• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kadar Bod5 dan Cod Limbah Cair Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Karanganyar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Kadar Bod5 dan Cod Limbah Cair Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Karanganyar"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

PERBEDAAN KADAR BOD5 DAN COD LIMBAH CAIR SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI RSUD KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh

IKE PUJIASTUTI NIM. R0206073

PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, Juli 2010

(4)

Limbah cair di RSUD Karanganyar dapat menyebabkan penyakit infeksi dan pencemaran lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik. Untuk mengurangi potensi bahaya terhadap lingkungan, maka harus diperlukan manajemen pengolahan limbah yang baik dan tepat dari instalasi pengolahan air limbah atau Unit Pengolahan Air Limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui instalasi alat pengolahan air limbah (IPAL) sudah berfungsi secara efektif dan efesien. perbedaan kadar BOD5 dan COD pada air limbah sebelum dan

sesudah pengolahan di RSUD Karanganyar, merupakan tolak ukur yang akan diteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dan menggunakan penelitian cross sectional. Sampel diambil pada dua titik yaitu pada bak inlet dan bak outlet.

Hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata kadar BOD dan COD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan BOD:67,91% dan COD :74,02% sedangkan nilai p:0,005 yaitu (p<0,05).

Kesimpulan hasil penelitian bahwa pengolahan air limbah secara biologi di RSUD Karanganyar dapat efektif dan efisien, dan perlu dipertahankan tidak hanya dioperasionalkan pada saat akan ada peninjauan kunjungan kerja. peningkatan pemeliharaan terhadap alat serta melakukan pengoperasian alat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan sesuai dengan prosedur kerja yang ada.

(5)

v ABSTRACT

IKE PUJIASTUTI 2010. “DIFFERENCE OF THE CONTENT OF BOD5 AND COD ON THE WASTE WATER BEFORE AND AFTER THE TREATMENT IN RSUD KARANGANYAR”..

The hospital waste water is pontesial as a Karanganyar of the diseases infection and environmental pollution., it’s not management be agood.To reduce the potential. there should be a good and proper management existence of the waste water treatment installation or the waste water treatment unit. This research is objected to study about the funtion waste water treatment installation (IPAL) effectif and efficient. This research is objected study difference of the contents of BOD5 and COD on the waste water before and after treatment in RSUD

Karanganyar.

This research was an observational investigation, and a cross sectional research. The sample were taken from 2 points that was on the inlet bath and the outlet bath.

There were significant differences before and after the treatment for the avarage of BOBD5 and COD content BOD5: 67,91% and COD: 74,02% whereas

p: 0,005 that is (p<0,05).

Its conclude that performance of waste water treatment pland ad RSUD Karanganyar can be effective and efficient, and need to defence to improve the maintenance of the machines operation in accordance with the working procedure.

(6)

vi

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya. Sehingga penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul

“Perbedaan Kadar BOD5 Dan COD Limbah Cair di RSUD Karanganyar.”

Penulisan Skripsi ini dalam rangka tugas guna memperoleh gelar Sarjana

Sain Terapan dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan

Program Diploma VI Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Selama penelitian dan penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak

mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof, Dr..A.A. Subijanto, dr, MS, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

UNS Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, Sp.Ok, Selaku Ketua Program Kerja DIV

Kesehatan Kerja

3. Ibu Sri Hartati.H, Dra,Apt,Su selaku Dosen Pembimbing I

4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II

5. Ibu Yeremia Rante Ada’,S.Sos, M.Kes, selaku Dosen Pernguji.

6. Bapak Sumardiyono,SKM, M.Kes, selaku Dosen yang menjadi Tim Skripsi.

7. Bapak G Maryadi, dr, Selaku Kepala RSUD Kab. Karanganyar yang telah

(7)

vii

8. Bapak, Ibu, suami, dan kayla putriku terimakasih atas segala doa, cinta,

dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

dengan lancar.

9. Semua pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penyusunan laporan umum ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan

ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa

mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam

penyempurnaan laporan ini.

Surakarta, Juli 2010

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masala... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Pencemaran... 4

B. Pencemaran Linkungan... 4

C. Pencemaran Air... 5

D. Bahan Pencemar... 5

(9)

ix

F. Air Limbah... 6

G. Jenis Limbah Rumah Sakit... 6

H. Pengolahan Air Limbah... 8

I. Pengolahan Limbah Secara Biologi... 10

J. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Kolam... 10

K. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Kolam Aerobik... 11

L. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Anaerobik... 11

M. Sistem Pengolahan Limbah di RSUD Karanganyar... 11

N. Parameter Limbah Rumah sakit... 13

O. PH... 14

P. Suhu... 14

Q. BOD(Biological Oxigen Demand)... 14

R. COD(Chimical Oxigent Demand)... 17

S. Kerangka Pemikiran... 19

T. Hipotesis... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Metode Penelitian... 20

B. Lokasi dan Waktu... 20

C. Subyek Penelitian...20

D. Teknik Sampling...21

E. Cara Pengambilan dan Penempatan Limbah... 21

F. Identifikasi Variabel Penelitian...26

(10)

x

H. Desain Penelitia... 28

I. Instrumen Penelitian... 28

J. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN... 30

A. Gambaran Umum Perusahaan... 30

B. Hasil Pengukuran Kadar BOD5 dan COD... 30

BAB V PEMBAHASAN... 31

A. Kadar BOD5 ... 36

B. Kadar COD... 37

C. Hubungan Kadar BOD5 dan COD... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 40

A. Kesimpulan... 40

B. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA... 41

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Uji normalitas BOD5... 33

Tabel 2. Hasil Uji normalitas COD... 33

Tabel 3. Hasil Uji Paired samples t-test sebelum dan Sesudah... 33

Tabel 4. Hasil pengukuran BOD5... 34

Tabel 5. Hasil Pengukuran COD... 34

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran... 19

Gambar 2. Desain Penelitian... 28

Gambar 3. Diagram blog kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan... 31

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

kesehatan rujukan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga

kesehatan dan penelitian( SK Gubernur Jatim No 61/1999). Dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tentunya rumah sakit

menghasilkan bahan-bahan yang bersifat infeksius ataupun yang bersifat non

infeksius berupa gas, cair dan padat yang dihasilkan dari tiap unit seperti

ruang perawatan, ruang poliklinik, laboratorium, tempat cuci linen, dapur,

kamar mandi, dan kamar mayat. Kegiatan tersebut tidak dapat dihindari

adanya hasil samping produksi yaitu limbah, sehingga perlu penanganan yang

baik dan benar.

