• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Proposal Program Komunikasi Pemba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Proposal Program Komunikasi Pemba"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Proposal Program Komunikasi

Permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) liar di Surabaya memang selalu menjadi polemik yang senantiasa menjadi permasalahan tahunan. Upaya Pemkot Surabaya untuk mengatasi PKL liar ini seolah-olah selalu menemui jalan buntu. Upaya yang dilakukan terkesan bersifat sporadis, tidak tuntas dan lebih sering mengakibatkan terjadinya bentrok antara pihak PKL liar dengan pihak Pemkot. Ketika suatu saat PKL liar digusur, beberapa waktu kemudian PKL-PKL liar akan tetap tumbuh seperti jamur di tempat semula.

Tindakan yang dilakukan Pemkot dalam menuntaskan PKL liar ini sering bersifat represif. Di mata Pemkot Surabaya, khususnya aparat penegak hukum, keberadaan sektor informal acapkali dinilai selalu melanggar hukum dan menjadikan kota tampak kumuh.

Tetapi untuk menata sektor informal dan meregulasi agar PKl liar tidak membuat kota semakin semrawut, maka yang dibutuhkan adalah sebuah kebijakan komprehensif yang menyentuh akar masalah, dan tidak sekedar hanya mengembangkan tindakan represif yang sama sekali tidak menyelesaikan persoalan.

Selama ini diakui atau tidak kebijakan yang dikembangkan Pemkot Surabaya dalam menertibkan PKL cenderung parsial, temporer dan diskriminatif (www.jawapos.co.id). Dikatakan parsial karena kegiatan penertiban yang dilakukan hanya menyentuh aspek kulitnya saja, yakni sekedar menyingkirkan orang-orang miskin dari wilayah kota tanpa ada penanganan yang menyentuh akar masalah.

Dikatakan temporer karena cenderung hanya memfokuskan kegiatan penertiban pada jalan-jalan protokol demi terciptanya pemandangan yang serba tertib dan indah untuk sementara waktu tanpa ada kelanjutan program yang pasti. Sedangkan dikatakan diskriminatif karena obyek penertiban hanya terfokus pada kelompok marginal kota, sementara kekuatan komersial yang juga sama-sama melanggar tata tertib kota seolah-olah tak tersentuh. Kegiatan kota yang semata-mata bersifat represif-punitif niscaya akan melahirkan perlawanan dan mekanisme kucing-kucingan yang sama sekali tidak menyelesaiakan masalah hingga akarnya.

Dalam berbagai kebijakan dan operasi penertiban yang dilaksanakan Pemkot Surabaya, ada kesan kuat bawa keberadaan PKL liar pada umumnya lebih banyak diposisikan sebagai ‘terdakwa’ dan bukan dianggap sebagai ‘korban’ dari model pembangunan wilayah yang sentralistik yang hanya melahirkan kesenjangan antar desa-kota yang semakin terpolarisasi.

Oleh karena itulah tim kami bermaksud untuk menawarkan sebuah program solusi untuk membantu mengatasi permasalahan PKL liar ini. Karena sampai saat ini yang dilakukan pemerintah hanya berupa tindakan represif dan kurang melihat sisi humanistik, kultur ataupun kelompok sosial mereka.

(2)

Sebenarnya ada hal menarik yang bisa disoroti dari cara penanganan masalah PKL liar ini yaitu proses komunikasinya. Segala hal yang dilakukan oleh pihak Pemkot khususnya program-program mereka yang berkaitan dengan masalah PKL liar ini adalah bentuk komunikasi mereka kepada para PKL liar.

Hal ini sejalan dengan pendapat Carl I. Hovland yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Deddy Mulyana, 2004). Disini pihak Pemkot sebagai komunikator dan para PKl liar sebagai komunikan (pihak yang dituju oleh pesan komunikasi).

