• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: MUHAMMAD NAZERI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: MUHAMMAD NAZERI NIM"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

MUHAMMAD NAZERI NIM. 130 500 057

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2016

(2)

Oleh:

MUHAMMAD NAZERI NIM. 130 500 057

Karya Ilmiah sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2016

(3)

Oleh:

MUHAMMAD NAZERI NIM. 130 500 057

Karya Ilmiah sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2016

(4)

Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara

Nama : Muhammad Nazeri

N I M : 130500057

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Andi Yusuf, MP. Dr. Ita Merni Patulak, SE, MM. Ir. Syafii, MP.

NIP. 196210221998031001 NIP. 197205252002122010 NIP. 196806101995121001

Menyetujui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Hj. Eva Nurmarini, S.Hut, MP Hamka.S.TP,M.Sc NIP. 197508081999032002 NIP. 197604082008121002

(5)

ANDI YUSUF.

Penelitian ini berlatar belakang pada kecenderungan perkembangan penetapan Izin Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) serta pemanfaatan dan penggunaan hutan produksi perlu dilakukan updating (pembaharuan) data perkembangannya secara periodik dalam bentuk Kajian Perkembangan Pemanfaatan Hutan Alam dan Produksi Kayu Bulat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi kayu bulat pada seluruh pemilik IUPHHK-HA yang melakukan kegiatan produksi sesuai Laporan Hasil Produksi (LHP), untuk mengetahui persentase produksi kayu bulat per tahun terhadap target produksi per tahun pada seluruh IUPHHK-HA yang melakukan kegiatan produksi sesuai Laporan Hasil Produksi (LHP), untuk mengetahui trend/kecenderungan perkembangan dari produksi kayu bulat dari IUPHHK-HA selama periode waktu 5 (lima) tahun terakhir dan untuk mengetahui perbandingan produksi kayu bulat antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa realisasi produksi kayu bulat seluruh pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur mempunyai trend sebesar 14,72 % yang berfluktuasi dengan rata-rata produksi per tahun selama 5 tahun terakhir sebesar 235.395,84 m3/tahun. Sedangkan persentase realiasi produksi

terhadap target produksi secara rata-rata sebesar 47,39 %. Dan realisasi produksi kayu bulat seluruh pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai trend sebesar 61,12 % yang berfluktuasi dengan rata-rata selama 5 tahun terakhir sebesar 75.235,76 m3/tahun. Sedangkan

persentase realisasi produksi terhadap target produksi secara rata-rata sebesar 52,89 %. Faktor yang menyebabkan rendahnya realisasi produksi terhadap target produksi pada kedua Kabupaten adalah relatif sama yaitu lokasi blok tebangan yang jauh dan biaya produksi kayu bulat yang tinggi. Perbedaan jumlah realisasi antara kedua Kabupaten disebabkan oleh jumlah pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur lebih banyak dibanding di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Hasil yang diharapkan adalah memberikan informasi tentang kajian dari kegiatan produksi kayu bulat pada seluruh IUPHHK-HA berdasarkan Laporan Hasil Produksi (LHP) di Kabupaten Kutai Timur dengan Kabupaten Kutai Kartanegara selama periode 5 tahun terakhir kepada pihak-pihak yang membutuhkannya seperti sebagai bahan pertimbangan dan informasi kepada instansi terkait dalam memberikan jatah/target tebangan tahunan pada Rencana Kerja Tahunan.

(6)

Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jarkani dan Ibunda Lasminingsih. Pendidikan dasar dimulai pada tahun 1998-2004 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mundar, Kecamatan Labuan Amas Selatan. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2004-2007 di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama’ Haruyan, Kecamatan Haruyan. Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2007-2010 di SMA Negeri 2 Sebulu, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada tahun 2013. Pada tanggal 07 Maret-06 Mei 2016 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Jati Landa Art Shop, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Selama melaksanakan kuliah pernah mendapat beasiswa yaitu beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan beasiswa Gerbang Raja Kabupaten Kutai Kartanegara.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

Kawasan hutan produksi merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan secara seimbang untuk mendukung pembangunan kehutanan berkelanjutan, yang diarahkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI No 79/Kpts-II/2001 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur seluas 14.651.553 Ha terdiri dari Hutan Konservasi seluas 2.165,198 ha, Hutan Lindung seluas 2.751.702 Ha dan Hutan Produksi seluas 9.734.653 Ha. Kawasan Hutan ini masih termasuk pada wilayah Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan Hutan Produksi di Kalimantan Timur setelah dikeluarkan Provinsi Kalimantan Utara hanya terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Paser, Penajam Paser Utara dan Mahakam Ulu.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, maka kawasan hutan produksi sebagai salah satu wilayah pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukkannya diatur dalam satu unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang dapat dikelola secara efisien dan lestari dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) yang merupakan bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota.

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) tersebut, termasuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dimana luasnya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas pengelolaan hutannya.

(8)

Dalam pengelolaannya tersebut, peran pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya, bertanggung jawab terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Selain itu, telah diamanatkan juga bahwa kawasan hutan produksi tersebut dapat dimanfaatkan dengan pemberian izin pemanfaatan kawasan, izin pemanfaatan jasa lingkungan, izin pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Sedangkan penggunaan kawasan untuk kegiatan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan dan non pertambangan dilakukan dengan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan. Salah satu bentuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu di KPHP adalah Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (UPHHK-HA).

Seiring dengan perkembangan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi melalui izin usaha pemanfaatan kayu maupun bukan kayu, maka data dan informasi dari kegiatan dimaksud cepat berubah, khususnya terkait dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) baik dalam bentuk IUPHHK pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) maupun IUPHHK pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seperti adanya penambahan SK.IUPHHK (SK. baru dan atau adanya pengurangan karena dicabut, habis masa berlaku dan tidak diperpanjang, atau mengundurkan diri), produksi kayu bulat yang selalu berubah setiap tahun dan sebagainya.

