• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Intensitas Nyeri Dada dengan Depresi pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Intensitas Nyeri Dada dengan Depresi pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DADA DENGAN DEPRESI PADA PASIEN INFARK MIOKARD DI POLIKLINIK JANTUNG

RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ALBERTUS BAYU K G0008026

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Intensitas Nyeri Dada dengan Depresi pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Albertus Bayu K, NIM : G0008026, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Kamis, Tanggal 15 Desember 2011

Pembimbing Utama

Nama : Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K)

NIP : 19461102 197609 1 001 (___________________)

Pembimbing Pendamping

Nama : Bagus Wicaksono, Drs., M.Si

NIP : 19620901 198903 1 003 (___________________)

Penguji Utama

Nama : Prof. Dr. Much. Fanani, dr., Sp.KJ (K)

NIP : 19510711 198003 1 001 (___________________)

Anggota Penguji

Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT., M.Kes

NIP : 19751129 200812 2 002 (___________________)

Surakarta, ……….

Ketua Tim Skripsi Dekan Fakultas Kedokteran UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Nama:Albertus Bayu K

(4)

commit to user

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan atas berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri Dada dengan Depresi pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta” dapat terselesaikan.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Much Syamsulhadi, Sp. KJ (K) selaku pembimbing utama atas segala bimbingan, masukan, dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Bagus Wicaksono, Drs, M.Si selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan dan masukan mulai dari awal penyusunan hingga akhir penelitian skripsi ini.

4. Pof. Dr. Much Fanani, dr., Sp. Kj (K) selaku penguji utama atas segala masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

5. Novi Primadewi, dr, Sp. THT, M. Kes selaku anggota penguji atas masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

6. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

7. Wismo Susanto dan Mumpuni Endang Hendhiarsi selaku kedua orang tua, saudara-saudariku Andreas Agung H dan Angelia Cahyaningsih K (Alm), serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dan selalu mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, Suci Rahmadhany, Erickson, Mellissa, Ancilla Cherisha, Destia Windi D, Riani Aqmarina, Rendy P, Dwi Wirastomo, Hanindyo B, Deni Tri, Bayu Perkasa.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta,

(5)

commit to user

iv

ABSTRAK

Albertus Bayu K, G0008026, 2011. Hubungan Intensitas Nyeri dengan Depresi pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark miokard. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif yang signifikan antara intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark miokard.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien infark miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari dua macam kuesioner, yaitu kuesioner depresi BDI (Beck’s Depression Inventory) dan kuesioner intensitas nyeri NRS (Numeric Rating Scale). Analisis statistik menggunakan uji Chi Square.

Hasil: Pada penelitian diperoleh total 30 sampel terdiri atas 22 pasien infark miokard yang mengalami nyeri dada dengan depresi dan 8 pasien infark miokard yang mengalami nyeri dada tanpa depresi. Berdasarkan analisis statistik didapatkan hubungan antara intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark miokard menghasikan nilai signifikansi ( p = 0,002 ) dan didapatkan nilai koefisien kontingensi 0,540 (54 %).

Simpulan: Terdapat hubungan positif yang secara statistik signifikan antara intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark miokard. Pasien infark miokard dengan depresi mengalami intensitas nyeri dada lebih tinggi dibanding pasien infark miokard tanpa depresi.

(6)

commit to user

v

ABSTRACT

Albertus Bayu K, G0008026, 2011. The Correlation between Intensity of Chest Pain and Depression on Myocardial Infarction Patients in Cardiology Clinic of Moewardi’s Hospital.

Objective: To determine the correlation between intensity of chest pain and depression on myocard infarction patients. The hypothesis proposed that there is a significant positive correlation between intensity of chest pain site and depression on myocard infarction patients.

Method: This study is an observational analytic study with cross sectional approach. The subjects were myocard infarction patient. Purposive sampling technique was used. The data were obtained from two types of questionnaires, including Intensity of Chest Pain, Depression Scale (Beck’s Depression Inventory). The Contingency Coefficient value was used for statistical analysis.

Result: Of the total 30 patients consisted of 22 patients myocardial infarction with chest pain and depression. Then 8 patients myocardial infarction with chest pain but not followed by depression.The relationship between the intensity of chest pain with depression yield a value of significance (p = 0.0002). The Contingency Coefficient value 0,540 (54 %).

Conclusion: There is a positive relationship that statistically significant between the intensity of chest pain with depression on myocardial infarction

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Perumusan Masalah... 3

C.Tujuan Penelitian... 3

D.Manfaat Penelitian... 3

BAB II LANDASAN TEORI... 4

A.Tinjauan Pustaka...4

B.Kerangka Pemikiran... 28

C.Hipotesis... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A.Jenis Penelitian... 29

B.Lokasi Penelitian... 29

C.Subjek Penelitian... 29

D.Teknik Sampling...30

(8)

commit to user

viii

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 31

G.Alat dan Bahan Penelitian... 32

H.Cara Kerja... 33

I. Skema Penelitian……….34

J. Analisis Data Statistik... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

A.Analisis Statistika ... 37

BAB V PEMBAHASAN ... 40

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 45

A.Simpulan ... 45

B.Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin... 35

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Depresi... 36

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Depresi...37

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 28

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Data Pribadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner BDI

Lampiran 4. Kuesioner Intensitas Nyeri (NRS)

Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian

(12)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Penyakit jantung iskemik adalah keadaan defisiensi aliran darah ke

otot jantung, akibat obstruksi atau konstriksi arteria koroner . Bila keadaan

iskemik ini berlangsung dalam kurun waktu yang lama maka akan terjadi

nekrosis (kematian sel) miokard akibat thrombus arteri koroner. Keadaan ini

disebut dengan infark miokard (Dorland,2002). Menurut laporan WHO, pada

tahun 2004, penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian

utama di dunia (WHO, 2008). Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2 %)

kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Penyakit ini adalah

penyebab utama kematian pada orang dewasa di mana-mana (Garas, 2010).

Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti, bahwa pada tahun 2007,

jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di

rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah panyakit

jantung iskemik, yaitu sekitar 110,183 kasus. Case Fatality Rate (CFR)

tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49 %) dan kemudian diikuti oleh

gagal jantung (13,42 %) dan penyakit jantung lainnya (13,37 %) (Depkes,

2009).

Kekurangan suplai darah ke salah satu bagian otot jantung akan

menimbulkan reaksi berupa nyeri di dada (Yuseno,2006). Nyeri dada timbul

(13)

commit to user

bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri

juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan

atau tanpa nyeri dada substernal (Anwar,2004). Hasil Susenas 2004 diperoleh

data 1,3 % penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih pernah didiagnosis

sakit jantung (angina pectoris) berupa nyeri dada (Depkes RI, 2008)

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020

penyebab utama beban penyakit di seluruh dunia akan mengalami perubahan.

