SRATIFIKASI SOSIAL DALAM
KOMUNITAS PERTANIAN
Disusun oleh: Sulistyo
Fak. Pertanian Univ. JANABADRA
Jln. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231
• Penggambaran kelompok sosial menurut susunan berjenjang
• Adanya stratifikasi sosial karena
kehidupan manusia tidak lepas dari nilai
• Nilai ada karena keberadaannya langka dan tidak mudah didapat sehingga
mempunyai “harga”
• Orang yang mempunyai lebih banyak “hal yang bernilai” akan lebih terpandang dan punya kedudukan sosial yang tinggi
• Apa yang dipandang bernilai dalam
• Umumnya hal yang bernilai berkait dengan:
• Harta atau kekayaan
• Jenis mata pencaharian
• Pengetahuan/pendidikan
• Keturunan
• Keagamaan
• Usia
• Khusus dalam komunitas pertanian, hal yang dipandang paling bernilai adalah lahan pertanian
• Besarnya pemilikan atau penguasaan
• Berdasar kepemilikan lahan pertanian ini, komunitas pertanian dapat dibagi dua:
• Komunitas pertanian satu kelas, yaitu tipe
komunitas pertanian yang rata-rata pemilikan lahan pertaniannya sama
• Komunitas pertanian dua kelas, yaitu tipe
komunitas pertanian yang di dalamnya terdapat sejumlah kecil warga punya lahan amat luas, sedangkan sebagian besar lainnya tidak
• Dalam komunitas pertanian satu kelas
kemungkinan terdapat pemilikan lahan yang rata-rata luas seperti di AS, Amerika Latin, dan Kanada yang secara umum termasuk petani kelas menengah
• Komunitas pertanian satu kelas yang rata-rata pemilikan lahannya luas menciptakan
stratifikasi sosial yang tidak tajam
• Mobilitas vertikal merupakan gejala yang biasa
• Hubungan antara orang lebih bersifat egaliter
• Standar hidupnya tinggi
• Komunitas pertanian dua kelas menciptakan stratifikasi sosial yang tajam
• Tidak ada peluang terjadinya mobilitas vertikal
• Hubungan antara orang lebih berdimensi vertikal yang berdampak terciptanya orang-orang
dengan kepribadian “mudah diperintah”
• Dalam komunitas pertanian yang rata-rata luas pemilikan lahannya sempit umumnya kemajuannya tidak jauh berbeda dengan desa tipe dua kelas
• Pemilikan lahan yang sempit tidak
memberi akses bagi pemiliknya untuk meningkatkan status, sekalipun pintu kebebasan berusaha tani terbuka
• Untuk Indonesia, perlu dibedakan keadaan di Jawa dan luar Jawa
• Di luar Jawa, yang kepadatan
penduduknya rendah, penguasaan lahan yang umumnya luas tidak menjadi dasar penentuan lapisan sosial seseorang
• Tenaga kerja di luar Jawa lebih berharga,
lebih-lebih di luar Jawa tanah pertanian adalah bukan milik perorangan tetapi milik adat
(kolektif)
• Untuk Jawa, karena pernah mengalami sistem penguasaan tanah di bawah kendali kerajaan, maka juga ada stratifikasi sosial yang tajam, tingkat kesejahteraannya rendah, sifat
• Setelah kemerdekaan, keadaan berubah yaitu tanah pertanian semakin bergeser menjadi milik perorangan, tetapi
perubahan tersebut tetap tidak mampu meningkatkan kehidupan masyarakat
DIMENSI PELAPISAN SOSIAL
• Ada 5 faktor yang menentukan sistem pelapisan sosial masyarakat desa:
2.keterkaitan antara sektor pertanian dan industri
• Apabila di suatu desa atau di tempat lain yang bisa diakses terdapat industri atau lapangan kerja yang memberikan
• Di sini stratifikasi sosial tidak hanya ditentukan oleh luas pemilikan tanah, tetapi juga oleh kedudukan
sosial-ekonomis mereka selaku pekerja
industri atau lapangan kerja yang lain
3. Bentuk pemilikan atau penguasaan
tanah (land tenure). Hak milik atas tanah yang dimaksud di sini adalah yang
berkaitan dengan hak-hak yang sah yang dimiliki seseorang untuk menggunakan, mengolah, menjual, atau memanfaatkan bagian tertentu dari permukaan tanah itu
• Aturan mengenai bentuk pemilikan dan penguasaan tanah ini berbeda
• Adanya bentuk-bentuk pemilikan dan penguasaan tanah ini menyebabkan terciptanya tingkatan kedudukan sosial seseorang, misalnya adanya buruh tani,
