• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERVENSI KASUS KELOMPOK PELATIHAN KEPE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERVENSI KASUS KELOMPOK PELATIHAN KEPE"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

RAHASIA

KASUS KELOMPOK

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU NURUL ISLAM YOGYAKARTA

Laporan Praktik Kerja Profesi Psikologi Bidang Pendidikan

Dosen Pembimbing Dr. Wisjnu Martani SU

Disusun oleh : Erlyani Fachrosi 13/356716/PPS/2816

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI BIDANG PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang Pendidikan Universitas Gadjah Mada.

Penulis menyadari dalam penyelesaian PKPP ini tidak terlepas bantuan

dari berbagai pihak mulai dari praktik di lapangan sampai dengan penyelesaian laporan ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dr.Wisjnu Martani, SU, Psi selaku Dosen Pembimbing dan Koordinator Bidang Psikologi Pendidikan yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan dukungan selama Praktik Kerja Profesi Psikologi.

2. Ibu Dr. Endang Widyorini, Psi selaku Dosen Penguji HIMPSI atas masukan dan bimbingannya untuk penyempurnaan laporan ini.

3. Bapak Drs. Amrizal Rustam, SU, Psi selaku dosen internal yang telah memberikan masukan saat penerjunan ke SD.

4. Orang tua dan adik penulis atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang setiap saat

5. Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Pendidikan Angkatan X, khususnya teman-teman kelompok 1 PKPP yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan PKPP.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SD IT Alam Nurul Islam, kepada Bapak Kepala Sekolah Muhammad Ariefuddin, S.Si, atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SD ini, kepada mbak Novia Fetria Aliza, M.Psi, Psi., selaku Supervisor Lapangan yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan PKPP, dan

ustadzah dan ustadz selaku wali kelas VB.

(6)

ii Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk dunia pendidikan, berkaitan dengann bullying.

Yogyakarta, Juli 2015

Penulis

(7)

iii DAFTAR ISI

I. IDENTITAS ... 1

A. Identitas Sekolah ... 1

B. Profil Sekolah ... 1

II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN ... 2

III. ASESMEN ... 3

A. Prosedur Asesmen ... 3

B. Hasil Asesmen ... 4

1. Hasil Wawancara ... 4

2. Hasil Observasi ... 8

3. Data Sekunder ... 9

4. Dokumentasi ... 11

C. Integrasi Data ... 12

D. Formulasi Masalah ... 12

E. Fokus Intervensi ... 14

IV. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Bullying ... 14

B. Perilaku Tanggung Jawab ... 17

C. Pelatihan ... 17

V. INTERVENSI ... 18

A. Tujuan Intervensi ... 18

B. Rancangan Intervensi ... 18

C. Prosedur Intervensi ... 22

D. Pelaksanaan Intervensi ... 23

E. Hasil Intervensi ... 29

VI. EVALUASI INTERVENSI ... 32

A. Evaluasi Pelaksaan Program ... 32

B. Evaluasi Proses Intervensi ... 34

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 35

(8)

iv B. Rekomendasi ... 36

(9)

1 I. IDENTITAS

A. Identitas Sekolah

Nama : SD Islam Terpadu Nurul Islam

Alama : Jalan ringroad barat cambahan nogotirto, Gamping

. Sleman, DIY 55292

Telepon : +62 274 627125

Email : sditalam@gmail.com

Web : http://www.sekolahalamjogja.com/

NSS : 102430205039

NSPN : 20404093

Berdiri sejak : 2002/2003 Tanggal SK pendirian : 19 April 2004

No. SK Pendirian : 071/KPTS/PEND.SLM/IV/2004 Kepala Dinas . . Pendidikan Kabupaten Sleman

Luas Lahan : 4.996 m2

Status Tanah : Sertifikat Hak Milik B.Profil Sekolah

1. Sejarah singkat sekolah

Sekolah Dasar Islam Terpadu Alam Nurul Islam berdiri tahun 2002, konsep belajar menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, berpikir ilmiah, dan menunmbuhkan jiwa kepemimpinan. Kelas yang ada di sana tidak seperti kelas-kelas sekolah formal lainnya, yaitu satu sisi temboknya hanya setinggi pusar orang dewasa. Semua kelas yang ada di SDIT Alam Nurul Islam adalah parallel A,B, dan C. Setiap satu kelas berisi 25 siswa yang diasuh oleh dua guru, yakni guru pendamping dan guru pembina. Meskipun memiliki kelas, pembelajaran tidak hanya di kelas saja, tetapi juga pembelajaran di luar kelas,

lapangan, atau kebun. 2. Visi Sekolah

(10)

2 mengembangkan potensinya menuju kepribadian Islami dengan keteladanan melalui proses tadabur Al-Qur’an dan tafakur alam.

3. Misi

a. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah b. Membiasakan berpikir ilmiah

c. Menumbuhkan jiwa kepemimpinan

4. Tujuan

a. Menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan sehingga murid

memahami dan melaksanakan islam sebagai sistem hidup

b. Menanamkan dasar-dasar kecerdasan dan keterampilan belajar sehingga murid dapat memahami fenomena alam dan sosial serta dapat menyelesaikan masalah sehari-hari

c. Menanamkan dasar-dasar kepemimpinan sehingga murid dapat memimpin diri dan orang lain

d. Mempersiapkan murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

5. Jumlah Siswa

Tabel 1. Jumlah Siswa

Tahun Kelas Jumlah

I II III IV V VI

2005/2006 39 27 26 29 11 16 148

2006/2007 61 39 27 26 29 11 193

2007/2008 60 60 40 28 28 29 245

2008/2009 72 64 62 42 27 26 293

2009/2010 71 72 62 62 41 26 334

2010/2011 72 72 71 65 62 39 379

II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN

Berdasarkan pemaparan dari Unit Pelayanan Psikologi, terdapat pengaduan dari orang tua siswa mengenai kasus bullying yang ada di sekolah. Siswa

(11)

3 kelas berupa mengejek, memanggil dengan nama julukan, menertawakan teman ketika salah, sengaja bermain curang dan sengaja tidak mengikutsertidakan teman.

Perilaku bullying ini dilakukan oleh pelaku yang dominan di kelas yang kemudian diikuti oleh teman-teman lain untuk mengintimidasi teman yang lebih lemah di kelas. Korban-korban dari pelaku bullying ini seperti anak pindahan, pendiam, anak yang memiliki perilaku aneh seperti anak laki-laki yang gemulai,

anak yang memiliki prestasi akademik rendah, serta siswa perempuan. Tindakan bullying ini menimbulkan efek negatif terhadap korban seperti menangis, tidak masuk sekolah, dan keinginan untuk pindah.

Pelaku bullying di kelas VB biasanya dilakukan oleh beberapa siswa dominan yang juga diikuti oleh beberapa pengikutnya. Teman-teman lain terkadang menjadi saksi dari perilaku bullying tersebut dan terkadang juga terikut untuk membully teman yang lain. Sehingga pelaku bullying yang awalnya hanya beberapa orang menjadi menguat akibat dukungan dari teman-teman lain yang lebih banyak menonton terkadang ikut serta menjadi pelaku bullying.

Tujuan pendampingan adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan munculnya perilaku bullying di kelas V B di SD IT Alam Nurul Islam dan memberikan intervensi yang sesuai.

III. PROSEDUR ASESMEN DAN HASIL ASESMEN A. Prosedur Asesmen

Tabel 2. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen

(12)

4 1. Mengetahui kapan,

bagaimana perilaku bullying di kelas 2. Mengetahui dampak

perilaku bullying di kelas

Observasi Siswa kelas VB

a. Wawancara kepala sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, permasalahan yang kerap kali terjadi di sekolah adalah kasus bullying. Hal ini selalu terjadi tiap tahunnya di kalangan siswa SD. Sekolah selalu berupaya untuk menangani kasus ini bersama dengan tim psikologi. Langkah awal yang dilakukan sekolah adalah memberi pembekalan kepada guru mengenai pengetahuan tentang bullying yang terjadi pada anak-anak. Hal ini dilakukan dalam pertemuan guru saat pemberian parenting skill berupa pengetahuan tentang

(13)

5 b. Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakasek kesiswaan menyatakan bahwa kasus bullying terjadi di setiap gedung yang ada di sekolah. Pembagian tiga gedung utama dengan membagi kelas atas dan kelas bawah untuk tujuan agar siswa senior mengayomi siswa junior. Namun kenyataannya, kondisi ini malah memunculkan perilaku bullying dari senior ke juniornya. Siswa kelas

atas sering memperlakukan siswa kelas bawah dengan semena-mena. Belum lagi perselisihan antar kelompok putra dan putri. Biasanya perilaku bullying di

sekolah lebih banyak mengenai agresi verbal dibandingkan agresi fisik. Bullying di sekolah selalu dilakukan oleh siswa/i yang dominan yang diikuti atau didukung oleh siswa lainnya sehingga melakukan bullying dalam kelompok.

