• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pemberian Kompres Hangat Dan Aromatherapy Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenore) Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan Pemberian Kompres Hangat Dan Aromatherapy Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenore) Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGBINANGUN

Heny Ekawati

…………...……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ...………. …… …… . .….

Salah satu tanda peralihan masa anak menjadi dewasa adalah adanya menstruasi pada remaja putri. Menstruasi sering kali menimbulkan ketidaknyamanan pada remaja putri, terutama akibat nyeri menstruasi (disminore) yang ditimbulkan.

Tujuan penelitian ini adalah perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap penurunan nyeri menstruasi (dismenore).

Desain penelitianPra-Eksperimendengan menggunakan pendekatan One-Group Pra test-post test Design. Populasi Seluruh remaja putri kelas XI yang mengalami disminore di SMA N 1 Karangbinangun Lamongan sebanyak 80 siswi pada bulan Februari-Maret Tahun 2012. Teknik sampling Simple Random Sampling. Sample sebanyak 67 siswi SMA N 1 Karangbinangun Lamongan pada bulan Februari-Maret Tahun 2012, dengan 34 responden diberikan kompres hangat dan 33 responden diberikanaromatherapy. Instrumen penelitianthermometerair, lembar observasi dan lembar skala nyeri. Setelah ditabulasi data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Test dengan tingkat kemaknaan=0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan P=0,000 dimana P<0,05, sehingga H1 diterima, artinya terdapat perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap penurunan nyeri menstruasi (dismenore) pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun.

Rekomendasi dari penelitian ini maka penting bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan sebagai salah satu cara alternatif non farmakologis untuk mengurangi dismenore

Kata kunci: Kompres hangat, aromatherapy, penurunan nyeri dismenore

PENDAHULUAN.…… . … … .

Masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa meliputi perubahan penampilan fisik dan karakteristik fisiologis yang sangat besar, masa ini disebut sebagai masa remaja. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi menuju kematangan seksual (Hendriati Agustin, 2006). Hal ini ditandai dengan menarce yaitu menstruasi pertama yang merupakan tanda permulaan pemasakan seksual dan terjadi sekitar usia 13 tahun (Siti Rahayu Haditono, 2002). Pada sebagian besar anak perempuan, menstruasi tidak regular, tidak dapat diprediksi, tidak nyeri

dan tidak mengandung telur. Setelah satu tahun atau lebih, berkembang suatu irama hipofisis hipotalamus, dan ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat untuk mematangkan ovum (Bobak, 2004).

(2)

(Widyaningsih, 2007). Banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan pada awitan menstruasi salah satunya yaitu disminore, tetapi tingkat ketidaknyamanan disminore jauh lebih tinggi, dengan nyeri yang sering kali dirasakan di punggung bawah menjalar kebawah hingga kebagian atas tungkai (Andrew, Gilly, 2009). Dismenore merupakan nyeri hebat menjelang atau selama menstruasi sehingga memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau hari. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat juga dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan sebagainya (Hanifa Wiknjosastro, 2005).

Dari total wanita usia subur di Indonesia angka kejadian disminore sebesar 64,25% (Haru Riyanto,2008). Di Surabaya didapatkan 1,07-1,31% dari jumlah penderita disminore yang datang ke bagian kebidanan (Haru Riyanto,2008). Berdasarakan hasil survey awal yang dilakukan peneliti tanggal 15 Desember 2011 di SMA Negeri 1 Karangbinangun dari 11 siswi yang sudah mentruasi selama bulan desember terdapat 7 siswi (64%) yang mengalami disminore, 3 siswi (27%) mengalami sakit kepala dan 1 siswi (9%) mengalami mual muntah.

Menurut Potter, Patricia A. (2005) disminore pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : Usia, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman terdahulu, gaya koping, keluarga dan dukungan sosial.

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Hubungan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

Kebudayaan berkaitan dengan keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.

Makna nyeri berpengaruh dengan derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan

cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.

Perhatian individu pada nyeri mempengaruhi persepsi nyeri. Hal ini merupakan salah satu konsep yang diterapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, distraksi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan masase. Fokus perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain akan menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer sehingga toleransi nyeri individu meningkat. Upaya pengalihan nyeri menyebabkan respon terhadap nyeri menurun.

Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang memiliki emosional yang sehat biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri tingkat sedang hingga berat dari pada individu yang memiliki emosional yang kurang stabil. nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.

Keletihan juga mempengaruhi nyeri. Persepsi nyeri akan meningkat jika individu keletihan. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Nyeri sering berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap dibandingkan pada saat kelelahan.

Pengalaman terhadap nyeri yang dialami individu akan menyebabkan timbulnya rasa takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu dengan pengalaman nyeri akan mengalami ketakutan terhadap peningkatan nyeri dan pengobatannya yang tidak adekuat. Pasien yang tidak pernah mengalami nyeri yang nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah.

(3)

farmakologi dan non farmakologi. Adapun non farmakologi seperti berkomunikasi, latihan fisik, makan coklat, atau menyanyi dapat digunakan dalam upaya mendukung dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu. Sedangkan terapi farmakologi dapat berupa terapi hormonal, obat analgesik, terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin.

Dukungan keluarga dan dukungan sosial atau orang terdekat dapat mempengaruhi nyeri seseorang. Kehadiran keluarga yang dicintai atau teman bisa mengurangi rasa nyeri pasien, namun ada juga yang lebih suka menyendiri ketika merasakan nyeri. Kehadiran orang-orang terdekat merupakan tempat klien menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri. Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai akan mengurangi kesepian dan ketakutan. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang sedang mengalami nyeri.

Dampak dari disminore tersebut muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih yang bersamaan dengan rasa nyeri juga dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan sebagainya. Sehingga memaksa wanita yang mengalami disminore untuk istirahat dan meninggalkan aktivitasnya atau cara hidupnya untuk beberapa jam atau hari (Hanifa Winkjosastro,2005). Remaja yang mengalami dismenore pada saat menstruasi banyak yang tidak masuk sekolah dan meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung selain itu remaja juga prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore(Hacker N and Moore G, 2001).

Sedangkan dalam menangani nyeri menstruasi ada beberapa metode nonfarmakologis yang cukup efektif dilakukan dalam mengurangi nyeri menstruasi (dismenorea) dapat dilakukan dengan cara metode relaksasi yaitu kompres hangat dan aromatherapy. Kompres hangat

merupakan suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan aroma terapi merupakan salah satu metode nonfarmakologis yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis. Aroma terapi dapat membantu mengurangi kecemasan, stress, ketakutan, mual, muntah dan rasa nyeri (Martin, 2007). Terapi aroma mempunyai efek positif karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak. Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkafelin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang. Bau seperti melati,kenanga dan lavender dapat merangsang kerja endofrin pada kelenjar ptituari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar ptituari juga melepaskan agen kimia ke dalam sirkulasi darah untuk mengatur fungsi kelenjar lain sepertitiroiddanadrenal. (Jeannie, 2009)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan pemberian kompres hangat dan aromateraphy terhadap penurunan nyeri menstruasi (disminore).

METODOLOGI.PENELITIAN

(4)

lembar skala nyeri. Analisis penelitian menggunakan ujiwilcoxon signed rank test.

HASIL.PENELITIAN …

1. Data Umum

1) Distrubusi Responden

Karakteristik responden berdasarkan umur memperoleh hasil yang digambarkan pada tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri I Karangbinangun.

No Jenis kelamin

Frekuensi %

1. 2.

Laki laki Perempuan

14 18

43,75 45,25 Jumlah 32 100,0

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 32 responden sebagian besar berjenis kelamin permpuan yaitu sebanyak 18 responden atau 45,25%, sedangakan laki– laki sebanyak 14 pasien atau 43,75%.

2. Data Khusus

Tabel 2 Tingkat Nyeri Disminore Remaja Putri Sebelum Diberikan Kompres Hangat

No. Tingkat nyeri

Jumlah Prosentase

1 Tidak nyeri 0 0 % 2 Nyeri

ringan

5 14,70 %

3 Nyeri sedang

23 67,65 %

4 Nyeri berat 6 17,65 % 5 Nyeri

sangat berat

0 0 %

Total 34 100 %

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan sebagian besar atau (67,65 %) responden mengalami nyeri sedang dan tidak satupun atau (0 %) responden yang tidak nyeri dan mengalami nyeri sangat berat.

Tabel 3 Distribusi Tingkat nyeri Disminore Remaja Putri Sebelum Diberikan Aromatherapy

No Tingkat nyeri Juml Prosentase

1 Tidak nyeri 0 0 % 2 Nyeri ringan 12 36,36 % 3 Nyeri sedang 20 60,61 % 4 Nyeri berat 1 3,03 % 5 Nyeri sangat

berat

0 0 %

Total 33 100 %

Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan lebih dari sebagian atau (60,61 %) responden mengalami nyeri sedang dan tidak satupun atau (0 %) responden yang tidak nyeri dan mengalami nyeri sangat berat.

Tabel 4 Distribusi Tingkat nyeri disminore remaja putri setelah diberikan kompres hangat

No Tingkat nyeri

Jumlah Prosentase

1 Tidak nyeri 2 5,9 % 2 Nyeri

ringan

19 55,9 %

3 Nyeri sedang

12 35,3 %

4 Nyeri berat 1 2,9% 5 Nyeri

sangat berat

0 0 %

Total 34 100 %

(5)

Tabel 5 Distribusi Tingkat nyeri disminore remaja putri setelah diberikan aromatherapy

Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan sebagian besar atau (69,7 %) responden mengalami nyeri ringan dan tidak satupun atau (0 %) responden yang mengalami nyeri berat dan nyeri sangat berat.

Tabel 6 Perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap penurunan nyeri menstruasi (disminore)

Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan SPSS 16,0 dengan menggunakan uji Wilcoxon Sing Rank Test didapatkan nilai p = 0,000 dengan α = 0,05 dimana p<0,05 maka secara statistik H1 diterima, yang berarti bahwa ada perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap

penurunan nyeri menstruasi (disminore) pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun Lamongan pada bulan Februari - April 2012. Didalam uji tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 21 responden yang mengalami penurunan nyeri setelah diberikan kompres hangat dan terdapat 17 responden yang mengalami penurunan nyeri setelah diberikan aromaterapi.

PEMBAHASAN.… .…

1. Tingkat Nyeri Dismenorea sebelum diberikan Kompres Hangat

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian besar atau (67,65 %) responden mengalami nyeri sedang dan tidak satupun atau (0 %) responden yang tidak nyeri dan mengalami nyeri sangat berat.

Respon nyeri pada setiap orang berbeda-beda yang dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi respon nyeri adalah usia individu. Usia berhubungan erat dengan tingkat kematangan berfikir seseorang. Semakin bertambahnya umur, tingkatan pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki seseorang juga semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan teori Potter, Patricia A. (2005), yang menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi nyeri seseorang,dimana salah satunya adalah faktor usia. Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Berdasarkan tabel 4.1 yang menunjukkan lebih dari sebagian responden berumur 17 tahun yaitu sebanyak 35 orang (52%) dan kurang dari sebagian yang berumur 16 tahun yaitu sebanyak 32 orang (48%).

(6)

dan tugas yang diberikan di sekolahnya sehingga sebagian besar responden mengalami nyeri sedang, hal ini sesuai dengan teori Potter (2005) yang menyatakan Tingkat nyeri seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Gil, 1990).

2. Tingkat Nyeri Dismenorea sebelum diberikan aromatherapy

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan lebih dari sebagian atau (60,61 %) responden mengalami nyeri sedang dan tidak satupun atau (0 %) responden yang tidak nyeri dan mengalami nyeri sangat berat.

Semua orang mempunyai respon yang berbeda dalam mengartikan tingkat nyeri. Mengkaji intensitas nyeri sangat penting walaupun bersifat subyektif. Seseorang yang sedang merasa nyeri khususnya nyeri yang hebat, ingin nyeri yang dirasakannya segera hilang, tujuan keseluruhan dalam pengobatan nyeri yaitu mengurangi nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil.

