• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANGGOTA JEMAAT DEWASA MUDA GKI PETRUS JAYAPURA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANGGOTA JEMAAT DEWASA MUDA GKI PETRUS JAYAPURA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

DITINJAU DARI KEPRIBADIAN INTROVERT

DAN EKSTROVERT

OLEH

MEIDY IVANA SUMIHE 802013005

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

Proses dari masa remaja menjadi dewasa merupakan masa transisi yang

cukup signifikan yang terjadi pada usia 18 sampai 25 tahun (Arnett 2006, 2007,

dalam Santrock, 2012). Hal-hal paling mendasar yang dapat dilihat saat seseorang

memasuki tahap dewasa awal adalah dimana seseorang mulai hidup secara mandiri,

menentukan pilihannya sendiri dan bertanggung jawab atas hidupnya. Menurut

Santrock (2002) kaum muda berbeda dengan remaja karena adanya perjuangan

antara membangun pribadi yang mandiri dan terlibat secara sosial. Ada dua hal

yang dapat menujukkan seseorang masuk dalam permulaan dewasa awal yaitu

kemandirian secara ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan

(Santrock, 2002). Perubahan ini juga terlihat dari perkembangan moral seseorang

ketika memasuki masa dewasa awal. Dua pengalaman yang mengacu

perkembangan moral pada masa dewasa awal adalah menghadapi nilai yang

bertentangan dengan nilai yang sudah dianut di rumah dan pengalaman dalam

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain (Papalia, Olds, & Feldman,

2011).

Menjadi seseorang yang mulai memasuki perkembangan dewasa awal dan

memiliki peran sebagai makhluk sosial menjadikan seseorang sangat melekat dan

tidak dapat terlepas untuk melakukan perilaku prososial. Perilaku prososial

merupakan kecenderungan disposisi yang berlangsung lama pada seseorang untuk

berpikir tentang hak dan kesejahteraan orang lain, berempati dan merasa khawatir

akan orang lain serta berperilaku yang medatangkan manfaat bagi orang lain

(Penner, Fritzsche, Craiger & Freifeld, 1995). Hal ini juga yang dirasakan salah

(7)

2017 yang dilakukan peneliti, pemuda tersebut mengatakan bahwa ia suka untuk

selalu menolong orang lain, berempati dengan teman-teman sesama pemuda yang

sedang sakit dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial di sekitar lingkungan gereja.

Begitupun dengan salah satu pemudi yang peneliti wawancara pada tanggal 12

Agustus 2017, ia menganggap bahwa menolong orang lain merupakan hal yang

sebisa mungkin ia akan lakukan karena baginya ketika ia menolong orang lain ia

juga akan merasakan sukacita.

Ada berbagai dimensi-dimensi yang membentuk seseorang melakukan

perilaku prososial menurut Penner (1995) antara lain: (1) tanggung jawab sosial,

yaitu kecenderungan untuk bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensi

dari segala tindakan yang ia perbuat, (2) Empati, a.) mampu berempati, yaitu

kecenderungan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, merasa simpati dan

memperhatikan orang-orang yang kurang beruntung, b.) pengambilan sudut

pandang, yaitu secara spontan memiliki kecenderungan untuk mengambil sudut

pandang dari segi psikologis orang lain, c.) kemampuan mengatasi stress, yaitu

kecenderungan pada diri seseorang dalam merasakan perasaan gelisah dan

khawatir, (3) pemahaman moral, yaitu kecenderungan untuk membuat

keputusan-keputusan yang dilandaskan pada pertimbangan moral dan fokus pada kepentingan

orang lain, (4) menolong, yaitu kecenderungan untuk menolong orang lain (dalam

Farhah, 2011). Perilaku prososial juga di tentukan oleh faktor-faktor yang menjadi

alasan seseorang melakukan perilaku prososial antara lain (1) pengaruh faktor

(8)

seperti suasana hati (mood), sifat, jenis kelamin, tempat tinggal dan pola asuh (UI,

2014).