c. Wawancara Unit Pelayanan Psikologi

Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa keluhan bullying ini diketahui dari orang tua siswa yang berada di kelas VB. Orang tua mengadu bahwa anaknya yang merupakan siswa pindahan dari Jepang berulang kali mengatakan ingin pindah sekolah dan terkadang enggan untuk berangkat ke sekolah. Anaknya merasa tidak nyaman ketika di sekolah karena sering kali diganggu oleh siswa laki-laki di kelasnya. Saat di kelas anak tersebut sering diejek bodoh karena tidak paham ketika guru menjelaskan. Selain siswa baru tersebut, tim psikologi juga menerima keluhan dari guru kelasnya, bahwa terdapat beberapa anak yang rentan menjadi korban bullying. Ada siswa yang yang berperilaku layaknya seperti perempuan yang juga menjadi bahan ejekan di kelas. Lainnya siswa yang pendiam di kelas, terkadang siswa menjadi dikucilkan oleh temannya, sengaja diasingkan saat bermain di luar jam pelajaran, dan beberapa tidak ingin satu kelompok belajar dengan siswa

(14)

6 d. Wawancara guru kelas VB

Berdasarkan wawancara dengan guru pendamping dan pembina menyatakan bahwa perilaku bullying di kelas tidak sampai kepada agresi fisik. Namun perilaku bullying yang terjadi lebih kepada agresi verbal. Anak-anak sering mengejek anak lainnya dengan sebutan yang tidak mereka sukai. Korban dari perilaku mereka menyasar kepada anak-anak tertentu saja. Terdapat beberapa

anak di kelas yang selalu menjadi bahan ejekan di kelas, yakni anak pindahan, anak yang pendiam, dan anak yang memiliki perilaku yang dianggap aneh

oleh teman-temannya.

Dampak dari perilaku tersebut tidak jarang membuat anak tidak ingin berangkat sekolah. Respon langsung dari perilaku bullying seperti beberapa anak yang menangis. Guru berupaya untuk mengingatkan anak-anak lain untuk menjaga cara bicaranya, hanya saja guru mengakui bahwa siswa-siswi di kelas ini selalu berargumen. Selain antar kelompok pelaku bullying dan korban, perselisihan di kelas juga sering terjadi antara kelompok putra dan kelompok putri.

Guru merasa hanya beberapa anak yang mau mengadukan kejadian yang dilihatnya di kelas maupun di luar kelas. Bullying yang pernah dilihat guru biasanya dalam bentuk verbal di kelas. Sedangkan bullying fisik tidak pernah secara langsung dilihat guru. Menurut guru bullying fisik terjadi ketika jam-jam istirahat saat di luar kelas. Guru melihat bullying yang terjadi sering karena adanya dukungan teman sebaya dengan cara berkelompok. Sehingga siswa menjadi lebih berani ketika mengejek atau berbuat sesuatu yang kurang baik terhadap temannya.

e. Wawancara kelompok siswi

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok siswi di kelas VB

(15)

7 atau bahan gossip. Sehingga beberapa siswi putri yang tidak menyukai perilaku tersebut langsung menangis. Perilaku mengejek tersebut tidak jarang diikuti siswi lainnya sebagai bahan tertawaan juga di kelas. Terkadang di kelas menjadi ramai bahan tertawaan.

Kelompok siswa putri sering melihat kejadian teman lain saling mengejek dan membuat gossip. Hanya beberapa anak tertentu saja yang berani

memperingatkan teman yang sengaja mengejek untuk berhenti. Sedangkan kebanyakan siswa memilih untuk diam atau tidak sengaja juga ikut

menertawakan teman lainnya. f. Wawancara kelompok siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok siswa menyatakan bahwa terdapat beberapa anak yang dominan di kelas. Anak yang dominan tersebut selalu diikuti oleh anak lainnya sehingga membentuk kelompok tertentu. Beberapa anak yang tidak bergabung memilih untuk bermain di luar kelompok tersebut. Kelompok tersebut selalu membuat bahan ejekan tertentu yang hanya diketahui kelompok tersebut saja dan sering menertawakannya. Selain itu juga terdapat beberapa anak laki-laki yang suka mengusili teman tertentu, seperti mendorong, memukul, dan mengejek.

Teman yang melihat kejadian ini terkadang hanya diam saja. Biasanya siswa putri yang akan mengadu kepada guru. Alasan siswa membiarkan kejadian ini karena menganggap hal tersebut kejadian yang lucu, ataupun takut memperingatkan karena akan menjadi sasaran selanjutnya. Selain di kelas, beberapa siswa mengaku pernah melihat kejadian pertengkaran kecil yang dilakukan siswa lain saat jam istirahat di GOR.

g. Kesimpulan hasil wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kejadian bullying

(16)

8 bullying, hal ini dikarenakan siswa tidak berani melapor karena takut menjadi korban berikutnya.

2. Hasil observasi

a. Observasi selama pelajaran

Ketika pelajaran berlangsung, kelompok siswa-siswa yang tergabung pada kelompok tertentu duduk saling berdekatan di belakang kelas. Siswa-siswa

dari kelompok ini langsung membuat keributan di kelas. Ketika guru menjelaskan dan ada siswa yang bertanya, salah satu siswa dari kelompok

tersebut menyuarakan suatu istilah tertentu terhadap siswa tersebut. Sehingga teman-teman satu kelompoknya tertawa kecil. Teman-teman lain yang tidak mengerti hanya memandangi kelompok siswa tersebut.

Ketika satu siswa diminta guru menempelkan kertas di belakang kelas. Siswa yang dimintai guru dengan sengaja menjitak kepala salah satu siswa yang sedang menulis sehingga siswa tersebut mengeluh kesakitan. Teman-teman yang duduk di sekitar siswa yang dijitak tersebut hanya melihat dan tidak merespon apapun. Ketika kembali siswa yang menjitak tadi dengan sengaja mengejek anak terrsebut kemudian diikuti dengan tertawaan dari teman lainnya. Selain itu anak tersebut juga sengaja melempar bola yang dikenai ke tubuh anak lain. Guru yang melihat kejadian ini mengingatkan kepada siswa untuk tidak mengulanginya.

b. Observasi selama istirahat

Guru mempersilakan siswa/i di kelas untuk beristirahat, sebagian siswa putra yang sering berkelompok langsung menuju ke arah gedung olahraga untuk bermain sepak bola. Beberapa siswa putra tinggal di kelas untuk menggambar. Satu siswa putra yang akan menuju ke lapangan sengaja membuat lelucon tentang satu teman putra yang dianggap feminine dan satu

(17)

9 Sedangkan kelompok siswi yang akan menuju ke lantai dasar secara mengelompok dan meninggalkan satu siswi yang pendiam tersebut tanpa mengajak bersama. Siswi tersebut tetap tinggal di kelasnya dan setelah beberapa saat pergi sendirian. Kelompok siswa yang sedang bermain bola di gor bermain bersama. Ada siswa yang ingin ikut bermain sedangkan kelompok tersebut sengaja menghiraukan temannya yang ingin ikut.

Permainan bola tersebut bermain bersama dengan kelas sebelah. Saat bermain, salah satu tim kelas VB secara sengaja didorong oleh siswa kelas lain karena

tidak sengaja menyenggolnya. Siswa tersebut mengancam dengan memberikan tinju di depan wajahnya. Siswa tersebut diam saja dan sengaja menghindar. Teman-teman yang lain menghiraukan dan tetap memainkan permainannya.

c. Kesimpulan hasil observasi

Perilaku bullying yang sering muncul di kelas V B adalah perilaku mengejek teman dengan nama julukan tertentu. Perilaku bullying yang muncul di kelas diperkuat oleh saksi-saksi bullying seperti ikut menertawakan dan meneriaki sehingga mendukung pelaku bullying dan perilaku mengejek semakin menguat. Perilaku lainnya berupa sengaja mengabaikan atau mengasingkan teman tertentu dan tidak melibatkannya ke dalam kelompok. Perilaku siswa yang menyaksikan kejadian bullying tersebut cenderung mendiamkan kejadian tersebut dan terkadang ikut serta mendukung seperti ikut menertawakan ejekan yang dilontarkan oleh pelaku bullying.

3. Data sekunder

a. Kuesioner Pengalamanku

Berdasarkan hasil kuesioner “Pengalamanku di Sekolah” yang disusun oleh Fadhlia (2010) didapatkan hasil perilaku bullying selama kurun waktu

(18)

10 yang jarang terjadi seperti merusak barang, menendang, menyakiti, memukul, menendang, menyebar berita bohong dan mengejek keluarga.

b. Skala Identifikasi saksi

Berdasarkan skala identifikasi saksi yang disusun oleh Fadhlia (2010) dimana semakin tinggi skor jawaban mengidentifikasi siswa yang bersangkutan sebagai saksi. Syarat untuk menjadi saksi rentang skor skala

identifikasi 7-10. Skala identifikasi disebar keseluruh siswa kelas VB didapatkan data siswa yang menjadi saksi bullying sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Identifikasi Saksi Bullying

No Klien Skor Jenis Saksi

1. DAN 7 Penonton apatis

2. AAAZ 7 Penonton biasa

3. BFY 7 Penolong potensial

4. IKR 9 Peserta, supporter

5. KKK 7 Penonton biasa

6. MAL 7 Penonton biasa

7. MIA 7 Penonton biasa

8. PSD 7 Penonton biasa

9. RNH 8 Penolong potensial

10. HP 9 Penolong potensial

11. MKAZ 8 Penolong potensial

12. MHAF 7 Penonton biasa

c. Skala Perilaku bertanggung jawab saksi

Skala tanggung jawab saksi yang disusun oleh Fadhlia (2010) dengan mengukur 3 aspek (Dubin, 2007) yakni melaporkan peristiwa bullying kepada guru, meminta bantuan pada beberapa teman yang merespon peristiwa bullying dan tidak membiarkan korban bullying sendirian. Skala terdiri 20 aitem dengan reliabilitas 0.869.

