• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK PENTING PELATIHAN PROTEKSI RADIASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASPEK PENTING PELATIHAN PROTEKSI RADIASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

157

ASPEK PENTING PELATIHAN PROTEKSI RADIASI DALAM

RADIOLOGI INTERVENSIONAL

Rusmanto

Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif – BAPETEN

ABSTRAK

ASPEK PENTING PELATIHAN PROTEKSI RADIASI DALAM RADIOLOGI

INTERVENSIONAL. Pelatihan proteksi radiasi dimaksudkan untuk memahami dan mempraktekkan aspek proteksi radiasi dalam radiologi intervensional. Pelatihan proteksi radiasi untuk pekerja harus merupakan bagian pendidikan integral bagi yang menggunakan teknik intervensional.

Kardiolog atau radiolog sebagai operator utama harus mengikuti program pelatihan proteksi radiasi sekurang-kurangnya selama 20-30 jam tentang radiologi intervensional. Sedangkan untuk pekerja yang membantu kardiolog atau radiolog disarankan mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama 16 jam atau 2 hari berturut-turut. Lingkup pelatihan proteksi radiasi dalam radiologi intervensional meliputi: pelatihan dasar, pelatihan tambahan dan pelatihan lanjutan. Pelatihan proteksi radiasi berpengaruh terhadap dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiologi intervensional.

Sebagai kesimpulan, untuk mengembangkan sistem pengawasan bidang radiologi intervensional, pelatihan proteksi radiasi secara berkala disyaratkan bagi pekerja di radiologi intervensional.

Kata kunci : Radiologi intervensional, pelatihan proteksi radiasi, aspek penting pelatihan proteksi radiasi

ABSTRACT

THE IMPORTANT ASPECTS OF RADIATION PROTECTION TRAINING IN THE INTERVENTIONAL RADIOLOGY. Radiation protection training is intended to understand and to practice radiation protection aspects in the interventional radiology. Training of radiation protection for worker should be an integral part of the whole education for those using interventional techniques. Cardiologist or radiologist as main operator should participate in the training program of radiation protection at least 20-30 hours in the interventional radiology. In addition for clinicians, as a helper of cardiologist or radiologist it should be involved in the training program of ra diation protection at least 16 hours. The scope of radiation protection training in the interventional radiology includes the basic, intermediate and advanced level.

The radiation protection training has an affect on the radiation dose received by the worker in the interventional radiology.

In conclussion, to develop the regulatory system in the interventional radiology, periodical radiation protection training program is required for the worker in the interventional radiology.

Key words : Interventional radiology, radiation protection training, important aspects of radiation protection training

I. PENDAHULUAN

Tindakan radiologi intervensional

biasanya dilakukan oleh dokter spesialis jantung

dan pembuluh darah atau yang sering disebut

dengan kardiolog, dan dokter spesialis radiologi

atau yang sering disebut radiolog. Selain itu juga

dibantu oleh asisten dokter yang biasa disebut

scrub. Scrub biasanya adalah perawat, dokter

residen, ataupun dokter spesialis lain yang

terlibat dalam tindakan. Dokter, baik kardiolog

maupun radiolog yang melakukan tindakan

intervensional mempunyai risiko radiasi yang

besar dibandingkan dokter spesialis lainnya.

(2)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

158

terlibat dalam tindakan intervensional. Oleh

karena itu berbagai macam cara dilakukan untuk

membantu mereduksi paparan radiasi yang

diterimanya.

Seperti yang kita ketahui bahwa dosis

pekerja dalam tindakan intervensional yang

dipandu dengan fluoroskopi itu lebih besar

dibandingkan dengan fluoroskopi atau radiologi

diagnostik biasa. Hal ini disebabkan karena

selain menggunakan fluoroskopi untuk panduan

langsung tindakan tetapi juga menggunakan sine

fluorografi untuk merekam hasil tindakan,

merekam identitas pasien, dan untuk evaluasi

tindakan berikutnya. Waktu fluoroskopi total

yang digunakan per tindakan pun beragam,

mulai dari 1 menit hingga 50 menit, dan jumlah

rekaman sine fluorografi yang diambil juga lebih

dari sekali.

Tingkat paparan radiasi di sekitar pasien

dapat menjadi lebih tinggi pada kondisi kerja

normal, hal ini jika alat proteksi dan alat ukur

radiasi tidak digunakan, dan jika banyak

tindakan yang komplek yang dilakukan per

harinya. Untuk itu kemungkinan munculnya

risiko radiasi juga sangat besar, seperti

gangguan pada lensa mata dapat terjadi setelah

beberapa tahun bekerja.

