• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM DESA PEREMPUAN INDONESIA MAJU MANDIRI (DESA PRIMA) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PROGRAM DESA PEREMPUAN INDONESIA MAJU MANDIRI (DESA PRIMA) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM DESA PEREMPUAN INDONESIA MAJU

MANDIRI (DESA PRIMA) TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Irwani Jamilah*, Erlina** dan Rujiman**

*Alumni PWD SPs USU **Dosen PWD SPs USU

Abstract: The research was conducted in Serdang Bedagai about the influence of

the Indonesian Women's Program Desa Maju Mandiri (Desa Prima) to the Regional Development in Serdang Bedagai. The analytical method used in this research is descriptive analysis and multiple linear regression analysis by taking a sample of respondents as many as 120 people each 20 people from six villages. The result showed that. Prima Village Programme Implementation which includes the dimensions of institutional strengthening, resource empowerment of women and community development went very well because it is in the region are very positive based on the interpretation of the score. Dimensions of institutional strengthening which includes coaching community agencies, providing support / assistance to community agencies and community organizations in partnership coordination has an average total value is 4.51. Dimensions resource empowerment of women which includes training and assistance to communities in a sustainable society has an average total value is 4.38. Dimensions of community development which include counseling, facilitation and services have a total average value is 4.53. Prima Village program with variable dimensions of institutional strengthening (X1), resource empowerment of women (X2), and community development (X3) has a positive and significant impact on regional development Serdang Bedagai.

Abstrak: Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai tentang pengaruh Program Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri (Desa Prima) terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan mengambil sampel responden sebanyak 120 orang yang masing-masing 20 orang dari 6 desa. Hasil penelitian diperoleh bahwa. Pelaksanaan Program Desa Prima yang meliputi dimensi penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumberdaya perempuan dan pengembangan masyarakat berjalan sangat baik karena berada pada daerah sangat positif berdasarkan interprestasi skor. Dimensi penguatan kelembagaan yang meliputi pembimbingan lembaga masyarakat, pemberian dukungan/bantuan kepada lembaga masyarakat dan pengkoordinasian lembaga masyarakat dalam kemitraan memiliki nilai total rata-rata yaitu 4,51. Dimensi pemberdayaan sumberdaya perempuan yang meliputi pelatihan masyarakat dan pendampingan kepada masyarakat secara berkelanjutan memiliki nilai total rata-rata yaitu 4,38. Dimensi pengembangan masyarakat yang meliputi penyuluhan, fasilitasi dan pelayanan memiliki nilai total rata-rata yaitu 4,53. Program Desa Prima dengan dimensi variabel penguatan kelembagaan (X1), pemberdayaan sumberdaya perempuan (X2), dan pengembangan masyarakat (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Kata kunci: Program Desa Prima, penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumberdaya perempuan, pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah

penduduk yang besar dan memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Dengan posisi geografi Indonesia yang strategis

(2)

menjadikan negara Indonesia memiliki peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian global. Indonesia memiliki potensi sebagai negara yang maju namun masih belum bisa melepaskan diri dari permasalahan bangsa terutama permasalahan perekonomian dan pembangunan yang menyangkut kehidupan warga negaranya.

Pembangunan bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan pendapatan (Todaro, 2000). Sirojuzilam (2005) menyatakan pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana. Selanjutnya Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan suatu wilayah yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi akan cepat berkembang dibanding wilayah lain.

Dalam perspektif pembangunan yang berbasis pada kemampuan lokal, sebagaimana dikemukakan Caventa dan Valderama dalam Suhirman (2003) bahwa keberhasilan pembangunan diukur dari seberapa besar masyarakat mampu mendayagunakan sumber-sumber local yang mereka miliki yang secara kategoris terdiri dari :

1. Modal Manusia (human resources), yang meliputi jumlah penduduk, skala rumah tangga, kondisi pendidikan dan keahlian serta kondisi kesehatan warga. 2. Modal Alam (natural resources),

meliputi sumber daya tanah, air, hutan, tambang, sumberaya hayati dan sumber lingkungan hidup.

3. Modal Finansial (financial resources), meliputi sumbers-umber keuangan yang ada seperti tabungan, pinjaman, subsidi, dan sebagainya.

