Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
157
ASPEK PENTING PELATIHAN PROTEKSI RADIASI DALAM
RADIOLOGI INTERVENSIONAL
Rusmanto
Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif – BAPETEN
ABSTRAK
ASPEK PENTING PELATIHAN PROTEKSI RADIASI DALAM RADIOLOGI
INTERVENSIONAL. Pelatihan proteksi radiasi dimaksudkan untuk memahami dan mempraktekkan aspek proteksi radiasi dalam radiologi intervensional. Pelatihan proteksi radiasi untuk pekerja harus merupakan bagian pendidikan integral bagi yang menggunakan teknik intervensional.
Kardiolog atau radiolog sebagai operator utama harus mengikuti program pelatihan proteksi radiasi sekurang-kurangnya selama 20-30 jam tentang radiologi intervensional. Sedangkan untuk pekerja yang membantu kardiolog atau radiolog disarankan mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama 16 jam atau 2 hari berturut-turut. Lingkup pelatihan proteksi radiasi dalam radiologi intervensional meliputi: pelatihan dasar, pelatihan tambahan dan pelatihan lanjutan. Pelatihan proteksi radiasi berpengaruh terhadap dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiologi intervensional.
Sebagai kesimpulan, untuk mengembangkan sistem pengawasan bidang radiologi intervensional, pelatihan proteksi radiasi secara berkala disyaratkan bagi pekerja di radiologi intervensional.
Kata kunci : Radiologi intervensional, pelatihan proteksi radiasi, aspek penting pelatihan proteksi radiasi
ABSTRACT
THE IMPORTANT ASPECTS OF RADIATION PROTECTION TRAINING IN THE INTERVENTIONAL RADIOLOGY. Radiation protection training is intended to understand and to practice radiation protection aspects in the interventional radiology. Training of radiation protection for worker should be an integral part of the whole education for those using interventional techniques. Cardiologist or radiologist as main operator should participate in the training program of radiation protection at least 20-30 hours in the interventional radiology. In addition for clinicians, as a helper of cardiologist or radiologist it should be involved in the training program of ra diation protection at least 16 hours. The scope of radiation protection training in the interventional radiology includes the basic, intermediate and advanced level.
The radiation protection training has an affect on the radiation dose received by the worker in the interventional radiology.
In conclussion, to develop the regulatory system in the interventional radiology, periodical radiation protection training program is required for the worker in the interventional radiology.
Key words : Interventional radiology, radiation protection training, important aspects of radiation protection training
I. PENDAHULUAN
Tindakan radiologi intervensional
biasanya dilakukan oleh dokter spesialis jantung
dan pembuluh darah atau yang sering disebut
dengan kardiolog, dan dokter spesialis radiologi
atau yang sering disebut radiolog. Selain itu juga
dibantu oleh asisten dokter yang biasa disebut
scrub. Scrub biasanya adalah perawat, dokter
residen, ataupun dokter spesialis lain yang
terlibat dalam tindakan. Dokter, baik kardiolog
maupun radiolog yang melakukan tindakan
intervensional mempunyai risiko radiasi yang
besar dibandingkan dokter spesialis lainnya.
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
158
terlibat dalam tindakan intervensional. Olehkarena itu berbagai macam cara dilakukan untuk
membantu mereduksi paparan radiasi yang
diterimanya.
Seperti yang kita ketahui bahwa dosis
pekerja dalam tindakan intervensional yang
dipandu dengan fluoroskopi itu lebih besar
dibandingkan dengan fluoroskopi atau radiologi
diagnostik biasa. Hal ini disebabkan karena
selain menggunakan fluoroskopi untuk panduan
langsung tindakan tetapi juga menggunakan sine
fluorografi untuk merekam hasil tindakan,
merekam identitas pasien, dan untuk evaluasi
tindakan berikutnya. Waktu fluoroskopi total
yang digunakan per tindakan pun beragam,
mulai dari 1 menit hingga 50 menit, dan jumlah
rekaman sine fluorografi yang diambil juga lebih
dari sekali.
Tingkat paparan radiasi di sekitar pasien
dapat menjadi lebih tinggi pada kondisi kerja
normal, hal ini jika alat proteksi dan alat ukur
radiasi tidak digunakan, dan jika banyak
tindakan yang komplek yang dilakukan per
harinya. Untuk itu kemungkinan munculnya
risiko radiasi juga sangat besar, seperti
gangguan pada lensa mata dapat terjadi setelah
beberapa tahun bekerja.