Sistem sinar-X yang digunakan dalam

radiologi intervensional biasanya sudah didisain

khusus untuk melakukan tindakan intervensional

termasuk kondisi keselamatan radiasinya. IEC

(International Electrotechnical Commission)

telah mengeluarkan standar baru yang

berhubungan dengan keselamatan sistem sinar-X

yang digunakan dalam radiologi intervensional

[1].

Meskipun sistem sinar-X radiologi

intervensional sekarang ini semakin canggih dan

produsen pesawat sinar-X telah memasukkan

banyak fitur teknis untuk mengurangi dosis

radiasi namun apabila kardiolog/radiolog dan

asistennya tidak mengetahui dan memahami

serta mempraktekkan aspek proteksi radiasi

maka kardiolog/radiolog dan asistennya tidak

akan memperoleh manfaat yang lebih baik.

Untuk itu pelatihan proteksi radiasi merupakan

kunci utamanya.

Komisi Eropa telah mengeluarkan

panduan khusus tentang pentingnya pelatihan

proteksi radiasi untuk tindakan intervensional.

Komisi Eropa juga menerbitkan akreditasi

pelatihan khusus untuk radiologi intervensional.

Berdasarkan panduan tersebut, para

kardiolog/radiolog diharuskan mengikuti

program pelatihan proteksi radiasi paling tidak

selama 20 – 30 jam tentang radiologi intervensional. Sedangkan untuk pekerja yang

membantu kardiolog/radiolog disarankan

mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama

16 jam atau 2 hari berturut-turut. Begitu pula

publikasi ICRP No. 85 menyatakan bahwa

"pelatihan proteksi radiasi untuk pekerja harus

merupakan suatu bagian pendidikan yang

integral untuk pengguna teknik intervensional"

[1].

Sesuai dengan paragraf sebelumnya

menyatakan bahwa pekerja radiologi

intervensional berpotensi menerima dosis efektif

dan dosis ekivalen tahunan yang dapat melebihi

NBD, hal ini dapat memperbesar kemungkinan

munculnya efek stokastik dan deterministik.

Potensi penerimaan dosis yang tinggi tersebut

dapat terjadi bila:

1. Beban kerja pekerja radiologi intervensional

(3)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

159

Hasil survai Tahun 2006 menunjukkan

bahwa dosis efektif rata-rata per tindakan

untuk pekerja radiologi intervensional

adalah 86,28 – 174,72 µSv. Apabila NBD BSS-115 sebesar 20 mSv per tahun

diterapkan maka beban kerja maksimal agar

NBD tidak terlampaui adalah sekitar 114 – 232 tindakan dalam satu tahun. Sedangkan

berdasarkan hasil survai, perkiraan beban

kerja rata-rata dalam satu tahun sebesar 200

– 898 tindakan [2].

Sesuai dengan hal tersebut maka dapat

diketahui bahwa beban kerja pekerja

radiologi intervensional termasuk tinggi.

Seiring dengan tingginya beban kerja maka

seharusnya ditunjang dengan penerapan

prinsip proteksi radiasi yang memadai dalam

melakukan tindakan radiologi

intervensional.

2. Pekerja tidak memperhatikan prinsip

proteksi radiasi selama tindakan

berlangsung

Hasil survai menunjukkan bahwa pekerja

dalam melakukan tindakan radiologi

intervensional hanya menggunakan alat

pelindung diri berupa apron dan pelindung

tiroid. Kaca mata Pb hanya dipakai oleh 1

(satu) kardiolog dan 2 (dua) perawat.

Sedangkan tabir Pb hanya digunakan pada 4

rumah sakit dan sarung tangan tidak pernah

dipakai [2].

Sesuai dengan hasil survai tersebut dapat

diketahui bahwa penggunaan peralatan

proteksi yang ada masih kurang optimal dan

biasanya hanya dikarenakan suatu alasan

non-teknis seperti mengganggu dalam kerja

atau kurang praktis. Alasan tersebut menjadi

lebih penting dibandingkan dengan manfaat

yang diperoleh dari penggunaan alat proteksi

tersebut.

