• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

A. Pengantar

Hal yang menarik dari judul yang saya ambil bahwa Indonesia adalah salah satu

negara dengan luas laut yang sangat luas dan tentunya mempunyai keanekaragaman laut

yang sangat banyak, salah satunya adalah keanekaragaman terumbu karang. Saya

mengambil daerah kabupaten Buton sebagai judul saya karena Buton merupakan

kampung halaman saya dan juga saya ingin membahas dampak kerusakan ekosistem

terumbu karang terhadap hasil penangkapan ikan oleh nelayan tradisional di pulau

Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merupakan salah satu

negara terpenting di dunia dengan memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi. Di

Indonesia terdapat 2,500 spesies moluska, 2,000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut,

30 mamalia laut, dan lebih dari 2,500 spesies ikan laut. Bahkan Luas ekosistem terumbu

karang Indonesia diperkirakan mencapai 2,5 juta ha.1

Wilayah pesisir dan lautan merupakan kawasan yang menyimpan kekayaan

sumberdaya alam yang sangat berguna bagi kepentingan manusia. Secara mikro

sumberdaya kawasan ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup esensial

penduduk sekitarnya sedangkan secara makro, merupakan potensi yang sangat

diperlukan dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan nasional disegala bidang

(Hutomo,1987). Untuk itu keberadaan potensi sumberdaya alam hayati dan non hayati

di wilayah ini, perlu dikelola dan dimanfaatkan secara bijaksana sehingga dapat lestari

dan berkesinambungan. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem

laut yang menjadi tempat kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam

1

Miftahudin, Syawaludin Alisyahbana Harahap, Indah Riyantini Dan Donny Juliandri Prihadi. 2017. Studi Kelayakan Zona Inti Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 8(1):93.

Nama : Muhammad Amrullah

NIM : H031 17 1520

Topik : Nelayan

(2)

2 ekosistem terumbu karang dapat hidup lebih dari 300 jenis karang, 2000 jenis ikan dan

berpuluh puluh jenis molluska,crustacea, sponge, algae, lamun dan biota lainnya.2

Menyikapi kondisi lingkungan diatas Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) melalui program jangka menengahnya manetapkan target 20 juta hektar kawasan

konservasi pada tahun 2020. Pada tahun 2012 Indonesia telah memiliki 15,78 juta ha

kawasan konservasi yang hampir mencapai 16 juta ha, yang artinya telah melebihi

target capaian luas 15,5 juta ha pada tahun 2014 (KKP 2013). Hal ini memberikan

isyarat kepada setiap daerah yang memiliki perairan laut untuk berkontribusi melakukan

regulasi dan perlindungan yang konstruktif terhadap integritas ekosistem laut dengan

menerapkan kawasan konservasi daerah yang selaras dengan amanah UU No 32 tahun

2004 tentang pemerintahan daerah.3

Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang

karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan

membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang. Dalam

peristilahan terumbu karang, karang yang dimaksud adalah koral,

sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai

pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut,

yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur

tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga.

Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan

oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar

dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya.

Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan

komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs)

merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat

memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi

berbagai jenis hewan karang keras.4

2

Harrudin A., Edi Purwanto dan Sri Budiastuti. 2011. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional Di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekosains.3(3):30.

3

Miftahudin, Syawaludin Alisyahbana Harahap, Indah Riyantini Dan Donny Juliandri Prihadi. 2017. Studi Kelayakan Zona Inti Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 8(1):93.

4

(3)

3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di perairan desa

Tongali sebagai lokasi penelitian termasuk dalam kategori rusak jelek hingga rusak

sedang dengan persentase tutupan karang hidup /karang keras (hard coral) sebesar

11,63 % sampai 30,25 %. Lokasi pembanding desa Biwinapada dapat dikategorikan

rusak sedang hingga baik dengan persentase tutupan karang hidup/karang keras (hard

coral) sebesar 31,45 % hingga 50,81 %. Kerusakan ekosistem terumbu karang pada

lokasi penelitian desa Tongali disebabkan oleh aktivitas manusia terutama penangkapan

ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom). Kegiatan lain yang dapat merusak

ekosistem terumbu karang dengan menggunakan jala troll, penambang karang, serta

jangkar perahu tidak terlalu dominan pada lokasi penelitian.5

Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan

kesempatan kerja lain berkorelasi positif terhadap sikap dan persepsi (perilaku)

masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang. Tingkat pendidikan yang rendah

(53-68 %) dari jumlah responden mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap ekosistem

terumbu karang ,bahwa ekosistem terumbu karang tidak mempunyai manfaat, serta

tidak ada hubungannya dengan biota-biota laut lainnya.5

Kerusakan ekosistem terumbu karang sangat berpengaruh terhadap hasil

tangkapan ikan oleh nelayan secara tradisional yaitu adanya kecenderungan penurunan

hasil tangkapan pada lima tahun terakhir yakni 4,30 ton (25,95 %) pada pada tahun

2006 menjadi 2,47 ton (14,91 %) pada tahun 2010. Hal ini didukung oleh hasil

kuesioner, bahwa 100 responden menyatakan hasil tangkapan ikan menurun baik pada

musim ikan maupun pada musim paceklik.5

Berdasarkan latar belakang yang diurai di atas, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: apakah penyebab dan bagaimana pengaruh kerusakan terumbu karang

terhadap hasil penangkapan ikan oleh nelayan tradisional di Pulau Siompu, Kabupaten

Buton.

