PENGEMBANGAN DESA WISATA DI TAMAN NASIONAL
Tinjauan Proses PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Toro, Kecamatan
Kulawi, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah
Oleh. Erda Rindrasih
PhD Candidate International Development Studies (IDS) Utrecht University Belanda Peneliti Pusat Studi Pariwista UGM
Direktur Indonesia Tourism Watch
1. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data BPS tahun 2013, persentase penduduk miskin di Indonesia berada pada level di atas 10% yaitu 11,37 % pada bulan Maret 2013. Meskipun jumlah ini terus mengalami penurunan dari tahun tahun sebelumnya, namun jumlah diatas 10% masihlah tergolong tinggi dibandingkan dengan negara negara berkembang lainnya. Pada tahun 2010, tercatat jumlah penduduk miskin lebih banyak ditemukan di desa dari pada di kota. Pada tahun 1970 jumlah penduduk miskin di desa sangat tinggi sekitar 44,20% dimana empat kali lipat dari jumlah penduduk miskin yang tinggal di perkotaan. Pada akhir pencatatan BPS bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin di pedesaan menurun menjadi dua kali lipat dari jumlah penduduk miskin di perkotaan. Namun demikian kita tidak bisa serta merta membandingkan tahun 1970 dan tahun 2013 karena setelah tahun 1998 BPS menggunakan standar kemiskinan yang baru yang mengadopsi standar World Bank. Pada Maret 2013, BPS melansir garis kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) diperkotaan adalah Rp 289.041,91 sedangkan di pedesaan sebesar Rp 253.273,31. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan persentase, jumlah maupun standar penduduk di desa semestinya mendapatkan perhatian yang lebih dalam upaya mengurangi kemiskinan. Gambar 1.1. dibawah ini menunjukkan perkembangan jumlah penduduk miskin di pedesaan dan perkotaan dari tahun 2000 hingga 2013.
Gambar 1. Perkembangan jumlah penduduk miskin di pedesaan dan diperkotaan, sejak 2000 – 2013
Sumber: BPS, 2014
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pada era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I, pemerintah menetapkan penanggulan kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Prioritas pada penanggulangan kemiskinan dilanjutkan oleh KIB II. Untuk mendukung pengembangan program ini presiden mengeluarkan Perpres No.15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan pada rentang 8 – 10 % pada tahun 2014.
Di Indonesia kemiskinan telah diyakini sebagai permasalahan yang kompleks sehingga membutuhkan penyelesaian yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak. Diperlukan pula program-program yang tepat untuk mengurangi kemiskinan. Hal ini didorong oleh sebuah kesepakatan internasional yaitu Millenium Development Goals
(MDGs) yang memotivasi negara negara berkembang seperti Indonesia untuk menyusul
ketertinggalan. Fenomena jumlah penduduk miskin yang lebih banyak tinggal di desa, pada dasarnya sudah dipahami oleh pemerintah, karena komposisi penduduk miskin selalu mengikuti trend yang sama. Berbagai program telah diluncurkan oleh pemerintah, yang dilakukan oleh berbagai kementerian dengan ragam program yang bervariasi. Kendati demikian, jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan masih tergolong tinggi. Gambar 1.2 menunjukkan sebaran penduduk miskin di seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2013. Masih terdapat beberapa provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin diatas 12%, yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Sulawesi Utara.
Gambar 1.2
Sebaran penduduk miskin di seluruh provinsi di Indonesia tahun 2013
= garis kemiskinan = tingkat kemiskinan provinsi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010 – 2014 memuat agenda besar pembangunan Indonesia yang kemudian di jabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Tema RKP 2010 adalah “Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, sedangkan tema RKP 2011 adalah “percepatan
pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan didukung oleh pemantapan tata kelola dan sinergi pusat daerah”. RPJMN 2010 – 2014 juta telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, antara lain: (1) pertumbuhan ekonomi, dengan proyeksi 7,0 – 7,7% pada tahun 2014; (2) penurunan tingkat pengangguran, dengan target 5-6% pada akhir 2014; dan (3) penurunan angka kemiskinan dengan target 8 – 10 % di akhir tahun 2014.