3. Sistem pesawat sinar-X tidak dilengkapi

dengan peralatan proteksi

Hasil survai menunjukkan bahwa dari 17

pesawat sinar-X angiografi hanya terdapat 3

(tiga) pesawat sinar-X tidak dilengkapi

dengan tabir kaca Pb yang menggantung,

dan tirai Pb yang ada disamping meja pasien

[2].

II. LINGKUP PELATIHAN PROTEKSI

RADIASI

Berdasarkan publikasi Komisi Eropa

dalam Radiation Protection No. 119 (RP-119)

menyatakan bahwa lingkup pelatihan proteksi

radiasi dalam radiologi intervensional itu

meliputi [3]:

1. pelatihan dasar

Meliputi fisika radiasi, efek biologi

radiasi, aspek penting proteksi radiasi,

satuan dan besaran radiasi, dan peralatan

dasar radiologi intervensional.

2. pelatihan tambahan

Meliputi dosimetri radiasi, konsep dasar

proteksi radiasi, dan peralatan radiologi

intervensional tambahan.

3. pelatihan lanjutan

Meliputi klasifikasi tindakan radiologi

intervensional, regulasi tentang radiologi

intervensional, efek genetik radiasi,

teknologi sinar-X radiologi

intervensional, proteksi radiasi lanjutan.

Pelatihan proteksi radiasi seperti yang tercantun

dalam RP-119 ditujukan untuk [3]:

1. kardiolog;

2. radiolog;

3. dokter spesialis yang bersangkutan;

4. radiografer; dan

(4)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

160

Secara umum personil yang ikut

pelatihan proteksi radiasi adalah yang

berkompeten dan terlibat dalam tindakan

radiologi intervensional.

Hasil pelatihan yang diinginkan adalah

tercapainya tujuan pelatihan proteksi radiasi

yaitu mengetahui, memahami dan

mempraktekkan aspek proteksi radiasi dalam

radiologi intervensional sehingga akan

memperoleh manfaat yang lebih baik.

Pelatihan dan pengalaman dalam radiologi

intervensional merupakan dasar untuk

mereduksi dosis untuk pasien dan pekerja.

Banyak kasus, apabila pengalaman dan keahlian

dokter rendah maka dosis yang diterimanya pun

rendah karena jarang menangani pasien. Namun,

seiring tingginya pengalaman dan pengetahuan

dokter maka beban kerjanya pun besar dalam

menangani pasien dan konsekuensinya dosis

radiasi yang diterima juga besar [4].

Pelatihan pekerja dalam keahliannya

dan dalam masalah proteksi radiasi berpengaruh

terhadap dosis pekerja dan pasien. Secara luas

telah diketahui bahwa pelatihan pekerja yang

menjadi koordinator dan yang mengoperasikan

instalasi medis merupakan faktor utama untuk

berhasilnya program optimisasi dan kendali

mutu pada proteksi radiasi. ICRP dan WHO

setuju bahwa pelatihan yang cukup dalam

proteksi radiasi bagi profesional yang terlibat

dalam radiologi diagnostik merupakan langkah

awal dalam program optimisasi.

Demikian juga, beberapa negara dan organisasi

telah mengembangkan kegiatan yang berbeda

dan dokumen yang mengatur tentang pelatihan,

paling tidak dalam hal yang umum, misalnya

[3]:

1. Dokumen dari Nuclear Regulatory

Commission (NRC) Amerika Serikat,

“Radiation Protection Training for

Personnel Employed in Medical Facilities”, NUREG-1134, 1985;

2. Dokumen American Association of

Physicists in Medicine (AAPM) Amerika

Serikat, “Essentials and Guidelines for Hospital based Physics Residency Training

Programs”, AAPM Report No. 36, 1992; 3. Dokumen AAPM dan American College of

Radiology (ACR) Amerika Serikat,

“Syllabus and Problems in Physics for Radiology Residents”, 1980;

4. Dokumen International Society of

Radiologic Technologists (ISRT) Inggris,

“Simple Experiments for Teaching Dosimetry to Students of Diagnostic

Radiography”, 1989;

5. Dokumen World Health Organisation

(WHO), “Manual on Radiation Protection in Hospitals and General Practice”, 1976; 6. Dokumen Komisi Eropa, “Specific

educational objectives in Radiological

Protection and Quality Assurance for

diagnostic radiology installation personnel”, 1993;

7. Dokumen Komisi Eropa, “Guidelines on education and training in radiation

protection for medical exposures”, Radiation Protection 116, 2000;

8. Dokumen WHO, “Efficacy and radiation safety in interventional radiology”, 2000; dan

9. Dokumen Radiation Management

Partnership (RMP) Amerika Serikat,

“Minimising risks from fluoroscopic X-rays”, Edisi 3, 2000.

