• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Pelaksanaan, Hasil Peneliitian, dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Metode Discovery Learning terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV Pelaksanaan, Hasil Peneliitian, dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Metode Discovery Learning terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semar"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

61 4.1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang. Jumlah siswa yang ada di SD Negeri Bringin 01 mulai dari kelas 1 sampai kelas VI adalah sebanyak 300 siswa. Agama yang mereka anut mayoritas adalah islam. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri Bringin 01 sebanyak 18 orang. 18 tenaga pendidik tersebut terdiri dari: 1 Kepala Sekolah, 12 guru kelas, 2 guru agama Islam, 2 guru penjaskes, dan 1 guru TIK serta penjaga perpustakaan.

Penelitian ini dilakukan di kelas Vb SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang sebagai kelas uji coba instrument dan kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang sebagai kelas yang digunakan untuk eksperimen. Jumlah siswa kelas Vb di SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang sebagai kelas uji coba instrumen berjumlah 28 siswa yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan jumlah siswa siswa Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang sebagai kelas yang digunakan untuk eksperimen berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Adapaun alasan yang menjadikan pertimbangan peneliti memilih kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang, berdasarkan observasi pada tanggal 19 januari 2015 pada kelas Va dalam mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan pengungkit dan kegunaanya, guru masih terlihat belum menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Oleh karena itu penelitian dilakukan di kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang sebagai subjek penelitian untuk mengukur pengaruh penerapan metode

discovery learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2014/2015.

(2)

yang telah dilakukan pada tanggal 13 april 2015. Dalam penelitian ini pretest

dilakukan untuk mengukur hasil belajar IPA sebelum diberi perlakuan berdasarkan SK: 7. memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan KD 7.2. mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Kemudian dilakukan dengan memberikan

posttest setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode discovery learning

berdasarkan SK: 7. memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan KD 7.2. mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 april 2015 yang berkolaborasi dengan guru kelas Va yaitu bapak Basori S.Pd.SD dengan menggunakan metode discovery learning. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pertama dan jam kedua. Pembelajaran menggunakan metode discovery learning

(3)

antusias yang cukup besar dalam mengikuti pembelajaran, disetiap akhir pembelajaran, masing-masing kelompok harus membuat kesimpulan dan kemudian dilaporkan di depan kelas kepada guru dan teman-temannya. Pada akhir pertemuan peneliti membagikan soal posstest. Data pretest dan posttest kemudian dianalisis uji normalitas dan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji T-test.

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri dari deskriptif data dan analisis data. Deskriptif data meliputi data hasil observasi implementasi metode discovery learning dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar IPA sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest). Sedangkan analisis data meliputi uji persyaratan yaitu uji normalitas selanjutnya uji t-test dengan menggunakan paired samples test.

4.2.1. Analisis Deskriptif Setiap Variabel 4.2.1.1. Variabel X (Metode Discovery Learning)

Metode discovery learning yang merupakan variabel X atau variabel bebas merupakan suatu metode atau cara yang digunakan oleh guru dalam memberikan materi kepada siswa. Dalam penggunaan metode discovery learning ini peneliti menggunakan langkah-langkah pebelajaran diawali dengan kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan penutup. Kegiatan persiapan diawali dengan menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran, menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan percobaan serta membagi siswa dalam lima (5) kelompok. Kegiatan pelaksanaan mencakup pemberian rangsangan (stimulation) , pernyatan (problem statment), pengumpulan data (data collection), pengolahan data (data processing), pembuktian, (verivication) dan menarik kesimpulan/generalisasi (generalization). serta melaporkan hasil dari percobaan. Kegiatan penutup mencakup penarikan kesimpulan dari berbagai hasil percobaan masing-masing kelompok dan pemberian evaluasi serta tindak lanjut.

