• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendahuluan 1.1 Latar Belakang (5)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang

Sebagai makhluk social,manusia tidak mungkin hidup mandiri, selalu bergantung dengan

yang lainnya. Saling ketergantungan diantara manusia merupakan keharusan untuk kelangsungan

hidupnya.Hubungan timbal balik ini berlangsung dalam konteks “komunikasi”. Di satu saat,

seseorang induvidu berperan sebagai “sumber” informasi(source) dan pada saat yang bersamaan

induvidu tersebut berperan sebagai “penerima informasi”(receiver). Demikian seterusnya, situasi

ini berlangsung terus menerus sepanjang hidup induvidu. Situasi inilah yang disebut “proses

komunikasi”. Engan demikan, komunikasi merupakan kondisi yang mutlak(necessary) dalam

kehidupan manusia sebagai makhluk social.

Berdasarkan pengalaman lapangan, upaya omuikasi kesehatan dapat memberikan

konstribusi yang cukup bermakna bagi peningkatan status kesehatan masyarakat apabila

dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan instansi terkait. Komunikasi kesehatan pada

kenyataannya sangat efektif karena diselengggarakan berdasarkan orientasi pada consumer

kesehatan sebagai focus(customer oriented).adapun langkah-langkah penting yang dilakukan

yang menyebabkan pendekatan ini sangat efektif adalah dilakukannya berbagai langkah penting

sebelum program komunikasi kesehatan diselenggarakan, misalnya dengan melakuka “riset

awal” atau yang dikenal dengan formative research serta uji coba produk dan prilaku dilapangan.

(2)

Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku kesehatan

pada sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya pningkatan status

kesehatan sebagai dampak(impact) dari program komunikasi. Di Indonesia, pengalaman sukses

deprogram komunikasi kesehatan dapat dilihat pada Pogran Penyuluhan Gizi, Keluarga

Berencana, Kelangsungan Hidup Anak, Konsumsi Garam Yodium. Sedangkan pengalaman

sukses dinegara berkembang lain seperti Mesir (upaya pemasaran social oralit), Gambia (pola

(3)

BAB II

Pembahasan

2.1 Ruang Lingkup Kominukasi Kesehatan

Dalam rangka memahami komunikasi kesehatan, perlu sedikit dibahas tentang kata

“Komunikasi”, secara umum diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dengan beberapa

karakteristik. Proses komunikasi biasanya melibatkan dua pihak baik induvidu antar induvidu,

induvidu dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompokyang berinteraksi dengan

aturan-aturan yang disepakati bersama. Focus utama dalam onteks suatu proses dan bagaimana

proses komunikasi berfungsi antar-induvidual atau kelompok dalam rangka ”perubahan prilaku”

kesehatan.

1. Definisi Komunikasi

Kata “Komunikasi” mengandung banyak arti, dari pengertian yang umum sampaimpada

pengertian yang spesifik, seperti halnya “komunikasi ksehatan”.

Menurut George A Miller(1951), “Komunikasi berarti bahwa suatu proses informasi

yang disampaikan dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain.” Definisi ini menekakan pada

ide, bahwa suatu informasi dapat disampaikan dari satu poin ke poin yang lain.

Definisi lain dikemukakan oleh Clevenger (1959) yang menyatakan bahwa “ komunikasi

merupakan suatu terminology yang merujuk pad suatu proses pertukaran informasi yang

(4)

komunikasiberarti berbagi elemen-elemen prikalu dengan kesepakatan yang ditetapkan

bersama”. Definisi ini juga mencakup pengertian “transfer informasi” dari dua pihak,

Komunikasi bersifat “serba ada” dan “ganda” (B.Augrey Fisher, 1986).Didalam konteks

“system social”, komunikasi merupakan aspek penting sebagai media bagi anggota system social

untuk berinteraksi. Proses sosialisasi bagi anggota system social juga berlangsung dalam konteks

komunikasi. Komunikasi antar anggota system social inilah yang membedakan interaksi manusia

dengan kelompok makhluk lain.

Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari Komunikasi Antar Manusia yang berfokus

bagaimana seorang induvidu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang

berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya(Northouse dan

Northhouse 1985). Focus dalam Komunikasi Kesehatan adalah “Transaksi” spesifik pada isu-isu

yang berhubungan dengan kesehatan dan factor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut.

Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan dan antar ahli kesehatan dengan klien

merupakan perhatian utama dalam komunikasi Kesehatan. Komunikasi tersebut baik “verbal”

maupun “non verbal”, “lisan” atau “tulisan, “personal” ataupun “interpersonal”. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa Komunikasi Kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan

teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar-induvidu,kelompok terhadap isu-isu

(5)

A. MODEL KOMUNIKASI KESEHATAN

Model ini berfokus pada transaksi antara profesional kesehatan-klien yang sesuai dengan permasalahan kesehatan klien

Mencakup tiga faktor mayor, yaitu:

1. Relantionship

a. Professional kesehatan – professional kesehatan b. Professional kesehatan – klien

c. Professional kesehatan – orang lain yang berpengaruh d. Klien – orang lain yang berpengaruh

2. Transaksi

Kesepakatan, respon yang terjadi antara pengirim pesan dengan penerima pesan yang terjadi secara simultan dalam proses komunikasi.

3. Konteks

Dapat berdasarkan pada tempat atau ruang dilaksanakan komunikasi, jenis pelayanan kesehatan yang diberikan dan jumlah personil atau tenaga kesehatan yang ada selama memberikan pelayanan.

MODEL SCHRAUMN

(1) Dalam model ini source (sumber) dapat berupa seorang individu, organisasi atau dalam bentuk lembaga, sinyalnya adalah bahasa dan destination – nya adalah pihak lain yang menjadi sasaran signal itu ditujukan. Dalam aplikasinya source

dan encoder adalah pembawa pesan (komunikator) sedangkan decoder dan

(6)

(2) Penyempurnaan dari model pertama, dengan menggabungkan source dengan

encoder dalam satu aspek dan unsur decoder dengan destination. Model ini dilengkapi dengan unsur field of experience (bidang pengalaman) yang akan mempengaruhi terjadinya proses komunikasi

(3) Menggambarkan dua pelaku komunikasi yang melakukan encoder, interpreter, decoder. Dalam proses komunikasi ini setiap pelaku bertindak sebagai encoder

dan decoder.

Membentuk komunikasi yang aktif, ada umpan balik antara pembawa pesan dan penerima pesan.

B. Komunikasi Antara Dokter dan Pasien

Komunikasi kesehatan melibatkan dokter, pasien, dan keluarga adalah komunikasi yang

tidak dapat dihindari dalam kegiatan kesehatan atau klinikal. Pasien datang merobat

menyampaikan keluhannya, didengar, dan ditanggapi oleh dokter sebagai respon dari keluhan

tersebut. Seorang pasien yang datang berobat memiliki harapan akan kesembuhan penyakitnya,

sedangkan seorang dokter mempunyai kewajiban memberikan pengobatan sebaik mungkin.

yang dulu menganut pola Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien paternalistik

dengan dokter pada posisi yang lebih dominan sudah saatnya diubah menjadi setara antara dokter

dan pasien. Efektifitas komuniksi yang baik antara keduabelah pihak akan berdampak pada

kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan pada pasien, dan penurunan resiko

malpraktik, serta perselisihan atau 5sengketa yang terjadi antara dokter dan pasien. Sengketa

medis ini terjadi karena adanya perbedaan persepsi antara dokter dan pasien mengenai penyakit,

adanya ekspektasi yang berlebihan dari pasien terhadap dokter, adanya perbedaan “bahasa”,

(7)

yang empatik. Komunikasi dalam lingkup kesehatan begitu penting. Hasil konferensi tentang

komunikasi kesehatan yang berlangsung di Toronto menghasilkan ‘Toronto Consensus”,

menghasilkan 8 (delapan) point pernyataan hubungan antara praktek komunikasi dan kesehatan

sebagai berikut :

1. Communication problems in medical practice are important and common.

2. Patient anxiety and dissatisfaction are related to uncertainty and lack of

information, explanation and feedback.

3. Doctors often misperceive the amount and type of information that patients

want to receive.

4. Improved quality of clinical communication is related to positive health

outcomes.

5. Explaining and understanding patient concerns, even when they cannot be

resolved, results in a fall in anxiety.

6. Greater participation by the patient in the encounter improves satisfaction,

compliance and treatment outcomes.

7. The level of psychological distress in patients with serious illness is less when

they perceive themselves to have received adequate information.

8. Beneficial clinical communication is routinely possible in clinical practice

and can be achieved during normal clinical encounters, without unduly

prolonging them, provided that the clinician has learned the relevant

(8)

Komunikasi kesehatan yang berlangsung positif memberikan dampak penting

bagi pasien, dokter, dan orang lain. Seorang dokter lebih cenderung untuk membuat

diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif guna mendeteksi tekanan emosional

pada pasien, pasien memiliki rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan

setuju dengan mengikuti saran yang diberikan (Lloyd dan Bor, 1996). Selain itu,

6pasien yang ditangani oleh dokter dengan keterampilan komunikasi yang baik telah

terbukti meningkatkan Indeks Kesehatan dan Tingkat Pemulihan (Davis dan

Fallowfield, 1994; Greenfield, dkk.1985; Ong, dkk, 1995).

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

Konsep dari komunikasi sendiri wajib diketahui dan dipaparkan agar seseorang mengetahui

gambaran luas dari kegiatan komunikasi tersebut.

Konsep-konsep komunikasi tersebut adalah :

1. Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Untuk bertukar arti, manusia menggunakan berbagai alat: kata dan bahasa, gambar,

musik, huruf Cina, huruf alfabet, bahasa tubuh, dll. Alat – alat atau sinyal ini simbolik, yang

berarti bahwa mereka mengacu pada sesuatu yang lain. Sinyal – sinyal simbolik ini merupakan

apa yang sebelumnya kita sebut informasi, misalnya ekspresi pengetahuan, pemikiran dan

perasaan yang nyata. Sifat simbolik dari komunikasi membiarkan sejumlah besar kebebasan

interpretatif.Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu

yang lainnya (representasi dari fenomena). Kata adalah simbol, karena ia mewakili sebuah benda

atau sebuah pengertian. Simbol biasanya telah disepakati bersama dalam sebuah kelompok,

(9)

Interaksi atau komunikasi secara simbolik didasarkan pada ide – ide mengenai diri dan

hubungannya dengan masyarakat. Menurut William Albig, komumikasi adalah proses

pengoperan lambang – lambang yang memiliki arti diantara individu – individu. Sedangkan

menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes (1993) yang telah mempelajari Teori Interaksi

Simbolik, terdapat tiga tema dari asumsi yang mendasari interaksi ini, yaitu : a. Pentingnya

Makna bagi Perilaku Manusia. b. Pentingnya Konsep Mengenai Diri. c. Hubungan Antara

Individu dengan Masyarakat

2. Komunikasi Sebagai Proses Sosialisasi

Sepenuhnya diyakini bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial. Ketika

menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksud yang disampaikan adalah komunikasi

selalu melibatkan manusia secara interaksi.Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang,

pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi.

Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang

berkomunikasi dengan berbagai niat, motivasi dan kemampuan. Kemudian, ketika

membicarakan komunikasi sebagai proses, hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan

dan tidak memiliki akhir.

Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam

melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan

dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya

melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya.

(10)

keduanya saling mempengaruhi dan saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia

dengan masyarakat

3. Komunikasi Sebagai Proses Satu atau Dua Arah

Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita kirimkan benar – benar

telah diterima secara tepat sebagaimana kita maksudkan adalah dengan mendapatkan umpan

balik tentang akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh pesan tersebut dalam diri penerima.

Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang pengirim mengetahui bagaimana pesan

yang dikirimkannya telah didekodifikasikan dan ditangkap oleh si penerima. Tanggapan si

penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat menyebabkan pengirim

memodifikasikan atau mengubah bentuk pesannya, supaya komunikasi menjadi lebih

Komunikasi Kesehatan 2014 6 tepat.Apabila pengirim tidak dapat memeproleh informasi tentang

bagaimana pesannya telat didekodefikasikan oleh penerima, kesenjangan atau salah paham

dalam komunikasi mungkin sekali terjadi tanpa diketahui oleh kedua belah pihak.Agar

komunikasi dapat terjadi, dibutuhkan pengirim “sender” dan penerima “receiver”

informasi.Dikatakan komunikasi satu arah dimana pengirim tidak memiliki kesempatanuntuk

mengetahui bagaimana penerima telah medekodifisikan pesannya. Dengan kata lain, penerima

tidak bereaksi terhadap pernyataan/ pesan pengirim sebelumnya. Sebaliknya, komunikasi

bersifat dua arah apabila pengirim cukup leluasa mendapatkan umpan balik tentang cara

penerima menangkap pesan yang telah dikirimkannya. Dapat dikatakan dari pengirim ke

penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa

komunikasi selalu berlangsung. Komunikasi dua arah yang terbuka semacam ini akan

(11)

mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang

efektif.