Penyakit jantung iskemik akan menempati urutan pertama, depresi pada urutan

kedua dan penyakit serebrovaskular (stroke) di urutan ke 4 Hal tersebut

menggarisbawahi bahwa masyarakat dunia sebaiknya mewaspadai

penyakit-penyakit non-infeksi (non communicable diseases) seperti penyakit-penyakit

degeneratif, gangguan jiwa, dan penyakit kardiovaskular pada waktu

mendatang akan menjadi beban kesehatan utama di seluruh dunia. (National

Cardiovascular Center,2011).

Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling

sering terjadi. Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3 – 8

% dengan 50 % kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20–50 tahun (Depkes

RI,2007). Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,

kelelahan, rasa putus asa, tidak berdaya, dan gagasan bunuh diri (Kaplan

dkk,2005). Menurut Suryo Dharmono, depresi, penyakit jantung iskemik dan

(14)

commit to user

penyakit jantung iskemik atau pada stroke bahkan akan meningkatkan

mortalitas dan morbiditas penderitanya (National Cardiovascular Center,2011)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri Dada dengan Depresi

pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung RSUD dr. Moewardi

Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah pada penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan intensitas nyeri

dada dengan depresi pada pasien infark miokard ?

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan intensitas nyeri dada dengan

depresi pada pasien infark miokard.

D.Manfaat Penelitian

1 Aspek Teoritis

Penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah mengenai ada tidaknya

hubungan intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark

miokard di RSUD Dr. Moewardi.

2 Aspek Aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan dasar Penanganan yang komprehensif

terhadap penderita infark miokard dengan depresi sebagai penyakit

(15)

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nyeri Dada

Nyeri dada merupakan salah satu alasan terbesar bagi setiap orang untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan baik layanan primer maupun sekunder di

Negara – Negara Eropa dan Amerika utara (Cayley, 2005). Gejala berupa nyeri

dada seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung, namun juga bisa terdapat

dalam berbagai proses penyakit lain (Kumar dan Clark, 2005). Anamnesis yang

lengkap dan pemeriksan fisik akan membantu praktisi membuat diagnosis yang

tepat. Data subjektif yang didapat dari anamnesis yang meliputi ; sifat nyeri dada,

lokasi, penyebaran, lama nyeri, serta faktor pencetus yang menimbulkan nyeri

dada, akan dijadikan acuan dalam melakukan pemeriksaan fisik. Data objektif

dari pemeriksaan fisik akan dijadikan diagnosis banding penyebab utama nyeri

dada penderita (Seidel,2003).

1. Etiologi

Ada 2 macam jenis nyeri dada yaitu:

a. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik biasanya lokasinya posterior atau lateral.

Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau

bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang

sakit digerakkan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura

(16)

commit to user interkostalis (Anwar T, 2004).

b. Nyeri dada non pleuritik

Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau

dapat menyebar ke tempat lain. Paling sering disebabkan oleh kelainan di

luar paru. Nyeri dada non pleuritik meliputi :

1) Kardial

Angina pectoris adalah jenis nyeri dada akibat insufisiensi suplai

oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan otot jantung. Pasien

sering merasakan sensasi tertekan atau nyeri substernal yang menjalar

ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih

sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigastrium,

leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada

substernal (Kernarth B, 2004)

Nyeri disebabkan karena saraf eferen viseral akan terangsang

selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat

menentukan apakah nyeri berasal dari miokard. Karena rangsangan

saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya

rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain (Anwar

T,2004).

2) Perikardial

Perikarditis dapat terjadi akibat infeksi virus, tuberkolosis,

(17)

commit to user

6

untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma.

Nyeri perikardial lokasinya di daerah sternal dan area prekordinal,

tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung.

Nyeri bisanya seperti ditusuk dan timbul pada waktu menarik nafas

dalam, menelan, miring atau bergerak. Nyeri hilang bila penderita

duduk dan bersandar ke depan (Hussain N,2004).

3) Aortal

Penderita hipertensi, koarktasio aorta, trauma dinding dada

merupakan risiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosis dicurigai

bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba - tiba atau nyeri

interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan

tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler

serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan

(Anwar T,2004).

4) Gastrointestinal

Refluks esofageal ditandai dengan sensasi terbakar di retrosternal

atau nyeri di epigastriun yang menjalar sampai ke bawah rahang.

Nyeri timbul dan bertambah ketika penderita berbaring terlebih

setelah makan. Nyeri dapat diperberat bila terjadi spasme esofageal

disaat yang bersamaan. Spasme esophageal sering pula terjadi tanpa

disertai refluks esophagus. Dalam hal ini, nyeri timbul saat sedang

(18)

commit to user

dingin. Nyeri menjalar sampai ke punggung dan berkurang setelah

mengkonsumsi nitrat. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut

distensi gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri substernal

sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal (AIHA,2005).

5) Muskuloskeletal

Nyeri dada musculoskeletal bersifat atipikal dan cukup berbeda

dengan nyeri dada yang mengancam nyawa seperti nyeri dada karena

kelainan jantung. Hal ini terjadi karena adanya pusat nyeri pada

kartilago dan otot - otot sekitar tulang iga. Penyebab utama nyeri

musculoskeletal adalah Trauma lokal atau radang dari rongga dada

otot,. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya

nyeri angina yang terjadi sewaktu aktivitas berlangsung (Yildirim

A,2004)

6) Pulmonal

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring

kronis dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu

menelan. Pada emboli paru akut nyeri dada menyerupai infark

miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan infark paru sering

timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari 50

% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu

aktivitas fisik. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker

(19)

commit to user

8

(Anwar T,2004).

2 . Angina Pektoris

Angina pektoris adalah jenis nyeri dada yang perlu diperhatikan

karena merupakan petunjuk ke arah penyakit jantung koroner dan indikasi

untuk mengirim penderita ke Rumah sakit guna pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk mengenal indikasi yang tepat pada penatalaksanaan angina

selanjutnya yaitu kapan dilakukan angiografi koroner, angioplasti koroner

ataupun bedah koroner maka perlu diketahui lebih dulu mengenai jenis

angina, prevalensi angina, patogenesis dan perjalanan penyakitnya serta

pemeriksaan yang perlu dilakukan(Anwar T,2004).

a. Jenis Angina

Ada 3 jenis tipe serangan angina (Chung, EK 1996) :

1) Angina Pektoris Stabil

a) Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas

yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.

b) Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian

aktifitas.

c) Durasi nyeri 3 – 15 menit.

