• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fixx PRESENTASI KASUS TB PARU TIFOID DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fixx PRESENTASI KASUS TB PARU TIFOID DAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PRESENTASI

KA-SUS

Disusun Oleh :

IKA YUNIARTI

110.2011.121

Pembimbing :

Dr. Melly Ismelia, Sp.PD

(2)

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny W.

Usia

: 35 Tahun.

Jenis Kelamin : Perempuan

Status marital : Menikah

Tanggal Lahir : 19 Maret 1972.

Alamat

: Kp Citelu 02/01, Sukatani, Cil

aki

Pendidikan

: SMA.

Pekerjaan

: Pedagang.

(3)

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Demam turun naik sejak ±1 minggu sebelum masuk

rumah sakit.

Didapatkan melalui autoanamnesis pada

tanggal 19 Maret 2017.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh keluhan demam sejak ± 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit. Keluhan demam dirasakan naik turun, naik

terutama pada sore hingga malam hari. Keluhan demam juga

tidak membaik walaupun sudah meminum obat penurun panas

dari warung.

(4)

Keluhan sesak, nyeri dada, nyeri perut dan keluhan pada buan

g air besar dan buang air kecil disangkal pasien. Perubahan w

arna dan konsistensi saat buang air besar, sulit buang air besa

r, nyeri buang air kecil dan perubahan warna pada air kencing

tidak dirasakan oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

(5)

PEMERIKSAAN FISIK

Kondisi umum : Sakit sedang

Kesadaran

: Kompos mentis.

Tekanan Darah : 120/70 mmHg.

Nadi

: 84 kali/menit, regular.

Pernapasan

: 24 kali/menit.

(6)

Kepala

Bentuk: Normal, simetris.

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refeks cahaya

positif pada kedua mata, pupil bulat isokor, edema periorbita negatif,

ptosis negatif.

THT: Bentuk normal, simetris, tidak ditemukan napas cuping hidung

maupun sianosis.

Mulut

: Bibir tidak sianosis, mukosa bibir tidak hiperemis.

PEMERIKSAAN FISIK

(7)

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi

Rose spot

-Paru

: Bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris

saat statis dan dinamis.

Jantung : Iktus kordis terlihat di ICS V linea midclavicula

an-terior sinistra.

Palpasi

Paru

: Fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri.

Jantung : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula

an-terior sinistra,

thrill

teraba di apeks dan ICS II sinistra.

Perkusi

Paru

: Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hati di

ICS VI linea midklavikula dekstra, peranjakan paru positif.

Batas Jantung :

Kiri : ICS V linea midclavicula anterior sinistra.

Kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra.

Atas

: ICS II linea sternalis sinistra.

Auskultasi

Paru

: Suara napas vesikular, tidak ada ronki atau

mengi.

(8)

PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen

Inspeksi

: Datar, simetris, tidak ada retraksi epigastrium,

tidak tampak pembesaran organ.

Palpasi : Teraba kenyal, tidak ada nyeri tekan. Hepar dan Lien

tidak teraba membesar,

ballotement

ginjal negatif.

Perkusi : Timpani pada ke-4 kuadran abdomen.

Shifting

dull-ness

-Auskultasi : Bunyi usus positif, normal (frekuensi 14 kali/

menit).

(9)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter

Hasil

Nilai Normal

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Trombosit

Leukosit

(10)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Rontgen Thoraks (tanggal 17-03-2017)

Cor tidak membesar

Sinus dan diafragma normal

Pulmo : hilus normal, corakan bronkovaskular bertambah,

tampak bercak lunak di kedua lapang paru terutama lapa

ng atas dan tengah

Kesan : TB paru aktif

USG ABDOMEN (tanggal 23-03-2017)

Kesan :

Tidak tampak pembesaran KGB paraaorta dan para

ili-aka

USG Hepar, kandung empedu, pankreas, lien, ginjal

kanan

dan kiri serta vesika urinaria masih tampak dalam

batas

(11)

