• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran kurikulum dalam reformasi diponegoro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran kurikulum dalam reformasi diponegoro "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KURIKULUM DALAM REFORMASI

(Analisis Rubrik Harian Kompas 23 April 2014)

I. Identifikasi masalah

Rubrik Harian Kompas 23 April 2014 lalu memuat kolom pendidikan yang membahas

tentang peran kurikulum dalam reformasi. Namun, terdapat beberapa masalah yang terjadi

dalam perubahan kurikulum seperti yang dikutip dalam rubrik, yaitu:

a. Perumusan dan perubahan kurikulum di Indonesia banyak dipengaruhi intervensi politik.

Jika melihat anggaran yang dikucurkan untuk perubahan kurikulum sangatlah besar

maka perubahan kurikulum seakan menjadi agenda wajib untuk dilakukan disetiap ganti

pemerintahan.

b. Perubahan kurikulum yang begitu sering dilakukan. dapat ditarik kesimpulan bahwa

kurikulum yang ada nampaknya belum dapat mengakomodir kebutuhan jangka panjang,

sehingga kurikulum terkesan sebagai upaya reaktif pemerintah terhadap penanganan isu

yang berkembang hari ini, kurikulum yang dibuat bukan sebagai upaya preventif

pemerintah untuk menghadapi tantangan kehidupan masyarakat masa depan.

c. Kurikulum yang dibuat terkesan diskriminatif. Kurikulum yang sejatinya adalah

rencangan pelaksanaan pendidikan dimana pendidikan adalah usaha untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan bernegara. Namun kurikulum yang ada dipandang sebagai

sekumpulan mata pelajaran yang ditempuh oleh peserta didik di sekolah untuk

memperoleh ijazah,1 sehingga pantas jika dalam diskusi seperti yang dikutip di Kompas

bahwa pendidikan Indonesia cenderung mengabaikan potensi untuk membangun

lingkungan, masyarakat, dan bangsanya.

d. Kurikulum terkesan instan, perubahan kurikulum seperti yang dikatakan oleh HAR

Tilaar sangat tergesa-gesa. Kurang memperhatikan kajian terhadap kurikulum yang

dahulu secara mendalam.

e. Standar yang dipakai dalam pembuatan kurikulum nampaknya terlalu bersifat lokal,

sehingga ketika dipakai untuk mengikuti standar yang lain Indonesia terkesan lemah f. Perubahan kurikulum tidak dibarengi dengan perubahan yang lain. Ketika kurikulum

berubah, ternyata masih banyak guru yang belum mengerti tentang perubahan tersebut,

(2)

sumber belajar pun belum sepenuhnya tersalurkan. Ini yang menjadi problem perubahan

kurikulum.

II. Pembahasan Masalah

1. Kurikulum dalam perubahannya tentu mempengaruhi berbagai aspek yang terkait.

Mulyasa dalam bukunya Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,

mengunkapkan ada 7 kunci sukses dalam perubahan kurikulum, yaitu: Kepemimpinan

kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber

belajar, lingkungan yang kondusif, dan partisipasi warga.2

a. Kepala sekolah (Manajemen), aspek pertama yang terkait dengan perubahan

adalah kepala sekolah, karena kepala sekolah sebagai pusat dari manajerial, orang

utama yang mengatur (mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan

semua sumberdaya yang tersedia) kearah terapainya tujuan dari kurikulum.

b. Guru, jika meninjau pengertian kurikulum sebagai curere maka kurikulum bisa

bermakna kendaraan. Sebagus apapun kendaraan tanpa pengendara yang handal

akan sia-sia, sebaliknya kendaraan yang biasa-biasa dengan pengendara yang

handal akan menjadi sesuatu yang istimewa.3 Maka aspek terpenting dalam

perubahan kurikulum ialah guru, sebagai orang utama pengendara kurikulum.

