Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH
MIND MAPPING
TRAININC; TERHADAP
BERPIKIR KREATIF SISWA
SMU MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I,
Oleh:
NADYA YULIANTY S NIM: 103070029105
Dibawah Bimbingan
Pembimbing II
Dra. Fadhilah Suralaga. M.Si
NIP. 150 215 283
y""J.:!::,
NIP. 150 :168 748FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGE.SAHAN PANlTlA UJlAN
Skripsi dengan judul PENGARUH MIND MAPPING TRAINING TERHADAP BERP!KIR KREAT!F SISWA SMU MUHAMMAD! Y AH 4 JAK.!\RTA telah diujikan dal<Jm sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pacia tanggal 7 September 2007.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untl·k memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 September 200? Sidang Munaqasyah
Pudek I
Sel<retaris m・イセWォ。ー@ Anggota
Dra. Z•hmltwi
Ms;
NIP. 150 238 773 Anggota:
Pembimbing I Pembimbing II
' - " J '-Ir \)
セj|GQMMMM
Untuk Mamah dan Bapa ...
yang selalu berharap kebahagiaan
dalam setiap do'a-do'anyo1 ..
Semoga karya kecil ini dapat menjadi
"do'a terima kasihku don awal baktiku .... ,"
Neren ll'CHlll lterhcull menahlaltlrcm orang laln aclalcth ornn11 ltuat,
ahcun l:el:apl jauh leltlh hunt lagl, merehcu セQQQQ@ berha:sll menahluhhcun cllrl •encllwl
Hidup ... .
merupakan perjalanan singkat,
memahami makna keberadaan diri dan Tuhan berbuat baik pada sesama dengan tulus dengan senyuman kehidupan yang menghidupi
memberi kebaikan dan manfaat tanpa lelah dan harap kembali
sehingga ... ,
akhirnya mampu memahami metamorfosa kehidupan hakiki, menerima hidup dan ujiannya beserta sabar, ikhlas., dan tawakal.
Dan cinta ini ... adalah anugerahMu ••.
Jadikan cinta ini hanya untukMu, cinta yang takkan menyakiti, takkan hilang, takkan pergi, karena cintaMu abadi, kekal, dan sejati •.
(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2007
ABSTRAKSI
(C) Nadya Yulianty S
(D) Pengaruh Mind Mapping Training terhadap Berpikir Kmatif siswa di SMU Muhammadiyah 4 Jakarta
(E) xvi + 103 halaman + lampiran
(F) Metode pendidikan saat ini seringkali tidak membentuk seorang anak didik untuk berpikir kreatif. Hampir semua orang tidak rnenggunakan otak kanan dan kiri secara sempurna, dan hanya menggunakan sebagian kecil dari otak saat proses pencatatan dalam belajar.
Berpikir kreatif merupakan cara berpikir untuk menghasilkan gagasan dan produk baru, menemukan cara-cara baru untuk mengungkap suatu hal, kemudian menggabungkannya untuk menghasilkan gagasan baru yang lebih baik. Berpikir kreatif berarti mencari alternatif-altematif baru dalam pemecahan masalah.
Berpikir kreatif dapat dibangun dengan suatu representasi gambar yang jelas. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan mind mapping (pemetaan pemikiran). Mind mapping (pemetaan pemikiran) merupakan sebuah bentuk pencatatan yang menggunakan prinsip
ingatan dan prinsip berpikir kreatif sehingga otak dapat berpikir linear dan bukan berpikir statis.
Mind mapping yang diberikan dalam bentuk training ini adalah salah satu cara untuk menginterpretasikan potensi kreativitas yan!l tak terbatas dari otak dibandingkan catatan standar berpola linear. Catatan linear hanya mengandalkan potensi otak kiri. Sementara peta pikiran mempergunakan potensi otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Dalam sistem
pembuatan catatan mind mapping akan lebih efektif jika menggunakan kertas kosong tanpa garis, serta menggunakan gambar kunci ingatan (otak bagian kanan) sebagai ringkasan tema pokok dari catatan dalam
mind mapping yang mampu memicu otak untuk berpikir kreatif. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada pengaruh mind mapping
training terhadap berpikir kreatif.
Penelitian dalam bentuk training ini dilakukan di SMU Muhammadiyah 4 Jakarta dengan jumlah sampel 30 siswa-siswi dengan rnenggunakan
teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dimana tidak semua elemen populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel. Tipe penelitian yang digunakan adalah controlled field experiment, sementara metode yang digunakan adalah metode
ke dalam 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan masing-masing kelompok be•rjumlah 15 orang. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest berpikir kreatif, kemudian kelompok eksperimen diberikan 1 kali perlakuan
(treatment) sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, dan di akhir training kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan posttest mengenai berpikir kreatif.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan rumus t-tes 、エセョァ。ョ@ SPSS 11,5. Kemudian dilanjutkan dengan kontrol statistik menggunakan rumus analisis kovarians. Hasil-t hitung analisis kovarians sebesar 0,737. Dari tabel t dengan df = 28 (N-2 = 30-2) dengan taraf 0,05 diperoleh nilai-t tabel sebesar 1,701. Karena nilai-t hitung lebih besar dlari nilai-t tabel (0,737<1,701) maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian, hasil penelitian eksperimen yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan pemberian mind mapping
training terhadap berpikir kreatif. Artinya mind mapping dapat
meningkatkan berpikir kreatif, dan berpikir kreatif dapat dipengaruhi oleh
mind mapping training.
Mind mapping memerlukan pembiasaan yang berkelanjutan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan termaasuk memebentuk berpikir kreatif. Berpikir kreatif dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Motivasi memiliki peranan penting dalam pengembangan kreativitas, namun lingkungan rumah dan sekolah menjadi faktor penentu dan penghambat dalam pengembangan kreativitas. Karena itu, orangtua dan guru harus bekerja sama menciptakan lingkungan yang kondusif dan menggunakan metode belajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dengan baik.
(A) The Psychology Faculty (B) August 2007
(C) Nadya Yulianty S
ABSTRACT
(D) Influence of Mind mapping Training on Creative Thinking of Student at SMU Muhammadiyah 4 Jakarta
(E) xvi + 103 pages + attachments
(F) Education method could not form a student to think creatively. Most of people do not use their right and left brain perfectly. They just use a little part of their brain when learning. Conventional Standard note system uses a little function of the left brain that related to chronolO(Jical, series, and number. It does not use together with the right brain that related to imagination, association, amplification, peculiarity, black humor, colour, beat, taste, sexuality, and sensuality. It is caused of less demonstration in study, and just using the sentence, phrase, and numbe!r.
Creative thinking is a trick to think that produced an ide!a and new
discovery/ innovation. Thinking makes a person can se!e a link or relation among each other which is not seen before.
Creative thinking is searching new alternatives to solve! a problem. It is built by representative clear image.
One of applicable methods is mind mapping. It is a registration form that using remembering and thinking creative principle, so brain can think linearly, not statically.
Mind mapping is an excellent way to interpret creative potency that does not circumscribed of brain than default note get of ャゥョ・セゥイ@ pattern. Linear note just rely the potency of left brain. Mind mapping uses left brain potency and poised right brain. In making system appends mind mapping will more effective if using empty paper without lining, and utilizes
mnemonic key image (starboard brain) one that constitute the extract of subject theme of scripted in mind mapping.
By using of the key word and image word, technical mind mapping (map collects thoughts) can trigger brain to think creatively.
This research wants to know whether there is an available influence mind mapping training to think creatively or not.
persons. They were been pretest to think creatively. The experiment group is given 1 conduct time (treatment), while control group is not conducted, and in the last training they were be posttest back again to think
creatively. This observational result is analyzed with t-test and covariance analysis formula by using SPSS 11,5. Extrapolation with statistic control by using analysis covariance formula. T analysis covariance is 0,737. From tablet by df = 28 (N - 2 = 30 2) with level 0,05 acquired appreciative t-tables as big as 1, 701. Because of T is smaller than t-table
(0,737<1,701), so alternative hypothesis (Ha) was refused and zero hypothesis (Ho) was accepted. Thus, mind mapping not significance influence to people to creative thinking. I
Mind mapping makes a habbit. Creative thinking can influence internal and external factor. Motivation is urgent to increases creative thinking, but home and school can be increase or could not form cmative thinking. For parent and teacher, it is suggested that they continue to increase creative thinking. Also in the future, Government may be able to support creative thinking with learning method in school for student creatively.
