• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013 Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan PHBS terhadap Kejadian Diare pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013 Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan PHBS terhadap Kejadian Diare pada "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013

Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes

Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia, karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit diare. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak balita.

Menurut Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukan 5.505 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Diawal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang di rawat di rumah sakit akibat menderita diare.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan PHBS terhadap kejadian diare pada balita. Jenis penelitian yang digunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita dikelurahan Lubuk Aman yang berjumlah 229 balita. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara acak sederhana (simple random sampling) dan tehnik pengumpulan data adalah data primer dan data sekunder, dan data di analisis secara univariabel dan bivariabel.

(2)

Saran dari penulis diharapkan dimasa yang akan datang dapat melakukan penelitian dengan variabel yang lain menyangkut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare atau dengan dilakukan observasi terhadap lingkungan sekitar rumah.

Kata Kunci : Diare

(3)

PENDAHULUAN

Tujuan utama pembangunan nasional

adalah peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang dilakukan secara berkelanjutan

berdasarkan pembangunan nasional melalui

pembangunan kesehatan yang dicapai untuk

mewujudkan masyarakat sehat dan mandiri.

Sampai saat ini penyakit diare atau yang sering

disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan utama dari masyarakat

Indonesia. (Depkes RI, 2007).

Diare adalah defekasi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah

dan lendir dalam tinja. Penyakit diare akut

sering terjadi pada anak, yang ditularkan

melalui makanan atau minuman yang

tercemar, di Negara yang sedang berkembang

prevalensi yang terjadi dari penyakit diare

merupakan sumber air yang tecemar,

kekurangan protein dan kalori yang

menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.

( Dinkes DKI Jakarta, 2004 )

Di dunia angka kejadian diare pada anak

mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan

korban meninggal sekitar 5 juta jiwa. Statistik

di Amerika mencatat tiap tahun terdapat 20-35

juta kasus diare dan 16,5 juta diantaranya

adalah balita ( Pickering et al. 2004 ).

Penyakit diare merupakan penyakit

kedua terbanyak di seluruh dunia setelah

infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Penyakit ini diperkirakan ditemukan 1 milyar

kasus per tahun dan merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di

Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Penyakit

diare menjadi penyebab kematian nomor dua

pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor

empat pada semua umur. Kejadian diare pada

golongan balita secara proporsional lebih

banyak dibandingkan kejadian diare pada

seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %

( Bambang, 2007).

Terjadinya kasus diare pada anak

balita tidak terlepas dari peran faktor resiko

(4)

perilaku ibu dalam mengasuh anak dan

lingkungannya. Selain itu perilaku ibu

termasuk faktor resiko yang ikut berperan

dalam terjadinya kasus diare. Faktor resiko

dalam penelitian ini meliputi kebersihan diri,

penyediaan air bersih, pembuangan tinja,

pembuangan limbah cair, pembuangan

sampah, sanitasi makanan dan kebersihan

rumah serta aktivitas sosial ( Rahmah, 2006 ).

Kebijakan Indonesia Sehat 2013

menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan

sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

bermutu adil dan merata. Untuk mendukung

pencapaian visi Indonesia Sehat 2013 telah

ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.131/

Menkes/SK/II/2004 dan salah satu subsistem

dari SKN adalah subsistem Pemberdayaan

Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi

Kesehatan (Promkes) untuk mendukung upaya

peningkatan perilaku sehat ditetapkan visi

nasional Promkes sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan RI. No.1193/MENKES/SK/X/2004

yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010

(PHBS 2010). Untuk melaksanakan program

Promkes di daerah telah ditetapkan Pedoman

Pelaksanaan Promkes di daerah dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI.