Sistem sinar-X yang digunakan dalam
radiologi intervensional biasanya sudah didisain
khusus untuk melakukan tindakan intervensional
termasuk kondisi keselamatan radiasinya. IEC
(International Electrotechnical Commission)
telah mengeluarkan standar baru yang
berhubungan dengan keselamatan sistem sinar-X
yang digunakan dalam radiologi intervensional
[1].
Meskipun sistem sinar-X radiologi
intervensional sekarang ini semakin canggih dan
produsen pesawat sinar-X telah memasukkan
banyak fitur teknis untuk mengurangi dosis
radiasi namun apabila kardiolog/radiolog dan
asistennya tidak mengetahui dan memahami
serta mempraktekkan aspek proteksi radiasi
maka kardiolog/radiolog dan asistennya tidak
akan memperoleh manfaat yang lebih baik.
Untuk itu pelatihan proteksi radiasi merupakan
kunci utamanya.
Komisi Eropa telah mengeluarkan
panduan khusus tentang pentingnya pelatihan
proteksi radiasi untuk tindakan intervensional.
Komisi Eropa juga menerbitkan akreditasi
pelatihan khusus untuk radiologi intervensional.
Berdasarkan panduan tersebut, para
kardiolog/radiolog diharuskan mengikuti
program pelatihan proteksi radiasi paling tidak
selama 20 – 30 jam tentang radiologi intervensional. Sedangkan untuk pekerja yang
membantu kardiolog/radiolog disarankan
mengikuti pelatihan sekurang-kurangnya selama
16 jam atau 2 hari berturut-turut. Begitu pula
publikasi ICRP No. 85 menyatakan bahwa
"pelatihan proteksi radiasi untuk pekerja harus
merupakan suatu bagian pendidikan yang
integral untuk pengguna teknik intervensional"
[1].
Sesuai dengan paragraf sebelumnya
menyatakan bahwa pekerja radiologi
intervensional berpotensi menerima dosis efektif
dan dosis ekivalen tahunan yang dapat melebihi
NBD, hal ini dapat memperbesar kemungkinan
munculnya efek stokastik dan deterministik.
Potensi penerimaan dosis yang tinggi tersebut
dapat terjadi bila:
1. Beban kerja pekerja radiologi intervensional
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
159
Hasil survai Tahun 2006 menunjukkanbahwa dosis efektif rata-rata per tindakan
untuk pekerja radiologi intervensional
adalah 86,28 – 174,72 µSv. Apabila NBD BSS-115 sebesar 20 mSv per tahun
diterapkan maka beban kerja maksimal agar
NBD tidak terlampaui adalah sekitar 114 – 232 tindakan dalam satu tahun. Sedangkan
berdasarkan hasil survai, perkiraan beban
kerja rata-rata dalam satu tahun sebesar 200
– 898 tindakan [2].
Sesuai dengan hal tersebut maka dapat
diketahui bahwa beban kerja pekerja
radiologi intervensional termasuk tinggi.
Seiring dengan tingginya beban kerja maka
seharusnya ditunjang dengan penerapan
prinsip proteksi radiasi yang memadai dalam
melakukan tindakan radiologi
intervensional.
2. Pekerja tidak memperhatikan prinsip
proteksi radiasi selama tindakan
berlangsung
Hasil survai menunjukkan bahwa pekerja
dalam melakukan tindakan radiologi
intervensional hanya menggunakan alat
pelindung diri berupa apron dan pelindung
tiroid. Kaca mata Pb hanya dipakai oleh 1
(satu) kardiolog dan 2 (dua) perawat.
Sedangkan tabir Pb hanya digunakan pada 4
rumah sakit dan sarung tangan tidak pernah
dipakai [2].
Sesuai dengan hasil survai tersebut dapat
diketahui bahwa penggunaan peralatan
proteksi yang ada masih kurang optimal dan
biasanya hanya dikarenakan suatu alasan
non-teknis seperti mengganggu dalam kerja
atau kurang praktis. Alasan tersebut menjadi
lebih penting dibandingkan dengan manfaat
yang diperoleh dari penggunaan alat proteksi
tersebut.