Berdasarkan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode

(4)

sebagai alat pengumpul data penggunaan metode discovery learning dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan pembelajaran sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan. Langkah-langkah tersebut kemudian disusun menjadi lembar observasi yang di dalamnya peneliti menyediakan skor 1, 2, 3, dan 4. Skor 1 untuk kriteria tidak melakukan sesuai indikator yang diamati, skor 2 untuk kriteria melakukan dengan kurang baik, skor 3 untuk kriteria baik, dan skor 4 untuk kriteria sangat baik. Peneliti memilihnya karena jawaban dengan dengan memberikan skor merupakan jawaban yang objektif dari apa yang dilihat observer nantinya. Untuk 23 aspek yang akan diobservasi berdasarkan langkah-langkah metode discovery learning observer harus mengisi setiap pertanyaan dengan memberikan skor 1, 2, 3, atau 4 sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning dalam 1 (satu) KD disampaikan dalam 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan kegiatan pembelajaran diobservasi. Hasil observasi selama 2 (dua) kali pertemuan pada kelas perlakuan dengan menggunakan metode discovery learning dapat dilihat pada tabel 4.2.1.1.1. dan 4.2.1.1.2.

4. Meminta siswa untuk mengidentifikasi persamaan dan

perbedaan yang terdapat pada benda yang telah diamati - - - √ 5. Meminta siswa untuk mengidentifikasi ciri-ciri benda

(5)

6. Membagi siswa mmenjadi beberapa kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 5 siswa - - - √

7. Membagikan alat dan bahan untuk melakukan percobaan

sesuai dengan materi yang dipelajari - - √

8. Guru meminta kelompok untuk melakukan percobaan

sesuai dengan materi yang dipelajari - - √ -

9. Guru mengarahkan siswa untuk mengamati percobaan

berkaitan dengan materi - - √ -

10. Guru meminta setiap kelompok untuk mencatat data atau

informasi terhadap hasil percobaan yang dilakukan - - - √

11.

Guru meminta siswa melakukan pencermatan terhadap data atau informasi yang diperoleh dalam percobaan yang dilakukan

- - √ -

12. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan data atau

infomasi yang diperoleh dalam percobaan - - - √

13. Guru meminta siswa untuk melakukan presentasi

terhadap data atau informasi yang diperoleh - - - √ 14. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai materi yang belum jelas - - - √ 15. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap

siswa - - √ -

D KEGIATAN AKHIR

1. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membuat

rangkuman atau kesimpulan materi yang telah dipelari - - - √ 2. Melakukan evaluasi sesuai dengan materi yang dipelajari - - - √

3. Guru memberikan tindak lanjut - - - √

4. Guru menutup pelajaran dengan salam. - - - √

Dari hasil observasi pembelajaran yang menggunakan metode discovery learning di kelas Va SD Bringin 01 pada pertemuan 1 yang dilakukan pada tanggal 17 april 2015 menunjukkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sudah memenuhi kriteria penggunaan metode discovery learning

dengan baik karena terlihat pada tabel 4.2.1.1.1. bahwa semua prosedur telah dilaksanakan dan sebagian besar prosedur prosedur mendapatkan skor 3 (baik) dan 4 (sangat baik) dari seluruh prosedur penggunaan metode discovery learning. Oleh karena itu pada pertemuan 1 dapat dikatakan guru sudah menerapkan metode

(6)

No ASPEK YANG DIAMATI SKOR

4. Meminta siswa untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada benda yang telah diamati

- - √ -

5. Meminta siswa untuk mengidentifikasi ciri-ciri benda yang telah diamati

- - - √

6. Membagi siswa mmenjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa

- - - √

7. Membagikan alat dan bahan untuk melakukan percobaan sesuai dengan materi yang dipelajari

- - √ -

8. Guru meminta kelompok untuk melakukan percobaan sesuai dengan materi yang dipelajari

- - - √

9. Guru mengarahkan siswa untuk mengamati percobaan berkaitan dengan materi

- - - √

10. Guru meminta setiap kelompok untuk mencatat data atau informasi terhadap hasil percobaan yang dilakukan

- - - √

11.