Lingkungan hidup menurut UU RI No 23 tahun 1997 adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Sehingga pembangunan

rumah sakit juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar seimbang.

Pengolahan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan

lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarkat dari

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Efek

(14)

2

tidak sehat karena pengolahan limbah rumah sakit yang kurang sempurna,

diantaranya: adanya bakteri patogen yang menyebabkan penyakit. Air limbah

rumah sakit memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan maka perlu

penanganan air limbah yang baik dan benar, yaitu dengan adanya instalasi

pengolahan air limbah. Oleh karena itu pembangunan rumah sakit harus

disertai dengan pengawasan, pemantauan, dan perhatian terhadap limbah

rumah sakit yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat,

cair, dan gas yang bersifat infeksius maupun non infeksius. Dan limbah yang

berasal dari dapur dan tempat cuci.

Untuk mengetahui kualitas limbah, maka hasil akhir limbah di uji

laboratorium. Parameter limbah rumah sakit dibandingkan dengan baku mutu

yang diperkenankan. Seperti BOD5, COD ,suhu, dan pH.

Dari hasil survei awal limbah cair di RSUD Karanganyar pada bulan

Pebruari 2010. Didapatkan hasil BOD5 sebelum pengolahan 95,5mg/l dan COD

sebesar 76 mg/l, dan BODs sesudah pengolahan 165 mg/l dan COD 124 mg/l.

Kadar BOD5 dan COD yang diperbolehkan pada air limbah industri

berdasarkan Peraturan daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004

tentang baku mutu air limbah rumah sakit untuk parameter maksimum kadar

BOD5 30 mg/l sedangkan untuk kadar COD adalah 80 mg/l.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan selanjutnya penulis ingin

meneliti mengenai perubahan kadar BOD5 dan COD kimbah cair sebelum dan

(15)

3

RSUD Karanganyar merupakan rumah sakit yang terletak ditengah-tengah

pemukiman dan masyarakat sekitar rumah sakit masih banyak yang

menggunakan air sumur artesis. Untuk itu perlu pengelolaan limbah rumah

sakit dengan baik untuk mengurangi dampak terhadap warga.

Dalam penelitian ini yang dilakukan hanya mengukur parameter BOD5

dan COD saja tanpa mengukur pH dan suhu. Karena keterbatasan waktu

penelitian yang tersedia.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kadar BOD5 dan COD limbah cair sebelum dan

sesudah pengolahan di RSUD Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kadar BOD5 dan COD limbah cair sebelum

dan sesudah pengolahan di RSUD Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian a. Teoritis

Diharapkan bahwa pengelolaan limbah cair rumah sakit yang baik

dapat menurunkan kadar BOD5 dan COD .

b. Aplikatif

Diharapkan pihak rumah sakit tetap meningkatkan IPAL agar limbah

(16)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran

Definisi pencemaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mencemari atau mencemarkan, pengotoran lingkungan

(Lukman Ali, dkk, 1995). Definisi pencemaran lingkungan hidup berdasarkan

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 angka 12

adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau

komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan

oleh sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang

atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (H. J. Mukono, 2000).

B. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan pola

penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan–bahan fisika dan

kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung

manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda–

benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas (A. Tresna

(17)

5

C. Pencemaran Air

Menurut Peraturan Pemerintah RI no. 20 tahun 1990, pencemaran air

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang membahayakan, yang mengakibatkan air

tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya (H. J. Mukono, 2000).

D. Bahan Pencemar

Bahan pencemar adalah bahan yang berrpotensi mengakibatkan

berubahnya kualitas lingkungan baik fisik dan nonfisik yang meliputi sebagai

berikut ;

1. Bahan buangan organik

Bahan buangan organik biasanya dapat berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat

mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba

patogen pun dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.

2. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya limbah yang tidak bisa

membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan

anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan

jumlah ion logam di dalam air, maka hal ini akan mengakibatkan air

(18)

6

(Mg). Selain itu ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb),

arsen (As) dan air raksa(Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

3. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar

sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit

dan zat radioaktif, zat kimia ini di dalam air merupakan racun yang

mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin

juga manusia.

E. Jenis-Jenis Limbah Rumah Sakit.

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 maka limbah dapat dibedakan menjadi ;

1. Limbah Rumah Sakit

Semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk

padat, cair, dan gas.

2. Limbah Padat Rumah Sakit

Semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan

rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

3. Limbah Medis Padat

Limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah

benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan,dan limbah dengan kandungan

(19)

7

4. Limbah Padat Non Medis

Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis

yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

5. Limbah Infeksius

Limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin

ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi

yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

6. limbah Cair

Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit

yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun,

dan radioaktif yang bebahaya bagi kegiatan.

F. Pengolahan Air Limbah

Pengolaan air limbah memiliki peranan penting dalam penurunan kadar parameter limbah rumah sakit.

1. Tujuan Pengolahan air Limbah

Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD5

partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen.

Pengolahan tambahan diperlukan untuk menghilangkan bahan nutrisi,

komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasi, agar

konsentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan

(20)

8

1987). Adapun tujuan pengolahan air limbah menurut Unus Suriawiria

(1993) yaitu:

a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular,

karena air merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup

mikroba penyebab penyakit menular. Ditinjau dari segi estetika untuk

melindungi air terhadap bau dan warna yang tidak menyenangkan atau

tidak diharapkan.

b. Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya

untuk kelompok hewan dan tanaman air.