2) Angina Pektoris Tidak Stabil

a) Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan

(20)

commit to user

b) Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat

aktifitas ringan.

c) Kurang responsif terhadap nitrat.

d) Lebih sering ditemukan depresi segmen ST.

e) Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus,

trombus atau trombosit yang beragregasi.

3) Angina Prinzmental (Angina Varian).

a) Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali

pagi hari.

b) Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroner

aterosklerotik.

c) EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.

d) Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut.

b. Patofisiologi

Angina pectoris terjadi sebagai konsekuensi dari iskemia miokard.

Pasokan oksigen gagal memenuhi kebutuhan oksigen, selalu karena

penurunan pasokan sebagai akibat gangguan aliran arteri koroner. Faktor

utama yang mempengaruhi konsumsi oksigen miokard (MVO2) antara

lain tegangan dinding sistolik, keadaan kontraktil, dan denyut jantung.

Subendokard paling sensitif terhadap iskemia, dan redistribusi perfusi

miokard pada stenosis koroner dapat berperan dalam suseptibilitas

(21)

commit to user

10

tambahan yang mempengaruhi kemungkinan timbulnya iskemia

subendokard (Gray H,2005).

c. Pemeriksaan Khusus pada angina

Semua pasien harus memiliki CBC, laju sedimentasi, panel kimia,

tes VDRL, x-ray dada, dan EKG. Jika ada dahak, Pap dan budaya harus

dilakukan sesegera mungkin. Jika infark miokard dicurigai, maka EKG

serial dan tes untuk isoenzyme dari kreatin kinase (CKMB) harus

dilakukan. Tingkat serum troponin jantung mungkin juga diagnostik dari

infark miokard. Talium-201 skintigrafi bermanfaat dalam mendiagnosis

baik infark miokard dan insufisiensi koroner. Tes toleransi latihan dapat

membantu mendiagnosis insufisiensi koroner. Angiography koroner

harus dilakukan jika kondisi memburuk. Hal ini dapat diikuti oleh balon

angioplasty segera, terapi reperfusi, atau operasi bypass (Douglas

R,2003).

Angiography koroner mungkin diperlukan untuk mendiagnosis

insufisiensi koroner. Echocardiography juga membantu dalam

mendiagnosis mitral valve prolapse dan berbagai miokardiopati. Dua

puluh empat jam pemantauan Holter bermanfaat dalam mendiagnosis

penyebab nyeri dada intermiten. Rujukan ke seorang ahli jantung atau

paru mungkin tepat pada setiap titik dalam hasil pemeriksaan ini.

(22)

commit to user

B. Depresi

1. Definisi

Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen

psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai

komponen biologi/somatik misalnya anorexia, konstipasi dan berkeringat

dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam situasi tertentu,

bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut

terjadi di luar kewajaran dan dalam berlanjut maka depresi tersebut

dianggap abnormal (Atkinson et al., 2008).

2. Etiologi

Kaplan & Sadock pada tahun 2005 menyatakan bahwa sebab depresi

dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : Aspek biologi, aspek

genetik, aspek psikologi dan aspek lingkungan sosial.

a. Aspek Biologi

Yang menyebabkan depresi adalah gangguan neurotrasmitter di

otak. Bila di dalam tubuh seseorang terjadi gangguan keseimbangan

hormonal dapat menimbulkan depresi, misalnya pola wanita yang

mendekati waktu menstruasi. Neurotransmitter meliputi dopamin,

histamin, dan noradrenalin yang bila terganggu fungsinya dapat

(23)

commit to user

12

1) Dopamin dan norepinefrin sebagai neurotransmitter

Kedua neurotransmitter itu berasal dari asam amino tyrosine

yang terdapat pada sirkulasi darah. Neurotransmitter yang dapat

berfungsi di neuron otak adalah neurotransmitter disintesis di

neuron tersebut sehingga dopamine dan norepinephrine dalam

peredaran darah tidak akan berfungsi. Hal ini disebabkan sawar

darah otak akan menyelesaikan zat apa saja yang dapat masuk ke

otak.

2) Serotonin sebagai neurotransmitter

Serotonin yang terdapat pada susunan saraf pusat bersal dari

asam amino Tryptophan, proses sintesis Serotonin sama seperti

sintesis cetocolamine, yaitu masuknya Tryptophan ke neuron dari

sirkulasi darah, dengan bantuan enzim Trytophan Hydroxilase

akan membentuk 5-hydroxytryptophan dan dengan Decarboxylase

akan membentuk 5-hydrixytryptamin (5-HT) (Tomb, 2003).

b. Aspek Genetik

Pola genetik penting dalam perkembangan gangguan mood, akan

tetapi pola pewarisan genetik melalui mekanisme yang sangat

komplek. Aspek genetik ini melalui mekanisme yang sangat

komplek. Aspek genetik ini didukung dengan penelitian-penelitian

(24)

commit to user 1) Penelitian Keluarga

Penelitian keluarga secara berulang menemukan sanak

keluarga turunan pertama dari gangguan bipolar I

berkemungkinan 8-18 kali lebih besar dari sanak keluarga

turunan pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan

bipolar I dan 2-10 kali lebih mungkin menderita gangguan

depresi berat. Sanak keluarga turunan pertama dari seorang

penderita berat berkemungkinan 1,5-2,5 kali lebih besar dari

sanak keluarga turunan pertama subjek kontrol untuk

menderita gangguan bipolar I dan 2-3 lebih mungkin menderita

depresi berat.

2) Penelitian Adopsi

Penelitian adopsi telah mengungkapkan adanya hubungan

faktor genetik dengan gangguan depresi. Pada intinya

penelitian adopsi menemukan bahwa anak biologis dari orang

tua yang menderita depresi tetap berisiko menderita gangguan

mood, bahkan jika mereka dibesarkan oleh keluarga angkat

yang tidak menderita gangguan, bahkan orang tua biologis dari

anak adopsi yang menderita gangguan mood mempunya

prevalensi gangguan mood yang sama dengan orang tua

(25)

commit to user

14

diadopsi. Prevelensi gangguan mood pada orang tua angkat

adalah mirip prevalensi dasar pada populasi umum.

3) Penelitian Kembar

Penelitian terhadap anak kembar telah menunjukkan

bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar I pada anak

kembar monozigotik 33-90 persen; untuk gangguan depresi

berat angka kesesuaian pada kembar monozigotik adalah 50

persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik

adalah kira-kira 5-25 persen untuk gangguan bipolar I dan

10-25 persen untuk gangguan depresi berat (Kaplan dan Sadock,

2005).