Guru meminta siswa melakukan pencermatan terhadap data atau informasi yang diperoleh dalam percobaan yang dilakukan

- - - √

12. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan data atau infomasi yang diperoleh dalam percobaan

- - √ -

13. Guru meminta siswa untuk melakukan presentasi terhadap data atau informasi yang diperoleh

- - - √

14. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas

- - - √

15. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap siswa

- - √ -

D KEGIATAN AKHIR

1. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang telah dipelari

(7)

Dari hasil observasi pembelajaran yang menggunakan metode discovery learning di kelas Va SD Bringin 01 pada pertemuan 2 yang dilakukan pada tanggal 18 april 2015 menunjukkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sudah memenuhi kriteria penggunaan metode discovery learning

dengan baik karena terlihat pada tabel 4.2.1.1.2. bahwa semua prosedur telah dilaksanakan dan sebagian besar prosedur prosedur mendapatkan skor 3 (baik) dan 4 (sangat baik) dari seluruh prosedur penggunaan metode discovery learning. Oleh karena itu pada pertemuan 2 dapat dikatakan guru sudah menerapkan metode

discovery learning dengan baik atau sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP.

Hasil observasi yang ada pada tabel 4.2.1.1.1. dan tabel 4.2.1.1.2. secara keseluruhan sudah menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan metode

discovery learning dalam pembelajaran IPA, sudah melakukan semua prosedur sesuai dengan metode discovery learning dalam proses belajar mengajar dengan baik atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang tercantum dalam RPP, hal tersebut ditunjukkan dari total dua kali pertemuan tidak ada yang mendapatkan skor 1 dan 2. Skor yang diberikan oleh observer berkisar antara skor 3 dan 4.

4.2.1.2. Variabel Y (Hasil Belajar Siswa)

Dalam penelitian ini pengumpulan data hasil belajar IPA siswa kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang menggunakan teknik pretest-posttest

yaitu sebelum siswa diberi perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode

(8)

Skor hasil belajar pretest dan posttest yang diperoleh masih berupa data mentah. Apabila diperhatikan data mentah tersebut sangatlah sulit untuk menarik kesimpulan yang ada. Untuk itu data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut. Data skor hasil belajar pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas Va SD Negeri Bringin 01 disajikan dan dianalisis secara diskriptif. Tujuannya agar data tersebut dapat dipaparkan secara baik dan disimpulkan secara mudah. Deskriptif data meliputi peyusunan data dalam bentuk tampilan yang mudah terbaca secara lengkap. Tabel distribusi frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data, yang sering ditampilkan pula secara visual dalam bentuk diagram batang maupun histogram. Untuk itu sebelum dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar pretest dan posttest.

4.2.1.2.1. Hasil Analisis Deskriptif Pretest

Pretest untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar) sebelum diberi perlakuan. Jumlah soal pretest sebanyak 30 butir soal pilihan ganda yang diambil dari soal yang valid setelah dianalisis validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran instrument tes. Skor hasil belajar dari hasil pretest yang diperoleh masih berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut.

Berikut ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar

pretest. Untuk mempermudah membuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar pretest, pertama menentukan berapa banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauannya (Range), dan panjang interval Kelasnya (I) dengan rumus seperti dibawah ini (Sugiyono, 2010:35-37):

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,33 log n = 1 + 3,3 log 27

= 5,76 (dibuat menjadi 6 kelas)

Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1 = (80 – 37) + 1

(9)

Interval =

=

= 7,63 (dibuat menjadi 8)

Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan berapa jumlah jangkauannya (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensinya. Rangkuman distribusi frekuensi skor pretest

dapat dilihat pada tabel 4.2.1.2.1.

Tabel 4.2.1.2.1.

Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Pretest

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 37 – 44 3 11%

2 45 – 52 6 22%

3 53 – 60 8 30%

4 61 – 68 4 15%

5 69 – 76 3 11%

6 77 – 84 3 11%

Jumlah 27 100%

(10)

Tabel 4.2.1.2.2.

Ketuntasan Hasil Belajar Pretest

Kategori Range Pretest

Frekuensi Persentase (%)

Tuntas 70 - 100 6 22,2%

Tidak tuntas 0 - 69 21 77,8%

Jumlah 27 100%

Dari tabel 4.2.1.2.2. menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar pretest dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 21 siswa atau 77,8% dari 27 siswa. sedangkan yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 6 siswa atau 22,2% dari 27 siswa.

Distribusi selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini merangkum data empirik sebelum diberikan perlakukan pembelajaran (pretest) menggunakan metode discovery learning pada pelajaran IPA siswa kelas Va SD Negeri Bringin 01 berdasarkan SK: 7. memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan KD 7.2. mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan yang telah diklasifikasikan pada tabel 4.2.1.2.3. Descriptive Statistics di bawah ini dengan ukuran tendensi sentral (Mean), pengukuran penyimpangan (Range, Standar Deviation, dan Variance).

Tabel 4.2.1.2.3. Descriptive Statistics Pretest

Statistics Pretest

N Valid 27

Missing 0

Mean 58,3333

Std. Deviation 11,66520

Variance 136,077

Range 43,00

Minimum 37,00

(11)

Tabel 4.2.1.2.3. menunjukkan jumlah (N) sebanyak 27 mempunyai rentangan (range) sebesar 43,00 berfungsi untuk mencari panjang kelas dalam distribusi frekuensi. Selanjutnya, skor maksimal 80 sedangkan skor minimal sebesar 37 dengan rata-rata hitung (mean) 62,8885. Kemudian, standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 11,66520 yang berfungsi untuk menunjukkan tingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran standar atau penyimpangan dari reratanya. Terakhir memiliki nilai varians (variance) sebesar 136,077 yang berfungsi untuk mengetahui tingkat penyebaran atau variasi data.

4.2.1.2.4. Hasil Analisis Deskriptif Posttest

Penelitian ini juga terdapat posttest pada subjek penelitian. Posttest untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar IPA) sesudah diberi perlakuan. Posttest

dilakukan untuk mengukur pengaruh penerapan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA siswa kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang. Jika ada perbedaan pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode discovery learning terhadap hasil belajar IPA, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara pembelajaran sesudah diberi perlakuan menggunakan metode discovery learning dengan sebelum diberi perlakuan (konvensional). Jumlah soal posttest sebanyak 30 butir soal pilihan ganda diambil dari soal yang valid setelah dianalisis validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran instrument tes. Skor hasil belajar dari hasil posttest yang diperoleh masih berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut.

Berikut ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar

posttest. Untuk mempermudah membuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar posttest, pertama menentukan berapa banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauannya (Range), dan panjang interval Kelasnya (I) dengan rumus seperti dibawah ini (Sugiyono, 2011:36):

Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,33 log n = 1 + 3,3 log 27

(12)

Range (R) = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1 = (93 – 60) + 1

= 34

Interval =

=

= 5,89 (dibuat menjadi 6)

Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan berapa jumlah jangkauannya (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensinya. Rangkuman distribusi frekuensi skor

posttest dapat dilihat pada tabel 4.2.1.2.4.

Tabel 4.2.1.2.4.

Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Posttest

No Interval Frekuensi Persentase

1 60 – 65 3 11%

2 66 – 71 6 22%

3 72 – 77 4 15%

4 78 – 83 6 22%

5 84 – 89 7 26%

6 90 – 95 1 4%

Jumlah 27 100%

(13)

Tabel 4.2.1.2.5.