(19)

11 Tabel 4. Norma Skala Perilaku Bertanggung Jawab

Rumus Kategorisasi Rentang Hipotetik

X >Mean + 1SD Tinggi X > 73

(Mean – 1SD) < X < (Mean + 1SD) Sedang 47 < X < 73

X < ( Mean – 1SD) Rendah X < 47

Ket: SD : Standar Deviasi

Mean : Rata-rata

Berdasarkan skala yang disebarkan kepada seluruh siswa kelas VB didapatkan hasil perilaku tanggung jawab pada saksi seperti yang dijelaskan pada table berikut ini:

Tabel 5. Kategorisasi Perilaku Bertanggung Jawab pada Saksi Bullying

No Klien Skor Kategorisasi

1. DAN 28 Rendah

2. AAAZ 45 Rendah

3. BFY 40 Rendah

4. IKR 28 Rendah

5. KKK 38 Rendah

6. MAL 27 Rendah

7. MIA 43 Rendah

8. PSD 45 Rendah

9. RNH 43 Rendah

10. HP 61 Sedang

11. MKAZ 74 Tinggi

12. MHAF 49 Sedang

Sehingga siswa yang menjadi saksi bullying dengan perilaku tanggung jawab yang rendah sebanayak 9 siswa.

4. Dokumentasi

Berdasarkan hasil survey Aryuni (2013) mengenai kasus bullying di SDIT

(20)

12 C. Integrasi Data

Fenomena bullying yang terjadi di SD IT Alam Nurul Islam dalam dua tahun terakhir. Bentuk dari perilaku bullying yang sering terjadi dalam bentuk mengejek (verbal) dan mengganggu (fisik). Hal ini sering dilakukan baik siswa laki-laki maupun perempuan. Perilaku bullying yang terjadi di sekolah semakin menguat akibat adanya dukungan dari teman sekelompoknya.

Awalnya bullying hanya dilakukan oleh beberapa orang namun semakin menguat karena keberadaan siswa lain yang hanya melihat sehingga

memperkuat perilaku bullying dari pelaku.

Akibat dari bullying menyebabkan ada siswa yang ingin keluar dari sekolah, sengaja tidak masuk sekolah, dan terkadang terdapat beberapa siswa yang menangis karena di-bully oleh teman-temannya. Respon dari siswa lain yang melihat kejadian cenderung diam karena merasa takut menjadi korban selanjutnya. Perilaku tanggung jawab dari saksi-saksi bullying cenderung rendah untuk menghentikan bullying yang terjadi.

D. Formulasi Masalah

Bagan 1. Formulasi Masalah

(21)

13 Fenomena bullying sering terjadi di kelas atas yakni kelas 4-6 SD. Bullying yang terjadi berawal dari ledekan siswa terhadap siswa tertentu yang memiliki karakteristik pendiam, aneh, dan menyendiri. Perilaku bullying sering terjadi akibat dari perilaku agresif yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban yang diperkuat oleh saksi. Menurut Elliot (2002) bullying tergantung pada status dalam kelompok sebaya, sehingga keterlibatan saksi dalam kejadian bullying

memegang peranan penting. Bullying muncul ketika ada penonton, sekitar 85% bullying yang terjadi dikarenakan ada saksi dari teman sebaya (Padgett &

Notar, 2013). Saksi yang melihat kejadian bullying cenderung memberikan dukungan terhadap pelaku bullying berupa ikut serta mengejek dengan menertawakan korbannya ataupun membiarkan korban sendirian.

Saksi yang hanya melihat kejadian bullying dan tidak berusaha untuk bullying dikarenakan takut menjadi korban selanjutnya. Mayoritas saksi kurang mampu bertanggung jawab untuk menghentikan bullying membuat lingkaran bullying terus berputar (Padgett & Notar, 2013). Saksi yang tidak mampu menghentikan bullying biasa merasa bersalah ataupun marah (Rigby, 2007). Perilaku saksi yang tidak menolong karena tidak tahu bagaimana cara menolong korbannya, ditambah memberi tekanan teman sebaya membuat korban semakin sulit untuk mendapat pertolongan dari teman lainnya (Elliot,2002).

Jika perilaku saksi bullying dan orang di sekitarnya dirubah maka pelaku

bullying akan terisolasi dan termotivasi untuk merubah perilakunya (Elliot, 2002). Kekuatan teman sebaya yang lebih efektif dalam situasi sosial dibandingkan orang dewasa karena teman sebaya mampu membawa pengaruh positif seperti mendengarkan dan menerima pendapat teman lainnya. Saksi

(22)

14 Pelatihan anti-bullying yang diberikan kepada siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam hal komunikasi dan empati. Dengan demikian pelatihan tersebut mampu meningkatkan perilaku kecenderungan bertanggung jawab dalam merespon bullying. Pada akhirnya, frekuensi perilaku bullying yang terjadi di kelas dapat menurun.

E. Fokus Intervensi

Fokus intervensi adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai bullying dan meningkatkan kecenderungan perilaku tanggung jawab pada saksi

bullying. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhlia (2010) menyebutkan pelatihan Kepedulian terhadap Sahabat dapat meningkatkan perilaku bertanggung jawab pada saksi bullying. Hasil penelitian tersebut berhasil memberikan pengetahuan baru mengenai bullying dan memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku bertanggung jawab terkait bullying, seperti meminta bantuan teman, melaporkan, dan tidak membiarkan korban sendirian. Pelatihan ini dilakukan pada siswa kelas 4-5 SD dengan kriteria sudah dapat membaca dan menulis dengan baik sehingga akan dapat memahami instrumen yang digunakan. Fenomena bullying sering terjadi pada siswa kelas 4-6 SD dan saksi dapat berasal dari jenis kelamin apapun.

IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying

1. Definisi bullying

Bullying adalah salah satu bentuk perilaku agresif dengan kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban baik fisik maupun psikologis, yang dilakukan secara berulang-ulang bertujuan untuk mengganggu atau menyakiti korban yang lebih lemah (Olweus, 1993).

(23)

15 atau kelompok dominan yang bertujuan untuk menyakiti individu atau kelompok yang lebih lemah.

2. Lingkaran bullying

Bagan 2. Siklus bullying menurut Olweus (1993) 3. Jenis-jenis saksi

Menurut Olweus (1993), jenis-jenis saksi yakni:

a. Peserta (co-bullies): Ikut membantu pelaku melakukan bullying (misalnya memukul, menendang, mengejek)

b. Suporter: Memberikan dukungan kepada pelaku seperti ikut bertepuk tangan, menyoraki korban agar peristiwa bullying semakin ramai.

c. Penonton biasa: Hanya menonton tanpa memberikan reaksi apa-apa, tidak bersorak dan tidak bertepuk tangan.

d. Penonton apatis: Melihat terjadinya bullying lalu pergi begitu saja

meninggalkan lokasi kejadian.

(24)

16 4. Dampak bullying

Menurut Rigby (2007) menyatakan dampak bullying dapat dirasakan oleh korban, pelaku, maupun saksi, yakni:

a. Dampak terhadap korban bullying

1) Self esteem

Efek dari bullying dapat mempengaruhi korban memiliki harga diri yang

rendah sehingga siswa merasa ditolak dan memiliki kualitas yang rendah terhadap hubungan interpersonal mereka

2) Terisolasi

Siswa yang sering di-bully cenderung memiliki teman yang sedikit sehingga mempermudah mereka terus di-bully oleh anak lain karena tidak memiliki dukungan. Korban yang terisolasi mudah merasa depresi dan tidak berusaha untuk menjalin pertemanan dengan anak lain

3) Absenteeism

Anak yang sering di-bully cenderung menghindari untuk pergi ke sekolah dan sering merasa tidak enak badan

b. Dampak terhadap pelaku bullying 1) Delikuensi

Siswa yang teridentifikasi sebagai pelaku bullying memiliki kemungkinan menjadi remaja yang delikuen sehingga berimplikasi pada masa depan mereka.

2) Tendensi depresi

Pelaku bullying memiliki kemungkinan depresi karena takut dibully oleh siswa lain. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa bersalah, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan banyak berspeklasi.

c. Dampak terhadap saksi bullying

1) Perasaan bersalah

(25)

17 2) Marah

Saksi cenderung menjadi merasa marah dan malu karena tidak mampu berbuat sesuatu. Terkadang saksi menjadi lebih tidak peduli.

