• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENDER DAN PENDIDIKAN DALAM KACA MATA IS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GENDER DAN PENDIDIKAN DALAM KACA MATA IS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

GENDER DAN PENDIDIKAN DALAM KACA MATA ISLAMIC STUDIES

Ulfah Damayanti

Sekolah Tinggi Agama Islam Jurai Siwo Metro E-mail : ulfahdamayanti11@gmail.com

Abstrak

Kata gender sudah tidak familiar dari telinga-telinga masyarakat, gender sudah ada pada jama dulu pada jaman dulu lebih menonjolkan gender dari pada masa kini atau sekarang. Gender diartikan sebagai sex dan ada juga yang mengartikan sifat laki-laki dan perempuan. Perlakuan gender bisa kepada siapa saja mulai dari anak-anak sampai dewasa dilingkungan sekolah sampai lingkungan masyarakat. Terdapat banyak jenis gender yakni gender dan pendidikan, gender dan kesehatan, gender dan pembangunan, gender dan pendidikan, gender dan perempuan , gender dan islam dan masih banyak lagi. Dijaman yang modern masyrakat sangat membutuhkan pendidikan. Pendidikan sangat penting karena dengan pendidikan bisa mencerdaskan masyarakat dan bisa menaikkan derajat masyarakat, tetapi didalam dunia pendidikan masih banyak yang tidak bisa merasakan dunia pendidikan dikarenakan berbagai faktor, salah satunya yang menyakini bahwa sanya yang boleh merasakan pendidikan hanyalah laki-laki saja perempuan tidak boleh untuk merasakan pendidikan formal. Karena perempuan tidak dituntut untuk mencari nafkah dan sedangkan laki-laki harus karena laki-laki sebagai tulang punggung keluarga atau mencari nafkah.

Kata kunci : gender dan pendidikan

Abstrak

(2)

only men only women are not allowed to feel formal education. Because women are not required to earn a living and while men must be because men as the backbone of the family or earn a living.

Keywords: gender and education A. Pendahuluan

Suatu bentuk kesepakataan global tentang menghargai laki-laki dan perempuan dalam bentuk hak asasi manusia mencakup beragai aspek kahidupan bermasyrakat di Indonesia sendiri. Sekarang ini gender dianggap sangat penting, dikarenakan banyak munculnya permasalah yang meluap di masyrakat sekitar. Pendidikan adalah suatu bentuk proses perubahan mendasar yang berlaku penting dalam gerakan suatu pembangunan, namun apada buktinya, pendidikan di Negara tercinta kita sekarang ini masih memberikan adar atau derajat yang buruk dan tidak sama atau merata. Pendidikan yang tidak membeda-bedakan dan tidak memihak antar laki-laki maupun perempuan. Permasalahan gender ini terdapat di semua daerah desa yang terpencil yang belum tersedia listrik maupun daerah ibu kota sekalipun yang sudah memiliki fasilitas umum yang baik. Masyrakat beranggapan ger itu sex atau jenis kelamin. Gender dapat berubah-ubah dengan seiringnya waktu berjalan dan berpengaruh besar dalam gender itu sendiri.Pendidikan sangat penting untuk masyrakat dengan jaman yang semakin maju ini. Pendidikan juga sangat penting dalam kehidupan sosila dengan bukti tingkah laku atau etitut, cara berfikir yang dilakukan masyrakat.

B. Pengertian Gender dan Pendidikan

(3)

Adapun yang mengartikanGender merupakan penyelidikan yang digunakan dalam menempatkan posisi sama rata antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat sosial yang lebih sederajat.eg. Jadi, gender bisa kita kelompokkan sebagai perangkat operasional dalam melakukan pengukuranterhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu sendiri

Semua ini adalah titik tolak pembahasan analisis gender, sex dan gender, seperti sisi mata uang, kita berbicara biologis dan secara tidak langsung kita juga berbicara antara fungsi, peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan(mursidab, n.d.)