KA TA PENGANTAR
Terimakasih Ya Allah ....
Ungkapan itu yang takkan henti-hentinya kulapalkan kepadaMu ....
Kau Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambaNya, rencana indah di setiap kegagalan, hikmah dibalik kehilangan dan kekuatan saat pudarnya
keputusasaan. Di tanganMu nasibku, dan dalam suratanMu gores
kehidupanku ... Jadikan aku hambaMu yang ikhlas dengan segala rencana-rencanaMu untukku Ya ... Rabb ...
Tidak ada kesempurnaan, hanya Allah Pemilik Kesempurnaan. Terkait dalam penyusunan skripsi ini, baik persiapan, pelaksanaan 。セ。オーオョ@ pengolahan data penelitian, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Pimpinan Oekanat Fakultas Psikologi, lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si dan Ora Zahrotun Nihayah, M.Si beserta jajarannya. Terimakasih atas masukan dan arahannya dalam proses persidangan dan final skripsi, semoga lbu senantiasa dalam kebaikanNya ...
2. Untuk pembimbingku, dengan penuh hormat, Nadya ucapkan terimakasih atas arahan dan bimbingannya .. terkhusus kepada lbu Fadhilah yang menjadi pembimbing pertama dalam skripsi ini, kebaikan lbu akan selalu Nadya kenang dan kewibawaan lbu akan Nadya contoh dalam kehidupan Nadya, makasih Bu ... semoga lbu selalu sehat ya ..
3. Kepada Bu Yunita, terimakasih atas waktu, arahan, dan masukan yang lbu berikan, semuanya akan menjadi motivasi dan kenangan indah bagi Nadya, Nadya hanya bisa berdoa semoga apa yan!J telah lbu berikan dibalas lebih baik oleh Allah SWT.
4. Tiada terhingga kulabuhkan ucapan terima kasihku selanjutnya adalah untuk kedua orangtuaku ... keluargaku yang selalu mendo'akanku ... dan berharap kebaikan serta keberhasilan untukku .... maafkan neng ya Mah .. Pa ... karena belum bisa menjadi anak yang bisa dibanggakan. Oo'a kalian adalah kekuatanku, neng sayang Mamah, Bapa ...
5. Tidak lupa kuucap semangat selalu untuk adik-adikku .... Opik dan d'novi .... teteh mungkin bukan kakak yang baik, tapi setidaknya mari kita jadikan hidup kita lebih baik dan menjadi anak yang dapat dibanggakan orangtua kita, dan maafkan jika perhatian teteh .... sangat sedikit untuk 'mpik ataupun dd' .. Teteh sayang dede ... , dan untuk Opik .. kamu satu-satunya anak laki-laki dan tumpuan di keluarga kita, jadilah anak yang bertanggungjawab. Semoga kita semua menjadi anak yang sukses di dunia dan di akhirat. Amiin ....
lebih baik ya Pa, Psikologi akan menjadi sejarah kerinduan untuk diri neng ....
7. Pihak sekolah baik Muhammadiyah Cipanas sebagai tempat try out ataupun SMU Muhammadiyah 4 Jakarta sebagai tempat penelitian.
8. Untuk aa, terimakasih dari lubuk hati neng yang terdalam atas pengorbanan, perhatian, motivasi, dan bantuan mulai dari proses awal, pelaksanaan penelitian sampai proses akhir skripsi ini, segala yang telah aa lakukan neng tidak dapat membalasnya, selain kasih sayang Allah yang berlebih untukmu ... salam sayang neng untuk aa dan keluarga ... 9. Sahabat lingkar pena kecilku, Dewi, Lucky, Novi, Titi, Nia, Mia, Dini, Suci,
Peni, Nabilah, Nita, Ade, Erja, k Maya (terimakasih do'a&pengertiannya). khusus Suvi&Amsi (makasih bantuan skoringnya). Agnes'&sahabat hatiku Orie, t'na, kg ikhsan, kg di, kg deni terimakasih atas do'a&ukuwahnya .. 10. Teman-teman C, B, D, ataupun A sebagai kelas-kelas ilmu yang memberi
kebersamaan dan hikmah. Teman2 kelompok KKL, セQオイオ@ dan adik2 SLB tempat memahami realitas kehidupan dan aplikasi ilmu ..
11.Temen-temen Pll, PD Pll Purwakarta, PW Pll Jakarta, PW-setanah air, dan PB Pll terkhusus personil Korpus Pll Wati 'mel, lfeh, uni Ain, Nisa, Dewi, Cici (forgive me ... sis aku belum optimal&maka1sih atas pengertian dalam penyelesaian skripsi ini). in, k-R, lis, m'darma, Anca, Zaid, K-Yudi, Faisal, Popi, masri, As'ari, dll terimakasih atas do'a kalian semua ... 12.Untuk temen-temen PERMATA Jakarta, (Punten ka1 kang Tobi, Asep,
Tatang, kg Lili, Gina, Ai, lis, Pipin, dan tema-teman seperjuangan yang lain), maaf saya belum amanah sebagai ketua umum, semoga PERMATA Jakarta menjadi lebih baik selepas saya pimpin ..
13. Yang terakhir rasa terimakasih yang tak terhingga nEmg' ucapkan untuk 'kk, atas bantuan 'kk baik moril ataupun materil, masukan dan perhatian kasihnya semuanya terangkum dalam kasih dan sayang tak terhingga ... , apapun yang terjadi, pasti ada hikmah dan rencana indah dibalik semuanya ... your is my spirit, my best friend in my hc3art, and teacher in my experience.
Purwakarta, 5 September 2007
DAFTAR
ISi
Halaman Judul ... .
Halaman Persetujuan... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ... ii
Halaman Pengesahan... ... .. ... .... ... ... ... . ... ... . ... ... ... .. ... iii
Dedikasi . . . .. . . iv
Motto...
v
Abstraksi... .. ... ... ... .... .... ... .... ... ... ... .. ... . .. ... ... ... vi
Abstract... . . . iv
Kata Pengantar... ... ... ... ... .. ... ... .. ... ... .... ... ... ... ... .. vii
Daftar isi... .. . .. . . . .. . . .. . . .. . . ... . . .. . . .. . . xii
Daftar ta be I . . . xvi
Daftar bagan... xvi
Daftar Grafik... .. . . . xv
BAB 1 : PENDAHULUAN ...