2. Klasifikasi Pengolahan Limbah

Menurut Unus Suriawiria (1993), berdasarkan karakteristik air,

pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga cara utama, yaitu pengolahan

buangan secara fisis, kimiawi, dan biologis.

a. Pengelolaan Pendahuluan

Pengolahan ini digunakan untuk memisahkan padatan kasar,

mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan

proses menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung.

Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan adalah saringan,

pencacah, bak penangkap pasir, penangkap lemak dan minyak, dan bak

penyetaraan (H. M. Soeparman dan Suparmin, 2001).

b. Pengolahan Pertama

Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi

(21)

9

(sedimentation). Bahan kimia dapat ditambahkan untuk menetralisir

dan meningkatkan kemampuan pengurangan padatan tersuspensi. Unit

ini dapat mengurangi BOD5 dapat mencapai 35%. Pengurangan BOD

dan padatan tahap awal ini akan membantu mengurangi beban

pengolahan tahap kedua.

c. Pengolahan Tahap Kedua

Pengolahan ini berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan

untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis.

Proses biologis yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas

limbah cair yang masuk unit pengolahan, kemampuan penguraian zat

organik yang ada pada limbah tersebut. Pada unit ini diperkirakan

terjadi pengurangan kadar BOD5 dari 35% - 95%, dan bergantung pada

kapasitas unit pengolahnya. Unit yang biasa digunakan dalam

pengolahan tahap kedua adalah saringan tetes (trickling filter), unit

lumpur aktif, kolam stabilisasi.

d. Pengolahan Tahap Ketiga atau Tahap Lanjutan

Pengolahan ini difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas

limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan

air penerima dan penggunaan kembali effluen tersebut. Selain masih

dibutuhkan untuk menurunkan kandungan BOD5 juga dimaksudkan

untuk senyawa nitrogen melalui proses ammonia stripping (H. M.

(22)

10

e. Pembunuhan Kuman

Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh

mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme

pembunuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya

dan mikroorganisme itu sendiri (Sugiharto).

G. Sistem Pengolahan Limbah

1. Pengolahan Limbah Secara Biologis

Pengolahan air limbah secara biologis adalah proses dengan

mengikutsertakan aktivitas dan kemampuan jasad hidup (mikroba) (Unus

S, 1993). Proses pengolahan limbah secara biologis akan menghasilkan

indikator biologis, yang terdiri dari jenis–jenis mikroba yang berperan

adalah bakteri, mikro-algae, dan protozoa.

2. PengolahanLimbah Dengan Sistem Kolam

Kolam merupakan sistem penanganan limbah yang paling sederhana.

Banyak digunakan dalam menangani limbah kota dan limbah pertanian.

Jenis-jenis kolam dapat digolongkan dalam fakultatif, aerobik, anaerobik,

atau aerasi.

3. PegolahanLimbah Dengan Sistem Aerobik

Sistem penanganan limbah secara aerobik digunakan sebagai pencegah

timbulnya masalah bau selama penganan limbah, agar memenuhi

persyaratan efluen dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke dalam

(23)

11

4. Pegolahan Limbah Dengan sistem Anaerobik

Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi karena

aktivitas mikroba dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas.

Analognya, proses ini meniru mekanisme proses yang terjadi pada perut

binatang yaitu proses pencernaan secara anaerobik. Produk akhir dari

proses permentasi ini adalah gas metana( CH4 ).

5. Sistem Pengolahan Limbah di RSUD Karanganyar

a). Bak Penyaring

Bentuk dari bak penyaring ini berupa bak penyaring kasar, bak

penangkap lemak dan bak penagkap pasir. Limbah cair yang ada di

seluruh Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Karanganyar di tampung

dalam bak penampung kemudian di alirkan ke bak penyaring yang

berfungsi menyaring sampah padat yang ikut.

b). Bak Equalisasi

Sebelum air limbah menuju bak Equalisasi dibubuhi Tawas yang

fungsinya untuk proses kuagulasi dan flowkulasi kimia, yang dapat

mereduksi padatan terlarut 70-80%BOD. Di bak Equalisasi ini, limbah

cair dialirkan dengan cara digrojogkan agar kadar Oksigen terlarut

dalam limbah meningkat dan dapat membantu dalam proses aerasi.

Bak equalisasi berfungsi untukmenstabilkan atau meratakan debit, dan

(24)

12

c). Bak An Aerob.

Berfungsi untuk merombak zat-zat organik dalam limbah dengan

secara biokimiawi dengan bantuan mikro orgasnisme perombak yang

bersifat An Aereob. Didalam hasil perombakan menghasilkan energi

mikroorganisme baru.

d). Bak Aerasi I dengan Sistem Spyer.

Bertujuan untuk menambah kandungan oksigen dalam air limbah.

Bak ini burtujuan untuk menumbuhkan dan mengaktifkan

mikroorganisme pengurai atau pemakanlimbah baru.

e). Bak Aerasi II

Menyempurnakan proses di bak aerasi I dan mekanisme aerasi

dijalankan dengan recycle sehingga lumpur diolah kembali dan pada

proses berikutnya terjadi pengurangan endapan.

f). Bak Pengendapan.

Prinsip dari bak ini yaitu pengendapan lumpur yang terkandung

dalam limbah yang terbentuk dengan cara air dengan koagulan yang

membentuk flog untuk recycle dan membentuk beningan.

g). Bak Trikling Filter

Pada unit filtrasi ini digunakan 3 media saring/Filter, yaitu kerilkil,

pasir kuarsa, Zeolit dan karbon aktif. Unit ini digunakan untuk

(25)

13

h). Bak Indikator/Kolam Stabilisasi.

Bak ini di isi dengan tumbuhan enceng gondok dan ikan sebagai

uji biologis.

i). Bak out let dengan pembubuhan kaporit disinfektan.

