BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan bab 1 ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dan sistematika penulisan dalam laporan.
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.506 buah. Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke empat di dunia dengan total panjang pantai mencapai 81.000 km. Wilayah pesisir dihuni hingga 110 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai. Secara administratif kurang lebih 42 derah kota dan 181 daerah kabupaten berada di pesisir. Potensi ini tentu harus menjadi perhatian lebih pemerintah terutama dalam membuat perencanaan wilayah pesisir mengingat wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya perikanan dan sumber daya non perikanan yang sangat melimpah.
Departemen Kelautan dan Perikanan mengestimasikan potensi sumber daya perikanan laut Indonesia sebesar 6.258.000 ton dengan bagian terbesar adalah jenis ikan pelagis kecil (small pelagics) yang mencapai 51,7% per tahun atau sekitar 3.235.800 ton per tahun. Selain itu juga jenis ikan yang banyak terdapat di wilayah Indonesia adalah jenis ikan demersal dan pelagis besar yang masing-masing mencapai sekitar 1.786.400 ton per tahun (28,54) dan 1.053.500 ton per tahun (16,83%) dari total potensi sumber daya perikanan laut Indonesia, belum termasuk keragaman hayati lainnya seperti rumput laut, hutan bakau, terumbu 1989 (Departemen Kelautan dan Perikanan). Kesejahteraan masyarakat pesisir juga masih rendah apabila dibandingkan dengan daerah lainnya. Data dari Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha KKP juga menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di wilayah pesisir cukup besar yaitu 32,14% dari total jumlah penduduk miskin. Tidak hanya di sektor ekonomi, di sektor lingkungan wilayah pesisir Indonesia juga banyak mengalami masalah. Pencemaran pantai hingga kerusakan mangrove menjadi masalah yang kerap terjadi di wilayah pesisir Indonesia. Kurang optimalnya pemanfaatan sumber daya laut yang ada salah satunya disebabkan kebijakan nasional pemerintah yang cenderung bias pada sektor pertanian (daratan)-di luar perikanan laut (Rais, 2001).
Sukabumi relatif tertinggal meski memiliki potensi yang cukup besar terutama sektor perikanan laut.
Miss management menjadi penyebab utama permasalahan ini. Sistem kelembagaan yang belum terarah dengan baik menjadikan potensi pesisir di Kabupaten Sukabumi tidak diolah dengan baik. Oleh karena itu perencanaan terintegrasi menjadi modal utama dalam pengembangan wilayah pesisir. Perencanaan dengan pendekatan manajemen sektor publik, manajemen strategis, manajemen konflik dan manajemen pertumbuhan menjadi empat alat utama yang akan dianalisis untuk mengembangkan kawasan pesisir sehingga tercipta pembangunan pesisir di Kabupaten Sukabumi yang berkelanjutan.
I.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan, penulis menguraikan tentang hal yang menjadi latar belakang penulisan dan sistematika penulisan laporan.
Bab II Dasar Teori
Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil kajian teori terkait manajemen sektor publik, manajemen strategis, manajemen konflik, dan manajemen pertumbuhan.
Bab III Gambaran Kawasan
wilayah pesisir Sukabumi dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, kebijaksanaan pembangunan wilayah, keterkaitan sektor perikanan laut di wilayah pesisir Sukabumi.
Bab IV Analisis
Pada bab ini, penulis akan memaparkan mengenai analisis terkait manajemen sektor publik, manajemen strategis, manajemen konflik, dan manajemen pertumbuhan.
Bab V Rekomendasi