4) Aspek psikologi

Sampai saat ini tidak ada sifat atau kepribadian tunggal

yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada

depresi. Semua manusia dapat dan memang menjadi depresi

dalam keadaan tertentu. Tetapi tipe kepribadian

obsesif-kompulsif, histerikal mungkin berada dalam risiko yang lebih

besar untuk mengalami depresi dari pada tipe kepribadian

antisosial, paranoid, dan lainnya dengan menggunakan

proyeksi dan mekanisme pertahanan mengekternalisasikan

yang lainnya. Tidak ada bukti hubungan kepribadian tertentu

(26)

commit to user

gangguan distimik dan gangguan siklomitik adalah

berhubungan dengan perkembangan gangguan bipolar di

kemudian hari (Tomb, 2003).

c. Aspek Lingkungan Sosial

Di dalam percobaan di mana binatang secara berulang

dipaparkan dengan kejutan listrik yang tidak biasa dihindarinya,

akhirnya akan menyerah dan tidak akan melakukan usaha sama sekali

untuk menghindari kejutan selanjutnya. Menurut teori kognitif,

interpretasi keliru yang sering adalah melibatkan distorsi negatif,

pesimisme, dan keputusasaan. Pandangan negatif tersebut selanjutnya

menyebabkan perasaan depresi. Ahli terapi kognitif berusaha

mengidentifikasi kognisi tersebut dengan menggunaan tugas perilaku

dan secara sadar memodifikasi pikiran pasien (Kaplan dan Sadock

2005).

3. Klasifikasi

Usaha-usaha untuk membantu mengklasifikasikan depresi

dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

a. Depresi sebagai konsep Uniter

Depresi dianggap sebagai spektrum gangguan psikiatri yang

berbeda dalam gradasi berat saja. Di satu pihak depresi sebagai

(27)

commit to user

16

Di pihak lain terdapat jenis depresi yang timbul tanpa sebab

tertentu dan disertai gejala hebat yang bersifat psikotik.

b. Depresi sebagai konsep Biner

1) Depresi neurotik dan psikotik

Dibedakan dengan adanya gejala psikotik seperti ketidak

mampuan menilai dunia luar dan dirinya secara wajar,

halusinasi dan waham.

2) Depresi reaktif dan Depresi Endogen

Dibedakan dengan adanya faktor pencetus

3) Depresi Bipoler dan Depresi Unipoler

Dibedakan berdasar ada tidaknya fase manic

4) Depresi Endogenomorfik, Neurotik, Reaktif

merupakan gabungan depresi yang ada (Morris,G.C.,2009).

4. Gejala

Gejala depresi meliputi trias depresi, yang terdiri dari mood yang

terdepresi, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi

yang ditandai dengan keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

Gejala tambahan lainnya meliputi:

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna

(28)

commit to user

e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari

banyaknya gejala trias depresi serta gejala tambahan (Depkes RI,

1993; Hawari, 2001).

C. Infark Miokard

1. Definisi

Infark Miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot

jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai

oksigen dan kebutuhan miokardium. Ini biasanya merupakan hasil dari ruptur

plak dengan trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkan

kekurangan suplai darah ke miokardium (Fenton D,2009).

Otot jantung terdiri dari 2 pembuluh koroner utama, yaitu arteri koroner

kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari aorta. Arteri koroner

kiri kemudian bercabang menjadi arteri desendens anterior kiri dan arteri

sirkumfleks kiri. Arteri desendens anterior kiri berjalan pada sulkus

interventrikuler hingga ke apeks jantung. Arteri sirkumfleks kiri berjalan pada

sulkus atrio-ventrikuler dan mengelilingi permukaan posterior jantung. Arteri

koroner kanan berjalan di dalam sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah

(29)

commit to user

18

2. Etiologi dan faktor risiko

Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang

heterogen, antara lain:

a. Infark miokard tipe 1

Infark secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau diseksi plak

aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan oksigen

dan nutrient yang inadekuat memicu munculnya infark miokard.

b. Infark miokard tipe 2

Infark miokard jenis ini disebakan oleh vasokonstriksi dan spasme

arteri menurunkan aliran darah miokard.

c. Infark miokard tipe 3

Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan.

Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita

meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat.

d. Infark miokard tipe 4

Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya

troponin) tiga kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan

Percutaneous Coronary Intervention (PCI) yang memicu terjadinya

infark miokard.

(30)

commit to user e. Infark miokard tipe 5

Peningkatan kadar troponin lima kali lebih besar dari nilai normal.

Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass

koroner.

Ada empat faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat

diubah, yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Resiko

aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit

yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Faktor risiko lain masih

dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik

(Santoso, 2005). Faktor- faktor tersebut adalah abnormalitas kadar serum

lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, faktor psikososial,

konsumsi buah-buahan, diet dan alkohol, dan aktivitas fisik (Ramrakha,

2006).

Menurut Anand (2008), wanita mengalami kejadian infark miokard

pertama kali 9 tahun lebih lama daripada laki-laki. Perbedaan onset infark

miokard pertama ini diperkirakan dari berbagai faktor resiko tinggi yang

mulai muncul pada wanita dan laki-laki ketika berusia muda. Wanita

agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, dan

kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal diduga karena adanya

(31)

commit to user

20

3. Patofisiologi

Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis yang

kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit aterosklerosis

ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam dinding arteri.

Lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga diameter lumen

menyempit. Penyempitan lumen mengganggu aliran darah ke distal dari

tempat penyumbatan terjadi (Ramrakha, 2006).

Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II,

hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan

aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan

injury bagi sel endotel. Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi

memproduksi molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja

sebagai vasodilator, anti-trombotik dan anti-proliferasi. Sebaliknya, disfungsi

endotel justru meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1, dan

angiotensin II yang berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel (Ramrakha,

2006).

Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel teraktivasi,

kemudian leukosit bermigrasi ke sub endotel dan berubah menjadi makrofag.

Di sini makrofag berperan sebagai pembersih dan bekerja mengeliminasi

kolesterol LDL. Sel makrofag yang terpajan dengan kolesterol LDL

teroksidasi disebut sel busa (foam cell). Faktor pertumbuhan dan trombosit

(32)

commit to user

proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak lemak menjadi ateroma

matur. Lapisan fibrosa menutupi ateroma matur, membatasi lesi dari lumen

pembuluh darah. Perlekatan trombosit ke tepian ateroma yang kasar

menyebabkan terbentuknya thrombosis (Price,2006).

Penyempitan arteri segmental banyak disebabkan oleh formasi plak.

Kejadian tersebut secara temporer dapat memperburuk keadaan obstruksi,

menurunkan aliran darah koroner, dan menyebabkan manifestasi klinis infark

miokard. Lokasi obstruksi berpengaruh terhadap kuantitas iskemia miokard

dan keparahan manifestasi klinis penyakit. Oleh sebab itu, obstruksi kritis

pada arteri koroner kiri atau arteri koroner desendens kiri berbahaya (Selwyn,

2005)

Pada saat episode perfusi yang inadekuat, kadar oksigen ke jaringan

miokard menurun dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi mekanis,

biokimia dan elektrikal miokard. Perfusi yang buruk ke subendokard jantung

menyebabkan iskemia yang lebih berbahaya. Perkembangan cepat iskemia

yang disebabkan oklusi total atau subtotal arteri koroner berhubungan dengan

kegagalan otot jantung berkontraksi dan berelaksasi (Selwyn, 2005).

