• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN LITERASI BAHASA INGGRIS AWAL UNTUK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA WANAGIRI, KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN LITERASI BAHASA INGGRIS AWAL UNTUK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA WANAGIRI, KABUPATEN BULELENG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN

LITERASI BAHASA INGGRIS AWAL UNTUK ANAK-ANAK

SEKOLAH DASAR DI DESA WANAGIRI, KABUPATEN BULELENG

Luh Putu Artini1, Ni Nyoman Padmadewi2, Ni Komang Arie Suwastini3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Kemampuan berbahasa Inggris sekarang ini merupakan sebuah kebutuhan sebagai akibat dari pesatnya arus globalisasi. Berdasarkan prinsip pembelajaran abad 21, anak-anak usia sekolah harus mendapat kesempatan mengembangkan kompetensi global agar siap dalam persaingan di dunia global, dimana salah satu dati kompetensi tersebut adalah kompetensi dalam bahasa internasional (Bahasa Inggris). Begitu

pentingnya untuk memulai pengenalan literasi dalam bahasa Inggris pada usia anak- anak, dunia internasional mengenal istilah Primary English Language Teaching (PELT) yaitu Bahasa Inggris sekolah dasar. PELT sekarang ini berkembang begitu pesat di seluruh dunia karena adanya kebutuhan bagi generasi muda untuk dibekali dengan kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris saat mereka harus terjun di dunia pekerjaan. Menurut Whitehead (2007) bahasa Inggris 1 23 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni UNDIKSHA

Email: putu.artini@undiksha.ac.id)

The development of quality human resources, especially those in potential tourism areas, should start early, by building the characters and early English literacy skills. In addition to building the character of learning motivation and enthusiasm, this community service was aimed at building the foundation of English literacy that has been considered as an asset for developing human resources in the field of tourism. The subjects were Grade 5 students of SDN 3 Wanagiri who possessed a smartphone since the activity involved both face to face and online English literacy activities which lasted for three months. This community service involved 3 lecturers who had the expertise in early EFL literacy and 2 students who had passed the TEYL course. The children were found to show excellent progress in early literacy as indicated by an ability to respond and speak basic English. They also developed motivation and enthusiasm to learn English.

Keywords: character building, literacy development, English early literacy

Pembangunan SDM berkualitas, khususnya di daerah potensi pariwisata harus dimulai sejak dini dengan cara menanamkan nilai-nilai karakter dan pengembangan literasi bahasa Inggris awal. Selain untuk membangun karakter untuk memiliki semangat belajar dan rasa ingin tahu serta bekerja keras, PkM juga bertujuan untuk membangun motivasi dan meletakkan dasar literasi berbahasa Inggris yang merupakan asset dalam mengembangkan SDM di bidang pariwisata. Anak-anak yang dilibatkan adalah siswa kelas 5 SDN 3 Wanagiri yang memiliki smartphone karena kegiatan mengombinasikan antara tatap muka dan daring. Waktu pelaksanaan adalah 3 bulan dengan melibatkan 3 pengabdi yang memiliki keahlian di bidang literasi bahasa Inggris awal dan 2 mahasiswa yang sudah memiliki pelatihan khusus tentang literasi awal bahasa Inggris untuk anak-anak sekolah dasar. Kegiatan penguatan karakter melalui pengembangan litarasi ini sangat berhasil membangun literasi awal bahasa Inggris yang dibuktikan dengan kemampuan berkomunikasi dasar dalam bahasa Inggris dan rasa senang dalam belajar.

(2)

sekarang ini bahkan disebut sebagai komoditi global sehingga setiap negara perlu penganggaran khusus agar generasi muda negara tersebut siap untuk bersaing di dunia global. Penganggaran tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas program literasi dalam bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar. Penganggaran tersebut digunakan untuk meningkatkan kualitas program literasi dalam bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar.Hayes (2007) menjelaskan bahwa bahasa Inggris di sekolah dasar hendaknya tidak hanya dijadikan sebagai sebuah mata pelajaran. Seharusnya bahasa Inggris diperlakukan sebagai salah satu komponen penting dari Pendidikan dasar, sehingga saat meninggalkan sekolah dasar, anak-anak sudah memiliki fondasi yang kuat dalam bahasa Inggris yang merupakan salah satu kompetensi global yang diperlukan dalam pengembangan karir di kemudian hari (Ananiadou & Claro, 2009). Kompetensi berbahasa Inggris yang dibangun sejak dini juga berdampak terhadap pengembangan karakter melalui pembiasaan proses pembiasaan, pengembangan, dan belajar. (Faizah, dkk., 2016). Untuk jangka Panjang, anak-anak akan terbiasa menjadi tekun, memiliki rasa ingin tahu dan cerdas.