Berdasarkan dokumen WHO, “Efficacy and radiation safety in interventional radiology”, 2000, kesimpulan tentang pendidikan dan

(5)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

161

1. Pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk

dokter, radiografer, perawat, dokter

spesialis, teknisi, dan personil kesehatan

lainnya yang terlibat dalam radiologi

intervensional merupakan hal yang

penting dan sebagai aspek dasar proses

optimisasi secara keseluruhan;

2. Diklat dalam aspek medis radiologi

intervensional dan dalam proteksi

radiasi harus dilakukan dalam 2 (dua)

tingkatan yaitu dasar dan khusus;

3. Pelatihan proteksi radiasi harus

mempertimbangkan pasien demikian

juga paparan pada pekerja;

4. Instalasi sistem baru, adanya pekerja

baru, adanya teknik baru harus didahului

dengan pelatihan khusus;

5. Harus dipertimbangkan adanya

pelatihan yang berkelanjutan

(penyegaran) dalam hal aspek proteksi

radiasi;

6. Tingkat pelatihan dalam topik yang

bervariasi harus dibuat sedemikian rupa

untuk memenuhi kebutuhan kelompok

profesional yang dilatih;

7. Pelatihan harus diberikan oleh orang

yang berkualifikasi dalam institusi yang

terakreditasi;

8. Pelatihan harus dievaluasi dan

diakreditasi berdasarkan pada individu;

9. Pelatihan harus mencakup aspek teoritis

maupun praktis; dan

10. Perlu dipertimbangkan perluasan materi

untuk pelatihan khusus dalam radiologi

intervensional.

III. PENGARUH PELATIHAN PROTEKSI

RADIASI

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan

di luar negeri selama 15 tahun terakhir yaitu

mulai tahun 1989 – 2004 [5] memperlihatkan pengaruh nyata dari pelatihan proteksi radiasi

terhadap dosis yang diterima oleh pekerja.

Kajian tersebut berawal dari besarnya dosis

radiasi yang diterima oleh kardiolog dalam

setiap tindakan karena bekerja dekat dengan

sumber radiasi dan didukung fakta tentang beban

kerja yang sangat besar.

Rentang kajian selama 15 tahun tersebut dibagi

menjadi 3 (tiga) periode, yaitu:

1. Periode I Tahun 1989 – 1992: investigasi dosis radiasi untuk pekerja dan implementasi

suatu bentuk program proteksi radiasi.

Tabel 1. Dosis ekivalen perorangan selama periode I Pekerja Tahun Dosis maksimum

(mSv/bulan)

Total dosis Hp(10) dibalik apron

(mSv/tahun)

(6)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

162

Pekerja Tahun Dosis maksimum

(mSv/bulan)

Total dosis Hp(10) dibalik apron

(mSv/tahun)

Kardiolog senior 1992 155 (diluar apron) 7,1 Kardiolog senior 1992 54 (diluar apron) 23,7 Kardiolog yunior 1992 1640 (diluar apron) 47* Kardiolog yunior 1992 185 (diluar apron) 3,1**

Residen 1992 179 (diluar apron) 11

Keterangan : * dosis dibalik apron yaitu 2,9% dari dosis di luar apron ** kajian dilakukan hanya beberapa bulan

Tabel 1 menunjukkan hasil investigasi

selama periode I yaitu dosis ekivalen pekerja

ada pada rentang 100 – 300 mSv/bulan, tetapi pada salah satu kasus kardiolog

menerima dosis ekivalen sebesar 1600

mSv/bulan yang berasal dari dosimeter yang

dipasang pada lengan kiri. Dosis dibalik

apron ada pada rentang 5 – 11 mSv/bulan. Sesuai dengan hasil investigasi bahwa dosis

yang diterima pekerja besar bahkan melebihi

NBD untuk dosis ekivalen maka dilakukan

evaluasi kondisi proteksi radiasi di

laboratorium kateterisasi. Setelah kondisi

tidak normal dapat diinvestigasi kemudian

ditindaklanjuti dengan mengistirahatkan atau

menonaktifkan pekerja beberapa bulan.

Laporan situasi tersebut dilaporkan kepada

Badan Pengawas negara yang bersangkutan.

