• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI PERAN MAHASISWA DALAM PEMBANGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REALISASI PERAN MAHASISWA DALAM PEMBANGU"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : LUTHFIYAH SHAFIRA

NIM : 0703128120157

JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI

MATA KULIAH : SISTEM POLITIK INDONESIA

REALISASI PERAN MAHASISWA

DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA

Bicara soal pembangunan Indonesia rasanya butuh terlalu banyak waktu yang dihabiskan, butuh terlalu banyak dana untuk merealisasikannya. Namun, jika bicara dari segi sumber daya manusia sebagai pelaksananya Indonesia tidak akan pernah kekurangan sumber daya satu ini. Dari Sabang sampai Marauke, Indonesia memiliki tunas-tunas pembangun bangsa yang luar biasa tidak terkira dari segi semangat perubahan dan semangat juang. Jika dilihat pada masa pra-kemerdekaan hingga era kemerdekaan karena pada kenyataannya sekarang tunas-tunas pembangun bangsa itu entah berada dimana. Mereka hanya sibuk mengurusi gaya hidupnya saja dan tidak lagi mengurusi bagaimana caranya membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.

Apa yang terjadi pada tunas bangsa saat ini? Apa yang mereka lakukan selama ini? Dimana semangat perubahan dan semangat juang yang mereka kobarkan? Dimana “idealisme” yang begitu mereka junjung tinggi? Kemanakah “idealisme” mereka saat ini? Apakah sedang berkeliling dunia seperti kebanyakan para tunas bangsa saat ini yang begitu bangga dengan banyak hal sia-sia yang telah mereka lakukan ataukah sedang hibernasi di belahan bumi lain?.

LUCU. Satu kata yang rasanya ingin saya katakan pada para tunas bangsa saat ini. Mereka sibuk menuntut pemerintah untuk melakukan ini-itu seperti yang mereka inginkan. Jika ditanya mengapa melakukan itu (baca : demonstrasi atau unjuk rasa) maka jawabannya untuk kepentingan rakyat dan negara. Apa mereka tidak sadar atau justru memang tidak tahu bahwa ujung tombak perubahan ada di tangan mereka. Berada dalam genggaman mereka dan bergantung pada mereka. Mereka hanya sibuk berkoar-koar melakukan demo atau unjuk rasa yang katanya tidak anarkis, yang katanya tidak mengganggu kepentingan publik. Apa mereka tidak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu? Saya sendiri sebagai mahasiswa tidak mampu menjawabnya.

(2)

segolongan orang-orang yang hebat. Kenapa saya katakan hebat? Karena hanya segelintir orang yang mampu mengenyam pendidikan hingga pendidikan tinggi. Lalu, apa hasil dari pendidikan tinggi mereka? Apa hasil dari bertahun-tahun berjuang mendapatkan gelar “sarjana” dalam bidang-bidang tertentu tersebut. Kenapa masih banyak pengangguran di Indonesia saat ini? Apa gelar yang didapat hanyalah “simbol” yang membedakan mereka secara status dengan orang-orang yang kurang beruntung yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Harusnya mereka bisa lebih “hebat” dari orang-orang yang katanya “tidak berpendidikan tinggi”, tapi mampu membuat sesuatu yang hebat lebih dari orang-orang yang berpendidikan tinggi.

Pahit rasanya jika bicara soal harapan. Terlalu banyak harapan yang dititipkan masyarakat pada para tunas bangsa saat ini melihat kenyataan sekarang, dimana alat pemerintahan dipegang oleh “para bedebah” yang berkamuflase sebagai “wakil rakyat”. Jangan berani menyebut mereka orang-orang tak berpendidikan karena ada segudang gelar dan pengalaman yang mereka pegang. Namun, apalah arti segudang gelar dan pengalaman apabila tidak bisa menjadi orang yang “amanah”. Begitu sulit rasanya menemukan orang-orang amanah di zaman reformasi saat ini yang menjunjung demokrasi.

Kebablasan. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan demokrasi yang ada saat ini. Mahasiswa sibuk menjunjung demokrasi dengan mengunakan aksi demonstrasi. Rasanya “naif” apabila mereka sibuk berkoar-koar dengan banyak tuntutan, tapi pada kehidupan nyata mereka tidak melakukan apa yang mereka jadikan tuntutan tersebut. Contoh yang sangat sederhana adalah mereka menuntut bebaskan KKN dari Indonesia, tapi pada kenyataannya mereka melakukan hal-hal kecil (baca : curang dalam ujian ataupun curang dalam skripsi) yang menjadi bibit dari KKN itu sendiri.

Mereka yang pada saat menjadi mahasiswa sibuk mengumbarkan semboyan “integritas dan intelektualitas”, tapi pada saat terjun dalam dunia kerja semboyan tersebut hanyalah omong kosong belaka. Lagi-lagi semua yang pada awalnya menggebu-gebu hanya akan menjadi sampah di kemudian hari. Masyarakat Indonesia sudah sangat terkenal dengan hal ini “cepat tersulut dan cepat melupakan”. Analogi yang sangat tepat untuk masyarakat Indonesia karena hanya menggebu-gebu di awal, tapi cepat padam.