Akhir dari proses pengolahan limbah di sini sebelum di buang ke

sungai dengan penambahan disinfektan kaporit yang berfungsi untuk

menekan TSS (Total Suspended Solid), karena pada pengujian air

limbah sebelum penambahan kaporit menunjukkan TSS melebihi Baku

Mutu air liumbah, data pengujian air limbah dapat dilihat pada

lampiran 14.

j). Kolam uji coba

Kolam uji coba yaitu kolam yang digunakan untuk mendeteksi

parameter limbah cair ada penurunan atau kenaikan kadarnya,

sehingga layak dan dibuang keperairan sekitar misal sungai. Dengan

menggunakan ikan nila.

H. Parameter Limbah Rumah Sakit

Parameter limbah rumah sakit yang terakreditasi berdasarkan Kepmenkes

Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004) yaitu BOD, COD, suhu, TSS, phospat,

(26)

14

I. PH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu Iarutan didefinisikan sebagai

logaritm aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. koefisien aktivitas ion

hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya

didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia

bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan

berdasarkan persetujuan internasional.[1]

J. Suhu

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda.

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer.

K. BOD ( Biochemical Oxygent Demand )

BOD atau BOD5 adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati

secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat

air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (G.

Alerts dan SS santika, 1987).

(27)

15

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari di mana 50 %

reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 70 % dan 20 hari supaya 100 %

tercapai. Reaksi biologi pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi

200 C dan dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang

lengkap BOD5 20(angka 20 berati temperatur inkubasi dan angka 5

menunjukkan lama waktu ingkubasi).

2. Manfaat Pengukuran BOD5

Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran

akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem

pengolahan biologis pada air yang tercemar tersebut (G. Alaerts dan Sri

S.S,1987: 159). Pengujian BOD5 yang dapat diterima adalah pengukuran

jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima hari oleh

organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 20o C.

Pengujian dilakukan dengan mengencerkan suatu contoh air beroksigen

banyak dan kemudian ditentukan oksigen terlarutnya. Sebagian larutan

ditempatkan di ruang gelap pada suhu 200 C untuk lima hari dan

kemudian ditentukan oksigen terlarutnya. BOD5 dihitung dari selisih

antar oksigen terlarut sebelum dieramkan selama lima hari dengan

oksigen terlarut setelah lima hari (A. Tresna S., 2000).

Uji coba BOD5 merupakan salah satu dari uji coba yang penting

untuk mengetahui kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri,

selokan – selokan, dan air yang telah tercemar. BOD5 secara luas

(28)

16

maksudnya jumlah oksigen yang akan dibutuhkan apabila dibuang ke

dalam air alamiah atau perairan umum (U. N. Mahida,1986). Analisa

yang digunakan untuk mengetahui kadar BOD5 dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut (G. Alaerts dan Sri S. S, 1987) :

a. Metode titrasi dengan cara Winkler (di laboratorium)

b. Metode elektrokimia, dengan DO-meter yang menggunakan sebuah

elektroda membran.

Pengambilan sampel secara baik dan representatif harus diperhatikan.

Sampel air untuk keperluan analisa oksigen terlarut dituangkan dengan

hati-hati (mencegah masuknya udara) ke dalam botol khusus, yaitu botol

winkler. Botol tersebut mempunyai volume 250-300 ml, memiliki leher

sempit dengan tutup dari bahan gelas. Botol tersebut harus terisi penuh

dengan sampel air, dan tidak boleh ada gelembung udara yang

terperangkap di dalamnya. Analisa oksigen terlarut harus dikerjakan

segera setelah pengambilan sampel. Apabila analisa terpaksa ditangguhkan

maka sebagian dari prosedur analisa harus dikerjakan lebih dulu, yaitu

penambahan MnSO4, KI dan H2SO4 dan langkah selanjutnya dapat

ditangguhkan untuk beberapa jam.

L. COD (Chemical Oxygent Demand)

COD adalah jumlah oxigen ( mg O2 ) yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sempel air, dimana

(29)

17

1. Prinsip Analisa

DE

CaHbOc+Cr2O7 2- + H+ CO2 + H2O + Cr3+

Ag2SO4

(Warna kuning) (Warna Hijau)

dari zat-zat organis yang mungkin masih tersisa didalamnya.Sampel yang

Reaksi ini berlangsung 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor agar

zat organis volatil tidak lenyapkeluar. Funsi perak sulfat Ag2SO4 adalah

sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedang merkuri sulfat

untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada di

dalam air. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis

teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah

direfluks.K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk

menentukan beberapa oksigen yang telah terpakai. Siasa K2Cr2O7 tersebut

ditentukan melalui titrasi dengan fero amonium sulfat(FAS), dengan

reaksi sebagai berikut:

6 Fe2+ + Cr2O7 2 + 14 H+ 6Fe3+ + 2 Cr3+ + 7H2O

Indikator feroin digunakan untuk menentukan titik akhirtitrasi yaitu di

saat warna hijau-biru larutan berubah menjadi coklat-merah. Sisa

K2Cr2O7 dalam larutan blangko adalah K2Cr2O7 awal, karena diarapkan

blangko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh

(30)

18

2. Pengambilan dan pengawetan sampel

Gunakan botol kaca bila memungkinkan. Penggunaan botol plastik harus bersih mengandung lumpur harus dikocok sampai merata sebelum

dianalisa, karena lumpur juga terdiri dari zat-zat organis yang harus

dioksidasikan kedalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang

benar. Sampel yang tidak setabilyaitu sampel yang mempunyai kadar

bakteri atau Fe2+ tinggi, harus dianalisa segera. Sampel dapat diawetkan

dengan menambahkan larutan H2SO4 pekat sampai Ph 2(kira-kira

(31)

19

M. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan : Garis tegak lurus adalah mempengaruhi terjadinya sebab akibat. Garis putus-putus adalah yang mempengaruhi dari luar.

N. Hipotesis

Ada Perbedaan Kadar BOD5 dan COD Pada Air Limbah Sebelum dan

Sesudah Pengolahan di RSUD Karanganyar.