Proses komunikasi yang dilakukan oleh Pemkot bisa pula dikategorikan sebagai komunikasi pemerintahan. Komunikasi ini bisa sering disebut sebagai komunikasi manajerial yakni tentang bagaimana para manajer professional di dalam organisasi publik mempergunakan komunikasi secara optimal di dalam proses manajemen untuk mencapai tujuan bersama (Riant Nugroho Dwidjowijoto, 2004).

Untuk itulah komunikasi perlu diletakkan dalam proses manajemen organisasi sejak dari perencanaan hingga pengendalian. Tapi tetap dalam proses komunikasi ini tidak boleh secara parsial (sebagian) namun diusahakan secara seimbang dan melihat berbagai aspek dari karakteristik obyek komunikan yang ingin dituju (karakter para PKL liar). Untuk itulah program ini kami susun sebagai upaya untuk memahami masalah PKL liar secara lebih mendalam.

Program ini kami beri nama COBA (Communication On Balancing Approaches). COBA merupakan program rangkaian yang tidak hanya terdiri dari satu kegiatan saja. Kami menamakan program ini COBA karena sesuai dengan kepanjangannya, COBA berarti suatu rangkaian program komunikasi yang menekankan pada pendekatan yang seimbang. Kami mencoba menggabungkan pendekatan cultural, pendekatan humanistik dan pendekatan komunikasi terpadu dalam sebuah program yang aplikatif.

Untuk rencana jangka panjangnya, kami berharap program ini bisa menjadi program interaktif yang akan disiarkan melalui salah satu stasiun televisi sehingga tercipta kesadaran bahwa permasalahan PKL liar bukan hanya masalah pemkot Surabaya saja namun juga merupakan permasalahan umum yang membutuhkan partisipasi ide dari masyarakat luas.

c) Rumusan Masalah

Apakah penerapan program COBA (Communication On Balancing Approaches) dapat mengurangi permasalahan PKL liar di Surabaya terutama dalam upaya mengurangi terjadinya konflik saat penertiban dilakukan?

d) Tujuan kegiatan

– Menciptakan pola komunikasi yang efektif antara pemkot dan para PKL liar sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis dan sinergis.

– Menciptakan suatu program baru yang lebih efektif dalam upaya mengatasi permasalahan PKL liar. – Mengurangi terjadinya konflik yang berkepanjangan karena sering terjadi bentrok saat diadakan upaya penertiban terhadap para PKL liar.

(3)

– Memperbaiki pola komunikasi dan sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dalam mengatasi permasalahan PKL liar.

– Mempermudah upaya sosialisasi program Pemkot yang berkaitan dengan kebijakan masalah PKL karena menggunakan langkah two step flow information ( langsung menuju pada opinion leader kelompok ini ). – Menurunkan dampak terjadinya gerakan anarkisme dan pembangkangan dari para PKL liar karena melalui program ini kepentingan mereka akan lebih diperhatikan.

– Sebagai langkah preventif, pembinaan dan pengawasan terhadap para PKL liar secara menyeluruh yang ada di Surabaya.

– Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya para PKL dalam hal menciptakan ketertiban di kota Surabaya.

– Mendukung program kota Surabaya Green and Clean.

f) Luaran Program

Luaran program yang dihasilkan adalah terciptanya suatu metode baru yaitu program COBA ini yang efektif untuk mengurangi terjadinya konflik dalam upaya penertiban para PKL liar di Surabaya.

g) Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Surabaya merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Sudah barang tentu jika kota ini juga mempunyai permasalahan yang sama peliknya dengan Jakarta termasuk masalah Pedagang Kaki Lima (PKL).

PKL merupakan sebutan yang diberikan pada mereka yang berjualan di tempat umum misalnya di pinggir jalan atau di trotoar. Sesuai dengan namanya PKL berkaki lima,3 kaki gerobaknya dan 2 kaki pedagangnya. Kaum ini (terutama PKL liar) seringkali menjadi sasaran penertiban satuan polisi pamong praja karena keberadaan mereka dianggap mengganggu ketertiban umum dan menyalahi aturan yang ada.

Program COBA (Comunication On Balancing Approaches), Solusi Jitu Mengatasi Permasalahan PKL Liar di Surabaya, merupakan program yang ditujukan pada: (1) Para Pedagang Kaki Lima (PKL) Liar di Surabaya, seperti PKL di Jl. Kangean dan Jl. Irian Barat, (2) Pemerintah Kota Surabaya, khususnya yang bertanggungjawab dalam mengatasi PKL di Surabaya.

Kami menetapkan sasaran tersebut untuk menjaga keseimbangan dalam program kami, atau dengan kata lain sasaran program kami tidak hanya untuk salah satu pihak saja, tapi semua yang terlibat dalam kegiatan penertiban PKL di Surabaya. Selain itu tim kami juga mencoba untuk menggabungkan 3 pendekatan sekaligus agar tercapai sebuah pendekatan yang seimbang.

h) Metode Pelaksanaan Program

(4)

Untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang tepat, kami membutuhkan riset dan penelitian yang bertumpu pada metode Jaringan Komunikasi. Jaringan Komunikasi merupakan salah satu metode penelitian komunikasi secara two step flow, yang menggunakan arah arus informasi dari tiap individu sebagai unit analisisnya. Jaringan Komunikasi ini kami gunakan untuk mencari Opinion Leader dari para PKL Liar di Surabaya.

Dengan adanya Opinion Leader, alur informasi akan lebih mudah dan lebih efektif, karena Opinion Leader merupakan individu yang paling dipercaya oleh masyarakat (dalam hal ini para PKL Liar) untuk mendapatkan kebutuhan mereka akan informasi, atau dengan kata lain Opinion Leader adalah pusat informasi yang paling dipercaya.

Setelah menemukan Opinion Leader, kami akan melakukan beberapa pendekatan-pendekatan, seperti pendekatan secara Cultural/ Budaya, secara Kelompok Sosial (teori Maslow –kepuasan), dan secara Humanistik, serta sosialisasi-sosialisasi seperti kegiatan Audiensi. Dan semua solusi yang akan kami hasilkan merupakan sub-sub program yang saling berkaitan.

Strategi Komunikasi

Pembangunan yang digunakan adalah strategi disain instruksional, strategi media, dan strategi partisipatory.

Strategi Disain Instruksional ini meliputi Strategic Planning yang merupakan rangkaian program COBA secara keseluruhan. Environmental Scanning adalah upaya kami untuk menganalisa kondisi masyarakat dan masalah yang kerap terjadi dalam masyarakat (dalam hal ini PKL Liar). Setelah kami mengidentifikasi masalah, kami menyusun sub-sub program, yang bertumpu padsa komunikasi tentunya, secara strategis.

Sub-sub program tersebut terbagi dalam tiga hal, yaitu sub program yang berkaitan dengan Media, Crisis/ masalah, dan Community/ komunitas. Sub program tersebut terbagi lagi menjadi tindakan-tindakan yang berkaitan dengan solusi. Dalam menjalankan solusi-solusi inilah kami menggunakan pendekatan Budaya (memperhatikan budaya para PKL Liar), pendekatan Kelompok Sosial (memperhatikan kemauan dan kebutuhan PKL Liar guna memenuhi kepuasan dan keamanan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup), dan pendekatan Humanistik (melihat PKL Liar sebagai unsur pendukung ekonomi bukan sebagai suatu penyakit –penanganan dengan bijak).

Rancangan Kegiatan

Untuk mewujudkan tercapainya hasil, maka rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam Communication On Balancing Approaches (COBA) ini adalah :

1. Identifikasi Masalah

Tahap pertama ini adalah mengidentifikasi inti masalah yang terjadi. Manfaat identifikasi ini adalah untuk mengetahui masalah yang sebenarnya, mengapa sering terjadi konflik ketika dilakukan penertiban.

(5)

Solusi dicari dengan menentukan langkah-langkah berikutnya untuk penyelesaian masalah secara efektif dan tidak berat sebelah.

1. Penelitian Jaringan Komunikasi

Penelitian Jaringan Komunikasi dalam COBA ini memiliki tujuan utama untuk mencari opinion leader. Opinion Leader ini bermanfaat untuk menjadi corong informasi yang dipercaya dan sering dijadikan rujukan informasi oleh komunitasnya masing-masing.

1. Audiensi dan sosialisasi antara opinion leader yang ditemukan dengan pihak Pemkot

Audiensi adalah pertemuan langsung antara Opinion Leader yang ditemukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan penyelesaian permasalahan PKL liar. Pertemuan ini bersetting informal untuk menghilangkan gap secara psikologis. Dengan setting informal ini diharapkan sharing dapat berjalan secara efektif.

1. Evaluasi program (monitoring)

Evaluasi program dilakukan untuk mengawasi proses penertiban PKL liar. Evaluasi ini juga merupakan proses monitoring. Kami menetapkan indikator keberhasilan dalam proses monitoring ini. Jika eksekusi hasil dari rangkaian kegiatan sebelumnya tidak menimbulkan konflik maka program COBA ini berhasil begitu pula sebaliknya.

i) Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Rangkaian program Communication On Balancing Approaches (COBA) ini dilaksanakan selama 3 bulan dari mulai tahap persiapan hingga evaluasi program, diperkirakan mulai Maret sampai dengan Mei 2007. Kegiatan akan dilaksanakan di beberapa tempat.

(6)

2. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan Program COBA ini dilakukan dalam beberapa tahap :

1. Penentuan kawasan PKL liar yang akan diobservasi

2. Perizinan ke instusi terkait untuk pengadaan penelitian

3. Penelitian Jaringan Komunikasi dilaksanakan

4. Opinion leader untuk masing-masing kawasan ditemukan berdasarkan hasil penelitian

5. Briefing terhadap opinion leader

6. Audiensi dengan pihak pemkot dan instansi terkait

7. Monitoring program

3. Instrumen Pelaksanaan

Instrumen yang dibutuhkan pada program COBA ( Communication On Balancing Approaches ) ini adalah :

1. Instrumen penelitian : form kuesioner, alat tulis

2. Instrumen audiensi : Ruang pertemuan,satu set computer/ laptop + LCD, screen, pengeras suara, alat tulis, karpet, kamera digital, modul pembinaan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 4 sampai Tabel 8 serta Tabel 14 maka produksi kayu bulat seluruh Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (UPHHK-HA) yang berproduksi di Kabupaten

hendaknya proaktif menghubungi perwakilan dagang di Luar Negeri (ITPC São Paulo) untuk minta informasi mengenai pasar, pameran, distributor atau importir, serta

Lintas Tebo-Bungo Km 12 Muara Tebo, mengumumkan secara terbuka pekarjaan yang akan dilaksanakan kepada calon penyedia barang/jasa sebagaimana diamanatkan dalam Perpres Nomor 54

Tafsir Firdaws al-Na’im buah karya Thaifur Ali Wafa merupakan satu dari sekian banyak karya tafsir Indonesia yang cukup familiar di kalangan pesantren kawasan Sumenep, Madura. Kitab

modern rn yang ditandai dengan yang ditandai dengan kemam kemampuan manusia untuk puan manusia untuk memaha memahami mi genom genom,, yaitu etak biru informasi

mungkin dipisahkan , karena pengetahuan menelaah keberadaan terhadap sesuatu, sedangkan filsafat mempertanyakan keberadaan sesuatu. 6adi pengertian filsafat

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa spesimen yang digunakan merupakan baja dengan kodefikasi AISI 1045 dimana baja tipe ini merupakan baja tanpa paduan

Hubungan teori lingkungan hidup yang berpusat pada kehidupan dengan penelitian ini terlihat pada kehidupan adalah sakral hingga alam mempunyai nilai yang