• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengetahuan Penderita Penyakit Tuberculosis Mona Rahmi Rulianti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Pengetahuan Penderita Penyakit Tuberculosis Mona Rahmi Rulianti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGETAHUAN PENDERITA PENYAKIT TUBERCULOSIS DENGAN KONDISI KESEHATANNYA

DI POLI DOTS RAWAT JALAN RSMH PALEMBANG

Mona Rahmi Rulianti ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia dan merupakan penyebab utama kematian. Sekitar 8 juta kasus baru terjadi setiap tahun di seluruh dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tb) secara laten. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan pengetahuan penderita TBCdengan kondisi kesehatan pasein di poli rawat jalan RSMH Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu metode yang memberikan gambaran atau keadaan obyek yang diteliti berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan yang kemudian diklasifikasikan dan dianalisa sehingga dapat diambil keputusan yang tepat. Dari data penelitian menunjukkan kondisi kesehatan responden yang baik dengan tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 24 responden ( 82,8%) dan Kondisi Kesehatan yang tidak baik dengan tingkat pengetahuan responden yang tinggi sebanyak 5 responden (25%). Kondisi Kesehatan yang baik dengan latar belakang pengetahuan yang rendah sebanyak 9 responden (81,8%) dan kondisi kesehatan yang tidak baik dengan latar belakang pengetahuan yang rendah sebanyak 2 responden (18,2%). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang significan antara tingkat pengetahuan dengan Kondisi Kesehatan pasien tuberculosis di poli rawat jalan RSMH Palembang (P-value= 0,636 > 0,05).

(2)

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) masih

merupakan masalah kesehatan baik di

Indonesia maupun di dunia dan merupakan

penyebab utama kematian. Sekitar 8 juta

kasus baru terjadi setiap tahun di seluruh

dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk

dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tb) secara laten. Kemampuan untuk mendekteksi secara

akurat infeksi M.tb menjadi sangat penting

untuk mengendalikan epidemi tersebut.

Cara yang tepat untuk mendektesi infeksi

M.tb akan membantu mempercepat diagnosis dini pada pasien yang secara

klinis tersangka tuberkulosis dan segera

diikuti penatalaksaan yang tepat.

(Subagyo, et al., 2006).

Menurut Dinas Kesehatan

Sumatera Selatan, penulis mendapat data

pasein TBC di Sumatera Selatan tahun

2010, jumlah pasein sebanyak 5.181 orang

dengan rincian 3.207 orang laki-laki dan

1.974 orang perempuan. Tahun 2011,

jumlah pasein sebanyak 5.416 orang

dengan rincian 3.320 orang laki-laki dan

2.096 orang perempuan. Sedangkan tahun

2012, jumlah pasein sebanyak 5.794 orang

dengan rincian 3.547 orang laki-laki dan

2.247 orang perempuan.

Berdasarkan catatan Medical

Record Rumah Sakit Dr. Mohammad

Hoesin Palembang, penulis mendapat data

tahun 2011, jumlah pasein sebanyak 3.895

orang dengan rincian 2.678 orang laki-laki

dan 1.217 orang perempuan. Tahun 2012,

jumlah pasein sebanyak 3.906 orang

dengan rincian 2.441 orang laki-laki dan

1.465 orang perempuan. Sedangkan tahun

2013, pasein berjumlah 3.011 orang

dengan rincian sebanyak 2.119 orang

laki-laki dan 892 orang perempuan.

Penerapan strategi DOTS secara

baik, disamping secara cepat merubah

kasus menular menjadi tidak menular, juga

mencegah berkembangnya MDR-TB.

