• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. TANFIDZ MUSWIL XIX.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3. TANFIDZ MUSWIL XIX.pdf"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

3

Tentang Keputusan Musyawarah Wilayah XIX Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Salatiga, 3-6 Maret 2011

Musyawarah Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah setelah:

Menimbang : 1.Tema Musyawarah Wilayah XIX Ikatan Pelajar

Muhammadiyah Jawa Tengah yaitu “Meneguhkan Ikatan

Pelajar Muhammadiyah sebagai Gerakan Filantropi

Pelajar”

Memperhatikan : 1.Pidato Sambutan Ketua Umum PimpinanWilayah Ikatan

Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah periode 2009 – 2011,

Ipmawan Muhammad Dwi Fahrudin

2.Sambutan Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiayah

Jawa Tengah, Bapak Drs. Musman Tholib.

3.Sambutan tertulis Gubernur Jawa Tengah, H. Bibit Waluyo.

4.Usul dan saran dari peserta Musywil XIX IPM Jawa Tengah

Mengingat : 1. Anggaran Dasar IPM Pasal 30

2. Anggaran Rumah Tangga IPM Pasal 33

MEMUTUSKAN Menetapkan

Pertama : Mengesahkan Tata Tertib Konferensi Pimpinan Daerah

(Konpida pra-Musywil) Ikatan pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Kedua : Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar

Muhammadiyah Jawa Tengah periode 2009-2011

Ketiga : Mengesahkan hasil pembahasan sidang komisi:

Komisi A : Strategi, Arah Kebijakan, Agenda Aksi IPM

Jawa Tengah

Komisi B : Kepemimpinan, Administrasi, Keuangan,

(4)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

4

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

7. Ahmad Fanani

8. Teguh Anshori

9. Agiv Alfan Khakim

Kelima : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya

Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun

Ditetapkan di Semarang

Pada tanggal : 6 Maret 2011 M

Bertepatan dengan : 30 Rabiul Awal 1432 H

Presidium Sidang

Presidium I

Muhammad Arif Husen

Presidium II

Kasmad

Presidium II

(5)
(6)
(7)
(8)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

8

Sudah genap 50 tahun Ikatan Pelajar Muhammadiyah mewarnai jagad

gerakan pelajar di negeri ini. Dalam rentang waktu setengah abad itu, tentunya

telah banyak manis getir yang hadir di setiap pijakan langkah organisasi ini.

Sejarah telah mencatat sejak berdirinya (tahun 1961) sampai sekarang, IPM

secara konsisten ikut mengawal upaya mencerdaskan bangsa melalui jalan

pendidikan melalui berbagai aktivitasnya mulai dari dakwah hingga pembelaan

(advokasi). Hal ini disatu sisi merupakan prestasi dan pencapaian yang luar

biasa, namun disisi lain menjadi tantangan yang meniscayakan IPM untuk

senantiasa berbenah diri agar tetap mampu menjaga eksistensinya. Karenanya,

refleksi gerakan adalah sebuah keharusan yang mesti terus-menerus dilakukan

untuk menjaga kontekstualitas gerakan agar keberadaan IPM benar-benar bisa

menjawab tantangan dan kebutuhan aktual zaman.

Dalam rangka itu, PP IPM melalui muktamar XVII Yogyakarta telah

mencoba menjawab kebutuhan reflektif tersebut dalam formulasi Gerakan

Pelajar Kreatif ( GPK ), namun dalam perjalanannya GPK juga tidak terlepas

dari kritik baik yang datang dari internal maupun kritik dari luaran. Salah satu

kritik yang muncul adalah adanya beberapa contradictio terminologi dalam

formulasi yang diusung GPK. Selain itu, ketidaktuntasan pemaknaan terma

”Kreatif” berimplikasi pada pembiasan arah sehingga gerakan IPM kedepan

dirasa tidak fokus.

Dalam konteks inilah IPM Jateng mencoba untuk melakukan tajdid

gerakan dan mendapati Gerakan Filantropi Pelajar ( GFP ) sebagai Strategi

Gerakan yang tepat untuk menjawab problematika dan peluang di Jawa Tengah

yang ada saat ini. Kelahiran Gerakan Filantropi Pelajar tidak lantas sama sekali

(9)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

9

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Pimpinan Pusat pada Muktamar Yogyakarta 2010. Gerakan Filantropi lebih

tepat dimaknai sebagai upaya kontekstualisasi spirit kritis transformatif atas

permasalahan dan peluang aktual yang dihadapi dalam ruang Jawa Tengah.

Kelahiran GFP tidak didasarkan pada egosentris belaka, GFP merupakan

produk yang dihasilkan dari tajdid gerakan atas permasalahan kotemporer yang

sedang kita hadapi baik didunia pelajar, persyarikatan, bangsa, maupun global.

B. FAKTOR KEMUNCULAN GERAKAN FILANTROPI PELAJAR

Terdapat dua faktor yang menyebabkan GFP Muncul, yaitu faktor Intern

IPM dan Faktor Ekstern.

1. Faktor Interen IPM

Faktor Interen melingkupi faktor yang secara langsung dialami

dandirasakan dalam lingkungan pelajar maupun IPM saat ini.

 Faktor Pelajar:

a) Tingkat keabaian yang akut dikalangan pelajar

b) Dehumanisasi

c) Menumpulnya kecerdasan social dikalangan pelajar

d) Kedermawanan pelajar yang terkikis oleh sikap hedonisme dan

materialisme

e) Makin akutnya ekses budaya POP dikalangan pelajar

 Faktor IPM:

a) Mulai tergerusnya prinsip voluntarisme (keikhlasan)

b) Kontinum GKT ( Gerakan Kritis Transformatif )

c) Terdapat celah dalam GPK ( Gerakan Pelajar Kreatif )

2. Faktor Eksteren IPM

Faktor Eksteren melingkupi fenomena aktual diluar IPM yang yang

mempengaruhi GFP muncul,seperti:

 Nasional :

a) Kesenjangan social yang tajam antara simiskin dan sikaya

b) Sistem yang kurang memihak

c) Pendidikan yang bersifat pragmatisme ( Lahan mencari keuntungan )

(10)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

10

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

e) Fenomena bencana alam yang seolah menjadi rutinitas

 Faktor Global:

a) Fenomena Global Warming

b) Globalisasi yang diikuti merajanya kapitalisme

c) Trend gerakan filantropi yang makin meningkat

C. ARAH STRATEGI GERAKAN FILANTROPI PELAJAR

IPM sebagai gerakan Filantropi Pelajar perlu diterjemahkan dalam

strategi gerakan yang aplikatif dan mencerminkan gerakan tersebut. Arah

Strategi merupakan cara praktis IPM Jawa Tengah untuk melakukan gerakan riil

yang sesuai dengan basisnya. Arah strategi dibutuhkan sebagai garis haluan

organisasi untuk menajamkan fokus gerakan sehingga aksentuasi gerakan yang

akan dilakukan IPM Jateng ke depan (GFP) tidak terjadi pembiasan makna.