4. Modal Fisik (phisichal resources), meliputi infrastruktur dasar yaitu transportasi, perumahan, air bersih, sumber energi, komunikasi, peralatan produksi maupun sarana yang membantu manusia untuk memperoleh mata pencaharian.

5. Modal Sosial (social captal resourches), yakni jaringan kekerabatan dan budaya, serta keanggotaan dalam kelompok, rasa saling percaya, lembaga kemasyarakatan, pranata sosial dan tradisi yang mendukung, serta akses kepada kelembagaan sosial yang sifatnya lebih luas.

Ada berbagai macam kendala yang selama ini dihadapi oleh masyarakat pedesaan dalam melaksanakan pembangunan antara lain :

1. Keterbatasan kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia. 2. Keterisolasian dan keterbatasan sarana

dan prasarana fisik.

3. Lemahnya kemampuan kelembagaan terhadap peluang-peluang bisnis yang ada jasa dan perdagangan.

4. Terbatasnya akses masyarakat kepada sumber-sumber kemajuan ekonomi yang antara lain meliputi : akses permodalah, akses teknologi produksi, akses manajemen usaha, pengetahuan dan keterampilan SDM yang ada, akses informasi pasar dan keberlanjutan usaha-usaha produksi.

Permasalahan perekonomian yang selalu dihadapi bangsa Indonesia adalah tingginya tingkat kemiskinan dengan diikuti pembangunan yang belum merata. Hal ini berbanding terbalik dengan potensi negara Indonesia yang besar tetapi masyarakatnya lebih banyak yang hidup digaris kemiskinan dan pembangunan belum maksimal.

Permasalahan perempuan di bidang ekonomi tidak terlepas dari kemiskinan. Perempuan dalam kegiatan usaha secara umum terbagi dalam empat kelompok, yaitu perempuan tidak mampu berusaha karena beban kemiskinan; perempuan yang belum/tidak berusaha,; perempuan pengusaha mikro; dan perempuan pengusaha kecil dan menengah.

Perempuan tidak mampu berusaha karena beban kemiskinan khususnya dalam pemenuhan pendidikan dan kesehatan, harus berusaha dengan segala cara dan berorientasi pada kebutuhan saat ini. Perempuan dalam keluarga miskin ini sulit untuk berpikir jernih dan terbuka dalam menata kehidupan masa depan. Sedangkan untuk perempuan yang belum/tidak berusaha, dihadapkan kepada permasalahan sikap, budaya, pengetahuan dan penerapan.

(3)

Perempuan tidak berusaha karena kurangnya motivasi walaupun sumberdaya yang dimilikinya sebenarnya cukup atau mampu. Di lain pihak, ada perempuan ingin maju tetapi tidak memiliki pengetahuan atau ketrampilan untuk usaha (Satker Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, 2006).

Permasalahan kemiskinan dan pembangunan yang cukup kompleks ini membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Pada tahun 2002, Kementerian Pemberdayaan Perempuan telah menetapkan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) sebagai prioritas untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan, disamping kebijakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan serta perlindungan perempuan dan anak. Salah satu model Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) adalah Model “Desa Prima” (Perempuan Indonesia Maju Mandiri).

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan No. 1 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan, Pasal 1 ayat 12 menjelaskan PPEP sebagai program strategis peningkatan kualitas hidup dan pemenuhan hak ekonomi perempuan melalui peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dalam upaya mengurangi beban biaya kesehatan dan pendidikan keluarga miskin.

Pada Ayat 13 dijelaskan bahwa Model Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri yang selanjutnya disebut Model Desa PRIMA adalah sebuah desa percontohan untuk menanggulangi kemiskinan melalui upaya ekonomi disertai pengurangan beban biaya kesehatan dan pendidikan bagi keluarga miskin, dengan memanfaatkan seluruh potensi/sumber daya baik alam maupun manusia.