1-13
1.1. Latar belakang masalah... ... ... ... ... ... ... ... 11.2. ldentifikasi masalah... ... 1 O 1.3. Pembatasan dan perumusan masalah... 11
1.3.1. Pembatasan masalah ... ... ... ... 11
1.3.2. Perumusan masalah ... 12
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian ... ... 12
1.4.1. Tujuan penelitian ... 12
1.4.2. Manfaat penelitian .... ... ... ... .... ... ... ... ... .. ... ... ... 12
1.5. Sistematika penulisan . ... ... ... ... ... ... ... 13
BAB 2 : LANDASAN TEORl ... 14-57
2. 1 Berpikir... .. . . . .. .. . .. . .. . .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. . .. . .. .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . .. . 14
2.1.1. Definisi berpikir ... 14
2.1.2. Proses dan cara berpikir ... 16
2.1.3. Pendapat aliran psikologi mengenai 「eセイーゥォゥイNNNNNNNNNNNNNN@ 17 2.1.4. Macam-macam cara berpikir... 18
2 .2 Berpikir kreatif... 19
2.2.1 Definisi berpikir kreatif... ... ... 19
2.2.2 Kreativitas... ... ... .. . .. . .. . . .. ... ... .. . . .. .. . ... ... .. 20
2.2.3 Perilaku kognitif-afektif model Williams untuk pengembangan berpikir kreatif... 22
2.2.3.1 Model... 22
2.2.3.2 Modifikasi materi, proses, produk dan lingkungan... ... 24
2.2.4 Manfaat model perilaku kognitif-afektif untuk pengem-bangan berpikir kreatif dalam mind mapping.... . . . 25
2.2.5 Konsep kreativitas dengan pendekatan empat P ... 26
2.2.6 Ciri-Ciri kreativitas... .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . 30
2.2.7 Sumber kreativitas... 31
2.2.8 Unsur-unsur kreativitas... 32
2.2.9 Ciri-ciri kepribadian kreatif... ... . . . 35
2.2.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ... 36
2.3 Mind mapping training... 39
2.3.1 Definisi training... 39
2.3.2 Definisi mind mapping ... 41
2.3.3 Karakteristik dari metode mind map... 44
2.3.4 Tanda dan simbol dalam peta pikiran (mind map) ... 48
2.3.5 Langkah-langkah membuat peta pikiran (mind map).. 50
2.3.7 Materi-materi mind mapping training ... 52
2.4 Kerangka berpikir . . . 54
2.5 Hipotesa penelitian ... 57
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN ... 58-79 3.1. Jen is penelitian ... 58
3.1.1. Pendekatan penelitian . . . 58
3.1.2. Metode penelitian . . . .. . . ... .. 58
3.1.3. ldentifikasi variabel penelitian... .. . . .. .. . . .. ... . .. . . . .. .. 59
3.1.4. Definisi konsepsional dan operasional variabel. ... 59
3.1.4.1 Definisi konsepsional... .. .. ... .. ... .... ... ... 59
3.1.4.2 Definisi Operasional variabel... 60
3.2 Populasi dan metode pengambilan sampel . . . 65
3.2.1 Populasi . . . ... . ... 65
3.2.2 Karakteristik sampel .. . . ... 66
3.2.3 Teknik pengambilan sampel.. ... 66
3.3 Rancangan (desain) eksperimen ... 67
3.3.1 Tipe penelitian ... 67
3.3.2 Desain penelitian... 67
3.4 Aparatus peneHtian... 68
3.5 lnstrumen penelitian... 69
3.6.1 Metode pengumpulan data... 69
3.5.1.1 Proses pembuatan alat tes kreativitas TKF, TKV, dan mind map... 69
3.5.1.2 Proses pengujian alat tes... .... ... 72
3.5.1.3 Proses penilaian dan pendataan penelitian... 73
3.6 Prosedur penelitian ... 76
BAB 4 : PRESENT ASI DAN ANALISIS DAT A... 80-90
4.1 Gambaran umum subjek penelitian... 80
4.2 Hasil utama penelitian ... .. ... .. ... ... ... 82
4.3 Pengujian hipotesis. .. ... .. . . . .. ... .. ... ... ... ... 85
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ... 91-100 5.1 Kesimpulan ... .. . . .. . .. . . .. .. . . .. . . ... . .. .. . ... . . 91
5.2 Diskusi . . ... . . ... 92
5.3 Saran ... ... 97
5.3.1 Saran Penelitian.. .... ... .... ... .... ... . . ... ... .... ... 97
5.3.2 Saran terkait kreativitas. ... ... .... ... ... ... ... .... ... ... 99
Daftar Tabel, Bagan dan Grafik
Daftar Tabel
1. Tabel 2.1 Perbedaan catatan konvensional dan catatan mind map .. .. . 44
2. Tabel 2.2 Materi-materi Mind mapping training... 52
3. Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ... 67
3. Tabel 3.2 Langkah-langkah pelaksanaan penelitian... ... . . ... .. . .. .. . . 78
4. Tabel 4.1 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin... ... .. . . .. . .. . . .. .. 81
5. Tabel 4.2 Distribusi subjek berdasarkan usia... .. 81
6. Tabel 4.3 Hasil penghitungan uji normalitas dari gained score kedua kelompok ... 81
7. Tabel 4.4 Hasil uji homogenitas ... 84
8. Tabel 4.5 Gained Score (selisih) dua kelompok ... 85
9. Tabel 4.6 Perhitungan t-tes ... 86
10. Tabel 4.7 Korelasi analisis kovarians (anacova) ... 88
Daftar Bagan
Bagan 2.1 Alur kerangka berpikir Mind Mapping Training... 51 [image:16.595.37.445.156.499.2]1.1 Latar Belakang
Pendidikan diharapkan mampu menutupi kesenjangan yang ada dalam masyarakat. Namun kenyataan menunjukkan bahwa berbagai strategi, pendekatan, model teknik dan metode yang dikembangkan secara inovatif dan kreatif di bidang pendidikan belum berhasil sepenuhnya menutupi kesenjangan tersebut. Menghadapi kompleksitas perubahan dan kemajuan peradaban manusia ada tiga pilar pendidikan yang penting bagi setiap orang berdasarkan UNESCO. Ketiga pilar tersebut bersifat komplementer dan integral dimana pilar yang satu mendukung pilar yang lainnya (Hayadin, 2005).
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk pekerjaan. baik dalam konteks ekonomi industri maupun dalam konteks non-industri. Secara kompleks learning to do merupakan suatu tinjauan untuk mengedepankan kesiapan manusia memasuki dunia kerja dengan dukungan keterampilan dan kompetensi yang tinggi. Pilar ketiga, belajar menjadi se:seorang (learning to be) artinya belajar menjadi manusia yang utuh dan memiliki keseimbangan jiwa dan raga (Hayadin,
2005).
Belajar adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan terjadinya perubahan pada seseorang (Tumilisan,
2006).
Sehingga belajar merupakan kombinasi antara menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Cara belajar efektif adalah ketika menggunakan seluruh kecerdasan indra untuk belajar dengan lebih baik melalui musik, irama, gambar, perasaan, emosi dan tindakan, serta yang mengagumkan adalah bahwa metode belajar yang baik ada pada diri anak-anak (Dryden dan Vos,2003).
Belajar adalah panggilan hidup dan merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia (Gunarya,2006).
Pada dasarnya hakikat belajar merupakan proses yang bersifat kumulatif dan holistik, sehingga model belajar harus senantiasa dirancang secara
tidak berprasangka dengan pengalaman barunya, (2) Meirefleksikan dan menyimak pengalaman dengan menggunakan banyak pr·espektif, (3) Dapat membentuk konsep yang menyatukan pencermatan ke d;alam teori, dan (4) Bereksperimen secara aktif.
Dalam aktivitas belajar seharusnya memiliki tujuan, yaitu : mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi peloajaran secara
spesifik, mengembangkan kemampuan konseptual umum dan mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau yang berkaitan dengan bidang-bidang lain, serta mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan (Dryden dan Vos, 2003).
Proses belajar melibatkan seluruh aspek dalam diri manusia. Mulai dari kognitif, afektif, ataupun psikomotorik. Hal ini tidak bisa berdiri sendiri melainkan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan menguatkan, dan aspek kognitif yang cukup mempengaruhi tersebut diantaranya adalah aktivitas berpikir.
Dalam aktivitas berpikir tidak bisa dilepaskan dari kerja otak. Otak sendiri memiliki 100 miliar sel aktif dan rnasing-rnasing rnerniliki hingga 20.000
menyampaikan pesan ke seluruh otak dan tubuh di sepanjang akson dan setiap akson ditutup oleh pembungkus mielein. Seluruh d<endrit di otak dikelilingi 900 miliar sel glial yang merekatkan bagian-bagian otak. Setiap
neuron dapat berinteraksi dengan 1 sampai 100.000 neuron lain dengan banyak cara (Buzan, 2000).
Pada pembagian sisi otak, antara sisi otak kiri dan sisi otak kanan memiliki peranan yang berbeda-beda. Secara umum, otak kiri berperan dalam
memproses kata, logika, angka, matematika dan urutan. Sementara pada sisi otak kanan berperan dalam memproses irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi (Buzan, 2004). Setiap orang yang memiliki otak kiri yang kuat maka dapat lebih kuat menyerap informasi logis yang disajikan :secara linear. Sementara orang yang memiliki otak kanan yang lebih dominan maka hal pertama dilakukan adalah menemukan gambaran besar clan lebih banyak melibatkan visualisasi, imajinasi, musik, seni dan intuisi. Elahkan kualitas hasil karya manusia akan sangat dipengaruhi kuat oleh kemarnpuan otak kanan yang kreatif dan akan mempermudah memvisualisasi, meilakukan sintesa dan memproyeksikan keseluruhan gambaran cita-cita (Covey, 1997).
Menu rut Norman Coins dalam Head first: The biology of hope,
menakjubkan. Otak manusia adalah cermin ketakterhinggaan. Tidak ada batas, ruang lingkup atau kapasitas bagi otak untuk turnbuh secara kreatif. Begitupun Profesor Collin Blackmor dari Universitas Oxford, mengutarakan bahwa "Otak manusia adalah mesin yang paling kornpleks di jagat ini" Rose, dkk (2003 dalam Amelia, 2006).