Dalam hal ini di Indonesia secara umum, atau Bali secara khusus, belum menargetkan adanya ketrampilan literasi bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar. Beberapa sekolah memang mulai mengajarkan bahasa Inggris pada kelas tertentu tetapi target pencapaian bersifat akademik yaitu menarget pencapaian nilai kompetensi minimal. Dengan kata lain, bahasa Inggris diajarkan sebagaimana halnya pelajaran lain yang lebih menekankan unsur kognitif (learning to know) dari pada literasi (learning to do)

yang melibatkan kemampuan berbahasa (berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis) yang sesuai dengan konteks kehidupan nyata.

Kegiatan literasi yang menargetkan kompetensi berbahasa bisa diinisiasi melalui kegiatan membaca yang merupakan batu loncatan untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa dan sekaligus meningkatkan budaya membaca di kalangan anak-anak. Budaya membaca sangat penting untuk mulai dibangun sejak usia dini karena beberapa alasan: Pertama, kebiasaan membaca secara langsung akan berakibat terhadap peningkatan kemampuan berbahasa, baik tulis, maupun lisan (Bainbridge, 2012). Melalui membaca anak-anak mulai mengenal kata, ungkapan, dan makna serta berlatih untuk konsentrasi dalam mencerna alur cerita maupun informasi yang dibacanya melalui cara yang alamiah. Kedua, membaca meningkatkan ketrampilan hidup (life skill) anak karena melalui membaca anak bisa mencari/menemukan informasi ataupun menyediakan informasi yang diperlukan (Watson, 2012). Ketiga, membaca secara langsung dapat meningkatkan kemampuan mencerna dan menyampaikan informasi (Kress, 2003b) yang berdampak pada pengembangan pengetahuan dan membuka wawasan seseorang. Selain itu seseorang yang sudah terbangun budaya membacanya akan memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara verbal (lisan) maupun tulisan dengan baik dan efektif (Cope & Kalantzis, 2000). Keempat, membaca bagi anak-anak akan mengembangkan kemampuan literasi sekaligus nilai-nilai moral dan kematangan pola fikirnya (Shrestha, 2008). Demikian pentingnya kegiatan membaca tersebut sehingga sudah saatnya melakukan sesuatu

(3)

yang membantu anak-anak Indonesia membangun karakter budaya bacanya. Kegiatan literasi sekolah yang sudah diperkenalkan secara nasional sejak tahun 2016 sampai saat ini menyasar pada kegiatan membaca dalam bahasa nasional (bahasa Inggris). Sesungguhnya, kegiatan ini juga perlu divariasikan dengan mengenalkan bacaan sederhana dalam bahasa Inggris untuk membangun literasi dalam bahasa asing ini (dengan kegiatan yang terbimbing mengingat anak-anak belum mengenal bahasa asing tersebut. Dengan demikian akan terbangun karakter rasa ingin tahu dan semangat untuk mempelajari bahasa yang baru tersebut. Melalui kegiatan literasi bahasa Inggris kepada anak-anak yang belum pernah mendapat pelajaran bahasa Inggris diharapkan bisa membangun karakter dan sekaligus membangun literasi mereka dalam bahasa Inggris (Artini, 2014). IDENTIFIKASI MASALAH