Selanjutnya Arah Strategi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Periode 2011-2013 ini meliputi Definisi Gerakan Filantropi Pelajar, Prinsip

Gerakan Filantropi Pelajar, dan Ruang Lingkup Gerakan Advokasi Pelajar, serta

Strategi Teknis Gerakan

1. Definisi Gerakan Filantropi Pelajar

Gerakan Filantropi Pelajar merupakan usaha manifestasi spirit amar

ma’ruf, nahy munkar melalui gerakan keberpihakan yang didasari atas cinta-kasih (kepedulian) terhadap sesama. Cita-cita Gerakan Filantropi

Pelajar (GFP) ditujukan pada pembentukan karakter pelajar yang senantiasa

bermanfaat bagi kehidupan bersama, pelajar yang senantiasa mampu

mendahulukan kepentingan umum/orang lain (altruisme) dari kepentingan

pribadinya. Fenomena aktual dewasa ini menampakkan panorama makin

menipisnya ketersediaan manusia yang mempunyai komitmen untuk

senantiasa mendahulukan kepentingan umum. Pemandangan dunia saat ini

menampakkan parodi orang saling sikut demi memperkaya diri sendiri.

Tentunya hal ini sangat jauh dari cita-cita seorang muslim ideal yang salah

(11)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

11

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Lebih jauh, GFP menekankan keberimbangan/keutuhan karakter

manusia yang mempunyai kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan

kecerdasan estetikal, serta kecerdasan sosial serta spiritual dan kecerdasan

emosional merupakan pelengkap pengendalian diri guna mengimbangi

kesimbangan diri. Atau dengan kata lain mempunyai kesalehan personal dan

kesalehan sosial. Pertama, Kecerdasan intelektual merupakan identitas

utama yang mesti dimiliki seorang pelajar sebagai pencari ilmu. Dalam

masyarakat kapitalis yang mana dicirikan dengan kompetisi ketat disegala

bidang, kepemilikan atas ilmu menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki

jika tak ingin hanya jadi penonton ditengah kemajuan teknologi. Kedua,

kekayaan batin seakan menjadi barang langka dewasa ini. Dunia modern

yang mendewakan logika menempatkan manusia pada kemarau batin yang

menyudutkan manusia pada kehampaan jiwa tanpa sandaran religiusitas.

Pendewaan atas kecerdasan intelektual tanpa diimbangi embun spiritual akan

menempatkan manusia pada kebuasan yang syaithoni.

Ketiga, Kecerdasan intelektual, spiritual, estetika dan kecerdasan

emosional menjadi hal yang urgen untuk membangun harmoni didunia ini.

Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan nilai keindahan,

kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan karya seni yang mengandung nilai

estetikal. Sebagai puncak, kristalisasi dari ketiga kecerdasan ini (intelektual,

spiritual, dan estetikal) harus mampu mewujud dalam aksi nyata yang

berorientasi pada perubahan untuk kemajuan peradaban/transformasi sosial

(kecerdasan sosial)

2. Prinsip Gerakan

Adapun GFP ini didasarkan atas prinsip: Religiusitas, Voluntarisme

(kerelaan), Altruisme (mendahulukan orang lain), Equality (kesetaraan),

Partnership (kemitraan), Kritis-Transformatif dan Kreatif.

Penjelasan :

a. Religiusitas

Gerakan filontropi pelajar diusung IPM Jawa Tengah dalam

(12)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

12

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

aplikasinya menjunjung tinggi Islam serta syarat penggarapan dari Allah

SWT.

b. Voluntarisme/ kerelaan

Gerakan Filantropi Pelajar dapat dikatakan berhasil apabila niat

utama pelaku adalah Kerelaan/Ikhlas, Nilai kerelaan tidak dapat diganti

atau dirubah dengan nilai yang lain, seperti ; materi, pujian, jabatan dll,

karena pada hakekatnya rela adalah sikap yang tidak berprinsip untuk

mendapatkan sesuatu dari perorangan atau organisasi tapi apa yang

sudah diberikan kepada seseorang atau organisasi.

c. Altruisme (mendahulukan kepentingan umum)

Individualism nampaknya makin akut menjangkiti jiwa

manusia-manusia modern. Patologi social yang makin marak, salah satunya

korupsi, seolah menegaskan makin akutnya individualism manusia

kebanyakan. Orang berlomba-lomba mempertebal kantong pribadi tanpa

peduli dengan sesamanya yang kekurangan. Semangat rela berkorban

dan mendahulukan orang lain makin langka kita jumpai. IPM Jateng

berupaya untuk merevitalisasi semangat altruism ini melalui gerakan

filantropi pelajar

d. Equality/ kesetaraan

Prinsip Equality menekankan bahwa manusia mempunyai

kedudukan yang sama, tak ada perbedaan kedudukan baik dari segi ras,

kulit, harta, jabatan, maupu gender. Tentu sebagai Pelajar Islam kita

sepakat dan yakin bahwa label yang siap dinilai dan dibeli Alloh SWT

bukanlah label kekayaan, jabatan, kecantikan/ketampanan, miskin, kaya,

orang desa, orang kota, Melainkan label ketaqwaan yang akan

senantiasa dirindu oleh pembuat rindu ( Alloh SWT ).

Manusia hidup di dunia sama dipandangan Alloh SWT.