Hasil penelitian Anthony Gregore (dalam Amelia, 2006) menyimpulkan adanya dua kemungkinan dominasi otak yaitu persepsi konkret dan abstrak dan kemampuan pengaturan secara linear dan acak (non linear). Kategori yang berpikir secara linear cenderung memiliki dominasi ()tak belahan kiri dan yang berpikir acak (non linear) sebaliknya. Otak menyimpan informasi
menggunakan asosiasi. Setiap orang memiliki sebuah kemampuan melihat asosiasi yang dapat menghubungkan sesuatu yang mirip dari berbagai bank memori. Apabila penyimpanan informasi dilakukan dalam bentuk pola dan asosiasi maka menjadi langkah awal pengembangan kernampuan otak.
mendudukkan suatu situasi, masalah, subjek, atau keputusan pada
pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang J;ogis. Kedua cara berpikir tersebut tidaklah saling bertentangan, tetapi harus saling melengkapi satu sama lain. Berpikir kreatif berarti mencari alternatif-alternatif baru dalarn
pernecahan rnasalah dan berpikir analitik berarti memutuskan untuk mernilih alternatifterbaik di antara pilihan yang ada.
Berpikir kreatif berarti melepaskan diri dari gambaran atau pola umum yang sudah terpateri dalarn otak. Berpikir kreatif (R-E-A-T-E) terdiri dari kata
C-Combine, R-Reverse, E-Eliminate, A-Altematif, T-Twist, dan E-Elaborate.
Combine yakni menggabungkan sesuatu hal dengan sesuatu yang lain.
Reverse merupakan suatu gagasan yang berkebalikan dEihgan yang dipikirkan banyak orang. Eliminate berarti berpikir kreatif dengan
rnenghilangkan atau menghapus beberapa bagian atau beberapa proses.
Altematif berarti berpikir kreatif dengan rnenggunakan cara, bahan yang lain.
Twist berarti berpikir kreatif dengan memutarkan sesuatu dengan ikatan. Sedangkan elaborate merupakan berpikir kreatif dengan merinci atau menambah sesuatu (Harsanto, 2005).
1. Berfantasi atau mengemukakan gagasan-gagasan yang tidak umum, tidak biasa/ tidak lazim.
2. Berinkubasi atau berada pada satu gagasan untuk beberapa sesaat 3. Berani mengambil resiko berbeda dengan apa yang biasa dipikirkan
orang lain.
4. Peka atas cipaan alam dan manusia
5. Mudah tertarik untuk bemain-main dengan gagasan--gagasan yang aneh
Untuk dapat melepaskan diri dari pola umum agar dapat berpikir kreatif otak harus dalam keadaan santai. Biasanya waktu terbaik untuk berpikir kreatif adalah setelah bangun tidur atau setelah mandi pagi. Pada waktu-waktu tersebut sangat cocok untuk mengadakan pelepasan diri (Harsanto, 2005).
Berpikir kreatif dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Motivasi menjadi salah satu faktor internal dalam kreativitas, sedangkan lingkungan baik lingkungan rumah ataupun sekolah menjadi faktor eksternal dalam
Hampir semua orang pun hanya menggunakan sebagian kecil dari otak saat proses pencatatan dalam belajar. Sistem pembuatan catatan standar
menggunakan kalimat, frase, daftar dan garis, serta angka atau bilangan. Sistem-sistem seperti ini hanya menggunakan fungsi otak bagian kiri yang berkaitan dengan urutan, rangkaian, dan bilangan, tanpa mengoptimalkan kemampl.Jan otak kanan yang berkaitan dengan imajinasi, asosiasi, betnbesaran, keanehan, humor, warna, ritme, rasa, seksualitas, dan seMsualitas (Buzan, 2002).
eA・イセゥォゥイ@ kreatif dapat dibc:lhgun dengan suatu reprl:!sentasi gaml:lar yang jelas.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan mind mapping
(petnetaah pikiran). Mirld mapping (pemetaan pikirar1) rrli=lrupakan sebuah bentl.1k pencatatan yang tnenggunakan prinsip ing!.itan dan ptinsip berpikir kreatif sehingga otak dapat berpikir linear dan buk!.in betfjikit statis. Dalam membuat catatan dengan mind mapping menggunakan kt3dua sisi otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Dalam sistem pembuatan catatan mind
[image:24.595.36.450.206.484.2]mapping akan lebih efektif jika menggunakan kertas kosoing tanpa garis, serta menggunakan gambar kunci ingatan (otak bagian kanan) yang merupakan ringkasan tema pokok dari catatan dalam mind mapping. Dari gambar pokok ini, terdapat serangkaian garis yang saling berhubungan
Dengan menambahkan media visual pada pemberian pelajaran, ingatan akan rneningkat dari 14 hingga 38 persen. (Pike, 1989). Penelitian juga
menunjukkan adanya peningkatan hingga 200 persen ketika digunakan media visual dalam mengajarkan kosa kata. Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan dalam menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga 40 persen ketika media visual digunakan untuk mendukung presentasi lisan. Sebuah gambar mungkin tidak memiliki ribuan kata narnun ia tiga kali lebih efekif daripada hanya sebuah kata-kata saja (Silberman, :2006).
Mind mapping (peta pikiran) merupakan pencatatan yang multi dimensional, asosiatif, imajinatif, dan penuh warna. Pembuatan catatan dengan cara seperti ini rnemungkinkan untuk mengingat hampir secara langsung dan
menyeluruh mengenai seluruh hal apapun yang dituliskan dalam kertas karena penerapan prinsip ingatan pada pendekatan baru dalam pembuatan catatan mnemonic yang multidimensional, namun penulisan dengan
menggunakan mind mapping ini rnemungkinkan untuk rnemahami,
menganalisis, dan berpikir secara kritis tentang apapun yang sedang dicatat selain memberikan waktu lebih banyak untuk mendengar dan memperhatikan penjelasan narasumber (Buzan, 2002).
Penelitian ini menjadi cukup menarik dan penting untuk diteliti karena
merupakan cara yang terbaik untuk dapat menginterpretasikan potensi kreativitas yang tak terbatas dari otak dibandingkan catatan standar berpola linear. Mind mapping (peta pikiran) mempergunakan asos.iasi dan imajinasi selain menggunakan logika dalam memahami suatu mate,ri (Amelia, 2006), kata kunci dan kata gambar dalam mind mapping (peta pikiran) tersebut mampu memicu otak untuk berpikir kreatif sehingga siswa dapat berpikir divergen (berbagai arah) dan bukan berpikir secara konve1rgen (satu arah). Selain itu, catatan linear hanya mengandalkan potensi otak kiri sedangkan peta pikiran dapat meningkatkan potensi otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Dari latar belakang inilah penulis mencoba membuktikan teori dengan meneliti "pengaruh mind mapping training terhadap berpikir kreatif siswa di SMU Muhammadiyah 4 Jakarta."
1.2 ldentifikasi Masalah
1.
Bagaimana cara meningkatkan berpikir kreatif siswa?2. Apakah mind mapping dapat mempengaruhi berpikir kreatif siswa? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi cara berpikir kreatif siswa? 4. Apa manfaat yang bisa didapatkan dari cara berpikir kreatif?
5. Apakah sekolah berperan dalam peningkatan berpikir kreatif siswa? 6. Apakah ada perbedaan berpikir kreatif siswa yang diberi dan tidak
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
1. Mind mapping training yang dimaksud adalah training dalam rangka eksperimen dengan materi-materi yang berkaitan dengan cara kerja otak menerima informasi, pengoptimalan antara otak kiiri dan otak kanan, pemetaan pikiran baik dalam belajar, menulis da1n meringkas buku, perencanaan masa depan serta pemetaan dalam pemecahan masalah. 2. Berpikir kreatif yang di adaptasi dari teori Torrance mEiliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Dan teori Willia1m yang berkaitan dengan proses pembelajaran guru mengenai berpikir lkreatif yaitu
keterampilan menulis kreatif, keterampilan membaca l<reatif, keterampilan mendengar kreatif, mempelajari orang/proses kreatif, penyesuian
terhadap perkembangan, kebiasaan dan keterampilan visual ini kemudian akan diukur dengan alat Tes Kreativitas Figural (TKF) dan Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang dimodifikasi dari alat tes TKF dan TKV Utami
Munandar sebagai alat untuk mengukur mind mapping serta berpikir kreatif siswa.
1.3.2 Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh yang signifikan pemberian mind mapping training (training pemetaan pikiran) terhadap berpikir kreatif siswa?
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Yang menjadi tujuan dari penelitian: untuk mengetahui pengaruh mind mapping training terhadap berpikir kreatif siswa.