B. Perilaku Tanggung Jawab

Menurut Atlas & Pepler (1998) Kenyataan bahwa banyak siswa yang melihat kejadian bullying menjadi memperkuat ataupun membantu untuk

membully dibandingkan menolong korbannya. Lebih dari 21 % anak tidak melaporkan kejadian bullying dikarenakan tidak tahu melaporkan kepada

siapa. Dubin (2007) menyampaikan bahwa perilaku tanggung jawab pada saksi meliputi 3 aspek yakni melaporkan peristiwa bullying kepada guru, meminta bantuan pada beberapa teman yng merespon peristiwa bullying dan tidak membiarkan korban bullying sendirian. Sikap saksi yang bertanggung jawab akan meningkatkan dukungan terhadap korban dan menurunkan penguatan terhadap perilaku agresif pelakku (Beran, et al, 2004).

C. Pelatihan

Prinsip dari pelatihan memunculkan keterlibatan aktif dalam pengalaman belajar sebagai modal terjadinya transfer belajar yang optimal kepada penerima informasi. Ranah yang dilibatkan tidak hanya kognitif melainkan afektif dan psikomotorik, pelatihan dapat berisikan aktivitas seperti game dan teknik bermain drama (Elliot, 2002). Adapun metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode experiential learning menurut Pfeiffer & Jones ( dalam Enfield, McQuitty, & Smith, 2007), dengan tahapan:

1. Tahap Experiencing, yaitu tahap dimana peserta pelatihan diminta untuk melakukan suatu proses dalam bentuk aktivitas. Peserta akan memperoleh informasi dengan cara merasakan, berpikir, dan melakukan suatu aktivitas, baik dalam bentuk permainan, role play, studi kasus atau menonton film.

(26)

18 3. Tahap Processing, yaitu peserta diminta untuk mengkaji aktivitas yang telah dilakukan dan menghubungkannya dengan pengalaman yang pernah dialami saat proses pelatihan ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tahap Generalizing, yaitu peserta diajak untuk menarik kesimpulan atas materi pelatihan yang telah diberikan. Tahap ini sebagai tahap persiapan dalam menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam proses pelatihan ke

kehidupan sehari-hari.

5. Tahap Applying, yaitu tahap dimana peseta diminta untuk merumuskan

strategi praktis yang dapat diterapkan pada konteks tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

V. INTERVENSI A. Tujuan Intervensi

Tujuan intervensi pada kelompok adalah untuk memberikan pengetahuan tentang bullying dan meningkatkan kecenderungan perilaku bertanggung jawab terhadap saksi. Sehinga pelatihan ini diharapkan mampu menumbuhkan tanggung jawab sosial saksi serta menurunkan perilaku desktruktif di kelas. B. Rancangan Intervensi

Praktikan menggunakan intervensi berupa pelatihan kelompok untuk menangani permasalahan tersebut. Praktikan menggunakan modul pelatihan yang dituju untuk saksi bullying karya Fadhlia (2010). Rancangan pelatihan saksi bullying sebagai berikut:

1. Nama Kegiatan

Pelatihan “Kepedulian terhadap Sahabat” 2. Tujuan Pelatihan

Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah

a. Memberikan pemahaman mengenai pengetahuan bullying

b. Menumbuhkan tanggung jawab sosial serta menurunkan perilaku destruktif saksi

(27)

19 Sesi pelatihan terbagi atas lima sesi yang diperkirakan masing-masing sesi selama 100 menit. Aspek-aspek psikologis yang dibangun dalam pelatihan pada diri saksi, meliputi:

a. Strategi koping terhadap reaksi emosi menyaksikan bullying, yaitu dapat bersikap tenang sebelum mengambil tindakan untuk merespon bullying. Siswa diajarkan mengatur nafas dengan tenang, dimulai dengan

mengambil nafas lewat hidung, menahannya sebentar, lalu menghembuskan lewat mulut.

b. Empati sebagai kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan mental orang lain untuk memahami emosi dan perasaanya. Empati terhadap peristiwa bullying dapat ditumbuhkan dengan cara memberikan pengetahuan dan pemahaman menyeluruh mengenai bullying. Saksi diberikan penguatan untuk dapat mengekspresikan penghargaan serta kepedulian terhadap siswa yang rentan atau sudah menjadi korban bullying.

c. Asertivitas sebagai keterampilan untuk mengungkapkan kebutuhan dan mempertahankan hak seseorang tanpa merugikan hak orang lain. Sikap yang diajarkan kepada saksi bullying berupa melaporkan dan mencari bantuan untuk menghentikan peristiwa bullying yang sedang terjadi. 4. Kegiatan pelatihan

Kegiatan yang akan dilakukan dalam pelatihan ini dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 6. Kegiatan pelatihan

Sesi Aspek Kegiatan Tujuan

I Empati (pemahaman bullying)

 Memberikan pemahaman mengenai bullying secara komprehensif dan II Empati  Menjelaskan mengenai

dinamika dan lingkaran

(28)

20 bullying

 Mereview respon apa saja yang pernah dilakukan ketika menyaksikan bullying

 Mengukur resiko setiap respon serta membedakn respon asertif dan agresif dapat menjadi tempat untuk melapor

 Membuat alur pelaporan yang jelas dan aman

 Latihan melapor kepada figure otoritas di sekolah

 Siswa memiliki mencari bantuan untuk menghentikan

Siswa dapat bersikap

tenang sebelum

mengambil tindakan untuk merespon bullying dimintai bantuan untuk bersama-sama dapat dimintai bantuan saat terjadi bullying

 Siswa menjadi yakin untuk mengambil tindakan untuk menghentikan bullying V Empati untuk menjadi sahabat bagi korban dan tidak memberikan penguatan terhadap perilaku agresif pelaku

 Memberi contoh cara

 Siswa diberi penguatan

untuk dapat

(29)

21

Siswa dapat bersikap

tenang sebelum

mengambil tindakan untuk merespon bullying

5. Metode Penyampaian

Metode penyampaian materi pada pelatihan ini adalah a. Ceramah

Praktikan menyampaikan materi pelatihan mengenai definisi bullying, contoh-contoh bullying, dan jenis-jenis bullying yang sering terjadi. Praktikan juga menjelaskan mengenai lingkaran bullying tentang proses terjadi bullying yang terulang, serta menjelaskan mengenai pihak-pihak yang terkait dalam

bullying dan menjelaskan peran penting saksi dalam menghentikan bullying serta mengajarkan cara pelaporan bullying. Materi yang disampaikan berupa teori dan contoh konten yang terkait dengan topik sesuai dengan modul

pelatihan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan pengetahuan terkait bullying dari praktikan kepada peserta.

b. Diskusi

Peserta akan melakukan proses diskusi dan tukar pendapat satu sama lain di dalam kelompok kecil sesuai dengan topik-topik yang telah ditentukan. Tujuan dari metode ini adalah agar peserta dapat mengaplikasikan pemahaman mengenai materi dan dapat saling berbagi pengetahuan serta pengalaman yang kemudian menarik sebuah kesimpulan yang utuh.

c. Role play

(30)

22 peserta mengenai pemahaman klien mengenai kasus bullying, merasakan emosi dalam proses bullying serta mengaplikasikan teknik-teknik pelaporan. Metode ini membantu peserta lebih memahami dari pengalaman yang dicoba melalui teknik berpura-pura.

d. Games

Games merupakan salah satu metode yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi peserta. Metode ini dapat membantu peserta memahami materi pada setting yang berbeda.

C. Prosedur Intervensi

Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Tabel 7. Prosedur Intervensi

Sesi Materi Durasi Waktu

Pertemuan 1

I Perkenalan dan ice breaking 15’ 07.40-07.55 WIB

Kontrak belajar 15’ 07.55-08.10 WIB

Materi pemahaman bullying & Diskusi Kasus

60’ 08.10-09.10 WIB

II Ice breaking 10’ 09.20-09.30 WIB

Review sesi 1 10’ 09.30-09.40 WIB

Peran penting saksi 30’ 09.40-10.10 WIB

Strategi koping 20’ 10.10-10.30 WIB

III Ice breaking 10’ 10.40-10.50 WIB

Review sesi 2 10’ 10.50-11.00 WIB

latihan merespon peristiwa bullying 35’ 11.00-11.35 WIB

Strategi koping 8’ 11.35-11.43 WIB

Penutup 2’ 11.43-11.45 WIB

Pertemuan II

IV Ice breaking 15’ 08.00-08.15 WIB

Review materi pertemuan sebelumnya 20’ 08.15-08.35 WIB Latihan merespon peristiwa bullying 50’ 08.35-09.25 WIB

V Ice breaking 10’ 09.40-09.50 WIB

Penguatan saksi untuk berempati kepada korban

50’ 09.50-10.40 WIB

Diskusi kasus 20’ 10.40-11.00 WIB

Pohon Janji 15’ 11.00-11.15 WIB

(31)

23 D. Pelaksanaan Intervensi

Modul pelatihan “Kepedulian terhadap Sahabat” dari Fadhlia (2010) terbukti efektif dalam meningkatkan perilaku tanggung jawab terhadap saksi bullying. Skala yang digunakan meliputi skala identifikasi saksi dan skala perilaku bertanggung jawab saksi yang diadaptasi dari penelitian Fadhlia (2010).