Salah satu hal yang menjadi faktor seseorang melakukan perilaku prososial

yaitu faktor sifat. Jung (1921/1971 dalam Feist & Feist, 2014) mendefinisikan sifat

sebagai suatu kecenderungan untuk beraksi atau bereaksi dalam sebuah arah

karakter. Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni

sikap ekstraversi dan sikap introversi. Menurut Jung (1921/1971 dalam Feist &

Feist, 2014) introversi adalah aliran energi psikis kearah dalam yang memiliki

orientasi subyektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam

diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang bersifat

individu. Orang-orang dengan kepribadian introvert akan menerima dunia luar

dengan sangat selektif dan dengan pandangan subjektif mereka. Sedangkan,

ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar

sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh

dari subyektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya

dibanding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cenderung bersikap objektif dan

menekan sisi subjektifnya (Feist & Feist, 2014). Menurut Hedges (1993) yang

mengembangkan teori tipologi Jung menyatakan bahwa terdapat perbedaan

karakteristik yang lebih kompleks antara mereka yang memiliki kepribadian

introvert dan ekstrovert. Karakteristik mereka dengan tipe kepribadian ekstrovert

yaitu (1) perhatiannya tertuju pada dunia diluar dirinya, (2) mendapatkan energi

melalui orang lain, (3) menyaring isi pikiran, perasaan dan ide dari orang lain, (4)

cenderung berkomunikasi secara lisan, (5) minatnya menyebar, (6) bicara terlebih

(9)

baru, (8) terbuka dan suka berteman, (9) tidak canggung dan ramah, (10) suka

bekerja sama dengan orang lain. Sedangkan, karekteristik mereka dengan

kepribadian introvert yaitu (1) perhatiannya tertuju pada dunia dalam dirinya, (2)

mendapatkan energi dari dalam dirinya, (3) menyaring ide dan isi pikiran dari

dalam diri, (4) cenderung berkomunikasi secara tulisan, (5) minatnya mendalam,

(6) berpikir terlebih dahulu baru berbicara, (7) mengalami kesulitan perihal

menjalani hubungan sosial dengan orang lain, (8) mempunyai sifat tertutup, (9)

pemalu dan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru, (10) lebih senang

bekerja sendiri (dalam Sulaeman, 2011).

Melihat perbedaan yang cukup signifikan dari cara seseorang bersikap

berdasarkan kepribadiannya maka secara tidak langsung hal tersebut dapat

mempengaruhi bagaimana cara seseorang terlibat dalam melakukan perilaku

prososial. Perbedaan kepribadian dalam melakukan perilaku prososial ini pernah

diteliti oleh Kurniawan dan Stanislaus (2016) yang menyatakan bahwa perilaku

prososial mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert lebih tinggi dari pada mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian introvert yang artinya bahwa ada

perbedaaan perilaku prososial antara mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian

ekstrovert dengan mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian introvert. Begitu juga

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibawa (1992) pada anggota Bintara

Sabhara Polri bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara intensi

prososial antara anggota yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert.

Namun, hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruf dan

(10)

tidak ada perbedaan yang signifikan antara kepribadian ekstrovert dan introvert

dalam aksi apa yang akan dilakukan dalam menolong.

Untuk itu berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Apakah ada perbedaan perilaku prososial yang signifikan pada anggota Jemaat Dewasa Muda GKI Petrus

Jayapura ditinjau dari kepribadian introvert dan ekstrovert”.

Masalah Penelitian

Apakah ada perbedaan perilaku prososial yang signifikan pada anggota Jemaat

Dewasa Muda GKI Petrus Jayapura ditinjau dari kepribadian introvert dan

ekstrovert?

Hipotesis

Ada perbedaan perilaku prososial yang signifikan pada anggota Jemaat Dewasa

(11)

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1.Variabel 1 : Perilaku Prososial.

Perilaku seseorang yang cenderung untuk melakukan sesuatu

yang mendatangkan manfaat bagi orang lain, mementingkan

kepentingan orang lain serta merasakan empati akan apa

yang dialami orang lain.

2.Variabel 2 : Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.