3. Sistem pesawat sinar-X tidak dilengkapi
dengan peralatan proteksi
Hasil survai menunjukkan bahwa dari 17
pesawat sinar-X angiografi hanya terdapat 3
(tiga) pesawat sinar-X tidak dilengkapi
dengan tabir kaca Pb yang menggantung,
dan tirai Pb yang ada disamping meja pasien
[2].
II. LINGKUP PELATIHAN PROTEKSI
RADIASI
Berdasarkan publikasi Komisi Eropa
dalam Radiation Protection No. 119 (RP-119)
menyatakan bahwa lingkup pelatihan proteksi
radiasi dalam radiologi intervensional itu
meliputi [3]:
1. pelatihan dasar
Meliputi fisika radiasi, efek biologi
radiasi, aspek penting proteksi radiasi,
satuan dan besaran radiasi, dan peralatan
dasar radiologi intervensional.
2. pelatihan tambahan
Meliputi dosimetri radiasi, konsep dasar
proteksi radiasi, dan peralatan radiologi
intervensional tambahan.
3. pelatihan lanjutan
Meliputi klasifikasi tindakan radiologi
intervensional, regulasi tentang radiologi
intervensional, efek genetik radiasi,
teknologi sinar-X radiologi
intervensional, proteksi radiasi lanjutan.
Pelatihan proteksi radiasi seperti yang tercantun
dalam RP-119 ditujukan untuk [3]:
1. kardiolog;
2. radiolog;
3. dokter spesialis yang bersangkutan;
4. radiografer; dan
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
160
Secara umum personil yang ikutpelatihan proteksi radiasi adalah yang
berkompeten dan terlibat dalam tindakan
radiologi intervensional.
Hasil pelatihan yang diinginkan adalah
tercapainya tujuan pelatihan proteksi radiasi
yaitu mengetahui, memahami dan
mempraktekkan aspek proteksi radiasi dalam
radiologi intervensional sehingga akan
memperoleh manfaat yang lebih baik.
Pelatihan dan pengalaman dalam radiologi
intervensional merupakan dasar untuk
mereduksi dosis untuk pasien dan pekerja.
Banyak kasus, apabila pengalaman dan keahlian
dokter rendah maka dosis yang diterimanya pun
rendah karena jarang menangani pasien. Namun,
seiring tingginya pengalaman dan pengetahuan
dokter maka beban kerjanya pun besar dalam
menangani pasien dan konsekuensinya dosis
radiasi yang diterima juga besar [4].
Pelatihan pekerja dalam keahliannya
dan dalam masalah proteksi radiasi berpengaruh
terhadap dosis pekerja dan pasien. Secara luas
telah diketahui bahwa pelatihan pekerja yang
menjadi koordinator dan yang mengoperasikan
instalasi medis merupakan faktor utama untuk
berhasilnya program optimisasi dan kendali
mutu pada proteksi radiasi. ICRP dan WHO
setuju bahwa pelatihan yang cukup dalam
proteksi radiasi bagi profesional yang terlibat
dalam radiologi diagnostik merupakan langkah
awal dalam program optimisasi.
Demikian juga, beberapa negara dan organisasi
telah mengembangkan kegiatan yang berbeda
dan dokumen yang mengatur tentang pelatihan,
paling tidak dalam hal yang umum, misalnya
[3]:
1. Dokumen dari Nuclear Regulatory
Commission (NRC) Amerika Serikat,
“Radiation Protection Training for
Personnel Employed in Medical Facilities”, NUREG-1134, 1985;
2. Dokumen American Association of
Physicists in Medicine (AAPM) Amerika
Serikat, “Essentials and Guidelines for Hospital based Physics Residency Training
Programs”, AAPM Report No. 36, 1992; 3. Dokumen AAPM dan American College of
Radiology (ACR) Amerika Serikat,
“Syllabus and Problems in Physics for Radiology Residents”, 1980;
4. Dokumen International Society of
Radiologic Technologists (ISRT) Inggris,
“Simple Experiments for Teaching Dosimetry to Students of Diagnostic
Radiography”, 1989;
5. Dokumen World Health Organisation
(WHO), “Manual on Radiation Protection in Hospitals and General Practice”, 1976; 6. Dokumen Komisi Eropa, “Specific
educational objectives in Radiological
Protection and Quality Assurance for
diagnostic radiology installation personnel”, 1993;
7. Dokumen Komisi Eropa, “Guidelines on education and training in radiation
protection for medical exposures”, Radiation Protection 116, 2000;
8. Dokumen WHO, “Efficacy and radiation safety in interventional radiology”, 2000; dan
9. Dokumen Radiation Management
Partnership (RMP) Amerika Serikat,
“Minimising risks from fluoroscopic X-rays”, Edisi 3, 2000.