Ada pula yang mengartikan gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai perempuan dan laki-laki dan memproses pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan, apabila gender lebih diartikan secara sosial budaya maka sex lebih diartikan secara biologis semata. Sex atau jenis kelamin dapat diartikan sebagai kondisi biologis seseorang, apakah dia secara anatomi perempuan atau laki-laki. Perbedaan jenis kelamin atau sex dan gender yakni sebagai berikut jenis kelmin dan gender.(Daryati, n.d.) 1. jenis kelamin (sex)sebagai berikut : (a)Perbedaan biologis laki-laki dan perempuan yakni ciri reproduksi (b)Secara umum perempuan hamil atau mengandung sementara laki-laki tidak (c) Dari dulu sampai sekarang hanya perempuan saja yang bisa mengalami menstruasi dan bisa hamil, sedangkan laki-laki tidak bisa. 2. Gender sebagai berikt : (a) Perbedaan sosial budaya yakni hak, kewajiban, peran kesempatan dalam bersosialisasi atau masyrakat. (b) Gender tidak umum karena kembali lagi kepada budaya dan perkembangan yang ada di wilayah(local) jadi daerah berbeda-beda. (c) Berbanding terbalik dengan sex gender berubah-ubah Setiap pristiwa dapat merubah hubungan antar laki-laki dan perempuan.

Kata kunci untuk memahami gender ada pada kata pembagian (Zaduqisti, n.d.),untuk mempermudah mamahami atau mengartikan gender dengan kata pembagian, dari kata pebagian dapat dibagi mennjadi 2 yaitu: (1) bersifat hukum alam atau kekuasaan allah dan (2) bersifat tidak tepat atau berubag-ubah sehingga data dipertukarkan.

Pendidikan nasional Indonesia sebagai wahana dan wadah pengembangan kualitas sumber daya manusia(ISMANTO, n.d.)Maka dari itu masyrakat Indonesia harus berfikir gender itu artinya tidak diperbolehkan membeda-bedakan jenis kelamin tertentu dari gender, perbuatan atau prilaku yang adil, memiliki perasaan toleransi dan keseimbangan gender, tiga hal ini harus melekat melekat dalam masyrakat Indnesia.

(4)

dilakukan manusia dalam suatu hubungan bermasyrakat dengan mengarahkan untuk dijadikan manusia disebut pendidikan. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilandasi oleh sebuah aturan yang disebut kurikulum, mata pelajaran, pendidikan formal mengajarkan cara untuk belajar memberikan dorongan dan bakatdapat menyesuaikan dengan masyrakat. Pendidikan juga usaha yang dilakukan dengan sadar yang diterapkan di dalam kehidupan dan masyrakat, bisa dengan orang yang ada disekitar kita, bisa dengan organisasi atau kelompok-kelompok, lembaga, ada juga acara yang formal dan tidak formal dengna tujuan untuk mengubah hal-hal yang buruk menajadi hal-hal yang baik memperbaiki ahlaq kita contohnya, dan dapat menjalani tantang di masa mendatang dalam aspek apa saja contohnya pengetahuan, kepercayaan, bakat dan lain-lain.

Memberdayakan manusia pengiringan yang sangat penting terutama bagi manusia yang memiliki batasan-batasan. Kunci agar keadilan gender dapat terwujud adalah pendidikan, karena dalam pendidikan terdapat aturan-aturan masyrakat, kepandaian dan kekuatan masyrakat dan juga alat untuk memepelajari dan memberikan rancangan-rancangan dan poin baru. Jadi lembaga pendidikan sebagai sarana untuk bersosialisai. (MUAFIAH, 2010)

(5)

seorang sejarawan wanita atau perempuan yang menjadikan seorang pemimpin sakaligus dalam emepat kali berturur-turut.

C. Pengertian Pendidikan dalam Islam dan Gender Menurut Pandangan Islam

Dalam Al-qur’an sudah ditegskan bahwa setiap muslim wajib mecari ilmu dari bayi yang bamasih dalam kandungan sampai liang lahat, dapat dikatakan mencari ilmu adalah hukumnya wajib, dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas” HR.Ibnu Majah dan Allah berfirman QS. Al-alaq ayat 1-5 Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”dengan ayat ini dijleaskan dengan lewat pendidikan manusia akan ditinggikan oleh Allah SWT dalam kehidupannya.

(6)

al-kitab yang didalamnya berisi fakta lengkap dan luas. Dan al-quran bersifat umum bisa diperuntukkan siapa saja dan merupakan aturan yang sudah pasti.