Adapun penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan pengaruh

kerusakan ekosistem terumbu karang terhadap hasil penangkapan ikan oleh nelayan

tradisional di Pulau Siompu, Kabupaten Buton.

5

(4)

4 B.Metode Penulisan

Penulisan ini mendapatkan sumber dari sebuah jurnal yang diambil dari website

di internet. Penulisan ini saya lakukan pada saat saya santai pada saat saya mengikuti

mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim. Kami diberikan tugas untuk mencari

bahan dari berbagai macam tema yang berhubungan tentang wawasan sosial budaya

maritim. Setelah menentukan tema yang paling tepat, saya akhirnya mencari bahan yang

berhubungan dengan tema saya. Setelah saya mendapatkan materi itu lalu saya

menjelaskan kepada teman kelompok saya secara singkat tentang materi yang saya

ambil. Lalu mereka memberikan penilaian terhadap penjelasan saya dalam beberapa

aspek. Setelah itu judul yang saya ambil dan telah dinilai oleh teman kelompok saya,

saya kumpulkan untuk deiperiksa oleh dosen. Setelah judul saya ini diterima oleh dosen

saya, saya melanjutkan untuk mencari bahan-bahan yang terkait dengan judul yang saya

ambil ini untuk lebih dikembangkan lagi. Saya mencari sumber-sumber tersebut melalui

internet sehingga didapatkan skripsi, jurnal dan blog yang menjelaskan materi saya.

C. Pembahasan

Lokasi penelitian desa Tongali dan desa Biwinapada yang terletak di pulau

Siompu, dan secara admistratif masuk dalam wilayah Kecamatan Siompu, dengan status

tanahnya adalah tanah negara (TN) dan tanah milik (TM). Luas wilayah desaTongali

2.50 km², jumlah penduduk 1.420 jiwa dengan kepadatan penduduk 568 jiwa/km², mata

pencaharian penduduk sebagai patani/nelayan. Desa Biwinapada dengan luas wilayah

3.54 km², jumlah penduduk 1.210 jiwa, kepadatan penduduk 342 jiwa/km², mata

pencaharian penduduk sebagai petani dan nelayan.6

Keadaan umum perairan menggambarkan kondisi perairan di wilayah perairan

ke dua desa yang menjadi objek penelitian dibidang isik, masing-masing di perairan

sekitar desa Tongali dan desa Biwina pada yang secara representatif mewakili keadaan

umum perairan di pulau Siompu pada umumnya. Gambaran umum ini, melimbah

domestik maupun industri dan aktivitas manusia yang mengarah kedalam kegiatan yang

merusak ekosistem perairan laut.6

6

(5)

5 Kualitas terumbu karang di lokasi penelitian berdasarkan hasil pengamatan

terhadap kondisi tutupan karang hidup kondisi terumbu karang secara umum di lokasi

penelitian termasuk dalam kategori jelek hingga baik. Pada lokasi penelitian desa

Tongali kondisi karang telah rusak (jelek/buruk) dengan rata-rata prosentase tutupan

karang hidup 20.93 %, tutupan biota lain (OT) 10.08 %, tutupan alga (AL) 1.55 %, dan

tutupan benda mati (AB) 17.44%.Pada lokasi pembanding disekitar perairan desa

Biwinapada kondisi terumbu karang dalam keadaan rusak sedang dengan rata-rata

prosentase tutupan karang hidup 41.13 %, tutupan biota lain (OT) 6.05 %, tutupan alga

(AL) 0.80 %, dan tutupan benda mati (AB) 2.42 %, meskipun pada kedalaman 3 meter

prosentase tutupan karang hidup sebesar 31.45 % termasuk dalam kategori rusak sedang,

sedangkan pada kedalaman 10 meter kondisi terumbu karang termasuk dalam kategori

baik ditunjukan dengan karang hidup sebesar 50.81%. 7

Kondisi sosial ekonomi masyarakat berdasarkan hasil kuesioner,di lokasi

penelitian desa Tongali yang tidak memiliki pengetahuan tentang ekosistem terumbu

karang 56 %, memiliki pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang 44 %, tingkat

pendapatan masyarakat 70 % rendah, 22 % sedang, dan 8 % tinggi sedangkan

responden yang memiliki kesempatan kerja lain 42 % dan tidak memiliki kesempatan

kerja lain sebesar 58 %. Pada lokasi pembanding desa Biwinapada, distribusi tingkat

pengetahuan masyarakat tentang ekosistem terumbu karang 48 %, tidak memiliki

pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang 52 %, tingkat pendapatan masyarakat