Berdasarkan dokumen WHO, “Efficacy and radiation safety in interventional radiology”, 2000, kesimpulan tentang pendidikan dan
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
161
1. Pendidikan dan pelatihan (diklat) untukdokter, radiografer, perawat, dokter
spesialis, teknisi, dan personil kesehatan
lainnya yang terlibat dalam radiologi
intervensional merupakan hal yang
penting dan sebagai aspek dasar proses
optimisasi secara keseluruhan;
2. Diklat dalam aspek medis radiologi
intervensional dan dalam proteksi
radiasi harus dilakukan dalam 2 (dua)
tingkatan yaitu dasar dan khusus;
3. Pelatihan proteksi radiasi harus
mempertimbangkan pasien demikian
juga paparan pada pekerja;
4. Instalasi sistem baru, adanya pekerja
baru, adanya teknik baru harus didahului
dengan pelatihan khusus;
5. Harus dipertimbangkan adanya
pelatihan yang berkelanjutan
(penyegaran) dalam hal aspek proteksi
radiasi;
6. Tingkat pelatihan dalam topik yang
bervariasi harus dibuat sedemikian rupa
untuk memenuhi kebutuhan kelompok
profesional yang dilatih;
7. Pelatihan harus diberikan oleh orang
yang berkualifikasi dalam institusi yang
terakreditasi;
8. Pelatihan harus dievaluasi dan
diakreditasi berdasarkan pada individu;
9. Pelatihan harus mencakup aspek teoritis
maupun praktis; dan
10. Perlu dipertimbangkan perluasan materi
untuk pelatihan khusus dalam radiologi
intervensional.
III. PENGARUH PELATIHAN PROTEKSI
RADIASI
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan
di luar negeri selama 15 tahun terakhir yaitu
mulai tahun 1989 – 2004 [5] memperlihatkan pengaruh nyata dari pelatihan proteksi radiasi
terhadap dosis yang diterima oleh pekerja.
Kajian tersebut berawal dari besarnya dosis
radiasi yang diterima oleh kardiolog dalam
setiap tindakan karena bekerja dekat dengan
sumber radiasi dan didukung fakta tentang beban
kerja yang sangat besar.
Rentang kajian selama 15 tahun tersebut dibagi
menjadi 3 (tiga) periode, yaitu:
1. Periode I Tahun 1989 – 1992: investigasi dosis radiasi untuk pekerja dan implementasi
suatu bentuk program proteksi radiasi.
Tabel 1. Dosis ekivalen perorangan selama periode I Pekerja Tahun Dosis maksimum
(mSv/bulan)
Total dosis Hp(10) dibalik apron
(mSv/tahun)
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
162
Pekerja Tahun Dosis maksimum(mSv/bulan)
Total dosis Hp(10) dibalik apron
(mSv/tahun)
Kardiolog senior 1992 155 (diluar apron) 7,1 Kardiolog senior 1992 54 (diluar apron) 23,7 Kardiolog yunior 1992 1640 (diluar apron) 47* Kardiolog yunior 1992 185 (diluar apron) 3,1**
Residen 1992 179 (diluar apron) 11
Keterangan : * dosis dibalik apron yaitu 2,9% dari dosis di luar apron ** kajian dilakukan hanya beberapa bulan
Tabel 1 menunjukkan hasil investigasi
selama periode I yaitu dosis ekivalen pekerja
ada pada rentang 100 – 300 mSv/bulan, tetapi pada salah satu kasus kardiolog
menerima dosis ekivalen sebesar 1600
mSv/bulan yang berasal dari dosimeter yang
dipasang pada lengan kiri. Dosis dibalik
apron ada pada rentang 5 – 11 mSv/bulan. Sesuai dengan hasil investigasi bahwa dosis
yang diterima pekerja besar bahkan melebihi
NBD untuk dosis ekivalen maka dilakukan
evaluasi kondisi proteksi radiasi di
laboratorium kateterisasi. Setelah kondisi
tidak normal dapat diinvestigasi kemudian
ditindaklanjuti dengan mengistirahatkan atau
menonaktifkan pekerja beberapa bulan.