DIAGNOSIS KLINIS

Observasi febris et causa

Tuberkulosis paru dengan

(12)

TATALAKSANA

Non-medikamentosa

Bed rest

Medikamentosa

RHZE 450/300/1000/1000

Cefotaxime 2x1 gr IV

Omeprazole 1x40 mg Iv

Ondansetron 1x4 mg iv

Ketorolac 2x1 IV

PCT infus 3X500mg IV

MP 1X125 MG

Pct 3x500 mg PO

(13)

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

DAN

(15)

Tuberkulosis

Paru

Infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium 

tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang  panjangnya 1-4 / um dan tebal 0,3 - 0,6 /um  dengan dinding kuman terdiri atas asam lemak  (lipid).

(16)

TUBERKULOSIS PARU

(17)
(18)

Diagnosis TB

Diagnosis TB

1. Semua suspek TB diperiks 3 spesimen dahak dalam waktu 2 

hari, yaitu sewaktu – pagi – sewaktu.

2.

Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan dite-mukan kuman TB (BTA) 

3.

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemerik-

saan foto torak saja. Foto torak tidak selalu memberikan gam-

baran yang khas pada TB paru sehingga sering terjadi overdiag-nosis

1. Semua suspek TB diperiks 3 spesimen dahak dalam waktu 2 

hari, yaitu sewaktu – pagi – sewaktu.

2.

Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan dite-mukan kuman TB (BTA) 

(19)

Anamnesis Anamnesis

Gejala lokal (respiratorik)

batuk lebih dari 2 minggu, hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada.

Gejala sistemik, demam,

malaise, keringat malam, anoreksia, dan penurunan berat badan.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik

Pada pasien TB dapat

dite-mukan suara napas bronkial, amorfk, suara napas

melemah, atau ronki basah. Pada pasien dengan lim-fadenitis TB terdapat pem-besaran kelenjar KGB sekitar leher dan ketiak.

Pemeriksaan Dahak Mikroskopik Pemeriksaan Dahak

Mikroskopik

Pemeriksan dahak berfungsi untuk

menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

•Pemeriksaan dahak untuk pene-gakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS)

(20)

•Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa pot dahak un-tuk mengumpulkan da-hak pagi pada hari ke 2

S

(Se-waktu)

•Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot

dibawa dan diserahkan sendiri kepada UPK

P (Pagi)

Dahak dikumpulkan

di UPK pada hari ke dua saat menyer-ahkan dahak pagi

S (Sewaktu)

Pemeriksaan dahak mikroskopik

(21)

1

1

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Pada kasus ini pemeriksaan foto torak dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru

BTA positif. (lihat bagian alur)

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Pada kasus ini pemeriksaan foto torak dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. (lihat bagian alur)

2

2

Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada 

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif ,dan 

Tidak ada perbaikan setelah antibiotika non OAT

Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada 

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif ,dan 

Tidak ada perbaikan setelah antibiotika non OAT

3

3

Pasien tersebut diduga mempunyai komplikasi sesak napas berat.Pasien tersebut diduga mempunyai komplikasi sesak napas berat.

Indikasi Pemeriksaan Foto Thorak

(22)

Lokasi atau organ tubuh  yang sakit: paru atau ekstra paru

Bakteriologi (hasil  pemerik-saan dahak secara  mikroskopis):   BTA positif  atau BTA negatif

Tingkat keparahan penyakit:  ringan atau berat

Riwayat pengobatan TB  se-belumnya: Baru atau  sudah pernah  diobati

Klasifikasi penyakit dan tipe pasien

Klasifikasi penyakit dan tipe pasien

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu definisi kusus  yang meliputi 4 hal yaitu

(23)

1

. Tuberkulosis Paru

: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis yang menyerang 

(jaringan parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada 

hilus.

1

. Tuberkulosis Paru

: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis yang menyerang 

(jaringan parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada 

hilus.

2.Tuberkulosis Ekstra Paru

: Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain 

paru, misalnya: Pleura, selaput otak, selaput jantung ( perikardium), kelenjar lymfe, 

tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain- lain

2.Tuberkulosis Ekstra Paru

: Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain 

paru, misalnya: Pleura, selaput otak, selaput jantung ( perikardium), kelenjar lymfe, 

tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain- lain

(24)

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

pada TB paru

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

pada TB paru

1. Tuberkulosis Paru BTA Positif

Sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA p 

  ositif.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorax dada 

mengambarkan Tuberkulosa

Satu spesimen SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB posi-tif.

1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen da-hak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan 

tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT

1. Tuberkulosis Paru BTA Positif

Sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA p 

  ositif.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorax dada 

mengambarkan Tuberkulosa

Satu spesimen SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB posi-tif.

(25)

2. Tuberkulosa Paru BTA Negatif

Kriteria diagnosis paru BTA negatif harus meliputi:

3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

Foto torak abnormal menunjukan gambaran tuberkulosa

Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

2. Tuberkulosa Paru BTA Negatif

Kriteria diagnosis paru BTA negatif harus meliputi:

3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

Foto torak abnormal menunjukan gambaran tuberkulosa

(26)

Klasifkasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

Klasifkasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

1. TB Paru BTA negatif foto thorax positif

Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan 

ringan. Bentuk berat bila gambaran foto torak memperlihatkan gambaran 

kerusakan paru yang luas atau keadaan umum pasien buruk.

2. TB ekstra paru,

 dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, 

yaitu:

a. TB ekstra paru ringan

, misalnya: TB kelenjar lymfe, pleuritis eksuda-tiva unilateral.

b. TB ekstra paru berat,

misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peri-tonitis, pleutitis eksudativa bilteral, TB tulng belakang, TB usus, TB 

saluran kemih dan alat kelamin.

1. TB Paru BTA negatif foto thorax positif

Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan 

ringan. Bentuk berat bila gambaran foto torak memperlihatkan gambaran 

kerusakan paru yang luas atau keadaan umum pasien buruk.

2. TB ekstra paru,

 dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, 

yaitu:

a. TB ekstra paru ringan

, misalnya: TB kelenjar lymfe, pleuritis eksuda-tiva unilateral.

(27)

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi beberapa

tipe pasien

1. Kasus Baru

Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari  satu bulan ( 4 minggu).

2. Kasus Kambuh ( Relaps)

Pasien tuberkulosa yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan diny-atakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif

3. Kasus setelah putus obat

Psien yng telah putus berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

4. Kasus setelah gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bu-lan ke lima atau lebih selama pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi beberapa

tipe pasien

1. Kasus Baru

Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari  satu bulan ( 4 minggu).

2. Kasus Kambuh ( Relaps)

Pasien tuberkulosa yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan diny-atakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif

3. Kasus setelah putus obat

Psien yng telah putus berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

4. Kasus setelah gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bu-lan ke lima atau lebih selama pengobatan.

(28)

5

. Kasus Pindah (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari unit pelayanan kesehatan ( UPK) yang 

memiliki registrasi TB lain untuk melanjutkan pengobatan.

6. Kasus Lain

Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas (kelompok kronik) yauitu 

pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan 

ulang

5. Kasus Pindah (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari unit pelayanan kesehatan ( UPK) yang 

memiliki registrasi TB lain untuk melanjutkan pengobatan.

6. Kasus Lain

(29)

Pengobatan TB

Tujuan Pengobatan

Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuahn, memutuskan rantai  penularan, dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Prinsip Pengobatan

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan  dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi)  pemakaian OAT kombinasi Dosis Tetap ( OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat di-anjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung ( DOT= 

(30)

Tahap Awal (intensif)

 Pada tahap intensif atau awal pasien mendapatkan pengobatan setiap hari dan perlu diawasi  secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

 Bila pengobtan Intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien menular tidak men-jadi meular dalam kurun waktu 2 minggu.

 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan

Tahap Lanjutan

 Pada tahap lanjutan pasien menadapatkan jenis OAT lebuh sedikit, namun dalam jangka  waku yang lebih lama

(31)

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia

 Panduan OAT yang digunakan oleh program Nasional Penanggulangan Tuberkulosa di In-donesia

1. Kategori 1 : 2(HRZE)/ 4(HR)3

2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/5(HR) 3RE3

      Disamping kedua kategori ini disediakan kedua obat sisispan (HRZE) 3. Kategori Anak : 2 HRZ/4HR

 Panduan OAT kategori -1 dan kategori -2 disedikan dalam bentuk paket berupa obat kombi- nasi dosis tetap (OAT-KDT). Sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam ben-tuk OAT kombipak.

 Tabel OAT KDT terdiri dari komplikasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya dis-esuaikan dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu  pasien.

 Paket kombipak

     Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol

(32)

Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.

a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

• Pasien baru TB paru BTA positif

• Pasien TB paru BTA negatif foto torax positif

(33)
(34)

Kategori -2 : 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang):

 Pasien kambuh

(35)

CC

Catatan:

1. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisisn adalah  500 mg tanpa memperhatikan BB.

(36)

Pada pasien dilakukan rontgen thoraks

(37)

Nama obat Dosis

har-ian(<50kg

)

Dosis

har-ian(>50kg

)

 

Isoniazid

300 mg

400 mg

600 mg

Rifampicin

450 mg

600 mg

600 mg

Pirazi-namid

1000 mg

2000 mg

2-3 g

Strep-tomicin

750 mg

1000 mg

1000 mg

Etambutol

750 mg

1000 mg

1-1,5 g

Pada pasien : kasus baru

(38)

DEMAM TIFOID

(39)

Keluhan :   persendian dan otot

≥ 50%

Gambaran klinik

(40)

Pada pemeriksaan fisik ditemukan

:

Demam yang tinggi.

(

rose spot

)

Perut distensi

disertai dengan

ny

eri tekan perut.

Bradikardia relatif.

Hepatosplenomegali.

Jantung membesar

dan

lunak.

Bila sudah terjadi

perforasi

maka akan dida

(41)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA PASIEN

Leukosit.

NORMAL

SGOT dan SGPT.

NORMAL

Biakan darah.

Uji Widal.

-Diagnosis

Diagnosis biasanya berdasarkan anamnesis,

pe-meriksaan fsik dan gejala klinik serta pepe-meriksaan

laboratorium serologi. Bila didapati titer O yang tinggi

tanpa imunisasi sebelumnya, maka diagnosis demam

tifoid dapat dianggap positif.

Diagnosis dapat dipastikan bila biakan dari darah, tinja,

urin, sumsum tulang, sputum atau eksudat purulen

(42)

PENATALAKSANAAN

NON MEDIKAMENTOSA - TIRAH BARING

- NUTRISI - CAIRAN - KOMPRES

MEDIKAMENTOSA

SIMPTOMATIK

(43)

Limfoma Non Hodgkin

Kelompok keganasan primer limfosit yang berasal dari limfosit B, limfosit T, 

dan terkadang (sangat jarang) berasal dari sel natural killer 

NK

 yang berada 

(44)

Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi dan Faktor Resiko

Sebagian besar LNH tidak 

diketahui penyebabnya.

Sebagian besar LNH tidak 

diketahui penyebabnya.