Untuk dapat mengetahui trend perkembangan produksi kayu bulat dari pemegang Izin Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) khususnya dalam bentuk IUPHHK pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) serta pemanfaatan dan penggunaan hutan produksi oleh perusahaan kayu, maka perlu dilakukan updating (pembaharuan) data perkembangannya secara periodik dalam bentuk

(9)

kajian perkembangan pemanfaatan hutan dan produksi kayu bulat dari hutan alam.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi kayu bulat pada seluruh pemilik IUPHHK-HA yang melakukan kegiatan produksi sesuai Laporan Hasil Produksi (LHP) di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur, untuk mengetahui persentase produksi kayu bulat per tahun terhadap target produksi per tahun pada seluruh pemilik IUPHHK-HA yang melakukan kegiatan produksi sesuai Laporan Hasil Produksi (LHP) di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur, untuk mengetahui trend/kecenderungan perkembangan dari produksi kayu bulat dari seluruh pemilik IUPHHK-HA selama periode waktu 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur dan untuk mengetahui perbandingan produksi kayu bulat antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur.

Hasil yang diharapkan adalah memberikan informasi tentang kajian dari kegiatan produksi kayu bulat pada seluruh pemilik IUPHHK-HA berdasarkan Laporan Hasil Produksi (LHP) di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan Kabupaten Kutai Timur selama periode 5 tahun terakhir kepada pihak-pihak yang membutuhkannya seperti sebagai bahan pertimbangan dan informasi kepada instansi terkait dalam memberikan jatah/target tebangan tahunan pada Rencana Kerja Tahunan.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian IUPHHK-HA

Dulu namanya adalah Hak Pengusah Hutan (HPH), sekarang dikenal dengan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (UPHHK-HA). Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi ini harus melalui izin, izin usaha pemanfaatan kayu maupun bukan kayu disebut Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA). IUPHHK-HA adalah izin untuk memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari penataan areal kerja, inventarisasi potensi kayu, pembukaan wilayah hutan, penebangan, penyaradan, muat-bongkar, pengangkutan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu. Pada IUPHHK-HA terdapat pemanfaatan hutan, yang merupakan kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya

(Justianto, 2010).

Adapun pengertian-pengertian lain yang berkaitan dengan IUPHHK-HA antara lain (Anonim, 2007b):

1. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya.

2. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya.

(11)

3. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

4. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

5. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan batasan waktu, luas dan/atau volume tertentu.

6. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan.

7. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.

8. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.

9. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HA dan/atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Hutan Alam yang selanjutnya disebut IUPHHBK-HA adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan

(12)

produksi melalui kegiatan perencanaan, pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.

10. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) adalah izin usaha untuk membangun hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri.

11. IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya.

12. IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman (IUPHHK-HT) adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.

13. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan

(13)

potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.

14. Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan yang selanjutnya disingkat IUPHKm, adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan sumber daya hutan pada kawasan hutan lindung dan/atau kawasan hutan produksi. 15. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Kemasyarakatan

yang selanjutnya disingkat IUPHHK HKm adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam areal kerja IUPHKm pada hutan produksi.

16. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 17. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak

atas tanah.

18. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 19. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

20. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

21. Hutan Alam adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.

(14)

22. Hutan Tanaman adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menetapkan silvikultur intensif. 23. Hutan Tanaman Industri adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang

dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan.

24. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.

25. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.

26. Hutan Desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.

27. Hak pengelolaan hutan desa adalah hak yang diberikan kepada desa untuk mengelola hutan negara dalam batas waktu dan luasan tertentu

28. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan desa adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan desa pada hutan produksi melalui kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran.

29. Peta Areal Kerja (WA) adalah peta yang menggambarkan letak suatu areal yang dibebani hak pengusahaan yang merupakan lampiran surat keputusan IUPHHK.

30. Area Kerja Pengusahaan adalah suatu kawasan hutan yang dibebani hak pengusahaan.

(15)

31. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang telah mendapatkan SK Definitif adalah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang telah mendapatkan surat penetapan dari Menteri Kehutanan untuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu.

32. IUPHHK yang telah mendapatkan SK Sementara adalah IUPHHK yang telah mendapatkan surat persetujuan dari Dirjen Bina Produksi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan.

B. Pemberian IUPHHK- HA

Justianto (2010) menyatakan IUPHHK-HA ini diberikan dalam jangka

waktu 55 tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Menteri Kehutanan. Izin diberikan setelah mempertimbangkan permohonan yang diajukan oleh pemohon izin. Izin tersebut diberikan berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dari Bupati/Walikota.

Selain Menteri Kehutanan sebagai pemberi izin, ada instansi pemerintah lain yang terlibat dalam pemberian izin (Anonim, 2007b):

1. Dirjen Bina Produksi Kehutanan 2. Kepala Badan Planologi Kehutanan

3. Kepala Dinas yang berwenang di bidang kehutanan di tingkat provinsi

4. Kepala Dinas yang berwenang dibidang kehutanan di tingkat kabupaten atau kota

5. Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Menurut Justianto (2010), pada masa berlakunya PP No 34 tahun 2002, IUPHHK-HA didapatkan melalui penawaran dalam pelelangan. Mekanisme melalui pelelangan ini merubah mekanisme perijinan sebelumnya yang ditetapkan

(16)

dengan PP No. 6 tahun 1999 yang mempunyai dua pilihan yaitu melalui pelelangan dan melalui permohonan (khusus bagi kawasan HPH yang luasnya kurang dari 50.000 ha). Dengan berlakunya PP No 6 tahun 2007, mekanisme untuk mendapatkan IUPHHK-HA kembali lagi ke sistem permohonan. Sistem permohonan ini sama dengan saat pengusahaan hutan didasarkan pada UU No 5 tahun 1967 juncto PP 21 tahun 1970 juncto PP 18 tahun 1975 serta PP No 7 tahun 1990.