RPJMN dan RKP ini berkaitan dengan Sepuluh Direktif Presiden yaitu; (1) ekonomi harus tumbuh lebih tinggi, (2) pengangguran harus menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, (3) kemiskinan harus makin menurun, (4) pendapatan per kapita harus meningkat, (5) stabilitas ekonomi terjaga, (6) pembiayaan (financing) dalam negeri makin kuat dan meningkat, (7) ketahanan pangan dan air meningkat, (8) ketahanan energi meningkat, (9) daya saing ekonomi nasional menguat dan meningkat, (10) memperkuat “green economy” atau ekonomi ramah lingkungan. Selain itu pemerintah juga menetapkan tiga jalur strategi pembangunan, yaitu: (1) Pro-pertumbuhan (pro
growth), untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui investasi,
sehingga diperlukan perbaikan iklim investasi, melalui peningkatan kualitas pengeluaran pemerintah, melalui ekspor, dan peningkatan konsumsi; (2) Pro-Lapangan Kerja (pro-job), agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas luasnya dengan menekankan pada investasi padat pekerja, (3) Pro-Masyarakat Miskin (pro-poor), agar pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar besarnya dengan penyempurnaan sistem perlindungan sosial, meningkatkan akses kepada pelayanan dasar dan melakukan pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan yang dilakukan dimaksudkan untuk menciptakan kesempatan kerja yang seluas luasnya dan mengurangi jumlah penduduk miskin secepat cepatnya dengan melibatkan seluruh masyarakat (inclusive growth). Untuk meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No.13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Perpres tersebut diamanatkan untuk membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulanan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tabel 1.1. dibawah ini adalah nama dan tujuan dari program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan oleh kabinet Indonesia Bersatu II.
Tabel 1. Program pengentasan kemiskinan beserta tujuannya
No Nama Program Tujuan
Klaster I
1 Program Keluarga Harapan (PKH)
Program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM).
2 Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun
3 Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
4 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin
5 Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Raskin merupakan subsidi pangan yang
diperuntukkan bagi keluarga miskin sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin
Klaster II
1 Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
a. PNPM Mandiri Pedesaan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan bagian dari PNPM inti yang ditujukan bagi pemberdayaan masyarakat di perdesaan. Program ini dikembangkan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998.
b.PNPM Perdesaan R2PN (Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pulau Nias)
PNPM R2PN menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan masyarakat, pelatihan masyarakat, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) dalam mendukung usulan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang direncanakan, diputuskan dan dikelola oleh masyarakat
c. PNPM Mandiri Agribisnis/SADI
(Smallholder Agribusiness Development Initiative)
PNPM Mandiri SADI adalah program untuk mempercepat upaya pengentasan kemiskinan di daerah perdesaan dengan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani miskin melalui peningkatan kapasitas khusus kelompok yang dipilih petani untuk meningkatkan produktivitas
dan akses ke pasar. d.PNPM Generasi Sehat dan
Cerdas
PNPM Generasi Sehat dan Cerdas merupakan program pemerintah yang memfasilitasi masyarakat dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah.
e. PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM LMP)
PNPM-LMP adalah program yang berupaya agar aspek lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam menjadi bagian integral dari aktivitas pembangunan masyarakat di perdesaan.
f. Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP)
P2SPP adalah program untuk mengintegrasikan pengelolaan pembangunan partisipatif pola PNPM-MP ke dalam sistem reguler (Musrenbang), serta mendorong penyelarasan perencanaan teknokratis, politis dengan partisipatif, pada dasarnya memiliki dua agenda besar: peningkatan kapasitas masyarakat dan penguatan pemerintahan lokal dalam
penyelenggaraan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat.
g.PNPM Mandiri Respek (Rencana Strategis
Pengembangan Kampung) Bagi Masyarakat Papua
orang Papua bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membangun diri dan kampung sendiri.
h.PNPM Mandiri Perkotaan PNPM-Mandiri Perkotaan atau Program Penanggulan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) merupakan upaya pemerintah untuk membangun
kemandirian masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam menanggulangi kemiskinan di perkotaan secara mandiri.
i. PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan
PNPM-Mandiri Infrastruktur adalah program yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan perekonomian masyarakat di daerah yang terpilih. j. Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
PISEW adalah program yang dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan tingkat pengangguran terbuka.
k.Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan
penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
Program P2DTK adalah penanggulangan kemiskinan dengan sasaran daerah tertinggal dan daerah khusus yang dilakukan Pemerintah Daerah dengan
difasilitasi oleh Pemerintah Pusat (melalui
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal) untuk meningkatkan kapasitas sosial-ekonomi daerah melalui pendekatan pemberdayaan dan keswadayaan masyarakat.
m.PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP)
PNPM Mandiri-KP adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat di kawasan pesisir atau masyarakat nelayan pada sektor kelautan dan perikanan.
n. PNPM-Mandiri Pariwisata PNPM Mandiri Pariwisata adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan yang 35 Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II berupaya membantu masyarakat miskin yang tinggal di sekitar wilayah destinasi pariwisata. o. PNPM-Mandiri Perumahan
dan Permukiman (PNPM-Mandiri Perkim)
PNPM-Mandiri Perkim adalah salah satu program yang bertujuan mencapai pemenuhan tempat tinggal layak huni.
2 Program perluasan dan pegembangan kesempatan kerja/padat karya produktif
PNPM-Mandiri Perkim adalah salah satu program yang bertujuan mencapai pemenuhan
tempat tinggal layak huni. Klaster III
1 Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp. 500 juta.
kemampuan anggota KUBE di dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, direktorat jenderal infomrasi dan komunikasi publik, 2011
Berdasarkan tabel diatas penulis hendak memberikan sorotan terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata yang merupakan salah satu program penanggulan kemiskinan yang melabelkan diri sebagai program yang melibatkan berbagai pihak yaitu pemerintah dan masyarakat luas. Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Pariwisata menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Perwujudan pemberdayaan masyarakat dalam program ini dilaksanakan melalui penyaluran Bantuan Desa Wisata kepada kelompok masyarakat. Bantuan Desa Wisata bersifat stimulan dan dirancang untuk memberi kesempatan kepada masyarakat dalam mengembangkan kapasitas masyarakat dan memperluas kesempatan berusaha dalam kegiatan kepariwisataan. Penggunaan dana Bantuan Desa Wisata diprioritaskan pada kegiatan kolektif dan langsung menyentuh masyarakat miskin (PTO, 2011).
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih didominasi berada di daerah pedesaan maka pemerintah menyasar kawasan pedesaan sebagai target program penanggulangan kemiskinan. Program PNPM Mandiri Pariwisata diberikan kepada desa wisata yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi destinasi desa yang menarik wisatawan. Pemerintah berharap dengan adanya program program pengembangan pariwisata di desa, akan membuka kesempatan pada masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi di bidang pariwisata. Mendatangkan wisatawan dapat juga berarti mendatangkan pasar dan konsumen di daerah wisata, masyarakat dan membuka usaha dengan melayani kebutuhan makanan, akomodasi dan pelayanan lain yang diperlukan wisatawan. Sehingga terbentuk kegiatan ekonomi yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan wisatawan.
Dalam praktik pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata, terdapat beberapa tahapan, dimana setiap tahapan dapat menjadi dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kegiatan sosialisasi, training fasilitator, penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), hingga penurunan dana PNPM Mandiri Pariwisata. Tulisan ini mengadopsi motode dan analisis kualitatif untuk menjelaskan secara ilmiah fenomena pariwisata terutama berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan. Lokasi analisis dalam tulisan ini adalah Desa Toro Kabupaten Sigi. Dalam upaya memberikan kerangka dan alur tulisan ini maka terdapat rumusan pertanyaan sebagai berikut;
(1) Bagaimanakah proses pelaksanaan kegiatan tahap awal PNPM Mandiri Pariwisata? (2) Bagaimanakah rekomendasi kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata untuk masa
mendatang?