Model “Desa Prima” (Perempuan Indonesia Maju Mandiri) adalah suatu model yang melibatkan seluruh masyarakat untuk ikut membangun desa sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan sekaligus menanggulangi kemiskinan desa melalui subsidi silang antar kelompok masyarakat yang berekonomi lebih baik kepada masyarakat yang kurang beruntung. Kebijakan

pengembangan model ini dilakukan untuk mengurangi beban biaya kesehatan dan pendidikan karena sampai saat ini kedua hal tersebut paling dirasakan dan sangat membebani kehidupan keluarga miskin. Dengan menyadari keragaman sosial budaya masyarakat, maka pengembangan “Desa Prima” sepenuhnya diserahkan pada komitmen masyarakat sendiri (Satker Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, 2006).

Beberapa permasalahan peningkatan kualitas perempuan, antara lain disebabkan :

1. Lemahnya kelembagaan karena kelompok-kelompok perempuan atau organisasi yang dibentuk oleh pemerintah melalui kegiatan sektoral maupun kelompok-kelompok perempuan yang tumbuh dari bawah belum memadai.

2. Kurangnya peran perempuan dalam pembangunan karena belum optimalnya pemberdayaan sumberdaya perempuan yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan formal perempuan.

3. Kurangnya pengembangan masyarakat seperti : penyuluhan, fasilitasi dan penyuluhan

Kabupaten Serdang Bedagai telah melaksanakan model “Desa Prima” di Desa Sei Serimah Kecamatan Bandar Khalifah tahun 2009, Desa Cinta Air Kecamatan Perbaungan tahun 2010, Desa Dolok Sagala Kecamatan Dolok Masihul tahun 2011, Desa Tebing Tinggi Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2012, Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan tahun 2013, Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2014, dan Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan tahun 2015.

METODE

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai tentang pengaruh Program Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri (Desa Prima) terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan mengambil sampel responden sebanyak 120 orang yang masing-masing 20 orang dari 6 desa.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penguatan kelembagaan yang meliputi kondisi kelembagaan, pemberian dukungan/bantuan kepada lembaga masyarakat dan pengkoordinasian lembaga massyarakat dalam kemitraan dalam program Desa Prima sudah berjalan sebagaimana mestinya dengan kerjasama dengan lembaga masyarakat dalam meningkatkan ekonomi perempuan, pengembangan sistem informasi dan sistem monitoring telah berjalan dengan baik dalam Program Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri. Hal ini disebabkan keseluruhan masyarakat responden menjawab rata-rata sangat positif dengan penguatan kelembagaan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam program Desa Prima yang ada di masing-masing desa.

Pemberdayaan sumberdaya perempuan yang meliputi pelatihan masyarakat, dan pendampingan kepada masyarakat dalam program Desa Prima sudah berjalan sebagaimana mestinya dengan pengembangan kapasitas SDM, akses terhadap informasi pasar dan teknologi, pengetahuan dan pemberian modal dan pengetahuan mengenai pembiayaan telah berjalan dengan baik dalam Program Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri. Hal ini disebabkan keseluruhan masyarakat responden menjawab rata-rata sangat positif dengan pemberdayaan sumberdaya perempuan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam program Desa Prima yang ada di masing-masing desa.

Pengembangan masyarakat yang meliputi penyuluhan, fasilitasi dan pelayanan dalam program Desa Prima sudah berjalan sebagaimana mestinya dengan perempuan diberikan penyuluhan, membantu dan memudahakan usaha kelompok, mengakomodir permasalahan yang dihadapi kelompok usaha masyarakat telah berjalan dengan baik dalam Program Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri. Hal ini disebabkan keseluruhan masyarakat responden menjawab rata-rata sangat positif dengan pengembangan masyarakat yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam program Desa Prima yang ada di masing-masing desa.

Pengembangan wilayah yang meliputi pendapatan, kesempatan usaha dan kerja, pendidikan, dan kesehatan dalam program Desa Prima sudah berjalan sebagaimana mestinya dengan meningkatnya pendapatan, kesempatan usaha dan kerja, pendidikan dan kesehatan akibat adanya Program Desa Perempuan Indonesia Maju Mandiri. Hal ini disebabkan keseluruhan masyarakat responden menjawab positif dengan pengembangan wilayah yang diperoleh dari adanya program Desa Prima yang ada di masing-masing desa.