Selanjutnya disebutkan dalam (Anonim, 2007b):

1. Ada 4 (empat) kategori pemohon izin untuk mendapatkan IUPHHK-HA, yakni: a. Perseorangan

b. Koperasi c. BUMN/BUMD

d. BUMS (swasta) yang berbentuk PT, CV dan Firma

2. Areal hutan yang dapat dimohonkan izin IUPHHK-HA adalah: 1. Areal bekas HPH atau bekas IUPHHK

2. Areal yang belum dan/atau tidak dibebani dengan hak/izin lainnya. 3. Ijin yang diberikan berupa:

a. Permohonan untuk mendapatkan izin IUPHHK-HA

b. Permohonan ijin perluasan areal kerja pada lokasi di sekitarnya

4. Bagi pemegang ijin IUPHHK-HA dimungkinkan mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK) atau Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL) di areal kerjanya.

5. Persyaratan untuk mendapatkannya terdiri dari dua jenis yaitu persyaratan administratif dan persyaratan administratif teknis. Persyaratan administratif terdiri dari:

(17)

a. Copy KTP (untuk perseorangan) atau akta pendirian koperasi/badan usaha

b. Surat Izin Usaha dari instansi yang berwenang c. NPWP

d. Referensi bank yang menyebutkan pemohon sebagai nasabah yang bertanggung jawab

e. Pernyataan bersedia membuka kantor cabang kantor di Provinsi atau Kabupaten/Kota

f. Rencana lokasi yang dimohon dilampiri citra satelit resolusi 30 meter dan peta skala 1:100.000

g. Rekomendasi Gubernur yang telah mendapatkan pertimbangan dari Bupati/Walikota serta pertimbangan teknis dari dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, dan dilampiri dengan peta lokasi

Persyaratan teknis terdiri dari:

a. Kondisi umum areal dan kondisi perusahaan

b. Usulan teknis (maksud dan tujuan, perencanaan pemanfaatan, sistem silvikultur, organisasi/tata laksana, pembiayaan dan perlindungan hutan) Menurut Sriyono (2009), peraturan perundang-undangan yang terkait dengan IUPHHK-HA antara lain:

1. Undang-undang

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(18)

c. Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Undang-Undang No 19 Tahun 2004

d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008

3. Peraturan/Keputusan Menteri

a. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut-II/2007, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.61/Menhut-II/2007 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Melalui Permohonan

b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 52/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi

c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 42/Menhut-II/2008 Pencabutan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 8171/Kpts-II/2002 tentang

(19)

Kriteria Potensi Hutan Alam yang Dapat Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 88/Kpts-II/2003 tentang Kriteria Potensi Hutan Alam pada Hutan Produksi yang Dapat Dilakukan Pemanfaatan Hutan Secara Lestari

d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2007 tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2007

e. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.34/Menhut-II/2007 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi

f. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.149/Menhut-II/2004 tentang Tata Cara Pengenaan, Penagihan, dan Pembayaran Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan pada Hutan Produksi dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2006

g. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 63/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Pemberian Rekomendasi Gubernur dalam Rangka Permohonan atau Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam atau Hutan Tanaman.

(20)

C. IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan sebuah Kabupaten di Kalimantan Timur, Indonesia yang Ibu kotanya berada di Kecamatan Tenggarong. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 km2 dan luas

perairan sekitar 4.097 km2 yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225

desa/kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 626.286 jiwa (Sensus Tahun 2010). Secara geografis Kabupaten Kutai Kartanegara terletak antara 115°26'28" BT-117°36'43" BT dan 1°28'21" LU-1°08'06" LS (Anonim, 2016a).

(21)

Daftar IUPHHK-HA di Kutai Kartanegara tahun 2015 (Anonim, 2106c): a. PT Limbang Ganeca

b. PT Wana Rimba Kencana c. PT Mutiara Kalja Permai d. PT Melapi Timber

e. PT Belayan River Timber f. PT Jaya Timber

g. KUD Beringin Mulia

h. PT Barito Nusantara Indah i. PT Belayan River Timber

D. IUPHHK-HA di Kabupaten KutaiTimur

Kabupaten Kutai Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sangatta. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 35.747,50 km2 atau 17% dari luas Provinsi

Kalimantan Timur dan berpenduduk sebanyak 253.847 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010) dengan kepadatan 4,74 jiwa/km2 dan

pertumbuhan penduduk selama 4 tahun terakhir rata-rata 4,08% setiap tahun. Dengan luas wilayah 35.747,50 km², Kutai Timur terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 115°56'26"-118°58'19" BT dan 1°17'1" LS-1°52'39" LU (Anonim, 2016b).

(22)

Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Kutai Timur

Daftar IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur tahun 2015 (Anonim,

2106c):

a. PT Oceanias Timber Product b. PT Sima Agung

c. PT Kiani Lestari

d. PT Segara Indochem Afg Segara Timber e. PT Inter Tropic Aditama

f. PT Hanurata Unit Mandu g. PT Borneo Karya Indah Mandiri h. PT Sumber Mas Timber

i. PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia j. PT Melapi Timber

k. PT Kedungmadu Tropical Wood l. PT Panambangan

(23)

m. PT Segara Indochem Afg Segara Timber n. PT Segara Indochem Afg Segara Indochem o. PT Nadila Indodaya TPTJ Unit Kelolokan p. PT Gunung Gajah Abadi

q. PT Narkata Rimba

(24)

Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 05 Februari dan berakhir pada tanggal 02 Maret 2016.

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan dengan cara mengambil data sekunder di Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur jalan Kesuma Bangsa, Sungai Pinang Luar, Samarinda Ulu, Kota Samarinda.

(25)

1. Bahan

Bahan yang digunakan berupa data sekunder dari Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur Bidang Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Alat tulis menulis

b. Kamera c. Flashdisk d. Fotokopi

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan data yang diambil dari Laporan Hasil Produksi Kayu Bulat oleh seluruh pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) di Kabupaten Kutai Timur dan Kutai

(26)

tersebut kemudian dilakukan rekapitulasi terhadap seluruh pemegang IUPHHK-HA per tahun yaitu tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 untuk Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara.

Selain pengumpulan data sekunder maka dilakukan juga wawancara secara mendalam (Indepth interview) berdasarkan data yang diperoleh tanpa menggunakan transkrip (quisioner) dengan Staf Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur yang bertanggung jawab, menangani dan mengerti tentang data produksi kayu bulat IUPHHK-HA di Provinsi Kalimantan Timur. Wawancara berkisar pada faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi kayu bulat setiap tahun di lokasi penelitian, jangka waktu berlakunya izin operasi IUPHHK-HA dan alasan pencabutan izin IUPHHK-HA.

Gambar 5. Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur yang Menangani Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan

(27)

data yang tujuannya untuk menyajikan gambaran mengenai suatu keadaan atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Analisis Deskriptif dapat dibagi atas beberapa jenis yang lebih spesifik yaitu metode survey, metode deskriptif berkesinambungan, penggunaan data perpustakaan dan dokumenter, metode studi kasus.

Untuk mengetahui persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat maka dilakukan analisis kuantitatif digunakan rumus sebagai berikut (Sunyoto, 2011):

TK = (RP/TP) x 100 % Dimana:

TK : Tingkat Ketercapaian (%) RP : Realiasi Produksi (satuan) TP : Target Produksi (satuan)

Sedangkan untuk mengetahui rata-rata produksi dan target produksi digunakan rumus (Sunyoto, 2011):

Dimana:

: Rata-rata hasil dari seluruh data (satuan) : Jumlah hasil dari seluruh data (satuan) n : Banyaknya data

x

(28)

Tabel 2. Contoh Tabel untuk Persentase dan Rata-rata dari Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat

Untuk mengetahui trend/kecenderungan perkembangan produksi kayu bulat IUPHHK-HA maka dilakukan perhitungan berdasarkan perbandingan secara persentase antara selisih produksi tahun sekarang dengan tahun sebelumnya terhadap produksi tahun sebelumnya digunakan rumus (Sunyoto,

2011):

T = (B - A)/A x 100% Dimana:

T : Trend/kecenderungan perkembangan (%) B : Produksi tahun sekarang (m3)

A : Produksi tahun sebelumnya (m3)

No Nama UPHHK-HA Target Produksi

(m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase(%)

Jumlah No Tahun Target Produksi (m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase Realisasi Terhadap Target Produksi (%) Jumlah pemegang IUPHHK-HA yang Berproduksi Rata-rata

(29)

Dimana:

: Rata-rata hasil dari seluruh data (satuan) : Jumlah hasil dari seluruh data (satuan) n : Banyaknya data

Hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabel seperti contoh tabel dibawah ini:

Tabel 3. Contoh Tabel Trend/kecendrungan Perkembangan Realisasi Produksi Kayu Bulat

No Tahun Realisasi Produksi (m3) Trend/Kecenderungan (%)

Rata-rata

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Target produksi kayu bulat berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan realisasi produksi kayu bulat seluruh UPHHK-HA yang melakukan kegiatan produksi berdasarkan Laporan Hasil Produksi (LHP) kayu bulat yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur berupa data sekunder. Data tersebut diolah dengan mencari persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2011 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2011

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Sima Agung

2. PT Kiani Lestari

3. PT Oceanias Timber Product 4. PT Inter Tropic Aditama 5. PT Hanurata Unit Mandu 6. PT Porodisa T Industrial Coy. Ltd 7. PT Sumber Mas Timber

8. PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia 9. PT Melapi Timber

No Nama UPHHK-HA Target

Produksi (m3) Produksi (mRealisasi 3) Persentase (%)

1 PT Hanurata Unit Manubar 47.188,00 26.775,89 56,74 2 PT Narkata Rimba 29.994,00 25.104,78 83,70 3 PT Gunung Gajah Abadi 52.500,00 47.746,96 90,95 4 PT Borneo Karya Indah Mandiri 20.000,00 6.022,47 30,11 5 PT Nadila Indodaya 46.780,00 38.880,26 83,11 6 PT Panambangan 40.000,00 15.631,37 39,08 7 PT Segara Indochem Afd SGI 82.000,00 10.352,88 12,63 8 PT Segara Indochem Afd SGT 60.000,00 8.766,00 14,61 9 PT Hanurata Unit Kelolokan 40.000,00 22.691,36 56,73 10 PT Kedungmadu Tropical Wood 80.000,00 19.384,98 24,23

(31)

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2012 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2012

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Panambangan

2. PT Sima Agung 3. PT Kiani Lestari

4. PT Oceanias Timber Product 5. PT Inter Tropic Aditama 6. PT Hanurata Unit Mandu 7. PT Porodisa T Industrial Coy. Ltd 8. PT Sumber Mas Timber

9. PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia 10. PT Melapi Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2013 disajikan pada Tabel 6.

No Nama UPHHK-HA Produksi (mTarget 3) Produksi (mRealisasi 3) Persentase (%)

1 PT Hanurata Unit Manubar 34.523,00 25.336,17 73,39

2 PT Narkata Rimba 28.562,00 21.175,11 74,03

3 PT Gunung Gajah Abadi 52.500,00 47.746,96 90,95

4 PT Borneo Karya Indah Mandiri 20.000,00 6.022,47 30,11

5 PT Nadila Indodaya 46.780,00 38.880,26 83,11

6 PT Segara Indochem Afd SGI 95.000,00 48.767,17 51,33

7 PT Segara Indochem Afd SGT 58.000,00 22.098,23 38,10

8 PT Hanurata Unit Kelolokan 42.000,00 22.003,42 52,39

9 PT Kedungmadu Tropical Wood 77.494,00 51.106,67 65,95

(32)

Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Panambangan

2. PT Sima Agung 3. PT Kiani Lestari

4. PT Oceanias Timber Product 5. PT Inter Tropic Aditama 6. PT Hanurata Unit Mandu

7. PT Porodisa T Industrial Coy. Ltd (Izin dicabut pada tahun 2103) 8. PT Sumber Mas Timber

9. PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia 10. PT. Melapi Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2014 disajikan pada Tabel 7.

No Nama UPHHK-HA Target

Produksi (m3) Produksi (mRealisasi 3) Persentase (%)

1 PT Hanurata Unit Manubar 40.088,88 40.198,03 100,27

2 PT Narkata Rimba 33.100,00 19.699,16 59,51

3 PT Gunung Gajah Abadi 61.896,53 18.576,86 30,01

4 PT Borneo Karya Indah Mandiri 30.000,00 12.045,14 40,15

5 PT Nadila Indodaya 38.900,00 528,75 1,36

6 PT Segara Indochem Afd SGI 86.795,00 42.834,16 49,35

7 PT Segara Indochem Afd SGT 55.000,00 29.338,96 53,34

8 PT Hanurata Unit Kelolokan 40.500,00 12.163,62 30,03

9 PT Kedungmadu Tropical Wood 60.000,00 13.978,29 23,30

(33)

Tabel 7. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Sima Agung

2. PT Kiani Lestari

3. PT Oceanias Timber Product 4. PT Hanurata Unit Mandu

5. PT Segara Indochem Afg Segara Timber 6. PT Sumber Mas Timber

7. PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia 8. PT Melapi Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2015 disajikan pada Tabel 8.

No Nama UPHHK-HA Target

Produksi (m3) Produksi (mRealisasi 3) Persentase (%)

1 PT Hanurata Unit Manubar 60.000,00 45.810,95 76,35 2 PT Panambangan 64.500,00 21.386,90 33,16 3 PT Segara Indochem Afg

Segara Indochem 81.396,00 29.108,39 35,76 4 PT Nadila Indodaya TPTJ Unit

Kelolokan 57.682,00 18.016,61 31,23 5 PT Narkata Rimba 43.000,00 30.054,81 69,89 6 PT Gunung Gajah Abadi 69.490,25 52.443,14 75,47 7 PT Intertropic Aditama 57.280,00 32.803,68 57,27 8 PT Borneo Karya Indah Mandiri 42.812,00 22.184,67 51,82% 9 PT Kedungmadu Tropical Wood 41.044,00 39.181,83 95,46% 10 PT Segara Indochem Afd

Segara Indochem 54.000,00 28.450,91 52,27% Jumlah 571.204,25 319.441,89 55,92%

(34)

Tabel 8. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Oceanias Timber Product

2. PT Sima Agung 3. PT Kiani Lestari

4. PT Segara Indochem Afg Segara Timber 5. PT Inter Tropic Aditama

6. PT Hanurata Unit Mandu 7. PT Borneo Karya Indah Mandiri 8. PT Sumber Mas Timber

9. PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia 10. PT Melapi Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2011 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Limbang Ganeca

2. PT Wana Rimba Kencana

No Nama UPHHK-HA Produksi (mTarget 3) Produksi (mRealisasi 3) Persentase (%)

1 PT Hanurata Unit Manubar 58.000,00 30.532,80 52,64 2 PT Narkata Rimba 57.313,00 13.791,84 24,06 3 PT Gunung Gajah Abadi 77.552,55 15.934,93 20,55 4 PT Nadila Indodaya TPTJ Unit Kelolokan 42.069,00 7.092,29 16,86 5 PT Segara Indochem Afg

Segara Indochem 72.491,50 20.236,48 27,91 6 PT Segara Indochem Afg

Segara Timber 52.000,00 13.988,92 26,90 7 PT Panambangan 40.099,86 34.663,24 86,44 8 PT Kedungmadu Tropical Wood 60.000,26 27.435,42 45,72

Jumlah 459.526,17 163.675,92 35,62

No Nama UPHHK-HA Target Produksi

(m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase (%)

1 PT Jaya Timber 60.200,00 60.907,97 101,18 2 PT Belayan River Timber 55.000,00 12.385,98 22,52

(35)

3. PT Mutiara Kalja Permai 4. KUD Beringin Mulia 5. PT Melapi Timber

6. PT Barito Nusantara Indah

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2012 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Limbang Ganeca

2. PT Wana Rimba Kencana 3. PT Mutiara Kalja Permai 4. PT Jaya Timber

5. PT Melapi Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2013 disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Limbang Ganeca

2. PT Wana Rimba Kencana 3. PT Mutiara Kalja Permai 4. KUD Beringin Mulia

No Nama UPHHK-HA Target Produksi

(m3) Realisasi Produksi (m3) Presentase (%)

1 PT Barito Nusantara Indah 65.500,00 33.148,25 50,61 2 PT Belayan River Timber 45.200,00 25.928,50 57,36 3 KUD Beringin Mulia 30.000,00 20.066,34 66,89

Jumlah 140.700,00 79.143,09 56,25

No Nama UPHHK-HA Target Produksi (m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase (%)

1 PT Barito Nusantara Indah 30.000,00 10.170,88 33,90% 2 PT Belayan River Timber 35.000,00 22.793,52 65,12%

(36)

5. PT Melapi Timber 6. PT Jaya Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2014 disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2014

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Limbang Ganeca

2. PT Wana Rimba Kencana 3. PT Mutiara Kalja Permai 4. PT Melapi Timber 5. PT Belayan River Timber

Persentase realisasi produksi kayu bulat terhadap target produksi kayu bulat masing-masing UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara pada Tahun 2015 disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2015

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2016 Catatan:

Beberapa UPHHK-HA yang tidak berproduksi yaitu: 1. PT Limbang Ganeca

2. PT Wana Rimba Kencana 3. PT Mutiara Kalja Permai

No Nama UPHHK-HA Target Produksi

(m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase (%)

1 PT Jaya Timber 57.798,65 26.714,83 46,22 2 KUD Beringin Mulia 31.800,00 28.012,15 88,09 3 PT Barito Nusantara Indah 53.300,00 51.358,33 96,36

Jumlah 197.149,47 155.699,31 78,97

No Nama UPHHK-HA Target Produksi (m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase (%)

1 PT Jaya Timber 54.963,00 8.796,57 16,00 2 KUD Beringin Mulia 30.000,00 9.816,62 32,72 3 PT Barito Nusantara Indah 46.900,00 12.543,32 26,74 4 PT Belayan River Timber 25.000,00 3.921,55 15,69

(37)

4. PT Melapi Timber 5. PT Belayan River Timber

Dari seluruh tabel-tabel tersebut kemudian digabung menjadi data per tahun Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara seperti terdapat pada Tabel 14 dan Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 14. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat Seluruh Pemegang UPHHK-HA Tahun 2011 sampai 2015 di Kabupaten Kutai Timur

