PENDEKATAN KONSELING ISLAMI PADA MAHASISWA YANG
MENGALAMI GANGGUAN MOOD DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK PEMBERIAN KISAH TELADAN NABI DAN RASUL
Dyan Afifah Ratri1 Devia Putri Shalehah2
1 2 Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Jl Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 Email :
1[email protected] 2[email protected]
ABSTRAK
Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri yang muncul dari adanya gangguan depresi. Depresi adalah suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimis, dan kesepian. Setiap individu memiliki mood dalam dirinya, yang membedakan adalah bagaimana individu tersebut mengelola mood tersebut. Namun banyak individu yang mengalami gangguan mood. Salah satu cara mengatasi gangguan mood adalah dengan menggunakan teknik konseling Islami. Konseling Islami adalah sebuah nasehat atau bantuan yang diberikan untuk membantu individu dalam mengarahkan masalah yang dialami dengan berdasar pada syariat islam. Salah satunya dengan menggunakan teknik pemberian kisah teladan nabi dan rasul yang dapat dicontoh oleh seseorang yang mengalami gangguan mood. Melalui bimbingan, arahan, tuntunan dan nasihatnya, manusia memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia dan akhirat.
Kata Kunci: Gangguan Mood, Konseling Islami, Kisah Teladan.
ABSTRACT
Keywords: Mood Disorder, Islamic Counseling, Exemplary Story.
Pendahuluan
Akhir-akhir ini banyak dijumpai orang-orang yang mengalami gangguan psikologis dengan berbagai macam faktor. Seseorang yang memiliki gangguan perasaan/ gangguan mood (mood disorder) yang buruk dan berlangsung lama akan mengganggu kehidupan seseorang baik dengan dirinya ataupun dengan lingkungannya.
Mahasiswa yang masih termasuk kategori remaja sangat mudah berubah pola pikir, pendirian, dan mood, karena rata-rata remaja masih labil dalam beberapa hal sehingga sangat mudah mengalami depresi. Menurut Kashani, Hoeper, Beck, dan Corcoran (seperti dikutip Durand & Barlow, 2006), depresi tidak terlalu sering terjadi pada anak-anak dibanding pada orang dewasa, tetapi meningkat tajam pada masa remaja. Wong & Whitaker (seperti dikutip Nevid, Rathus, & Greene, 2005), sebuah survei dengan sampel mahasiswa menunjukkan bahwa sekitar 30% mahasiswa melaporkan mengalami paling tidak depresi ringan (Ginanjar, 2009).
Dalam surat Al-Baqarah ayat 10 dijelaskan bahwa seseorang yang memiliki keraguan serta kemunafikan yang menyebabkan sakit atau lemahnya hati ditambah lagi oleh Allah penyakit tersebut karena mendustakan Allah.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki mood yang berbeda-beda dan dapat berubah setiap saat, hanya saja bagaimana caranya setiap manusia tersebut dapat mengelola agar mood yang dihasilkan dapat berubah menjadi good mood.
Tinjauan Teori
1. Pengertian Konseling
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”.
Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien (conselee) (Latipun, 2008).
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan sistem self klien sebagai tujuan konseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya (Latipun, 2008).
Pietrofesa, mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seorang yang profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self-understanding), membuat keputusan serta pemecahan masalah (Latipun, 2008).
2. Pengertian Konseling Islami
Menurut Rajab (2015), konseling Islam merupakan bantuan terarah daripada seorang konselor terhadap klien yang menghadapi masalah, sehingga klien tersebut boleh menjalani hidup dengan lebih baik dan bahagia sesuai dengan panduan dan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah. Oleh itu, Konseling Islam dapat diformulasikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kesedaran individu bagi meraih kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat.
3. Ciri Khas Konseling Islam
Adz Dzaky (2002) menyebutkan ciri khas konseling Islam yang sangat mendasar adalah, sebagai berikut :
a. Berparadigma kepada wahyu dan ketauladanan para Nabi, Rasul, dan ahli warisnya.
b. Hukum konselor memberikan konseling kepada konseli klien dan konseli/klien yang meminta bimbingan kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan bahkan merupakan ibadah.
c. Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal; bagi dirinya sendiri maupun konseli/klien dan Allah menghukumi mereka sebagai orang yang mendustakan agama (kafir), melanggar agama dengan sengaja dan terang-terangan (zhalim), menganggap enteng dan mengabaikan agama (fasiq).
d. Sistem konseling Islam dimulai dengan pengarahan kepada kesadaran nurani dengan membacakan ayat-ayat Allah, setelah itu baru melakukanproses terapi dengan membersihkan dan mensucikan sebab-sebab terjadinya penyimpangan, kemudian setelah tampak cahaya kesucian dalam dada (qalb), akal fikiran dan kejiwaan, baru proses pembimbingan dilakukan dengan mengajarkan pesan-pesan Al-Qur’an dalam mengantarkan individu kepada perbaikan-perbaikan diri secara esensial dan diiringi dengan Al-Hikmah, yaitu rahasia-rahasia dibalik segala peristiwa yang terjadi di dalam hidup dan kehidupan.