Sifat seseorang yang menjadi ciri khas dirinya yang

mempengaruhi bagaimana caranya bertindak, dalam hal ini

yaitu introvert dan ekstrovert.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah subyek yang dikenakan generalisasi dari hasil penelitian yang

dapat berbentuk daerah, perkembangan atau karakteristik pribadi (Periantalo, 2016).

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota jemaat GKI Petrus

Jayapura.

Sample merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan

tertentu yang akan diteliti (Martono, 2012). Dalam penelitian ini teknik

(12)

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Sugiyono, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut maka sampel yang digunakan adalah anggota

jemaat dewasa muda Gereja Kristen Injili di Tanah Papua Jemaat Petrus Jayapura

yang ditemui oleh peneliti secara kebetulan dengan kriteria, yaitu :

1. Usia 18-25 tahun.

2. Anggota persekutuan kaum pemuda yang secara aktif terlibat dalam

kegiatan gereja seperti ibadah maupun kegiatan sosial yang dilakukan

gereja.

3. Berstatus sebagai mahasiswa dan/atau bekerja.

Pengambilan sampel dilakukan tanggal 17-25 Oktober 2017 dengan jumlah

sampel yaitu 83 orang yang terdiri dari 36 laki-laki dan 47 perempuan dengan status

sebagai mahasiswa berjumlah 71 orang dan bekerja berjumlah 12 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ialah

dengan metode skala psikologi atau angket yang mengukur perilaku prososial dan

kepribadian introvert dan ekstrovert.

1. Skala Perilaku Prososial

Skala yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial diadaptasi dari

Farhah (2011) berdasarkan teori Penner (1995). Penilaian skala ini makin

tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukan perilaku prososialnya

(13)

menunjukan perilaku prososialnya rendah. Skala perilaku prososial

berjumlah 30 aitem, yang terdiri dari 16 aitem favorable dan 14 aitem

unfavorable yang mengacu pada skala Likert dengan empat pilihan jawaban

yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Hasil perhitungan uji seleksi aitem skala perilaku prososial pada 30 aitem

diperoleh aitem yang gugur sebanyak 5 aitem dan 25 aitem yang valid

dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,314-0,629. Dan

hasil uji reliabilitas dengan menggunakan teknik perhitungan Alfa Cronbach

menunjukkan hasil perhitungan sebesar 0,910 yang artinya skala perilaku

prososial yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

2. Skala Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Skala yang digunakan untuk mengukur kepribadian introvert dan ekstrovert

diambil dari Utomo (2013) berdasarkan Jung’s Type Indicator Test dari

Jungian Tipologi Theory. Skala ini terdiri dari 70 aitem yang terdiri dari 36

aitem ekstrovert dan 34 introvert dengan pilihan jawaban “ya” jika

pernyataan sesuai dengan diri subyek dan “tidak” jika pernyataan tidak sesuai dengan diri subyek. Teknik skoring untuk pernyataan ekstrovert akan

diberikan skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”

sedangkan untuk penyataan introvert akan diberikan skor 0 untuk jawaban

“ya” dan skor 1 untuk jawaban “tidak” dengan ketentuan jika skor ≥36 maka dikategorikan kedalam tipe ekstrovert sedangkan jika skor ≤35 maka

(14)

Berdasarkan hasil uji seleksi item skala kepribadian ekstrovert dan

introvert diperoleh semua aitem valid yaitu 70 aitem dengan koefisien

korelasi item totalnya bergerak antara 0,307-0,689. Dan hasil uji reliabilitas

dengan menggunakan teknik perhitungan Alfa Cronbach menunjukkan hasil perhitungan sebesar 0,950 yang artinya skala kepribadian ekstrovert dan

introvert yang digunakan dalam penelitian ini reliabel.