penyakap, penyewa, pemilik, manajer, dan lain-lain
• Seorang penyewa meskipun lahan yang
4. Frekuensi perpindahan petani dari lahan pertanian satu ke lahan lainnya.
• Seorang petani penggarap
atau penyewa yang sering berpindah lahan yang
• Tetapi, khususnya untuk desa yang rata-rata pemilikan tanahnya sempit, petani penggarap/ penyewa yang sering
berpindah, bukan hanya secara sosial
5. Komposisi sosial penduduk
• Hal ini terutama terlihat di AS yang multietnis
• Sulit sekali terjadi piramida sosial dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai ras
• Kelompok ras tertentu cenderung bersifat eksklusif terhadap yang lain
• Untuk di Indonesia, faktor kelima ini kurang relevan, karena walaupun Indonesia terdiri dari multietnis,
DIFERENSIASI SOSIAL
• Menurut P. Sorokin, secara teoritik,
semakin maju suatu masyarakat, semakin tinggi tingkat diferensiasinya
• Masyarakat desa relatif bersahaja
• P. Sorokin mengaitkan pengertian diferensiasi sosial ini dengan
pengelompokan sosial (social grouping)
• Untuk memahami lebih lanjut perlu diketahui lebih dahulu apa kelompok sosial itu
1. Pluralitas subyek
• Eksistensi pengelompokan
mensyaratkan adanya pluralitas dalam elemen pembentuknya
• Semakin tinggi pluralitasnya, semakin tinggi pula diferensiasi sosial
2. Interaksi antarsubyek
3. Solidarita atau kohesi sosial
• Solidarita menciptakan perasaan
“kekitaan”, perasaan yang membawa seseorang menjadi bagian dari suatu kelompok
• Emile Durkheim mengemukakan dua
A. Kohesi yang didasarkan atas kesamaan di antara para anggota kelompok dan ini
disebut solidarita mekanik
B. Kohesi yang didasarkan atas hubungan saling tergantung dalam divisi kerja
• Di sini adanya perbedaan justru mendasari adanya kohesi namun mereka saling
tergantung
• Bagaimana dengan pola pengelompokan masyarakat desa?
• Masyarakat desa pada hakekatnya
adalah
1.Termasuk masyarakat dengan pluralitas rendah sehingga cenderung tidak
2. Cenderung termasuk tipe kelompok primer dengan karakteristik yang
terlekat padanya
• Diferensiasi sosial masyarakat desa dapat pula dipahami melalui dimensi lokalitasnya yang
dapat dibedakan menjadi 3 kelompok sosial
• Keluarga, yaitu merupakan satuan pemukiman yang mempersatukan orang menjadi satuan sosial yang terkecil
• Keluarga konjugal adalah satuan keluarga yang mandiri atau otonom yang terdiri dari suami, isteri, dan anak yang belum
berumahtangga
• Keluarga meluas adalah satuan keluarga yang besar yang terdiri dari keluarga-keluarga kecil (nuclear family = semacam keluarga konjugal tapi tidak otonom) di bawah seorang kepala keluarga besar yang diatur berdasarkan
sistem kekerabatan tertentu
• Ketetanggaan, adalah lokalitas kecil yang orang-orangnya sering berhubungan
secara akrab satu sama lain
• Luas wilayah atau lokalitasnya ditentukan berdasar cakupan keakraban satu sama lain, bukan oleh ketentuan peraturan
• Elemen kebersamaan menjadi fondasi ikatan sosial yang kuat di antara warganya dan
menjadi pilar utama dalam suatu komunitas
• Komunitas, adalah setiap lingkungan orang yang hidup bersama dan menyadari adanya kebersamaan itu, sehingga mereka bersama berbagi kepentingan yang menyangkut