• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Perlin dungan Tanaman. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasar Perlin dungan Tanaman. doc"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) TERHADAP TANAMAN CABE (Capsinum Annum L.)

PAPER

OLEH

MUHAMMAD IKHWAN INDARTO/150301159 AGROEKOTEKNOLOGI

3 A

LABORATORIUM DPT - SUB HAMA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PAPER

OLEH

MUHAMMAD IKHWAN INDARTO/150301159 AGROEKOTEKNOLOGI

3 A

Paper sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama ,Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Diketahui Oleh PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-nya berupa kesehatan, kesempatan, serta kemudahan sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun judul Paper ini adalah “PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) TERHADAP TANAMAN CABE

(Capsinum Annum L.)”. Paper ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama Ir. Marheni,M.P dan kepada kakak dan abang asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Paper ini .

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Paper ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Medan, Maret 2016

(4)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Kegunaan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Serangga Siklus Hidup Gejala Serangan

Pengendalian Hama Kutu Kebul (Bemisia Tabaci Genn.) Terhadap Tanaman Cabe (Capsinum Annum L.)

Kultur teknis Mekanis Fisik Biologi Kimia

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

B.tabaci pertama kali ditemukan sebagai hama tanaman tembakau pada tahun 1889, di Yunani (Hirano et al., 2007).

B.Tabaci juga mampu membentuk biotip baru dan menyebarkan virus (Henneberry & Castel, 2001).

Saat ini telah tercatat 24 biotip B.tabaci yang tersebar di dunia (Carabali et al., 2007).

Serangga hama ini memiliki berbagai sebutan, di Inggris disebut tobacco whitefly, sweet potato whitefly, cassava whitefly, di Prancis disebut

Aleurode du cottonnier, Aleurode de la patate douce, di Jerman disebut

weisse fleige, baumwoll-mottenchildlaus, dan di Italia disebut Aleirode delle solanacee (Malumphy, 2007).

Bemisia tabaci menghasilkan ekskresi berupa madu yang merupakan

(6)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Paper ini adalah untuk melihat Pengaruh dan pengendalian hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci L.) pada tanaman Cabe (Capsinum annum L,)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari paper ini adalah untuk dapat memenuhi komponen penilaian Laboratorium DPT - Sub Hama, Program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan. Serta dapat menjadi bahan referensi bagi yang membutuhkan.

(7)

Biologi Serangga

Hama kutu putih (Bemisia tabaci Genn.) termasuk Kingdom Animalia, Filum Anthropoda, class insecta ordo Homoptera, famili Aleyrodidae dan genus Bemisia dan spesies Bemisia tabaci Genn. (Kalshoven, 1981).

The genus Bemisia contains 37 species and is thought to have originated from Asia (Mound & Halsey, 1978).

B. tabaci, being possibly of Indian origin (Fishpool & Burban, 1994), was described under numerous names before its morphological variability was recognized. For full synonymy see Mound & Halsey (1978).

Three distinct groups of B. tabacihave now been identified by comparing their mitochondrial 16S ribosomal subunits. These are: (a) New World, (b) India/Sudan, (c) remaining Old World (Frohlich & Brown, 1994).

First reports of a newly evolved biotype of B. tabaci, the B biotype, appeared in the mid-1980s (Brown et al., 1995).

Commonly referred to as the silverleaf whitefly or poinsettia strain, the B biotype has been shown to be highly polyphagous and almost twice as fecund as previously recorded strains and has been documented as being a separate species, B. argentifolii(Bellows et al., 1994).

The B biotype is able to cause phytotoxic disorders in certain plant species, e.g. silverleaf in squashes (Cucurbita sp.) and this is an irrefutable method of identification (Bedford et al., 1992,).

(8)

peneluran. Bila daun bawah sudah habis terserang, imago memilih daun tengah yang lebih muda untuk mendapatkan kandungan air. Semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Populasi B. tabaci melimpah pada saat fase vegetatif (linier) dan menurun pada fase generatif (logaritmatik) yang diduga karena faktor kualitas dan kuantitas tanaman. Kuantitas tanaman dapat diukur dari semakin bertambahnya biomasa tanaman, sedangkan kualitas tanaman dipengaruhi oleh kandungan berbagai nutrisi yang terdapat dalam tanaman (Heinz et al., 1982).

Siklus Hidup Stadia Telur

Telur yang baru diletakkan berwarna putih mutiara dan berubah kecoklatan menjelang menetas. Telur akan menetas setelah 5 hari diletakkan dengan kisaran suhu 32,5 0C, sedangkan pada suhu 17 0C telur menetas setelah 23 hari. Telur diletakkan di bawah permukaan daun pucuk pada pukul 08.00 - 12.00 (Henneberry and Castle, 2001).