1.4.2 Manfaat
1. Manfaat teoritis: menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam psikologi pendidikan dan psikologi eksperimen khususnya pola berpikir kreatif siswa.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh, skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
1. Bab 1 membahas pendahuluan yang mencakup latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan ma11faat penelitian, sistematika penulisan, dan teknik penulisan.
2. Bab 2 membahas kajian teori yang mencakup pengertian berpikir, kreatif, ciri-ciri kreativitas, ciri pribadi kreatif, sumber, unsur-unsur dan faktor kreativitas, pengertian training, definisi mind mapping, karakteristik, tanda dan simbol, serta langkah-langkah membuat mind mapping.
3. Bab 3 menjelaskan metode penelitian yang digunakan mulai dari jenis penelitian, sampel dan populasi, desain eksperimen, rnekanisme kontrol, dan metode pengumpulan serta pengolahan data.
4. Bab 4 membahas analisis dan hasil penelitian eksperimen.
5. Bab 5 membahas kesimpulan, diskusi dan saran dari ihasil penelitian serta rekomendasi pada instansi atau peneliti selanjutnya.
6. Daftar pustaka dan lampiran.
1.6 Teknik Penulisan
2.1 Berpikir
2.1.1 Definisi Berpikir
Berpikir merupakan daya paling utama dan menjadi ciri khas yang
membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan makhluk lain seperti hewan tidak memiliki bahasa. Bahasa hewan adalah instink yang tidak perlu dipelajari atau diajarkan, sedangkan bahasa manusia merupakan hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Berpikir (thinking) berdasarkan kamus Psikologi (2002) aclalah 1. suatu
proses simbolis, 2. pemecahan masalah yang mencakup kegiatan ideasional, 3. satu deretan ide, 4. (Watson); cara bicara subvokal.
itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda (Nasution, 1998). Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang kita kehendaki
(Purwanto, 2003).
Philip L Harriman (dalam Shaleh AR&Wahab MA, 2004) rnengungkapkan bahwa berpikir (thinking) adalah istilah yang sangat luas clengan berbagai definisi misalnya, angan-angan, pertimbangan, kreativitas, tingkah laku, pembicaraan yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan masalah,
penentuan, perencanaan, dan sebagainya; aktivitas dalam menanggapi suatu situasi yang tidak obyektif yang menyerang organ panca indera.
Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rozenweig, "The term 'thinking' refers to many kind of activities that involve the manipulation of concept and symbols,
representations objects and events' (Shaleh AR & Wahab MA, 2004).
Merujuk pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu proses simbolis dimana di dalamnya ada proses meingolah,
pengetahuan yang membentuk sikap dan jiwa atau ュ・ョエセQャゥエ。ウ@ yang dapat dikuasai atau dipahami yang keseluruhannya adalah meriupakan kebudayaan
batiniah.
2.1.2 Proses dan Cara Berpikir
Proses berpikir secara normal menurut Mayer (dalam Solso, 1988) akan meliputi tiga komponen pokok. Pertama, berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau pikiran seseorang, tidak nampak tapi bisa
disimpulkan berdasarkan perilaku yang nampak. Kedua, berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang lama ditambah dengan pengetahuan yang sekarang sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang dihadapi. Ketiga, aktivitas berpikir diarahkan untuk
menghasilkan pemecahan masalah (Suhaman, 2005).
Cara Berpikir dan cara merasa membentuk sikap dan jiwE1 atau mentalitas yang merupakan kebudayaan batiniah, yang dimanifestasikan ke dalam bentuk kebudayaan lahiriah seperti cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup. Produk cara berlaku-berbuat yang berbentuk benda disebut
Ciri yang utama dalam berpikir adalah adanya abstraksi, yang berarti
anggapan lepasnya kualitas atau relasi benda-benda kejadian-kejadian dan situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan. Dengan demikian dalam arti luas dapat dikatakan bahwa berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan/ pertalian antara abstraksi-abstarksi. Elerpikir erat kaitannya dengan daya-daya jiwa seperti tanggapan yang memegang peranan penting dalam berpikir, ingatan yang memberikan pengalaman dari pengamatan yan telah lampau, pengertian yang dapat meimbantu dalam suatu proses berpikir dan perasaan yang merupakan dasar pendukung suasana hati sebagai pemberi keterangan yang dibutuhkan dalam memecahkn masalah/persoalan.
2.1.3 Pendapat Aliran Psikologi Mengenai Berpikir (Purwanto MP, 2003)
1.
Psikologi Asosiasi mengemukakan bahwa berpikir tidak lain merupakan jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Daya jiwa yang lebih tinggi seperti perasaan, kemauan, keinginan dan berpikirberasal/ terjadi karena bekerjanya tanggapan-tanggapan.
3. Psikologi Gestalt memandang bahwa proses berpikir rnerupakan suatu kebulatan dengan gejala-gejala psikis yang lain. Gestalt memandang berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak yang prosesnya tidak bisa kita amati dengan alat indra kita.
2.1.3 Macam-macam Cara Berpikir
Berpikir dapat menggunakan beberapa macam cara, di antaranya adalah : a. Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif merupakan proses berpikir mengambil kesimpulan dari dua pemyataan; pemyataan yang pertama me,rupakan pemyataan yang umum menuju pada yang khusus. Dalam logika, ini disebut silogisme. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip/ kesimpulan yang sudah dianggap benar oleh umum. Dari situ orang mengambil kesimpulan yang khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
b. Berpikir lnduktif
Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat tertentu dari berbagai fenomena kemudian me,narik kesimpulan. Taraf validitas kebenaran kesimpulan masih ditentukan oleh
c. Berpikir Evaluatif
Berpikit'evaluatif adalah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya gagasan. Dalam berpikir ini kita menambah atau mengurangi gagasan. Berpikir evaluatif agak mirip dengan berpikir
analogi.
d. Berpikir Analogi
Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogis berarti berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
fenomena-fenomena yang biasa dan pernah dialarni.
2.2 Berpikir Kreatif
2.2.1 Definisi Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup, seperti mengata1si kepadatan penduduk di kota dengan membangun rumah-rumah di bawah tanah. lni baru, tetapi sukar untuk dilaksanakan. Syarat kedua adalah dapat
memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, usaha m13mpertahankan
insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinnon, 1962 dalam Rakhmat, 1985).
2.2.2 Kreativit.as
Kreativitas berasal dari bahasa latin creare yang berarti membuat sesuatu dari tidak ada. Berakar dari pengalaman masa lalu dan bersumber pada proses pemikiran yang berkembang. Kreativitas bukanlah kemampuan yang luar biasa (Sugiarto, 2004).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) kreatif adalah 1. memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, 2. bersifat mengandung daya cipta; pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi.
Sedangkan kreativitas adalah
1.
kemampuan untuk mencipta; daya cipta, 2. perihal berkreasi; kekreatifan.Sedangkan menurut kamus lengkap Psikologi (2000) krecitivitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan atau dalam memecahkan masalah dengan metode-metocle baru.
Oalam kamus filsafat dan psikologi (1993) kreativitas adallah kemampuan untuk mencipta, kemampuan mencapai pemecahan/jalan keluar yang sama sekali baru, asli dan imajin&tif terhadap masalah yang bersifat pemahaman, filosofis, estetis, ataupun yang lainnya.
Kreativitas jika disimpulkan adalah suatu kemampuan untuk rnenghasilkan dan menciptakan sesuatu yang baru dan membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial dalam memecahkan masalah dengan
metode-metode baru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka bisa disimpulkan bahwa
2.2.3 Perilaku Kognitif-Afektif Model Williams untuk Pengembangan
Berpikir Kreatif
Model pembelajaran yang merencanakan kreativitas adalah Model for Implementing Cognitive-Affective Behaviors in the Classroom dari Williams (1978, dikutip Parke, 1989 dalam Munandar S.C.U, 2002). Model ini
berlandaskan pemikiran bahwa kreativitas perlu dipupuk secara menyeluruh dalam kurikulum bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan. Keterampilan kognitif dan afektif dalam pengembangan keativitas digabung dengan bidang materi tradisional yang diajarkan di sekolah.
2.2.3.1 Model
Model Williams menggambarkan tiga dimensi bagaimana kurikulum, strategi mengajar, dan perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran. Dimensi pertama adalah kurikulum (materi mata pelajaran), dimensi kedua mengenai perilaku guru (strategi mengajar), dan dimensi l<etiga mengenai perilaku siswa (kognitif dan afektif) (Munandar S.C.U, 2002).
Dimensi 1, kurikulum, terdiri dari enam atau lebih bidang subjek yang
biasanya diajarkan dalam pendidikan dasar, yaitu Bahasa, Matematika, IPA, !PS, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Pendidikan
Kesehatan; dapat ditambah dengan Bahasa lnggris dan Muatan Lokal
(Munandar S.C.U, 2002).
Dimensi 2, Perilaku Guru, memuat seperangkat strategi rnengajar dan cara mengajar, seperti menggunakan paradoks, menilai situasii, keterampilan menulis kreatif, keterampilan membaca kreatif, keterampUan mendengar kreatif, mempelajari orang/ proses kreatif, penyesuaian terhadap
perkembangan, ungkapan firasat, tenggang rasa terhadap kedwiartian, keterampilan meneliti, penelusuran penjajakan, kebiasaan, perubahan, pertanyaan provokatif, dan atribut diskrepansi.
Perilaku guru yang dikemukakan oleh Williams seperti keterampilan menulis kreatif, keterampilan membaca kreatif, keterampilan mendengar kreatif, mempelajari orang/ proses kreatif, penyesuaian terhadap perkembangan, keterampilan visualisasi (membayangkan, menggambarkan dalam khayal) dan kebiasaan menjadi aspek yang penting dalarn pengembangan berpikir kreatif siswa dari aspek perilaku guru.
berpikir elaboratif atau merinci. Keterampilan afektif-kreaUf ialah kemelitan (rasa ingin tahu), mengambil resiko, kemajemukan, dan irnajinasi.
2.2.3.2 Modifikasi Materi, Proses, Produk, dan Lingkungan
Modifikasi konten dan produk, model Williams dapat digabung dengan model Treffinger, Renzulli, ataupun Clark (Munandar, 2004). Modifikasi lingkungan dapat juga digunakan dalam model ini, karena berlandaskan pada kebutuhan siswa dan dapat diciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Salah satunya dapat mengembangkan kemandirian 「・イーゥャセゥイ@ pada siswa dengan kegiatan berselang-seling antara kegiatan perorangan dan kegiatan kelompok kecil seperti pada metode Cara Belajar Siswa Aktif. Proses kreatif memerlukan kegiatan berselang-seling antara ranah kognitif dan ranah afektif. Dengan demikian lingkungan belajar mampu mendukung perkembangan kreatif pribadi maupun perkembangan sosial.
2.2.4 Manfaat Model Perilaku Kognitif-Afektif Untuk Pengembangan
Berpikir Kreatif Dalam Mind mapping
Manfaat dari model Williams adalah terutama dalam pros13s belajar. Jika
digunakan dengan model yang lain maka akan sangat bermakna terhadap peningkatan berpikir dan sikap kreatif melalui kurikulum. Model inipun mampu mengembangkan program perorangan (individualized) sis.wa dalam berpikir kreatif. Model Williams ini dapat digunakan sebagai patokan bagi guru yang menginginkan pendekatan secara seimbang dalam penin9katan berpikir dan sikap kreatif. Dengan membuat profil dari jenis kegiatan dan jenis pertanyaan yang guru ajukan, akan menentukan sejauh mana siswa di dalam kelas diberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Seorang trainer mind mapping training dalam pelaksanaannya menggunakan model Williams dalam perilaku guru untuk mengarahkan siswa dalam berpikir kreatif. Dengan pertanyaan yang provokatif, keterampilan menulis kreatif, keterampilan membaca kreatif, terbuka terhadap perkembangan, serta
2.2.5 Konsep Kreativitas dengan Pendekatan Empat P
Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person),
proses dan produk. Kreativitas juga dapat ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Rhodes (1961, dalam Munandar S.C.U, 2004) menyebutkan keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai "Four P's of Creativity: Person, Process, Press, Product". Kebanyakan definisi kreativitas salah satu dari P atau kombinasi dari keempat P yang saling berl<aitan: Pribadi l<reatif yang melibatkan diri dengan proses kreatif, dan dengan dukun(ian dan dorongan (Press) dari lingkungan menghasilkan produl< kreatif (Munandar S.C.U, 2004: 20).
Definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar kreativitas adalah :
a. Definisi Pribadi
motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pilciran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif.
b. Definisi Proses
Torrance (1998, dalam Munandar S.C.U, 2004) menjelasl<an seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan
menyampaikan hasil. Adapun langkah-langkah proses kreiatif menurut Wallas (1996, dalam Munandar S.C.U, 2004) yang masih banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi tahap persiapan, inkulJasi, i/uminasi, dan
verifikasi.
Proses kreatif ini berdasarkan teori tentang belahan otak l<iri dan otak lcanan, dikatakan bahwa hampir setiap orang mempunyai sisi ya111g lebih dominan, otak dikuasai oleh hemisfer yang bertentangan. Pada umumnya orang biasa menggunakan tangan lcanan (berarti didominasi oleh otak sebelah kiri).
Tetapi ada orang yang termasuk kidal (left-hand). Mereka lebih dikuasai oleh belahan otak kanan, dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi-fungsi kreatif, sehingga terjadi 'dichotomania',
Robert Strenberg dari Yale melakukan penelitian secara intensif mengenai kreativitas. Ada tiga tahap dalam penelitian tersebut; pertama adalah
pengertian terhadap masalah. Yang kedua adalah mengkombinasikan ide-ide dalam suatu cara yang baru dan ketiga membandingkan 9agasan yang lama dengan gagasan yang baru. Semua ini sangat ュ・ョ、ッイッョAセ@ karena mereka memperlihatkan bahwa ada pola umum dalam setiap kreativitas suatu struktur ini akan meletakkan kreativitas dalam jangkauan kita semua.
c. Definisi Prociuk
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan misinalitas, seperti definisi Baron (1969, dalam Munandar S.C.U, 2004) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/ menciptakan sesuatu yang baru. Unsur-unsur baru di sini tidak harus selalu baru, tetapi
kombinasinya. Unsur-unsurnya bisa saja sudah ada lama sebelumnya. Definisi Haefele (1962 dalam Munandar S.C.U, 2004) menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai sesuatu yang bermakna.
Rogers (dalam Vernon, 1982) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif adalah (Munandar S.C.U, 2004) :
1). Prociuk itu harus nyata (observable)
3). Prociuk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
d. Definisi Press
Kategori "Press" atau dorongan dalam kreativitas merupal{an suatu dorongan baik internal individu berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau
bersibuk diri secara kreatif ataupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial ataupun psikologis. Definsi Simpson (dalam Vernon, 1982) merujuk pada aspek internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai "the initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of
thought." Mengenai press dari lingkungan ada yang tidak menghargai imajinasi atau fantasi, dan menekankan kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu ml:mekankan
komformitas dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perl<embangan dan perubahan baru.
Menurut Seto Mulyadi Proses kemandekan kreativitas telah berlangsung semenjak dini, setelah seseorang mengikuti pendidikan di sekolah dasar. Ketika berada di bangku sekolah, seorang anak dilatih untuk memilih hanya satu jawaban yang benar atas suatu persoalan dalam ujia1n. Hal ini
lembaga pendidikan tinggi. Sebuah studi yang dilakukan George Land dalam
break-point and beyond menunjukkan fakta yang sangat clramatis. Anak berusia 5 tahun mencetak skor kreativitas sebanyak 98%, anak usia 10 tahun 32%, remaja berusia15 tahun 10%, dan orang dewasa hanya 2%. Proses hidup terutama melalui lembaga pendidikan formal seakan mengantarkan anak kepada satu arah yang pasti, yakni menurunnya kreativitas (Nashori dan Muharram, 2002).
2.2.6 Ciri-Ciri Kreativitas
Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari kreativitas (Guilford 1959), membedakan antara aptitude dan non aptitude yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes beirpikir divergen. Namun produktivitas kreatif tidak sama dengan produktivitas divergen.
Sejauhmana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut ditentukan oleh ciri-ciri non aptitude (afektif) (Munandar S.C.U, 2004).
Munandar S.C.U (1985) menyebutkan ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Dorongan ingin tahu besar
3. Memberikan banyak gagasan dan usu! terhadap suatu masalah 4. Bebas dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai rasa keindahan
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
8. Rasa humor tinggi 9. Daya imajinasi kuat
10.
Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan dan sebagainya; dalam pemecahan masalalh menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain)11. Dapat bekerja sendiri
12.
Senang mencoba hal baru13.
Kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gai;1asan (kemampuan elaborasi)2.2.7 Sumber Kreativitas
bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan clan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan orang lain (llllunandar S.C.U, 2002).
Edward De Bono (Bachman, 2005: 83) salah satu pakar yang pertama kali memberikan istilah berpikir lateral. Melalui pemahamannya tentang cara di mana pikiran kita menyerap informasi, dia telah menciptakan seluruh rumpun metodologi yang memungkinkan kreativitas diterapkan pada inovasi dan bisa dilatih untuk kebanyakan orang. Tidak hanya bagi beberapa orang cerdas terpilih atau orang-orang berbakat yang sangat langka. Jika penemuan mungkin masih bergantung pada kemampuan sedikit orang genius diantara kita atau terkait dengan munculnya inspirasi yang jarang terjadi, maka inovasi dengan menggunakan prasarana bisa menjadi suatu kebiasaan bukan
melalui inspirasi yang kadang-kadang muncul.
2.2.8 Unsur-unsur Berpikir Kreatif
1. Unsur kelancaran
Kelancaran (fluency) dalam berpikir, yang dimaksud adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan pada obyek tertentu dengan cepat dan tepat. Di sini, penekanan pemikiran kreatif adalah dalam waktu singl<at dapat menghasilkan gagasan/ ide tentang obyek tertentu dalam jumlah yang
banyak.
Dua orang anak diminta menyebutkan nama-nama buah dalam waktu 30 detik. Si A hanya mampu menyebutkan beberapa jenis dari buah yang pernah dimakannya saja, tetapi si B ternyata mampu menyebutkan buah lain yang pernah dilihat atau didengar walaupun dia sendiri belum memakannya. Dari contoh ini kelihatan dengan jelas bahwa si B lebih kmatif dari si A dilihat dari unsur kelancaran.
2. Unsur kelenturan
Kelenturan (fleksibilitas) yang dimaksud adalah kemampwan untuk memberikan gagasan yang beragam. Mereka yang memiliki tingkat
3. Unsur e/aborasi
Elaborasi (elaboration) yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya atau memperluas suatu gagasan. Seorang yang membuat iklan mengenai suatu rnobil dengan keandalan kekuatan mesin, mungkin hanya memasukkan gambaran mobil disertai dengan tulisan "andalan masa kini", tetapi bagi orang yang kreatif mungkin akan menambah dengan gambar harimau yang berdiri gagah di sebelahnya, diparkir di atas perbukitan yang penuh bebatuan, di sampingnya berdiri seorang tarzan dengan senjata tombaknya yang tajam. lklan yang dibuat tadi lebih kreatif, kaya akan gagasan, luas dan marnpu
mengembangkan suatu obyek yang sederhana menjadi beberapa ide yang menarik. Jelas di sini bahwa, pelukis kedua lebih kreatif dari pelukis pertama dilihat dari unsur elaborasinya.
4. Unsur keaslian
2.2.9 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
Treffinger (dalam Munandar S.C.U, 2004) mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lelbih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan aplikasinya.
Munandar S.C.U (2004) menyebutkan bahwa biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, menyukai kegemaran, aktivitas yang kreatif, mandiri, memiliki percaya diri, dan mereka pada umumnya lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan). Dengan rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepalt putus asa dalam mencapai tujuan.
Munandar S.C.U (2004) menyebutkan ciri-ciri kepribadian kreatif yang diperolah dari pakar psikologi (30 orang) adalah sebagai berikut :
1.
lmajinatif2.
Mempunyai prakarsa3.
Mempunyai minat yang luas4.
Mandiri dalam berpikir5.
Melit (ingin tahu)6.
Senang berpetualang8. Percaya diri
9. Bersedia mengambil resiko
10. Berani dalam pendirian dan keyakinan
2.2.1 O Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Ada 3 hal yang mempengaruhi kreativitas anak menurut Munandar S.C.U (2004), yaitu :
1. Peranan keluarga
Dalam membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Pendidik terutama orang tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak.
Beberapa faktor yang menentukan kreativitas (dalarn Munandar S.C.U, 2004) adalah:
• Kebebasan
Orangtua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung rnempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu
• Respek
Anak yang kreatif biasanya memiliki orangtua yang selalu menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mere!ka dan menghargai keunikan anak.
• kedekatan emosi yang sedang
Anak perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogyanya tidak menjadi terlalu bergantung kepada orangtua.
" Prestasi, bukan angka
Orangtua yang memiliki anak kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya mengha:silkan karya-karya yang baik. Tetapi mereka tidak terlalu menekankan mencapai angka atau nilai yang tinggi (ranking tinggi), bagi mereka mencapai ranking yang tinggi kurang penting dibandingkan imajinasi dan kejujuran.
• Orangtua aktif dan mandiri
Sikap orangtua akan menjadi model untuk anaknya. oイ。ョQセエオ。@ aktif dan mandiri akan membentuk seorang anak menjadi jiwa mandiri dan kreatif.
• Menghargai kreativitas
2. Peranan sekolah
Munandar S.C.U (2004) mengungkapkan bahwa selama masa kehidupan seorang anak, banyak orang yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Mereka mempunyai peranan besar dalam terwujudnya potensi anak, terutama orang tua dan guru. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu pembentukan nilai-nilai pada anak, misalnya nilai hidup, nilai moral dan nilai sosial. Memilihkan pengalaman belajar,
menentukan metode atau strategi belajar dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa.
3. Peranan masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu lingkungan yang dapat memungkinkan berkembangnya kreativitas. Arieti (dalam Munandar S.C.U, 2004)
mengemukakan ada 9 faktor sosiokultural yang "creativogenic." Kesembilan faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya sarana kebudayaan
2. Kebudayaan creativogenic yaitu keterbukaan rangsangan kebudayaan
3. Penekanan pada "becoming'' (menjadi, tumbuh), tidak hanya pada
"being'' (sekadar berada)
5. Timbulnya kebebasan atau paling tidak hanya ada diskriminasi yang ringan setelah pengalaman tekanan dan tindakan yang keras
merupakan insentif atau tantangan terhadap pertumbuhan kreativitas dan keberbakatan
6. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, bahkan yang merupakan kontras
7. Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen 8. lnteraksi antara pribadi-pribadi yang berarti
9. Adanya insentif, penghargaan atau hadiah
2.3
Mind mapping
Training
2.3.1
Definisi TrainingDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), training atau pelatihan didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan melatih, kegiatan atau pekerjaan melatih.
Pelatihan menurut Sikula (1976, dikutip Munandar S.C.U, dalam Sunyoto 2001) adalah :
"Proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja non managerial
Bailey (1982, dalam Delviristanti 2004) dalam bukunya m1:mguraikan pengertian pelatihan sebagai berikut :
"The systematic acquisition of skills knowledge, and attitude that will lead to acceptable level on human performance on a specific activity in given context."
lni berarti pelatihan merupakan suatu cara yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap pada diri seseorang.
Pelatihan adalah upaya sadar dan sistematis dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan tertentu sebagai suatu potensi manusia untuk melaksanakan tugas tertentu. Upaya ini melalui proses berjenjang dan proses ini diawali oleh suatu aktivitas tertentu, dalam waktu tertentu dan dalam tempat tertentu (PP. IPNU, 2002). Sedangkan pelatih adalah orang yang memberikan bantuan dalam proses belajar mengajar, memanclu secara intensif dan sistematis kepada peserta untuk mencapai tujuan dalam latihan.
Noesjirwan (1983, dalam Delviristanti 2004) dalam bukunya tentang pelatihan mengungkapkan bahwa tujuan primer pelatihan adalah mengubah atau meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi suatu tugas sehingga setelah individu mencapai pengetahuan, keterampilan ataiu sikap dari hasil pelatihan maka pengetahuan akan digunakan oleh individu dalam
Serdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka definisi training dapat diartikan sebagai proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir dengan tujuan yang jelas untuk mengubah dan meningkatkan kemampuan individu atau untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap pada diri seseorang dengan
menggunakan banyak ragam cara penyampaian serta mielibatkan keaktifan para peserta training atau pelatihan.