Ketuntasan Hasil Belajar Posttest

Kategori Range Pretest

Frekuensi Persentase (%)

Tuntas 70 - 100 22 81,4%

Tidak tuntas 0 - 69 5 18,6%

Jumlah 27 100%

Dari tabel 4.2.1.2.5. menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar posttest

dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 5 siswa atau 18,6% dari 27 siswa. sedangkan yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 22 siswa atau 81,4% dari 27 siswa.

Distribusi selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini merangkum data empirik setelah diberikan perlakukan pembelajaran (posttest) menggunakan metode discovery learning pada pelajaran IPA siswa kelas Va SD Negeri Bringin 01 berdasarkan SK: 7. memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan enggunaan sumber daya alam dan KD 7.2. mengidentifikasi jenis-jenis tanah, telah diklasifikasikan pada tabel 4.2.1.2.6.

Descriptive Statistics di bawah ini dengan ukuran tendensi sentral (Mean), pengukuran penyimpangan (Range, Standar Deviation, dan Variance).

Tabel 4.2.1.2.6.

Descriptive Statistics Posttest

Statistics Posttest

N Valid 27

Missing 0

Mean 77,2222

Std. Deviation 9,33288

Variance 87,103

Range 33,00

Minimum 60,00

(14)

Tabel 4.2.1.2.6. menunjukkan jumlah (N) sebanyak 27 mempunyai rentangan (range) sebesar 33,00 berfungsi untuk mencari panjang kelas dalam distribusi frekuensi. Selanjutnya, skor maksimal 93,00 sedangkan skor minimal sebesar 60,00 dengan rata-rata hitung (mean) 77,22. Kemudian, standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 9,33288 yang berfungsi untuk menunjukkan tingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran ukuran standar atau penyimpangan dari reratanya. Terakhir memiliki nilai varians (variance) sebesar 87,103 yang berfungsi untuk mengetahui tingkat penyebaran atau variasi data.

4.3. Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan analisis Uji T-test, dilakukan uji prasyarat atau sering disebut dengan uji asumsi terlebih dahulu. Dalam penelitian ini teknik analsis yang digunakan menggunakan analisis parametrik dan analisis nonparametrik. Menurut sugiyono (2010:75) “analisis parametrik digunakan apabila data berdistribusi normal, apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan analisis non parametrik”. Jika dalam penelitian ini digunakan analisis parametrik maka seharunya dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian skor yang diukur pada dua sampel memiliki varian yang sama atau tidak.

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah The One Grup Pretest-Postest Desain. Dalam desain ini sampel yang digunakan hanya 1 kelas yaitu kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang yang sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberi posttest (test akhir) setelah diberi perlakuan menggunakan metode discovery learning. Maka uji prasyarat yang digunakan hanya Uji Normalitas karena sampel yang digunakan hanya 1 kelas yaitu kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang.

(15)

dari nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) dan posstest (setelah diberi perlakuan) dengan menggunakan metode discovery learning. Uji normalitas dilakukan sebelum melakukan uji T-tes. Uji normalitas berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 22.0, hasil uji normalitas nilai pretest-posttest pada kelas yang dilakukan eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan metode

discovery learning dapat dilihat pada tabel 4.3.1.

Tabel 4.3.1.

Output Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Posttest

N 27 27

Normal Parametersa,b Mean 58,3333 77,2222

Std. Deviation 11,66520 9,33288

Most Extreme Differences Absolute ,096 ,149

Positive ,096 ,114

Negative -,068 -,149

Test Statistic ,096 ,149

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,129c

a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.3.1. menunjukkan bahwa instrumen pretest dan posttest mempunyai data pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) 0,200 untuk pretest dan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,129 untuk posttest. Jika dirumuskan 0,200 > 0,05 (pretest) dan 0,129 > 0,05 (posttest). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua data pretest dan posttest

(16)

Gambar 4.3.4. Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Pretest

Gambar 4.3.5. Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Posttest

4.4. Hasil Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang dengan dua perlakuan yang berbeda, artinya sebelum diberikan posttest (diberi perlakuan) siswa terlebih dahulu diberikan