Provinsi Bali pada umumnya, atau Kabupaten Buleleng pada khususnya, dikenal sebagai destinasi pariwisata internasional. Oleh sebab itu kompetensi berbahasa Inggris amatlah penting, dan bahkan sudah dianggap sebagai asset bagi masyarakat Bali untuk bisa hidup lebih baik melalui pekerjaan di bidang pariwisata. Akan tetapi, bahasa Inggris secara formal tidak diajarkan secara formal di sekolah dasar, padahal menurut teaori, seharusnya bahasa asing ini mulai dikenalkan sejak usia anaka-anak apabila ingin mencetak SDM yang memiliki kompetensi dalam bahasa internasional ini (Brown, 2014). Oleh sebab itu perlu adanya suatu upaya untuk membantu anak-anak sekolah dasar negeri, khususnya di sekolah-sekolah yang tidak

mendapat pelajaran bahasa Inggris, untuk diperkenalkan dengan program literasi awal bahasa Inggris.

Peningkatan kualitas SDM menjadi salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Kabupaten Buleleng 2017 – 2022. Ini erat hubungannya dengan upaya pemerintah daerah untuk mencapai salah satu tujuan dalam RPJMD yaitu meningkatkan ekonomi kreatif dan kesejahtraan masyarakat. Pariwisata merupakan salah satu potensi sumber kesejahtraan masyarakat yang memerlukan keterlibatan SDM berkualitas. Kualitas SDM ditentukan dari intelektualitas dan karakter, dimana keduanya bisa dibangun dan dikuatkan melalui Pendidikan (Dell, 2014). Berbagai penelitian menemukan bahwa penanaman karakter dan intelektualitas sangat penting dimulai sejak usia anak-anak. Dengan demikian masalah yang ada dalam rangka penyiapan SDM berkualitas di Kabupaten Buleleng adalah bagaimana strategi yang bisa diambil agar bisa menanamkan karakter dan intelektualitas pada anak-anak sehingga di kemudian hari mereka siap berperanserta memajukan daerah sekaligus memiliki kemampuan ekonomi yang baik. Dari masalah ini kemudian tercetus sebuah ide PkM yang menyasar anak-anak usia sekolah dasar di wilayah yang merupakan target pembangunan di Kabupaten Buleleng, yaitu di daerah aliran sungai (DAS) Banyumala dimana desa Wanagiri termasuk di antara 8 desa di DAS tersebut. Pendidikan yang diambil adalah literasi bahasa Inggris mengingat bahasa ini tidak masuk dalam kurikulum sekolah padahal saat ini, bahasa internasional ini merupakan aset individu yang perlu dibangun sejak dini agar bisa memiliki kompetensi global pada era globalisasi. Karakter yang ditanam dan

(4)

dikuatkan adalah rasa ingin tahu, kemandirian, semangat bekerja keras, berpikir kritis dan kreatif melalui kegiatan pengenalan literasi awal Bahasa Inggris untuk siswa kelas 5 SD 3 Wanagiri.

IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Metode Masalah utama yang diangkat dalam kegiatan PkM ini adalah perlunya kegiatan penguatan karakter dan ketrampilan literasi dalam bahasa Inggris dipupuk dan dibangun sejak dini. Hal ini perlu dilakukan untuk bisa mengantisipasi beberapa target sebagai berikut:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Kabupaten Buleleng 2017- 2022 menyasar pada peningkatan kualitas SDM, peningkatan kesejahtraan, serta pengembangan wilayah daya tarik wisata. Untuk itu diperlukan adanya suatu upaya berupa strategi memberi Pendidikan yang mengembangkan kualitas SDM sejak usia sekolah dasar 2. Kualitas SDM mengacu pada keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia nyata dan didukung oleh karakter yang mendukung kualitas seperti ulet, tekun, ramah dan pekerja keras. Karakter ini perlu dikembangkan melalui suatu kegiatan yang secara implisit berdampak pada penguatan karakter yang diperlukan untuk mendukung kualitas SDM.

3. Ada beberapa desa yang menjadi perhatian dari pemerintah daerah dalam pengembangan SDM dan pertumbuhan ekonomi, salah satu diantaranya adalah desa Wanagiri.