Pelatihan dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pertemuan yang pertama

dilakukan pada hari Jumat (24 April 2015) mulai pukul 07.30-11.30 WIB, namun realisasinya pelatihan baru dapat dimulai pukul 07.40 WIB. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Kamis (30 April 2015) mulai pukul 07.30-11.30 WIB, namun realisasinya pelatihan dimulai pukul 08.00 WIB karena setiap siswa kelas VB terlebih dahulu memberikan setoran hapalan pagi.

Pelatihan diadakan di ruang Aula SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta. Jumlah peserta yang mengikuti sebanyak 23 anak dari 25 siswa di setiap pertemuan. Jumlah peserta merupakan satu kelas VB yang diminta oleh Unit Pelayanan Psikologi agar dapat memberikan pelatihan di jam sekolah. Oleh karena itu, praktikan membentuk tim fasilitator yang berisi lima praktikan psikologi agar dapat mendampingi proses pelatihan dalam kelompok kecil. Pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Pelaksanaan pelatihan Sesi I : Perkenalan & ice breaking

Durasi 15 Menit

Metode Ceramah dan games

Kegiatan Praktikan membuka pelatihan dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan memperkenalkan diri beserta tim trainer. Kemudian praktikan beserta cofasilitator membawakan ice breaking untuk mencairkan suasana dengan menyanyikan lagu kereta api yang dilanjutkan dengan permainan spidol berjalan. Ketika lagu berhenti fasilitator meminta teman yang memegang spidol menyebutkan kelebihan dari teman lain. Hal ini dilakukan agar peserta melihat potensi positif dari teman-temannya

(32)

24 Kegiatan Praktikan mengkondisikan situasi untuk menerima materi yang akan

disampaikan. Praktikan menyampaikan kontrak belajar yang disepakati bersama untuk diikuti selama pelatihan berlangsung. Praktikan beserta peserta menyepakati aturan “Give me five” yakni mendengarkan, melihat, menutup mulut, mengangkat tangan, dan berpikir aktif. Praktikan meminta peserta pelatihan untuk menyuarakan aturan dan menyepakati aturan tersebut secara bersama-sama. Setelah itu setiap peserta mendapatkan kertas bentuk apel, tiap peserta diminta untuk menuliskan harapan dan kekhawatirannya terhadap kelas V B. Kemudian kertas tersebut ditempelkan di pohon yang telah ditempel di dinding.

Sesi I : Materi Pemahaman Bullying & Diskusi Kasus Durasi 60 menit

Metode Ceramah, Menonton Film, dan Diskusi

Kegiatan Sesi ini diawali dengan memberikan pengetahuan mengenai apa itu bullying, jenis-jenis bullying, karakter-karakter dari pihak-pihak yang terlibat serta akibat dari bullying tersebut terhadap setiap pihak. Ceramah dilakukan dengan menayangkan slide singkat yang menarik agar peserta pelatihan memahami secara mudah. Dalam penyampaian materi, praktikan menyampaikan contoh-contoh nyata yang terjadi di kelas agar mudah dipahami.

Di tengah ceramah, praktikan memberikan tontonan mengenai film dari bullying yang berjudul “Learning about bullying Part 1 The Tough Kid Bully Blocker Short”. Film berbahasa Inggris sederhana yang ditampilkan dengan gambar slow motion menarik dalam menjelaskan perilaku bullying. Selama film ini ditayangkan, praktikan mengartikan percakapan bahasa Inggris yang sederhana kepada peserta pelatihan. Kemudian peserta diajak untuk merefleksikan hasil tontonan tersebut di kelas.

Terakhir dari sesi ini, praktikan mengajak peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil yang berisikan 5 orang sesuai dengan warna name tag siswa. Setiap kelompok dibagikan dua kasus singkat yang akan didiskusikan dalam kelompok. Kasus menceritidakan mengenai kejadian bullying dan kejadian agresif di sekolah. Terdapat lima kelompok yang berisi maksimal 5 siswa yang didampingi oleh satu cofasilitator dalam proses diskusinya. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi lembar kerja yang menceritidakan kejadian bullying yang pernah disaksikan ketika berada di sekolah. Hasil Hasil dari ceramah materi membuat peserta mampu memahami

(33)

25 dengan materi yang telah diberikan dengan mendiskusikan antara peserta dan cofasilitator dalam kelompok kecil. Berdasarkan hasil lembar kerja, peserta mampu mengidentifikasi kejadian bullying, mengidentifikasi siapa pelaku, korban, dan saksi bullying serta jenis bullying yang dilakukan.

Sesi II : Ice breaking Durasi 10 menit Metode Games

Kegiatan Praktikan mencairkan suasana setelah sesi istirahat. Tim trainer membawakan lagu “Kalau kau suka hati” yang liriknya ditambahkan dengan nuansa pertemanan (Lihat modul).

Sesi II: Review Materi sesi I Durasi 10 menit

Metode Games

Kegiatan Setelah sesi bertanya, praktikan membawakan permainan Card Bullying (Lihat modul). Setiap siswa yang mendapatkan satu card menempelkan kartu tersebut sesuai dengan kategori di kertas yang telah ditempelkan di dinding.

Hasil Saat permainan card bullying, siswa dengan mudah untuk mengkategorikan perilaku-perilaku agresif sesuai dengan jenis bullying fisik, verbal, maupun sosial. Untuk beberapa perilaku bullying yang dianggap sulit, peserta mendiskusikan kepada teman-temannya mengenai kategori bullying tersebut.

Sesi II : Peran Penting Saksi Durasi 30 menit

Metode Role play

Kegiatan Setiap peserta kembali ke dalam kelompok kecil sebelumnya. Bersama dengan cofasilitator, kelompok diminta untuk memerankan pihak-pihak yang terlibat dalam bullying seperti pelaku, korban, dan saksi. Tiga scenario yang disusun dimana saksi diminta untuk (1) diam saja ketika melihat bullying, (2) meminta pertolongan dengan beberapa teman, (3) melapor kepada orang dewasa. Setiap kelompok memerankan secara bergantian yang didampingi oleh cofasilitator. Hasil Peserta antusias mengekspresikan perilaku mereka ke dalam peran

(34)

26 atau mengadu kepada guru.

Sesi II: Strategi Koping Durasi 20 menit

Metode Ceramah dan relaksasi

Kegiatan Praktikan melanjutkan materi mengenai langkah 3M untuk menghentikan bullying. Langkah pertama dari 3M adalah Mengatur Nafas. Praktikan menjelas teknis melakukan pernafasan, kemudian cofasilitator membawakan latihan relaksasi pernafasan. Cofasilitator memberikan latihan relaksasi diiringi musik meditasi. Relaksasi diikuti dengan memberikan sugesti untuk menanamkan rasa persahabatan diantara teman.

Sesi III: ice breaking Durasi 10 menit Metode Games

Kegiatan Praktikan mengajak peserta untuk menyanyikan secara bersama-sama lagu “Di sini senang”. Kemudian cofasilitator memberikan ice breaking berupa dua instruksi yang mengajak peserta bermain dan fokus terhadap instruksi. Permainan ini berguna untuk memecahkan kejenuhan dari materi dan mempersiapkan peserta untuk fokus dengan materi selanjutnya.

Sesi III: Review Sesi II Durasi 10 menit Metode Ceramah

Kegiatan Praktikan mengawali sesi ini dengan kuis mengenai materi yang telah diberikan di awal. Praktikan memberikan umpan bagi yang mampu menjawab dengan benar akan mendapatkan reward. Sehingga peserta berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

Hasil Peserta mampu mengingat materi yang telah diberikan sebelumnya dengan memberikan penguatan (reward) terhadap jawaban yang benar.

Sesi III: Latihan merespon bullying Durasi 35 menit

Metode Ceramah & diskusi

Kegiatan Praktikan memberikan pertanyaan mengenai perbedaan mengadu dan melaporkan. Kemudian praktikan memberikan penjelasan mengenai perbedaan keduanya dengan tujuan agar siswa berani untuk melaporkan kejadian yang tidak sesuai kepada orang dewasa di sekolah. Peserta diajak kembali ke kelompok kecil untuk mendiskusikan mengenai alur pelaporan kasus bullying yang didampingi oleh kofasilitator. Kelompok mendiskusikan alur tersebut ke lembar kerja yang diberikan dengan sekreatif mungkin. Hasil Berdasarkan hasil diskusi dalam kelompok kecil. Peserta

(35)

27 kelompok menuangkan ide alur pelaporan berupa cerita pendek, komik, dan skema.

Sesi III: Strategi Koping Durasi 8 menit Metode Relaksasi

Kegiatan Praktikan mengajak kembali siswa untuk mengingat langkah 3M. Kemudian melakukan teknik pernafasan yang telah diajarkan di sesi sebelumnya.

Hasil peserta mendapatkan pelajaran untuk menarik nafas dengan benar dan cara menenangkan diri.

Penutup

Durasi 2 menit Metode Ceramah

Kegiatan Praktikan mengkondisikan untuk pertemuan selanjutnya yang diadakan pada hari Kamis (30/4) di kelas dan jam yang sama.

