• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGIS TERHADAP RESPON NYERI ANAK DENGAN PROSEDUR INFUS DI RSUD HM RYACUDU TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGIS TERHADAP RESPON NYERI ANAK DENGAN PROSEDUR INFUS DI RSUD HM RYACUDU TAHUN 2010"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

381

DI RSUD HM RYACUDU TAHUN 2010

Alex Iskandar Hajar1) Retno Puji Hastuti1) 1)

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Abstract: Effect of non-pharmacological Therapy on pain Responses of Children With Infusion Procedure. Infusion procedure is an act that causes pain to the pediatric patients so that can lead to fear , anxiety and decreased cooperation in performing the procedure ( Irzan , 2007) . The purpose of research is to determine the effect of non- pharmacological therapies on pain response in pediatric patients with infusion procedures in HM . Ryacudu hospitals . This study used a quasi- experimental design to determine the effect of non-pharmacological therapies such as assist the parents, distraction and relaxation tehnique. Population studies in which patients were treated and gets the infusion procedure . The sample size in the cases group are 18 and 23 people in the control group . Data collection tool used is the child of pain assessment scale : Faces Pain Rating Scale Wong & Baker (2000 in Wong et al , 2009) . Data Analysed with univariat dan bivariat (Chi – square) . The results of the study were mostly mild pain in cases group ( 21.95 % ), severe pain in control group ( 34.15 % ) and non- pharmacologic therapy significantly influence pain responses in pediatric patients with infusion procedure ( p = 0.031 ) . Suggestions research nurses implement nonpharmacologic therapy in SOP infusion in pediatric patients , parents facilitate mentoring and providing the necessary infrastructure for the treatment of atraumatic care.

Keywords: non pharmacological therapy, pain responses in pediatric patients, the infusion procedure

Abstrak: Pengaruh Terapi Non Farmakologis Terhadap Respon Nyeri Anak dengan Prosedur Infus Di RSUD HM Ryacudu. Prosedur infus merupakan tindakan yang menimbulkan nyeri bagi pasien anak sehingga dapat menyebabkan rasa takut, kecemasan dan menurunnya kerjasama anak dalam melakukan prosedur (Irzan, 2007). Tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh terapi non farmakologis terhadap respon nyeri pasien anak dengan prosedur infus di RSUD HM. Ryacudu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi non farmakologis berupa pendampingan orang tua dan tehnik pengalihan perhatian (distraksi) dan relaksasi terhadap respon nyeri anak dengan prosedur infus. Populasi penelitian yaitu pasien anak yang dirawat dan mendapat prosedur infus. Besar sampel pada kelompok kasus 18 orang dan 23 orang pada kelompok kontrol. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala pengkajian nyeri anak : Faces Pain Rating Scale dari Wong & Baker, (2000 dalam Wong et al, 2009). Analisis data univariat dengan distribusi freukuensi dan bivariat dengan Chi-square. Hasil penelitian sebagian besar kelompok kasus nyeri ringan (21,95%) sedangkan kelompok kontrol nyeri berat (34,15%). Terapi non farmakologis berpengaruh secara signifikan terhadap respon nyeri anak dengan prosedur infus (nilai p=0,031). Saran penelitian ini perawat menerapkan pemberian terapi non farmakologis dalam SOP pemasangan infus pada pasien anak, memfasilitasi pendampingan orang tua dan menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk perawatan atraumatic care.

Kata kunci : terapi non farmakologis, respon nyeri anak, prosedur infus

Dirawat di rumah sakit dan mendapatkan peran sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi anak. Menurut Wong (2004) selama hospitalisasi anak akan mengalami stres fisik dan psiki-ologis salah satunya adalah akibat prosedur invasif seperti pemberian terapi infus yang diterima anak selama perawatan di RS.

Prosedur infus adalah terapi intravena dengan memberikan cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori; memulihkan volume darah; memulihkan keseim-bangan asam basa; atau menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat intravena (Wong, 2004).

(2)

306 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 381-384

(3)
(4)

382 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 381-384

trauma, kecemasan dan menurunnya kerjasama dalam melakukan prosedur medis (Irzan, 2007). Respon anak terhadap stimulus nyeri akibat pemasangan infus sangat bervariasi sesuai dengan perkembangannya. Pada anak usia pra sekolah (2-7 tahun) berpikir bahwa nyeri dapat hilang secara ajaib, menganggap nyeri sebagai hukuman dan cenderung beranggapan seseorang bertanggung jawab terhadap nyeri yang dialaminya dan perilaku menangis, berteriak, memukul lengan dan kaki, berusaha mendorong stimulus, tidak kooperatif, memerlukan restrain fisik dan dukungan emosional. Sedangkan pada anak usia sekolah (7-12 tahun) menganggap nyeri berhubungan secarafisik, takut adanya cedera tubuh dan kerusakan tubuh serta kematian dan menganggap nyeri sebagai hukuman atas kesalahan (Wong, et al, 2009).

Salah satu upaya perawat untuk mengatasi trauma dan nyeri akibat prosedur infus adalah dengan terapi non farmakologis, meliputi pendampingan orang tua selama prosedur, menyiapkan fisik dan psikologis anak sebelum tindakan, menganjurkan tehnik distraksi dan relaksasi dengan tehnik nafas dalam, memberikan usapan lembut akan memberikan rasa aman dan mencegah anak mengalami trauma fisik dan psikis (Wong, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Irzan (2002) tentang efektivitas tehnik tiup balon terhadap nyeri saat dilakukan kanulasi vena menunjukkan tindakan tiup balon saat dilakukan kanulasi vena pada pasien anak efektif mengurangi angka kejadian nyeri 37% dan intensitas nyeri pada kelompok kasus : nyeri ringan (42%), nyeri sedang (21%) dan nyeri berat (0%), sedangkan pada kelompok kontrol nyeri ringan (23,7%), nyeri sedang (57%) dan nyeri berat (18,4%).

Di RSUD HM Ryacudu 80-90% pasien anak yang dirawat menjalani prosedur tindakan infus untuk mempertahankan keseimbangan cairan (maintenance) dan saluran terbuka untuk pemberian obat intravena. Prosedur infus dilakukan perawat di ruang tindakan, dimana kondisi ruangan bergabung dengan ruang jaga

perawat dan administrasi tanpa sekat pemisah. Banyaknya jumlah perawat/orang tidak dikenal akan meningkatkan kecemasan pada pasien anak. Selain itu di ruangan belum tersedia Standar Operasional Prosedur (SOP) pema-sangan infus pada pasien anak. Studi pendahuluan yang dilaksanakan selama tiga hari terhadap lima pasien anak menunjukkan 80% prosedur pemasangan infus sudah didampingi orang tua, 60% anak menangis sebelum prosedur dilakukan, 80% menangis setelah posedur infus, 100% anak mengalami nyeri berat, 60% menunjukkan reaksi tempre tantrum : menjerit, memukul, meronta.

METODE

Jenis penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan kepada kelompok kasus berupa terapi non farmakologis meliputi pendampingan orang tua, menyiapkan anak dan keluarga dan tehnik pengalihan perhatian (distraksi) dan relaksasi yang diaplikasi dalam SOP pemasangan infus pada anak terhadap respon nyeri anak. Populasi penelitian yaitu pasien anak dengan prosedur infus yang dirawat di Ruang Anak RSUD HM. Ryacudu tahun 2010 berjumlah 522 anak pertengahan tahun (Januari-Juni 2010), rata-rata perbulan 87 anak/bulan.

(5)

transdermal (duragesik) rektal, blok saraf regional, inhalasi, epidural/intratekal dan tingkat kesadaran/nilai GCS kurang dari 14 sehingga tidak mendapatkan respon verbal yang akurat. Alat pengumpulan data yaitu skala pengkajian nyeri anak : Faces Pain Rating Scale dari Wong & Baker (2000 dalam Wong, et al, 2009). Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis univariat

Tabel 1 : Karakteristik pasien anak dengan prosedur infus di Ruang Perawatan Anak RSUD HM Ryacudu

Dari tabel 1, diketahui karakteristik pasien anak pada kelompok kasus sebagian besar usia pra sekolah (24,39%) dan jenis penyakit kronis (34,15%), demikian pula kelompok kontrol sebagian besar 29,27% adalah usia pra sekolah dan jenis penyakit kronis (36,59%).

2. Analisis Bivariat.

Tabel 2 : Pengaruh terapi non farmakologis terhadap respon nyeri pasien anak dengan prosedur infus di RSUD HM Ryacudu

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak pada kelompok kasus mengalami nyeri ringan (21,95%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar nyeri berat (34,15%) dan terdapat pengaruh signifikan secara statistik antara pemberian terapi non farmakologis terhadap respon nyeri anak (p value < 0,05).

Pembahasan

(6)

384 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 381-384

yang nyaman, usapan (masase pada sisi yang berlawanan dari rasa sakit, diajak mengobrol/ bicara, bermain atau membaca majalah serta memberikan reinforsemen atas kerjasama anak. Selanjutnya anak diminta untuk merefleksikan perasaannya tentang respon nyeri yang dialami. Hal ini sesuai dengan pendapat Vassey dan Carlson (1996 dalam Wong et, al, 2009) bahwa tehnik non farmakologis seperti distraksi, relaksasi memberikan strategi koping yang dapat membantu mengurangi persepsi nyeri, membuat nyeri lebih dapat ditoleransi, menurunkan kecemasan dan meningkatkan efektivitas analgesik. Strategi ini bersifat aman, non invasif dan tidak mahal dan merupakan fungsi keperawatan yang mandiri.

Hasil penelitian juga memunjukkan terapi non farmakologis berpengaruh secara signifikan pada respon nyeri anak dengan prosedur infus (p value= 0,031). Menurut Gill (1990) perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dan relaksasi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Irzan (2007) bahwa

tehnik pengalihan nyeri (distraksi) dengan tiup balon saat dilakukan kanulasi vena menurunkan intensitas nyeri sebesar 37% dan mayoritas pasien anak mengalami nyeri ringan (42%).

SIMPULAN

Pasien anak pada kelompok kasus sebagian besar mengalami nyeri ringan (21,95%) sedangkan pada kelompok kontrol lebih banyak yang mengalami nyeri berat (34,15%) dan terapi non farmakologis berpengaruh secara signifikan (p value = 0,031) terhadap respon nyeri anak dengan prosedur infus.

Saran penelitian ini perawat mene-rapkan pemberian terapi non farmakologis dalam SOP pemasangan infus pada pasien anak dengan memfasilitasi pendampingan orang tua dan menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk perawatan atraumatic care, seperti : mainan/game, bacaan, musik, televisi, untuk mengalihkan respon cemas dan stress pada pasien anak.

DAFTAR RUJUKAN

Alimul, A. Aziz. 2002. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok: FKM UI.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Binarupa Aksara.

Potter. 2006. Fundamental Keperawtan Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2. Ed. 4. Jakarta: EGC.

Priharjo, Robert. 1993. Perawatan Nyeri, Pemenuhan Aktivitas Istirahat. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalak-sanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 2. Jakarta: EGC.

Irzan, Dani. 2007. Perbandingan Nyeri Saat

Dilakukan Kanulasi Vena pada pasien

Anak: Antara Tiup Balon dan tanpa

Tiup Balon. 2007 (online).

http://

mru.fk.ui.ac.id/index.php

?

Kurniati, Irma dan Mutia Nugraheni. 2009.

Hubungan Tingkat Nyeri dengan

Tingkat kecemasan.(online).

http://

skripsikeperawatan1.blogspot/2009/0

Gambar

Tabel 2 : Pengaruh terapi non farmakologis

Referensi

Dokumen terkait

LP3A dengan judul “Revitalisasi LPWP UNDIP untuk Marine Station Laboratory Jepara dengan Penekanan Desain Eko-Arsitektur” ini disusun untuk memenuhi tugas mata

Tujuan dari penelitian ini adalah 1 untuk mengetahui bagaimana citra diri dan peran keluarga family influence secara parsial pada mahasiswa pria yang membeli produk skincare di

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Hari Wujoso, dr.Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga dan Penguji, Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah banyak

Steinman et al, 1990 membandingkan antara kefungsian kaedah Ponsetti dan French functional bagi kes idiopathik clubfoot (265 kaki seramai 176 pesakit) dengan 119

Bila manusia melanggar, ia akan mendapat dosa (sukerta) yang akan mendapat hukuman dari alam dan Tuhan. Dalam budaya Jawa, ia akan mendapat hukuman dari Bathara Kala,

Kep- 29/PM/2004 juga mensyaratkan anggota komite audit bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, atau pihak lain yang memberi jasa

Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh nilai learning rate terhadap performansi jaringan yang telah dibuat, dan mencari nilai learning rate terbaik yang akan