Perlu ada suatu kegiatan yang menyasar pada pemberian bantuan berupa Pendidikan dan pengembangan karakter melalui kegiatan yang sekaligus mengembangan kompetensi global berupa literasi bahasa Inggris. Berdasarkan rumusan target di atas, maka PkM ini akan difokuskan pada pembangunan SDM sejak usia dini (siswa sekolah dasar) yang belum mendapat kesempatan belajar bahasa Inggris di desa Wanagiri dengan kegiatan PkM yang diberi judul “Penguatan Karakter Melalui Kegiatan Pengembangan Literasi Bahasa Inggris Awal untuk Anak-Anak Sekolah Dasar di Desa Wanagiri, Kabupaten Buleleng”. Adapun rumusan masalah dari kegiatan PkM ini adalah:

1. Strategi apakah yang bisa dilakukan untuk menguatkan karakter anak-anak usia dini dan sekaligus mengembangkan fondasi kompetensi global berbahasa Inggris pada siswa SD No. 3 Wanagiri, Kabupaten Buleleng?

2. Bagaimanakah dampak strategi PkM terhadap karakter dan literasi dasar anak- anak kelas 5 SDN No 3 Wanagiri, Kabupaten Buleleng? TUJUAN PKM

Tujuan PkM ini adalah untuk membantu anak-anak, generasi muda Desa Wanagiri membentuk karakter tekun, ulet, ramah dan pekerja keras dan sekaligus mengenalkan dan mengembangkan kecakapan hidup dalam berbahasa Inggris dasar sehingga mereka memiliki motivasi dan ketertarikan dalam mengembangkan kompetensi berbahasa nggris pada masa mendatang. Sebagaimana disebutkan oleh Marchman & Fernald (2008) pengenalan bahasa asing

(5)

sejak awal tidak hanya akan mengembangkan bahasa saja, tetapi juga kemampuan berpikir anak.

METODE KEGIATAN PKM

Kegiatan ini dilaksanakan secara intensif selama 3 bulan dengan melibatkan 3 pengabdi yang memiliki keahlian di bidang literasi bahasa Inggris awal, bahasa Inggris anak-anak, dan ahli pembelajaran berbasis literasi. Selain itu, pengabdi dibantu oleh dua orang mahasiswa yang sudah memiliki pelatihan khusus tentang literasi awal bahasa Inggris untuk anak-anak sekolah dasar. Sebagaimana pendapat Yelland (2006), pendidikan karakter harus dimulai sejak dini dan dikuatkan melalui pendidikan formal. Data dikumpulkan melalui pengamatan (observasi) dan analisis perkembangan kemampuan berbahasa baik dalam pertemuan luring dan daring secara bergantian.

Kondisi pendemi Covid 19 membuat perlunya pembatasan-pembatasan jumlah siswa yang dilibatkan agar bisa melakukan social distancing saat pertemuan luring. Pelatihan daring juga membatasi jumlah peserta karena tidak semua anak-anak memiliki smartphone untuk menyelenggarakan pelatihan secara daring. Ada 10 siswa yang terlibat secara intensif bertemu 3 kali dalam seminggu, masing-masing 30 menit.

PROSEDUR KEGIATAN PKM PENGUATAN KARAKTER

Kegiatan PkM dimulai dengan penjajakan ke sekolah dasar di Wanagiri (SDN 1 Wanagiri) untuk mencari sasaran pengabdian yang tepat. Selanjutnya

dilakukan pendekatan personal terhadap kepala sekolah dan manajemen sekolah (kepala sekolah). Setelah secara informal rencana pengabdian diterima, proses administrasi dimulai. Selanjutnya, kepala sekolah menugaskan wali kelas 5 untuk mendata anak-anak yang memiliki smartphone untuk dilibatkan dalam kegiatan PkM penguatan karakter dan literasi awal bahasa Inggris ini. Pada akhirnya, jadwal luring dan daring didiskusikan antara pengabdi dan wali kelas.