Program Desa Prima dengan dimensi variabel penguatan kelembagaan (X1), pemberdayaan sumberdaya perempuan (X2), dan pengembangan masyarakat (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dewi, et al (2010) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pinjaman dana bergulir P2KP dengan peningkatan pendapatan usaha kelompok swadaya masyarakat di BKM Bina Budi Mulya, Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok. Hasil penelitian Cahyaningtyas (2008) yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara P2KP terhadap pengembangan usaha masyarakat Desa Mejasem Barat Kabupaten Tegal.

Pembangunan masyarakat perdesaan khususnya pemberdayaan sumberdaya perempuan sebenarnya meliputi dua unsur pokok. Pertama, materi yang dihasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia yang menjadi manusia pembangunan. Para ahli ekonomi memang berbicaran tentang SDM atau sumber daya manusia. Tetapi pembicaraan tentang manusia disini lebih menekankan aspek keterampilan. Dengan demikian, manusia dianggap sebagai masalah teknis untuk peningkatan produksi saja. Dengan demikian, masalah manusia dilihat sebagai masalah teknis untuk peningkatan keterampilan, melalui bermacam sistem pendidikan (Budiman, 2000). Pada titik ini, berbicara tentang faktor-faktor non-material, seperti adanya rasa aman, rasa bebas dari ketakutan, dan sebagainya. Hanya dengan diciptakannya suasana ini, kondisi yang merangsang kreativitas (yang

(5)

pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia pembangunan yang punya inisiatif dan dapat memecahkan bermacam persoalan) dapat diselenggarakan. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material. Selain itu pembangunan juga harus menciptakan kondisi-kondisi yang membuat manusia bisa mengembangkan kreativitasnya. Bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut harus merasa bahagia, merasa aman dan bebas dari rasa takut. Hanya manusia seperti inilah yang bisa menyelenggarakan pembangunan dan memecahkan masalah yang dijumpainya (Budiman, 2000). Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2010). Untuk menjelaskan fungsi ilmu sosiologi, ada gunanya jika melihat ke proses pengaturan peran-serta pemanfaat dalam pembangunan pedesaan. Pernyataan “mengutamakan manusia” dalam proyek-proyek pemabangunan berarti member manusia lebih banyak peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memperkuat manusia untuk mengarahkan kapasitas mereka sendiri, menjadi aktor sosial ketimbang subyek yang pasif, mengelola sumberdaya, membuat keputusan dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Hasil dari pendekatan atas-bawah (top-down) yang paternalistik cukup terkenal. Kita sekarang tiba-tiba mendengar mode-mode pernyataan yang mendukung pendekatan peran-serta (participatory approaches) dari politikus, perencana ahli ekonomi, dan teknokrat. Para ahli ilmu sosial adalah di antara yang pertama menjelaskan perlunya partisipasi. Partisipasi dalam program pembangunan pedesaan lebih merupakan slogan daripada realita. Pernyataan yang dilontarkan secara tajam oleh Gelias Castillo – “bagimana peran-serta menjadi peran-serta

pembangunan” (how participatory is participatory development?) – sepenuhnya dibenarkan dan harus dinyatakan pada setiap program pembangunan. Apa yang sesunguhnya terjadi apabila manusia tidak diutamakan secara meyakinkan telah ditunjukkan oleh analisis dari banyak program pembangunan yang selesai namun gagal. Kottak dalam Cernea (1988), menyatakan bahwa mengutamakan manusia dalam campur tangan pembangunan berarti memenuhi kebutuhan bagi perubahan yang mereka rasakan; mengidenfikasi sasaran dan strategi bagi perubahan yang sesuai dengan budaya; membangun yang tepat-guna secara budaya, dapat dilaksanakan, dan rancangan yang efisien bagi inovasi; lebih bertujuan memanfaatkan ketimbang menentang kelompok dan organisasi yang ada; memantau dan mengevaluasi secara informal peserta selama pelaksanaan; dan mengumpulkan informasi terinci sebelum dan sesudah pelaksanaan sehingga dampak sosioekonomi dapat dinilai secara akurat. Keahlian sosial dapat membantu melokasikan dan merumuskan proyekproyek yang diprakarsai oleh penduduk setempat dalam menjawab masalah-masalah konkret yang mereka rasakan dan perubahan yang ingin mereka lakukan sendiri. Para ahli Sosiologi juga dapat membantu melokasikan “kantung-kantung kemiskinan” yang merupakan arah program pembangunan (Cernea, 1988).