Hal ini sesuai dengan pendapat Potter (2005) yaitu hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu, yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat dari pada individu yang memiliki emosional yang kurang stabil. Satu lagi yaitu dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana dukungan dari keluarga mampu memberikan ketenangan pada seseorang sehingga mampu mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan, pendapat ini juga sesuai dengan teori Potter (2005) yang menyatakan ndividu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai

akan mengurangi kesepian dan ketakutan. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang sedang mengalami nyeri.

3. Tingkat NyeriDismenorearemaja putri setelah diberikan Kompres Hangat

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan lebih dari sebagian atau (55,9 %) responden mengalami nyeri ringan dan tidak satupun atau (0 %) responden yang mengalami nyeri sangat berat.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat nyeri seseorang. Diantaranya dengan dilakukan intervensi pemberian kompres hangat. Seseorang yang diberikan terapi kompres hangat pada daerah abdomen saat mengalami nyeri menstruasi (dismenorea) akan meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat. Demikian juga panas dapat menyebabkan pembuluh darah meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang mengalami perubahan fungsi, selain itu juga panas dapat mengurangi ketegangan otot menjadi relaksasi

Menurut Patricia A, (2005), relaksasi merupakan memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Klien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi-afektif dengan melakukan relaksai dan teknik imajinasi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.

4. Tingkat NyeriDismenorearemaja putri setelah diberikan Aromaterapi

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan lebih dari sebagian atau (51,5 %) responden mengalami penurunan nyeri dan kurang dari sebagian atau (48,5 %) responden tidak mengalami penurunan nyeri

(7)

responden mengalami nyeri ringan. Cara kerja bahan aromatherapy yaitu melalui system sirkulasi tubuh dan system penciuman. Organ penciuman merupakan indera perasa dalam berbagai reseptor saraf yang berhubungan langsung dan merupakan saluran langsung ke otak. Bau marupakan suatu molekul yang mudah menguap, apabila masuk ke rongga hidung melalui pernafasan akan diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman. Melalui penghirupan sebagian molekul akan masuk ke paru. Molekul aromatic akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik pada bronkus atau pada cabang halusnya (bronchiole) dan terjadi pertukaran gas didalam alveoli, molekut tersebut akan diangkut oleh system sirkulasi darah di dalam paru. Pernafasan yang dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromatic yang ada ke dalam tubuh. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak (Guyton & Hall, 2007).

Teknik relaksasi memberikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu dalam keadaan sakit atau sehat (Varney, Helen. 2006). Menurut teori Gilbert & Harmon (2003), Aromatherapy merupakan minyak essensial yang menentukan kontraksi uterus, mendorong kontraksi rahim, mengurangi rasa sakit, meredahkan keteganggan dan kejang, mengurangi rasa takut dan kecemasan, dan meningkatkan perasaan kesejahteraan.

5. Perbedaan Pemberian Kompres Hangat Dan Aromatherapy Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi (Disminore) Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun

Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan SPSS 16,0 dengan menggunakan uji Wilcoxon Sing Rank Test didapatkan nilai p = 0,000 dengan α = 0,05 dimana p<0,05 maka secara statistik H1 diterima, yang berarti bahwa ada perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap penurunan nyeri menstruasi (disminore) pada

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun Lamongan pada bulan Februari - April 2012. Didalam uji tersebut dapat dilihat bahwa setelah diberikan kompres hangat terdapat 21 responden yang mengalami penurunan nyeri dan setelah diberikan aromaterapi terdapat 17 responden yang mengalami penurunan nyeri.

Kompres hangat dan aromateraphy merupakan cara untuk menurunkan nyeri dismenorea dengan cara kerja yang berbeda. Kompres hangat memberikan kehangatan yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar sedangkan aromateraphy merangsang relaksasi dengan bau yang dihirup oleh seseorang. Panas dari kompres yang langsung pada daerah yang sakit lebih cepat menurunkan rasa nyeri sedangkan aroma yang dihirup melalui proses pernafasan yang kemudian baru merangsang kinerja otak dan juga dipengaruhi oleh dalamnya pernafasan. Sehingga responden banyak yang mengalami penurunan nyeri dismenorea karena pemberian kompres hangat.

Sedangkan menurut Guyton & Hall (2007) Cara kerja bahan aromatherapy yaitu melalui system sirkulasi tubuh dan system penciuman. Bau marupakan suatu molekul yang mudah menguap, apabila masuk ke rongga hidung melalui pernafasan akan diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman. Melalui penghirupan sebagian molekul akan masuk ke paru. Molekul aromatic akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik pada bronkus atau pada cabang halusnya (bronchiole) dan terjadi pertukaran gas didalam alveoli, molekut tersebut akan diangkut oleh system sirkulasi darah di dalam paru. Pernafasan yang dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromatic yang ada ke dalam tubuh.

PENUTUP.

Kesimpulan

(8)

2) Lebih dari sebagian responden mengalami nyeri sedang sebelum diberikan dan aromateraphy.

3) Lebih dari sebagian responden mengalami nyeri ringan setelah diberikan kompres hangat

4) Lebih dari sebagian responden mengalami nyeri ringan setelah diberikan aromateraphy.

5) Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian terapi kompres hangat dengan aromateraphy yaitu lebih banyak responden yang mengalami penurunan nyeri dismenore setelah diberikan terapi kompres hangat daripada dengan aromateraphy.

Saran

1) Bagi Akademis

Hasil penelitian memberikan masukan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap penurunan nyeri menstruasi (dismenore), sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang penanganandismenore. 2) Bagi Pemerintah

Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan program kesehatan reproduksi, sebagai masukan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan status kesehatan, khususnya dalam mengurangi tingkat nyeridismenore.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew, Gilly. (2009).Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Bobak. (2004). Buku ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

.

Gil. (1990). Dampak Disminore (2002). http//www. disminore. blogspot. com. Diakses tanggal 10 Desember 2011 pukul : 13.00 WIB

Gilbert & Harmon, (2003). Manual of High Risk Pregnancy And Delivery. California

Gayton & hall. (2007).fisiologi kedokteran .Jakarta:EGC

Hendriati, Agustin. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Rafika Aditama

Hacker N and Moore (2001). Essensial Obstetri dan Ginekologi . Edisi Dua. Jakarta: Hipokrates

Hanifa Winkjosastro. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

Harunriyanto, 2008. Angka kejadian

Dismenore. online

www.makalah.co.id, diakses tanggal 21 November 2011 pukul : 15.00

Jeannie, M. 2009. Aromatherapy. www.minyakherbal.com di Update pada 25 November 2011 pukul : 18.45 WIB

Martin,(2007).Asuhan persalinan normal.jakarta: EGC

Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Siti Rahayu Haditono. (2002). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : UGM Press

Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Gambar

Tabel 4 Distribusi Tingkat nyeri disminore
Tabel 5 Distribusi Tingkat nyeri disminore

Referensi

Dokumen terkait

Negarayang dimaksud dengan barang milik daerah adalah semua barang yang. dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pembelanjaan

CAR salah satu rasio yang menggambarkan bahwa peningkatan modal sendiri yang dimiliki oleh bank akan menurunkan biaya dana sehingga perubahan laba perusahaan akan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christian Plesner Rossing (2013) mengenai Tax strategy control: The case of transfer pricing tax risk management yang mencoba menguji

Sosialisasi kegiatan pengabdian diberikan kepada pengungsi perempuan YPAP kecamatan Medan Selayang pada tanggal 17 Juli 2019 yaitu penjelasan tentang rencana pelatihan

Walau bagaimanapun dalam kes - kes yang tertentu sep erti kekurangan responden pada kelas - kelas kemahiran yang dipilih , Pe gaw a i R undingcara membenarkan memilih

Dari hasil pengujian statlstik dengan tingkat ke- percayaan 1 0 % menunjukkan bahwa suhu yang didapatkan dari pendugaan dengan menggunakan a rata-rata tidak ber-

1. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar, segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan perhatian dan kemampuan atau

yang pasif, itu disebabkan karena tidak semua siswa mendapat peran dalam proses belajar tersebut, misalnya dalam satu kelompok tidak semua siswa mendapatkan giliran untuk