Faktor resiko yang 

berhubungan dengan LNA 

meliputi imunodefisiensi, 

Virus ebstein bar (EBV)

Faktor resiko yang 

berhubungan dengan LNA 

(45)

Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis

1. Pembesaran KGB 2. Malaise

3. Demam tinggi ≥38 C 4. Keringat malam

5. Penurunan berat badan 10 dalam waktu 1 bulan 6. Keluhan anmeia

7. Keterlibatan cincin waldeyer (suara serak. 8. Pada pemeriksan fisik didapatkan pembesaran 

KGB

1. Pembesaran KGB 2. Malaise

3. Demam tinggi ≥38 C 4. Keringat malam

5. Penurunan berat badan 10 dalam waktu 1 bulan 6. Keluhan anmeia

7. Keterlibatan cincin waldeyer (suara serak. 8. Pada pemeriksan fisik didapatkan pembesaran 

KGB

(46)

Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium: darah perifer  lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal

2. Pencitraan CT scan/ USG abdomen: untuk  mengetahui adanya pembesaran KGB  paraaorta abdominal. Foto thorak untuk  mengetahui adanya pembesaran KGB medi-astinum 

3. Pemeriksaan THT: untuk mengetahui adanya  keterlibatan cincin waldeyer

4. Gastroskpi: untuk melihat keterlibatan lam-bung

5. Bone scan: untuk mengetahui keterlibatan tu-lang

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium: darah perifer  lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal

2. Pencitraan CT scan/ USG abdomen: untuk  mengetahui adanya pembesaran KGB  paraaorta abdominal. Foto thorak untuk  mengetahui adanya pembesaran KGB medi-astinum 

3. Pemeriksaan THT: untuk mengetahui adanya  keterlibatan cincin waldeyer

4. Gastroskpi: untuk melihat keterlibatan lam-bung

(47)

Tatalaksana

Tatalaksana

Derajat keganasan rendah : kemoterapi obat 

tunggal atau ganda (per oral), radioterpi pa-iatif.

Derajat keganasan menengah

1.

Stadium I-IIA : Radioterapi atau ke-moterapi parenteral kombinasi

2.

Stadium IIIB-IV: Kemoterapi par-enteral kombinasi

3. Derajat Keganasan Tinggi: Kemoterapi 

parenterl kombinsi lebih ( lebih 

agresif), radioterapi hanya untuk 

berperan tujuan paliatif

Derajat keganasan rendah : kemoterapi obat 

tunggal atau ganda (per oral), radioterpi pa-iatif.

Derajat keganasan menengah

1.

Stadium I-IIA : Radioterapi atau ke-moterapi parenteral kombinasi

2.

Stadium IIIB-IV: Kemoterapi par-enteral kombinasi

3. Derajat Keganasan Tinggi: Kemoterapi 

parenterl kombinsi lebih ( lebih 

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Pelajar yang dipilih bagi hasil kerjasama yang dijalankan oleh MDEC akan menjalani latihan industri atau program berkaitan selama tiga hingga enam bulan seperti yang

Data yang telah dikumpul kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui mengenai pentingnya media barang bekas mengembangkan kreativitas anak di taman kanak-kanak Aisyiyah 1

DDR2 (double data rate 2 synchronous dynamic random access) adalah teknologi RAM yang digunakan sebagai media penyimpanan data dengan kecepatan tinggi pada computer atau

“Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhnya perkara perkara mu’jizat itu berada di sisi Allah”. Gambaran ini menyebabkan sipembaca sejarah Nabi Muhammad SallaLlahu ‘alaibi Wassalam

Gejala yang dapat menyertai bayi dengan glaukoma kongenital adalah takut akan sinar, selalu menutup matanya bila kena cahaya, mata selalu berair dan diameter kornea

Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui peran dan strategi public relations dalam meningkatkan brand image di Lorin Solo Hotel.. Metode penelitian

Pada tanggal 18 Februari 2013, kondisi pasien mulai berangsur membaik, di mana sesak sudah tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada, bibir kebiruan tidak ada,

Berdasarkan hasil simulasi terhadap desain semi-free piston two stroke diesel engine karya Fathallah dan Barus (2013), dapat dilihat bagaimana karakteristik dari angular moment