Variabel Bebas

Pengolahan Limbah cair

Variabel Pengganggu Tak Terkendali

Zat Beracun Variabel Pengganggu Terkendali

Nitrifikasi Nutrien Kemasukan udara

Variabel Terikat

Perubahan Kadar BOD5 dan

(32)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu

penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi

Suryabrata,1989)

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan

Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan

dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bak Inlet (sebelum pengolahan) dan Outlet

(sesudah pengolahan) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar

pada bulan Januari 2009 - juni 2010.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah air limbah yang diambil dari

bak inlet dan bak outlet dari RSUD Karanganyar. Waktu pengambilan pagi

(33)

21

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada awal penelitian ini adalah incidental

sampling berarti pemilihan sekelompok subjek yang berasal dari individu yang

kebetulan ditemui.

E. Cara Pengambilan dan Penempatan Limbah 1. Cara memasukan air limbah ke botol

Air limbah yang akan diukur kadar BOD5 dan COD dimasukkan ke

dalam botol sampel untuk mempermudah pengukuran. Botol diisi dengan

air limbah sampai penuh. Air dalam botol diusahakan tidak terdapat

gelembung udara, karena dapat menyebabkan botol kemasukan udara.

Keadaan tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pengukuran BOD5

dan COD.

2. Reagen untuk analisis BOD5

a. Air suling:tidak boleh mengandung zat beracun, seperti Cr, Cl2, dan

sebagainya.

b. Larutan bufer fosfat: Larutkan ke dalam labu takar 1 liter yang berisi

500 ml air suling, 8,5 g KH2 PO4,21 g K2HPO4 g Na2HPO4.7H2O, dan

g NH4Cl. Diencerkan dengan air suling sampai menjadi 1,000

liter,sesuaikan pH-nya sampai pH 7,2 dengan asam HCl.

c. Larutan magnesium sulfat dilarutkan kedalam labu takar 1 liter yang

berisi 500 ml air suling, 22,5 g Mg So4.7 H2Ol, diencerkan lagi dengan

(34)

22

d. Larutan kalsium klorida dilarutkan dalam labu takar 1 liter yang berisi

500 ml air suling, 27,5 g CaCl2 dan diencerkan lagi dengan air suling

sampai menjadi 1,000 liter.

e. Indikator feriklorida dilarutkan dalam labu takar dengan air suling 0,25

g FeCl3.6 H2O dan diencerkan dengan air suling lagi.

f. Larutan basa NaOH atu KOH dan asam HCl atau H2SSO4 1 N untuk

menetralkan sample air yang bersifat asam atau basa sampai pH-nya

berkisar antara 7,0-7,6.

g. Bubuk inhibitor nitrifikasi: N-surve, allytio-ureum(ATU) (Merk) atau

Nitrification inhibator 2533.

h. Benih (Inoculum,seed).

3. Reagen untuk analisis COD

a. Larutan standart kalium dikromat 0,050N: labu takar 1 l untuk

melarutkan 12,259 g K2Cr2O7* p.a.(yang telah dikeringkan dalam oven

1050C selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator untuk

menghilangkan kelembababn), ditambah air sulingsampai 1000 ml.

b. Perak sulfat. (bubuk Ag2SO4).

c. Asam sulfat: specific gravity 1,84, H2SO4.

d. Reagen asam sulfat(H2SO4) yang telah ditambah 10 g Ag2SO4 per 1

asam.

e. Larutan standart fero amonium sulfat (titran) 0,10 N : larutan 39 g

(35)

23

H2SO4 pekat, setelah didinginkan ditambah air sulin 1 liter dan

distandartkan dengan larutan standart kalium dikromat(KCr2O7).

4. Pengukuran kadar BOD5.

Sampel air yang akan diukur kadar BOD5 paling lama 2 jam setelah

setelah pengambilan sampelnya. Jika hal ini tidak mungkin, sampel harus

disimpan pada suhu ± 4oC selama paling lama 24 jam. Adapun tahapan

pengukuran BOD5 dengan metode titrasi Winkler sebagai berikut (G

Alaerts dan Sri Sumestri, 1987);

a.Sampel yang bersifat asam atau basa dinetralkan.

b. Sampel yang mengandung oksigen yang melebihi kejenuhan

diturunkan kadar oksigennya dengan cara pengocokan.

c. Sampel diencerkan. Jumlah oksigen dalam botol terbatas, maksimum 9

mg O2/l tersedia, dan untuk oksigen terlarut pada akhir masa inkubasi

antara 3 dan 6 mg O2/l. Karena kadar BOD5 tidak diketahui terlebih

dahulu, beberapa pengenceran dicoba dengan serempak agar setelah

inkubasi selama 5 hari paling sedikit 1 sampel masih mengandung

antar 3 dan 6 mg O2/ l, sehingga analisa sampel memerlukan 3

pengenceran R, S, dan T. Botol tidak diperkenankan ada gelembung

udaranya.

d. Botol BOD diisi dengan air pengencer (larutan kerja) serta benihnya

sebagai blanko lalu disimpan dalam inkubator (suhu 20o C ± 1o C)

selama kira-kira 1 jam. Jika suhu larutan tersebut sebelumnya lebih

(36)

24

botol. Setelah 1 jam botol tersebut dibuka sebentar lalu diisi dengan air

pengencer sehingga di dalam botol tertutup tidak ada gelembung

udara. Satu blanko untuk menentukan BOD air pengencer.

e. Separuh dari botol-botol tersebut disimpan terus di dalam inkubator

dengan suhu 20o C selama 5 hari. Botol lainnya dikeluarkan untuk

analisa oksigen terlarut.

f. Analisa oksigen terlarut dilakukan pada saat t = 0 hari (setelah botol

disimpan 1 jam dalam inkubator untuk mendapatkan suhu 20o C) dan

pada saat t = 5 hari.

