(1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan asisten
dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya.
(2) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian saat
dilakukan.
(3) Bukti audit dikatakan kompeten jika diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar pelaporan, yaitu :
(1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
(2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan, dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
(3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
(4) Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan
Kewajiban memenuhi standar profesi dan tanggung jawab atas opini audit
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan
keuangan ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan. Semua itu memberikan dampak
terhadap lamanya penyelesaian audit jika auditor tidak memiliki kemampuan dan
kecermatan. Auditor yang dapat memenuhi tanggung jawabnya akan membuat
publikasi laporan keuangan kepada masyarakat umum akan dapat terlaksana secara
tepat waktu. Penyelesaian audit jika cepat dilakukan maka informasi yang akan
diberikan bagi stakeholder akan lebih cepat penyampaiannya.
2.1.4 Audit Report Lag
Proses penyediaan informasi akuntansi kepada publik akan memberikan nilai
lebih apabila informasi tersebut disajikan tepat waktu. Informasi yang tepat waktu
adalah informasi yang memiliki audit report lag kecil. Menurut Petronila (2007)
audit report lag adalah jangka waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun buku
perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit. Iskandar dan Trisnawati
(2010) menyatakan, lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor
dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit
dalam laporan keuangan disebut Audit Report Lag. Dalam penelitian Henderson dan
Kaplan (2000) menyatakan bahwa kesenjangan antara akhir tahun buku dan tanggal
18
Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi
dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dianggap tidak relevan
saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan
yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu (Kieso,dkk., 2010:57). Audit report lag
sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan
yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti perusahaan akan
semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada publik yang
menunjukan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit.
Menurut Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak
tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera
pada laporan auditor independen. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan
merupakan hal penting karena merupakan salah satu indikator utama untuk dapat
memberikan informasi yang relevan. Dyer dan McHugh (1975), menjelaskan tiga
kriteria keterlambatan pelaporan keuangan antara lain:
1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit
report lag. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari besar atau kecilnya perusahaan
melalui total aset. Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar
kecilnya perusahaan. Iskandar dan Trisnawati (2010) menyatakan perusahaan besar
akan melaporkan laporan keuangan lebih cepat karena didukung dengan proses audit
yang cepat, karena perusahaan yang lebih besar juga memiliki sumber daya untuk
membayar audit fee yang lebih tinggi sehingga pekerjaan audit dapat segera
dilakukan setelah tahun buku berakhir. Menurut Kusuma, dkk. (2010) perusahaan
berskala besar cenderung melaporkan laporan keuangan lebih cepat dibanding
perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih diawasi oleh pemerintah, investor,
Bapepam, maka dari itu perusahaan besar lebih cepat melaporkan karena adanya
tekanan dari eksternal.
Sesuai keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan
bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan
besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) lebih dari
seratus miliar rupiah. Menurut Machfoedz (dalam Yulia, 2013) ukuran perusahaan
terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
20
Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
ukuran yang besar pula. Perusahaan yang dikategorikan besar biasanya
merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan memiliki aset
sekurang-kurangnya 200 miliar.
2) Perusahaan menengah
Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memiliki aset diantara 2
miliar dan biasanya telah terdaftar di pasar modal.
3) Perusahaan kecil
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2 miliar
dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan
yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah diaudit
(Widosari, 2012). Menurut Modugu et al. (2012) total aset mencerminkan seberapa
besar aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari
perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan dengan total aset
lebih stabil dibandingkan dengan nilai pasar dan total penjualan.
2.1.6 Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aset atau ekuitas unuk menghasilkan laba bagi
(Wiagustini, 2010:76). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Jenis rasio profitabilitas antara lain profit
margin, return in total assets, dan return on equity (Wiagustini, 2010:81). Return On
Assets (ROA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian perusahaan di dalam operasional bisnisnya dengan memanfaatkan
sumber daya asetnya. Alasan perusahaan penelitian ini menggunakan ROA karena
penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur, dan perusahaan manufaktur
cenderung lebih menggunakan aset dalam melakukan operasional perusahaan.
Profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mencapai
keuntungan. Husnan (2010) menyatakan profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham tertentu. Menurut Petronila (2007) profitabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba secara efektif dan efisien.
Nilai profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja manajemen yang baik karena
hal tersebut mempengaruhi cepat atau lambatnya manajemen melaporkan kinerjanya.
Proses pengauditan laporan keuangan akan semakin lama apabila perusahaan
mengalami kerugian. Perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan cenderung
tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena laporan
keuangannya mengandung bad news. Perusahaan yang mengalami kerugian atau
tingkat profitabilitasnya rendah akan membawa dampak buruk yang menyebabkan
22
analisis yang mendalam untuk memastikan kemungkinan terjadinya masalah
keuangan maupun management fraud.