Konselor sejati dan utama adalah mereka yang dalam proses konseling selalu dibawah bimbingan atau pintu pimpinan Allah dan Al-Qur’an.
4. Teori-Teori Konseling dalam Islam
Teori bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir,cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu (Al –Qur’an) dan paradigma kenabian (Sunnah Hadits)(Sholehati & Restiafandi, 2015).
Firman Allah SWT:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
Menurut Maryatul Kibtyah (dalam Sholehati, 2017), konseling Islami terdapat 3 pokok pendekatan, yaitu bil hikmah, al mau’izhoh al hasanah, dan mujaadalah bil ahsan. Muthahari, menyebutkan dua metode yang pertama sebagai upaya komunikasi melalui peyakinan rasional (bil hikmah) dan pemaparan moral (al mauidhoh) baru kemudian dilakukan upaya perdebatan teologis (mujaadalah).
5. Kisah Teladan Nabi dan Rasul
Ibad (2016), mengatakan bahwa Rasulullah memiliki akhlak yang mulia (al-akhlāq al-karīmah). Akhlak mulia dimaksud meliputi : (1) keteladanan, (2) kasih sayang, (3) tawaduk, (4) sabar dan pemaaf, (5) lemah lembut, (6) ingin perbaikan, (7) cermat, dan (8) memahami kondisi konseli.
Melalui bimbingan, arahan, tuntunan dan nasihatnya, manusia memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia dan akhirat kepribadiannya mantap dapat menjadi contoh teladan yang baik bagi pemecahan masalah para sahabat ketika itu. Hal ini relevan dengan firman Allah SWT:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Qs. al-Ahzab/33: 21).
6. Gangguan Mood
Mood didefinisikan sebagai “alam perasaan” atau “suasana perasaan” yang bersifat internal. Ekspresi eksternal dari mood disebut afek, atau
“eksternal display”. Sejak lama dalam literatur psikiatri mood yang terganggu disebut gangguan afektif. Tapi kurang lebih dalam 5 tahun terakhir, gangguan afektif ini diubah namanya dengan gangguan mood. Yang paling utama dalam gangguan mood ini adalah mood yang menurun atau tertekan yang disebut depresi, dan mood yang meningkat atau ekspansif yang disebut mania (manik). Baik mood yang menurun atau terdepresi dan mood yang meningkat bersifat graduil , suatu kontinuum dari keadaan normal ke bentuk yang jelas-jelas patologik. Pada beberapa individu gejala-gejalanya bisa disertai dengan ciri psikotik. Gejala-gejala ringan dapat berupa peningkatan dari kesedihan atau elasi normal sedang gejala-gejala berat dikaitkan dengan sindrom gangguan mood yang terlihat berbeda secara kualitatif dari proses normal dan membutuhkan terapi spesifik (Wicaksana, 2009).
Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri yang muncul dari adanya gangguan depresi. Depresi adalah suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimis, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan. Dalam ketentuan DSM IV gangguan mood adalah depresi mayor, gangguan distemik, dan gangguan bipolar (APA, 1994).
menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini:
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur, sering terbangun).
2) Kekakuan motorik
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis. 4) Kehilangan energi. Tampilannya lemas, tidak bersemangat, tidak
tertarik melakukan apapun, bahu menunduk, kepala lemas, seolah tidak kuat berjalan.
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan. 7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali, atau tentang bunuh diri.
Gangguan bipolar disebut bipolar karena ada episode manik dan depresif, keduanya merupakan dua kutub yang berbeda. Episode ialah jangka waktu antara kemunculan gejala. Manik/mania merupakan kondisi iritabilitas yang tinggi. Individu dengan kondisi manik menunjukkan gejala mudah terstimulasi, sangat bersemangat, sangat ‘bahagia’, kepercayaan diri berlebihan, impulsif (tidak memikirkan konsekuensi tindakannya), berbicara tidak terkendali, cepat, dan berpindah-pindah ide, serta dapat tidak tidur selama dua hari berturut-turut.
Pembahasan
Mahasiswa yang mengalami gangguan mood, dinamika psikologisnya tentu akan berbeda dengan mahasiswa yang dapat menetralisir mood yang sedang dihadapinya. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang memiliki gangguan mood kurang bisa menetralisir maupun menangani sendiri faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya gangguan mood tersebut. Selain itu, perubahan mood yang drastis akan memunculkan dampak yang besar terutama terhadap mahasiswa itu sendiri, karena bisa saja dikucilkan oleh teman-teman bahkan pandangan negatif dari orang-orang disekitar. Apabila hal tersebut terjadi berkelanjutan dan tidak sesegera mungkin untuk ditangani, mahasiswa yang memiliki gangguan mood akan bertambah lebih parah daripada sebelumnya bahkan bisa memicu munculnya depresi.
