CURRICULUM VITAE
NAMA : IMRAN, SH. MH.
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : RALA BARU, 15 NOPEMBER 1969 NOMOR INDUK PEGAWAI : 19691115 199403 1 003
•01 PEBRUARI 1991 DIANGKAT SEBAGAI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN TINGGI DKI JAKARTA
•01 JUNI 1996 DIANGKAT SEBAGAI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN TINGGI DKI JAKARTA DI JAKARTA.
•01 MARET 1999 DIANGKAT MENJADI JAKSA FUNGSIONAL PADA KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT DI JAKARTA.
•27 MEI 1999 DIANGKAT MENJADI KEPALA SUB SEKSI TINDAK
PIDANA TERHADAP KEAMANAN NEGARA DAN KETERTIBAN UMUM PADA SEKSI TINDAK PIDANA UMUM KEJAKSAAN NEGERI PARE-PARE SULAWESI SELATAN.
•15 MEI 2000 DIANGKAT MENJADI KEPALA SEKSI TINDAK PIDANA UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI ENREKANG SULAWESI SELATAN.
•18 MEI 2001 DIANGKAT MENJADI JAKSA FUNGSIONAL PADA PUSDIKLAT KEJAGUNG R.I. DI JAKARTA.
•05 PEBRUARI 2002 DIANGKAT MENJADI KEPALA SUB SEKSI
▸ Baca selengkapnya: apa yang dimaksud dengan selir hati
(2)• 12 MEI 2003 DIANGKAT MENJADI KEPALA SUB SEKSI PENUNTUTAN PADA ASISTEN TINDAK PIDANA UMUM KEJAKSAAN TINGGI DKI JAKARTA DI JAKARTA.
• 24 MARET 2005 DIANGKAT MENJADI KEPALA SUB BAGIAN UMUM PADA KEJAKSAAN TINGGI DKI JAKARTA DI JAKARTA
• 03 JUNI 2005 DIANGKAT MENJADI KEPALA SEKSI
PENUNTUTAN PADA ASISTEN TINDAK PIDANA UMUM KEJAKSAAN TINGGI DKI JAKARTA DI JAKARTA.
• 05 JUNI 2006 DIANGKAT MENJADI KEPALA SUB BAGIAN PEMBINAAN PADA KEJAKSAAN NEGERI BEKASI DI BEKASI.
• 29 JULI 2009 DIANGKAT MENJADI KEPALA SEKSI INTELIJEN PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDUNG DI BANDUNG.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN :
• PENDIDIKAN TEKNIS PIDANA KHUSUS PADA TAHUN 2002
• PENDIDIKAN SUSAR INTELIJEN • DIKLAT PIM TK.III – SPAMA
• ANTI-MONEY LAUNDERING/COMBATING THE FINANCING
OF TERORISM TRAINING PROGRAM
• GLOBAL INTELLECTUAL PROPERTY ACADEMY
▸ Baca selengkapnya: jelaskan apa yang dimaksud dengan krisis hukum
(3)Apa Yang Dimaksud
▸ Baca selengkapnya: apa yang dimaksud dengan dokumen 1
(4)•
Korupsi
adalah Melawan hukum
untuk memperkaya diri dan dapat
merugikan keuangan Negara.
Ketigapuluh bentuk / jenis tindak pidana
korupsi tersebut perinciannya adalah sebagai
berikut :
1) Pasal 2 ;
2) Pasal 3 ;
3) Pasal 5 ayat (1) huruf a ;
4) Pasal 5 ayat (1) huruf b ;
5) Pasal 5 ayat (2) ;
6) Pasal 6 ayat (1) huruf a ;
7) Pasal 6 ayat (1) huruf b ;
8) Pasal 6 ayat (2) ;
10)Pasal 7 ayat (1) huruf b ;
11)Pasal 7 ayat (1) huruf c ;
12)Pasal 7 ayat (1) huruf d ;
13)Pasal 7 ayat (2) ;
14)Pasal 8 ;
15)Pasal 9 ;
20)Pasal 12 huruf a ;
21)Pasal 12 huruf b ;
22)Pasal 12 huruf c ;
23)Pasal 12 huruf d ;
24)Pasal 12 huruf e ;
25)Pasal 12 huruf f ;
26)Pasal 12 huruf g ;
27)Pasal 12 huruf h ;
28)Pasal 12 huruf i ;
Ketigapuluh bentuk / jenis tindak pidana
korupsi
tersebut
pada
dasarnya
dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kerugian Keuangan Negara :
- Pasal 2 - Pasal 3
2. Suap-menyuap :
- Pasal 5 ayat (1) huruf a - Pasal 5 ayat (1) huruf b - Pasal 5 ayat (2)
- Pasal 12 huruf a - Pasal 12 huruf b - Pasal 11
- Pasal 6 ayat (1) huruf b - Pasal 6 ayat (2)
- Pasal 12 huruf c - Pasal 12 huruf d
3. Penggelapan dalam jabatan :
- Pasal 8 - Pasal 9
- Pasal 10 huruf a - Pasal 10 huruf b - Pasal 10 huruf c
4. Pemerasan :
5. Perbuatan curang :
- Pasal 7 ayat (1) huruf a - Pasal 7 ayat (1) huruf b - Pasal 7 ayat (1) huruf c - Pasal 7 ayat (1) huruf d - Pasal 7 ayat (2)
- Pasal 12 huruf h
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan :
- Pasal 12 huruf i
7. Gratifikasi :
Jenis tindak pidana lain yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi terdiri atas :
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi :
- Pasal 21
2. Tidak memberi keterangan atau memberikan keterangan yang tidak benar :
- Pasal 22 jo Pasal 28
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka :
- Pasal 22 jo Pasal 29
4. Saksi atau Ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu :
- Pasal 22 jo Pasal 35
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu :
6. Saksi yang membuka identitas pelapor :
Beberapa
Modus
Operandi
Dalam
1. Hukuman“denda” atas ketidaksesuaian besarnya nilai bea dan cukai. Peluang korupsi dapat terjadi ketika petugas Bea dan Cukai berkolusi dalam penetapan besaran nilai selisih cukai dengan eksportir / importir.
2. Pengenaan sanksi administratif berupa denda dan/atau bunga atas ketidaksesuaian pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Peluang korupsi dapat terjadi ketika petugas pajak berkolusi dengan wajib pajak untuk mengurangi jumlah pajak yang disetorkan ke Kas Negara.
Implementasi Konvensi
PBB Anti Korupsi di
Bali, Indonesia
• Dalam hal kebijakan dan praktek pencegahan korupsi, dilakukan konsolidasi dan kolaborasi untuk melaksanakan kebijakan strategis nasional di bidang pemberantasan korupsi, memasukkan dan melaksanakan kurikulum pendidikan anti korupsi .
• Pada sektor publik, melaksanakan percepatan reformasi birokrasi dari segala aspek (regulasi, kelembagaan, manajemen SDM)
• Memperkuat fungsi dan peran badan anti korupsi yang independen dan lembaga-lembaga terkait lainnya dalam peran koordinasi pencegahan
• Mengikutsertakan stakeholder (pemerintah, masyarakat, pers, dan lain-lain) dalam sosialisasi mengenai definisi korupsi dan mekanisme peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan pemberantasan korupsi, dll
Strategi
• Mengupayakan pengaturan dalam RUU Pemberantasan Tipikor tentang hal penyuapan pejabat publik asing dan pejabat organisasi internasional publik, penyuapan / penggelapan kekayaan dalan sektor swasta .
• Persamaan persepsi antara pemerintah dan pihak swasta mengenai upaya pencegahan korupsi di sektor swasta, dll.
Strategi
Peraturan
• Menindaklanjuti dan mempercepat pembahasan RUU Pemberantasan Tipikor terkait pembagian kewenangan dan mekanisme yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa dalam pemeriksaan / penyidikan terhadap tersangka pejabat publik yang melakukan tipikor .
• Menyusun aturan yang mengatur secara jelas ikhwal perlindungan terhadap saksi pelapor, mekanisme perolehan keterangan pada bank dan lembaga keuangan lainnya, dibuat amandemen undang-undang ekstradisi, dll .
• Membuat suatu mekanisme yang jelas mengenai alur pengawasan yang dapat dipantau secara komprehensif, baik oleh aparat pemerintah, maupun masyarakat serta melakukan kesepakatan-kesepakatan pokok-pokok kerjasam timbal balik pemberian informasi diantara lembaga penegak hukum Indonesia dengan negara-negara lain, termasuk kerjasama antar lembaga keuangan .
• Menyusun ketentuan mengenai mekanisme gugatan perdata sesuai dengan UNCAC ke dalam pembahasan revisi peraturan perundang-undangan terkait (RUU KUHAP dan KUHP, RUU Tipikor dan RUU Pengadilan Tipikor), dll.
• Dilakukan kerjasama melalui jalur diplomatik dan jalur kerjasama dengan institusi penegak hukum negara lain, mengembangkan teknik-teknik investigasi khusus yang nantinya dapat diajukan sebagai bukti di hadapan pengadilan .
• Optimalisasi keterlibatan perwakilan Indonesia di luar negeri, terutama mendampingi aparat penegak hukum Indonesia dalam melakukan upaya hukum di luar negeri khususnya (Kabid Politik), dll .
• Wajib diinformasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, bentuk penyampaian informasi dilakukan baik melalui proses diseminasi, konsultasi publik, talkshow, pamflet dan lain-lain yang dianggap sesuai dan dapat dipahami secara gamblang oleh masyarakat.
Sanksi
Hukum
Pasal 2 UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20
Tahun 2001
1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- ( dua ratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah )