HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013
Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes
Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRAK
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia, karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit diare. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak balita.
Menurut Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukan 5.505 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Diawal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang di rawat di rumah sakit akibat menderita diare.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan PHBS terhadap kejadian diare pada balita. Jenis penelitian yang digunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita dikelurahan Lubuk Aman yang berjumlah 229 balita. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara acak sederhana (simple random sampling) dan tehnik pengumpulan data adalah data primer dan data sekunder, dan data di analisis secara univariabel dan bivariabel.
Saran dari penulis diharapkan dimasa yang akan datang dapat melakukan penelitian dengan variabel yang lain menyangkut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare atau dengan dilakukan observasi terhadap lingkungan sekitar rumah.
Kata Kunci : Diare
PENDAHULUAN
Tujuan utama pembangunan nasional
adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dilakukan secara berkelanjutan
berdasarkan pembangunan nasional melalui
pembangunan kesehatan yang dicapai untuk
mewujudkan masyarakat sehat dan mandiri.
Sampai saat ini penyakit diare atau yang sering
disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan utama dari masyarakat
Indonesia. (Depkes RI, 2007).
Diare adalah defekasi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah
dan lendir dalam tinja. Penyakit diare akut
sering terjadi pada anak, yang ditularkan
melalui makanan atau minuman yang
tercemar, di Negara yang sedang berkembang
prevalensi yang terjadi dari penyakit diare
merupakan sumber air yang tecemar,
kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
( Dinkes DKI Jakarta, 2004 )
Di dunia angka kejadian diare pada anak
mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan
korban meninggal sekitar 5 juta jiwa. Statistik
di Amerika mencatat tiap tahun terdapat 20-35
juta kasus diare dan 16,5 juta diantaranya
adalah balita ( Pickering et al. 2004 ).
Penyakit diare merupakan penyakit
kedua terbanyak di seluruh dunia setelah
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Penyakit ini diperkirakan ditemukan 1 milyar
kasus per tahun dan merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Penyakit
diare menjadi penyebab kematian nomor dua
pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor
empat pada semua umur. Kejadian diare pada
golongan balita secara proporsional lebih
banyak dibandingkan kejadian diare pada
seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %
( Bambang, 2007).
Terjadinya kasus diare pada anak
balita tidak terlepas dari peran faktor resiko
perilaku ibu dalam mengasuh anak dan
lingkungannya. Selain itu perilaku ibu
termasuk faktor resiko yang ikut berperan
dalam terjadinya kasus diare. Faktor resiko
dalam penelitian ini meliputi kebersihan diri,
penyediaan air bersih, pembuangan tinja,
pembuangan limbah cair, pembuangan
sampah, sanitasi makanan dan kebersihan
rumah serta aktivitas sosial ( Rahmah, 2006 ).
Kebijakan Indonesia Sehat 2013
menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan
sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan
bermutu adil dan merata. Untuk mendukung
pencapaian visi Indonesia Sehat 2013 telah
ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.131/
Menkes/SK/II/2004 dan salah satu subsistem
dari SKN adalah subsistem Pemberdayaan
Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan (Promkes) untuk mendukung upaya
peningkatan perilaku sehat ditetapkan visi
nasional Promkes sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan RI. No.1193/MENKES/SK/X/2004
yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010
(PHBS 2010). Untuk melaksanakan program
Promkes di daerah telah ditetapkan Pedoman
Pelaksanaan Promkes di daerah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No.1114/Menkes/SK/VIII/2005.
Program PHBS yang telah dilaksanakan
di Kota Palembang melibatkan 2523 orang
Kader terlatih dari setiap RT dan 503 orang
Pembina Wilayah. Hasil pendataan PHBS
tahun 2007 pada tatanan rumah tangga
menunjukkan bahwa indikator yang masih
perlu mendapat perhatian di wilayah Kota
palembang adalah Indikator tidak merokok,
hasil pendataan persentase masih dibawah 50
%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
masyarakat Kota Palembang yang merokok
sehingga diasumsikan semua anggota keluarga
yang tinggal di rumah tersebut mempunyai
kemungkinan terpapar asap rokok yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit akibat asap
Indikator kepesertaan JPKM, hasil
pendataan prosentase diatas 50 % namun
masih dibawah 60 %. Hal ini menunjukkan
bahwa masih banyak masyarakat Kota
Palembang yang belum sadar akan pentingnya
ikut menjadi anggota JPKM / Asuransi
Kesehatan bagi dirinya sendiri maupun
anggota keluarganya. Namun kemungkinan
yang lain adalah karena adanya
Jamkesos/Askeskin/KMS yang diberikan
kepada masyarakat miskin sehingga mereka
merasa sudah difasilitasi oleh Pemkot
Palembang dan tidak perlu menjadi anggota
JPKM di wilayahnya. Indikator Olahraga,
hasil pendataan prosentase sudah diatas 50 %
namun masih dibawah 60 %. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat
Kota Palembang yang belum sadar akan
pentingnya melakukan olahraga setiap hari.
Menerapkan PHBS dalam tatanan
rumah tangga atas kesadaran sendiri dan
secara sukarela sudah merupakan kebutuhan
yang tidak bisa ditawar lagi. Rumah tangga
sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan
dan melindungi kesehatan setiap anggota
rumah tangga dari gangguan ancaman
penyakit dan lingkungan yang kurang
kondusif. Dengan PHBS setiap anggota
keluarga meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit sehingga produktivitas kerja
anggota keluarga juga meningkat. Anak-anak
akan tumbuh sehat dan cerdas. Karenanya
pengeluaran biaya rumah tangga dapat
difokuskan untuk pemenuhan gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan keluarga (Badan
Informasi Daerah, 2007).
Peran serta Puskesmas Perumnas sebagai
unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota
Lubuklinggau yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan
khususnya tentang PHBS di wilayah kerja
sudah tampak. Dengan mengacu pada data
profil PHBS Puskesmas Perumnas tahun
2009-2010, dimana dari kesepuluh sasaran PHBS,
yang memiliki persentase PHBS paling rendah
44,1% yaitu pemberantasan jentik nyamuk.
Kemudian urutan terendah kedua mengenai
sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga
yaitu tidak merokok didalam rumah dengan
persentasi 58,8%.
Sistem penilaian terhadap PHBS rumah
tangga yang digunakan saat ini adalah rumah
tangga yang menerapkan PHBS dan rumah
tangga yang tidak menerapkan PHBS. Suatu
rumah tangga sudah dikatakan tidak
menerapkan PHBS jika salah satu indikator
PHBS rumah tangga tidak terpenuhi. Oleh
sebab itu, maka kami dapat menyimpulkan
bahwa hampir seluruh rumah tangga di
wilayah kerja Puskesmas Perumnas Lubuk
tanjung sudah ada yang menerapkan PHBS.
Ini terbukti dari kesepuluh indikator rumah
tangga yang ber PHBS yaitu Persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, Memberi bayi
ASI ekslusif, Menimbang bayi dan balita,
Menggunakan air bersih, Mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, Menggunakan
jamban sehat, Memberantas jentik di rumah,
Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan
aktivitas fisik, Tidak merokok di dalam rumah
hanya 2 indikator yang memilki persentasi
paling rendah yaitu pemberntasan jentik
nyamuk dan tidak merokok di dalam rumah.
Indikator PHBS rumah tangga yang digunakan
yaitu mengacu kepada standar pelayanan
bidang kesehatan minimal ada sepuluh
indikator (Kamisah, 2009).
Kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui fecal-oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja
dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Perilaku tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar dan sesudah
membuang tinja anak atau sebelum makan dan
menyuapi anak dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan terjadinya diare.
Di Indonesia penyakit diare merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat,
kematian yang diakibatkan penyakit diare.
Diare merupakan salah satu penyebab utama
kematian anak balita. Perilaku ibu dalam
penanganan anak sakit di rumah sangat berarti
pada kesehatan anak serta membantu
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Data Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menunjukan 5.505 kasus diare
sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi.
Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan
dengan jumlah pasien diare pada tahun
sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang.
Diawal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di
Jakarta yang di rawat di rumah sakit akibat
menderita diare. Melihat data tersebut dan
kenyataan bahwa masih banyak kasus diare
yang tidak terlaporkan.
Departemen kesehatan menganggap
diare merupakan isu prioritas isu di tingkat
local dan Nasional karena punya dampak besar
pada kesehatan masyarakat ( Depkes RI,
2008 ). Data yang tercatat di Dinas kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan sejak Januari
hingga 31 Desember 2008 penderita diare di
Provinsi Sumsel mencapai 143.822 jiwa,
umumnya diderita balita dan anak-anak
( Hamdan dan Wahyudin, 2008 ).