Selama kejadian iskemia, terjadi beragam abnormalitas metabolisme,

fungsi dan struktur sel. Miokard normal memetabolisme asam lemak dan

glukosa menjadi karbon dioksida dan air. Akibat kadar oksigen yang

berkurang, asam lemak tidak dapat dioksidasi, glukosa diubah menjadi asam

(33)

commit to user

22

sel. Gangguan fungsi membran sel menyebabkan kebocoran kanal K+ dan

ambilan Na+ oleh monosit. Keparahan dan durasi dari ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen menentukan apakah kerusakan miokard

yang terjadi reversibel atau ireversibel. Iskemia yang ireversibel berakhir pada

infark miokard (Selwyn, 2005).

Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri

koroner, maka terjadi infark miokard tipe ST elevasi (STEMI). Perkembangan

perlahan dari stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI karena dalam

rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah kolateral. Dengan

kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat cepat (Antman,

2005).

Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST

yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan

ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak

menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2001).

4. Gejala Klinis

a. Infark Miokard tanpa elevasi ST

Gejala klinis yang mungkin muncul pada kasus infark miokard akut

adalah nyeri dada substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri

(34)

commit to user

rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering

ditemukan pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis

menunjukkan bahwa orang yang memiliki gejala dengan onset baru

angina berat atau terakselerasi memiliki prognosis lebih baik

dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat.

Walaupun gejala khas rasa tidak enak didada iskemia pada NSTEMI

telah diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual,

diaphoresis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau

leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien

berusia lebih dari 65 tahun (Alwi, 2006) .

b. Infark miokard dengan elevasi ST

Infark miokard dengan elevasi gelombang ST biasanya diketahui

dengan beberapa tanda dan gejala yang diketahui dari beberapa

pemeriksaan, pertama pada anamnesis biasanya diketahui adanya

keluhan nyeri dada, yang hampir setengah kasus terjadi akibat aktivitas

fisik berat, stress emosi, penyakit medis atau bedah. Dirasakan pada saat

pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur. Nyeri dada

merupakan petanda awal dalam kelainan utama ini (Ruz,2010)

5. Diagnosis

a. Anamnesis

Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA.

(35)

commit to user

24

1) Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial.

2) Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda

berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.

3) Penjalaran : biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang

bawah, gigi, punggung, perut, dan lengan kanan.

4) Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat.

5) Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan

sesudah makan.

6) Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernapas, keringat

dingin, cemas dan lemas (Harun S,2000).

b. Pemeriksaan fisik

1) Tampak cemas

2) Tidak dapat istirahat (gelisah)

3) Ekstremitas pucat disertai keringat dingin

4) Takikardia dan hipotensi

5) Bradikardia dan hipotensi

6) Penurunan intensitas bunyi jantung pertama

7) Split paradoksikal bunyi jantung kedua (Harun S,2000)

c. Elektrokardiogram

Gambaran khas yaitu timbulnya gelombang Q yang besar, elevasi

segmen ST dan inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari

(36)

commit to user

disebabkan oleh jaringan yang mati, kelainan segmen ST disebabkan

oleh injuri otot dan kelainan gelombang T karena iskemia

(Idrus,2006).

d. Laboratorium

Pada nekrosis miokard, protein intraseluler akan masuk dalam

ruang interstitial dan masuk ke sirkulasi sistemik melalui

mikrovaskuler lokal dan aliran limfatik (Patel, 1999). Oleh sebab itu,

nekrosis miokard dapat dideteksi dari pemeriksaan protein dalam

darah yang disebabkan kerusakan sel. Protein-protein tersebut antara

lain aspartate aminotransferase (AST), lactate dehydrogenase,

creatine kinase isoenzyme MB (CK-MB), mioglobin, carbonic

anhydrase III (CA III), myosin light chain (MLC) dan cardiac

troponin I dan T (Samsu, 2007). Peningkatan kadar serum

protein-protein ini mengkonfirmasi adanya infark miokard (Nigam, 2007).

D. Skala Pengukuran

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Oleh karena

penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif maka kuesioner

yang digunakan merupakan skala psikologi sehingga setiap respon terhadap

jawaban dapat diberi skor melalui proses penskalaan (Saifuddin, 2003).

Skala sebagai alat ukur aspek afektif mempunyai karakteristik pertanyaan

(37)

commit to user

26

bersifat proyektif terhadap perasaan atau kepribadiannya. Skala psikologi selalu

berisi banyak aitem, jawaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan

sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, dan kesimpulan

akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua aitem telah direspon.

Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”.

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan

sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula

(Saifuddin, 2003).

Kuesioner yang akan dipakai adalah kuesioner langsung dan tertutup.

Kuesioner langsung adalah bila aitem pertanyaan bersifat menggali informasi

mengenai diri responden itu sendiri. Kuesioner tertutup adalah bila pertanyaan

pada angket disertai kemungkinan jawaban yang nilainya paling sesuai.

1. Skala penilaian Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depresion Inventory (BDI) mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 di

antaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik. Setiap

gejala diranking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan

untuk memberi total nilai dari 0-63; nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat

depresi yang lebih berat. Dua puluh satu item tersebut menggambarkan

kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, harapan

akan hukuman, membenci diri sendiri, menuduh diri sendiri, keinginan

bunuh diri, menangis, iritabilitas, penarikan diri dari masyarakat, tidak dapat

(38)

commit to user

kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi somatic dan

penurunan libido.

Pengisian BDI membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit, diisi sendiri

oleh responden (Tomb, 2003). Jika responden memilih lebih dari satu

pernyataan dalam kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi yang dicatat; jika

perasaannya terletak di antara dua alternative, salah satu yang terdekat yang

dinilai. Nilai yang kurang dari 10 mengindikasikan tidak adanya atau

minimalnya depresi, 10-18 mengindikasikan depresi ringan sampai sedang,

19-29 mengindikasikan depresi sedang sampai berat, dan nilai di atas

menunjukkan depresi yang berat.

2. Skala Penilaian Numeric Rating Scale (NRS)

(39)

commit to user

28

E. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut : Ada hubungan positif antara intensitas nyeri dada dengan

depresi pasien infark miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta . Pasien

Infark Miokard

Nyeri dada ringan

Diagnosis Infark Miokard

1. Anamnesis : Nyeridada 2. Pemeriksaan fisik 3. EKG : Q wave

pathology & ST elevasi

Tidak depresi Depresi

Nyeri dada berat Nyeri dada

sedang

(40)

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif epidemiologi observasi

analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang diobservasi hanya

sekali pada saat yang sama (Arief TQ, 2003).