5. Pengukuran kadar COD

Pemeriksann COD bila taksiran COD sampel > 800 mg O2 /l, maka

sampel harus diencerkan dengan air suling hingga COD berada sekitar 50

sampel sampai 800 mg O2 /l. Bila taksiran sudah berda sekitar

angka-angka tersebut, maka cara kerja adalah sebagai berikut

a. Pindahkan kurang lebih 0,4 g HgSO4 kedalam gelas erlenmeyer COD

250 ml.

b. Masukkan 5 atau6 batu didih yang telah dibersihkan terlebih dahulu ke

dalam gelas erlenmeyer tersebut.

c. Tambahkan larytan sampel(atau larutan sampel yang sudah diencerka

dengan air suling) sebanyak 20 ml.

(37)

25

e. Siapkan 30 ml reagen sulfat perak pindahkan dengan dispenser

sebanyak 5 ml reagen H2SO4 tersebut kedalam gels erlenmeyer COD .

Kocok perlahan-lahan dan hati-hati untuk mencegahpenguapan.

f. Alirkan air dingin pada kondensor dan letakkan gelas erlenmeyer COD

di bawah kondensor.Tuangkan sisa reagen H2SO4 dari butir 5 yaitu 25

ml, melalui kondensorkedalam gelas erlenmeyer COD sedikit demi

sedikit dengan menggunakan dispenser. Dan selama ini

digoyang-goyangkan agar semua reagen dan sampel tercampur.

g. Tempatkan kondensor dengan gelas erlenmeyer COD atau pemanas

busen. Nyalakan alat pemanas dan refluks larutan selama 2 jam.

h. Biarkan gelas refluks dingin dahulu , kemudian bilas kondensor

dengan air suling sebanyak kira kira 25-50 ml.

i. Lepaskan gelas refluks dari kondensor, dinginkan larutan kemudian

encerkan larutan yang tela direfluks tadi sampai menjadi 2 kali jumlah

larutan dalam gelas refluks dengan air suling. Tambahkan air suling

kira-kira 150-200 ml.Dinginkan lagi sampai suhu ruangan.

j. Tambahkan 3-4 tetes indikator feroin.

k. Dikromat yang tersisa di dalam larutan sesudah direfluks, dititrasikan

dengan larutan standart fero amunium sulfat 0,10 N , sampai warna

hijau-biru menjadi coklat-merah.

l. Blanko terdiri dari 20ml air suling yang mengandung semua reagen

yang ditambahkan pada larutan sampel. Refluks dengan cara yang

(38)

26

m. Untuk mendapatkan hasil yang diteliti, maka harus dibuat duplikat

untuk setiap sampel.

F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pengolahan limbah rumah sakit.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Varabel terikat dalam penelitian ini

adalah perubahan kadar BOD5 dan COD.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi antara variabel

bebas dan variabel terikat.Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada

dua,yaitu:

a. Variabel Pengganggu terkendali : Nitrifikasi, Kemasukan udara, dan

nutrient.

(39)

27

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kadar BOD5

BOD5 merupakan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) yang

diperlukan oleh bakteri pengurai zat organik dalam air yang dieramkan

selama lima hari pada suhu 20oC dan dinyatakan dalam mg/l pada sampel

limbah cair di bak sebelum dan sesudah pengolahan RSUD Karanganyar.

Alat ukur : Uji Laboratorium dengan metode 2.14/IK-4.1/2008

P : Derajat pengenceran

(40)

28

A = ml FAS yang digunakan untuk titrasi blangko.

B = ml FAS yang digunakan untuk titrasi sampel

(41)

29

I. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan hasil sesuai

dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk

pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran BOD5 dapat berupa;

a. Botol winkler yang volumenya telah diketahui dengan ketelitian ±

0,1 ml lengkap dengan tutupnya.

b. Dua buret 25 atau 50 ml untuk titrasi tiosulfat.

c. Bermacam-macam pipet, gelas arloji untuk menimbang beratnya

garam

d. Satu erlenmeyer 250 ml untuk standarisasi tiosulfat, satu erlenmeyer

500 ml

e. Lima labu takar 1 Liter.

2. Alat yang digunakan untuk pengukuran COD dapat berupa;

a. Alat refluks terdiri dari erlemeyer dan kondesor

b. Batu didih terbuat dari kaca atau porselen atau bahan lilin.

c. Pemanas listrik atau pembakar bunsen.

d. Buret 50 ml, dapat yang semi –otomatis jenis pellet.

e. Dispenser volume30 ml.

f. Pipet 10 ml, 20 ml.

g. 2 beker tinggi 200 ml, karet penghisap.

(42)

30

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik t- Test . dengan menggunakan program komputer SPSS

versi 10.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

a. Jika t hitung ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

(43)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar merupakan industri

yang bergerak di bidang jasa atau pelayanan kesehatan masyarakat dan guna

memperlancar kegiatan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Karanganyar memiliki staf pegawai yang trampil di

bidang-bidang sesuai keahlian individual pegawai. Salah satu bidang yang

berperan penting guna meningkatkan kualitas pelayanan ialah penanganan

limbah rumah sakit yang baik. Demi meningkatkan kualitas limbah yang

sesuai dengan baku mutu yang diperbolehkan dalam arti parameter limbah

rumah sakit tidak melebihi baku mutu yang ditentukan, Pihak rumah sakit

telah berupaya dalam meningkatkan pengolahan limbah rumah sakit di dalam

UPAL. Sistem yang digunakan dalam penanganan limbah cair rumah sakit

adalah sistem kombinasi aerob dan anaerob. Dengan sistem kombinasi hasil

uji laboratorium limbah rumah sakit parameter BOD dan COD tidak stabil

kadang naik kadang turun.

B. Hasil Pengukuran Kadar BOD5 dan COD

Pemeriksaan sekunder dilakukan di BTKL Yookyakarta dan untuk primer di

laboratorium sentral Universitas Sebelas Maret sub Lab Kimia dengan hasil

(44)

32

a. Hasil kadar BOD5 sebelum dan sesudah.

11,7 9,11 22,1

Jan-09 Feb-09 Apr-09 Mei-09 Jul-09 Agts 09 Des-09 Feb-10 Jun-10

BOD sbl BOD Ssd

Gambar 3. Diagram blog kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan.

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, dari gambar diatas

terlihat bahwa gambar biru menunjukan kadar BOD5 sebelum dan gambar

merah BOD5 sesudah pengolahan. Dari jenjang diagram dapat dilihat ada

penurunan tiap bulannya. Selanjutnya data pada gambar diatas dianalisis

dengan uji statistik t-Test. Uji statistik dimaksutkan untuk mengetahui

perbedaan kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan, sekaligus untuk

mengetahui tingkat penurunan kadar BOD5 karena pengolahan yang

dilakukan.

(45)

33

b. Kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan

41,15

Jan-09 Feb-09 Apr-09 Mei-09 Jul-09 Agts-09 Des-09 Feb-10 Jun-10

COD sbl COD ssd

Gambar 2. Diagram kadar COD sebelum dan sesudah diolah

Dari gambar diatas terlihat penurunan dari warna biru ke warna merah

terjadi penurunan tiap bulannya. Warna biru menunjukan kadar COD

sebelum dan warna merah kadar COD sesudah pengolahan. Selanjutnya

data pada gambar diatas dianalisis dengan uji statistik t-Test. Uji statistik

dimaksutkan untuk mengetahui perbedaan kadar COD sebelum dan

sesudah pengolahan, sekaligus untuk mengetahui tingkat penurunan kadar

COD karena pengolahan yang dilakukan.

Hasil pengukuran seperti terlampir.

c. Hasil Uji Normalitas Kadar BOD5 dan COD

Data diuji normalitas untuk dapat dilanjutkan dalam analisis uji hipotesis

menggunakan uji parametrik. Sebelum mengetahui perbedaan kadar BOD5

(46)

34

Tabel 1. Hasil uji normalitas kadar BOD5

No Kelompok Data Jumlah Data Nilai p

normalitas data kadar BOD5 tersebut adalah data terdistribusi secara

normal karena nilai p value lebih dari 0,05

Tabel 2. Hasil uji normalitas kadar COD

No Kelompok Data Jumlah Data Nilai p

Hasil normalitas dari kadar BOD5 air limbah RSUD Karanganyar

sebelum dan sesudah melewati pengolahan p > 0,05. Interpretasi dari

normalitas data kadar BOD5 tersebut adalah data terdistribusi secara

normal karena nilai p value lebih dari 0,05.

d. Hasil uji beda sebelum dan sesudah pengolahan

Tabel 3.Hasil uji t-test sebelum dan sesudah pengolahan

(47)

35

Data primer* dan sekunder.

(48)

36

Besarnya penurunan kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan

bekisar antara 0,44 mg/l sampai 59,5 mg/l dengan nilai rata-rata 317,614

mg/l serta penurunan sebesar 67,91%. Hasil perhitungan seperti terlampir.

Berdasarkan hasil uji t berpasangan dengan df= 8 diperoleh t

value=3,829 dan signifikansi (p=0,005). Dengan nilai tersebut ( p<0,005),

maka Ho ditolak hal ini berarti ada beda rata-rata antara nilai kadar BOD5

sebelum pengolahan dan sesudah pengolahan.

Hasil pengukuran COD diperoleh kadar COD yang bervariasi dan

terdapat penurunan pada kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan.

Penurunan kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan bekisar antara

2,25 mg/l sampai 168,41 mg/l sehingga diperoleh rata-rata penurunan

sebesar 74,02 %

Berdasarkan hasil uji T-test dengan df=8 diperoleh t value= 3,776

dan p= 0,005, hasilnya p<0,05 hal ini berati terdapat perbedaan yang

(49)

37 BAB V PEMBAHASAN

A. Kadar BOD5

BOD5 merupakan banyaknya oksigen biologis dalam ppm atau mg/l yang

diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga air

limbah tersebut menjadi jernih kembali. Bakteri akan menggunakan oksigen

untuk mengoksidasi benda-benda organik ini. Untuk mengukur kebutuhan

oksigen yang diperlukan satuan BOD5 dan dengan BOD5 ini ditentukan beban

pencemaran. Semakin tinggi angka BOD5 maka kualitas air akan semakin

turun. Dari hasil uji laboratorium limbah cair RSUD Karanganyar untuk

parameter BOD5 menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil pengukuran rerata

kadar BOD5 sebelum pengolahan adalah 52,054 mg/l. Maka hasil analisis itu

sendiri juga dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan dalam

Perda .Jateng No.10 Th.2004 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No.112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Rumah

Sakit, bahwa batas maksimal kadar BOD5 yang masih diperkenankan adalah

30 mg/l. Rata-rata hasil pengukuran kadar BOD5 sesudah pengolahan adalah

16,7 mg/l. Sehingga kadar BOD5 sesudah pengolahan masih dibawah standar

baku mutu.

Dari hasil pengukuran kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan

didapatkan bahwa mengalami penurunan 67,91%. Penurunan kadar BOD5

(50)

38

Aerasi adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar sehingga

konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan akan dapat hilang sama

sekali.

Hasil uji paired t-Tes menunjukan bahwa kadar BOD5 mempunyai nilai

p=0,005 yaitu p< 0,05 sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan

antara kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan. Sedangkan nilai df=8

dan untuk t value=3,829. Sehingga dari hasil pengukuran pengolahan limbah

cair dapat menurunkan kadar BOD5.

B. Kadar COD

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

zat-zat organis pada sampel air. COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh

zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses

mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.

Dari hasil uji laboratorium limbah cair RSUD Karanganyar untuk parameter

COD menunjukan hasil yang berbeda. Hasil pengukuran rerata kadar COD

sebelum pengolahan adalah 132,95 mg/l. Maka hasil analisis itu sendiri juga

dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan dalam Perda .Jateng

No.10 Th.2004 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.112 Tahun

2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Rumah Sakit, bahwa

batas maksimal kadar COD yang masih diperkenankan adalah 80 mg/l. Hasil

pengukuran kadar COD sesudah pengolahan adalah 35,16 mg/l. Sehingga

(51)

39

Dari hasil pengukuran kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan

didapatkan bahwa mengalami penurunan 74,02%. Penurunan kadar COD

disebabkan adanya proses aerasi yang merupakan pengolahan tahap kedua.