Konseling Islami dapat diterapkan untuk mengintervensi permasalahan mahasiswa yang memiliki gangguan mood. Dalam pendekatan konseling islami, intervensi menggunakan teknik pemberian kisah teladan Nabi dan Rasul. Ibad (2016) mengatakan bahwa Rasulullah memiliki akhlak yang mulia (al-akhlāq al
-karīmah). Akhlak mulia dimaksud meliputi : (1) keteladanan, (2) kasih sayang, (3)
diibaratkan sebagai Al Qur’an Hidup. Panduan Muslim memang Al Qur’an yang
merupakan firman Allah, namun contoh penerapan Al Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari dapat kita lihat dari kepribadian Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman:
Artinya:”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab:21)
Sebagai pribadi muslim banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad saw senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebersihan dan keindahan tubuhnya secara islami. Dalam hubungannya dengan sesama manusia Nabi Muhammad SAW senantiasa membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari kahlak tercela serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak.
Teori konseling Islami yang dapat digunakan dalam permasalahan ini yaitu menggunakan Teori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah (Adz-Dzaky, 2002), yaitu teori konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran atau I’tibar-I’tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya-Allah. Yang perlu dilakukan konselor dengan menggunakan teknik ini adalah :
1. Mendengarkan terlebih dahulu permasalahan-permasalahan yang dihadapi konseli
2. Membacakan ayat Al-Qur’an beserta artinya tentang ayat poligami yaitu QS An-Nisa ayat 3 kepada konseli, untuk membuka pemahaman dan mengawali sesi konseling kepada konseli
3. Menceritakan kisah-kisah perjalanan kehidupan Nabi dan Rasul, dalam hal ini kehidupan yang berkaitan dengan poligami, karena Nabi Muhammad juga mempunyai istri lebih dari satu dan dapat dikatakan poligami bukan merupakan sesuatu yang salah apabila diterapkan dengan baik dan memenuhi syarat-syaratnya.
4. Memberikan kesempatan dan waktu kepada konseli untuk dapat merenungkan apakah suaminya sudah berlaku adil terhadap istri-istrinya dan apakah suaminya sudah menjalankan kehidupan rumah tangga poligami sesuai dengan syariat dari Al-Qur’an maupun ajaran dari Nabi Muhammad.
tersebut, ada baiknya mahasiswa secara tulus ikhlas lahir dan bathin memiliki kemauan yang besar untuk diatasi permasalahannya, agar kisah teladan yang dipelajari dapat terserap dengan baik dan hasilnya juga memuaskan.
Kesimpulan
Gangguan mood pada mahasiswa apabila terus terjadi dan tidak sesegera mungkin ditangani dengan baik, maka dapat berakibat lebih buruk lagi. Pada dasarnya setiap manusia memang memiliki mood yang berbeda, hanya saja yang membedakan adalah ada yang dapat menetrasilir perubahan mood tersebut ataupun membiarkannya untuk berkelanjutan. Bagi mahasiswa dengan gangguan mood juga ada yang bisa menangani dengan tanggap hal tersebut, namun ada juga yang membiarkan dan tidak cepat dalam menangani, hal demikian dapat menimbulkan dampak psikologis tersendiri bagi mahasiswa tersebut. Untuk meminimalisir dampak psikologis yang tidak diinginkan, mahasiswa dengan gangguan mood dapat melakukan pendekatan konseling Islami dengan konselor yang meggunakan konseling secara Islami juga. Dalam konseling Islami dapat menggunakan pendekatan pemberian kisah teladan Nabi dan Rasul yang juga terdapat pada salah satu teori konseling Islami yang dapat diterapkan sesuai dengan permasalahan gangguan mood pada mahasiswa adalah teori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah, yaitu teori konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran atau I’tibar-I’tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya-Allah.
Daftar Pustaka
Adz-Dzaky, H.B. (2002). Psikoterapi dan Konseling Islami, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
APA. (1994). DSM IV Diagnostic and Statistical. Manual, 4th Edition. American Psychiatric Association: Washington, D.C.
Ibad, A.M. (2016). Konseor Muslim. Yogyakarta: UAD.
Kusnadi, Edy. (2014). Konseling dan Psikoterapi Dalam Islam. Tajdid, XIII, (2), 441-446.
Latipun. (2008). Psikologi Konseling Edisi Ketiga. Malang : UMM Press.
Rajab, Khairunnas. (2015). Nilai-Nilai Holistik dalam Kaunseling Islam. Afkar, 17, 25-50.
Sholehati, Filda, & W. Restiafandi. (2017). Teori-teori Konseling Dalam Islam. Riau: UIN Suska Riau.