B. Lokasi penelitian.

Penelitian dilakukan di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta

pada bulan September-November 2011.

C. Subjek Penelitian.

Penelitian dilakukan pada Pasien Infark Miokard di Poliklinik Jantung

RSUD Dr. Moewardi Surakarta :

1. Kriteria inklusi:

a. Usia 40 – 70 tahun

b. Pasien kontrol poli jantung ( pasien lama )

c. Pasien yang bersedia mengisi kuesioner

2. Kriteria eksklusi :

a. Pasien usia <40 tahun atau >70 tahun.

b. Pasien baru

(41)

commit to user

30

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel

Purposive Random Sampling, yaitu suatu teknik pemilihan sampel yang

dipilih berdasarkan kelompok yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian

subjek dipilih secara acak, sehingga setiap subjek dalam populasi yang telah

dikelompokkan memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih (Arief, 2003).

Besar sampel yang diperlukan untuk rancangan penelitian cross sectional

ditentukan dengan rumus:

dengan:

p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada

populasi (50%)

q : 1 – p

Zα : nilai statistic Z pada kurve normal standart pada tingkat

kemaknaan α

d : presisi absolute yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi

populasi, misalnya +/- 5% (Muhammad, 2004).

(42)

commit to user

Jadi, besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak

384 sampel.

Namun, dikarenakan keterbatasan waktu dan jumlah sampel yang tersedia

maka menurut patokan umum (rule of thumb), setiap penelitian yang datanya

akan dianalisis dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek

penelitian (Murti, Bhisma.2010).

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Tingkat Depresi

2. Variabel Terikat : Intensitas Nyeri Dada

3. Variabel Luar

a. Terkendali : Usia, Status pasien (baru atau lama).

b. Tidak terkendali : Penyakit penyerta (hipertensi, diabetes melitus,

obesitas), tingkat sosial ekonomi,

kepribadian dasar, genetik.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian:

1. Variabel Bebas

Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen

psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai

komponen biologi atau somatik misalnya anoreksia, konstipasi dan keringat

dingin (Atkinson,1993). Depresi diukur dengan Beck’s Depression Inventory

(43)

commit to user

32

Standar cut off point-nya menurut Bumberry (1978) adalah sebagai

berikut:

a. Nilai 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi.

b. Nilai 10-15 menunjukkan adanya depresi ringan.

c. Nilai 16-23 menunjukkan adanya depresi sedang.

d. Nilai 24-63 menunjukkan adanya depresi berat.

Namun pada penelitian ini yang dinilai adalah skornya, bukan

klasifikasi depresi itu sendiri.

2. Variabel Terikat

Nyeri Dada berupa rasa tertekan atau nyeri substernal yang menjalar

ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering

ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher,

rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada. Hal ini dinilai

pengukuran Numeric Rating Scale (NRS)

Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh pada skala NRS maka

semakin tinggi Intensitas Nyeri Dada dan juga sebaliknya.

G. Alat dan Bahan Penelitian.

Alat dan bahan penelitian :

1. Formulir biodata

2. Skala NRS

(44)

commit to user

H. Cara Kerja

1. Cara Pengukuran

a. Tiap sampel diberi 2 macam kuesioner (Skala NRS, dan skala BDI)

secara bersamaan beserta isian data pribadi. Setiap skala diminta untuk

diisi secara lengkap sesuai petunjuk.

b. Kemudian perhitungan penilaian depresi dengan menggunakan skala

BDI. Responden mengisi kuesioner BDI untuk mengetahui angka

depresi.Klasifikasi nilainya menurut Bumberry (1978) adalah sebagai

berikut:

1). Nilai 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi.

2) Nilai 10-15 menunjukkan adanya depresi ringan.

3) Nilai 16-23 menunjukkan adanya depresi sedang.

4) Nilai 24-63 menunjukkan adanya depresi berat.

Namun dalam penelitian ini cukup dibagi dua kelompok yaitu nilai

yang kurang dari 10 mengindikasikan tidak depresi, lebih dari 10

mengindikasikan adanya depresi.

c. Perhitungan derajat Nyeri Dada dengan skala NRS. Skor berkisar dari

0 sampai 10. Klasifikasi skor menurut Mcaffery (1993) adalah sebagai

berikut :

1) Nilai 0 menunjukkan tidak ada nyeri.

2) Nilai 1-3 menunjukkan nyeri ringan.

(45)

commit to user

34

4) Nilai 7-10 menunjukkan nyeri berat.

Pada penelitian ini cukup dibagi tiga kelompok yang mengindikasikan

nyeri ringan, sedang dan berat.

d. Setelah diperoleh skor dari skala tiap variabel yang berupa skala

ordinal, dilakukan uji Koefisien Kontingensi menggunakan SPSS 17.0.

I. Skema Penelitian

J. Analisis Data Statistik

Analisis data menggunakan uji Koefisien Kontingensi dengan terlebih

dahulu menggunakan uji Chi Square. Chi Square digunakan untuk menguji

hubungan proporsi antara 2 atau lebih kelompok untuk data nominal. Rumus Pasien infark miokard

Purposive Random Sampling

Sampel Penelitian

Penilaian depresi dengan BDI

Skala pengukuran nyeri dengan NRS

(46)

commit to user menghitung Chi Square :

Keterangan : X2 = Chi Square

fo = frekuensi diperoleh dari sampel

fh = frekuensi yang diharapkan dari populasi

Rumus digunakan untuk menguji signifikansi hubungan frekuensi

yang diperoleh dari sampel (fo) dengan frekuensi yang diharapkan dari

populasi (fh) (Arikunto, 2002). Apabila dari perhitungan ternyata bahwa

harga sama atau lebih besar dari harga kritik yang tertera dalam tabel,

sesuai dengan taraf signifikasi yang telah ditetapkan, maka simpulan adalah

bahwa ada perbedaan yang meyakinkan antara fo dengan fh. Akan tetapi

apabila dari perhitungan ternyata nilai lebih kecil dari harga kritik dalam

tabel menurut taraf signifikansi yang telah ditentukan, maka simpulannya

tidak ada hubungan yang meyakinkan antara fo dengan fh. Dengan catatan,

derajat kebebasan adalah 1 dan taraf signifikansi 5% (Arikunto, 2002).