Teknik Analisis Data

Desain dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tipe

penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel

yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2006). Teknik

perhitungan statistik yang digunakan untuk penelitian ini adalah Uji Independent

(15)

HASIL PENELITIAN

Uji Deskriptif Statistika

Tabel 1. Dekriptif Statistika Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Perilaku Prososial

Kepribadian

Ekstrovert 46 69 99 82.76 6.550

Perilaku Prososial

Kepribadian

Introvert 37 44 74 61.08 8.493

Kepribadian

Ekstrovert dan

Introvert

83 15 65 39.42 16.147

Valid N (listwise) 37

Hasil uji deskripsi statistika pada tabel 1 menunjukkan bahwa skala perilaku

prososial untuk kepribadian ekstrovert memiliki skor terendah yaitu 69 dan skor

tertinggi yaitu 99 dengan rata-rata 82,76 dan standar deviasinya 6,550. Pada skala

perilaku prososial untuk kepribadian introvert didapatkan skor terendah yaitu 37 dan

skor tertinggi yaitu 74 dengan rata-rata 61,08 dan standar deviasinya 8,493. Sedangkan,

skala kepribadian introvert dan ekstrovert didapat skor tertinggi yaitu 65 dan skor

(16)

Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Tipe Kepribadian

Pada tabel 2 yaitu kategorisasi hasil pengukuran skala kepribadian ekstrovert

dan introvert menujukkan sebanyak 46 subyek memiliki kepribadian ekstrovert dengan

presentase 55,42% dan sebanyak 37 subyek memiliki kepribadian introvert dengan

presentase 44,58%.

Tabel 3. Kategorisasi Pengukuran Skala Perilaku Prososial

Kategori Interval

Dari hasil perngukuran kategorisasi pada tabel 3 terlihat bahwa skala perilaku

(17)

56,53% yang artinya subyek berada pada kategori tinggi sedangkan kepribadian

introvert memiliki skor rata-rata 61,08 dengan presentase 54,05% yang berarti subyek

berada pada kategori sedang.

Uji Asumsi

Pada penelitian ini uji asumsi yang dilakukan antara lain yaitu uji normalitas, uji

homogenitas dan uji T-Test. Masing-masing hasil uji yang dilakukan dapat dilihat pada

tabel-tabel berikut:

Normal Parameters Mean 82.76 61.08

Std.

Deviation 6.550 8.493

Most Extreme Differences Absolute .128 .096

Positive .128 .070

Negative -.075 -.096

Kolmogorov-Smirnov Z 1.288 1.206

Asymp. Sig. (2-tailed) .073 .109

Pada tabel 4 hasil uji normalitas pada variabel kepribadian ekstrovert yaitu nilai

K-S-Z sebesar 1,288 dengan nilai signifikansi 0,073 (p>0,05) dan untuk variabel

kepribadian introvert nilai K-S-Z sebesar 1,206 dengan nilai signifikansi 0,109

(p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka kedua variabel yaitu kepribadian ekstrovert

(18)

Uji Homogenitas

Berdasarkan tabel 5 hasil uji homogenitas menunjukkan skor signifikansi 0,471

(p>0,05) yang artinya data bersifat homogen.

T-Test

Tabel 6. Hasil Uji T-Test Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Uji T (T-Test) dilakukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kedua variabel. Berdasarkan hasil uji T menggunakan Independent Samples Test

didapatkan hasil t hitung = 13,132 dengan nilai signifikansi 0,000 (p>0,05). Hal ini berarti

ada perbedaan yang signifikan pada perilaku prososial anggota jemaat dewasa muda

(19)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan perilaku prososial anggota

jemaat dewasa muda GKI Petrus Jayapura ditinjau dari kepribadian introvert dan

kepribadian ekstrovert didapatkan hasil bahwa hipotesis diterima yaitu ada perbedaan

perilaku prososial yang signifikan antara kepribadian introvert dan ekstrovert pada

anggota jemaat dewasa muda GKI Petrus Jayapura dengan nilai t hitung = 13,132 dan

nilai signifikansi 0,000 (p>0,05).

Dari hasil penelitian terlihat bahwa kepribadian introvert dan kepribadian

ekstrovert memberikan sumbangan yang berbeda dalam melakukan perilaku prososial.