Kepala bidang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M) pada
Dinkes Provinsi Sumsel diare merupakan
penyakit menular yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan dan perilaku hidup
sehat. Diare gampang menular melalui virus,
jamur, bakteri ecolly, alergi dan faktor lain. Sementara Palembang, meskipun tidak
termasuk daerah endemis penyakit diare, tapi
beberapa kawasan pemukiman seperti ditepian
anak sungai, rawa-rawa dan perkotaan
termasuk daerah yang sering di temukan
korban penyakit diare. Daerah endemis
penyakit diare tersebar di lima Kabupaten,
yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Ogan
Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi
Banyuasin. Khusus daerah Musi Banyuasin
namun setiap keluarga harus tetap lebih
waspada ( Syahrul, 2006 ).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Lubuklinggau data diare di Kota Lubuklinggau
pada tahun 2008 adalah berjumlah 5.541 orang
penderita dan pada Tahun 2009 berjumlah
5.232 orang penderita sedangkan data dari
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau pada
Tahun 2009 dari bulan Januari sampai dengan
Desember berjumlah 1.309 orang penderita.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan penderita diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota
Lubuklinggau pada tahun 2008 berjumlah
1269 orang penderita dan pada tahun 2012
berjumlah 1411 orang penderita.
Berdasarkan data yang di dapat dari
puskesmas terutama Puskesmas Perumnas
Kota lubuklinggau untuk balita yang
menderita diare tahun 2012 mencapai 482
penderita ( Dinkes Kota Lubuklinggau 2012 ).
Dari data di atas diketahui bahwa
jumlah seluruh balita di wilayah kerja
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau
Tahun 2009 berjumlah 3.655 orang anak
balita.
Berdasarkan data di atas dapat
diketahui bahwa jumlah balita yang
mengalami diare bulan Januari – Desember
2009 mencapai 1.309 penderita. Dari 11
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas Kota Lubklinggau penderita diare
pada balita terbanyak terdapat di kelurahan
Lubuk Aman yaitu berjumlah 228 orang
penderita.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik
mengadakan penelitian tentang “Hubungan
PHBS dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
kelurahan Lubuk Aman Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Tahun 2013”.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan metode
dikumpulkan dalam waktu bersamaan
(Notoatmodjo, 2005).
Populasi penelitian ini adalah semua
balita dikelurahan Lubuk Aman yang
berjumlah 229 balita.
Pada penelitian ini menggunakan rumus
Arikunto, 2002 yaitu apabila populasinya lebih
dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau
20-25%. Untuk sampel kelompok kontrol, maka
dalam hal ini penelitian menggunakan
dalam penelitian ini ada 34 orang dialokasikan
pada RT dengan menggunakan rumus Sugiono
(1997).
Nh
=
NH
N x n
Keterangan :
Nh = Sampel terpilih
N = Total sampel yang terpilih
n = Total sampel
Cara pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan cara acak sederhana
(simple random sampling), bahwa setiap anggota unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai
sampel secara acak sederhana ini
menggunakan tehnik (systemic random sampling).
3. Karakteristik sampel
a. Ibu yang memiliki balita di
Puskesmas Perumnas Kota
Lubuklinggau tahun 2013.
b. Bisa membaca dan menulis
c. Bersedia menjadi responden.
Pengumpulan Data 1. Sumber Data
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh melalui
wawancara dan pengisian lembar kuisoner
yang telah dipersiapkan.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Lubuklinggau, Puskesmas
Perumnas Kota Lubuklinggau, Kantor
Kelurahan Lubuk Aman.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dengan cara
wawancara kepada responden. Peneliti
melakukan sendiri wawancara secara
sistematis dengan lembar kuisoner yang berisi
tentang biodata responden, kejadian diare, dan
perilaku PHBS pada ibu yang mempunyai
balita dengan kejadian diare.
3. Alat /Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrument yang
digunakan adalah kuisoner.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah:
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat dilakukan tiap variabel
dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005).
Yaitu variabel PHBS dengan kejadian diare
pada balita berdasarkan distribusi frekuensi.
Metode pengolahan data menggunakan rumus
Arikunto, 2002.
P
=
N x
F
100%
Keterangan :
P : Jumlah persentase yang dicari
F : Jawaban tertentu dari tiap responden
N : Jumlah responden / Sampel
Setelah data ditabulasi selanjutnya
dikategorikan sebagai berikut :
Skor 0 untuk jawaban yang salah / tidak
2. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variable
dependen dan variable independent
menggunakan Uji Chi Square dengan derajat kemaknaan 0,05.Bila nilai
ρ
value ¿α (0,05) berarti hasil perhitungan statistik
bermakna (signifikasi), dan apabila nilai
ρ
value¿
α
(0.05) berarti hasil perhitunganstatistik tidak bermakna (tidak signifikasi).
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dilakukan di
kelurahan Lubuk Aman wilayah kerja
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau pada
tahun 2013 yang terdiri dari 6 Rt dengan
menggunakan “Random sampling” (acak)
didapatkan 34 responden dari 229 populasi
yang ada dikelurahan Lubuk Aman wilayah
kerja Puskesmas Perumnas kota Lubuklinggau
pada Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan
pada ibu-ibu yang mempunyai anak balita dan
yang bertempat tinggal di Kelurahan Lubuk
Aman Kota Lubuklinggau yang dilaksanakan
pada bulan Mei 2013, pengumpulan data
dilaksanakan dengan cara setiap responden
mendapat satu paket kuesioner yang berisi 13
pertanyaan dan pilihan jawaban sebanyak 2
buah.