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur

Keterangan: Pada Tahun 2014 ada 1 pemegang IUPHHK-HA yang dicabut yaitu PT Porodisa Timber Industrial Coy Ltd karena izinnya masa berlakunya berakhir

Berdasarkan Tabel 14 di atas, ternyata antara Tahun 2011 sampai 2015 realiasi produksi kayu bulat UPHHK-HA yaitu antara 8 sampai 10 pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur mengalami fluktuasi naik turun dan rata-rata realiasi produksi terhadap target produksi per tahun mencapai 47,39 %. Tabel 15. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat Seluruh UPHHK-HA Tahun

2011 sampai 2015 di Kabupaten Kutai Kartanegara

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur

No Tahun Target Produksi (m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase Realisasi Terhadap Target Produksi (%) Jumlah pemegang IUPHHK-HA yang Berproduksi 1 2011 498.462,00 221,361,95 44,40 10 dari 19 2 2012 454.859,00 283.136,46 62,25 9 dari 19 3 2013 446.280,41 189.362,97 42,43 9 dari 19 4 2014 611.204,25 319.441,89 52,26 10 dari 18 5 2015 459.526,17 163.675,92 35,62 8 dari 18 Rata-rata 494.066,37 235.395,84 47,39 - No Tahun Target Produksi (m3) Realisasi Produksi (m3) Persentase Realisasi Terhadap Target Produksi (%) Jumlah pemegang IUPHHK-HA yang Berproduksi 1 2011 115.200,00 73.293,95 63,62 2 dari 8 2 2012 140.700,00 79.143,09 56,25 3 dari 8 3 2013 65.000,00 32.964,40 50,71 2 dari 8 4 2014 197.149,47 155.699,31 78,97 3 dari 8 5 2015 235.163,00 35.078,06 14,92 3 dari 8 Rata-rata 150.642,49 75.235,76 52,89 -

(38)

Keterangan: Pada Tahun 2011 dan 2012 PT Barito Nusantara Indah tidak berproduksi, Tahun 2013 berproduksi kembali, pada Tahun 2014 dan 2015 PT Belayan River Timber tidak berproduksi, pada Tahun 2011 dan 2013 KUD Beringin Mulia tidak berproduksi

Berdasarkan Tabel 15 di atas, ternyata antara Tahun 2011 sampai 2015 realiasi produksi kayu bulat UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu antara 2 sampai 3 UPHHK-HA mengalami fluktuasi naik turun dan rata-rata realiasi produksi terhadap target produksi per tahun mencapai 52,89 %.

Untuk mengetahui besarnya trend/kecendrungan perkembangan Realisasi Produksi Kayu Bulat Tahun 2011 sampai Tahun 2015 di Kabupaten Kutai Timur maka dilakukan pengolahan data yang hasilnya seperti terdapat pada Tabel 16.

Tabel 16. Trend/kecendrungan Perkembangan Realisasi Produksi Kayu Bulat Tahun 2011 sampai Tahun 2015 di Kabupaten Kutai Timur

No Tahun Realisasi Produksi (m3) Trend/Kecenderungan (%)

1 2011 221,361,95 2 2012 283.136,46 27,91 3 2012 283.136,46 4 2013 189.362,97 -33,12 5 2013 189.362,97 6 2014 319.441,89 68,69 7 2014 319.441,89 8 2015 163.675,92 -48,76 Rata-rata 235.395,84 14,72

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Tabel 13 di atas terlihat trend/kecendrungan produksi kayu bulat di Kabupaten Kutai Timur berfluktuasi setiap tahun selama tahun 2011 sampai tahun 2015 dengan nilai rata-rata trend per tahun sebesar 14,72 %.

Untuk mengetahui besarnya trend/kecendrungan perkembangan Realisasi Produksi Kayu Bulat Tahun 2011 sampai Tahun 2015 di Kabupaten

(39)

Kutai Kartanegara maka dilakukan pengolahan data yang hasilnya seperti terdapat pada Tabel 17.

Tabel 17. Trend/kecendrungan Perkembangan Realisasi Produksi Kayu Bulat Tahun 2011 sampai Tahun 2015 di Kabupaten Kutai Kartanegara No Tahun Realisasi Produksi (m3) Trend/Kecenderungan (%)

1 2011 73.293,95 2 2012 79.143,09 7,98 3 2012 79.143,09 4 2013 32.964,40 -58,35 5 2013 32.964,40 6 2014 155.699,31 372,32 7 2014 155.699,31 8 2015 35.078,06 -77,47 Rata-rata 75.235,76 61,12

Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Tabel 14 di atas terlihat trend/kecendrungan produksi kayu bulat di Kabupaten Kutai Kartanegara berfluktuasi setiap tahun selama tahun 2011 sampai tahun 2015 dengan nilai rata-rata trend per tahun sebesar 61,12 %

B. Pembahasan

Berdasarkan Tabel 4 sampai Tabel 8 serta Tabel 14 maka produksi kayu bulat seluruh Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (UPHHK-HA) yang berproduksi di Kabupaten Kutai Timur mempunyai kecenderungan berfluktuasi dengan rata-rata 14,72 %, namun secara rata-rata target produksi selama 5 tahun terakhir hanya tercapai 47,39 % menunjukkan rendahnya produktivitas pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur, sedangkan menurut aturan dalam penilaian kinerja pemegang IUPHHK-HA oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seperti terdapat dalam Pedoman Assesment kinerja (performance assesment) IUPHHK-HA sesuai Peraturan Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari No.P.14/PHPL/SET/4/2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan

(40)

Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) yaitu indikator kinerja produksi kayu bulat dianggap baik jika realisasi produksi melebihi 60 % dari target produksi.