Sehingga tidak layak kita untuk sombong dan melampaui batas, Karena

Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan dan melampaui

batas. Sedangkan dihadapan manusia sudah selayaknya kita saling tolong

(13)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

13

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

bisa, sehingga Nilai Filantropi yang berlandaskan semangat cinta kasih

haruslah ditumbuhkan mulai sekarang.

e. Partnership/ kemitraan

Gerakan Filantropi membutuhkan mitra dalam bergerak, artinya

kemitraan disini adalah bahwa manusia baik yang kaya atau yang miskin

punya tanggungjawab yang sama untuk mewujudkan peradaban utama

(masyarakat madani ), untuk itu aksi filantropi merupakan manifestasi

kerjasama dari keduanya untuk mencapai cita-cita luhur tersebut.

f. Kreatif

Gerakan filantropi sekali lagi jangan ditafsirkan kepada

gerakan-gerakan yang sempit seperti, infaq, shodakoh, zakat, akan tetapi

filantropi harus masuk dalam ruang yang lebih luas, melalui jalur

pendidikan (intelektual), lingkungan, birokrasi, social, kemasyarakatan,

budaya dll, sehinggan Gerakan Filantropi harus kreatif, luwes, inofatif

yang tidak keluar dari semangat Filantropi itu sendiri terhadap

Gerakan-gerakan yang ditawarkan diberbagai lini.

g. Kritis

Sikap Kritis harus senantiasa bersanding dalam Gerakan

Filantropi, Gerakan Filantropi berasumsi bahwa kemiskinan, kebodohan

tidak hanya disebabkan karena malas atau karena sudah nasibnya

bodoh/miskin, tetapi ada faktor luar yang lebih dominan untuk dikritisi

bersama, sehingga Gerakan Filantropi harus mengambil peran dalam

advokasi pelajar pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

h. Transformatif

Gerakan Filantropi bertujuan untuk menciptakan transformasi

sosial artinya GFP bercita-cita terjadinya perubahan kehidupan yang

lebih baik tentunya melalui usaha yang konsisten secara berkelanjutan

(14)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

14

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

3. Ruang Lingkup Gerakan

Ruang Lingkup Gerakan Filantropi Pelajar IPM Jawa Tengah

meliputi berbagai aspek sesuai dengan ranah perjuangan IPM, antara lain :

filantropi sosial, filantropi ekonomi, filantropi budaya, filantropi lingkungan.

Penjabaran :

a. Filantropi Sosial

Filantropi Sosial ini lebih diarahkan kepada upaya

menumbuh-kembangkan kepekaan dan kepedulian sosial pelajar pada problematika

sosial dilngkungan disekitarnya, setelah memahami lingkungan sosial

IPM mampu berbaur dan berperan aktif dalam upaya memajukan

masyarakat. Sikap empati haruslah dikedepankan dalam filantropi sosial

ini. IPM mampu melakukan gerakan filantropi riil dalam lingkungan

sosial. Sebagai contoh : bakti Sosial, pelajar aktif dalam kegiatan LPP,

pendidikan, dll

b. Filantropi Ekonomi

Filantropi Ekonomi lebih diarahkan kepada kemandirian IPM

dalam hal keuangan, IPM memiliki lahan yang strategis disekolah

Muhammadiyah. Jika dikelola dengan manajemen serius, sesungguhnya

banyak peluang yang terbuka bagi IPM untuk bisa melakukan

usaha-usaha dini-mandiri sebagai contoh : 1) pengelolaan Koperasi; 2)

membuat komunitas pengumpul kertas bekas/ujian di sekolah kemudian

dijadikan uang; 3) Pelatiahan manajemen kewirausahaan; 3) komunitas

penjual makanan kecil/asesoris di kelas-kelas, dll.

Diluar itu, basis massa IPM yang begitu besar membuka peluang

bagi IPM untuk merintis gerakan gemar infaq dan sodaqoh dikalangan

pelajar. Hasil dari infak dan sodaqoh ini bisa dikelola untuk

agenda-agenda sosial misalnya; membantu biaya teman yang kekurangan,

melengkapi buku perpustakaan, menjadi modal usaha mandiri, dll.

c. Filantropi Budaya

IPM tidak boleh anti terhadap budaya dan seni, karena pada

hakikatnya budaya adalah nadi peradaban. Dalam Ilmu Budaya Dasar (

(15)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

15

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

nilai estetika, kemudian pencapaian budaya dalam pedadaban. Peradaban

merupakan nilai tertinggi dari budaya itu sendiri. Filantropi Budaya bisa

menjadi budaya tanding untuk mengimbangi ekses negatif dari budaya

populer yang menjangkiti pelajar saat ini. Banyak banyak hal bisa

dilakukan, antara lain; 1) IPM mentradisikan budaya Qiro‟ dikalangan

pelajar; 2) Komunitas budaya; 3) IPM melakukan konser amal; 3)

Menghidupkan seni lukis atau kalgrafi; 4) Melakukan kunjungan

ketempat yang memiliki nilai budaya tinggi; 5) Seminar budaya, dll

d. Filantropi Lingkungan

Lingkungan adalah teman manusia yang tidak pamrih atas apa

yang sudah diberikanya untuk manusia, namun lingkungan dapat murka

setiap saat akibat tangan-tangan manusia, dijelaskan dalam Q.S Ar Rum:

41 ”Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka

sebagian (dari akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke (jalan

yang benar). Fenomena yang ada musim yang tidak menentu, pemanasan

global, banjir, longsor, gundulnya hutan, kurangnya penyerapan polusi

udara (dijalan raya) dll.