2.3.2 Definisi Mind Mapping (Peta Pikiran)
Mind mapping berasal dari bahasa lnggris yakni mind yang artinya pikiran, sedangkan map adalah peta. Cara ingatan bangsa Yunani yang dipenuhi asosiasi dan imajinasi dalam sistem peralatan mereka m1:injadi motivasi awal lahirnya metode peta pikiran oleh Tony Suzan. Catatan linear yang ada selama ini monoton dan kaku. Padahal otak tidak memiliki sistem kerja seperti komputer yang berpikir linear dan runtut. Tetapi oltak berpikir radial (memutar) dan eksplosif (meledak-ledak) (Suzan, 2000).
kesadaran) dengan satu cara yang unik dan hebat. Jika rnenggunakannya, akan memberikan kebebasan untuk menjelajahi bidang yang tak terbatas dari
otak.
Beberapa definisi peta pikiran yang dikemukan oleh Tony Buzan :
"Peta pikiran cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan untuk mengambil informasi dari otak. Cara ini adalal'I cara efektif dan kreatif da/am membuat catatan. Peta pikiran merupakan a/at paling hebat yang membantu otak berpikir teratur dan sederhana."
Mind mapping (peta pikiran) adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi kedalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Mind mapping bila sering dilatih dapat mengoptimalisasikan fungsi otak kiri clan otak kanan, yang kemudian dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan (Sugiarto, 2004).
Kekuatan istimewa dalam metode peta pikiran menurut Michael Gelb <Y'fycoff,
dalam Amelia, 2006) adalah :
Penerapan metode peta pikiran dapat membantu dan memudahkan untuk lebih kreatif, menghemat waktu, mempermudah pemecahan masalah, konsentrasi, mengatur pikiran, mengingat dengan lebih baik, belajar cepat dan efisien, melihat gambaran mata kuliah secara keseluruhan dalam satu kertas, membuat perencanaan dan berbagai manfaat lain dibanding sistem pencatatan linear. Dengan peta pikiran setiap informasi yang masuk secara otomatis akan mengaitkan dengan segala informasi yang sudah berada di dalamnya, dengan semakin banyak hubungan yang terbangun akan semakin kuat penyimpananya dalam otak dan semakin mudah pula untuk dikeluarkan (Buzan, 2005).
Buzan (2004) mengatakan bahwa peta pikiran juga meru1Pakan peta
perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan memberikan kemudahan kepada seseorang dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal. Hal ini berarti bahwa upaya untuk mengingat (remembering) dan menarik kembali
(recalling) informasi dikemudian hari akan lebih mudah, sierta lebih dapat diandalkan daripada bila menggunakan cara pencatatan tradisional.
Sebagaimana peta jalan, maka sebuah peta pikiran juga akan memberi ringkasan atas suatu obyek atau area yang luas; memudahkan dalam
tujuan dan posisi; mengumpulkan sejumlah besar data dan meletakannya disuatu tempat; memberi dorongan atas upaya pemecahan masalah dengan memberi kesempatan untuk melihat jalan-jalan kreatif yang baru (Buzan, 2004). Terdapat beberapa perbedaan antara mencatat biasa dengan mencatat tradisional dengan cara mind map (pemetaan pemikiran) yang diungkapkan oleh lwan Sugiarto (dalam Syamsi, 2006) adalah:
CATATAN BIASA MIND MAP (PEMETAAN Pl Kl RAN)
Hanya berupa tulis susun biasa Berupa tulisan, simbol dan gambar Hanya dalam satu warna Menggunakan bermacam-macam
warn a
Untuk mereview ulang diperlukan Untuk mereview ula11g diperfukan waktu waktu yang lebih pendek yang lebih pendek
Waktu yang diperlukan untuk belajar Waktu yang diperlukan untuk belajar
lebih lama lebih cepat dan efektif
Statis Membuat ウ・ウ・ッイ。ョセQ@ menjadi lebih
[image:60.595.37.459.215.501.2]kreatif
Tabel 2.1
Perbedaan Catatan konvensional dan Catatan Mlnd Map
2.3.3 Karakteristik dari Metode Peta Pikiran Adalah :
• Warna
Permainan warna sangat penting untuk menghindari kejenuhan,
merangsang potensi otak kanan yang lebih cenderun!J kreatif, sehingga membangun kekuatan dahsyat bagi cara berpikir kreatif sekaligus sebagai proses penyenangan dalam belajar. Warna akan lebih menggairahkan dan menenangkan, bahkan permainan warna lebih m•3narik dan alamiah daripada dunia buatan yang hitam putih saja.
• Gambar
Seribu kata dapat terwakili dalam gambar atau simbol. T empatkan gambar pada beberapa gagasan untuk memainkan irnajinasi dalam proses Berpikir, sehingga memudahkan dalam proses. mengingat informasi. Penambahan gambar dalam peta pikiran dapat membantu penyampaian visual ke otak. Pesan yang disampaiakan dalam ganbar yang bervariasi akan memungkinkan pesan dapat ditangkap sepenuhnya.
• Radial dan Sentral
[image:61.595.38.455.150.504.2]gagasan dalarn aktivitas berpikir yang berlangsung sangat cepat dan
ringkas.
• Cabang-cabang
Cabang-cabang rnerupakan sebuah cabang utarna ke garnbar sentral sarnpai cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertarna dan kedua, dan seterusnya. Karena otak bekerja 、・ョAセ。ョ@ rnenggunakan asosiasi. Jika rnenghubungkan cabang-cabang rnaka akan jauh lebih rnudah dalarn rnernaharni dan rnengingat
• Bercabang rnelengkung
Setiap gagasan lahir dari gagasan inti pada sentral ーQセエ。@ pikiran sebagai cabang sari gagasan inti. Setiap cabang yang dihubungkan ke sentral rnengunakan garis rnelengkung, penarikan garis lengkung antara cabang yang satu dengan cabang lain atau antara cabang dain sentral
rnerupakan hubungan yang dibangun dari proses berpikir. Hubungan tersebut akan rnenciptakan suatu struktur dasar bagi pikiran. Dengan dernikian sangat rnernbantu dalarn proses rnendalarnL
• Kata kunci per baris
Kata kunci rnenjadikan peta pikiran lebih kuat dan fleksibel yaitu
melakukan aktivitas berpikir. Sehingga gagasan baru akan mudah dihasilkan dan dibandingkan bila gagasan dituliskan secara utuh dalam bentuk kalimat panjang ( Buzan, 2005).
Mind mapping (peta pikiran) adalah cara terbaik untuk m•9nginterpretasikan potensi kreativitas yang tak terbatas dari otak dibandingkan catatan standar berpola linear. Catatan linear hanya mengandalkan potensi otak kiri,
sementara peta pikiran mempergunakan potensi otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Peta pikiran juga mempergunakan asosiasi dan imajinasi selain menggunakan logika dalam memahami suatu mat(9ri.
Sebagaimana halnya sebuah peta, maka dalam peta pikiran juga akan: 1. Memberi ringkasan atas suatu wilayah yang luas.
2. Mempermudah membuat rencana perjalanan atau suatu pilihan dan membantu mengetahui tujuan dan posisi sekarang'.
3. Mengumpulkan sejumlah besar data dan meletakkannya di suatu tempat.
4. Memberi dorongan atas upaya pemecahan masalah dengan memberi kesempatan untuk melihat jalan-jalan keluar kreatif yang baru.
Penelitian terakhir tentang otak atau pikiran menunjukkan bahwa fokus perhatian berlangsung amat singkat, antara 5 hingga 7 rnenit. Hal ini
tergantung dari permasalahan dan tingkat minat dari pennasalahan tersebut. Pikiran bekerja paling baik pada saat terjadinya letupan singkat tadi (Wycoff, 2004). Peta pikiran mampu memanfaatkan letupan pikiran yang singkat dengan cara menuangkan semua gagasan dalam waktu yang singkat.
2.3.4 Tanda dan Simbol dalam Peta Pikiran (Mind mi:1p)
Dalam penulisan mind map terdapat beberapa tanda dan simbol yang dapat digunakan (Buzan, 2004), tanda dan simbol tersebut antara lain adalah : a. Tanda panah
Tanda-tanda ini dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana konsep-konsep yang muncul di bagian-bagian yang berlainan dari sebuah pola berhubungan tanda panah bisa berkepala tunggal atau banyak dan dapat menunjuk kearah belakang atau kedepan.
b. Tanda-tanda
c. Bentuk-bentuk geometris
Persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran, elips, dan lain-lain dapat digunakan untuk menandai daerah-daerah at