Sesi IV : ice breaking pembuka Durasi 15 menit

Metode Games

Kegiatan Setelah proses administrasi, pelatihan dibuka dengan merefresh pertemuan sebelumnya. Praktikan melanjutkan permainan “menggendong”. Praktikan mengganti benda yang digendong yakni kursi dan meminta satu orang siswa mengangkat, lalu dibantu satu orang, bertambah satu orang lagi, sampai 4 orang bersama mengangkat kursi. Kemudian praktikan menanyakan pendapat saat mengangkat kursi sendiri dan bersama.

Hasil siswa merasakan berat kursi jika harus menanggung sendirian dan merasa lebih ringan ketika mengangkat kursi bersama-sama. Hasil refleksi ini dianalogikan dengan beban tanggung jawab untuk mengurangi bullying. Peserta menjadi paham bahwa memerangi bullying adalah tanggung jawab bersama.

Sesi IV : Review materi pertemuan sebelumnya Durasi 20 menit

Metode Menonton Film

Kegiatan Praktikan mereview kembali materi pertemuan sebelumnya. Lalu menayangkan film bullying “Sari Pemimpin Kecilku” (Adiyanti, 2005). Peserta diajak untuk menyimpulkan mengenai film yang telah ditonton kaitannya dengan bullying.

Hasil Peserta tampak antusias menonton film ini dan suasana menjadi kondusif.

Sesi IV : Latihan merespon bullying Durasi 50 menit

Metode diskusi dan games

(36)

28 respon dari saksi bullying dalam menolong korban bullying. Setelah itu peserta diajak untuk mengidentifikasi saksi-saksi potensial yang dapat membantu jika melihat kejadian bullying di kelas. Setelah itu, peserta mendiskusikan dalam kelompok besar. Selanjutnya praktikan menlanjutkan games“Pembasmi Bullying” (lihat modul). Hasil Peserta mampu mengidentifikasi dan menganalisa kejadian yang

film serta dikaitkan dengan materi bullying. Pada saat games, peserta belajar untuk mencari bantuan untuk menghentikan cofasilitator yang berperan menjadi pelaku bullying.

Sesi V : ice breaking Durasi 10 menit Metode Games

Kegiatan Setelah istirahat, fasilitator membawakan games untuk mencairkan suasana. Cofasilitator membawakan games “orchestra” dimana peserta dibagi dalam tiga kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki suara yang berbeda-beda. Cofasilitator akan menunjuk setiap kelompok bergantian dan menghasilkan harmonisasi suara tertentu.

Sesi V : Empati

Durasi 50 + 20 menit Metode ceramah dan diskusi

Kegiatan Praktikan membawakan materi mengenai untuk berempati selaku saksi kepada korban bullying maupun pelaku bullying. Praktikan menjelaskan melalui contoh-contoh nyata yang berkaitan dengan situasi kelas. Setelah itu, peserta kembali ke masing-masing kelompok dan diminta untuk membahas kasus yang diberikan pada masing-masing kelompok.

Hasil Setiap kelompok mampu menjawab kasus yang diberikan berkaitan dengan menempatkan rasa empati terhadap korban bullying sehingga bergerak untuk membantu korban bullying.

Sesi Pohon Janji Durasi 15 menit Metode Games

Kegiatan Praktikan membagikan amplop kepada setiap kelompok kecil yang berisikan kata-kata yang acak. Tugas setiap kelompok menyusun kata tersebut menjadi kalimat. Kemudian tiap kelompok akan menempelkannya di pohon janji (Janji sahabat) yang berisi:

a. Saya tidak akan menyakiti teman b. Saya akan melapor jika melihat bullying c. Saya akan membantu teman dalam kesulitan

d. Saya akan mengingatkan teman yang selalu menyakiti teman lain

e. Saya tidak akan membeda-bedakan teman Penutup

(37)

29 Metode Ceramah

Kegiatan Praktikan menyimpulkan kegiatan pelatihan yang telah dilakukan selama dua pertemuan ini dan memberikan penguatan untuk menghentikan bullying. Praktikan meminta peserta untuk mengisi kuesioner kemudian membagikan pin bergambar “No Bullying: Jadilah Sahabat” kepada peserta. Kemudian praktikan mengucapkan terima kasih.

E. Hasil Intervensi

Hasil intervensi dapat membandingkan keadaan klien sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan yang didapatkan dari hasil wawancara dan skor skala perilaku tanggung jawab pretest, post test dan follow up.

Tabel 9. Hasil Intervensi pretest-posttest-follow up

Klien Pretest Kategori Posttest Kategori Follow-up Kategori

DAN 28 Rendah 37 Rendah 26 Rendah*

AAAZ 45 Rendah 54 Sedang 60 Sedang

BFY 40 Rendah 44 Rendah 54 Sedang

IKR 28 Rendah 31 Rendah 31 Rendah

KKK 38 Rendah 49 Sedang 36 Rendah

MAL 27 Rendah 30 Rendah 33 Rendah

MIA 43 Rendah 67 Sedang 20 Rendah*

PSD 45 Rendah 56 Sedang 60 Sedang

RNH 43 Rendah 61 Sedang 60 Sedang

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat grafik perkembangan subjek

berdasarkan skor skala pretest-posttest dan follow up, dimana semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi perilaku bertanggung jawab diri pada saksi

(38)

30 Grafik 1. Hasil Intervensi Pretest dan Posttest

Ket: Axis X : Subjek

Axis Y : Skor skala perilaku tanggung jawab saksi bullying

Fokus intervensi ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai

bullying dan meningkatkan perilaku bertanggung jawab pada saksi bullying. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan statistik parametrik dengan pair sample

t-test menunjukkan bahwa tanggung jawab saksi bullying pada pretest lebih rendah (M = 37.44, SD = 7.67) daripada pada saat posttest (M = 47.67, SD = 13.134). Nilai p = .002 (p < .05) menunjukkan bahwa kriteria signifikansi Fisher (α-level = .05) terpenuhi (Field, 2009). Dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan skor skala tanggung jawab pada saksi bullying pada saat sebelum dan sesudah intervensi terlaksana adalah signifikan. Artinya, hal ini menunjukkan bahwanya adanya peningkatan perilaku tanggung jawab.

Data kualitatif terhadap perilaku tanggung jawab pada saksi bullying dapat

dilihat melalui hasil wawancara yang dilakukan pada saat asesmen dan follow up. Deskripsi perubahan tersebut dapat dilihat melalui table berikut ini:

28

DAN AAAZ BFY IKR KKK MAL MIA PSD RNH

Pre-test

(39)

31 Tabel 10. Deskripsi Perubahan pada Diri Subjek

Klien Kondisi Subjek Sebelum Kondisi Subjek Setelah Pelatihan

DAN Cenderung apatis ketika melihat kejadian bullying di kelas. Subjek memilih untuk Saat melihat bullying dalam bentuk verbal, subjek mengaku

AAAZ Subjek mengaku sering melihat kejadian bullying yang

dilakukan oleh anak lain. kejadian bullying di kelas, subjek langsung memanggil siswi lain BFY Subjek mengaku sering diam

dan pergi jika melihat kejadian bullying. Hal ini dilakukan karena subjek mengaku takut jika tetap di sana ia akan jadi target berikutnya.

Subjek mengaku sekarang dapat merasakan apa yang dirasakan korban bullying. Subjek setidaknya berani mengajak bermain korban bullying.

IKR Subjek mengaku sering

menertawai teman yang diejek oleh pelaku bullying..

Subjek menjadi lebih tahu dukungannya terhadap pelaku memperkuat bullying.

KKK Subjek mengaku beberapa kali melihat kejadian bullying. Subjek sering mengingatkan pelaku bullying namun dengan cara yang kasar.

Subjek mengaku dapat memahami kenapa pelaku bullying berbuat demikian. Sehingga subjek dapat mengingatkan pelaku bersama dengan teman-teman yang lain MAL Subjek sangat pendiam, setiap

melihat kejadian bullying subjek lebih memilih untuk diam dan takut menjadi korban selanjut

Subjek mengetahui kiat-kiat untuk menghentikan bullying melalui 3M. Subjek mengaku masih takut untuk melaporkan ke guru

sehingga terkadang subjek bersama dengan kelompok putra untuk mengingatkan pelaku bullying

(40)

32 mendukung pelaku bullying

yang mengejek anak lainnya.

bahwa dukungannya terhadap pelaku memperkuatkan pelaku. Ketika pelaku mengejek

korbannya, subjek mendiamkan dan sesekali mengingatkan PSD Subjek mengaku sering diam

ketika melihat kejadian bullying. Subjek merasa takut jika harus mengingatkan

RNH Subjek mengaku sering diam jika melihat kejadian bullying. Subjek melihat kejadian bullying fisik yang dilakukan anak kelas lain. Subjek diam karena merasa takut

Subjek mengetahui jika melihat kejadian bullying ketika sendiri, sebanyak subjek mengajak teman lain untuk mengingatkan secara bersama atau melaporkannya kepada guru pendamping.