4. Komunikasi bersifat Koorentasi Komunikasi bersifat koorientasi,

karena dua belah pihak atau lebih, terlibat dalam komunikasi yang mempunyai tujuan

yang sama. Dua individu mengorientasikan sesuatu objek yang diterima bersama.Objek itu boleh

merupakan barang, isu dan ide yang menarik minat bersama.Model ini merupakan gabungan

antara komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Pertama komunikasi intrapersonal merangka

persamaan antara pendapat kita dengan pendapat orang lain tentang sesuatu objek. Jika ada

persamaan maka terbentuklah tanggapan persetujuan. Ketepatan anggapan kita melakar tindakan

kita yang bersesuaian untuk satu sama lain. Ketepatan disini dapatlah diartikan sebagai

pandangan orang lain yang serupa dengan pandangan kita. Persetujuan dan pesepahaman maka

akan terbentuk dalam komunikasi interpersonal.

5. Komunikasi Bersifat Purposif dan Persuasif

Komunikasi bersifat purposif karena komunikasi merupakan aktivitas pertukaran

pesan-pesan dengan tujuan yang sudah ditentukan.Bersifat persuasif karena komunikasi bertujuan

untuk mempengaruhi perubahan-perubahan sikap. Komunikasi persuasif adalah komunikasi

yang bertujuan untuk mengubah ataumemengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang

sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

(12)

Dalam komunikasi, pengirim pesan maupun penerima pesan harus menginterpretasikan

pesan sesuai dengan maksud pengirim. Berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman

komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam

proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna

pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.Hal terpenting dari aspek

psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri

individu dan tidak mungkin diamati secara langsung.Artinya dalam komunikasi interpersonal

pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada

persespsi orang yang mengamati. Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam

berkomunikasi secara efektif, baik secara personal maupun professional paling tidak kita harus

menguasai

empat jenis keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu :

A. Menulis

B. Membaca

C. Berbicara

D. Mendengar

7. Komunikasi Merupakan Aktivitas Pertukaran Makna

Komunikasi yang berlangsung antarmanusia tidak dapat dipahami hanya melalui

kata-kata yang diucapkan atau yang ditulis.Komunikasi hanya dapat dipahami jika pesan-pesan

komunikasi dipahami dalam dua makna, yaitu makna denotatif (arti kata berdasarkan kamus) dan

(13)

kata-kata itu. Berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna ; yaitu berkenaan

dengan peran teks dalam kebudayaan.

Diharapkan pertukaran makna ini dapat di pahami oleh penerima. Menurut fiske, agar

komunikasi berlangsung seorang actor social harus membuat pesan dalam bentuk tanda. Pesan

pesan itu mendorong penerima pesan untuk menciptakan makna untuk diri penerima pesan

sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang dibuat aktor social dalam

pesannya.Makin banyak antara aktor social (selaku encoder) dengan penerima pesan (selaku

decoder) menggunakan system tanda yang sama, makamakin dekatlah “Makna” mereka yang

datang pada diri mereka masing – masing. Karena, lanjut Fiske, “saya berkomunikasi dengan

anda, anda memahami apa makasud pesan saya, lebih kurang secara akurat.

8. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks

Komunikasi dilakukan oleh manusia selalu dalam berada dalam sebuah ruang dan waktu,

atau disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu. Konteks yang dimaksud berupa :

a. Lingkungan fisik, misalnya di klinik praktik pribadi, Puskesmas, di tepi jalan raya, di masjid

dan lain-lain

b. Antar budaya manakala komunikasi itu melibatkan komunikator dan komunikan yang

berbeda latar belakang kebudayaannya

c. Psikologis, artinya komunikasi itu memperhatikan beragam faktor psikologis seperti persepsi,

sikap, motivasi, kebutuhan, keinginan dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

(14)

e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat dan karakteristik

kelompok, jumlah anggota dalam kelompok, daya tarik kelompok, dinamika kelompok, dan

lain-lain

f. Organisasi, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan tujuan organisasi, karakteristik

atau sifat organisasi, jumlah orang dalam organisasi, daya tarik organisasi, dinamika organisasi,

dan lain-lain

Massa, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat-sifat massa, atau kategori

massa yang dapat dirinci dalam ciri-ciri kategori seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, tempat tinggal, gaya hidup dan lain-lain.