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, maka diperoleh
hipotesis penelitian sebagai berikut:
2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula informasi
yang terkandung di dalamnya. Manajemen harus mengolah informasi tersebut untuk
dilaporkan kepada stakeholders sehingga perusahaan membutuhkan waktu lebih lama
untuk menyerahkan laporan keuangannya ke auditor. Selain itu, semakin besar
perusahaan, auditor cenderung mengambil sampel semakin banyak serta
melakukan prosedur audit yang lebih luas. Akibatnya, audit report lag cenderung
lebih lama apabila ukuran perusahaan semakin besar (Almilia dan Setiady, 2006).
Hanipah (2001) menemukan bahwa waktu penyelesaian audit cenderung panjang
apabila ukuran perusahaan besar.
Semakin besar perusahaan maka perusahaan akan memiliki pengendalian
internal yang semakin baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan. Perusahaan dengan sistem pengendalian internal yang
laporan keuangan, sehingga bukti audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya
daripada jika pengendalian internalnya lemah (Tedja, 2011). Menurut Modugu et al
(2012) perusahaan besar dikatakan mampu menyelesaikan auditnya lebih cepat dari
perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki pengendalian internal yang lebih
baik. Pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi salah saji dalam laporan
keuangan (Elder, 2013:273). Hal ini akan menyebabkan auditor tidak perlu mencari
bukti audit yang lebih banyak maupun membuat penyesuaian untuk memperbaiki
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan (Prabandari dan Rustiana, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), membuktikan
bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report lag. Pada
umumnya perusahaan besar dimonitor oleh investor, pengawas permodalan, dan
pemerintah sehingga terdapat kecenderungan mengurang audit report lag. Perusahaan
besar juga telah memiliki sistem pengendalian intern yang memadai sehingga
memudahkan proses audit.
Dyer dan McHugh (1975), menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar
memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report lag maupun
penundaan pelaporan karena diawasi secara ketat oleh investor, serikat buruh, dan
regulator, akibatnya audit report lag pada perusahaan besar akan cenderung lebih
pendek. Sedangkan Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan perusahaan yang
besar memiliki sumber daya yang lebih besar untuk membayar biaya audit dan
24
pekerjaannya. Sehingga dapat dikatakan ukuran perusahaan memiliki hubungan
negatif terhadap keterlambatan penyelesaian laporan auditor. Petronila (2007) juga
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit
report lag. Penelitian yang telah dilakukan oleh Christian (2013) dan Owusu-Ansah
(2000) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap audit report lag. Hal yang serupa juga ditemukan pada penelitian
Wirakusuma (2004), dan pemelitian Aryati dan Theresia (2005). Namun sebaliknya
Supriyati dan Rolinda (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag.
2.2.2 Profitabilitas Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Teori keagenan menjelaskan perusahaan yang mendapatkan keuntungan
berharap auditor akan menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu, sehingga
informasi dalam laporan keuangan menjadi berkualitas. Namun, apabila perusahaan
mendapatkan kerugian maka perusahaan meminta auditor untuk menunda pelaporan
laporan keuangan. Agen (auditor) diharapkan bertindak menggunakan cara-cara yang
sesuai kepentingan prinsipal (perusahaan).
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana sebuah perusahaan
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisaikan
keinginan pemilik. Menurut Hartono (dalam Wijaya 2012:112) teori sinyal
menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan
memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.
Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka
audit report lag dan akan lebih pendek dibandingkan perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang lebih rendah. Menurut Colbert et al. (dalam Alim dan Shakawat,
2010) risiko usaha dapat menyebabkan auditor terkena kerugian sebagai akibat dari
litigasi, publisitas buruk, atau peristiwa lain yang timbul sehubungan dengan laporan
keuangan. Wirakusuma (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan
kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama
dibandingkan biasanya. Sebaliknya, jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi,
maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya
sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kepada para investor dan
pihak-pihak lainnya. Sitanggang dan Ariyanto (2015) menyatakan perusahaan yang
mempunyai profitabilitas tinggi akan mengurangi audit report lag. Menurut Ahmad
& Kamarudin (2003), perusahaan yang memperoleh laba membutuhkan auditor yang
akan segera melakukan pengauditan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Hal ini
disebabkan karena perusahaan ingin menginformasikan kepada publik secepatnya
26
Penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil ini konsisten dengan penelitian Na’im
(1998), Halim (2000), dan Supriyati dan Rolinda (2007). Sedangkan penelitian
Aryati dan Theresia (2005), Sumiadji (2006), dan Petronila (2007) menemukan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Ukuran perusahaan menunjukkan total aset yang dimiliki perusahaan. Sebuah
perusahaan yang ukuran atau skalanya besar dan sahamnya tersebar luas, pada
umumnya memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba lebih tinggi karena usaha
atau bisnisnnya didukung oleh aset yang besar. Perusahaan besar memiliki sumber
informasi dan staf yang lebih banyak, sistem pengendalian yang kuat dan dimonitor
oleh investor, jika menghasilkan laba maka perusahaan tersebut akan ingin segera
mempublikasikan ke publik atas laba yang diperoleh perusahaan, dengan demikian
hipotesis yang didapat adalah: