Sitem Hukum
dan
Peradilan
Nama Kelompok:
Aminatus Sholikhah
Devi Anggella C.
Heni Mai C.
Lailatul ilmiah
Nur Rohmat C.
X-TPHP 2
A.Pengertian Hukum
Pengertian Hukum menurut beberapa ahli:
Prof. Mr. E.M. Meyers
Hukum adalah semua aturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakn tugasnya.
Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.
Drs. E. Utrecht, S.H
Hukum adalah himpunan peratuan ( perintah dan larangan ) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
S.M. Amin, S.H
Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan
mewujudkan ketertiban dalam pergaulan manusia.
Sastropranoto, S.H
Hukum adalah peratuan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, dan yang pelanggaran terhadapnya mengakibatkan diambilnya tindakan, yaitu hukuman terentu.
Soediman Kartohadiprojo(pengantar Tata
Hukum Indonesia)
Hukum adalah pikiran atau anggapan orang tentang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia.
Immanuel Kant
Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang yang lain menurut peraturan hukum tentang kemerdekaan.
Plato
Hukum merupakan peraturan peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat
masyarakat.
Aristoteles
B. Penggolongan Hukum
1.Berdasarkan Sumbernyaa.Hukum Undang-Undang,
yaitu hukum yang tercantum didalam peraturan perundang-undangan.
b.Hukum adat atau hukum kebiasaan
yaitu Hukum yang diambil dari peraturan-peraturan adat dan kebiasaan.
c.Hukum yurisprudensi
yaitu Hukum yang terbentuk dari keputusan pengadilan.
d.Hukum Traktat
yaitu Hukum yang ditetapkan oleh negara-negara didalam suatu perjanjian antar negara-negara.
e.Hukum doktrin
yaitu Hukum yang berasal dari pendapat para ahli hukum terkenal.
2.Berdasarkan wujudnya
a.Hukum tertulis,
yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara.
b. Hukum tidak tertulis,
yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat).
3.Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya
a.Hukum Lokal
Minangkabau, dan sebagainya).
b.Hukum nasional
yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia, Malaysia, Mesir dan
sebagainya).
c.Hukum internasional,
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau lebih (hukum
perang,hukum perdata internasional,dan sebagainya).
4.Berdasarkan Tempat berlakunya
a.Hukum Nasional
yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah suatu negara tertentu.
b.hukum Internasional
yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antar negara dunia internasional. c,Hukum Asing
yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah negara lain.
d.Hukum Gereja
yaitu kumpulan-kumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja untuk para anggota-anggotanya.
5.Berdasarkan sifatnya
a.Hukum yang memaksa
yaitu hukum yang dalam keadaan
paksaan mutlak.
b.Hukum yang mengatur
yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu
perjanjian.
6.Berdasarkan isinya a.Hukum Publik
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan negara yang
menyangkut kepentingan umum/publik. b.Hukum privat
yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dan bersifat pribadi.
7.Berdasarkan Cara mempertahankan a.Hukum Material
yaitu hukum yang mengatur tentang isi hubungan antar sesama anggota
masyarakat,antar anggota masyarakat dengan penguasa negara,antar masyarakat,dengan penguasa negara.
b.Hukum Formal
yaitu hukum yang mengatur bagaimana cara penguasa mempertahankan dan menegakkan serta melaksanakan kaidah-kaidah hukum
material dan bagaimana cara menuntutnya
C. Sumber Hukum Formal
dan Sumber Hukum
Material
a.Sumber Hukum Formal
Sumber hukum formal merupakan
perwujudan dan bentuk dari isi hukum material yang menentukan berlakunya hukum itu sendiri. Jenis-jenis hukum formal:
1.undang-undang
suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat,diadakan,dan dipelihara oleh penguasa negara.
2.Kebiasaan(Hukum Tidak Tertulis)
Kebiasaan yaitu perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta diakui oleh masyarakat.
3.Yurisprudensi
yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatu oleh UU dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkaranyang serupa.
4.Traktat
yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan
tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan.
yaitu pendapat dari pra ahli hukum
terkemuka yang dijadikan dasar atau asas asas poenting dalm hkum dan penerapannya.
b.Sumber hukum material
Sumber hukum material adalah keyakinan dan persaan hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi atau materi hukum.Sumber materi hukum material antara lain terdiri dari nilai agama dan kesusilaan,kehendak tuhan,akal budi dan jiwa bangsa.