IPM seharusnya mampu meminimalisir fenomena itu semua

dengan Gerakan Filantropi Lingkungan, seperti misalnya; 1) Wakaf

pohon, 2) Penanaman sebanyak-banyaknya pohon di lingkungan rawan

bencana, 3) Seminar lingkungan hijau, 4) Reboisasi lingkungan sekolah,

5) Kunjungan ke Dinas perhutani, dll

D. AGENDA AKSI GFP IPM JAWA TENGAH 1. Gerakan Filantropi Sosial

a. Pengertian : Fialntropi social lebih diarahkan kepada upaya menumbuh

kembangkan kepekaan dan kepedulian social pelajar pada problematika

social dilingkungan sekitarnya.

b. Tujuan

1. Menyadarkan Pelajar akan Pentingnya Kehidupan Sosial

(16)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

16

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

3. Terwujudnya Pendidikan yang humanis dan berkeadialan

c. Target

1. Terciptanya Pelajar yang peka terhadap kehidupan social

2. Terwujudnya kesadaran Ikatan tentang kehidupan social

3. Terbentuknya Pelajar yang mampu berfikir kritis terhadap kehidupan

social

4. Adanya sebuah pendidikan yang humanis dan berkeadilan

d. Bentuk Aksi

1. Bakti Sosial Pelajar

2. Beasiswa Pelajar

3. Terciptanjya Gerakan Infaq di ranting IPM

4. Banjir Literasi ( berbagi majalah, tabloid, buku mata

pelajaran,komik,dll )

5. Advokasi Kebijakan Publik

6. Peace ( Pelatihan Advokasi Community Empowernment )

e. Peserta : Pimpinan, Anggota IPM ditingkat Daerah Sampai Ranting

beserta pelajar di luar Muhammadiyah

f. Penutup : Filantropi social merupakan manifestasi rasa kepedulian

sesame makhluk hidup sehinggga terciptanya kemaslahatan dalam

kehidupan, dengan filantropi social diharapkan kader ikatan mampu

menjadi garda terdepan dalam kehidupan social.

2. Gerakan Filantropi Ekonomi

a. Pengertian

Gerakan yang diarahkan pada kemandirian IPM dalam hal keuangan

melalui budaya usaha dan gemar infaq dan shodaqoh.

b. Tujuan

1. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dikalangan pelajar

2. Menciptakan kemandirian ekonomidikalangan pelajar

3. Mewujudkan sinergi antara kemandirian pelajar dengan budaya infaq

shodaoh

(17)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

17

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

1. Tumbuhnya ide – ide wirausaha yang kreatif pada pelajar

2. Terbentuknya usaha kecil mandiri dalam komunitas wirausaha

pelajar

3. Terciptanya pelajar yang gemar infaq dan shodaqoh

d. Bentuk Aksi

1. Seminar dan pelatihan kewirausahaan

2. Pemanfaatan barang – barang bekas untuk kerajinan

3. Bimbingan pelajar

Out put yang diharapkan yaitu tumbuhnya jiwa wirausaha dikalangan

pelajar yang diterapkan melalui usaha kemandirian pelajar dengan

manejemen mandiri untuk kesejahteraan pelajar.

3. Gerakan Filantropi Budaya

a. Pengertian

Adalah gerakan yang mampu mewadahi minat pelajar yang memiliki

Kompetensi dan memiliki nilai estetika sesuai dengan Budaya Lokal

Masing-masing.

b. Tujuan

1. Mewujudkan kader IPM yang peka dan peduli terhadap budaya dan

seni yang menjadi nadi peradaban

2. Mewadahi serta mengembangkan penyaluran minat dan bakat pelajar

(Muhammadiyah/umum) dalam bidang olahraga

c. Target

1. Terwujudnya kader IPM yang peka dan peduli terhadap budaya dan

seni yang menjadi nadi peradaban

2. Terwadahinya serta tersalurkannya minat dan bakat pelajar

(18)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

18

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

d. Bentuk aksi

1. Gerakan pembentukka seni dan budaya

2. Gerakan olahraga pelajar

3. Pembentukkan atau pendampingan komunitas pecinta seni dan

budaya

e. Peserta : kader IPM dan pelajar umum

f. Penutup

Gerakan filantropi budaya diharapkan mampu menjadi wadah untuk

mengekspresikan nilai seni, budaya dan olahraga di kalangan pelajar baik

Muhammadiyah maupun umum.

4. Gerakan Filantropi Lingkungan

a. Pengertian : filantropi lingkungan diarahkan pada penyadaran kepada

pelajar tentang fenomena alam yang terjadi, dan memberikan solusi

alterrnatif dalam rangka pembnahan lingkungan.

b. Tujuan : adalah sesuatu harapan secara umum dari agenda aksi tersebut

1. Menjaikan pelajar mempunyai kepeedulian terhadap lingkungan

2. Menjadikan pelajar mempunyai jiwa kearifan terhadap lingkungan

3. Mewujudkan pelajar yang mampu memberikan solusi aksi nyata

daam ragka pemyelamatan lingkungan

c. Target : adalah sesuatu harapan khusus yang ingin dicapai dari agenda

aksi tersebut.

1. Tumbuh budaya cinta ligkungan dikalangan pelajar

2. Terbentuk kelompok kreatif peduli lingkungan

3. Terwujudnya kondisi lingkungan yangg nyaman untuk proses belajar

d. Bentuk aksi : adalah solusi-solusi kegiatan realistis yang merupakan

(19)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

19

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

6. Komunitas pelajar peduli bencana

e. Peserta : adalah objek dan sasaran yang diharapkan mengikuti kegiatan.

(All students Muhammdiyah , non muhammadiyah)

f. Penutup : lingkungsn meupskan satu satunya sarana kehidupan makhluk

hidup didunia, maka dai itu selaku pelajar harus bisa memberikan sutau

tauladan untuk hal peberdayaan lingkungan, ubtuk tecipta lingkunagn

yang nyaman dan damai. adalah kesimpulan dan output yang ingin

dicapai dari bentuk aksi tersebut.

4. Gerakan Filantropi Dakwah

a. Pengertian : Gerakan ini diarahkan terbentuknya Pelajar yang mampu

memahami Islam dengan Baik dan Benar kemudian di dakwahkan

kepada mereka yang belum memahami Islam secara baik dan betul.

b. Tujuan

1. Membentuk kader IPM yang memiliki semanat mengkaji dinul

islam

2. Melatih dan mengasah keterampilan dalam berdakwah di kalangan

pelajar

c. Target

1. Terbentuknya IPM yang memiliki semanat mengkaji dinul islam

2. Terlatih serta terasahnya keterampilan dalam berdakwah di kalangan

pelajar

d. Bentuk aksi

1. PEFMA

2. Pelatihan Da‟i Pelajar

3. Intensifikasi Media Dakwah

e. Peserta adalah kader IPM dan pelajar sekolah islam

f. Penutup

Berdakwah adalah ajaran Rosul yang wajib dilakukan umatNya, karena

dengan dakwah manusia dapat belajar dan mengajari Dinul Islam dan

(20)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

20

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

E. ARAH KEBIJAKAN IPM JAWA TENGAH 1. Sasaran Kebijakan IPM Jawa Tengah

Sebagai wilayah yang mempunyai 35 kota/kabupaten, mengawal

Gerakan Filatropi Pelajar (GFP) sampai ke tataran basis massa merupakan

suatu tantangan yang sangat berat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu

rumusan arah kebijakan yang harus dilakukan oleh IPM Jawa Tengah.

Rumusan arah kebijakan tersebut harus berimbas atau menyentuh pada

tataran basis massanya. Sehingga diharapkan bahwa arah kebijakan tersebut

cukup aplikatif agar mampu memberdayakan Pimpinan Cabang dan

Pimpinan Ranting sebagai dua struktur pimpinan yang paling bawah, dan

secara langsung akan berhubungan dengan anggota IPM dan masyarakat

luas. Dalam pemberdayaan Pimpinan Cabang dan Ranting tersebut juga

hendaknya tidak terlepas dari peran dan fungsi Pimpinan Daerah sebagai

level pimpinan diatasnya dalam melakukan pembinaan, pengelolaan dan

penguatan basis massa IPM.

Sasaran kebijakan IPM Jawa Tengah diarahkan pada dua aspek, yaitu

aspek personal dan institusional.

a. Aspek Personal

Aspek personal diarahkan pada terwujudnya tradisi Voluntarisme

(kerelaan), Altruisme (mendahulukan orang lain), Equality (kesetaraan),

Partnership (kemitraan), Kritis-Transformatif dan Kreatif, sesuai dengan

maksud dan tujuan IPM.

b. Aspek Institusional

Aspek institusional diarahkan pada terciptanya struktur pimpinan yang

kuat dan fungsional melalui mekanisme kepemimpinan yang mantap

dalam mendukung gerakan IPM menuju Gerakan Filantropi Pelajar.

Mekanisme kepemimpinan yang mantap dapat terbangun dari

komunikasi antar pimpinan, baik secara struktural maupun non

struktural, kemudian kinerja pimpinan yang mampu menjalankan peran,

tugas dan fungsinya dengan baik, serta optimalisasi kinerja bidang

melalui sistem otonomi bidang dengan tetap ada kontrol dan koordinasi

(21)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

21

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

2. Kebijakan Bidang-bidang a. Kepemimpinan

Bidang ini diarahkan berupa terciptanya kepemimpinan

(leadership) yang kuat dan progresif untuk memandu agenda gerakan

filantropi pelajar. Hal tersebut meliputi pengelolaan kepemimpinan dan

manajemen serta penataan mekanisme dan sistem kepemimpinan dan

manajemen.

1. Mengawal Gerakan Filantropi Pelajar

2. Optimalisasi kinerja dan partisipasi pimpinan

3. Optimalisasi peran lembaga kepemimpinan

4. Pengembangan komunikasi eksternal

b. Bidang Administrasi Umum

Bidang ini diarahkan kepada terciptanya administrasi organisasi

yang tertib, rapi, dan memudahkan proses organisasi. Karena itu, bidang

ini memiliki program:

1. Optimalisasi sosialisasi sistem administrasi IPM

2. Optimalisasi pelaksanaan sistem administrasi IPM.

3. Optimalisasi pelayanan dan pemenuhan kebutuhan administrasi

organisasi.

c. Bidang Keuangan

Bidang ini memiliki program:

1. Penataan administrasi keuangan IPM

2. Optimalisasi penggalian, pengelolaan, dan pemanfaatan dana

organisasi.

3. Pengembangan spirit kekaryaan dan kewirausahaan dengan inovasi

lembaga usaha

(22)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

22

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

d. Bidang Organisasi

Bidang ini diarahkan pada penguatan organisasi (struktur,

suprastruktur, dan infrastruktur) guna mewujudkan gerakan

transformatif. Karena itu, bidang ini memiliki program:

1. Penelitian potensi organisasi.

2. Konsolidasi dan penataan tata kelola organisasi.

3. Pengembangan dan penguatan fungsi struktur organisasi.

4. Penguatan Identitas Organisasi

5. Menjalin silaturahim dan menjalin kerjasama dengan organisasi lain.

e. Bidang Perkaderan

Bidang ini diarahkan pada penguatan karakter kader inti ikatan

dalam rangka menumbuhkembangkan karakter kader yang sesuai

cita-cita Gerakan Filantropi Pelajar pada setiap kader. Karena itu, bidang ini

memiliki program:

1. Massifikasi rekruitmen kader ikatan

2. Mentoring dan Pendampingan sebagai upaya penjagaan nilai-nilai

kaderisasi pada kader inti gerakan (mentoring/pengawasan dan

penjagaan pada kader)

3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas setiap kader inti ikatan

4. Transformasi kader inti ikatan dalam berbagai ranah kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara (transformasi kader di

berbagai sektor public

f. Bidang Kajian Dan Dakwah Islam

Bidang ini diarahkan pada penanaman nilai-nilai ajaran Islam

secara kritis, sehingga dapat membangun identitas pelajar muslim yang

memiliki akhlak karimah. Karena itu, bidang ini memiliki program:

1. Mengintensifkan kajian dan pendampingan keislaman.

2. Penyempurnaan dan sosialisasi konsep dakwah IPM.

3. Pengembangan kegiatan yang berorientasi pada dakwah di kalangan

(23)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

23

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

g. Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan

Bidang ini diarahkan pada terciptanya tradisi berpikir kritis,

penguasaan ilmu pengetahuan teknologi di kalangan pelajar dalam

bingkai nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu, bidang ini memiliki

program:

1. Menciptakan tradisi berpikir kritis di kalangan pelajar melalui

pembudayaan tradisi baca dan tulis.

2. Peningkatan kualitas ilmu pengetahuan melalui adanya

komunitas-komunitas kreatif dan ilmiah di kalangan pelajar.

3. Penyadaran akan pentingnya menguasai teknologi

h. Bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga

Bidang ini diarahkan pada pengembangan minat dan bakat serta

apresiasi terhadap seni untuk terbentuknya pelajar kreatif. Karena itu,

bidang ini memiliki program:

1. Pengembangan kajian budaya

2. Melestarikan seni dan budaya sesuai dengan kearifan lokal

3. Menguatkan gerakan ”Sastra Masuk Sekolah” dan ranting desa.

4. Membudayakan olah raga di kalangan pelajar

5. Membentuk wadah-wadah penampung minat-bakat pelajar dalam hal

seni, budaya, dan olah raga

i. Bidang Advokasi

Bidang ini diarahkan pada penyadaran, pemberdayaan, dan

pembelaan terhadap hak-hak pelajar. Karena itu, bidang ini memiliki

program:

1. Identifikasi persoalan-persoalan dan kebijakan-kebijakan publik yang

tidak berpihak pada hak-hak pelajar.

2. Melakukan kerja-kerja penyadaran,pemberdayaan dan pembelaan

(24)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

24

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

j. Bidang Kewirausahaan

Bidang ini diarahkan pada pengembangan motivasi

kewirausahaan sebagai bentuk kemandirian pribadi seorang pelajar.

Karena itu, bidang ini memiliki program:

1. Menumbuhkan semangat kewirausahaan sejak di bangku sekolah.

2. Mengadakan dan menumbuhkembangkan unit-unit usaha pelajar

3. Mengadakan kerjasama dengan lembaga usaha luar.

k. Bidang Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga

Bidang ini di arahkan pada peningkatan wawasan global dan

komunikasi aktif untuk pengembangan jaringan Nasional maupun

Internasional. Karena itu bidang ini memiliki program:

1. Pengembangan kegiatan inovatif yang berorientasi pada penguatan

tradisi berfikir berwawasan global.

2. Penguatan Jaringan di beberapa lembaga Nasional maupun

Inteernasional yang menghasilkan kemitraan strategis bagi

pengembangan IPM.

l. Bidang Ipmawati

Bidang ini diarahkan pada pemberdayaan dan optimalisasi peran

kader putri IPM dalam beraktualisasi di ikatan dengan mengembangkan

isu-isu tentang keperempuanan. Karena itu, bidang ini memiliki program:

1. Pengkajian dan pengembangan isu-isu tentang keperempuanan

2. Meningkatkan kepedulian dan respon terhadap permasalahan

perempuan khususnya remaja putri serta permasalahan perempuan

pada umumnya.

(25)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

25

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

F. REKOMENDASI-REKOMENDASI

1. Rekomendasi Untuk PW IPM Jawa Tengah.

a. Segera mentadfidzkan hasil-hasil keputusan Musyawarah Wilayah XIX

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah selambat-lambatnya satu

bulan Musywil ke XIX Ikatan Pelajar Muhammadiyah di selenggarakan.

b. Membentuk lembaga-lembaga yang dapat membantu kinerja PW IPM

Jateng seperti : Hubla (hubungan luar dan antar lembaga), lembaga

penelitian, lembaga studi keislaman, lembaga jurnalistik dll.

c. Melakukan penguatan basis dengan mengoptimalkan koordinasi Pimpinan

Daerah IPM.

d. Mensosialisasikan sistem dan perangkat IPM yang baru (administrasi,

mekanisme Iuran Anggota dan Uang Pangkal, struktur pimpinan, dsb).

e. IPM menjaga jarak dengan semua partai politik karena IPM bukan

organisasi politik praktis

f. Menolak rangkap jabatan seorang pimpinan dengan partai politik, dengan

organisasi masyarakat yang mempunyai basis massa yang sama dengan

IPM, maupun dualisme kepemimpinan pada struktur pimpinan IPM di

bawahnya (Pimpinan Daerah).

g. Menguatkan fungsi Kartu Tanda Anggota IPM.

h. Mendesak PW IPM Jawa Tengah untuk melakukan bentuk aksi menyikapi

ujian nasional.

2. Rekomendasi Untuk Muhammadiyah.

a. Meminta kepada Muhammadiyah untuk menjalankan program beasiswa

kepada kader-kader yang aktif dan berprestasi untuk melanjutkan

pendidikan ke berbagai jenjang.

b. Mendesak Muhammadiyah untuk menjaga kedekatan yang sama terhadap

partai politik manapun dan bersikap tegas terhadap segala bentuk wacana

politik praktis di internal Muhammadiyah.

c. Meminta kepada Majelis Dikdasmen Muhammadiyah untuk menerbitkan

(26)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

26

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Siswa Intra Sekolah di sekolah Muhammadiyah adalah IPM dan pimpinan

sekolah bertanggung jawab atas pembinaannya serta membekukan OSIS.

d. Meminta kepada Majelis Dikdasmen Muhammadiyah untuk membantu

mengaktifkan penarikan Iuran Anggota dan Uang Pangkal.

e. Mendesak kepada Majelis Dikdasmen Muhammadiyah untuk mewajibkan

dan menertibkan seragam IPM di sekolah Menengan Muhammadiyah

f. Mendesak kepada Majelis Dikdasmen Muhammadiyah untuk

menginstruksikan segenap Kepala SMA/SMK dan SMP/Mts untuk

mensuport dan memfasilitasi kegiatan IPM disemua tingkatan sesuai

kebutuhan.

g. Mendesak kepada Majelis Pendidikan Kader untuk melakukan pembinaan

dan pemahaman tentang Kemuhammadiyahan terhadap guru-guru dan

karyawan sekolah.

h. Mendesak PWM untuk menindak tegas kepada setiap kepala sekolah dan

pihak-pihak dalam AUM yang tidak mendukung persyarikatan

3. Rekomendasi Untuk Sekolah Muhammadiyah.

a. Meminta kepada pihak sekolah untuk mendukung kegiatan IPm di

sekolah sebagai upaya pembinaan dan pengkaderan Muhammadiyah

dikalangan pelajar

b. Membantu penarikan iruan Anggota dan Uang Pangkal IPM

c. Menghimbau kepada pimpinan sekolah untuk mendesak pegawai/guru

yang berstatus diperbantukan di sekolah Muhammadiyah untuk mengikuti

aturan, kaidah dan menghidupkan persyarikatan Muhammadiyah.

4. Rekomendasi Untuk Pemerintah.

a. Mendesak kepada Pemerintah untuk lebih mengapresiasi dan mengakui

keberadaan IPM

b. Mendesak kepada Dinas Pendidikan untuk mengakui keberadaan IPM

(27)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

27

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

c. Mendesak pemerintah untuk merealisasikan anggaran pendidikan 20 %

dari APBD dengan tidak termasuk anggaran untuk gaji guru.

d. Meminta kepada pemerintah dan Dinas Pendidikan untuk menindak tegas

terhadap kasus kekerasan yang dilakukan guru terhadap murid.

e. Mendesak kepada pemerintah untuk serius dalam menangani masalah

pendidikan dan kondisi sosial di masyarakat.

f. Meminta kepada pemerintah untuk merespon segala bentuk aspirasi yang

disampaikan untuk kepentingan masyarakat.

g. Meminta kepada Pemerintah untuk mengadakan seosialisasi rutin tentang

(28)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

28

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

PERNYATAAN SIKAP PW IPM JATENG

Pelajar dalam Kepungan Pengaruh Radikalisme,

Negara Membiarkan Suburnya Gerakan Radikalisme (Nii) Di Indonesia,

Benar kah...???

Terungkapnya pelaku teror bom yang berasal dari kalangan terpelajar dan memiliki perekonomian yang baik menunjukkan radikalisme telah menyentuh kalangan menengah. Jaringan kelompok radikal juga sudah sampai ke tingkat desa. Radikalisme ini didukung oleh sistem, orang, pelatih, dan sumber dana. Meluasnya gerakan radikalisme di negeri kita saat ini sudah mencapai tingkat membahayakan. Termasuk fakta adanya organisasi atau yayasan di Indonesia yang mengajarkan teologi radikal dan mendapat dukungan dana dari Timur Tengah. Hiruk-pikuk ini makin ramai disemarakkan oleh membiaknya kegiatan Negara Islam Indonesia (NII). Pendukung NII dan berbagai kelompok radikal kalangan Islam terang-terangan menyatakan bahwa mereka sudah tidak mengakui NKRI sebagai negara hukum yang sah. Sebagian dari mereka bahkan menvonis bahwa mengibarkan dan menghormati Sang Merah Putih dan

Pancasila serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah bid‟ah. Gerakan NII ini mengajukan konsep kebangkitan Islam dengan membuat perbedaan yang jelas antara masyarakat Islam dan masyarakat kafir. Mereka menjalankan sistem perekrutan dan cuci otak yang dilakukan kepada anggotanya untuk menghasilkan ketaatan mutlak terhadap pimpinannya. Masalah NII atau radikalisme sebenarnya persoalan lama. Mengapa mereka masih bertahan dan berkembang? Padahal, pemerintah dan aparat sudah mengendus aktivitas kelompok ini sejak dulu. Jawabannya karena ada pembiaran. Kepentingan politik, terutama pihak yang mencoba meraih simpati dari kalangan Islam rasanya turut memiliki andil bagi tumbuh suburnya radikalisme. Demi

kepentingan politik, kelompok radikal justru ”dilindungi”. Berdirinya Al-Zaitun di Jawa Barat menjadi salah satu contoh adanya sikap merestui. Padahal, pimpinan Al Zaitun adalah Panji Gumilang, anak buah setia pemberontak Darul Islam (DI) Kartosuwiryo.

Kasus NII ini semakin membuktikan ketidakberdayaan sistem pertahanan kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Celakanya, ketika semua elemen bangsa membiarkan terhadap sepak terjang gerakan NII yang sudah memakan banyak korban generasi muda. Sebagai pembanding, kita tahu saat ini tengah terjadi pergolakan di banyak negara-negara muslim. Dalam konteks ke Indonesiaan dakwah dan perkembangan Islam mengalami kemunduran dan penuh dengan penodaan. Gejala kekerasan melalui gerakan radikalisme mulai bermunculan. Terlebih setelah Kehadiran orang-orang Arab muda dari Hadramaut Yaman ke Indonesia yang membawa ideologi baru ke tanah air telah mengubah konstelasi umat Islam di Indonesia. Ideologi baru yang lebih keras dan tidak mengenal toleransi itu banyak dipengaruhi oleh mazhab pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab atau Wahabi yang saat ini menjadi ideologi resmi pemerintah Arab Saudi. Padahal sebelumnya hampir semua para pendatang Arab

yang datang ke Asia Tenggara adalah penganut mazhab Syafi‟i yang penuh dengan

(29)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

29

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Ja‟far Umar Talib dan Habib Rizieq Shihab yang dituduh sebagai penganut Islam garis keras. Sejak Kartosuwirjo memimpin operasi 1950-an di bawah bendera Darul Islam (DI). sebuah gerakan politik dengan mengatasnamakan agama, justifikasi agama dan sebagainya. Dalam sejarahnya gerakan ini akhirnya dapat digagalkan, akan tetapi kemudian gerakan ini muncul kembali pada masa pemerintahan Soeharto, hanya saja bedanya, gerakan radikalisme di era Soeharto sebagian muncul atas rekayasa oleh militer atau melalui intelijen melalui Ali Moertopo dengan Opsusnya, ada pula Bakin yang merekayasa bekas anggota DI/TII, sebagian direkrut kemudian disuruh melakukan berbagai aksi seperti Komando Jihad, dalam rangka mendiskreditkan Islam. Setelah itu sejak jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dan masa-masa kebebasan, sehingga secara tidak langsung memfasilitasi beberapa kelompok radikal ini untuk muncul lebih visible, lebih militan dan lebih vokal, ditambah lagi dengan liputan media, khususnya media elektronik, sehingga pada akhirnya gerakan ini lebih visible.

Setelah DI, muncul Komando Jihad (Komji) pada 1976 kemudian meledakkan tempat ibadah. Pada 1977, Front Pembebasan Muslim Indonesia melakukan hal sama. Dan tindakan teror oleh Pola Perjuangan Revolusioner Islam, 1978. Tidak lama kemudian, setelah pasca reformasi muncul lagi gerakan yang beraroma radikal yang dipimpin oleh Azhari dan Nurdin M. Top dan gerakan-gerakan radikal lainnya yang bertebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Poso, Ambon dll. Semangat yang dimunculkan pun juga tidak luput dari persoalan politik. Persoalan politik memang sering kali menimbulkan gejala-gejala tindakan yang radikal.