Imago dapat meletakkan telur sebanyak 28 - 300 butir telur, tergantung inang dan suhu (Mau and Kessing, 2007).

Pada tanaman kapas dengan kisaran suhu 9,4 - 42 0C imago menghasilkan

(9)

Stadia Nimfa

Nimfa yang baru menetas berukuran 0,3 mm, nimfa instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2 sampai ke - 4 tidak bertungkai dan berukuran 0,4 - 0,8 mm (Hirano et al., 2007). Nimfa terdiri dari 4 instar, masa instar pertama 3 - 5 hari, instar ke - II 2 - 6 hari, instar ke - III 2 - 4 hari dan stadia

terakhir 2 - 5 hari (Henneberry & Castle, 2001).

Total masa nimfa 2 - 4 minggu (Mau & Kessing, 2004). Selama masa pertumbuhan nimfa hanya berada di daun (Hirano et al., 1993). Setelah menusuk daun, nimfa akan berpindah tempat. Nimfa aktif makan pada instar 1 - 3 (Bohmflak et al., 2007).

Stadia Imago

I Imago berukuran ± 1 mm dengan sayap berwarna putih dan ditutupi tepung seperti lilin (Hirano et al., 2007). Imago yang berumur 1 - 4 hari dapat langsung menghasilkan telur tanpa melakukan perkawinan (Sanderson, 2007).

Serangga ini bersifat parthenogenesis, telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan turunan jantan (Henneberry and Castle, 2001). Imago betina mampu menghasilkan 7 butir telur/ hari (Bohmflak et al., 2007).

Umur imago betina lebih panjang daripada imago jantan. Betina berumur

(10)

Imago aktif antara pukul 06.00 - 10.00. Waktu terbang maksimum pada pukul 06.00 - 10.00. Imago jantan mampu terbang lebih lama dibandingkan betina (Henneberry and Castle, 2001).

Imago akan berpindah setiap 48 jam sekali. Perilaku terbang B. tabaci terbagi dua, yaitu terbang jarak jauh (long flight distance) dan terbang jarak dekat (short flight distance). Terbang jarak dekat imago hanya terbang di bawah kanopi tanaman sedangkan terbang jarak jauh bila terbang dari satu tanaman ke tanaman lain (Carabali et al., 2007).

Gejala Serangan

Batang mengalami nekrosis Kerusakan pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan yang ada pada batang tanaman, berupa gejala nekrosis pada batang akibat rusaknya sel-sel dan jaringan pada batang. (Nooraidawati,2001)

Serangan kutu kebul juga dapat menyebabkan daun mengeriting. Daun tanaman cabai berwarna hijau muda mencolok, pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil. Hal ini disebabkan nutrisi yang ada pada tanaman cabai dihisap oleh kutu kebul untuk kelangsungan hidupnya (Rusli,1999)

(11)

embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal( Malumphy, 2007).

Berdasarkan hasil observasi analitik dapat disimpulkan bahwa

karakterisasi morfologi tanaman cabai yang terserang hama kutu kebul (bemisia tabaci) menunjukkan gejala nekrosis pada batang, mengeriting pada daun dan daun mengalami klorosis. Hal tersebut disebabkan oleh serangan langsung oleh kutu kebul fase nimfa atau imago yang berupa hisapan pada bagian tanaman tersebut. Selain itu penyakit diatas disebabkan oleh virus gemini yang ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci) yang bersifat viruliferous. (Nurtjahyani,2015)

Pengendalian Hama Kutu Kebul (Bemisia Tabaci Genn.) Terhadap Tanaman Cabe (Capsinum Annum L.)

(12)

Penggunaan tanaman yang resisten merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu untuk menekan populasi kutu putih. Namun saat ini belum ditemukan varietas tembakau yang resisten terhadap B. tabaci (Berlinger, 1986).

Fisik

Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan virus, terutama tanaman yang bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun. Sanitasi lingkungan terutama mengendalikan gulma berdaun lebar seperti babadotan dan ciplukan yang berpotensi menjadi inang virus

(Nasution,2010)

Mekanik

Perangkap sintetis dapat menarik dan menangkap serangga hama seperti aphids, kutu putih, thrips, penggorok daun. Namun, penggunaan perangkap sintetis tidak menyebabkan musnahnya populasi B. tabaci, namun dapat

mengurangi populasinya di lapangan. Perangkap sintetis dan warna sangat efektif dalam mengendalikan hama kutu putih dan juga untuk memonitor efek perangkap yang dibuat di lapangan (Pasian and Lindquis, 2007).

(13)

kutu putih yang relatif kecil, migrasinya sangat tergantung pada bantuan angin (Supriadi, dkk, 2008).

Biologi

Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan menggunakan parasit, predator, dan entomopatogen. Kumbang predator Menochilus sp. merupakan predator yang mampu memangsa 200 - 400 Bemisia tabaci per hari. Parasit Encarsia, Eretmocerus californus, Eretmocerus mondus, Eretmocerus eremicus. Namun Encarsia yang lebih umum digunakan untuk mengendalikan B. tabaci di rumah kaca maupun di lapangan. Pengendalain secara hayati sebaiknya dilakukan bila populasi B. tabaci tidak terlalu tinggi (Hirano et al., 2007).

Kimia

Dimetoat (Perfectan 425 EC) merupakan insektisida golongan

organofosfat. Cara kerja( Mode of action)insektisida ini menghambat bekerjanya enzim asetil kolin dan terjadilah kekacauan pada sistem penghantar impuls ke sel sel otot. Keadaan ini menyebabkan pesan pesan berikutnya tidak dapat

diteruskan,otot kejang dan akhirnya terjadi kelumpuhan dan kematian (Untung,2006)

(14)

kematian atau pulih kembali.umur residu dari organofosfat ini tidak berlangsung lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan (Tarumingkeng,2001)

Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida diafenthiuron, acetamiprid dan neonicotionouid yang dilakukan pada sore atau pagi sebelum matahari terbit dan mampu menjangkau permukaan bawah daun (Untung, 2006).

KESIMPULAN

1. Kutu Kebun (Bemisia tabaci Genn.) adalah Hama Polyfag.

(15)

3. Gejala tanaman cabai(Capcisum annum L.) yang terserang Kutu Kebun (Bemisia tabaci Genn.) adalah mengalami nekrosis batang.keriting daun dan klorosis daun.

4. Inang utama dari Kutu Kebun (Bemisia tabaci Genn.) adalah cipluan dan babandotan(Ageratum conyzoides L.)

5. Pengendalian Kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.) dapat dilakukan dengan cara pengendalian kultur teknis, pengendalian fisik, pengendalian mekanis, pengendalian biologi, dan pengendalian kimia.

DAFTAR ISI

(16)

Bohmflak, G. T., R. E. Friesbie, W. L. Sterling, R.B. Metzer, and A.E. Knutson., 2007. Identification , biology and sampling of cotton insect. Available at: http:/insects.tamu.edu Diakses tanggal 16 Maret 2009.

BPTPH., 2000. Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Hortikultura.

Direktorat Perlindungan Tanaman. BPTPH, Jakarta.

Carabali, A., A. C. Belloti, and J. M., Lerma., 2007. Adaptation of Biotipe B of B. tabaci to Cassava. Available at: www.ciat.cgiar.org Diakses tanggal 16 Maret 2009.

Chu., G.J.Charles, J.A.Phatrick, K.Karud and T.J.Hannberry., 2003. Plastic Cup Eqquiped with Light Emiting Diodes for Monitoring adult B. tabaci. Available at: www. Bioone.org. Diakses tanggal: 7 Februari 2009.

Erwin., 2000. Tembakau. Balai Penelitian Tebu dan Tembakau Deli, Medan.

Firmansyah, E., 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak Lingkungan. Available at: http://www.Tanindo.com/Abdi9.html . Diakses tanggal: 7 Februari 2009.

Hartanto, Y., 2008. Perangkap Warna Kuning atau Biru Untuk Serangga. Aavailabel at: http://www.godongijo.com/index2.php?

task=fullart&PID=24 . Diakses tanggal: 7 Februari 2009.

Hennebery, T. J. and T. J. Castle., 2001. Bemisia: Pest Status Economy, Biology And Population Dynamics. In Virus-Insect-Plant Interaction.

(17)

Hirano, K., Budiyanto, E and S. Winarni., 2007. Biological characteristic and forecasting outbreak of whitefly B tabaci a vector of virus disease in soybean field. Available at: www. Agnet.org/library/tb/135. Diakses tanggal 16 Maret 2009.

Heinz, K. M., M. P. Parella and J.P Newman., 1982. Time Effecient Used Of Yellow Sticky Trap In Monitoring Insect Population. J. Economic Entomology, Entomoological Society of America.

Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crops in Indonesia. Revised by Vander Lann, University of Amsterdam. Ichtiar Baru – Vander Hoeve, Jakarta.

Kardinan, A., 2007. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lin, F.C., T.T. Hsieh and C.L. Wang. 2005. Occurrence of White Flies and Their Integrated Managemen in Taiwan. Pp: 245-257. In: Te-Yeh Ku and Ching-ling Wang (Eds.) Proceeding of the International Seminar on Whitefly Management and Control Strategy. Taichung, Taiwan ROC.

(18)

Mound, L.A & Hasley, S.H.1978. White of the world, British museum of natural history and wiley. New York, NY. 340 p.

Malumphy, C., 2007. Bemisia tabaci (Genn.). San Hulton, New York.

Mau, R.F.L and Kessing J.L.M., 2007. Bemisia tabaci. Available at:

www.extento.hawai.edu . Diakses tanggal 19 Maret 2009.

Mukani., 2006. Forum Upaya Mengakhiri Derita Petani Kapas. Available at:

www. Kompas.com. Diakses tanggal: 7 Februari 2009.

Nasution,M.R.2010. Pengaruh Jenis Perangkap Sintetis Untuk Mengendalikan Hama Kutu Putih Bemisia Tabaci Genn. (Homoptera: Aleyrodidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana Tabacum L.) .FP USU.Medan

Nooraidawati, Yusriadi, & S. H. Hidayat. 2001. Kisaran inang geminivirus asal tanaman cabai dari Guntung Payung, Kalimantan Selatan. Prosiding Kongres dan Seminar Nasional Perhimpunan Fitopaologi Indonesia XVI, Bogor :Jawa Barat. p 347-350.

Osborne LS, Landa Z, 1992. Biological control of whiteflies with entomopathogenic fungi. Florida Entomologist 75(4):456-471.

(19)

Rusli, E. S., S. H. Hidayat, R. Suseno, & B. Tjahjono. 1999. Virus Gemini Pada Cabai : Variasi Gejala dan Studi Cara Penularan. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 11 (1) : 26-31.

Sudiono, Yasin N. 2006. Karakteristik kutukebul (Bemisia tabaci) sebagai vektor virus gemini dengan teknik PCR-RAPD. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 6:113–119.

Sebayang, lukas. 2013. Teknik pengendalian penyakit kuning pada tanaman cabai.

Setiawati. 2003. Pengenalan dan pengendalian hama penting pada Tanaman Cabai Merah. Materi TOT Litkaji PTT Cabai Merah. 26 halaman.

Sudiono & Purnomo, D. 2009. Hubungan antara populasi kutu kebul ( bemisia tabaci genn .) dan penyakit kuning. (1).

Tarumingkeng, R.C.,2001.Pestisida dan penggunaannya.FP IPB. Bogor

Oka, I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Pasian, C. and R.K.Linquist., 2007. Sticky Trap. Available at:

www.Floriculture.osu . Diakses tanggal 19 Maret 2009.

Sanderson, J.P., 2007. White fly. Available at:

(20)

Sastrosiswoyo, S., Moekesan, K.T dan Wiwin, S., 1993. Program Nasional Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Supriadi , M.K., Himawati dan Agustina., 2008. Efisiensi Penangkapan ”Sticky Trap” di Pertanaman Tembakau. Available at. http://www.fp .

upnuyk.com/penelitian.php?id= 25. Diakses tanggal 20 Maret 2009.

Untung, K., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

dan diklasifikasi menurut hasil semua pengukuran tersebut.Berdasarkan hasil pengukuran itu dapat dicapai tujuan penelitian ini untuk menentukan derajat kesehatan jasmani anak

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

Dari referensi tersebut penulis melakukan penelitian untuk mengetahui perubahan sifat fisis dan kekuatan tarik bahan komposit tapis kelapa/Polyester bila serat diberi

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren Iqra‟ pada tahun 2007 yang menjadi guru untuk mata pelajaran pondok adalah Azwar Munaf sendiri beserta

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) perkembangan nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tahun 2000-2013; 2) pengaruh harga ekspor, nilai tukar dan produksi

Seperti yang dikatakan Andi Saprapto dalam bukunya berjudul Ada Mitos dalam DKV ( Desain Komunikasi Visual ) disebutkan bahwa desainer harus mampu menganalisa,

AKAR RS UNAKAN orua angerang Sela G-GAS PADA WIMSD-5B. T GAS sebagai dengan m Penyusunan k teras seper an dilakukan si Xe dan Sm reaktor diang k 17 step, de kondisi yang 0%