(17)

Statistik Paired Sample T-test. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maka Uji T-tes (Paired Sample T-test) dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perbadaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan metode discovery learning pada pelajaran IPA. Dalam penelitian ini uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada nilai pretest dan nilai posttest dari subjek penelitian. Karena hipotesis dalam penelitian ini hanya ada satu yaitu ada atau tidaknya perbedaan penggunaan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA, maka hasil dari uji hipotesis tersebut hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari 2 variabel. Dari hipotesis yang sudah dirumuskan pada bab III yaitu:

H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang, dengan nilai sig > 0,05.

Hα: Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang, dengan nilai sig < 0,05.

Untuk pengambilan keputusan apakah H0 ditolak atau diterima maka

menggunakan taraf signifikansi yaitu jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima,

jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil analisis data Uji T-test atau uji

beda rata-rata (Paired Samples Statistics) menggunakan SPSS For Windows Version 22.0 dapat dilihat pada tabel 4.4.1.

Tabel 4.4.1.

Hasil Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest

58,3333 27 11,66520 2,24497

Posttest

(18)

Berdasarkan tabel 4.4.1. jumlah subjek (N) sebanyak 27 siswa. Nilai rata-rata hitung (mean) untuk pretest adalah 58,33, sedangkan (mean) untuk posttest

adalah 77,22 dengan simpangan baku (Std Deviation) pada pretest sebesar 11,66520, sedangkan posttest sebesar 9,33288. Jadi rata-rata hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan metode discovery learning lebih tinggi daripada sebelum diberikan perlakuan. Untuk selanjunya dilakukan Uji T-test (Paired Samples T-test) untuk mengetahui signifikansi perbadaan rata-rata nilai

pretest dan posttest. Hasil uji T-test (Paired Samples T-test) dari nilai pretest dan

posttets hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 4.4.2.

Tabel 4.4.2.

Uji T-test Skor pretest dan posttest Hasil Belajar IPA

Paired Samples Test

Tabel 4.4.2. menunjukkan hasil t-hitung yang telah dilakukan diperoleh dengan menggunakan Paired Samples Test. Berdasarkan hasil analisis SPSS 22.0 thitung =

29,056dengan taraf signifikansi: α= 0,05, maka nilai t-tabel menggunakan tabel t

dihitung dengan bantuan Microsoft Excel dengan rumus: =TINV(0,05;N-1) atau =TINV(0,05;26) sehingga diperoleh nilai ttabel= 2,055. Ternyata hasil dari thitung >

ttabel atau 29,056 > 2,055. Pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,000. Jika

pada rumusan hipotesis yaitu H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara

(19)

penggunaan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang dengan nilai sig < 0,05. Maka dari hasil output disimpulkan bahwa Hα diterima karena sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Berarti dapat diambil keputusan bahwa hasil belajar IPA siswa (pretest) sebelum diberi perlakuan berbeda dengan hasil belajar siswa (posttest) setelah diberi perlakuan menggunakan metode

discovery learning. Nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan metode

discovery learning lebih tinggi dari nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan metode discovery learning.

Hal ini diperkuat dengan informasi yang memaparkan nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan metode discovery learning dan nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan metode discovery learning. Rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan metode discovery learning yaitu sebesar 58,33 dan rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan metode discovery learning yaitu sebesar 77,22. Berarti rata-rata nilai siswa sesudah menggunakan metode discovery learning dengan siswa sebelum menggunakan metode discovery learning berbeda. Nilai posttest siswa yang menggunakan metode discovery learning lebih tinggi daripada nilai pretest belajar siswa sebelum menggunakan metode discovery learning. Dalam hal ini diartikan terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa sesudah menggunakan metode discovery learning dengan siswa sebelum menggunakan metode discovery learning. Jadi dapat disimpulkan Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan metode

discovery learning dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang.