Dalam konteks Internasional, realitas politik standar ganda Amerika Serikat (AS) dan sekutunya merupakan pemicu berkembangnya Radikalisme Islam. Perkembangan ini semakin menguat setelah terjadinya tragedi WTC pada 11 September 2001. mengenai tragedi ini AS dan sekutunya disamping telah menuduh orang-orang Islam sebagai pelakunya juga telah mnyamakan berbagai gerakan Islam militan dengan gerakan teroris. Selain itu, AS dan aliansinya bukan hanya menghukum tertuduh pemboman WTC tanpa bukti, yakni jaringan Al Qaeda serta rezim Taliban Afganistan yang menjadi pelindungnya, tetapi juga melakukan operasi penumpasan terorisme yang melebar ke banyak geraka Islam lain di beberapa Negara, termasuk Indonesia.

Realitas politik domestik maupun Internasional yang demikian itu dirasa telah menyudutkan Islam, di mana hal ini telah mendorong kalangan Islam Fundamentalis untuk bereaksi keras dengan menampilkan diri sebagai gerakan radikal, yang diantaranya menampilkan simbol-simbol anti-AS dan sekutunya. Kondisi ini telah menyebabkan sebagian Muslim memberikan reaksi yang kurang proporsional. Mereka

bersikukuh dengan nilai Islam, seraya memberikan “perlawanan” yang sifatnya

anarkhis. Sikap sebagian Muslim seperti ini kemudian diidentifikasi sebagai gerakan radikal. Kemunculan gerakan Radikal ini kemudian menimbulkan wacana radikalisme yang dipahami sebagai aliran Islam garis keras di Indonesia.

Secara umum ada tiga kecenderungan yang menjadi indikasi

(30)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

30

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

tatanan yang ada. Dengan demikian, sesuai dengan arti kata „radic‟, sikap radikal

mengandaikan keinginan untuk mengubah keadaan secara mendasar. Ketiga adalah kuatnya keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa. Sikap ini pada saat yang sama dibarengi dengan panafian kebenaran sistem lain yang akan diganti dalam gerakan sosial, keyakinan tentang kebenaran program atau filosofi sering dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang mengatasnamakan

nilai-nilai ideal seperti „kerakyatan‟ atau kemanusiaan.

Persoalan-persoalan diatas, IPM mennyikapi dengan menuangkan butiran- butiran pokok pikiran antara lain:

1. Sangat prihatin dengan berbagai perbuatan kriminal yang dilakukan oleh oknum

NII. Kami sangat bersimpati terhadap masyarakat yang menjadi korban tindakan kriminal oknum NII baik yang berupa kerugian harta benda maupun yang kehilangan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Tindakan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan sikap *amanah, jujur, bertanggung jawab, mematuhi hukum yang* *berlaku *sebagai muamalah sosial dan *menghormati orang tua* sebagai akhlaq al karimah.

2. Gerakan NII yang bertujuan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia merupakan

tindakan makar terhadap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3. Gerakan NII adalah gerakan yang dikembangkan oleh sekelompok orang yang

tidak memiliki dasar keagamaan Islam yang kuat dan tidak mendapatkan dukungan dari mayoritas umat Islam. Karena itu, jika aparat keamanan dan pemerintah menangani dengan sungguh-sungguh seharusnya masalah gerakan NII sudah tuntas dan tinggal sejarah. Eksitensi NII tidak terlepas dari sikap pemerintah dan aparat

keamanan yang cenderung melakukan „pembiaran‟, „pengabaian‟ dan „pemeliharaan‟ terhadap gerakan NII.

4. Meningkatnya gerakan NII tidak terlepas dari usaha-usaha politik pihak tertentu

yang secara sistematis memelihara dan mendukung eksistensinya demi kepentingan politik kekuasaan. Politisasi gerakan NII telah mendiskreditkan dan merusak citra politik umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa Indonesia.

5. Gerakan NII telah menimbulkan keresahan di masyarakat, khususnya orang tua,

dan potensial memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu kami mendesak kepada pemerintah untuk menangani gerakan NII secara tegas dan bersungguh-sungguh sesuai dengan hukum yang berlaku, terhadap pelaku dan penggerak, serta segala institusi dan figur yang diduga keras mendukung gerakan NII dan mengingatkan Pemerintah tanpa melupakan isu-isu penting kebangsaan seperti pemberantasan korupsi, pengentasan kemiskinan dan sebagainya.

6. Dalam rangka menanggulangi bahaya laten gerakan NII, ormas-ormas Islam siap

bekerjasama dengan pemerintah dan Aparat Keamanan demi terciptanya tatanan kehidupan sosial yang damai, keutuhan NKRI dan persatuan serta kesatuan bangsa.

7. Kami menghimbau kepada umat Islam agar lebih meningkatkan pemahaman Islam

yang komperehensif dan pengalamannya melalui usaha-usaha yang lebih serius dan benar dalam memajukan pendidikan dan dakwah Islam. Umat Islam hendaknya tidak terpengaruh oleh usaha-usaha memecah belah persatuan melalui perdebatan-perdebatan publik yang menonjolkan perbedaan sikap dan pandangan di kalangan tokoh-tokoh ormas/lembaga Islam.

(31)

T A N F I D Z M U S Y W I L X I X

31

Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Identitas kelompok yang mendefenisikan ‘kita’ sebagai korban ketidakadilan oleh kelompok sosial lain atau penguasa ; hal yang dilakukan oleh gerakan homoseksual hampir sama

Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “ Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),

kompetensi sikap sosial yaitu, “ Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab,

Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja

Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja

Anggapan bahwa gerakan pencak silat relatif sama pada setiap perguruan hanya berbeda nama dan sikap atau posisi langkah dan kuda-kuda, yang antara lain

Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “ Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),

Para pedagang dipasar segiri Samarinda sering menggunakan bahasa isyarat seperti bahasa tubuh atau gerakan tubuh saat berinteraksi satu sama lain, Mereka melakukannya untuk