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai (Pendum PNPM Mandiri, 2007). Menurut Setiana (2005), pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagi upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai

(6)

suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat member peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum. Selanjutnya Kartasasmita dalam Setiana (2005) mengatakan bahwa pada dasarnya memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakganan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pengertian lain tentang pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja (www.wikipedia.com). Untuk memahami proses pemberdayaan secara lebih proporsional, Korten dalam Soetomo (2006) menjelaskan power sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan keputusan.

Pemberdayaan sumberdaya perempuan dapat dilakukan melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam home industry dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam pemberdayaan sumberdaya perempuan yang terpenting adalah dimuali dengan bagaimana cara menciptakan kondisi,

suasana, atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan Program Desa Prima yang meliputi dimensi penguatan kelembagaan, pemberdayaan sumberdaya perempuan dan pengembangan masyarakat berjalan sangat baik karena berada pada daerah sangat positif berdasarkan interprestasi skor. Dimensi penguatan kelembagaan yang meliputi pembimbingan lembaga masyarakat, pemberian dukungan/bantuan kepada lembaga masyarakat dan pengkoordinasian lembaga masyarakat dalam kemitraan memiliki nilai total rata-rata yaitu 4,51. Dimensi pemberdayaan sumberdaya perempuan yang meliptu pelatihan masyarakat dan pendampingan kepada masyarakat secara berkelanjutan memiliki nilai total rata-rata yaitu 4,38. Dimensi pengembangan masyarakat yang meliputi penyuluhan, fasilitasi dan pelayanan memiliki nilai total rata-rata yaitu 4,53.

2. Program Desa Prima dengan dimensi variabel penguatan kelembagaan (X1), pemberdayaan sumberdaya perempuan (X2), dan pengembangan masyarakat (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

SARAN

1. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan Program Desa Prima dengan memaksimalkan sosialisasi Program Desa Prima kepada masyarakat gender perempuan untuk dapat ikut serta dalam program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan.

2. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu meningkatkan program dana bergulir yang tepat sasaran dengan memberikan modal kepada kelompok usaha masyarakat yang memiliki usaha yang jelas dan

(7)

memberikan bantuan modal bergulir kepada kelompok usaha masyarakat yang anggotanya miskin dengan terlebih dahulu memberikan pelatihan kewirausahaan sehingga bantuan modal dapat dimanfatkan dengan baik dan pengembalian modal juga dapat dimaksimalkan.

3. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai perlu melaksanakan Program Desa Prima di seluruh kecamatan, hal ini disebabkan baru terlaksana pada 4 (empat) kecamatan.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Cahyaningtyas, N. W. 2008. Pengaruh Pinjaman Modal Kerja Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap Pengembangan Usaha Masyarakat (Studi Kasus Badan Keswadayaan Mejasem (BKM) Desa Mejasem Barat Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal). Sosekhum Vol. 4 No. 5 November 2008.

Cernea, M.M. 1988. Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan. Universitas Indonesia. Jakarta. Cox, D. 2004. Outline of Presentation on

Poverty Alleviation Programs in th Asia Pacific Region. Makalah disampaikan pada International Seminar on Curriculum Develompent for Social Work Education in Indonesia. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. 2 Maret 2004. Bandung.

Dewi, A.A., E. S. Suhendra dan B. Susanti. 2010. Pengaruh Pinjaman Dana Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kelompok Swadaya Masyarakat di Kota Depok (Studi Kasus: Proyek Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok). Universitas Gunadarma. http://www.gunadarma.ac.id.

Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan 1. Medan : USU Press.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Cetakan IV UNDIP. Semarang. Kartasasmita, G. 2000. Pembangunan

Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Pustaka Cidesindo. Jakarta.

Kartasasmita, G. 2001. Pemberdayaan Masyarakat : Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Sarasehan DPD Golkar Tk. I Jawa Timur, Surabaya, 14 Maret 1997. Miraza, B. H. 2005. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Bandung : Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung-Koordinator Jawa Barat.

Mondang, H. 2013. Peran Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa. Governance, Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unsrat, Manado. Vol. 5 No.1 Tahun 2013.

Nasoetion, L. I. 1999. Pendekatan Agropolitan dalam rangka Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Makalah Seminar Nasional Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. IPB. Bogor.

Nugroho, I dan R. Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Oakley, P. 1991. Projects With People, The Practice of Participation in Rural Development. International Labour Office. Geneva.

Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Edisi Juli 2007.

PTO Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Edisi Februari 2010. Pranarka, A.M.W. 2006. Pemberdayaan :

Konsep, Kebijakan dan Implementasi. CSIS. Jakarta.

Prasetya, R.Y.H. 2014. Pembangunan

Masyarakat Desa.

(8)

03/teori-pembangunan-masyarakat-desa-dan.html.

Prastyo, A.G. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2003-2007). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Purba, B.P.J. 2006. Pengaruh Program

Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) terhadap Pengembangan Wilayah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Raya - Kabupaten Simalungun. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Vol.2 Nomor 1 Agustus 2006.

Ridlo, M. A. 2001. Kemiskinan di Perkotaan. Penerbit Unissula Press. Semarang.

Sangadji, E,M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi Yogyakarta.

Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach 2nd Edition, John Wiley and Son. New York.

Setiana. 2005. Kebijakan, Srtategi dan Program Pengembangan Sumberdaya Manusia Dan Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Sirojuzilam. 2005. Regional Planning and Development. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Sekolah Pascasarjana USU Medan. Vol.1 Nomor 1 Agustus 2005. Hal 10-14.

Sirojuzilam dan K. Mahalli. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dan Ekonomi. USU Press. Medan.

Soetomo, 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sri Rezeki, D.P. 2006. Analisis Penanggulangan Kemiskinan Melalui Implementasi Program P2KP di Kota (Studi Kasus Di Kelurahan

Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2000 - 2003). Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan.

Sugiyono. 2003. Statistik Nonparametris Untuk Peneltian. Alfabeta. Bandung. Supardi, I. 1994. Pembangunan Yang

Memanfaatkan Sumber Daya. Rineka Cipta, Jakarta.

Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ketujuh. Erlangga, Jakarta.

Wahyono, Ary. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Media Pressindo. Yogyakarta.

Wahyuni, K.T. 2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor.

World Bank. 2005. Social Capital, Empowerment, and Community

Driven Development.

http://info.worldbank.org/etools/bspa n/PresentationView.

asp?PID=936&EID=482, 11 Mei 2005

Yulianto, T. 2005. Fenomena Program-Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Klaten (Studi Kasus Desa Jotangan Kecamatan Bayat). Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Yunita, R. 2010. Evaluasi Pelaksanaan

Program Model Desa Prima di Kota Bengkulu (Studi Kasus pada Pilot Project Kelurahan Pelaksana Program Model Desa Prima di Kota Bengkulu. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Bengkulu.

Referensi

Dokumen terkait

Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24 Agustus 2016. Materi yang akan diajarkan adalah melakukan perkalian dua bilangan dengan cara bersusun pendek.

Dokter bilang saya terkena Infeksi Saluran Kemih (Bukan batu ginjal karena ketika dokter menekan bagian bawah pinggang tidak terasa sakit.  Yang sakit adalah ketika ditekan bagian

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa membuat program pengembangan desa maju dan mandiri dan mencantumkan dalam Renstra.Program pengembangan desa maju dan mandiri

Pengadaan perlengkapan Minimarket untuk paket full toko akan mendapatkan layanan konsultasi gratis untuk perencanaan layout 3D dan anggaran investasi.. Diskon diberikan

Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran, kesimpulan mengenai hasil penelitian lapangan mengenai nilai – nilai Islam pada film Bulan Terbelah

Dalam penanganan ini menggunakan aplikasi sistem AMR untuk monitoring dan evaluasi pemakaian energi listrik di pelanggan.Selain itu dapat melihat seluruh data pada

Data tersebut dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok difokuskan kepada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga memberi gambaran

meskipun pengetahuan remaja dikelurahan penkase dalam kategori cukup tetapi sikap mereka dan tingkat konsumsi buah dan sayur mereka masuk dalam kategori kurang 23