Berdasarkan wawancara secara mendalam berdasarkan data yang diperoleh tanpa menggunakan transkrip (quisioner) dengan staf Bidang Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur terkait rendahnya produktivitas seluruh UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur ternyata hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yang dianggap paling banyak berpengaruh adalah lokasi blok tebangan yang semakin jauh dari logpond dan harga kayu bulat yang tidak terlalu menguntungkan. Lokasi blok tebangan saat ini relatif lebih jauh dari log pond sehingga jarak pengangkutan kayu bulat (hauling road) semakin panjang yang berpengaruh terhadap biaya produksi (production cost). Tidak diperbolehkan blok tebangan yang sudah ditebang dilakukan penebangan ulang (relogging/cuci mangkok) sebelum berakhir daur teknisnya seperti yang terdapat dalam Pedoman Sistem Silvikultur Tebang Pilih dan Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam. Harga kayu bulat yang masih belum memberikan keuntungan yang layak akibat biaya produksi yang tinggi juga menyebabkan gairah pemegang IUPHHK-HA tidak tertarik untuk aktif melakukan kegiatan produksi di lapangan karena harga kayu bulat ditentukan oleh harga produk turunannya seperti kayu lapis (plywood). Sebagai contoh dapat dilihat harga kayu bulat dan kayu lapis seperti terdapat pada tabel 18.

(41)

Tabel 18. Harga Kayu Bulat dan Harga Kayu Lapis Ukuran 9 mm x 122 cm x 244 cm di dalam Negeri

Sumber:

- Permendag No. 8/M-DAG/PER/2/2007

- Permendag Republik Indonesia No. 22/M-DAG/PER/4/2012 tanggal 24 Juli 2012 - Permenhut P.68/2014 tanggal 15 September 2014

- http://hargabahanbangunan.co/harga-triplek-terbaru.html

Berdasarkan Tabel 18 harga kayu bulat jenis meranti pada tahun 2014 sebesar Rp 760.000 dan harga kayu bulat jenis rimba campuran sebesar Rp 450.000 merupakan harga terendah antara tahun 2011 sampai 2015. Hal ini dipengaruhi oleh harga kayu lapis pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 yang mengalami penurunan, sebagai contoh harga kayu lapis ukuran 9 mm x 122 cm x 244 cm sebesar Rp 105.000. Sedangkan harga kayu bulat jenis meranti pada tahun 2015 sebesar Rp. 1.200.000 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, akibat harga kayu lapis mengalami kenaikan pada tahun 2014 ukuran 9 mm x 122 cm x 244 cm sebesar Rp. 125.000. Hal ini diperkuat oleh pendapat Handadhari (2005) bahwa besarnya biaya produksi pengusahaan kayu bulat rimba tidak mempengaruhi harga pasar kayu bulat di Indonesia tetapi lebih dipengaruhi oleh guncangan harga produk olahan.

Pada saat tertentu harga kayu bulat tidak menguntungkan pengusaha kayu (UPHHK-HA) sehingga keuntungan/profit margin rendah karena harga No Tahun Jenis Kayu Olahan (Rp/lembar)Harga Jenis Kelompok Kayu Bulat (Rp/mHarga 3)

Meranti 1.200.000 1 2011 Kayu lapis 112.000 Rimba Campuran 1.000.000 Meranti 1.270.000 2 2012 Kayu lapis 112.000 Rimba Campuran 953.000 Meranti 1.270.000 3 2013 Kayu lapis 105.000 Rimba Campuran 953.000 Meranti 760.000 4 2014 Kayu lapis 125.000 Rimba Campuran 450.000 Meranti 1.200.000 5 2015 Kayu lapis 102.000 Rimba Campuran 900.000

(42)

kayu bulat selain sangat ditentukan oleh harga produk olahan juga dipengaruhi oleh biaya produksi yang cenderung meningkat. Biaya produksi terbagi atas biaya produksi yang relevan (seperti biaya Tebang Pilih Tanam Indonesia, bunga pinjaman, gaji, upah, biaya pemeliharaan alat, penyusutan alat, dan sebagainya) dan pungutan resmi (Dana Reboisasi, Provisi Sumber Daya Hutan, Pajak Bumi dan Bangunan dan sebagainya) serta tidak resmi (fee kepada masyarakat, entertainment kepada petugas dan sebagainya).

Berdasarkan Tabel 9 Sampai Tabel 13 serta Tabel 15 maka produksi kayu bulat dari seluruh UPHHK-HA yang berproduksi di Kabupaten Kutai Kartanegara juga mempunyai kecenderungan berfluktuasi seperti di Kabupaten Kutai Timur dengan rata-rata kecenderungan 61,12 % namun secara rata-rata ketercapaian produksi terhadap target produksi per tahun selama 5 tahun terakhir tercapai 52,89 %.

Berdasarkan wawancara dengan staf Bidang Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur ternyata hal ini disebabkan oleh hal yang sama seperti yang terjadi di Kabupaten Kutai Timur. Realisasi produksi kayu bulat oleh seluruh UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur secara rata-rata sebesar 235.395,84 m3/tahun lebih tinggi daripada realisasi

produksi kayu bulat oleh seluruh UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara secara rata-rata sebesar 75.235,76 m3/tahun selama 5 (lima) tahun terakhir,

meskipun persentase realisasi produksi terhadap target produksi lebih tinggi Kabupaten Kutai Kartanegara daripada Kabupaten Kutai Timur tetapi dianggap relatif sama. Lebih tingginya realiasi produksi kayu bulat di Kabupaten Kutai Timur disebabkan oleh jumlah seluruh UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur sebanyak 19 unit pada tahun 2011 sampai 2013 dan tinggal 18 unit pada tahun

(43)