60 % rendah, 20 % sedang, dan 14 % tinggi, sedangkan responden yang memiliki

kesempatan kerja lain 48 % dan yang tidak memiliki kesempatan kerja lain sebesar

52 %.8

Dari uraian tersebut di atas diperoleh hubungan masing-masing variabel

indepandent tingkat pendidikan (X1), tingkat pendapatan (X2), dan kesempatan kerja

(X3), terhadap sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat (Y) berpengaruh terhadap

kerusakan ekosistem terumbu karang. Dari ketiga variabel sosial ekonomi, variabel

7Harrudin A., Edi Purwanto dan Sri Budiastuti. 2011. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional Di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekosains.3(3):36-37.

8

(6)

6 pendidikan yang sangat berpengaruh pada sikap dan persepsi masyarakat (perilaku)

terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang.9

D. Penutup

Kerusakan Ekosistem terumbu karang terjadi sebagai akibat pengetahuan

nelayan yang kurang memahami dampak kegiatan yang ditimbulkan Dampak yang

ditimbulkan akibat kerusakan ekosistem terumbu karang berpengaruh terhadap hasil

penangkapan ikan oleh nelayan tradisional yaitu adanya kecenderungan menurunnya

hasil tangkapan.

Faktor sosial ekonomi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kesempatan

kerja lain berkorelasi positif terhadap sikap dan persepsi (perilaku) masyarakat terhadap

ekosistem terumbu karang. Yang paling besar pengaruhnya adalah tingkat pendidikan

yaitu 53.33 % sampai 68.57 % masyarakat berpendidikan rendah berpersepsi negatif

terhadap ekosistem terumbu karang. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan

peningkatan dan pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan bagi masyarakat

dapat meningkatkan pendapatan dan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi

masyarakat.10

Saran saya perlu ada penyuluhan oleh pemerintah terhadap masyarakat di

Kabupaten Buton ini agar mereka lebih mengetahui lagi tentang cara perawatan dan

budidaya dari terumbu karang yang dapat memberikan keuntungan pada mereka baik

dari segi hasil penangkapan maupun dari segi pelestarian makhluk hidup laut agar

keanekaragaman laut dari kabupaten Buton tetap lestari.

9Harrudin A., Edi Purwanto dan Sri Budiastuti. 2011. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional Di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekosains.3(3):38.

10

(7)

7 E. Daftar Pustaka

Harrudin A., Edi Purwanto dan Sri Budiastuti. 2011. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional Di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekosains. 3(3):29-41.

Miftahudin, Syawaludin Alisyahbana Harahap, Indah Riyantini Dan Donny Juliandri

Prihadi. 2017. Studi Kelayakan Zona Inti Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Jurnal Perikanan Dan

Kelautan. 8(1):92-104.

Musfirah. 2013. Makalah Ekosistem Terumbu Karang dalam

Referensi

Dokumen terkait

Adanya habitat penyusun ekosistem terumbu karang di daerah I (Utara Fulau Batam) lebih rendah nilai penutupan karang batunya jika dibandingkan dengan daerah I1 (Selatan

Judul Tesis ZONASI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DJ TELUK KOT ANIA PULAU SERAM PROPINSi MALUKU BERDASARKAN INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN ( Suatu Kajian Cell Based

Berdasarkan kerusakan-kerusakan dan dampak yang terjadi, kita seharusnya bersikap lebih ramah terhadap alam, terutama terumbu karang yang ada di sekitar kita,

Pengaturan mengenai penanggulangan kerusakan terhadap terumbu karang diatur dalam Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2001 tentang

Pengamatan yang dilakukan pada ekosistem terumbu karang di kedalaman perairan dangkal dan dalam pada Pulau Putri, Macan Kecil dan Kayu Angin Genteng, diketahui bahwa tutupan

"STRUKTUR KOMUNITAS IKAN TARGET DI TERUMBU KARANG PULAU HOGOW DAN PUTUS-PUTUS SULAWESI UTARA", JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total manfaat ekonomi ekosistem terumbu karang, faktor yang mempengaruhi keinginan membayar nelayan terhadap terumbu

Berapa nilai ekonomi tidak langsung dari ekosistem terumbu karang di Desa Buhias Pulau Mantehage Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara2. Tujuan Penelitian