Penyakit lensa mata dapat muncul dalam

situasi seperti itu jika tindakan koreksi tidak

segera diambil.

Analisis yang dapat dilakukan pada periode

ini adalah pekerja belum menerapkan

budaya keselamatan kerja dengan radiasi,

seperti:

a. tidak adanya tabir kaca Pb pada

pesawat sinar-X atau sudah ada

tetapi tidak digunakan;

b. menggunakan fluoroskopi dosis

tinggi; dan

c. menggunakan sine film dengan

kecepatan 25 frame per detik.

2. Periode II Tahun 1993 – 1998: konsolidasi program proteksi radiasi

Pada periode ini dilakukan pelatihan dan

seminar tentang proteksi radiasi,

pemasangan peralatan sinar-X angiografi

jenis baru, dan penerapan program jaminan

mutu dan langkah-langkah untuk mereduksi

dosis pekerja dan pasien.

Selama program tersebut berjalan dilakukan

pengukuran dosis pekerja. Dosis ekivalen

bulanan untuk dosimeter diluar apron yang

terukur adalah 7 – 10 mSv. Dosis dibalik apron tahunan tertinggi adalah 2 mSv dan 3

mSv.

3. Periode III Tahun 1999 – 2004: implementasi proteksi radiasi untuk pekerja

dalam program jaminan mutu.

Selama periode ini, frekuensi program

jaminan mutu untuk pesawat sinar-X yang

dilakukan setahun sekali ditingkatkan

menjadi 2 (dua) atau 3 (tiga) kali dalam

setahun. Dosis ekivalen maksimum diluar

apron selama periode ini sudah rendah dari

pada periode II yaitu 3 mSv/bulan dan 4

mSv/bulan. Dosis maksimum dibalik apron

mempunyai rata-rata 2 mSv/bulan.

Beban kerja kardiolog selama 3 (tiga)

(7)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

163

Kardiolog yunior diperbolehkan menangani

banyak tindakan per harinya sekitar 3 – 6 tindakan per hari, hal ini untuk

meningkatkan keahlian dan ketrampilannya.

Asisten kardiolog (perawat dan residen)

diperbolehkan menangani pasien 2 – 4 tindakan per hari.

Tabel 2 menunjukkan dosis bulanan

sebelum, selama, dan setelah pelatihan

proteksi radiasi. Rata-rata dan median dosis

menurun secara signifikan setelah pelatihan.

Dengan menggunakan uji statistik

perbandingan rata-rata T-Test menunjukkan

perbedaan yang sangat signifikan antara

dosis rata-rata sebelum dan setelah

pelatihan.

Berdasarkan pengalaman kajian yang

dilakukan di luar negeri tersebut maka dapat

diketahui bahwa pelatihan proteksi radiasi

pada pekerja radiologi intervensional sangat

penting. Karena kenyataannya meskipun

peralatan pesawat sinar-X yang baru sudah

didisain memberikan dosis masuk ke pasien

kecil sehingga hamburannya terhadap

pekerja juga kecil, tetapi apabila pekerja

tidak mengetahui, memahami ataupun

melaksanakan prinsip proteksi radiasi yang

dapat diperoleh dari pelatihan, maka pekerja

berpotensi menerima dosis radiasi yang

tinggi.

IV. KESIMPULAN

Dengan mempertimbangkan aspek

penting dan lingkup dari pelatihan proteksi

radiasi untuk pekerja radiologi intervensional,

gambaran tentang pengaruh program pelatihan

proteksi radiasi dengan mengambil pengalaman

yang terjadi di luar negeri, dan hasil survai

Tahun 2006 yang menunjukkan bahwa semua

pekerja yang terlibat

dalam tindakan belum pernah mengikuti

pelatihan proteksi radiasi di bidang radiologi

intervensional, dan hasil pembahasan

sebelumnya menyatakan bahwa pekerja

radiologi intervensional berpotensi menerima

dosis efektif dan dosis ekivalen tahunan yang

dapat melebihi NBD, maka pelatihan proteksi

radiasi di bidang radiologi intervensional sangat

diperlukan oleh pekerja yang akan dan selama

bekerja di radiologi intervensional.

Oleh karena itu untuk pengembangan

sistem pengawasan bidang radiologi

intervensional, pelatihan proteksi radiasi secara

berkala harus menjadi salah satu persyaratan

pekerja yang akan dan selama bekerja di

radiologi intervensional.