Disinilah kreativitas guru diuji.

c. Peserta didik, sebagai subjek sekaligus objek dari kurikulum, tentu aktivitas

peserta didik menjadi aspek yang terkait. Aktivitas peserta didik mulai dari

disiplin, cara belajar yang aktif, mampu berpartisipasi, dan sebagainya.

d. Sosialisasi, dengan kondisi negara kepulauan yang begitu luas, aspek sosialisasi

kurikulum menjadi hal yang penting dilakukan, agar semua pihak yang terlibat

dalam implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus

dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga

mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.

e. Fasilitas dan Sumber Belajar, agar perubahan kurikulum yang sudah dirancang

berjalan dengan optimal maka fasilitas dan sumber belajar harus memadai. Karena

menjadi hal yang nihil jika perubahan kurikulum tidak dibarengi dengan perubahan

fasilitas dan sumber belajar yang dipakai. Dalam kaitannya fasilitas dan sumber

belajar terbagi menjadi fasilitas yang direncanakan dan dimanfaatkan.

2E Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2013)

Cet. 3, h. 39

3

Anita lie, Kurikulum Sebagai Kendaraan.

(3)

f. Lingkungan, demi tercapainya tujuan dari perubahan kurikulum, kondisi

lingkungan yang kondusif menjadi salah satu aspek yang terkait baik secara fisik

maupun non-fisik. Lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib, optimisme dan

harapan yang tinggi dari sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan yang terpusat

pada peserta didik, merupakan iklum yang baik untuk menunjang perubahan.

g. Partisipasi warga, sekolah sebagai lembaga sosial hendaknya jika mengalami

perubahan pasti melibatkan masyarakat, karena masyrakat sebagai klien dari

pendiidkan, sebagai tolok ukur tercapainya tujuan dari perubahan kurikulum yang

ada.

2. Dari ketujuh aspek yang berkaitan dengan perubahan kurikulum di atas, jelas sekali

aspek terpenting dalam kurikulum adalah kreativitas guru. Mulai dari perencanaan,

pengembangan, penerapan, sampai evaluasi hanya guru lah yang benar-benar berada

dalam lingkup tersebut. Dalam perubahan, yang harus dilakukan adalah mempersiapkan

kesiapan pelaksana, karena sebagus apapun kurikulum yang dimiliki tanpa adanya

kreatifitas seorang guru dalam melaksanakannya akan menjadi percuma, namun

sebaliknya jika kurikulum sederhana apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat

dan kreatifitas maka hasilnya akan baik, tentunya lebih baik memiliki kurikulum bagus

dan guru yang memiliki kemampuan bagus. Tentunnya sumberdaya pendidikan lain

seperti sarana prasarana, lingkungan, organisasi dan budaya serta seluruh stake holder

yang lain ikut berpengaruh.4 Maka dari itu kreativitas guru menjadi faktor utama dalam

kurikulum.

3. Dalam pengembangan kurikulum harus memiliki prinsip-prinsip, sekurangnya ada 7

prinsip, yaitu: relevansi, efektivitas, efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas, orientasi

pada tujuan, dan sinkronisasi

a. Relevansi, ialah kedekatan hubungan dengan apa yang ada disekitar. Relevansi

pendidikan dengan lingkungan anak didik, dengan kehidupan yang akan datang,

dengan dunia kerja, dengan ilmu pengetahuan.5

b. Efektivitas, maksudnya adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai

sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan.6 Prinsip ini ditinjau dari dua

dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses mengacu pada kefektifan proses

4Nana Syaodih, Sukmadinata. Kurikulum dan Pembelajaran. dalam Ali, M., Ibrahim. R., Sukmadinata, N. S.,

Suidjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: Pedagogiana, 2009), h. 119

5

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz-Media, 2010) Cet. 3, h. 179