Perempuan dalam al-Quran dan al-Hadits memiliki kesempatan yang sama dalam mencari ilmu dan berpendidikan. Didalam Al-qur’an dan Al-hadis sendiri sudah menyatakan seperti itu maka kita harus mewujutkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah perbuatan atau pendirian dan dengan adanya proses memeratakan yang tidak bias gender. Tidak dipungkiri kesempatan perempuan untuk bersekolah lebih tinggi dari laki-laki, contohnya sudah banayak sekarang seorang suami dan istri, suaminya hanya bersekolah sampai SMA sederajat sedangkan istriny abersekolah sampai S1 dan seorang suami tamatan SD dan seorang istri tamatan SMA. Didalam islam tidak ada pesan diskriminasi baik terhadap laki-laki maupun perempuan yang tertuang dalam surat QS.At-Tawbah/9: 71(Shobahiya, 2009)

Artinya : “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Menurut Athiyah Al-Abrasyi bahwa islam memberitaukan adanya kebebasan, persamaan, kesempatan kepada orang kaya atau orang kurang mampu di dalam permukaan yang rata, mengharuskan setiap umat islam laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu dan mempermudah jalan untuk belajar. Dalam al-quran menjelaskan Kesetaraan gender diajarkan dalam Islam dalam surat QS. An-Nisâ’/4: 124(Shobahiya, 2009)(Shobahiya, 2009)

Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”Dan surat Al-Nahl/16: 97(Shobahiya, 2009)

Artinya:“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

D. Permasalahan Gender

(7)

perempuan dan salah satu dari mereka merasa tidak diuntungkan oleh perbedaan yang sedang dialami mereka.

Dalam deklarasai Hak-hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa :” Setiaporang berhak mendapatkan pengajaran … pengajaran harus dengan cuma-cuma, setidaknya untuk sekolah rendah dan tingkat dasar. Pengajaran harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima serta rasa persahabatan antar semua bangsa, golongan-golongan kebangsaan, serta harus memajukkan kegiatan PBB dalam memelihara perdamaian dunia … “.(Mata & Sosiologi, 1987). Bersangkut pautnya dengan perihal diatas, sesungguhnya pendidikan adalah faktor pendukung untuk mencerdaskan bangsa, selain itu pendidikan juga sebagai terbentuknya relasi gender dalam masyrakat.

Dalam perumusan kurikulum terdapat bias gender dan kualitas pendidikan yang rendah. Pelaksanaan kurikulum pendidikan terdapat pada buku-buku yang dipakai disekolah, realita yang ada untuk sekolah umum atau agama masih banyak mempergunakan laki dari pada perempuan, laki-laki pada lingkungan yang berbau public sedangkan perempuan pada lingkungan domestic saja. Dengan kata lain, kurikulum yang saat ini belum bernuansa netral baik dalam lukisan/gambar, cerita, penjelasan kalimat yang dipakai untuk menjelaskan materi.

Terjadinya ketimpangan menurut gender yang tercermin dalam proporsi jumlah peserta didik yang tidak seimbang. Menurut jurusan-jurusan dan program-program pembelajaran yang ada pada pendidikan menengah atau tinggi diakibatkan oleh tidak samanya kecerdasan,kemampuan laki-laki dan perempuan, yang disebabkan karena peserta didik tersebut kurang informasi untuk bisa memilih jurusan atau program pembelajaran dan besarnya peran keluarga juga yang ada bias gender. Dalam memilih jurusan untuk masuk sekolah menengah sudah akan dipikirkan kearah pekerjaan, untuk contoh sekolah menengah atas mengambil jurusan IPA maka pekerjaannya bisa menjadi dokter. Dalam memlih pekeraan terdapat juga kesenjangan gender. Untuk siswa perempuan biasanya mengambil jurusan yang cenderung ke managemend, tari atau seni bisa juga kerjinan gerabah, keguruan, dan sedangkan laki-laki itu biasanya mengambil militer, teknik dan lain-lain, contoh laki-laki besekolah untuk menjadi tentara angkatan laut, darat maupun udara, jika teknik mengambil teknik sipil, teknik mesin dan lain-lain.