D.TATA HUKUM
INDONESIA
Tata hukum suatu negara mencerminkan kondisi yang objektif dari negara yang
bersangkutan sehingga tata hukum suatu negara berbeda dengan negara lainnya. Tata hulum
merupakan hukum positif atau hukum yang berlaku di suatu negara pada saat sekarang. Tata hukum bertujuan untuk mempertahankan, memelihara, dan melaksankan tata tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat
dicapai ketertiban di negara tsb. Tata hukum
berpedoman pada UUD NRI tahun 1945, dan pelaksanaan tata huku tersebut dapat
dipaksakan oleh alat alat negara yang diberi kekuasaan.
Tata hukum Indonesia dapat dilihat
dalam :
1. Proklamasi kemerdekaan: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”.
2. Pembukaan UUD 1945:”atas berkat Allah yang Maha Esa dan dengan di dorongkan oleh keinginan luhur supaya berkebangsaan yang bebas ,...disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suuatu susunan NRI yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan...”
Dua hal di atas mengandung arti sebagai berikut:
1. Menjadikan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
E. LEMBAGA PERADILAN
DI INDONESIA
Salah satu unsur yang menentukan dalam
penegakan hukum (law enforcement) adalah
institusi pengadilan. Karena selain sebagai penentu akhir terhadap setiap konflik hukum (perkara), institusi pengadilan juga memiliki kewenangan dalam memutus sengketa yang belum ada undang-undang yang mengaturnya (yurisprudensi). Berikut ini adalah klasifikasi lembaga peradilan yang ada di Indonesia:
1.Peradilan Sipil
• Peradilan umum ( pengadilan negeri:
kota, peradilan tinggi: ibu kota provinsi,
mahkamah agung: ibu kota negara)
Peradilan khusus (peradilan agama, peradilan syariah Islam NAD, peradilan tata usaha negara, mahkamah konsttitusi).
2. PERADILAN MILITER:
a. Pengadilan militer
b. Pengadilan militer tinggi
c. Pengadilan militer utama
Badan-Badan peradilan di atas
mempunyai fungsi tersendiri sesuai dengan kompetensinya. Kompetensi sebuah lembaga peradilan terdiri dari :
1. Kompetensi relatif kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya
dalam menghadapi suatu perkara.
2. Kompetensi absolut kompetensi yang berkaitan dengan wilayah hukum atau wilayah tugas suatu badan peradilan.
f. ALAT KELENGKAPAN
NEGARA
Alat kelengkapan negara terbagi menjadi 5, yaitu:
1. Peradilan Umum
Pengadilan Umum termasuk di dalamnya Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, yang sehari-harinya
memeriksa dan memutuskan segala perkara perdata dan pidana sipil untuk semua
golongan penduduk (warga negara dan orang asing).Pengadilan umum terddiri dari:
a. Pengadilan Tinggi
c. Mahkamah agung
2. Peradilan agama
Peradilan agama di atur dalam UU RI No. 7 thn. 1989 tentang peradlan agama. Kekuasaan kehakiman di linkungan peradilan agama
dilaksanakan oleh Pengadilan agama dan
pengaddilan tinggi agama. Kekuasaan kehakiman pada peradilan agama berpuncak pada
Mahkamah Agung.
3. Peradilan tata usaha negara
Pada awalnya, Peradilan tata usaha negara di atur dalam UU RI No. 5 thn. 1986, kemudian UU tsb dirubah dengan UU RI No. 9 thn. 2004 tentang Perubahan atas UU RI No. 7 thn. 1989 tentang peradilan Tata Usaha
Indonesia. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peadilan tata usaha negara dan pengadilan tinggi tata usaha negara.
4. Peradilan Militer
Peradilan militer mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh:
a.Anggota TNI dan Polri;
c.Anggota Jawatan/golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI dan Polri menurut
Undang-Undang
.
G. TINGKAT,PERANAN,DAN
FUNGSI LEMBAGA
PERADILAN
1. PENGADILAN TINGKAT PERTAMA
Pengadilan tingkat pertama untuk Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama,
Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Militer berkedudukan di daerah tingkat
Kabupaten/Kota.
2. PENGADILAN TINGKAT KEDUA
. Pengadilan tingkat kedua disebut juga Pengadilan Tinggi yang dibentuk dengan Undang-Undang. Daerah hukum Pengadilan Tingkat
Kedua (Pengadilan Tinggi) berkedudukan di ibu kota provinsi.
Mahkamah Agung sebagai pemegang pengadilan negara tertinggi, berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia atau di lain
tempat yang ditetapkan oleh Presiden. Tiap-tiap bidang dipimpin oleh seorang Ketua Muda yang dibantu oleh beberapa Hakim Anggota.
H. Sikap Taat Terhadap
Hukum
Hukum bertujuan untuk menjaga ketertiban masyarakat serta memenuhi rasa keadilan
manusia.Sikap taat berarti tunduk terhadap suatu ketentuan.Sikap taat diwujudkan dalam menjalankan perintah dan menjauhi
larangan.Dengan demikian sikap taat terhadap hukum adalah tunduk terhadap segala ketentuan yang digariskan oleh hukum yang
berlaku,dengan cara memenuhi kewajiban yang dibebankan dan tidak melanggar hal yang
dilarang hukum.
Contoh perwujutan sikap taat terhadap hukum dalam kehidupan sehari-hari:
a.Mematuhi peraturan lalu lintas
misalnya:berkendara di lajur kiri,memakai atribut keselamatan berkendara.
interaksi masyarakat.
Misalnya:tidak mencuri,tidak
menganiyaya,tidak melukai perasaan orang lain. c.Mematuhi peraturanyang berkaitan dengan kewarganegaraan
Misalnya:membuat KTP bagi yang telah berusia 17 tahun,membayar pajak.
I. Contoh Perbuatan
Melanggar Hukum.
Dalam hukum perdata di Indonesia ada 2 (dua) jenis gugatan perdata yang menjadi dasar sebuah gugatan, yaitu perbuatan melawan
hukum dan wanprestasi. Pasal 1365 dan 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) menjadi dasar hukum atas gugatan tersebut.
“Setiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. (1365 KUHPerdata).
“majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggungjawab tentang
kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam
ini dipakainya”. (1367 KUHPerdata).
Contoh Perbuatan melanggar hukum: a.Mencuri
b.KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) c.Pembunuhan
d.Perbuatan asusila
e.Korupsi,Nepotisme,Kolusi,dll.
J. Macam-macam Sanksi
sesuai dengan hukum yang
berlaku
1.Sanksi Administrasi Contoh:berupa
denda,peringatan,pembekuan izin,dan pencabutan izin.
2.Sanksi Perdata
Contoh:berupa ganti rugi
3.Sanksi Pidana
Contoh:berupa kurungan (penjara),atau denda senilai hukuman penjara tersebut.
Sanksi atau hukuman diatur dalam pasal 10 KUHP(Sanksi Pidana)yang mencakup hukuman mati,hukuman penjara,serta hukuman tambahan.
a.Hukuman Mati
Dapat berupa hukuman seumur
hidup,hukuman sementara
waktu(setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun),seta hukuman
kurungan(setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang-kurangnya 1 hari).
c.Hukuman tambahan
Terdiri atas pencabutan hak-hak tertentu,dan pengumuman keputusan hakim.
Selain sanksi pidana berupa hukuman,pelaku dan keluarga pelanggar hukum juga akan
merasakan sanksi sosial dari masyarakat.
K. Korupsi dan Dasar
Hukum Pemberantasannya.
Pengertian Korupsi:Dari bahasa latin yaitu “corruption” yang
merupakan bentuk kata kerja dari corrumpere
yang artinya busuk atau rusak.
Menurut Transparency international korupsi
adalah perilaku pejabat publik baik politsi
maupun pegawai negara yang tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri mereka yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan pada mereka.
Dasar Hukum Pemberantasannya:
tentang pemberantasan korupsi.
b.Undang-Undang RI No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,kolusi,dan nepotisme.
c.Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
d.Peraturan pemerintah RI No.20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang RI
No.31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi. e.Peraturan Pemerintah RI No.71 tahun 2000 tentang tata cara pelaksanaan peran serta
masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan Pemberantasan tindak Pidana Korupsi.
f.Undang_undang No.15 Tahun 2002 tentang tindak Pidana Pencucian uang.
g.Undang-Undang RI No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
h.Undang-Undang No.7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Unite Nations Convention Against Coruption,2003(Konfensi Perserikatan PBB Anti Korupsi,2003)
L. KLASIFIKASI PERBUATAN
KORUPSI
• Tindak pidana korupsi korupsi pada dasarnya
di kelompokkan menjadi:
A. Kerugian keuangan negara
korupsi adalah tindakan yang
melawan hukum dengan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.(UU No. 31 tahun 1999 pasal 2 ayat 1).
korupsi adalah menyalahgunakan kewenangan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara.(UU No. 31 tahun 1999 pasal 2 {ayat 1}).
B. Penyuapan
Korupsi adalah tindakan
menyuap pegawai negeri atau
UU No 31 tahun 1999 pasal 5 ayat (1) huruf a dan b.
Korupsi adalah memberi hadiah, sesuatu, atau janji kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena
jabatannya. Hal ini sesuai dengan UU No. 31 tahun 1999 pasal 5 (2), pasal 6 (1) huruf a, pasal 6 (1) huruf b, pasal 6 (2), pasal 11, pasal 12 huruf a, pasal 12 huruf b, pasal 12 huruf c, pasal 12 huruf d, dan pasal 13.
C. Penggelapan dalam jabatan
Korupsi adalah menggelapkan atau membiarkan penggelapan atas uang atau surat berharga. Hal ini sesuai dengan UU No.
31 tahun 1999 pasal 8.
Korupsi adalah memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.31 tahun 1999 Pasal 9.
Korupsi adalah menggelapkan, menghancurkan, merusakkan bukti .Hal ini sesuai dengan UU No.31 Tahun 1999 Pasal 10 huruf a.
Korupsi adalah membiarkan orang
dipakainya barang bukt.(UU no.31 tahun 1999 Pasal 10 huruf b)
Korupsi adalah membantu orang lain
menghilangkan,menghancurkan,merusak kan,atau membuat tidak dapat
dipakainya barang bukti (UU No.31 Tahun 1999 pasal 10 huruf c)
D. Pemerasan
Korupsi adalah memaksa seseorang membarikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya
sendiri. Hal ini sesuai dengan UU No. 31 tahun 1999 pasal 12 huruf e.
Korupsi adalah meminta,
menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah
pegawainegeri dan penyelenggara negara yang lain atau kas umum
tersebut mempunyai utang kepadanya. Hal ini sesuai UU No. 31 tahun 1999 pasal 12 huruf f.
barangg, seolah-olah merupakan utang kepada dirimya.(UU No. 31 tahun 1999 pasal 12 huruf g.)
E. Perbuatan curang
Korupsi adalah perbuatan curang. (UU No. 31 tahun 1999 pasal 7 (1)huruf a dan c).
Korupsi adalah membuiarkan
perbuatan curang. Hal ini sesuai dengan UU No. 31 tahun 1999 pasal 7(1) huruf b dan d, serta pasl 7 (2) dan pasal 12 huruf h.
F. Benturan kepentingan dalam pengadaan
Korupsi adalah perbuatan turut sertaa dalam pengadaan barang yang diurusnya. Hal ini sesuai dngan UU No. 31 tahun 1999 pasal 12 huruf f.
G. Gratifikasi
Korupsi adalah penerimaan gratifikasi (hadiah uang dan
sebagainya)diluar gaji yang telah
M. Contoh Kegiatan Korupsi
Kasus Nazaruddin“Kasus Nazar ini adalah sampel kasus korupsi politik yang sangat sempurna dari aspek pelaku, modus operandinya dan tentu sarat kekuasaan. Bahwa memang, ada kejanggalan dalam kasus Nazaruddin,”
Kasus Gayus Tambunan didewan perpajakan. Kasus Sogok menyogok untuk masuk
pegawai negeri sipil (PNS).
N. CONTOH SIKAP ANTI
KORUPSI
Kejujuran
- adalah nilai yang sudah tidak terlalu dijunjung tinggi oleh masyarakat
• Pendidikan/Ajaran
- Agama / pendidikan yang dapat pula
menumbuhkan sikap jujur.
• Tanggung jawab
• Bersikap kritis
- adalah menyikapi segala sesuatu berdasarkan pikiran yang matang dan logis
O. Macam-macam gerakan
dan Organisasi anti korupsi
Berikut ini contoh macam-macam gerakan dan organisasi anti korupsi:1. GEMPITA (Gerakan Masyarakat Peduli Harta Negara).
2. OAK (Organisasi Anti Korupsi)
3. ICW (Indonesian Corruption Watch)
4. SoRAK (Solidaritas Gerakan Anti Korupsi)
5. SAMAK (Solidaritas Masyarakat Anti Korupsi) 6. MTI (Masyarakat Tra nsparansi Indonesia) 7. TII (Transparency International Indonesia.
P. Sikap anti korupsi
Sikap anti korupsi adalah perwujudan
perilaku yang taat terhadap hukum yang telah ditentukan.
Pengertian Anti Korupsi
Sumber :
"http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Korupsi&oldid=4896235"
Kategori:
Halaman ini terakhir diubah pada 22.20, 31 Oktober 2011.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
Posted by budi setyawan in Keperdataan
Pustaka: Pemikiran dan permasalahan ekonomi di Indonesia dalam setengah, Volume 3 edited by Hadi Soesastro, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia
Sebagian besar dari isi artikel ini diambil dari halaman wikipedia berbahasa Inggris yang setara. Referensi berikut ini disebutkan oleh artikel berbahasa Inggris tersebut:
Axel Dreher, Christos Kotsogiannis, Steve McCorriston (2004), Corruption Around the World: Evidence from a Structural Model
http://putracenter.net/2009/02/16/definisi-hukum-menurut-para-ahli/ http://www.scribd.com/doc/34169341/12/Penggolongan-Hukum
http://velanthin.blogspot.com/2011/03/sumber-hukum.html