(3)

idealis adalah orang-orang yang akan dengan sangat cepat tersingkir dari lingkungannya. Karena dalam dunia nyata idealis tidaklah berharga.

Pertama, sebagai “agent of change” mahasiswa harus bisa menjadi agen perubahan yang memberi dampak perubahan bangsa dan negara ke arah lebih baik. Jika dilihat pada masa-masa perjuangan kemerdekaan dan era kemerdekaan para pemudanya (mahasiswa) benar-benar menjadi tombak-tombak yang membawa perubahan, mereka bergerak dari segala bidang. Ada yang bergerak dari bidang akademik dengan berusaha belajar dengan giat untuk dapat mengambil ilmu dan meneruskan ilmunya, ada yang bergerak dalam bidang aktivis ataupun relawan militer yang berusaha untuk mengumpulkan pasukan dan melatihnya berperang. Namun, rasanya miris apabila dilihat di masa kini para pemudanya sibuk masing-masing mengurusi gaya hidup mereka, bersifat individualis, dan tidak lagi berpikir untuk membangun bangsa tempat mereka dan keluarga mereka tinggal. Mereka tidak berpikir bagaimana keadaan di masa depan apabila mereka masih tidak memberikan kontribusinya dalam pembangunan tanah air tercinta Indonesia.

Sebagai agen perubahan mahasiswa harus berpikir kritis dan tidak hanya bisa mengkritik, tapi juga memberikan solusi cerdas serta turut andil dalam proses pelaksanaan atas kebijakan yang telah dibuat sebagai penyelesaian permasalahan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa saat ini kita harus memegang teguh prinsip kejujuran setiap melakukan suatu hal agar Indonesia menjadi lebih baik. Kontribusi terbaik adalah melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bidang kita secara profesional dan berdedikasi tinggi seraya menjunjung tinggi integritas dan intelektualitas.

Kedua, sebagai “social control” mahasiswa harus dapat mengawasi dan mengendalikan lingkungan sosialnya agar tidak terbawa pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Efek kemajuan teknologi dan globalisasi yang ada saat ini sangat mempengaruhi proses pengendalian sosial yang terjadi karena terlalu mudahnya masyarakat mengakses berita ataupun segala macam informasi maka, sangat sulit untuk melakukan pengawasan dan pengendalian sosial. Mahasiswa harus bisa menunjukkan sikap intelektualitas dan integritas mereka harus dijunjung. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan harus sejalan dengan kebijakan yang telah dibuat dan sebagai fasilitator antara rakyat dengan para elit pemerintahan yang telah membuat kebijakan untuk rakyat.

(4)

Ketiga, sebagai “iron stock” mahasiswa harus siap menjadi pengganti para pendahulu yang telah berusaha memperjuangkan kemerdekaan hingga saat ini kita telah merdeka. Mahasiswa harus bisa menggantikan perjuangan-perjuangan mereka dan tidak berhenti setelah mendapatkan kemerdekaan. Mahasiswa harus bisa memberikan perubahan signifikan untuk bangsa, harus tetap kritis dan tajam terhadap pemerintah, dan tidak hanya berleha-leha seperti saat ini. Karena Indonesia saat ini tidak dijajah melalui fisik namun, melalui pola pikir dan etika yang mengalami degradasi yang sangat signifikan.

Oleh karena itu, saat ini mahasiswa harus bisa memperbaiki diri masing-masing untuk menjadi pribadi yang lebih bermartabat dan terhormat tidak hanya dari segi status namun, juga dari segi etika dan moralnya. Karena orang yang memiliki etika dan moral lebih berharga dibanding orang yang hanya memiliki status.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

Usaha yang dilakukan dalam mengatasi hambatan bimbingan keagamaan para tokoh agama adalah melaksanakan bimbingan keagamaan atau upaya untuk lebih meningkatkan bimbingan

Sedangkan pada tahap identifikasi, dilakukan pembandingan kemiripan sketsa wajah yang didapat dari proses rekonstruksi, dengan seluruh citra buronan yang ada di

Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan berat badan pada kelompok kontrol, sebelum dan sesudah perawatan tanpa terapi massage dengan nilai p value

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa: kecernaan bahan kering dan bahan organik relatif sama antara rumput kumpai segar dengan rumput

Kata-kata yang memiliki translate yang berbeda dalam bahasa lain atau bahkan tidak ada terjemahan yang sebanding. Contoh : effisiensi dalam B.Ind

Berdasarkan penegasan konseptual di atas maka secara operasional yang dimaksud dengan “Penanaman Sikap Disiplin dan Tanggungjawab Peserta Didik melalui Kegiatan

Selain penyimpanan alat gambar, trace box ini juga akan menggunakan material kaca pada kotak lampu agar selain untuk menggambar, kotak lampu tersebut bisa digunakan