METODE DAN INSTRUMEN PKM Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan di atas, diperlukan adanya metode dan instrument sebagai berikut: Tabel 1. Metode dan Instrumen PkM

Rumusan Masalah tentang: Metode Instrumen Strategi Penguatan karakter dan pengembangan literasi awal bahasa Inggris Aktifitas Literasi awal bahasa Inggris Lembar observasi Dampak strategi PkM terhadap penguatan karakter dan literasi awal Bahasa Inggris Observasi, analisis ketrampilan berbahasa Inggris melalui percakapan dan latihan berbahasa Inggris. Pedoman wawancara

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan PkM ini dilakukan secara kombinasi antara luring (luar jaringan atau melalui pertemuan tatap muka) dan daring (dalam jaringan atau melalui platform video conference). Pertemuan ini dilakukan untuk mengenalkan strategi awal dalam belajar bahasa Inggris melalui kegiatan yang melibatkan gerakan fisik (bermain, menyanyi, dan juga bercerita) Dalam kegiatan ini tim pengabdi dan peserta benar-benar harus menjaga protap covid 19 yaitu menjaga jarak, memakai masker dan menggunakan hand sanitizer secara berkala. Berikut adalah foto tim pengabdi ditemani kepala sekolah sesaat sebelum kegiatan dimulai.

Gambar 1: Tim Pengabdi di Lokasi PkM

Gambar 1 menunjukkan bahwa tim pengabdi menggunakan protocol covid saat melaksanakan kegiatan tatap muka. Demikian juga pada saat berhadapan dengan siswa kelas 5 yang mengikuti kegiatan penguatan karakter melalui pendampingan kegiatan literasi awal. Sebagaimana terlihat pada foto, walaupun ada pertemuan langsung siswa kelas 5 yang mengikuti program penguatan karakter melalui pengenalan bahasa Inggris dasar diatur sedemikian rupa sehingga mereka masing-masing jaga jarak. Mereka juga tetap menggunakan masker. Kegiatan dipandu oleh dua orang mahasiswa yang telah lulus mata kuliah Bahasa Inggris untuk anak-anak (Teaching English for Young learners) dengan nilai A. Selain mengerti karakteristik anak-anak dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak, mereka juga suka dengan anak- anak. Sebelum dilibatkan dalam kegiatan PkM ini mereka mendapat orientasi tentang program penguatan karakter ini. Dalam kegiatan luring, anak-anak melakukan kegiatan bersama dipandu oleh dua orang mahasiswa dengan kegiatan sebagai berikut.

(7)

Sebagaimana terlihat pada foto, walaupun ada pertemuan langsung siswa kelas 5 yang mengikuti program penguatan karakter melalui pengenalan bahasa Inggris dasar diatur sedemikian rupa sehingga mereka masing-masing jaga jarak. Mereka juga tetap menggunakan masker. Kegiatan dipandu oleh dua orang mahasiswa yang telah lulus mata kuliah Bahasa Inggris untuk anak-anak (Teaching English for Young learners)

dengan nilai A. Selain mengerti karakteristik anak-anak dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak, mereka juga suka dengan anak- anak. Sebelum dilibatkan dalam kegiatan PkM ini mereka mendapat orientasi tentang program penguatan karakter ini.Dalam kegiatan luring, anak-anak melakukan kegiatan bersama dipandu oleh dua orang mahasiswa dengan kegiatan sebagai berikut. Tabel 2. Materi penguatan karakter Luring dan Daring

Topik Kegiatan Catatan

Pengenalan diri Modelling, bernyanyi, bercakap-cakap berantai, bercerita (melalui video)

Luring Mengenal warna Kosa kata, bermain game, bercerita, bercaka-

cakap sederhana

Daring Binatang Pengenalan nama binatang, bernyangi, bermain

game, berlatih bercakap-acakap sedehana

Daring Bagian-bagian

Tubuh

Pengenalan kosa kata, bernyanyi, bermain game, bercakap-cakap

Luring Benda-benda di sekitar

kita

Pengenalan kosa kata, bernyanyi, bermain game, bercakap-cakap

Daring Buah-buahan Pengenalan kosa kata, permainan, bernyanyi,

berlatih bercakap-cakap sederhana

Daring Deskrisi binatang Pemodelan,nonton video, bercakap-cakap,

bermain game

Daring Deskripsi Benda Pemodelan, nonton video,bercakap-cakap,

bermain game

Luring Deskripsi tempat Pemodelan, nonton video, bercakap-cakap,

bermain game

Daring Menyatakan perasaan Video, bercakap-cakap, bernyanyi, bermain

game

Daring Menyatakan suka dan

tidak suka

Video, bercakap-cakap, bermain game Daring Menjelaskan arah Video, bercakap-cakap, bermain game,

menentukan arah

Daring Menyatakan prosedur

sederhana

Video, bermain game, bernyanyi Daring

Dari kegiatan yang berlangsung selama 12 minggu ini ada dua temuan yaitu; 1) Strategi penguatan karakter dan 2) temuan dampak:

1. Temuan Proses

Kegiatan PkM ini telah berhasil memberi kontribusi terhadap penguatan karakter yang

diperlukan sebagai SDM di bidang pariwisata pada masa mendatang yaitu karakter rasa ingin tahu sebagai akibat dari pengenalan literasi bahasa Inggris yang belum pernah mereka dapatkan karena di sekolah tersebut tidak ada pelajaran bahasa Inggris. Selain itu juga rasa ingin belajar dan tekun belajar berkembang sebagai akibat

(8)

pengalaman yang menyenangkan yang mereka alami dalam kegiatan ini. Semua ini bsa dibuktikan dari chat mereka yang menunjukkan ketidaksabaran untuk mengikuti kegiatan ini, seperti ditampilkan di bawah ini.

Gambar 4. Pengembangan Karakter Screenshot via WhatsApp ini menunjukkan bagaimana peserta mahasiswa pengabdi dan mengatakan “…aku dh gk sabar banget”. Dari proses juga terlihat bahwa peserta selalu menunggu-nunggu kegiatan pengenalan literasi bahasa Inggris. Disini ada karakter bekerja keras dan ingin berprestasi (ingin bisa berbahasa Inggris). Dalam proses ada berbagai strategi yang digunakan. Dalam kegiatan daring, bermain yang melibatkan kegiatan fisik tidak bisa dilakukan. Untuk menggantinya, diberikan video-video yang khusus dibuat dalam P2M yang berisi cerita yang cocok bagi anak-anak pembelajar bahasa Inggris pemula. Jadi dengan menonton tanpa arahan instruktur mereka sudah mampu menangkap makna yang terkandung, sehingga pada pertemuan daring selanjutnya tinggal di follow up melalui kegiatan ngobrol sederhana dalam bahasa Inggris. Misalnya: “What animals are

in the story?"

2. Temuan Dampak

Secara dampak, P2M ini bisa memberikan kontribusi pengembangan literasi bahasa Inggris yang mengagumkan. Ini sesuai dengan teori tentang pemerolehan bahasa dimana anak-anak belajar dengan cepat apabila pembelajaran dilakukan secara natural dan menyenangkan (Yelland, 2006). Dari awalnya mereka tidak ada dasar tapi dengan mengikuti kegiatan PkM ini mereka bisa bercakap-cakap sederhana dalam bahasa Inggris. Percakapan dilakukan melalui chat dan voice note. Percakapan terjadi natural dan semakin lama semakin lancar sebagai akibat adanya pelatihan terstruktur dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak-anak, (Arisandi, Padmadewi, & Artini, L.P., 2018; Artini, 2017). Ini juga didukung oleh Marchman & Fernald (2008), dimana pengenalan bahasa Inggris sejak awal tidak hanya meningkatkan literasi bahasa tersebut, tetapi juga membentuk karakter suka belajar.

SIMPULAN

Kegiatan PkM telah terlaksana sesuai perencanaan dan menghasilkan temuan yang sangat menggembirakan. Dalam sekali kegiatan anak-anak di daerah yang memiliki potensi pariwisata bisa dibantu dalam penguatan karakter yang sangat bermafaat dalam membentuk SDM pariwisata berkualitas sekaligus memiliki kompetensi bahasa internasional yang sangat menunjang perkembangan pariwisata ke depan.

DAFTAR RUJUKAN

Arisandi, K.W.H., Padmadewi, N.N., & Artini, L.P., (2018). Literacy and rewards: teachers’ effort to build children reading habit. SHS Web of Conference, 42, 00018. Artini, L.P., (2017). Rich Language Learning Environment and Young Learners’

(9)

Literacy Skills. Lingua Culture, 11(1), 19-24.