4.5. Pembahasan Hasil Penelitin

(20)

masih banyak siswa yang ramai sendiri atau bermain dengan teman sebangkunya ketika guru sedang menyampaikan materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas Va SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang, banyak siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran IPA sulit dipahami. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang sesuai dengan karakter siswa ataupun materi yang dipelajari. Akan tetapi antusis mereka menjadi meningkat ketika guru menerapkan metode

discovery learning dalam pembelajaran IPA. Metode discovery learning

merupakan suatu metode pembelajaran yang berperan melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan terhadap percobaan yang dilakukan. Dalam langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode discovery learning terdapat 6 aspek yaitu pemberian rangsangan (stimulation), pernyataan (problem stetment), pengumpulan data (data collection), pengolahan data (data processing), pembuktian (verivication), generalisasi (generalization). Keenam aspek tersebut dijadikan kisi-kisi instrumen observasi penerapan metode discovery learning

dalam pembelajaran IPA. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas terlebih dahulu guru mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan percobaan serta terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah metode discovery learning kepada siswa sesuai dengan LKS yang telah dipersiapkan, sehingga siswa tidak mengalami kebingungan atau kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran mengguakan metode discovery learning.

(21)

perlakuan atau dalam pembelajarannya menerapkan metode discovery learning. Untuk hasil belajar pretest terdapat delapan indikator yang dijadikan kisi-kisi instrumen tes berupa soal pilihan ganda yaitu 1) menjelaskan pelapukan batuan; 2) menggolongkan jenis-jenis batuan; 3) mendiskripsikan proses pembentukan batuan; 3) menjelaskan pelapukan fisika; 4) menjelaskan pelapukan biologi; 5) menjelaskan pelapukan kimia; 6) manfaat batuan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk hasil belajar posttest terdapat empat indikator yang dijadikan kisi-kisi instrumen tes berupa soal pilihan ganda yaitu 1) menjelaskan susunan lapisan tanah; 2) membedakan letak lapisan tanah; 3) menyebutkan jenis-jenis tanah; 4) mejelaskan kemampuan berbagai jenis tanah dalam menyerap air.

Berdasarkan perbandingan hasil analisis penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Tatag Prayogo (2012), Bambang Supriyanto (2014), Fransiskus Redi (2011) terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaanya terletak pada penggunaan model pembelajaran discovery (variabel bebas), dimana perbedaan dalam penelitian ini pembelajaran discovery berfungsi sebagai “metode ataupun strategi pembelajaran” sedangkan penelitian sebelumnya berfungsi sebagai “model pembelajaran”. Adapun perbedaan pada mata pelajaran yang terletak pada variabel terikat yaitu hasil belajar IPA. Hasil belajar yang dibahas oleh ketiga peneliti sebelumnya yaitu adalah hasil belajar matematika. Berdasarkan persamaan dan perbedaan yang telah dilakukan dengan penelitian sebelumnya terdapat persamaan yang telah diyakini dapat meningkatkan hasil belajar melalui strategi ataupun metode pembelajaran penemuan (discovery learning) pada mata pelajaran IPA, dimana dalam pembelajaran metode ini dapat menimbulkan antusias belajar siswa yang tinggi, sehingga siswa mampu terlibat secara aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu metode discovery learning

dan hasil belajar IPA. Maka sesuai dengan pengujian hipotesis didapat pembahasan yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

(22)

ajaran 2014/2015. Hal itu terbukti dengan rata-rata nilai posttest (setelah diberikan perlakuan) yaitu 77,22 dengan nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 93,00 lebih tinggi dibanding rata-rata nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) yaitu 58,33 dengan nilai terendah 37,00 dan nilai tertinggi 80,00. Dilihat dari jumlah siswa yang tuntas nilai petest sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 6 siswa atau 22,2% dari 27 siswa. Sedangkan nilai posttest sebanyak 22 siswa atau 81,4% dari 27 siswa. Meskipun terdapat peningkatan hasil belajar siswa tetapi masih ada 5 siswa yng belum tuntas. Berdasarkan analisis Uji T-test menggunakan Paired Samples Test pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,000. Jika pada rumusan hipotesis yaitu H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan

antara penggunaan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang, dan nilai sig > 0,05. Hα: Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode discovery learning dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang, dan nilai sig 0,05, maka dari hasil output disimpulkan bahwa Hα diterima karena sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Berarti dapat diambil keputusan bahwa hasil belajar IPA siswa (pretest) sebelum diberi perlakuan berbeda dengan hasil belajar siswa (posttest) setelah diberi perlakuan menggunakan metode

discovery learning. nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan metode

(23)

Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA menggunakan metode discovery learning dapat melibatkan siswa aktif dan antusias saat mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatag Prayogo (2012), Bambang Supriyanto (2014), Fransiskus Redi (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran penemuan (discovery learning) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa atau hasil belajar siswa meningkat dan melibatkan siswa aktif atau antusias saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian pihak sekolah atau guru dapat menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan urian pembahasan yang ada dalam penelitian ini maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Implikasi Teoritis

(24)

positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal itu terbukti rata-rata nilai

posttest setelah diberikan perlakuan menggunakan metode discovery learning

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest sebelum diberikan perlakuan, maka sebagai upaya sekolah dan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dapat menggunakan metode pembelajaran discovery learning.

Setelah membandingkan teori metode discovery learning dengan penelitian hasilnya sejalan dan saling melengkapi. Setelah pembelajaran metode

discovery learning disesuaikan dengan standar proses (EEK) maka metode

discovery learning menjadi lebih fleksibel atau mudah digunakan oleh guru karena mengalami perubahan dari teori asal dan hasilnya terbukti bahwa metode discovery learning berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2. Secara signifikan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini penerapan metode discovery learning telah melibatkan siswa aktif atau antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari dan tentunya hasil belajar IPA siswa meningkat. Hasil ini mendukung pendapat Hamdani (2011:60) dan Baharudin dan Wahyuni (2010:19) yang menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu model atau metode yang digunakan, peran guru dalam mengajarkan materi, serta peran siswa sebagai subjek didik.

b. Implikasi Praktis

1. Implikasi praktis berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi sekolah, bagi guru, dan bagi siswa. Pembelajaran menggunakan metode discovery learning

(25)

siswa melakukan percobaan senderi tentunya dapat berpengaruh terhadap materi yang telah dipelajari, sehingga ketika ketika siswa diberikan soal evaluasi akan dapat menjawab soal tersebut dengan benar dan tepat. Penggunaan metode discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diberikan perlakuan atau

treatment menggunakan metode discovery learning (posttest) mengalami peningkatan dibandingkan hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest).

Gambar

Tabel 4.2.1.1.1.
Tabel 4.2.1.1.2.
Tabel 4.2.1.2.1.
Tabel 4.2.1.2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini adalah mengenai Sistem Informasi Akademik penglolaan nilai mahasiswa di STBA YAPARI Bandung, penelitian ini di lakukan untuk memperoleh data

pH optimum dari enzim amylase misalnya dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan

Penelitian ini juga hanya menggunakan variabel Good Corporate Governance antara lain yaitu: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, variabel kinerja

Debt to Equity Ratio dapat dikatakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen karena perusahaan tidak bisa mengelola ekuitas yang dimiliki

 kepanitiaan membutuhkan dukungan dalam bentuk dana, dan jumlah dana yang dibutuhkan haruslah sepadan dengan “Apa yang bisa ditawarkan / dijual“ panitia kepada

1) Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok (mengamati mata dengan lup, mengamati pembentukan bayangan pada manusia dan pada

peneliti mengambil judul “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Assets dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa

Kebijakan pelayanan kesehatan menjadi salah satu komponen yang utama (Pujowati, 2012). Peningkatan pelayanan kesehatan yang baik seharusnya tidak berhenti sampai pada