II. Metodologi
Lokasi penelitian adalah Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Desa tersebut dipilih karena merupakan salah satu desa yang menerima dana hibah PNPM Mandiri Pariwisata tahun 2011 hingga 2013.
Data dalam tulisan ini dikumpulkan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut: (1) Studi pustaka; tahapan ini dilakukan dengan penelusuran dan pengkayaan informasi tertulis yang berkait dengan topik penelitian, khususnya literatur tentang Desa Toro. Sumber-sumber pustaka yang diperoleh dari kliping koran, majalah, internet, literatur, dan data sekunder lain. Lokasi kegiatan pencarian data pustaka dilakukan dengan mengujungi perpustakaan dan menelaah dokumen yang dimiliki oleh masyarakat Ngata Toro; (2) Observasi Lapangan dan Survei Lapangan; observasi dan survei lapangan dilakukan di Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Survei dilakukan dengan memfokuskan pada proses pariwisata berlangsung, menemukan persoalan dan alternatif solusi di lapangan; (3) Participatory Research; dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode partisipatif dimana penulis terjun langsung ke lapangan dan mengikuti proses perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Toro. Peneliti berada di lapangan mengikuti proses training dan sosialisasi PNPM Mandiri Pariwisata serta penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK); (4) Pendampingan,
In-depth interview dan Quesioner, wawancara mendalam akan dilakukan untuk
memperoleh penjelasan dan informasi yang lebih spesifik yang tersirat dimana tidak akan diperoleh hanya dengan pengamatan lapangan. In depth interview ini dilakukan dengan meminta beberapa narasumber penting yaitu fasilitator, kepala desa, kepala suku Ngata Toro, tim teknis Kabupaten Sigi dan tokoh masyarakat. Informasi ini penting dan menjadi alat untuk melengkapi data. Sebelumnya telah disusun semacam panduan wawancara sehingga wawancara menjadi lebih terstruktur dan tidak menyimpang meskipun fleksibilitas terhadap fenomena dan alur wawancara tetap diterapkan. Perlu dituliskan pula bahwa penulis mendampingi proses ini selama kurang lebih enam bulan pada tahun 2011.
III. Tinjauan Pustaka
...
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Statistic Indonesia. Diunduh pada tanggal 8 Agustus 2014, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23 ¬ab=7
Anonim. (2004). Infrastructure Framework of Indonesia. Published by: World Bank
Anonim. (2009). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Anonim. (2012). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Anonim. (2011). Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pariwisata. Dirjen Destinasi.
Anonim, (2011). Program Penanggunalan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II. Kementerian Komunikasi dan Informatika. Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik. Jakarta
Daniels, T., & Lapping, M. (2005). Land preservation: An essential ingredient in smart growth. Journal of Planning Literature, 19(3), 316-329.
Gunn, A.C. (1988). Tourism Planning. Taylor and Francis. New York, Philadelphia, London.
Lyoyd Peter E and Dicken, Peter. (1972). Location in Space: A Theoretical Approach to
Economic Geography. New York: Harper and Row Publisher,Inc.
Mathieson, A. and Wall, G. (1982). Tourism: Economic, Physical and Social Impacts. Harlow, Longman.
Purnamasari, Irma, (2008). Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Thesis Tidak
dipublikasikan. Universitas Diponegoro Semarang.
Pearce, D.G. (1981). Topics Applied Geography: Tourist Development. Longman Group Limited.
Ross, C.L., & Leigh N.G. (2000). Planning, urban revitalization, and the inner city: An exploration of structural racism. Journal of Planning Literature, 14(3), 367-380.
Sastrayuda, Gumelar. S. (2010). Handout Mata Kuliah Concept Resort and Leisure,
Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.
Tjokroamidjojo, Bintoro. (1995), Manajemen Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta.
UNDP. (2012). Ngata Toro Community Indonesia. Diunduh dari:
1 Agustus 2014.
Wheatcroft, S. (1994). Aviation and Tourism Policies: Balancing the Benefits: A World
Tourism Organization Publication. London & New York:Routledge.
Wood, (2002), Ecotourism: Principle, Practice, and Policies for Sustainability. United Nations Environment Programme.