Laporan situasi tersebut dilaporkan kepada
Badan Pengawas negara yang bersangkutan.
Penyakit lensa mata dapat muncul dalam
situasi seperti itu jika tindakan koreksi tidak
segera diambil.
Analisis yang dapat dilakukan pada periode
ini adalah pekerja belum menerapkan
budaya keselamatan kerja dengan radiasi,
seperti:
a. tidak adanya tabir kaca Pb pada
pesawat sinar-X atau sudah ada
tetapi tidak digunakan;
b. menggunakan fluoroskopi dosis
tinggi; dan
c. menggunakan sine film dengan
kecepatan 25 frame per detik.
2. Periode II Tahun 1993 – 1998: konsolidasi program proteksi radiasi
Pada periode ini dilakukan pelatihan dan
seminar tentang proteksi radiasi,
pemasangan peralatan sinar-X angiografi
jenis baru, dan penerapan program jaminan
mutu dan langkah-langkah untuk mereduksi
dosis pekerja dan pasien.
Selama program tersebut berjalan dilakukan
pengukuran dosis pekerja. Dosis ekivalen
bulanan untuk dosimeter diluar apron yang
terukur adalah 7 – 10 mSv. Dosis dibalik apron tahunan tertinggi adalah 2 mSv dan 3
mSv.
3. Periode III Tahun 1999 – 2004: implementasi proteksi radiasi untuk pekerja
dalam program jaminan mutu.
Selama periode ini, frekuensi program
jaminan mutu untuk pesawat sinar-X yang
dilakukan setahun sekali ditingkatkan
menjadi 2 (dua) atau 3 (tiga) kali dalam
setahun. Dosis ekivalen maksimum diluar
apron selama periode ini sudah rendah dari
pada periode II yaitu 3 mSv/bulan dan 4
mSv/bulan. Dosis maksimum dibalik apron
mempunyai rata-rata 2 mSv/bulan.
Beban kerja kardiolog selama 3 (tiga)
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
163
Kardiolog yunior diperbolehkan menanganibanyak tindakan per harinya sekitar 3 – 6 tindakan per hari, hal ini untuk
meningkatkan keahlian dan ketrampilannya.
Asisten kardiolog (perawat dan residen)
diperbolehkan menangani pasien 2 – 4 tindakan per hari.
Tabel 2 menunjukkan dosis bulanan
sebelum, selama, dan setelah pelatihan
proteksi radiasi. Rata-rata dan median dosis
menurun secara signifikan setelah pelatihan.
Dengan menggunakan uji statistik
perbandingan rata-rata T-Test menunjukkan
perbedaan yang sangat signifikan antara
dosis rata-rata sebelum dan setelah
pelatihan.
Berdasarkan pengalaman kajian yang
dilakukan di luar negeri tersebut maka dapat
diketahui bahwa pelatihan proteksi radiasi
pada pekerja radiologi intervensional sangat
penting. Karena kenyataannya meskipun
peralatan pesawat sinar-X yang baru sudah
didisain memberikan dosis masuk ke pasien
kecil sehingga hamburannya terhadap
pekerja juga kecil, tetapi apabila pekerja
tidak mengetahui, memahami ataupun
melaksanakan prinsip proteksi radiasi yang
dapat diperoleh dari pelatihan, maka pekerja
berpotensi menerima dosis radiasi yang
tinggi.
IV. KESIMPULAN
Dengan mempertimbangkan aspek
penting dan lingkup dari pelatihan proteksi
radiasi untuk pekerja radiologi intervensional,
gambaran tentang pengaruh program pelatihan
proteksi radiasi dengan mengambil pengalaman
yang terjadi di luar negeri, dan hasil survai
Tahun 2006 yang menunjukkan bahwa semua
pekerja yang terlibat
dalam tindakan belum pernah mengikuti
pelatihan proteksi radiasi di bidang radiologi
intervensional, dan hasil pembahasan
sebelumnya menyatakan bahwa pekerja
radiologi intervensional berpotensi menerima
dosis efektif dan dosis ekivalen tahunan yang
dapat melebihi NBD, maka pelatihan proteksi
radiasi di bidang radiologi intervensional sangat
diperlukan oleh pekerja yang akan dan selama
bekerja di radiologi intervensional.