Artini, L.P. (2014). Establishing Rich Language Learning Environment to support Young Learners Literacy Skills in Bali. New

English Teacher Journal, 8(2), 31-44.

Ananiadou, K. and M. Claro (2009), “21st century skills and competencies for new millenium learners in OECD countries,

OECD Education Working Papers No.

41, 1-34.

Brown, C. S. (2014). Language and literacy development in the early years. The

language and Literacy spectrum, vol. 24,

35-48.

Dell, J. L. (2014). Literacy instruction in early childhood education: Ohio’s third grade reading guarantee. University of Dayton.

Retrieved from

https://ecommons.udayton.edu/uhp_these s/13

Faizah, D. U.,Sufyadi, S.,Anggraini, L.,Waluyo.,Dewayani, S.,Muldian, W & Roosaria, D. R. (2016).

Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Fransman, J. (2005). Understanding Literacy: A

concept paper. Background paper

prepared for the Education for All Global Monitoring Report.

Downloaded from: http:

//unesdoc.unesco.org/images/0014/001459/145 986e.pdf

Hayes, D., (2007). English Language Teaching and Systemic Change at the Primary Level: Issues in Innovation. A Collection of Papers. Primary Innovations Regional

Seminar. Hanoi, March 2007.

Kemdikbud. (2015). Mendikbud

Luncurkan Gerakan Literasi sekolah. Retrieved from:

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/ 08/mendikbud-luncurkan-gerakan-literasi- sekolah-4514-4514-4514

Marchman, V.A., and Fernald, A. (2008). Speed of word recognition and vocabulary knowledge in infancy predict cognitive and language outcomes in later childhood.

https://doi.org/10.1111/j.1467-7687.2008.00671.x

Morrow, L.M. (2007). Developing Literacy in

Preschool. London: The Guilford Press.

Rass, R.A., and Holzman, S. (2010). Children’s Literature in Traditional Arab Schools for Teaching English as a Foreign Language’. English Language Teaching Journal. 3(1), 64-70.

Scott, W.A. dan L.H.Ytreberg. (2004). Teaching

English to Children. Harlow: Pearson

Education Limited.

Sarem, S.N. & Hamidi, H. (2012). ‘Best Time to start foreign/second language’. Advances

in Linguistics (AEL). 1 (4), 76-79.

Tadros, L.C. 2014. Definitions and Approaches to Measuring Reading Proficiency. 7 (1), 1-7. Retrieved from: http://ceelo.org/wp-content/uploads/2014/05/ceelo_fast_fact_ reading_proficiency.pdf

Tankersley, K. (2005). Literacies Strategies for Grades 4-12. Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Teale, W. H. (1987). Emergent literacy: Reading and writing development in early childhood. In National Reading

Conference Yearbook. National Reading

Conference.

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: learning for life in our times. San Francisco, CA: Jossey-Bas

Gambar

Gambar 1: Tim Pengabdi di Lokasi PkM
Gambar 4. Pengembangan Karakter  Screenshot via WhatsApp ini menunjukkan  bagaimana peserta mahasiswa pengabdi dan  mengatakan  “…aku  dh  gk  sabar  banget”

Referensi

Dokumen terkait

Tabel LXX Pengujian Proses Hapus Data Kategori Barang ...129. Tabel LXXI Pengujian Proses Tambah Sub Kategori

Menanamkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, dan menumbuhkan semangat nasionalisme dikalangan generasi muda harapan bangsa dan Negara, dengan cara menanamkan

[r]

Konsep perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga suku anak dalam di rombong ganta desa sialang kecamatan pamenang yang harus disiapkan setelah pindah

Penelitian ini berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia khususnya tentang peran serta etnis Arab dalam memajukan Indonesia sehingga untuk ke

2)antroji būtinosios ginties teisėtumo sąlyga susijusi kėsinimosi realumu. Padaryti sužalojimai vertintini kaip būtinoji gintis jei pavojingas kėsinimasis buvo realus.

Dengan penambahan kontrol derivatif pada sistem kontrol proporsional, maka perubahan- perubahan yang terjadi sesuai dengan karakteristik kontrol derivatif antara lain:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbandingan sukrosa dan sirup glukosa terhadap karakteristik hard candy berbasis sari buah