VI. EVALUASI INTERVENSI A. Evaluasi Pelaksanaan Program

Pelatihan dilakukan dalam dua pertemuan mulai pukul 07.30-11.30 WIB dengan jarak pertemuan hari pertama (24/4) dan kedua (30/4) selama enam hari. Jadwal pelaksanaan yang diatur dapat dilaksanakan sesuai jadwal. Jumlah peserta yang awalnya adalah 12 orang menjadi 25 siswa atau seluruh siswa kelas VB, dikarenakan permintaan dari Unit Pelayanan Psikologi dengan pertimbangan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan menjadi saksi

bullying. Dalam mengatasi jumlah siswa yang banyak, praktikan dibantu oleh lima cofasilitator untuk mendampingi peserta pelatihan ketika dibagi dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok berisikan lima siswa.

Pada hari pertama pelatihan diikuti oleh 23 siswa, dimana 2 siswa berhalangan hadir karena sakit. Begitu pula pada hari kedua diikuti oleh 23

(41)

33 melakukan outing. Sehingga pada hari kedua, banyak siswa yang merasa kelelahan dan menjadi lebih aktif.

Pada pertemuan pertama khususnya sesi I menonton film “Sari Pemimpin Kecilku” karya (Adiyanti 2005) diganti dengan film pendek “Learning About Bullying” karya Pacific Northwest Publishing. Pertimbangan menggunakan film ini dikarenakan bahasa Inggrisnya yang sederhana dan dibantu dengan

gambar-gambar slow motion mengenai bullying sehingga dapat menarik perhatian siswa. Sedangkan film “Sari Pemimpin Kecilku” diberikan pada hari pertemuan kedua di sesi IV.

Praktikan menambahkan ice breaking di luar modul sesuai dengan kebutuhan dari situasi pelatihan. Hal ini dilakukan karena karakter siswa sekolah alam yang mudah merasa bosan. Sehingga perlu memberikan energizing dalam bentuk permainan untuk meningkatkan kembali perhatian dari siswa.

Praktikan juga melakukan evaluasi pelatihan dengan meminta peserta melakukan penilaian terhadap kegiatan pelatihan dengan memberikan kritik dan saran terhadap pelatihan yang telah diadakan selama dua pertemuan. Berikut pendapat dan saran dari masing-masing peserta:

Tabel 11. Hasil Kritik dan Saran untuk Pelatihan Gambaran Secara Umum

Kritik Makanan kurang banyak Waktunya terlalu lama Permainannya kurang banyak Saran Menambahkan film lagi

Hadiah lebih banyak lagi

Membuat drama mengenai cara menghentikan bullying Lebih sering melakukan pelatihan agar tidak ada bullying Menambah hari pelatihannya

Selain memberikan pelatihan pada siswa, praktikan juga melakukan

(42)

34 B. Evaluasi Proses Intervensi

Berikut ini adalah evaluasi peserta pelatihan Kepedulian terhadap Sahabat selama dua pertemuan proses intervensi yakni :

Tabel 12. Evaluasi Proses Intervensi

Klien Evaluasi Proses

DAN Subjek terlihat sangat antusias dalam proses pelatihan, sering memberikan pendapat dalam kelompok besar serta selalu

memperhatikan dan mendengarkan instruksi. Subjek juga sangat aktif dalam kelompok besar, selalu berpartisipasi tiap sesinya selain itu subjek bersemangat mengerjakan tugas yang diberikan. Walaupun begitu, subjek sesekali terdistraksi untuk mengobrol dan memainkan benda-benda yang ada di sekitar.

AAAZ Subjek terlihat antusias dalam proses pelatihan, hanya saja cenderung pasif dalam mengungkapkan pendapat dan mengajukan pendapat sehingga cofasilitator cenderung menstimulasi subjek untuk memberikan pendapatnya.

BFY Subjek antusias untuk mengikuti pelatihan dan tertarik ketika melihat video. Subjek mampu memberikan pendapatnya dan menjelaskan dengan baik. Subjek kurang berinisiatif dalam menyampaikan pendapatnya namun mampu memberikan pendapat ketika diberikan pertanyaan oleh cofasilitator.

IKR Subjek mampu mendengarkan, memberi pendapat, dan mengerjakan tugas-tugas dalam kelompok kecil. Namun terkadang cofasilitator terpaksa harus mengingatkan subjek karena mudah terdistraksi untuk mengobrol dengan teman dan memainkan kotidak pensilnya. Subjek mampu memberikan pendapatnya ketika ada reward dari pertanyaan yang diajukan fasilitator.

KKK Subjek berpartisipasi saat diskusi dalam kelompok kecil namun cenderung malu-malu untuk berbicara di depan umum. Ketika diminta untuk mewakili kelompoknya, subjek berani untuk menceritakan hasil diskusi kelompoknya dalam kelompok besar. Selain itu, subjek

menegur teman-temannya untuk bersikap sopan dalam mendengarkan penjelasan fasilitator. Saat sesi role play, subjek mampu

memperagakan korban bullying dengan baik.

MAL Subjek mau mendengarkan penjelasan materi oleh fasilitator namun cenderung pasif ketika diberikan pertanyaan. Suara subjek cenderung kecil ketika dimintai pendapat. Cofasilitator juga memberikan

kesempatan kepada subjek untuk menceritakan hasil diskusi kelompoknya.

(43)

35 PSD Subjek cukup tertib untuk mengikuti pelatihan yang diberikan. Subjek

mampu mendengarkan dan memahami instruksi dari fasilitator. Subjek paham mengenai materi bullying dan tidak ingin menjadi pelaku bullying. Namun, subjek cenderung diam dan pasif dalam kelompok besar maupun kecil sehingga cofasilitator sering menstimulasi subjek untuk berbicara.

RNH Subjek cukup antusias dalam proses pelatihan. Namun terkadang subjek terlihat pasif dan beberapa kali melakukan hal-hal lain seperti mengobrol.

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Hasil pelatihan menunjukkan bahwa siswa kelas VB mendapatkan informasi mengenai bullying sehingga menambah pengetahuan. Selain itu pelatihan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada saat pretest, posttest, dan follow up, didapatkan hasil rerata dari perilaku bertanggung jawab pada saksi adalah

Intervensi kelompok ini mampu meningkatkan perilaku bertanggung jawab pada saksi bullying. Dampak ini secara tidak langsung dapat mengurangi frekuensi bullying yang terjadi di kelas. Hampir seluruh peserta pelatihan mampu memahami konsep bullying seperti dampak bullying dan alasan munculnya

37.44

47.67

42.22

0 10 20 30 40 50 60

Pretest Posttest FollowUp

Grafik 2. Rerata Kecenderungan Perilaku Bertanggung Jawab Saksi Bullying

(44)

36 perilaku bullying sehingga peserta dapat merasa empati terhadap korban dan pelaku. Selain itu peserta dapat memahami mengenai cara menghentikan bullying.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah:

a. Pelatihan selanjutnya dapat mengkhususkan anak yang teridentifikasi sebagai saksi untuk mengurangi keterlibatan pelaku dan korban dari

bullying selama pelatihan

b. Perlu melakukan penyesuaian dalam hal memberikan ice breaking dan energizing sesuai dengan karakteristik peserta pelatihan

c. Pelatihan dalam tema bullying dapat dilakukan secara rutin, mengingat kejadian bullying selalu muncul setiap tahunnya.

(45)

37 DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti, M.G. (2005). Metode modelling, coaching, dan gabungan modelling-coaching untuk meningkatkan keterampilan sosial anak sebagai dasar penerimaan oleh kelompok. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Aryuni, M. (2013). Laporan Praktek Kerja Profesi Psikologi Pendidikan Kasus Kelompok di SD IT Alam Nurul Islam Yogyakarta. Laporan PKPP. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Atlas, & Pepler, D. (1998). Observations of bullying in the classroom. Journal of Educational Research, 92, 1-86.

Beran, T.N., Tutty, L., & Steinrath, G. (2004). An evaluation of a bullying prevention program for elementary schools. Canadian Journal of School Psychology, 19, 99-116.

Dubin, N. (2007). Asperger Syndrome & Bullying Strategies And Solutions. London: Jessica Kingsley.

Elliott, M. (2002). Bullying: A practical guide to coping for school (3rd edition). Great Britain: Pearson Education.

Enfield, R.P., McQuitty, L.S., & Smith, M.H. (2007). The Development and Evaluation of Experential Learning Workshop for 4H Volunteers. Journal of Extension. Vol 45 No 1. http://www.joe.org/joe/2007february/a2.php , 24 Juni 2015

Fadhlia, T.N.F. (2010). Kepedulian terhadap sahabat untuk meningkatkan perilaku bertanggung jawab pada saksi bullying. Thesis. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Field, A. (2009). Discovering Statistic Using SPSS (3rd edition). London: Sage Publication Inc.

Olweus, D. (1993). Bullying at school: What we know and what we can do. Oxford: Blackwell.

Padgett, S., & Notar, C.E. (2013). Bystanders are the key to stopping bullying.