Program Komunikasi Kesehatan

Program komunikasi kesehatan merupakan upaya promosi yang dimulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang didesain untuk tujuan jangka panjang agar

terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran.Tujuan pokok dari program komunikasi

kesehatan adalh perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan. Strategi komunikasi kesehatan terdiri dari tiga langkah strategis yang merupakan

siklus berkesinambungan, sebagai berikut:

1) Tahap perencanaan

Tahap perencanaan merupakan bagian terpenting dari seluruh kegiatan program komunikasi

kesehatan komunikasi kesehatan, pada tahap ini dilakukan berbagai macam kegiatan serius dan

berbagai aspek dipelajari. Kunci keberhasilan program komunikasi kesehatan terletak pada

(15)

 Analisis masalah kesehatan

 Riset pengembangan

 Pengembangan strategi

 Uji coba bahan

 Rencana operasional

2) Tahap pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan menggunakan bahan komunikasi yang dihasilkan dengan kualitas yang

tinggi, kemudian bahan didistribusikan melalui berbagai jalur media secara terpadu.Tujuannya

untuk memperoleh daya jangkau dan frekuensi maksimum. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih

dahulu dilakukan program pelatihan bagi mereka yang akan berinteraksi dengan konsumen.

Tahap ini terdiri dari tiga kegiatan pokok:

 Produksi

 Pelatihan

 Distribusi

3) Tahap pemantauan dan evaluasi

Upaya pemantauan dan evaluasi merupakan kesatuan kegiatan yang dilakukan secara terpadu

dan tidak dapat dipisahkan serta dilaksanakan secara sistematis. Pemantauan harus dilakukan

pada hal-hal berikut ini:

 Sistem distribusi produksi dan bahan

(16)

 Anggaran

 Tingkat penerimaan, pengetahuan, dan kebiasaa

Strategi pemantauan harus meliputi upaya-upaya sebagai berikut:

 Pemeriksaan bahan secara teratur pada titik sasaran distribusi

 Diskusi Kelompok Terarah (DKT) untuk mengetahui pesan promosi dan melihat

kemungkinan adanya keraguan dari kelompok sasaran

 Pemantauan siaran untuk memastikan bahwa jadwal penyiaran dilakukan sesuai dengan

rencana

 Wawancara sesaat di lokasi tertentu untuk memantau tema pokok dan ‘slogan’ program

serta jangkauannya

 Evaluasi tindak lanjut pelatihan bagi petugas kesehatan

 Pemantauan terhadap pengelolaan untuk mengetahui pengaruh program pada distributor

atau pelaksana

Tahap evaluasi terdiri dari:

 Evaluasi keluaran (output) atau produksi

 Evaluasi akibat (effect)

Referensi

Dokumen terkait

Jika memerhatikan sejarah keberhasilan Muhammad dalam mengelola bisnis maka kuncinya adalah akhlak mulia (seperti tutur kata yang baik dan jujur). Namun apakah modal

Dari analisa hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem berhasil untuk mengenali objek terhadap data uji berjumlah 100 citra menggunakan metode Haar

Komitmen merek sangat terkait dengan loyalitas merek (Kim et al ., 2008), beberapa berpendapat bahwa komitmen adalah syarat cukup diperlukan pada loyalitas merek

Keberadaan Sistem Informasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang menunjang proses bisnis perusahaan tidak terlepas dari dukungan layanan Teknologi Informasi

Melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa dapat menjelaskan konsep metode substitusi pada SPLDV dengan tepat setelah melihat tayangan power point, Siswa

Kemudian peneliti melakukan tahapan penelitian yang ke dua yaitu anak autis tersebut masuk di dalam kelas pada tahap ini anak autis masuk ke dalam kelas untuk

Dari hasil tersebut, diduga konsentrasi 7 mL/100 mL dan 8 mL/100 mL infusa daun sirih secara statistik merupakan konsentrasi optimal dan paling efektif untuk membunuh