(8)

mengijinkan dan terpaksa akhirnya tidak bersekolah hanya dirumha membantu pekerjaan rumah. Untuk aspek partisipasi dalamfaktor bidang studi dan statistik pendidikan masyrakat kita sangat beranggapan bahwa perempuan hanya perlu melakukan pekerjaan domestis dan tidak mendapat pendidikan formal, sedangkan laki-laki sangat perlu pendidikan formal dikarenakan laki-laki akan menjadi kepala keluarga yang mencari nafkah. Untuk aspek proses pembelajaran sudah dijelaskan sebelumnya untuk proses pembelajaran terdapat pada buku-buku ajaran sekolah yang lebih menonjolkan laki-laki dari ada perempuan. Ada pula yang memaknai ketidakadilan gender terjadi pada kaum perempuan di bidang pendidikan akibat budaya patriarki Bali (Made, Widayani, & Hartati, 2014)

Seorang pengajar mempunyai peran yang sangat kuat dalam fungsi pendidikan dan pengalaman belajar mempunyai peran yang sangat kuat dalam sosialisasi gender. Buku-buku yang beredar di sekolah-sekolah masih memperlihatkan adanya bias gender( melebih utamakan laki-laki) dan peran guru yang menjadi sumber informasi yang bebas dari bias gender. Menurut sntrock sering terjadinya gender di dalam lingkungan sekolah dan didalam ruangan belajar sebagai berikut: (1) Tidak melanggar tata tertib sekolah, berpakaian yang rapih lebih sangat di segani dan sangat disenangi. Hal ini sering kali disosialisasikan oleh perempuan ketimbang laki-laki. (2) Mendominan guru adalah seorang wanita atau perempuan, dan untuk sekolah SD guru wanita banyak mendominasi dari pada guru laki-laki, hal ini dapat mensusahkan anak laki-laki untuk mengikuti prilaku guru yang berlawanan jenis dengannya dan sebaliknya dengan anak perempuan. (3) Staff sekolah sering kali tidak memeperdulikan anak laki-laki yang memiliki masalah terutama masalah bahasa dan masalah belajar anak laki-laki itu sendiri. (4) Untuk didalam ruangan belajar nak laki-laki sulit untuk diatur, sedangkan anak perempuan tidak kata lainnya nakal atau bandel.

(9)

disini disegani tetapi ingat dia disini disegani dikarenakan oleh “suaminya”, dikareanakn suaminya pendiri yayasan tersebut.

Dan kurikulum juga berpengaruh dalam peran gender, kurikulum yang belum seimbang dengan peran gender maka perempuan tidak memiliki keadaan yang jelas. Selain kurikulum ada juga kurikuler, kulikuler ini memiliki tujuan yaitu siswa bisa menanamkan kedalam dirinya nilai-nilai yang baik. Kembali lagi terhadap guru, guru harus pintar dalam memilah-milah buku ajaran yang tidak bias gender agar tidak mempengaruhi siswa-siswinya, setidaknya bisa memberikan nilai positif.

Dalam pemahaman pengertian gender yang salah maka akan memunculkan perlakuan yang salah juga.Prilaku guru terhadap anak muritnya(Daryati, n.d.), contoh mata pelajaran jasmani siswa laki-laki berada di luar kelas sedangkan siswa perempuan berada di kelas sedang bersantai-santai saja dan guru memberikan izin tidak mengikuti pelajaran olahraga dikarena siswa perempuan dalam keadaan tidak kuat. Dalam kejadiin ini dapat kita lihat bahwa guru olaharag ini tidak memiliki pemahan yang jelas tentang gender. Ada seorang guru yang memiliki pemahaman yang jelas tentang gender ini sendiri yakni memerikan suatu pertayaan kpada semua siswa baik laki-laki maupun perempuan. Jika masyrakat tidak dapat memahami gender ini dengan tepat akan menimbulkan kekacauan pada makna gender ini sendiri.

Diskriminasi yang terjadi pada masyarakat, terlebih perempuan yang selalu mendapat perlakuan diskriminatif. Harus dimusnahkan dikarenakan tak sesuai dengang rancangan kesamaan dan keadilan dan berlawanan pula dengan hak asasi manusia. Pada dasarnya atau awalnya laki-laki dan perempuan itu seimbang atau derajatnya sama tidak ada bedanya ,tidak ada yang lebih sempurna dimata Tuhan kecuali ketaatannya.

(10)

berdasarkan pandangan tradisional termasuk juga sosialisasi gender. Anak laki-laki memandang bahwa lebih cakap untuk menjadi pemimpin dari pada anak perempuan dengan sosialisasi gender dan artinya muncul penolakan gender yang menyakini perempuan lebih rendah dar laki-laki. Hal ini berhubungan dengan jenis kelamin pribadidengan anggapan itu, tidak adanya perbedaan pendapat gender antar remaja laki-laki dari perempuan. Tidak dengan demikian untuk hasil tanggapan ini menyatakan remaja laki-laki untuk kadar ketidak sukaan gender lebih tinggi dari ramaja perempuan. Dan perempuan untuk kadar penerimaan lebih tinggi ketimbang laki-laki.

Suatu pekerjaan rumah tangga sesungguhnya untuk laki-laki dan perempuan tetapi keyatannya dilakukan oleh perempuan saja. Dalam fisik sesorang wanita diperbolehkan meminta uang jika memberikan anaknya asi, terkecuali hari pertama karena sebuha kewajiban seorang ibu memberikan asi dan untuk perkembangan anaknya. Didalam islam memang tidak secara langsung member air asi harus di beru gaji, ini menandakan suatu uasaha ibu agar anaknya bisa hidup jadi harus diberi upah atau gaji. Gender ini juga berlaku dalam perkerjaan yang lebih tertarik terhadap laki-laki dari pada perempuan untuk menjadikan karyawan dan kesempatan menjadi seorang pemimpin. Untu menjadi pemimpin laki-laki lebih besar peluangnya contoh menjadi kepala sekolah, kepala cabang kantor, direktur dan lainnya. Pekerjaan yang diperuntukkan bagi laki-laki umumnya yang dianggap sesuai dengan

kapasitas(Khotimah, 2009). Faktor Penyebab Kesenjanganantara lain yaini:(1) Cara pandang masyarakat yang menganggap perempuan hanya mengurusi tugas rumah tangga (2) Kesadaran masyarakat yang kurang akan Pentingnya pendidikan (3)Keselamatan kaum perempuan jika jauh dari pengawasan orang tua (4)Ekonomi masyarakat yang lemah (5)Kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai di Desa Tugurejo(Incing et al., 2013)

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender antara lain adalah : (1) Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan gender. Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan.(2) Subordinasi adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin yang lainnya. (3) Pandangan stereotype, stereotype adalah cinta tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada.(4) Kekerasan. Bebagai bentuk tidak kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan, muncul dalam berbagai bentuk. (5) Beban ganda, bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kelamin tertentu secara berlebihan (EFIANINGRUM, 2008)

(11)

Stereotype melekat pada masyarakat peran gender tidak lepas dari berbagai cara berfikir yang memandang dibeda-bedakan dan dipengaruhi beberapa faktor sebagian memandang biologis, sosial dan kognitif dapat dibagi menjadi dua teori(Zaquisty, n.d.)

1. Pandangan Biologis

Sepasang suami istri menentukan janin akan menjadi janin perempuan atau janin laki-laki. Ketidak samaan genetic,anggota tubuh dan jeniskelamin dan bakimia disebutkan oleh Santrock. Para pakar genderpun menyatakan wanita dan laki-laki memperlukan perbedaan anggota tubuh dan peran saat proses reproduksi. Yang menjadi masalah disini yakni pengaruh dari faktor biologis dan lingkungan. Dimisalkan hormon sek yang banyak terdapat didalam diri pria, hormon sek ini sangat berpengaruh terhadap cara kerja otak yang anak menaikan, bebrapa tingkah laku yang agresi dan ini bersifat langsung. Hormon sek yang tidak lemah akan menghasilkan otak yang tidak lemah dan menyebabkan orang tua berharap kepada anaknya untuk menjadi atlet dan anak tersebut mengusai olahraga dan ini yang tidak bersifat langsung. Biologis dapat memudahkan untuk membedakan laki-laki dan perempuan secara hukum alam atau ketentuan yang diberikan oleh allah. Fungsi biologis tidak meiliki terlalu besar untuk menentukan tingkah laku dan kesopanan gender tetapi pengalamn bersosialisasi yang memiliki banyak penaruhnya.

2. Pandangan Sosial.

(12)

remajanya. Seorang ayah lebih sering bermain yang menyenangkan atau lebih memiliki tantangan kepada anak laki-laki dari pada anak perempuan. (c). Pandangan kognitif erdapat dua teori dalam pandangan kognitif yang melihat bahwa stereotype peran gender lebih menguasai dikarenakan keadaan yang berkaitan dengan seseorang yang dipandang sebagai susunan dari jaringan sosial yang disusun dan diakhiri menimbulkan tanggapan yang pada ujungnnya berkesinambungan dan terbentuknya. Stereotype peran gender terdapat teori perkembangan kognitif dan teori skema gender adalah dua teorinya.

F. Solusi masalah gender dalam pendidikan

Untuk sebuah masalah pasti meiliki solusi atau pemecah masalahnya, tidak ada masalah yang tidak bisa terpecahkan, dengan halnya masalah kurikulum yang bias gender. Masalah yang sering muncul pada gender dan pendidikan terletak pada kurikulum, yang sudah dibahas, agar tidak terjadi masalah dama urikulum harus aja terobosan-terobosan dalam penyampainnya. Tanpa keterbukaan atau sikap yang mengakomodasi adanya penafsiran-penafsiran baru yang bersifat sosio historis kritis, niscaya pendidikan gender juga tidak mungkin terwujud dalam kondisi seperti itu. Agar tidak terjadi bias gender tidak mengharuskan tersedianya materi, tetapi dalam bias gender bisa kita berfikir kritis yang bisa membuat keadilan gender itu sendiri karena dengan berfikir krritis kita bisa memilah-milah. Dan dari teka-teki atau contoh-contoh siswa bisa meresapi konsep gender lewat contoh yang nyata. Dan dapat meningkatkan pendidik agar bisa memilah bias gender agar tidak terjadi lagi bias gender.

Sosuli untuk masyrakat tradisional menganggap perempuan tidak perlu pendidikan formal adalah dengan cara kita bersosialisasi dengan masyrakatnya kita turun langsung atau terjun langsung memberikan penjelasan bahwa wanita berkesempatan untuk bisa menadatkan pendidikan formal, dikarenakan seorang wanita akan menjadi ibu dari anaknya, ibu harus dituntut pintar karena anak-anak akan meniru semua perbuatan ibuanya dan mengikuti ajaran ibunya. Pendidikan peratama adalah pendidikan dari lingkungan keluarga, jika laki-laki saja yang bisa nendapatkan pendidikan formal, salah juga perempuan perlu karena perempuan akan menjadi ibu yang mendidik anak-anaknya selagi ayahnya mencari nafkah. Dan sekaranga banyak sekolah yang tidak memungut biaya terlalu banyak seperti sekolah negeri bisa dikatakan sekolah dinegeri tidak memperlukan biaya yang banyak.Jika anak yang pintar bisa mendapatkan beasiswa atau bersekolah gratis tanpa membanyar, pemerintah yang membanyarkan kebutuhan sekolahnya. Dan pada jama sekarang sudah mudah untuk mendatkan pendidikan formal tidak sesulit dulu kala.

(13)

Sosialisasi gender adalah suatu proses menuntut ilmu untuk mejadi seorang pribadi yang sesuai dengan peran dan keinginan masyarakatnya. Skema gender adalah susunan kognitif yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menyatukan atau dikumpulkam informasi berdasarkan katagori gender Ada 3 teori yang menjelaskan tentang sosialisasi gender, (1)social learning theoty. (2) social/cognitive development theory. (3) gender schema theory (Kemitrasejajaran & Perempuan, 2013). (1) Social learning theory. Peran lingkungan dalam agambar tingkah laku anak yang didapat dari peninjauan dan penguatan(penghargaan/penghormatan dan hukum). (2) social/cognitive development theory. peran seorang yang giat dalam memberikan info-info yang baru dari daerah untuk diberikan dalam dirinya dengan keadaan gendernya. (3) Gender schema theory. Menggabungkan teori satu Social learning theory dengan teori dua social/cognitive development theory yang menjelaskan bagaimana seseorang untuk belajar dan menuju bagian atau peran bagan gender saat membuat informasi baru.

(14)

merencanakan,menyusun kebijakan, strategi dan program gender bisa lebih efektif dan efisien dan penetapan kebijakan lewat UU pendidikan yang berwawasan gender.

Tiga hal tersebut dapat dilaksanakan melalui lima strategi utama yaitu: (a). penyediaan akses pendidikan yang bermutu terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah (b). penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti pendidikan persekolahan (c). peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan keaksaraan bagi penduduk dewasa terutama perempuan (d) peningkatan koordinasi, informasi dan edukasi dalam rangka mengurusutamakan pendidikan berwawasan gender; dan (e). pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan berwawasan gender.(Mata & Sosiologi, 1987).

G. Simpulan

(15)

laki-laki ada (1) pandangna biologis (2) pandangan Sosial (3) dan pandanga Kognitif. . Pendidikan berbasis gender jangan diterjemahkan sebagai upaya perempuan melawan laki-laki. Bukan demikian. Namun, bagaimana perempuan dapat mendapatkan kesetaraan nonkodrati. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah adanya unsur keadilan. Maslah gender dalam dunia pendidikan meliputi banyak hal seperti kurikulum, untuk kurikulum bisa kita sempurnakan lagi dan memperbaiki materi yang berbias gender, masyrakat tardisonal kita harus menyakinkan bahwa perempuan sangat butuh untuk mendaptkan pendidikan formal karena akan menjadi ibu yang mengajari ankanya kelak, segi akses sudah dipermudah oleh pemerintah sekolah-sekolah sudah ada dimana-mana di daerah tertinggal, segi pengajar akan lebih selektif menyeleksinya agar bisa terhindar dari bias gender dan bisa menilai positif terhadap bias gender.{}

REFERENSI

AMPERA, D. (2012). Kajian kesejahteraan gender dalam pendidikan disekolah dasar mitra PPL PGSD. JURNAL TABULARASA PPS UNIMED, 9(1).

Ashuro, D., & Siregar, I. (n.d.). Sosialisasi Gender oleh Orangtua dan Prasangka Gender pada Remaja. Psokologi, 3(1), 141–147.

Daryati. (n.d.). intergritas perspekktif adil gender dalam pendidikan disekolah menengah keatas. Jurnal Sosialitas, : Vol. 2(No. 1).

EFIANINGRUM, A. (2008). Pendidikan dan pemajuan perempuan menuju keadilan gender. FONDASIA, 1(9).

Incing, V., Hardianto, W. T., Rusmiwari, S., Studi, P., Administrasi, I., & Tunggadewi, U. T. (2013). KESENJANGAN GENDER ( PEREMPUAN ) DALAM MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT PEDESAAN, 2(1), 38–40.

ISMANTO. (n.d.). Menyoal kesetaraan gender dalam evaluasi pembelajaran. Palastren, 5(2). Kemitrasejajaran, D. A. N., & Perempuan, L. D. A. N. (2013). Pengarusutaman Gender di Sekolah

Mengah Atas: Kebijakan Sekolah dalam Menumbuhkan Kesadaran Gender dan Kemitrasejajaran Laki-laki dan Perempuan. Studi Perempuan, 9(1), 65–75.

Khotimah, K. (2009). Diskriminasi Gender terhadap perempuan dalam Sektor Pekerjaan, 4(1). Made, N., Widayani, D., & Hartati, S. (2014). Kesetaraan Dan Keadilan Gender Dalam Pandangan

(16)

MARDLIYAH. (n.d.). Isu gender dalam pendidikan islam. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2). Mata, T., & Sosiologi, K. (1987). BIAS ” GENDER ” DALAM PENDIDIKAN, 1–19.

MUAFIAH, E. (2010). Pendidikan islam berperspektif gender. TADRIS, 5(2).

Mulyono. (2009). KEDUDUKAN ILMU DAN BELAJAR DALAM ISLAM Mulyono. Tadris, 4(2). mursidab. (n.d.). Pendidikan berbasis kesataraan dan keadilan gender, 5(2), 167–175.

Rohman, M. (2013). Konsep Pendidikan Islam menurut Ibn Sina: Relevansinya dengan Pendidikan Modern. Jurnal Episteme, 8(2), 246–266.

Shobahiya, M. (2009). Pembelajaran Berperspektif Gender dalam Islam untuk Abak Usia Dini. Suhuf, 24(1), 39–50.

Wahyudi, D. (2014). PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

PENDIDIKAN AKHLAK DENGAN PROGRAM PREZI (Studi di SMP Muhammadiyah 2 Mlati Sleman Tahun Ajaran 2013-2014), 1–16.

Referensi

Dokumen terkait

parameter yang telah melebihi dari baku mutu: DO terutama di inlet sedangkan untuk peruiran danau Ranau dan Outlet masih dibawah baku mutu. Data penelitian

 Ada perbedaan efektivitas ukuran kelas terhadap prestasi, dilihat dari rerata marginalnya, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar.  Ada perbedaan efektivitas

[r]

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran sua- tu obyek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat merupakan hubungan kausal

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN1. UNIVERSITAS

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi pendidikan sejarah sekolah pasca sarjana. Aldiva

Kami berharap semoga laporan kegiatan ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan evaluasi bagi kami dan juga menjadi acuan dalam penyelenggaraan kegiatan serupa

Dari nilai tersebut dapat diketahui nilai untuk karakteristik model antrian jalur tunggal dengan satu tahap pelayanan yang meliputi, rata-rata yang antri dalam