Universal Journal of Educational Research, 1(2): 33-41, doi:

10.13189/ujer.2013.010201

(46)

38

LAMPIRAN

(47)

39 HASIL ASESMEN WAWANCARA KELOMPOK

1. Wawancara Kelompok Putri a. Subjek KKK

Di kelas kerap terjadi pertengkaran seperti adu mulut khusunya antara kelompok putra dan putri. Subjek mengaku ada kelompok putra yang diketuai oleh siswa AB sebagai ketua kelompok. Kelompok AB selalu mengejek siswa lainnya dengan julukan tertentu yang hanya diketahui

oleh mereka saja dan terkadang setelah memanggil dengan nama tersebut mereka tertawa. Di kelas terdapat beberapa siswa yang selalu dikerjai kelompok AB seperti I, A, dan AA. A siswa laki-laki yang seperti perempuan sehingga sering kali kelompok mengejek A. Sedangkan I merupakan siswa pindahan dari Japan dan sedikit aneh, I sering diledekin oleh kelompok AB. Sedangkan AA merupakan siswi yang selalu menyendiri, kelompok AB atau siswa putra lain sering menyebarkan isu AA dan A yang berpacaran. Subjek mengaku beberapa kali mengingatkan pelaku yang mengejek tetapi subjek terkadang balik diejek “Gajah” oleh pelaku. Hal ini membuat subjek terkadang malas berurusan dengan kelompok AB.

b. Subjek PSD

Di kelas, subjek sering mendengar siswa putra mengejek dengan cara “memacok-macokin” siswi lain. Pernah AB dipacokin dengan MKAZ. Subjek mengaku juga pernah sekali dipacokin oleh R. Karena selalu didiamkan oleh subjek, perilaku R semakin menjadi akhirnya subjek tidak tahan dan menangis.

c. Subjek MKAZ

Subjek beberapa kali melihat siswa putra kerap beradu fisik seperti

(48)

40 pertanyaan guru. Selain itu, subjek melihat siswa A selalu sengaja dipermainkan ketika sedang bermain secara berkelompok. Subjek juga melihat AA selalu menyendiri dan terpisah dari kelompok putri. AA sangat pendiam, jarang bercerita seperti siswi lainnya.Tak jarang kelompok putri lupa untuk mengajak AA bermain. Selain itu di kelas sering sekali siswi putri menangis karena “dipacokin” dengan siswa

putra lain. d. Subjek AAAZ

Subjek mengaku pernah melihat seorang teman yang menggambar jari tengah di papan tulis dengan tulisan “Fuck You”. Teman yang menggambar tersebut mengancam teman lain untuk mengaku jika ditanya guru, siswa tersebut harus mengaku bahwa ia yang menggambar. Subjek melihat korban tersebut dengan wajah yang ingin menangis. Subjek melihat pelaku juga langsung mengejek bahwa kalau pelaku akan menangis. Subjek hanya bisa diam ketika melihat kejadian tersebut.

2. Kelompok Siswa Putra a. Subjek RNH

Subjek mengaku setelah penutupan kelas, subjek dan seorang teman AG turun menuju tangga bawah. Saat di tangga, ada siswa dari kelas lain yang sedang naik tangga mendatangi mereka lalu memukul AG yang tidak bersalah. Lalu siswa yang memukul AG naik ke atas tangga sambil menatap AG dengan mata melotot. Kemudian pelaku kembali ke AG dan mendorong AG sampai ke tembok sambil mengatakan “terima enggak?”. AG langsung merasa kesakitan, saat itu subjek hanya bisa diam karena takut dipukul juga.

b. Subjek IKR

(49)

41 mengejek siswa lain. Subjek sering menertawai ketika teman mengejek anak lain.

c. Subjek DAN

Subjek termasuk anak yang tidak menyukai bergabung dalam kelompok AB. Kelompok AB kerap mengejek siswa lain dengan julukan yang hanya mereka ketahui artinya dan kemudian

menertawakan siswa lainnya. Subjek juga sering mendengar R memacok-macokin siswa putra dan siswi putri dengan membuat gossip

di kelas seperti gossip AA dan A dan siswa lainnya. Subjek mengaku membiarkan saja kejadian itu dan tetap mengerjakan hobbynya menggambar.

d. Subjek MIA

Subjek melihat A selalu dibiarkan sendiri dan diejek oleh siswa lain. Subjek pernah mendengar A diejek oleh siswa lain melalui lagu-lagu tertentu. A yang kelihatan tidak nyaman dengan lagu tersebut. Subjek saat itu mengingatkan bahwa bunyi lagu tersebut salah dan bukan kata itu.

e. Subjek MAL

Subjek selalu melihat serang teman selalu mengejek teman tertentu dengan sebutan pete dan dilakukan setiap hari ketika memanggil anak tersebut. Subjek yang melihat kejadian tersebut hanya diam dan tidak berani menegur teman tersebut.

f. Subjek BFY

(50)

42 REKAPITULASI IDENTIFIKASI SAKSI BULLYING

DAN SKALA TANGGUNG JAWAB

No. Nama Skor Saksi Skor Tanggung Jawab

1. AA* 3 57 Sedang

2. AAAZ 7 √ 45 Rendah

3. AZN 3 70 Sedang

4. ARY 0 62 Sedang

5. BFY 7 √ 40 Rendah

6. DAN 7 √ 28 Rendah

7. HP 9 √ 61 Sedang

8. HAKA 0 58 sedang

9. IMN* 7 √ 22 rendah

10. IKR 9 √ 28 Rendah

11. KKK 7 √ 38 Rendah

12. MKAZ 8 √ 74 Tinggi

13. MAL 7 √ 27 Rendah

14. MRA** 3 27 Rendah

15. MAM** 3 20 Rendah

16. MHAF 7 √ 49 Sedang

17. MIA 7 √ 43 Rendah

18. MNA 3 61 Sedang

19. NAA 4 27 Rendah

20. PSD 7 √ 45 Rendah

21. RNH 8 √ 43 rendah

22. SAB* 5 32 rendah

23. SR** 2 26 rendah

24. ZMA 5 60 sedang

(51)

43 REKAPITULASI HASIL SKALA KECENDERUNGAN PERILAKU

BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP BULLYING Siswa Kelas V-B SDIT Alam Nurul Islam

No. Nama Siswa Pretest Kategori Posttest Kategori Follow up Kategori

1. AA* 57 sedang 32 rendah Sakit

2. AAAZ 45 rendah 54 sedang 60 sedang

3. AZN 70 sedang 94 tinggi 83 tinggi

4. ARY 62 sedang 63 sedang 61 sedang

5. BFY 40 rendah 44 rendah 54 sedang

6. DAN 28 rendah 37 rendah 26 rendah

7. HP 61 sedang 96 tinggi 96 tinggi

8. HAKA 58 sedang 77 tinggi 96 tinggi

9. IMN* 22 rendah 21 rendah 20 rendah

10. IKR 28 rendah 31 rendah 31 rendah

11. KKK 38 rendah 49 sedang 36 rendah

12. MKAZ 74 tinggi 81 tinggi 79 tinggi

13. MAL 27 rendah 30 rendah 33 rendah

14. MRA** 27 rendah 34 rendah 49 sedang

15. MAM** 20 rendah 34 rendah 29 rendah

16. MHAF 49 sedang Sakit 33 rendah

17. MIA 43 rendah 67 sedang 20 rendah

18. MNA 61 sedang 92 tinggi 79 tinggi

19. NAA 27 rendah Sakit 41 rendah

20. PSD 45 rendah 56 sedang 45 rendah

21. RNH 43 rendah 61 sedang 60 sedang

22. SAB* 32 rendah 59 sedang 40 rendah

23. SR** 26 rendah 23 rendah 21 rendah

24. ZMA 60 sedang 81 tinggi 80 tinggi

25. Rakha*** 20 rendah 79 sedang Kembali ke VA

Ket:

* = Korban Bullying di kelas

** = Pelaku Bullying

Gambar

Tabel 1. Jumlah Siswa
Tabel 3. Hasil Identifikasi Saksi Bullying
Tabel 5. Kategorisasi Perilaku Bertanggung Jawab
Tabel 6. Kegiatan pelatihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mereka akan duduk melingkar sehingga setiap siswa memiliki paling sedikit satu teman dari kelompok belajar yang sama yang duduk di sampingnya.. Banyaknya cara melakukan hal

mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial, pekerjaan, atau di sekolah, misalnya teman yang sedikit, sering konflik dengan teman, dan sebagainya. • Gejala muncul

Sering muncul kasus di mana orang-orang yang memiliki kebutuhan kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk tidak begitu suka bekerjasama dengan orang lain, karena

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut mengenai sebuah tim yang ada pada perusahaan pixar, karena terlihat bahwa mereka

jati dirinya di tengah-tengah masyarakat kini sedikit mengalami pergeseran dari segi keberadaanya, kalau dulu komunitas gay lebih sering menutup diri dan tidak

Penelitian ini diperoleh hasil bahwa mahasiswa yang memiliki intensitas dengan teman sebaya yang baik akan cenderung sering melakukan diskusi dan melakukan kegiatan

Keberadaan lingkungan sosial, seperti guru, orang tua, teman sebaya, saudara, untuk memberikan dukungan di saat remaja korban bullying membutuhkan perlindungan, keamanan,

Sering muncul kasus di mana orang-orang yang memiliki kebutuhan kekuasaan dan prestasi yang tinggi cenderung untuk tidak begitu suka bekerjasama dengan orang lain, karena