Data akan diolah dengan menggunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) 17.0 for windows sehingga akan diperoleh hasil

yang pada akhirnya dapat digunakan untuk melihat hubungan tersebut

(47)

commit to user

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada September-November 2011 di Poliklinik

Jantung RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Subjek penelitian adalah dengan kriteria

pasien infark miokard usia 40-70 tahun, pasien lama kontrol poli jantung, dan mau

menjalani penelitian dengan sukarela.

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik Jumlah Persen %

Umur

40-50 tahun 11 36.7

51-60 tahun 9 30

61-70 tahun 10 33.3

Jenis Kelamin

Pria 17 56.6

Wanita 13 43.3

Sumber : Data primer 2011

Tabel 4.1, didapatkan sampel yang berumur 40-50 tahun 11 orang, 51-60

tahun 9 orang, 61-70 tahun 10 orang. Berdasarkan tabel jenis kelamin, didapatkan

sampel dengan jenis kelamin pria 17 orang dan sampel dengan jenis kelamin

wanita sebanyak 13 orang. Hal ini menunjukkan sampel dengan jenis kelamin pria

(48)

commit to user

36

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia dan Depresi

Usia

Depresi Tidak depresi

Jumlah % Jumlah %

40-50 7 35 % 4 40 %

51-60 5 25 % 4 40 %

61-70 8 40 % 2 20 %

Total 20 100% 10 100%

Tabel 4.2 diketahui bahwa pada kelompok yang mengalami depresi,

pada rentang usia 61-70 tahun berjumlah 8 orang (40 %) dan sampel pada rentang

usia 51-60 tahun berjumlah 5 orang (25 %). Sedangkan pada kelompok tidak

depresi, sampel pada rentang usia 40-50 tahun dan 51-60 tahun berjumlah masing

– masing 4 orang (40 %). Sampel pada rentang usia 61-70 tahun berjumlah 2

(49)

commit to user

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Depresi

Jenis Kelamin

Depresi Tidak depresi

Jumlah % Jumlah %

Pria 10 50 % 7 70 %

Wanita 10 50 % 3 30 %

Total 20 100% 10 100%

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok yang mengalami

depresi besar sampel kedua jenis kelamin sama dengan jumlah 10 orang.

Sedangkan pada kelompok tidak depresi, sampel berjenis kelamin pria berjumlah

7 orang (70 %).

A. Analisis Statistik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat depresi * intensitas

nyeri

(50)

commit to user

38

tingkat depresi * intensitas nyeri Crosstabulation

intensitas nyeri

Linear-by-Linear Association 7.748 1 .005

N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum

(51)

commit to user

H0 = Tidak ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada perbedaan antara

depresi berdasarkan intensitas nyeri dada pada pasien infark miokard.

H1 = Ada hubungan antara baris dan kolom atau ada perbedaan depresi

berdasarkan intensitas nyeri dada pada pasien infark miokard.

Pengambilan keputusan didasarkan pada probabilitas, yaitu :

a. Jika probabilitas > 0,05 maka H1 ditolak

b. Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima

Setelah dilakukan perhitungan analisis, dari uji Chi Square didapatkan nilai

nilai χ2

hitung (12,330) lebih besar dari nilai χ2 tabel (5,99) dengan derajat

kemaknaan 0,002 (p < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima,

terdapat perbedaan depresi berdasarkan intensitas nyeri dada. Nilai koefisien

korelasi kontingensi sebesar 0,540 atau 54%, artinya hubungan antara intensitas

nyeri dada dengan depresi cukup kuat. Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .540 .002

(52)

commit to user

40

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2011 dengan

memberikan kuesioner kepada pasien infark miokard di Poliklinik jantung RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel terbanyak penderita

infark miokard berjenis kelamin pria dengan jumlah 17 orang (56.6 %). Hal ini sesuai

dengan teori Sudoyo (2007) bahwa infark miokard lebih banyak terjadi pria

dibanding wanita. Faktor risiko infark miokard lebih besar diderita pria dibanding

wanita. Seperti hipertensi, dislipidemia, dan diabetes. Serta sejumlah faktor risiko lain

yang berkaitan dengan gaya hidup seperti stres, obesitas, merokok, dan kurangnya

aktivitas fisik.

Tabel 4.2 menunjukkan pada kelompok yang mengalami depresi, sampel

terbanyak terdapat pada rentang usia 61-70 tahun dengan jumlah 8 orang (40 %).

Sedangkan pada kelompok tidak depresi, sampel terbanyak terdapat rentang usia

40-50 tahun dan 51-60 tahun dengan jumlah masing – masing 4 orang (40 %). Hal ini

sesuai dengan teori bahwa semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi berbagai

perubahan hidup yang dapat memperbesar resiko menderita depresi. Masalah

kesehatan, kesepian, berkurangnya peran sosial, ketakutan masa depan, kehilangan

teman dan orang yang disayangi menyebabkan depresi pada usia lanjut ( Lawrence,

(53)

commit to user

41

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok yang mengalami depresi, besar

sampel sama untuk kedua jenis kelamin dengan jumlah 10 orang. Sedangkan pada

kelompok tidak depresi, sampel terbanyak berjenis kelamin pria dengan jumlah 7

orang (70 %). Hasil ini sesuai dengan teori Suryo Dharmono (2000) bahwa prevalensi

depresi pada wanita lebih banyak dibanding pria karena perbedaan siklus hidup dan

struktur sosial yang sering menempatkan wanita sebagai subordinat pria.

Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan hubungan yang bermakna

antara intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark miokard. Hal ini

dibuktikan dengan nilai p < 0,05. Adanya hubungan antara intensitas nyeri dada

dengan depresi pada pasien infark miokard dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu :

1. Pasien infark miokard dengan depresi mengalami penurunan denyut jantung

akibat disregulasi sistem saraf autonom.

2. Pasien dengan depresi terjadi peningkatan aktifitas platelet, pro-tombogenik

plasma, dan penurunan vasodilatasi endotelial.

3. Depresi meningkatkan aktivasi sitokin, pro – inflamatori, dan protein –

koprotein peradangan fase akut. Aktivasi sistem inflamatori meningkatkan

intensitas nyeri dada pada pasien infark miokard.

4. Pasien dengan depresi terjadi abnormalitas neuroendokrin yang

menimbulkan konsekuensi stimulasi berlebihan pada sistem saraf simpatis.

Abnormalitas endokrin menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan

kerusakan endotel. Hal ini memperberat kondisi pasien infark miokard

(54)

commit to user

Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2009) meneliti tentang

hubungan antara kecemasan dengan intensitas nyeri dada pada pasien infark miokard

di RSUD Lampung. Dari penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan kecemasan

dengan intensitas nyeri dada pada pasien infark miokard.

Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

penulis, yaitu terdapat hubungan intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien

infark miokard yang secara statistik signifikan.

5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer, data yang dikumpulkan, diolah dan

dianalisis merupakan data yang berasal dari satu sumber data, artinya langsung

didapatkan oleh peneliti sendiri dari responden yang diteliti sehingga keakuratan data

sangat tergantung dari sumber data (responden), dalam hal ini adalah pasien infark

miokard di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Penelitian ini mengukur variabel terikat (intensitas nyeri dada) dan variabel bebas

yang jumlahnya sebanyak satu variabel yaitu depresi. Intensitas nyeri dada dibagi

menjadi tiga kelompok (ringan, sedang, berat). Depresi dibagi menjadi dua kelompok

(depresi dan tidak depresi). Secara teori variabel intensitas nyeri dada memiliki empat

sub variabel yaitu tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat. Sedangkan

variabel depresi memiliki empat sub variabel yaitu tidak depresi, depresi ringan,

(55)

commit to user

43

waktu dan ruang lingkup penelitian. Maka peneliti hanya membatasi intensitas nyeri

dada tiga dibagi variabel dan depresi dibagi dua variabel.

Penelitian ini juga mempunyai kelemahan dalam hal lokasi cakupan yang

terlalu sempit, besar sampel yang sedikit , dan masih banyak faktor-faktor lain yang

dapat merancukan hasil penelitian seperti faktor risiko penyakit infark miokard

(merokok, hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, Genetik), tipe kepribadian

(56)

commit to user

45

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara intensitas nyeri dada dengan depresi pada pasien infark

miokard yang secara statistik signifikan (p < 0.005). Pasien infark miokard dengan

depresi mengalami intensitas nyeri dada lebih tinggi daripada pasien infark

miokard yang tidak depresi.

B.Saran

1. Penatalaksanaan pada pasien infark miokard hendaknya dilakukan secara

komprehensif dengan mempertimbangkan aspek biopsikososial. Hal ini untuk

mencegah dan mengobati depresi yang dapat memperberat kondisi pasien.

2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi praktisi, khususnya di bidang

psikiatri, psikologi serta kardiologi, dalam penanganan kasus-kasus nyeri dada

pada pasien infark miokard.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi cakupan penelitian yang

lebih luas, sampel yang lebih banyak dan homogen. Termasuk juga

dilakukannya analisis terhadap variabel-variabel perancu lain seperti :

merokok, obesitas, derajat infark miokard, kepribadian premorbid, genetik,

penyakit penyerta, tingkat sosial ekonomi. Hal ini dapat semakin memperkuat

(57)

commit to user

46

Daftar Pustaka

Alpert J.S., Kristian, T., Allan S., Harvey D. 2010. A Universal Definition of Myocardial Infarction for The Twenty-First Century.

http://www.medscape.com/viewarticle/716457 (20 maret 2011).

Alwi, Idrus. 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI, p: 1616.

Anand S., Islam S., Rosengren A. 2008. Risk Factor for Myocardial Infarction in

Women and Men.

http://www.eurhartj.oxfordjournals.org/content/29/7/032.short (20maret

2011).

Antman E.M., Braundwald, E. 2005. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. Dalam : Harrison’s Principles of Interna Medicine. 16th ed. USA : McGraw Hill, pp: 1449-1450.

Anwar, T.B. 2004. Nyeri Dada. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara [Versi Elektronik]. E-USU Repository.

Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson R.L. 2008. Pengantar Psikologi. Airlangga. Jakarta, pp: 45-52.

Brown T.C. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Dalam: Price, S.A. William, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.

Cayley Jr WE. 2005. Diagnosing The Cause of Chest Pain. Am Fam Physician.

http://www/aafp.org/afp/2005/1115/p2012.html (17 maret 2011).

Chung E.K. 1996. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penderita Depresif. Jakarta.

(58)

commit to user

47

Douglas R. 2003. Algorithmic Diagnosis of Symptoms and Signs.

http://www.wrongdiagnosis.com/a/angin/book-diseases-1a.htm (19 maret

2011).

Fenton D. 2009. Myocardial Infarction.

http://emedicine.medscape.com/article/759321-overview (19 maret 2011).

Garas, S. 2010. Myocardial Infarction. Emedicine Cardiology.

http://www.emedicine.medscape.com/article/155919-overview. ( 20 maret

2011 ).

Gray H., Dawkins K., Morgan John. 2005. Lectures Note Kardiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga, p: 111.

Harun S. 2000. Infark Miokard Akut. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I 3rd ed. Jakarta: FK UI, pp: 1090-1108.

Hussein N. 2004. Chest Pain : Differentiating Cardiac from Noncardiac Causes.

http://www.turner-white.com/memberfile.php?Pubcode=hp_apr04_cardiac.pdf (17 maret 2011).

Kaplan H.I., Saddock B.J. 2005. Sypnosis of Psychiatry. 5th ed. Lange Medical Publication Maruzen, Co. Ltd. pp: 778-817.

Kumar P., Clark M. 2005. Clinical Medicine. 6th ed. W.B. Saunders.co.

Morris G.C. 2009. Understanding Psychology. 4th ed. Philadelphia: Saunders co.

Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

National Cardiovascular Center Harapan Kita. 2011. Hubungan Depresi dengan PJK. http://www.pjhk.go.id/content/view/1656/33/. (14 maret 2011).

Nigam, P.K. 2007. Biochemical Markers of Myocardial Injury.

http://www.medind.nic.in/iaf/t07/il/iaft07lp.pdf. (23 maret 2011).

Oemar H. 1996. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah. Dalam Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI, p:12.

Gambar

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Depresi...................37
Gambar 2. Skema Penelitian ..............................................................................
tabel menurut taraf signifikansi yang telah ditentukan, maka simpulannya
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia dan Depresi
+3

Referensi

Dokumen terkait

karena semakin baik motivasi yang di berikan pada siswa maka dapat mem- berikan semangat bagi siswa untuk terus belajar, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan perusahaan untuk memastikan laporan keuangan tersebut dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip PSAK dan

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber

Disamping itu, mengingat uji coba produk media yang dilakukan secara terbatas maka perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas sehingga produk media

Permasalahan rumah tangga yang terjadi menjadikannya tertuntut untuk harus kuat dalam mempertahankan hidupnya beserta seluruh anak-anaknya (Sadewo dan Legowo, 2009a:

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa istinbāţ hukum yang dipakai Al-Nabhani dalam menentukan zakat uang kertas disandarkan pada dalil kewajiban emas dan perak,

Hasil yang berbeda nyata pada variabel jumlah badan buah terjadi karena pada sistem benebaran bibit secara dicampur akan memiliki jumlah titik tumbuh yang lebih

Penelitian daerah fokus keong dilakukan di tiga wilayah endemis schistosomiasis di Indonesia yaitu Dataran Tinggi Napu dan Bada Kabupaten Poso dan Dataran Tinggi Lindu Kabupaten