No.1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Program PHBS yang telah dilaksanakan

di Kota Palembang melibatkan 2523 orang

Kader terlatih dari setiap RT dan 503 orang

Pembina Wilayah. Hasil pendataan PHBS

tahun 2007 pada tatanan rumah tangga

menunjukkan bahwa indikator yang masih

perlu mendapat perhatian di wilayah Kota

palembang adalah Indikator tidak merokok,

hasil pendataan persentase masih dibawah 50

%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak

masyarakat Kota Palembang yang merokok

sehingga diasumsikan semua anggota keluarga

yang tinggal di rumah tersebut mempunyai

kemungkinan terpapar asap rokok yang dapat

menimbulkan berbagai penyakit akibat asap

(5)

Indikator kepesertaan JPKM, hasil

pendataan prosentase diatas 50 % namun

masih dibawah 60 %. Hal ini menunjukkan

bahwa masih banyak masyarakat Kota

Palembang yang belum sadar akan pentingnya

ikut menjadi anggota JPKM / Asuransi

Kesehatan bagi dirinya sendiri maupun

anggota keluarganya. Namun kemungkinan

yang lain adalah karena adanya

Jamkesos/Askeskin/KMS yang diberikan

kepada masyarakat miskin sehingga mereka

merasa sudah difasilitasi oleh Pemkot

Palembang dan tidak perlu menjadi anggota

JPKM di wilayahnya. Indikator Olahraga,

hasil pendataan prosentase sudah diatas 50 %

namun masih dibawah 60 %. Hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat

Kota Palembang yang belum sadar akan

pentingnya melakukan olahraga setiap hari.

Menerapkan PHBS dalam tatanan

rumah tangga atas kesadaran sendiri dan

secara sukarela sudah merupakan kebutuhan

yang tidak bisa ditawar lagi. Rumah tangga

sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan

dan melindungi kesehatan setiap anggota

rumah tangga dari gangguan ancaman

penyakit dan lingkungan yang kurang

kondusif. Dengan PHBS setiap anggota

keluarga meningkat kesehatannya dan tidak

mudah sakit sehingga produktivitas kerja

anggota keluarga juga meningkat. Anak-anak

akan tumbuh sehat dan cerdas. Karenanya

pengeluaran biaya rumah tangga dapat

difokuskan untuk pemenuhan gizi keluarga,

pendidikan dan modal usaha untuk

peningkatan pendapatan keluarga (Badan

Informasi Daerah, 2007).

Peran serta Puskesmas Perumnas sebagai

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota

Lubuklinggau yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan

khususnya tentang PHBS di wilayah kerja

sudah tampak. Dengan mengacu pada data

profil PHBS Puskesmas Perumnas tahun

2009-2010, dimana dari kesepuluh sasaran PHBS,

(6)

yang memiliki persentase PHBS paling rendah

44,1% yaitu pemberantasan jentik nyamuk.

Kemudian urutan terendah kedua mengenai

sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga

yaitu tidak merokok didalam rumah dengan

persentasi 58,8%.

Sistem penilaian terhadap PHBS rumah

tangga yang digunakan saat ini adalah rumah

tangga yang menerapkan PHBS dan rumah

tangga yang tidak menerapkan PHBS. Suatu

rumah tangga sudah dikatakan tidak

menerapkan PHBS jika salah satu indikator

PHBS rumah tangga tidak terpenuhi. Oleh

sebab itu, maka kami dapat menyimpulkan

bahwa hampir seluruh rumah tangga di

wilayah kerja Puskesmas Perumnas Lubuk

tanjung sudah ada yang menerapkan PHBS.

Ini terbukti dari kesepuluh indikator rumah

tangga yang ber PHBS yaitu Persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan, Memberi bayi

ASI ekslusif, Menimbang bayi dan balita,

Menggunakan air bersih, Mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, Menggunakan

jamban sehat, Memberantas jentik di rumah,

Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan

aktivitas fisik, Tidak merokok di dalam rumah

hanya 2 indikator yang memilki persentasi

paling rendah yaitu pemberntasan jentik

nyamuk dan tidak merokok di dalam rumah.

Indikator PHBS rumah tangga yang digunakan

yaitu mengacu kepada standar pelayanan

bidang kesehatan minimal ada sepuluh

indikator (Kamisah, 2009).

Kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fecal-oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja

dan atau kontak langsung dengan tinja

penderita. Perilaku tidak mencuci tangan

sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan

menyuapi anak dapat menyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan terjadinya diare.

Di Indonesia penyakit diare merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat,

(7)

kematian yang diakibatkan penyakit diare.

Diare merupakan salah satu penyebab utama

kematian anak balita. Perilaku ibu dalam

penanganan anak sakit di rumah sangat berarti

pada kesehatan anak serta membantu

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Data Departemen Kesehatan Republik

Indonesia menunjukan 5.505 kasus diare

sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi.

Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan

dengan jumlah pasien diare pada tahun

sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang.

Diawal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di

Jakarta yang di rawat di rumah sakit akibat

menderita diare. Melihat data tersebut dan

kenyataan bahwa masih banyak kasus diare

yang tidak terlaporkan.

Departemen kesehatan menganggap

diare merupakan isu prioritas isu di tingkat

local dan Nasional karena punya dampak besar

pada kesehatan masyarakat ( Depkes RI,

2008 ). Data yang tercatat di Dinas kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan sejak Januari

hingga 31 Desember 2008 penderita diare di

Provinsi Sumsel mencapai 143.822 jiwa,

umumnya diderita balita dan anak-anak

( Hamdan dan Wahyudin, 2008 ).

Kepala bidang Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M) pada

Dinkes Provinsi Sumsel diare merupakan

penyakit menular yang berhubungan dengan

kesehatan lingkungan dan perilaku hidup

sehat. Diare gampang menular melalui virus,

jamur, bakteri ecolly, alergi dan faktor lain. Sementara Palembang, meskipun tidak

termasuk daerah endemis penyakit diare, tapi

beberapa kawasan pemukiman seperti ditepian

anak sungai, rawa-rawa dan perkotaan

termasuk daerah yang sering di temukan

korban penyakit diare. Daerah endemis

penyakit diare tersebar di lima Kabupaten,

yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Ogan

Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi

Banyuasin. Khusus daerah Musi Banyuasin

(8)

namun setiap keluarga harus tetap lebih

waspada ( Syahrul, 2006 ).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota

Lubuklinggau data diare di Kota Lubuklinggau

pada tahun 2008 adalah berjumlah 5.541 orang

penderita dan pada Tahun 2009 berjumlah

5.232 orang penderita sedangkan data dari

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau pada

Tahun 2009 dari bulan Januari sampai dengan

Desember berjumlah 1.309 orang penderita.

Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan penderita diare pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kota

Lubuklinggau pada tahun 2008 berjumlah

1269 orang penderita dan pada tahun 2012

berjumlah 1411 orang penderita.

Berdasarkan data yang di dapat dari

puskesmas terutama Puskesmas Perumnas

Kota lubuklinggau untuk balita yang

menderita diare tahun 2012 mencapai 482

penderita ( Dinkes Kota Lubuklinggau 2012 ).

Dari data di atas diketahui bahwa

jumlah seluruh balita di wilayah kerja

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau

Tahun 2009 berjumlah 3.655 orang anak

balita.

Berdasarkan data di atas dapat

diketahui bahwa jumlah balita yang

mengalami diare bulan Januari – Desember

2009 mencapai 1.309 penderita. Dari 11

kelurahan di wilayah kerja Puskesmas

Perumnas Kota Lubklinggau penderita diare

pada balita terbanyak terdapat di kelurahan

Lubuk Aman yaitu berjumlah 228 orang

penderita.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik

mengadakan penelitian tentang “Hubungan

PHBS dengan Kejadian Diare Pada Balita Di

kelurahan Lubuk Aman Wilayah Kerja

Puskesmas Perumnas Tahun 2013”.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan metode

(9)

dikumpulkan dalam waktu bersamaan

(Notoatmodjo, 2005).

Populasi penelitian ini adalah semua

balita dikelurahan Lubuk Aman yang

berjumlah 229 balita.

Pada penelitian ini menggunakan rumus

Arikunto, 2002 yaitu apabila populasinya lebih

dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau

20-25%. Untuk sampel kelompok kontrol, maka

dalam hal ini penelitian menggunakan

dalam penelitian ini ada 34 orang dialokasikan

pada RT dengan menggunakan rumus Sugiono

(1997).

Nh

=

NH

N x n

Keterangan :

Nh = Sampel terpilih

N = Total sampel yang terpilih

n = Total sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan cara acak sederhana

(simple random sampling), bahwa setiap anggota unit dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai

sampel secara acak sederhana ini

menggunakan tehnik (systemic random sampling).