2015 sedangkan di Kabupaten Kutai kartanegara hanya terdapat 8 unit. Sehingga luas areal hutan UPHHK-HA yang dieksploitasi di Kabupaten Kutai Timur lebih besar dari pada di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Berdasarkan data pada Tabel 4 sampai Tabel 13 ternyata target produksi kayu bulat setiap UPHHK-HA selalu berbeda setiap tahun yaitu bisa lebih tinggi atau lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan staf Bidang Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur ternyata hal ini disebabkan oleh luas areal tebangan setiap RKT yang berbeda, potensi jenis-jenis kayu yang akan ditebang di masing-masing blok tebangan serta kemampuan membayar DR (Dana Reboisasi) dan PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan) pemegang IUPHHK-HA sebelum RKT disetujui karena kayu sebelum ditebang terlebih dahulu harus dilunasi pungutan DR dan PSDH. Kayu yang ditebang oleh pemegang IUPHHK-HA adalah kayu yang secara ekonomis laku dijual di pasaran dan bukan merupakan jenis kayu yang dilindungi. Berdasarkan format Laporan Hasil Produksi (LHP) dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, jenis kayu yang dianggap laku dipasaran (komersil) adalah meranti, kapur, keruing, bengkirai, nyatoh, anggi, agatis, prupuk, merasawa, kayu indah, rimba campuran. Sedangkan jenis kayu yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan SK Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 antara lain Ulin (Eusideroxylon zwageri), Banggeris (Koompassia malaccensis), Durian Hutan (Durio zibethinus), Tengkawang (Shorea Pinanga, S. Seminis) dan sebagainya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh staf Bidang Pengusahaan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur bahwa meskipun pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur sekitar 9 dan 10 unit tidak lagi berproduksi dan

(44)

Kabupaten Kutai Kartanegara sekitar 5 dan 6 unit tidak berproduksi, namun tidak bisa perusahaan tersebut dicabut izin operasinya oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan jika beberapa tahun tidak berproduksi karena jangka waktu ijin IUPHHK-HA berakhir selama 55 tahun, namun dapat dicabut jika melakukan pelanggaran berat seperti dengan sengaja melakukan pembakaran hutan, illegal logging dan sebagainya.

(45)

sebagai berikut:

1. Realisasi produksi kayu bulat seluruh UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Timur mempunyai trend sebesar 14,72 % yang berfluktuasi dengan rata-rata produksi per tahun selama 5 tahun terakhir sebesar 235.395,84 m3/tahun.

Sedangkan persentase realiasi produksi terhadap target produksi per tahun secara rata-rata sebesar 47,39 %.

2. Realisasi produksi kayu bulat seluruh UPHHK-HA di Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai trend sebesar 61,12 % yang berfluktuasi dengan rata-rata selama 5 tahun terakhir sebesar 75.235,76 m3/tahun. Sedangkan

persentase realiasi produksi terhadap target produksi per tahun secara rata-rata sebesar 52,89 %.

3. Fakor yang menyebabkan rendahnya realisasi produksi terhadap target produksi di Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara adalah relatif sama yaitu lokasi blok tebangan yang jauh dan harga kayu bulat yang tidak terlalu menguntungkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Perlu diberikan sanksi berupa pengurangan target/jatah produksi pada saat pengesahan RKT bagi pemegang IUPHHK-HA jika realiasi produksi tidak tercapai, namun dilain pihak jika realiasasi produksi tinggi atau mendekati

(46)

target produksi maka perlu diberikan penghargaan berupa peningkatan target produksi tetapi tidak boleh melebihi Target Tebangan Tahunan yang diperbolehkan berdasarkan azas kelestarian (Etat Produksi).

2. Perlu penelitian yang sama terhadap Kabupaten lain di Provinsi Kalimantan Timur yang terdapat pemegang IUPHHK-HA yaitu Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Berau, Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara.

(47)

Anonim. 2007b. Peraturan Pemerintah No. 6. 2007 Tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Lembaran Negara Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2012. Permendag RI No. 22/M-DAG/PER/4/2012 Tentang Harga

Patokan Hasil Hutan Tahun 2012. Jakarta.

Anonim. 2014. Permenhut RI P.68/2014 Tentang Harga Patokan Hasil Hutan

Tahun 2014. Jakarta.

Anonim. 2016a. Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. Tenggarong.

Anonim. 2016b. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka Tahun 2015. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Kutai Timur. Sangatta.

Anonim. 2016c. Laporan Tahunan Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Kayu Bulat

Hutan Alam di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

Anonim. 2016d. http://hargabahanbangunan.co/harga-triplek-terbaru.html

Anonim. 2016e. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.14/PHPL/SET/4/2016 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu. Jakarta.

Handadhari, T. 2005 Dasar-dasar Penetapan Sistem Pungutan Hasil Hutan di

Indonesia. Kementerian Kehutanan. Jakarta.

Justianto A. 2010. Laporan Perkembangan Pemanfaatan dan Penggunaan

Hutan Produksi. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Usaha Kehutanan Departemen Kehutanan RI. Jakarta.

Sriyono. 2009. Data dan Informasi Cara Pemanfaatan Hutan. Direktorat Jendral

Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan RI. Jakarta.

Sunyoto, D. 2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. Alat Statistika dan Analisis Out

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Kutai Timur
Gambar 3. Papan Nama Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 5. Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur yang           Menangani Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memenuhi kewajiban mereka sesuai dengan Pasal 4, 6 dan 7 Konvensi, Pihak-pihak negara maju akan memberikan prioritas untuk negara-negara Pihak Afrika dan dalam hal ini, akan:

Pengamatan lebih lanjut pada komponen kualitas susu lainnya (Tabel 3) menunjukkan sapi genotipe BB di BPPT-SP Cikole cenderung menghasilkan bahan kering dan bahan kering tanpa

Perlakuan  sterilisasi  tanah  berpengaruh  nyata  terhadap  pertumbuhan  tanaman.  Tanaman  menunjukkan  pertumbuhan  yang  lebih  rendah  pada  tanah  yang 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi SDM, penerapan standar akuntansi zakat, infak dan sedekah (PSAK NO 109) dan kualitas laporan keuangan

setelah melakukan kritik terhadap sanad dan juga matan hadis tentang orang bermuka dua, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hadis tersebut adalah

Penguatan kelembagaan yang meliputi kondisi kelembagaan, pemberian dukungan/bantuan kepada lembaga masyarakat dan pengkoordinasian lembaga massyarakat dalam kemitraan

positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja pada UMKM yang menerima KUR. 2) Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitriana (2012)

Tahun 2008 Pulau Sebesi telah ditetapkan menjadi salah satu Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) di Kabupaten Lampung Selatan. Namun, potensi sumberdaya wisata bahari