Tabel 2. Dosis ekivalen sebelum, selama, dan sesudah pelatihan

Tahun

Jumlah

sampel

Dosis bulanan dibalik apron (mSv)

Rentang

Rata-rata ± Simpangan

Median

1991 (Sebelum)

8

1,9

26,5

9,0 ± 9,3

5,1

1992 (Sebelum)

11

0,9

24,2

7,4 ± 8,5

3,7

1993 (Selama)

7

1,0

4,4

1,9 ± 1,0

1,6

1994 (Selama)

12

0,6

13,0

3,0 ± 3,3

1,6

1995 (Sesudah)

10

0,7

4,1

1,8 ± 1,2

1,3

(8)

Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....

164

DAFTAR PUSTAKA

[1] Vano, E., “Radiation Exposure to Cardiologists: how it could be reduced”, Heart Journal 2003 Vol. 89, BMJ Publishing Group & British Cardiac

Society.

[2] Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat

Radioaktif (P2STPFRZR), “Pengkajian Sistem Pengawasan Tentang Proteksi Radiasi di Fasilitas Radiologi Intervensional”, Laporan Hasil Kajian (LHK), 2006.

[3] European Commission, “MARTIR (Multimedia and Audiovisual Radiation Protection Training in Interventional Radiology)”, CD-ROM, Radiation Protection 119,.European Commission Directorate General Environment, Nuclear Safety and Civil Protection. Luxembourg, 2002.

[4] Sukma, F., “Dosis Radiasi Anggota Tim Radiologi Intervensional Hepatoma”, Skripsi S-1, Departemen Fisika FMIPA, Universitas Indonesia, 2004.

[5] Vano, E., Gonzalez, L., Fernandez, J.M.,

Alfonso, F., Macaya, C., “Occupational Radiation Doses in Interventional Cardiology: a 15-year follow-up”, The British Journal of Radiology No. 79 Hal.383 – 388, 2006.

TANYA JAWAB

1. Penanya : Samsun

Instansi : (POLTEKES Jakarta II)___

Pertanyaan :

Dari penelitian yang saudara lakukan adalah

studi komparatif sehingga dapat menyimpulkan

bahwa pelatihan proteksi radiasi itu pening bagi

pengguna radiologi intervensional?

Jawab :

Dari berbagai literatur yang telah dikaji

menunjukan bahwa besarnya dosis yang

diterima oleh pekerja radiologi intervensional

disebabkan karena pekerjan kurang mengetahui

dan memahami bagaimana :

1. Cara bekerja dengan radiasi, mencangkup

penerapan prinsip proteksi radiasi

2. Manfaat dan kerugian dari radiasi

3. Meminimalkan paparan yang diterima

4. Memahami tentang sistem operasi,

mencangkup implikasi paparan radiasi dari

tiap mode operasi

Selain itu, sebagian besar pekerja radi-ologi

intervensional belum pernah mengi-kuti

pelatihan proteksi radiasi dalam bi-dang

pekerjaan yang ditekuninya. Setelah ada

program proteksi radiasi yang dida-lamnya

termasuk program pelatihan ma-ka dosis yang

diterima pekerja radiologi intervensional dapat

direduksi secara signifikan.

Dari hasil kajian yang dilakukan BAPETEN

tahun 2006 menunjukan fakta tersebut diatas.

Untuk itu selayaknya bagi pekerja radiologi

intervensional yang akan dan selama bekerja

dalam bidang tersebut dipersyaratkan telah lulus

pelatihan proteksi radiasi dalam bidang radiologi

Gambar

Tabel 1. Dosis ekivalen perorangan selama periode I Tahun Dosis maksimum Total dosis H

Referensi

Dokumen terkait

Apersepsi dengan menggali pengetahuan mahasiswa terkait dengan materi bangun ruang yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu tentang kubus  dan   balok.. Tanya jawab

Sesuai dengan ketentuan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010

4isiko ba!aan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. %edua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan

Hasil penelitian ini telah berhasil dikembangkan sebuah perangkat lunak berbasis open source program Java yang dapat digunakan untuk pengujian struktur matematika Grup khusus

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan kepada lingkungan hidup dengan melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah ingin mengidentifikasikan bagaimana

Karena pengaruh variabel resiko yang diterima terhadap variabel manfaat yang dirasakan tidak signifikan, maka hipotesis 3, Semakin tinggi kredibilitas sebuah

PERATURAN BUPATI TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALADESA DI KABUPATENMUSI BANYUASIN...