Fokus utama DOTS adalah penemuan dan

penyembuhan pasien, prioritas diberikan

kepada pasien TB tipe menular. Strategi

ini akan memutuskan penularan TB dan

dengan demkian menurunkan insidens TB

di masyarakat. Menemukan dan

menyembuhkan pasien merupakan cara

terbaik dalam upaya pencegahan penularan

TB. (Depkes, 2006)

Pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Janewa pada tahun 2012,

gambaran pengetahuan klien mengenai

penyakit TBC di poliklinik penyakit

dalam RS. Islam Siti Khadijah Palembang,

hasil penelitian dengan menggunakan

kuesioner analisis univariat didapatkan

yang berpengetahuan rendah sebanyak 28

orang (93,33%) dan berpengetahuan tinggi

sebanyak 2 orang (6,67%). Selain itu,

penelitian yang dlakukan oleh Hasan pada

tahun 2012 faktor-faktor perilaku keluarga

(3)

pasien tuberkulosis paru di ruang penyakit

dalam paru RSMH Palembang, didapatkan

bahwa responden yang perawatan

tuberkulosis paru yaitu 8 orang (26,7%),

pendidikan rendah responden yaitu 15

orang (50%), pengetahuan kurang banyak

sebanyak 17 orang (56,7%), sikap negatif

yaitu 14 (46,7%), sedangkan dari hasil

bivariat menunjukan bahwa ada hubungan

antara pendidikan, pengetahuan, sikap dan

pekerjaan dengan perawatan pasien

tuberkulosis paru.

Berdasarkan hal di atas dapat

diasumsikan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kondisi kesehatan pasien

adalah pegetahuan itu sendiri. Sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan pengetahuan

dengan kondisi kesehatan pasein TB di

poli rawat jalan RSMH Palembang.

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai

Januari sampai Juni 2015 dan tempat

penelitian ini dilakukan di Poli Rawat

Jalan RSMH Palembang Tahun 2015.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah

semua pasien TBC yang rutin datang

berobat ke poli rawat jalan RSMH

Palembang periode Januari sampai Juni

2014 yaitu sebanyak 65 orang. Sampel

dalam penelitian ini adalah sebagian dari

keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2005).

Besar Sampel Penelitian

Besar sampel diperoleh dengan rumus (Notoatmodjo, 2005) Rumus :

n = N

1 + N (d)2

= 65

1 + 65 ( 0,1 )2

= 65

1 + 65 ( 0,01 )

= 65

1 + 0,65

= 65

(4)

Dimana : n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan menggunakan angka 0,1

Jadi, dari rumus tersebut diperoleh sampel sebesar 40 responden

Alat dan Bahan

Dalam Penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa alat sebagai alat

penunjang dalam mengumpulkan data.

Yaitu lembar kuesioner, medical record,

dan alat tulis.

Prosedur Penelitian 1. Data Primer

Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari responden :

a. Mendata pasien TBC yang rutin

berobat di poli rawat jalan RSMH

Palembang.

b. Menyebarkan kuesioner pada pasien.

c. Pasien mengisi kuesioner.

d. Data kuesioner dikumpul.

2. Data Sekunder

Penelitian ini menggunakan data

sekunder yang diperoleh melalui Medical

Record RSMH Palembang.

Pengolahan Data dan Analisa Data a. Editing

Merupakan pengecekan atau

pengkoreksian data yang telah

dikumpulkan karena kemungkinan data

yang masuk atau data yang terkumpul itu

tidak logis dan meragukan. Tujuan editing

adalah untuk menghilangkan

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan

dilapangan dan bersifat koreksi.

b. Coding

Merupakan pemberian kode-kode

pada tiap-tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama. Kode adalah isyarat

yang dibuat dalam bentuk angka-angka

atau huruf-huruf yang diberikan petunjuk

atau identitas pada suatu informasi atau

data yang akan dibahas :

Jawaban benar:1

Jawaban salah : 0

c. Processing / Entry

Setelah semua isian kuesioner terisi

penuh dan benar, dan juga sudah melewati

pengkodiangan, maka langkah selanjutnya

adalah memproses data agar dapat

dianalisa. Perumusan dilakukan dengan

cara mengentry data dari kuesioner

kepaket program komputer.

d. Cleaning

Data yang telah dientery kemudian

diperiksa kembali sesuai dengan kriteria

data. Cleaning (pembersihan data)

merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yag sudah di entery apakah ada

kesalahan atau tidak.

Contoh cara menentukan kategori

baik dengan tidak baik variabel

(5)

pertanyaan kuisioner 20, hasil yang

didapat :

Benar : 15, baik

Salah : 5 tidak baik

3. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan

dalam bentuk tabel, kemudian di analisa

dengan menggunakan SPSS versi 21.0

dengan mengukur Hubungan Pengetahuan

dengan Kondisi Kesehatan Pasien TBC di

Rawat Jalan RSMH menggunakan uji

statistik Chi Square dan korelasi spearman.

Cara menguji hipotesis : H0 : ditolak →Sig < 0,05 H0 : diterima → Sig > 0,05 Bila H0 ditolak hal ini berarti ada

hubungan pengetahuan dengan kondisi

kesehatan pasien TBC rawat jalan RSMH

Palembang.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pendidikan

Gambaran pendidikan responden pasien TBC yang berobat di Poliklinik DOTS

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di Poliklinik DOTS

Rawat Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

b. Usia

Gambaran usia responden pasien TBC yang berobat di Poliklinik DOTS Rawat

Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden di Poliklinik DOTS Rawat

Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No Pendidikan

Jumlah

% N

1 SD 6 15

2 SMP 22 55

3 SMA 12 30

Total 40 100

No Usia

Jumlah

% N

1 18 - 25 tahun 8 20.0

2 25 - 50 tahun 25 62.5

3 >50 tahun 7 17.5

(6)

c. Pengetahuan

Gambaran pengetahuan responden pasien TBC yang berobat di Poliklinik DOTS

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan tingkat pengetahuan Responden di Poliklinik

DOTS Rawat Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

d. Kondisi kesehatan

Gambaran Kondisi kesehatan responden pasien TBC yang berobat di Poliklinik

DOTS Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi kesehatan Responden di Poliklinik

DOTS Rawat Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

2.Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dan uji Chi- Square untuk menemukan hubungan statistik antara variabel independen (tingkat pengetahuan)

dengan variabel dependen (kondisi kesehatan) No Pengetahuan

Jumlah

% N

1 Tinggi 29 72,5

2 Rendah 11 27,5

Total 40 100

No Kondisi kesehatan

Jumlah

% N

1 Baik 33 82,5

2 Tidak Baik 7 17,5

(7)

e. Hubungan Antara Tingkat pengetahuan dengan kondisi kesehatan pasien TBC di

Poliklinik DOTS Rawat Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tabel 6. Hubungan Antara Tingkat pengetahuan dengan kondisi kesehatan pasien TBC di

Poliklinik DOTS Rawat Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pengetahuan

Kondisi Kesehatan

Total P

value Baik Tidak Baik

n % N % n %

Tinggi 24 82,8% 5 17,2% 29 100

0,636

Rendah 9 81,8% 2 18,2% 11 100

Total 33 82,5% 7 17,5% 40 100

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square didapatkan P value = 0,636 dimana nilai P lebihbesar dari α (α = 0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Tingkat pengetahuan dengan kondisi kesehatan pasien TBC di Poliklinik

DOTS Rawat Jalan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

B. Pembahasan

Dari hasil analisa yang diperoleh

dari penelitan di Poliklinik DOTS Rawat

Jalan RSMH Palembang didapatkan

bahwa sebagian besar responden memilki

pengetahuan yang tinggi tentang penyakit

TBC yaitu sebesar 29 responden ( 72,5%)

sedangkan yang memiliki pengetahuan

rendah 11 responden (27,5%).

Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya suatu tindakan atau

prilaku seseorang. Prilaku yang didasarkan

oleh pengetahuan akan bertahan lama

(long lasting) sebaliknya prilaku yang

tidak didasarkan oleh pengetahuan maka

tidak akan bertahan lama

(Notoatmodjo,2007)

Dalam penelitian ini, meskipun

hampir sebagian responden memilki

pengetahuan yang baik tentang pengobatan

TBC namun diperoleh hasil penelitian

responden dengan kondisi kesehatan yang

tidak baik. Jika dihubungkan antara

pengetahuan dengan Kondisi kesehatan

responden maka tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara kedua variabel.

(0,636>0,05). Terjadinya hasil penelitian

ini disebabkan karena meskipun

(8)

penyakit

TBC, tetapi tidak menjamin kondisi

kesehatan responden menjadi baik. Hal ini

dapat dipengaruhi variabel lain yaitu

kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi

obat TBC yang merupakan faktor penentu

tingkat kesembuhan responden.

Dilembar jawaban kuesioner, ada

beberapa pasien yang menjawab salah

pada butir pertanyaan keluar malam itu

bisa menimbulkan TBC dan rontgen

termasuk dalam katagori pengobatan tetapi

mendapatkan hasil pengobatan yang baik.

Hal ini bisa terjadi karena dalam proses

pengobatan TBC, faktor keberhasilan

yang paling menentukan adalah kepatuhan

pasien dalam mengkonsumsi obat.

KESIMPULAN

1. Tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan kondisi

kesehatan pasien tuberculosis di Poli

DOTS Rawat Jalan RSMH

Palembang periode Januari-Juni

2015 (P-value= 0,636 > 0,05).

2. Pengetahuan penderita tuberkulosis

di Polo DOTS Rawat Jalan RSMH

Palembang periode Januari-Juni

2015 umumnya sudah baik (72,5%)

dari seluruh responden.

3. Kondisi kesehatan responden

penderita tuberkulosis di Poli DOTS

Rawat Jalan RSMH Palembang

umumnya sudah baik (82,8%) dari

seluruh responden.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. (Cetakan 1).

Kompas Media Nusantara. Jakarta.

Arikunto,S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Cetakan 12). Rineka Cipta. Jakarta.

Bahar, Asril. 2003. Tuberkulosis Paru Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit UI. Jakarta.

Cohen FL, Durham JD. 1995. Tuberculosis a Sourcebook for Nursing Practice.Springer Publishing Company. New York. (Cetakan 8). Dirjen POM RI. Jakarta.

Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Dirjen POM RI. Jakarta.

Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. (Edisi 2). (Cetakan 1). Jakarta: Dirjen POM RI

Depkes RI. 2008. Pedoman Penanggulangan Tuberculosis Anak. Dirjen POM RI. Jakarta.

Depkes RI. 2010. Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit. Dirjen POM RI. Jakarta.

(9)

Jawetz, Melnick, Adfcerg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. (Edisi 23). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.

Gambar

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden di Poliklinik DOTS Rawat
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi kesehatan Responden di Poliklinik
Tabel 6. Hubungan Antara Tingkat pengetahuan dengan kondisi kesehatan pasien TBC di

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada faktor penyebab tindakan bahaya ( unsafe action ) adalah suatu tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri yaitu material yang diangkat terlalu

Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku wakil dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi yang tidak henti-hentinya

Nilai kapasitansi suatu kondensator dapat ditentukan dengan membaca kode warna atau kode angka yang tertera pada badan kondensator 5. Fungsi induktor ialah sebagai

Pada setiap pertanaman memiliki kondisi lahan yang mendukung seperti menanam jenis klon yang termasuk pada aksesi „agak tahan‟ dan „peka‟ sehingga memicu perkembangan

Persaingan bukan harga yang murah saja tetapi kualitas , kreatifitas nya harus tetap diutamakan dan lokasi yang strategis juga menjadi faktor penentu bisnis fotografi

The objectives of the study are aimed to describe teaching learning process on Writing Skill at English department of Muhammadiyah University of Surakarta; especially on

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaman aktinomiset menggunakan dua pendekatan yaitu dengan cara isolasi koloni ( culturable ) dan metagenomik DGGE (total

Mengangkat suatu event dari Kethoprak dimana masih dipegang oleh warga Desa Jurang Blimbing merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena sekaligus membantu mereka