Analisa Univariabel
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dan persentase dari
variabel independent PHBS dan variable
dependent Diare.
a. Distribusi frekuensi jumlah balita yang
terkena diare dalam 3 bulan terakhir.
TABEL 1
DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH BALITA YANG TERKENA DIARE
Dari tabel 1 didapatkan bahwa
sebagian besar responden dilihat dari jumlah
balita yang terkena diare dalam 3 bulan
terakhir sebanyak 16 orang (47,1 %),
sedangkan jumlah balita yang tidak terkena
diare 18 orang (52,9 %).
b. Distribusi frekuensi PHBS dengan
kejadian diare.
sebanyak 31 orang (91,2%), sedangkan PHBS
yang kurang sebanyak 3 orang (8,8%).
Analisa Bivariabel
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan dengan variabel independen dan
variable dependen, dengan menggunakan Uji
Statistik Continuity Correction.
a. Hubungan PHBS Dengan Kejadian
Diare
TABEL 3
HUBUNGAN PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN
LUBUK AMAN WILAYAH KERJA
sebanyak 14 orang (41,2 %) yang mempunyai
PHBS baik, sedangkan PHBS yang kurang
sebanyak 2 orang (5,9%) dengan kejadian
diare pada balita. Hasil uji statistik chi square Continuity Correction diperoleh nilai probability sama dengan 0,591 (ρ > 0,05)
Kelurahan Lubuk Aman Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau
Tahun 2013.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Hubungan
PHBS terhadap Kejadian Diare pada Balita di
Kelurahan Lubuk Aman Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau
Tahun 2013.
Maka dapat diambil kesimpulan:
1. Dapat dilihat PHBS yang baik
sebanyak 31 orang ( 91,2% ) dan
PHBS yang kurang sebanyak 3 orang
( 8,8% ).
2. Dapat dilihat jumlah balita yang
terkena diare sebanyak 16 balita ( 47,1
%) dan jumlah balita yang tidak
terkena diare 18 balita (52,9 % ).
3. Dari hasil uji statistik chi square
menunjukkan bahwa tidak adanya
hubungan antara PHBS dengan
kejadian diare pada balita dengan nilai
ρ=0,591 > 0,05.
B. Saran
1. Bagi Institusi/Pendidikan
Diharapkan untuk pendidikan Karya
Tulis Ilmiah ini dijadikan sebagai salah satu
referensi untuk perpustakaan dan sebagai
bahan bacaan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan bagi mahasiswa dan sebagai
latihan dalam melaksanakan penelitian yang
akan datang.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Untuk meningkatkan peran serta
masyarakat di Kelurahan Lubuk Aman
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Lubuklinggau dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit diare, serta menjadi
pendorong bagi petugas kesehatan khususnya
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
atau berhubungan dengan PHBS dan dengan
dilakukan observasi terhadap lingkungan
sekitar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Asnil, et al. 2003. Faktor Pencegahan Imunologik ASI
Arikunto Suharsimi. Prof, dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Edisi V Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Bambang, 2007.
Data Puskesmas, 2012. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare.
________. 2001. Berita Epidemiologi Diare,
Dirjen P2M dan PL
Dinkes Sumsel. 2006. 13 Keadaan yang Baru Dikenali dan Diatasi dalam Keadaan Sumsel Sehat 2009.
Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau. 10
Penyakit Terbesar di Wilayah Dinas Kesehatan Lubuklinggau.
Gulthom, Dkk. 2000. Pedoman Pengembangan Program PHBS dan Tatanan Sarana Kesehatan.
Hamdan dan Wahyudini. 2008.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0 8/10/25/kesra05.html + data penyakit diare di Sumsel tahun 2008.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Penerbit Media Aesculapius FKUL. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, Prof, Dr. 2005.
Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Keperawatan. Salembada Medika Jakarta.
Pickering et al. 2004 Kejadian Diare Pada Anak
Pusat Promosi Kesehatan Copyright © 2007 -webmaster@promosikesehatan.com
Rahmah, Siti. 2006. Dikutip dari
http://puspasca.ugm.ac.id/files
Sualman, Kamisah. 2009 Bag. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran
Soetjiningsih, 2003. Tumbuh Kembang Anak, EGC. Jakarta.
Sugiyono, 1997. Metode Penelitian Statistik. Jakarta
Suriadi dan Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta.
Syahrul, Muhammad. 2006.
http://www.detiksport.com/kemarau