(4)

pembelajaran sebagai real kurikulum, sedangkan dimensi produk mengacu pada hal

yang ingin dicapai.7

c. Efisiensi, proses belajar mengajar yang baik akan tercipta jika, biaya, waktu, dan

tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut optimal.8

d. Kesinambungan, perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

kesinambungan, tidak terputus baik antar pelajaran, maupun antar grade, juga

dengan pekerjaan.9

e. Fleksibilitas, artinya tidak kaku, ada ruang gerak yang memberi kebebasan untuk

bertindak. Ada dua macam fleksibel, yaitu: fleksibilitas dalam memilih program

pendidikan, dan fleksibilitas dalam pengembangan program pembelajaran.10

f. Orientasi pada tujuan, tentu dalam setiap perubahan yang menyangkut dengan

pendidikan harus berorientasi kepada tujuan pendikan nasional, dan kurikulum harus

memiliki tujuan inti, sehingga dengan adanya kejelasan tujuan tersebut pendidik

dapat menentukan secara tepat metode, media, alat, bahan pengajaran dan evaluasi11

g. Sinkronisasi, kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua

kegiatan kurikuler, ekstrakulikuler, dan ko-kulikuler serta pengalaman belajar

lainnya dapat serasi, selaras, seimbang, searah, dan setujuan.12

Ketujuh prinsip ini harus dimiliki setiap pengembangan kurikulum, hal ini dimaksudkan

untuk mentaati langkah-langkah pengembangan kurikulum dan untuk menimbulkan

pemahaman bahwa kurikulum mendukung tatanan nilai yang luhur, yang ditinjau dari

berbagai sumber pandangan, seperti psikologi, sosiologi, manajemen, ekonomi,

pendidikan, filsafat, politik dan sebagianya.

III. Kritik terhadap perubahan kurikulum 2013

Kurikulum 2013 sebenarnya bukan merupakan kurikulum yang baru, melainkan

pengembangan terhadap kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum berbasis kompetensi.

Dengan pemfokusan kompetensi lebih kepada domain afektif (sikap), pembentukan

kompetensi karakter siswa, berupa paduan pengetahun, keterampilan dan sikap yang dapat

didemonstrasikan siswa.13

7Zainal arifin, Op Cit., h. 33 8

Abdulah idi, Op Cit., h. 181

9Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit., h. 151 10Abdullah Idi, Op Cit., h. 182

11Ibid, h. 183 12

Zainal Arifin, Op Cit., h. 35

(5)

Dalam konsepnya kurikulum 2013 memiliki keunggulan, yaitu: 1) menggunakan

pendekatan yang bersifat ilmiah (kontekstual) yang bermuara pada hakekat peserta didik

untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan potensi masing-masing; 2) berbasis

karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan dan kemampuan lain; 3) mata

pelajaran dalam penyampaiannya lebih menggunakan pada pendekatan kompetensi, terutama

berkaitan dengan keterampilan.14

Namun, setelah berjalan kurang lebih 1 tahun, kurikulum terasa berjalan tidak

maksimal. Di media cetak banyak memuat tulisan-tulisan kritik terhadap kurikulum 2013.

Abdul Rahman dalam Media Indonesia mmenuliskan bahwa kurikulum 2013 banyak akan

penyampaian kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dimiliki siswa,

hal ini yang menjadi PR guru dalam menyampaikannya, kreativitas guru dituntut untuk

melakukan hal itu.15 Dikesempatan lain Khoiruddin Bashori mengunkapkan, kegalauan yang

terjadi pada kurikulum 2013 adalah 1) kurangnya kepercayaan diri guru, melihat beban yang

;begitu besar dan jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya guru merasa pesimis; 2)

instruktur yang belum cukup dapat menjelaskan substansi dan praktik kurikulum 2013,16 ini

menjadi persoalan utama karena kebanyakan guru sudah pesimis akan kemampuan mereka

sehingga perlu mengikuti workshop, namun yang terjadi instruktur pada workshop tersebut

juga dirasa tidak dapat mentrasfer ilmunya untuk menjelaskan substansi dan praktik

kurikulum 2013.

Dalam proses analisi kurikulum, terdapat 5 pilar yang menjadi fokus analisis, yaitu:

Knowledge, teaching, learning, resources dan society. Dalam lima pilar ini yang menjadi

persoalan dalam implementasi kurikulum selama ini terletak pada aspek teaching dan

resources. Imas dan Berlin sani dalam bukunya Implementasi kurikulum 2013: Konsep dan

Penerapan mengungkapkan ada 24 kelemahan yang terjadi pada kurikulum 2013, yang terdiri

dari aspek Teaching 11 kekurangan (berasal dari guru (motivasi, pengelolaan kelas dna

penilaian), aspek learning 4 kekurangan (berasal dari siswa), aspek resources 8 kekurangan

(berasal dari manajemen dan fasilitas) dan aspek society 1 kekurangan (dari aspek

masyarakat).17Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya titik kelemahan pada kurikulum 2013

adalah aspek manajemen sekolah yang tidak siap dan kompetensi guru yang kurang.

14

Ibid., h. 164

15Abdul Rahman, Tantangan Implementasi Kurikulum 2013 Pada Madrasah (Media Indonesia: Senin, 16

September 2013)

16Khoiruddin Bashori, Multitasking dalam Pelaksanaan K-13 (Media Indonesia: Senin, 24 Februari 2014) 17

(6)

IV. Kesimpulan

Benar adanya terkait dengan judul rubrik pada harian Kompas yang menuliskan

“Pendidikan: Reformasi dimulai dari Kurikulum”, karena jika melihat kembali makna

kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dna pengaturan mengenai tujuan, isi dan

bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan. Maka tepat jika ingin memperbaharui pendidikan di Indonesia, hal utama yang

harus diperbaharui adalah kurikulum sebagai alat utama pencapai tujuan pendidikan.

Tentu, bukan hanya kurikulum, tetapi banyak faktor lain yang membantu untuk

memperbaiki pendidikan, seperti: Pembelajaran, ketenagaan, sarana, dana, informasi,

lingkungan, dan sebaginya. Tentu semuanya terangkum bagaimana pengelolaan manajemen

pendidikan yang baik dan dukungan masyarakat yang aktif untuk memajukan pendidikan di

Indonesia. Dengan sifatnya pendidikan yang dinamis, maka perubahan yang dilakukan juga

harus terus menerus dilakukan secara kontinu.

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

(7)

Bashori, Khoiruddin. Multitasking dalam Pelaksanaan K-13. Media Indonesia: Senin, 24

Februari 2014

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

Cet. 2, 2010

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan.

Surabaya: Kata Pena, Cet. 2, 2014

Lie, Anita. “Kurikulum Sebagai Kendaraan”.

http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/27/09425764/Kurikulum.sebagai.Kendaraan,

23 September 2013

Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. 3, 2013

Rahman, Abdul. Tantangan Implementasi Kurikulum 2013 Pada Madrasah. Media

Indonesia: Senin, 16 September 2013

Sukmadinata, Nana Syaodih. Kurikulum dan Pembelajaran. dalam Ali, M., Ibrahim. R.,

Sukmadinata, N. S., Suidjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi

Referensi

Dokumen terkait

 Program peningkatan kapasitas dalam konteks perencanaan tata ruang pesisir dan laut sangat penting untuk dilakukan secara rutin yang melibatkan lembaga- lembaga inti yang

Sedangkan perbedaannya skripsi yang ditulis oleh Hanif Dewi Saputri bertujuan untuk menganalisis pengembangan minat dan bakat siswa melalui anajemen ekstrakurikuler di SD Muhammadiyah

Dharmawangsa III No.1,Kebayoran Baru, Jakarta Selatan KAMPUS II : Jl. Solihin, MT Zulkani Sinaga,

Berdasarkan rumusan target di atas, maka PkM ini akan difokuskan pada pembangunan SDM sejak usia dini (siswa sekolah dasar) yang belum mendapat kesempatan

Skema yang diharapkan oleh pemerintah dalam keterkaitan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 170 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

rekaan, vibranium dimaknai secara metafora sebagai sumber kehidupan di Wakanda. Kehebatannya bahkan menjadi incaran penjahat kelas internasional yang ingin menjualnya

Operasi sumur pemboran (Cementing) Golden Plaza Blok H.2 - Jln. RS Fatmawati No. Penyedia peralatan mekanikal, elektrikal, instrumentasi, pompa, kompressor, alat berat dan suku

Untuk memulai memprogram ichibot Arduino nano anda dapat melihat pada contoh program, buka folder Program Ichiduino Nano pada CD Ichiduino Nano dan pilih folde