3. Karakteristik sampel

a. Ibu yang memiliki balita di

(10)

Puskesmas Perumnas Kota

Lubuklinggau tahun 2013.

b. Bisa membaca dan menulis

c. Bersedia menjadi responden.

Pengumpulan Data 1. Sumber Data

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh melalui

wawancara dan pengisian lembar kuisoner

yang telah dipersiapkan.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kota Lubuklinggau, Puskesmas

Perumnas Kota Lubuklinggau, Kantor

Kelurahan Lubuk Aman.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dengan cara

wawancara kepada responden. Peneliti

melakukan sendiri wawancara secara

sistematis dengan lembar kuisoner yang berisi

tentang biodata responden, kejadian diare, dan

perilaku PHBS pada ibu yang mempunyai

balita dengan kejadian diare.

3. Alat /Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument yang

digunakan adalah kuisoner.

Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah:

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan tiap variabel

dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Yaitu variabel PHBS dengan kejadian diare

pada balita berdasarkan distribusi frekuensi.

Metode pengolahan data menggunakan rumus

Arikunto, 2002.

P

=

N x

F

100%

Keterangan :

P : Jumlah persentase yang dicari

F : Jawaban tertentu dari tiap responden

N : Jumlah responden / Sampel

Setelah data ditabulasi selanjutnya

dikategorikan sebagai berikut :

(11)

Skor 0 untuk jawaban yang salah / tidak

2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variable

dependen dan variable independent

menggunakan Uji Chi Square dengan derajat kemaknaan 0,05.Bila nilai

ρ

value ¿

α (0,05) berarti hasil perhitungan statistik

bermakna (signifikasi), dan apabila nilai

ρ

value

¿

α

(0.05) berarti hasil perhitungan

statistik tidak bermakna (tidak signifikasi).

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dilakukan di

kelurahan Lubuk Aman wilayah kerja

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau pada

tahun 2013 yang terdiri dari 6 Rt dengan

menggunakan “Random sampling” (acak)

didapatkan 34 responden dari 229 populasi

yang ada dikelurahan Lubuk Aman wilayah

kerja Puskesmas Perumnas kota Lubuklinggau

pada Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan

pada ibu-ibu yang mempunyai anak balita dan

yang bertempat tinggal di Kelurahan Lubuk

Aman Kota Lubuklinggau yang dilaksanakan

pada bulan Mei 2013, pengumpulan data

dilaksanakan dengan cara setiap responden

mendapat satu paket kuesioner yang berisi 13

pertanyaan dan pilihan jawaban sebanyak 2

buah.

Analisa Univariabel

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui

distribusi frekuensi dan persentase dari

variabel independent PHBS dan variable

dependent Diare.

a. Distribusi frekuensi jumlah balita yang

terkena diare dalam 3 bulan terakhir.

TABEL 1

DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH BALITA YANG TERKENA DIARE

(12)

Dari tabel 1 didapatkan bahwa

sebagian besar responden dilihat dari jumlah

balita yang terkena diare dalam 3 bulan

terakhir sebanyak 16 orang (47,1 %),

sedangkan jumlah balita yang tidak terkena

diare 18 orang (52,9 %).

b. Distribusi frekuensi PHBS dengan

kejadian diare.

sebanyak 31 orang (91,2%), sedangkan PHBS

yang kurang sebanyak 3 orang (8,8%).

Analisa Bivariabel

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan dengan variabel independen dan

variable dependen, dengan menggunakan Uji

Statistik Continuity Correction.

a. Hubungan PHBS Dengan Kejadian

Diare

TABEL 3

HUBUNGAN PHBS DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN

LUBUK AMAN WILAYAH KERJA

sebanyak 14 orang (41,2 %) yang mempunyai

PHBS baik, sedangkan PHBS yang kurang

sebanyak 2 orang (5,9%) dengan kejadian

diare pada balita. Hasil uji statistik chi square Continuity Correction diperoleh nilai probability sama dengan 0,591 (ρ > 0,05)

(13)

Kelurahan Lubuk Aman Wilayah Kerja

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau

Tahun 2013.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Hubungan

PHBS terhadap Kejadian Diare pada Balita di

Kelurahan Lubuk Aman Wilayah Kerja

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau

Tahun 2013.