Oleh karena itu untuk pengembangan
sistem pengawasan bidang radiologi
intervensional, pelatihan proteksi radiasi secara
berkala harus menjadi salah satu persyaratan
pekerja yang akan dan selama bekerja di
radiologi intervensional.
Tabel 2. Dosis ekivalen sebelum, selama, dan sesudah pelatihan
Tahun
Jumlah
sampel
Dosis bulanan dibalik apron (mSv)
Rentang
Rata-rata ± SimpanganMedian
1991 (Sebelum)
8
1,9
–
26,5
9,0 ± 9,3
5,1
1992 (Sebelum)
11
0,9
–
24,2
7,4 ± 8,5
3,7
1993 (Selama)
7
1,0
–
4,4
1,9 ± 1,0
1,6
1994 (Selama)
12
0,6
–
13,0
3,0 ± 3,3
1,6
1995 (Sesudah)
10
0,7
–
4,1
1,8 ± 1,2
1,3
Aspek Penting Pelatihan Proteksi Radiasi Dalam ....
164
DAFTAR PUSTAKA[1] Vano, E., “Radiation Exposure to Cardiologists: how it could be reduced”, Heart Journal 2003 Vol. 89, BMJ Publishing Group & British Cardiac
Society.
[2] Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat
Radioaktif (P2STPFRZR), “Pengkajian Sistem Pengawasan Tentang Proteksi Radiasi di Fasilitas Radiologi Intervensional”, Laporan Hasil Kajian (LHK), 2006.
[3] European Commission, “MARTIR (Multimedia and Audiovisual Radiation Protection Training in Interventional Radiology)”, CD-ROM, Radiation Protection 119,.European Commission Directorate General Environment, Nuclear Safety and Civil Protection. Luxembourg, 2002.
[4] Sukma, F., “Dosis Radiasi Anggota Tim Radiologi Intervensional Hepatoma”, Skripsi S-1, Departemen Fisika FMIPA, Universitas Indonesia, 2004.
[5] Vano, E., Gonzalez, L., Fernandez, J.M.,
Alfonso, F., Macaya, C., “Occupational Radiation Doses in Interventional Cardiology: a 15-year follow-up”, The British Journal of Radiology No. 79 Hal.383 – 388, 2006.
TANYA JAWAB
1. Penanya : Samsun
Instansi : (POLTEKES Jakarta II)___
Pertanyaan :
Dari penelitian yang saudara lakukan adalah
studi komparatif sehingga dapat menyimpulkan
bahwa pelatihan proteksi radiasi itu pening bagi
pengguna radiologi intervensional?
Jawab :
Dari berbagai literatur yang telah dikaji
menunjukan bahwa besarnya dosis yang
diterima oleh pekerja radiologi intervensional
disebabkan karena pekerjan kurang mengetahui
dan memahami bagaimana :
1. Cara bekerja dengan radiasi, mencangkup
penerapan prinsip proteksi radiasi
2. Manfaat dan kerugian dari radiasi
3. Meminimalkan paparan yang diterima
4. Memahami tentang sistem operasi,
mencangkup implikasi paparan radiasi dari
tiap mode operasi
Selain itu, sebagian besar pekerja radi-ologi
intervensional belum pernah mengi-kuti
pelatihan proteksi radiasi dalam bi-dang
pekerjaan yang ditekuninya. Setelah ada
program proteksi radiasi yang dida-lamnya
termasuk program pelatihan ma-ka dosis yang
diterima pekerja radiologi intervensional dapat
direduksi secara signifikan.
Dari hasil kajian yang dilakukan BAPETEN
tahun 2006 menunjukan fakta tersebut diatas.
Untuk itu selayaknya bagi pekerja radiologi
intervensional yang akan dan selama bekerja
dalam bidang tersebut dipersyaratkan telah lulus
pelatihan proteksi radiasi dalam bidang radiologi