Perbedaan perilaku prososial antara kepribadian introvert dan kepribadian ekstrovert

pada anggota jemaat dewasa muda GKI Petrus Jayapura cukup terlihat jelas, dimana

anggota dewasa muda dengan kepribadian ekstrovert memiliki perilaku prososial yang

lebih tinggi dari pada anggota dewasa muda yang memiliki kepribadian introvert. Dari

aitem yang telah diisi terlihat bahwa anggota dewasa muda yang memiliki kerpibadian

ekstrovert bersedia sebisa mungkin akan membantu orang lain ketika mereka

membutuhkan pertolongan dan mereka melakukannya dengan inisiatif mereka sendiri

tanpa harus diminta oleh orang lain. Sedangkan, bagi anggota dewasa muda yang

memiliki kepribadian introvert merasa bahwa mereka sulit untuk melihat sesuatu dari

sudut pandang orang lain, cenderung mengambil pertimbangan sesuka keinginan

mereka dan bagi mereka ketika orang lain mengalami masalah mereka tidak merasakan

perasaan apapun karena mereka merasa itu bukan urusan mereka.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibawa (1992) pada

(20)

intensi prososial antara anggota yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert.

Begitu pun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Stanislaus

(2016) yang menyatakan bahwa ada perbedaan perilaku prososial antara kepribadian

introvert dan ekstrovert dimana kepribadian ekstrovert memiliki perilaku prososial yang

lebih tinggi dari pada kepribadian introvert.

Melakukan perilaku prososial berarti terlibat langsung dalam lingkungan sosial

dan membuat perilaku tersebut diperhatikan oleh orang-orang disekitar yang nantinya

secara tidak langsung akan membuat mereka yang melakukan perilaku prososial

mendapatkan penghargaan secara sosial. Bagi mereka dengan kepribadian ekstrovert

bukanlah hal yang sulit untuk melakukan perilaku prososial karena mereka terkenal

memiliki orientasi secara sosial yang menjadikan mereka mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan segala hal yang dilakukan tidak hanya tentang dirinya namun

tergantung pada lingkungan diluar dirinya. White & Gerstein (1987) mengatakan bahwa

mereka yang memiliki pemantauan diri yang tinggi akan tergantung pada harapan orang

lain, sehingga akan cenderung lebih penolong karena mereka berpikir bahwa perilaku

menolong akan mendapatkan imbalan secara sosial.

Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang memiliki kepribadian introvert

dimana lingkungan sosial bukanlah hal yang nyaman bagi mereka. Mereka dengan

kepribadian introvert sering kali menghindari kontak sosial karena semua hal yang

dilakukan hanya tertuju bagi diri mereka sendiri. Menurut Taylor, Peplau, & Sears

(2009) salah satu hal yang mendasari seseorang melakukan perilaku menolong karena

adanya faktor kesedihan personal yaitu reaksi emosional kita terhadap penderitaan

orang lain seperti perasaan terkejut, ngeri, dan prihatin. Namun hal ini hanya

(21)

mungkin menghilangkannya dengan cara membantu orang lain atau mungkin juga

merasa lebih baik untuk menghindari situasi atau mengabaikan penderitaan di sekitar

kita namun keinginan membantu untuk mereduksi ketidaknyamanan pribadi adalah

tindakan yang egoistis (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Sedangkan, menurut Bierhoff,

Klein & Kramp (1991) salah satu dari lima hal yang ditunjukkan mereka yang

melakukan perilaku prososial adalah egosentrisme yang rendah. Untuk itu, melakukan

perilaku prososial cenderung bukan menjadi hal utama yang akan dilakukan oleh

mereka yang memiliki kepribadian introvert karena mereka cenderung untuk lebih

memusatkan segala hal bagi dirinya sendiri sehingga membuat mereka pun cenderung

menjadi pribadi yang egois.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian introvert dan

kepribadian ekstrovert memiliki keputusan yang berbeda untuk bereaksi dalam

lingkungan sosialnya yang akhirnya berpengaruh dan terlihat perbedaannya dalam

(22)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan perilaku prososial yang signifikan pada anggota dewasa muda jemaat

GKI Petrus Jayapura yang memiliki kepribadian ekstrovert dengan kepribadian

introvert.

Untuk anggota dewasa muda dengan kepribadian ekstrovert cenderung memiliki

perilaku prososial pada kategori tinggi sedangkan anggota dewasa muda yang memiliki

kepribadian introvert cenderung berada pada kategori sedang.