Maka dapat diambil kesimpulan:

1. Dapat dilihat PHBS yang baik

sebanyak 31 orang ( 91,2% ) dan

PHBS yang kurang sebanyak 3 orang

( 8,8% ).

2. Dapat dilihat jumlah balita yang

terkena diare sebanyak 16 balita ( 47,1

%) dan jumlah balita yang tidak

terkena diare 18 balita (52,9 % ).

3. Dari hasil uji statistik chi square

menunjukkan bahwa tidak adanya

hubungan antara PHBS dengan

kejadian diare pada balita dengan nilai

ρ=0,591 > 0,05.

B. Saran

1. Bagi Institusi/Pendidikan

Diharapkan untuk pendidikan Karya

Tulis Ilmiah ini dijadikan sebagai salah satu

referensi untuk perpustakaan dan sebagai

bahan bacaan untuk menambah pengetahuan

dan wawasan bagi mahasiswa dan sebagai

latihan dalam melaksanakan penelitian yang

akan datang.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Untuk meningkatkan peran serta

masyarakat di Kelurahan Lubuk Aman

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota

Lubuklinggau dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit diare, serta menjadi

pendorong bagi petugas kesehatan khususnya

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau.

(14)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat

atau berhubungan dengan PHBS dan dengan

dilakukan observasi terhadap lingkungan

sekitar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Asnil, et al. 2003. Faktor Pencegahan Imunologik ASI

Arikunto Suharsimi. Prof, dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Edisi V Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Bambang, 2007.

Data Puskesmas, 2012. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare.

________. 2001. Berita Epidemiologi Diare,

Dirjen P2M dan PL

Dinkes Sumsel. 2006. 13 Keadaan yang Baru Dikenali dan Diatasi dalam Keadaan Sumsel Sehat 2009.

Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau. 10

Penyakit Terbesar di Wilayah Dinas Kesehatan Lubuklinggau.

Gulthom, Dkk. 2000. Pedoman Pengembangan Program PHBS dan Tatanan Sarana Kesehatan.

Hamdan dan Wahyudini. 2008.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0 8/10/25/kesra05.html + data penyakit diare di Sumsel tahun 2008.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.

Penerbit Media Aesculapius FKUL. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, Prof, Dr. 2005.

Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

(15)

Keperawatan. Salembada Medika Jakarta.

Pickering et al. 2004 Kejadian Diare Pada Anak

Pusat Promosi Kesehatan Copyright © 2007 -webmaster@promosikesehatan.com

Rahmah, Siti. 2006. Dikutip dari

http://puspasca.ugm.ac.id/files

Sualman, Kamisah. 2009 Bag. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran

Soetjiningsih, 2003. Tumbuh Kembang Anak, EGC. Jakarta.

Sugiyono, 1997. Metode Penelitian Statistik. Jakarta

Suriadi dan Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta.

Syahrul, Muhammad. 2006.

http://www.detiksport.com/kemarau

Gambar

TABEL 3HUBUNGAN PHBS DENGAN KEJADIAN

Referensi

Dokumen terkait

(4) Untuk Kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh suatu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan

Tahapan evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang dimana mahasiswa menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan evaluasi pada An. A sesuai dengan

Kesedaran dan kepekaan kita sebenarnya menjadi faktor utama yang menyumbang kepada pembangunan dan perkembangan di kalangan kanak-kanak terutamanya perkembangan mental dan

hubungan yang dimiliki dengan orang tua bergantung pada reaksi yang mereka. dapatkan

empiris adalah senyatanya, usaha nyata, khususnya yang berkaitan dengan masalah tindakan nyata yang dilakukan Badan Pengawas. Obat dan Makanan dalam melakukan

Sebelum digunakan sebagai alat penulisan, kuesioner diuji coba pada subyek penulisan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan

Kesadaran terhadap inti agama ini menjadi basis utama bagi tindakan-tindakan keagamaan yang merespon realitas faktual dengan instrument yang telah menjadi bagian inheren dalam