Aerasi adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar sehingga

konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan akan dapat hilang sama

sekali.

Hasil uji paired t-Tes menunjukan bahwa kadar COD mempunyai niali

p=0,005 yaitu p< 0,05 sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan

antara kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan. Sedangkan nilai df=8

dan untuk t value=3,776. Sehingga dari hasil pengukuran pengolahan limbah

cair dapat menurunkan kadar COD.

C. Hubungan Pengolahan Limbah Cair Dengan Penurunan Kadar BOD5 dan COD.

Tabel 6. Perbandingan kadar rerata BOD5 dan COD dengan baku mutu

KepMenLH No 112 Tahun 2003..

Parameter Sbelum

Sumber: Data primer dan sekunder

Rata-rata kadar BOD5 sebelum pengolahan adalah 52,054 mg/l setelah

pengolahan adalah 16,7 mg/l. Hasil COD sebelum pengolahan adalah 132,95

(52)

40

perbedaan dan dibandingkan dengan baku mutu limbah cair dan hasil kadar

BOD5 dan COD mengalami penurunan dan masih dibawah baku mutu. Hasil

penelitian ini telah sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agnes

A.R. Azizah (2005) di RSUD Nganjuk diproleh hasil penelitian bahwa ada

perbedaan kadar BOD5 dan COD sebelum dan sesudah pengolahan. Dan telah

sama dengan apa yang diungkapkan oleh Raharjeng Winarni (2007) bahwa

kadar BOD5 akan turun setelah melalui pengolahan di trickling filter.

Hasil penelitian ini berarti hipotesis yang diajukan telah diterima, yaitu

Ada Perbedaan Kadar BOD5 dan COD Pada Air Limbah Sebelum dan

(53)

41 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara kadar BOD5 dan COD limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan di

RSUD Karanganyar. Dengan nilai p=0.005 yaitu p<0,05.

B. Saran

1. Untuk memperoleh hasil akhir yang sesuai dengan baku mutu yang

ditetapkan dari proses pengolahan air limbah di RSUD Karanganyar untuk

parameter BOD5 aerasinya perlu ditingkatkan .

2. Sebaiknya untuk menanggulangi kerusakan alat IPAL perlu dilakukan

peningkatan pemeliharaan terhadap alat serta melakukan pengoperasian

alat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan sesuai dengan

prosedur yang ada.

3. Perlu ada pengawasan dan pemeriksaan untuk efektifitas IPAL di RSUD

Karanganyar.

4. Perlu ketaatan prosedur di bagian pencucian linen agar limbah yang

(54)

42

DAFTAR PUSTAKA

Depkes,RI .1995, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.Jakarta

Fardiaz,Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara.Jakarta: Kanisius.

Alaerts, G dan Sri S. S. 1987. Metode Penelitian Air, Surabaya: Usaha Nasional

Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Unair-Press.

Soeparman, K. M dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Jakarta: EGC.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.(2004). Tentang Persyaratan Keesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Linkungan Hidup Nomor 112/MENLH/12/2003.(2003). Baku mutu Limbah Untuk Kegiatan Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58/MENLH/12/1995.(1995) Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan di RS.Jakarta.

Ali Lukman. 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Sastrawijaya A. Tresna. 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta.

Catur Seno, 2008, Pencahayaan. http://groups.yahoo.com /group/K3_ LH/ message/27280. diakses tanggal 22 Maret 2010

Notoatmojo Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV. Rineka Cipta.

---. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka.

Standar Nasional Indonesia, 06-2503-1991, Metode Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Biokimiawi dalam Air, Jakarta : Bappedal.

Sugiharto, A. 1991. Dasar-dasar pengelolaan Air Limbah: Jakarta:UIP:6-7 Cipta.

Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

(55)

43

Suma’mur P. K. 1994. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Hadi Surtrisno. 2004. Statistik 2 Yogyakarta: Andi Offset.

Teguh, 2004. Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik Dengan SPSS, Gava Media, Jogjakarta

Mahida, U. N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta: Rajawali.

Suriawiria Unus. 1993. Mikrobiologi Air, Bandung: Alumni.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Desain Penelitian
Gambar 3. Diagram blog kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan.
Tabel 2. Hasil uji normalitas kadar COD
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KEBIASAAN PENGGUNAAN ARANG PANAS, KARAKTERISTIK RUMAH, KELUARGA DAN BALITA TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA

Pemberian remisi terhadap narapidana korupsi harus bisa diajalankan, mengingat hal tersebut merupaan hak seorang narapidana yang sudah menjalani dan mempertanggung

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jamu keliling yang di jual di Kelurahan Simpang Baru Panam Pekanbaru, diperoleh kesimpulan bahwa pada

Diğer bir takım hususi merasimlerde, imparatorlar, Velâkerne kilisesinde, işidil- memiş bir ihtişam içinde Meryem şerefine meşhur gecemeleri, (Pannyehides) denilen

Diharapkan agar pihak seluruh staf pemasaran iklan memiliki sikap yang baik dalam mengatasi masalah yang terjadi ketika pengguna iklan membanding-bandingkan perusahaan

Komposisi komulatif dokumen penawaran dan kelengkapan administrasi tahap pembukaan file dokumen penawaran (administrasi, teknis dan harga) serta dokumen kualifikasi paket pekerjaan

Kriteria yang di gunakan penulis untuk menentukan tingkat validitas instrument inventori kepercayaan diri dan perilaku merokok menggunakan criteria yang dikemukakan

Pada pasien ini, primary PCI tidak dapat dilakukan karena merupakan kontraindikasi pada pasien stroke akut dan sayangnya pasien juga tidak mendapat terapi beta blocker