SARAN

Dari hasil penelitian, pembahasan serta mengingat masih adanya keterbatasan dalam

penelitian ini maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Bagi anggota dewasa muda baik yang memiliki kepribadian introvert maupun

ekstrovert untuk tetap terus melakukan, meningkatkan dan mempertahankan

perilaku prososialnya.

2. Bagi gereja agar dapat membantu anggota jemaatnya dalam menanamkan dan

mengajarkan nilai-nilai perilaku prososial agar kondisi perilaku prososial

anggota jemaat yang sudah ada dapat terus dilakukan dan dipertahankan

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perilaku prososial

diharapkan dapat meneliti lebih luas dengan melihat variabel-variabel lain secara

internal maupun eksternal karena penelitian ini hanya menguji salah satu

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Bierhoff, H. W., Klein, R., &Kramp, P. (1991). Evidence for the altruistic personality from data on accident research. Journal of Personality, 263-280.

Farhah, S. (2011). Hubungan religiusitas dengan perilaku prososial mahasiswa pengurus lembaga dakwah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Feist, J., & Feist, G. J. (2014). Teori kepribadian (7 ed.). (Handriatno, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika.

Kurniawan, M. F., & Stanislaus, S. (2016). Perilaku pro-sosial ditinjau dari tipe kepribadian introvert dan ekstrovert studi pada mahasiswa psikologi UNNES.

Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi, 195-199.

Martono, N. (2012). Metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2011). Psikologi perkembangan (9 ed.). (A. K. Anwar, Trans.) Jakarta: Kencana.

Penner, L. A., Fritzsche, B. A., Craiger, J. P., & Freifeld, T. S. (1995). Meansuring the prosocial personality. (J. N. Butcher, & C. D. Spielberger, Eds.) Advances in Personality Assessment, 10, 147-163. Hillsdale, NJ: Erlbaum

Periantalo, J. (2016). Penelitian kuantitatif untuk psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ruf, D. L., & Radosevich, D. M. (2009). How personality and gender may relate to individual attitudes toward caring for and about others. Roeper Review, 207-216. Santrock, J. W. (2002). Perkembangan masa hidup (5 ed., Vol. II). (A. Chusairi, & J.

Damanik, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan masa hidup (13 ed., Vol. II). (B. Widyasinta, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2006). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi. Bandung: Alfabeta.

(24)

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial (12 ed.). (T. Wibowo, Trans.) Jakarta: Kencana.

UI, T. P. (2014). Psikologi sosial. (S. W. Sarwono, & E. A. Meinarno, Eds.) Jakarta: Salemba Humanika.

Utomo, A. B. (2013). Perbedaan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert di dalam frekuensi terkena bullying studi kepada siswa SMA negeri 3 Salatiga.

White, M. J., & Gerstein, L. H. (1987). Helping : The influence of anticipated social sanctions and self-monitoring. Journal of Personality, 41-54.

Gambar

Tabel 1. Dekriptif Statistika
Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Tipe Kepribadian
tabel-tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari penelitian ini adalah : (1) Perusahaan yaitu pihak KFC cabang Multimart Manado perlu terus meningkatkan manajemen atau tata kelola dari rantai pasokan perusahaan

a) kepala surat undangan yang berisi lambang negara dan nama jabatan (untuk pejabat negara) atau logo Kementerian Keuangan, nama instansi, dan alamat instansi

Penelitian skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Strata-1, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala

berlangsung sejak pagi. Kira-kira pukul 07.00 WIB, ada beberapa orang sesepuh yang menyembelih dan mengolah kambing dan ayam. Mereka menyembelih seekor kambing atau

Hasil Penelitian dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa partisipasi penganggaran tidak berpengaruh pada kinerja manajerial sehingga H 1 ditolak dan partisipasi

Dalam penelitian kali ini penulis tertarik meneliti adanya pengaruh latihan half squat jump, serta split squat jump terhadap kecepatan tendangan mae geri chudan atlet

Semoga dengan rahmat Allah SWT, melalui Sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 ini dan segala fasilitas yang sudah dibangun bersama sistem pendukungnya,

Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku